BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan bergulirnya era reformasi sebagai dampak dari krisis moneter yang berkembang menjadi krisis multidimensi, tuntutan untuk menyelenggarakan Pemerintahan di daerah secara otonom semakin mengemuka. Gerakan reformasi berpengaruh pula pada sistem pemerintahan yang bersifat sentralistik mengarah pada sistem desentralistik dengan lahirnya Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang penetapan pengganti Undang-undang Nomor 3 tahun 2005 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, peraturan pemerintah dimana di dalamnya mengatur urusan wajib dan urusan pilihan dalam menyelenggarakan otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggung jawab. Reformasi birokrasi mengharapkan aparatur negara semakin mampu bekerja secara profesional, efektif dan efisien dalam melaksanakan good governance/tata kelola pemerintahan yang baik, sebagai bagian dari salah satu tugas dari abdi masyarakat. Salah satu persoalan yang krusial dalam reformasi birokrasi adalah pemberdayaan sumber daya manusia yang selanjutnya akan di tulis SDM, hal mendasar yang perlu mendapat sorotan adalah kemampuan Pemerintah dalam memprediksi kebutuhan pegawai, dalam kontek ini bukan hanya berkaitan dengan kuantitas akan tetapi juga kualitas SDM yang diperlukan, maka dari itu dibutuhkannya pemetaan yang lengkap dan menyeluruh atas seluruh formasi jabatan dalam organisasi yang lebih dikenal dengan analisis jabatan. 1 2 Birokrasi pemerintahan atau aparatur pemerintahan dominan dipengaruhi oleh kemampuan dan etika moral aparat yang keberadaaanya dikaitkan dengan tertib administrasi pelayanan intern maupun ekstern dengan mengesampingkan penonjolan kekuasaan dan kepentingan pribadi pada aktivitas para aparatur birokrasi. Dalam hal ini, satu hal yang juga menjadi suatu hambatan dalam proses reformasi birokrasi adalah bagaimana mempersiapkan SDM yang memang memiliki kompetensi yang mampu memberikan pelayanan publik secara maksimal. Menurut Sedarmayanti (2009:67) Reformasi birokrasi adalah “Upaya pemerintah meningkatkan kerja melalui berbagai cara dengan tujuan efektivitas, efisien, dan akuntabilitas”. Kondisi saat ini menunjukkan bahwa SDM aparatur yang ada sangat jauh dari apa yang diharapkan. Potret SDM aparatur saat ini yang menunjukkan profesionalisme rendah, banyaknya praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), tingkat gaji yang tidak memadai, pelayanan kepada masyarakat yang berbelit-belit, hidup dalam pola patron klien, kurang kreatif dan inovatif, bekerja berdasarkan juklak dan juknis serta mungkin masih banyak potret negatif lainnya yang intinya menunjukkan bahwa kualitas kerja aparatur di Indonesia masih lemah. Gambaran tersebut memberikan dorongan bagi kita untuk melakukan perubahan pada SDM aparatur Indonesia yang biasa kita kenal dengan reformasi birokrasi. SDM merupakan faktor yang sangat penting untuk setiap usaha, begitu pula untuk pemerintahan agar dapat menjalankan fungsinya dengan benar. Susilo (2002:3) mengungkapkan bahwa “Sumber Daya Manusia adalah pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi dan tujuannya”. 3 Reformasi Birokrasi berdampak pada peningkatan atau penurunan kualitas kerja SDM, kecenderungan seorang individu adalah menjadi tugas manajemen agar SDM memiliki semangat kerja dan moril yang tinggi serta ulet dalam bekerja sehingga kualitas kerjanya baik. Marcana (2006:21) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kualitas kerja yaitu “Wujud perilaku atau kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan harapandan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan efisien”, sedangkan menurut Heidjrachman dan Suad Husanan, (2003:23) mendefinisikan “Kualitas kerja pegawai adalah seorang pegawai yang memenuhi syarat kualitatif yang dituntut oleh pekerjaannya, sehingga pekerjaan itu benar- benar dapat diselesaikan”. SDM perlu dikembangkan secara terus menerus agar diperoleh kerja SDM yang berkualitas dalam arti yang sebenarnya, yaitu pekerjaan yang dilaksanakan akan menghasilkan sesuatu yang memang dikehendaki. Berkualitas bukan hanya pandai saja, tetapi memenuhi semua syarat kualitatif yang dituntut pekerjaan itu, sehingga pekerjaan itu benar-benar dapat diselesaikan sesuai rencana. Pemberdayaan (empowerment) merupakan alat penting dan strategis untuk memperbaiki, memperbaharui dan meningkatkan kinerja organisasi baik organisasi yang bergerak dalam kegiatan pemerintah maupun organisasi yang bergerak dalam kegiatan dunia usaha atau swasta. Pemberdayaan SDM (empowering of human resoursces) merupakan suatu aspek manajemen yang sangat kunci dan strategis, karena SDM menunjukkan daya yang bersumber dari manusia yang akan memberi kekuatan terhadap sumber-sumber lainnya dalam suatu manajemen untuk mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan. 4 Salah satu upaya mendukung terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik sangat diperlukan adanya program reformasi birokrasi yang diharapkan agar SDM-nya berkualitas sehingga memiliki kualitas kerja yang baik, oleh karena itu Pemerintah Kota Banjar khususnya pada Badan Kepegawaian, Pendidikan Dan Pelatihan Daerah mengadakan berbagai pendidikan dan latihan (diklat) yang tujuan dilaksanakannya diklat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menganalisis jabatan serta untuk meningkatkan kualitas aparatur dalam mengelola organisasi yang lebih efektif dan efisien. Kualitas kerja pegawai merupakan tuntutan yang tidak bisa dihindarkan lagi apabila suatu organisasi atau instansi pemerintah menginginkan tercapainya tujuan organisasi, terlebih para aparat yang secara konstitusional dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Adapun yang dimaksud kualitas kerja adalah keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana mutu yang tinggi, waktu yang tepat, cermat dan dengan prosedur yang mudah dipahami oleh pegawai yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap tugas-tugas dan kewajiban yang diberikan, baik tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual maupun tanggung jawab moral dan spiritual. Tindakan-tindakan inefektif atau pelanggaran terhadap pedoman normatif yang berlaku baik berupa ketidakhadiran ataupun disiplin waktu adalah hal yang disebabkan karena kurangnya pengertian dan kesadaran pada diri pegawai betapa pentingnya masuk kerja secara teratur dan penyampaian laporan-laporan bulanan tepat waktu maupun wajib lapor serta berkonsultasi dengan atasan apabila akan melaksanakan tugas luar, merupakan hal yang sudah menjadi suatu kebiasaan buruk bahkan sudah menjadi budaya yang berurat akar dan sulit untuk 5 ditinggalkan, padahal sebenarnya itu semua merupakan tindakan yang nyata sangat salah dan satu bentuk dari bukti tidak disiplin pegawai dalam bekerja yang akan merugikan organisasi atau instansi itu sendiri secara keseluruhan di masa yang akan datang, sehingga perlu penanganan yang tuntas sejak dini dan pegawai bisa menampilkan performance yang optimal. Kualitas kerja merupakan jawaban berhasil atau tidaknya dalam menciptakan dan menumbuhkan perilaku para pegawai untuk bekerja sama dengan pegawai lainnya dan juga sebagai indikator apakah tugas, fungsi dan tanggung jawab serta tujuannya sudah tercapai secara optimal. Berdasarkan Peraturan Walikota Banjar No. 26 Tahun 2012 kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kota Banjar mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam melaksanakan dan mengkoordinasikan tugas-tugasnya di lingkup Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kota Banjar yang dalam hal ini di bantu oleh Sekretariat, Bidang Mutasi Pegawai, Bidang Pengembangan Pegawai serta Bidang Pendidikan dan Pelatihan. Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kota Banjar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya mengalami berbagai hambatan terutama yang berkaitan dengan kualitas kerja yang dilakukan oleh pegawai yang masih kurang optimal sesuai dengan kebutuhan dan harapan Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kota Banjar. Berdasarkan hasil pengamatan awal, peneliti menemukan masalah yang berhubungan dengan kualitas kerja pegawai dilingkup Badan Kepegawaian, Pendidikan Dan Pelatihan Daerah Kota Banjarmasih rendah, adapun beberapa indikatornya dapat dilihat dari berbagai masalah yang muncul, yaitu: 6 1. Hasil kerja yang tidak maksimal Contohnya pada Sub Bagian Penyusunan Data dan Program dalam penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) tahun 2014–2019 yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali dan harus selesai dilaporkan pada awal tahun 2014 terlambat sampai 1-3bulan kedepan karena masih dilakukannya perbaikanperbaikan hingga berulang kali. Hal itu disebabkan karena penyusunan Renstra tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga mengakibatkan keterlambatan proses penyelesaikan penyusunan Renstra 2014-2019. 2. Antusiasme masih kurang Contohnya pada Bidang Pengembangan Pegawai dalam pengelolaan data Daftar Urut Kepangkatan (DUK) sering terjadi keterlambatan dalam penyusunan yang seharusnya diselesaikan bulan April dan Oktober ternyata baru selesai bulan Juni dan Desember, hal itu terjadi karena pegawai yang mengerjakan tidak semangat untuk menyelesaikan pekerjaannya dan sering menunda pekerjaan sehingga pada saat data pegawai sekota Banjar di butuhkan datanya tidak akurat. 3. Proses kerja yang lamban Contohnya pada Sub Bagian Keuangan dalam membuat Laporan Keuangan Per Semester masih mengalami perbaikan-perbaikan dan sangat lamban dalam proses penyelesaiannya. Padahal Laporan Keuangan ini sudah disusun terencana setiap semesternya harus sudah selesai dan dilaporkan pada Bulan Juni dan Desember, namun kenyataannya Laporan Keuangan ini terlambat hingga Juli dan Januari. Hal itu diduga karena proses penyelesaian Laporan 7 Keuangan ini tidak terencana dengan matang, ketelitian pegawai dalam menganalisa masalah tidak tepat dan menunda-nunda perbaikan tersebut, sehingga mengalami keterlambatan dalam menyampaian laporannya hingga satu bulan berikutnya. Tabel 1 Laporan Kualitas Kerja Pegawai No. 1 1. Jenis Kegiatan 2 Penyusunan Renstra Target Realisasi 3 4 Tanpa 1-3 bulan perbaikan 2. Penyusunan DUK April dan Juni dan Oktober Desember 3. Laporan Keuangan Juni dan Juli dan Desember Januari Sumber : Hasil Pengamatan Peneliti (2014) Keterangan 5 Renstra tidak sesuai dengan aturan DUK tidak tepat waktu Laporan Keuangan tidak terencana dengan matang Berdasarkan indikator-indikator masalah tersebut, diduga masalah itu muncul disebabkan oleh pelaksanaan reformasi birokrasi yang tidak berjalan dengan baik atau secara optimal dan pemberdayaan SDM yang dimiliki Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kota Banjar tidak sesuai yang dibutuhkan atau diharapkan sehingga mengakibatkan kualitas kerja pegawai masih rendah. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang : “Pengaruh Reformasi Birokrasi dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Kerja Pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kota Banjar”. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka peneliti mengemukakan pernyataan masalah (problem statement) yaitu kualitas kerja 8 pegawai masih rendah yang disebabkan oleh pelaksanaan reformasi birokrasi yang tidak berjalan dengan baik atau secara optimal dan pemberdayaan SDM yang dimiliki oleh Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kota Banjar tidak sesuai yang dibutuhkan atau diharapkan. Selanjutnya berdasarkan pernyataan masalah tersebut dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Berapa besar pengaruh reformasi birokrasi dan pemberdayaan SDM terhadap kualitas kerja pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kota Banjar? 2. Berapa besar pengaruh reformasi birokrasi terhadap kualitas kerja pegawai di Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kota Banjar? 3. Berapa besar pengaruh pemberdayaan SDM terhadap kualitas kerja pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kota Banjar? 1.3. Tujuan Penelitian a. Menganalisis besarnya pengaruh reformasi birokrasi dan pemberdayaan SDM terhadap kualitas kerja pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kota Banjar. b. Mengembangkan konsep teori pengaruh reformasi birokrasi, pemberdayaan SDM dan kualitas kerja pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kota Banjar. c. Menerapkan secara teoritis tentang reformasi birokrasi dan pemberdayaan SDM dalam memecahkan masalah kualitas kerja pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kota Banjar. 9 1.4. Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan dan memperluas pandangan ilmiah Ilmu Administrasi dalam Konentrasi Kebijakan Publik yang berkaitan dengan ilmu Reformasi Birokrasi, Pemberdayaan SDM dan Kualitas Kerja Pegawai. b. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi manfaat dan bahan masukan dalam pembinaan pegawai serta peningkatan proses hasil kerja bagi Badan Kepegawaian, Pendidikan Dan Pelatihan Daerah Kota Banjar melalui teori reformasi birokrasi dan pemberdayaan SDM dalam meningkatkan kualitas kerja pegawai.