Mendesak, Jakarta Perlu Lakukan Kajian Risiko Krisis dan

advertisement
Mendesak, Jakarta Perlu Lakukan Kajian Risiko Krisis dan
Bencana
Rabu, 09 Februari 2011 WIB, Oleh: Gusti
YOGYAKARTA - Bencana dan krisis adalah permasalahan yang sering dialami megacity di berbagai
belahan dunia, termasuk Jakarta. Kondisi itu diperparah dengan peningkatan pertumbuhan
penduduk yang sangat pesat, proses urbanisasi yang demikian cepat tanpa adanya perencanaan
yang baik, dan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan daya dukungnya. Permasalahan tersebut
akan menjadi permasalahan sosial jika tidak segera ditanggulangi. Oleh karena itu, koordinasi dan
sharing best practise yang baik antarpemangku kepentingan sangat dibutuhkan dalam mengurangi
risiko yang ditimbulkan.
Demikian yang mengemuka dalam Workshop “Risk, Crisis Prevention, and Disaster Management
in Megacities” yang bertempat di Kantor BPPT, Jalan M.H. Thamrin 8, Jakarta, Senin (7/2) lalu.
Workshop merupakan hasil kerja sama Fakultas Geografi UGM, BPPT, dan Universitas Koeln
Jerman.
Kepala Bidang Teknologi Mitigasi Bencana BPPT, Drs. Bambang Marwanta, M.T., mengutarakan
sudah saatnya megacity, seperti Jakarta, secara terpadu melakukan kajian penilaian risiko, juga
manajemen krisis dan bencana, dengan mempertimbangkan tidak hanya potensi ancaman bahaya
alam, tetapi juga bahaya akibat kegagalan teknologi dan perbuatan manusia.
Dr. Muh Aris Marfai dari Program S-2 Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS)
mengatakan pentingnya strategi adaptasi terhadap perubahan iklim, terutama untuk kota pesisir
dan megacity, seperti Jakarta. “Multi-use purposes kawasan pesisir dengan kompleksitas
permasalahannya secara signifikan mempengaruhi tingkat vulnerability dari kawasan ini terhadap
perubahan iklim global. Dengan meningkatnya kejadian banjir rob, banjir sungai, dan cuaca ekstrim,
maka diperlukan rencana aksi untuk mengurangi risiko bencana yang dapat diformulasikan secara
bersama antara pemerintah dan masyarakat,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Gerrit Peters dari Univ. of Cologne Germany mengemukakan beberapa
pengalaman riset yang dilakukannya terkait dengan kemampuan masyarakat Jakarta dalam
melakukan adaptasi dan strategi pengurangan risiko bencana banjir, salah satunya melalui metode
participatory urban appraisal. “Saya dan dan tim dari Program S-2 MPPDAS UGM kini tengah
berada di kawasan Muara Angke, Kampung Melayu, guna melakukan penjaringan selama dua bulan
untuk mendapatkan data-data terkait dengan kemampuan masyarakat untuk melakukan adaptasi
dan strategi pengurangan risiko bencana,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Lingkungan Hidup dari CIDES (Center Indonesia for Development and
Studies), M. Rudi Wahyono, menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat dalam penanganan
kebencanaan.
Dalam rilisnya yang dikirim Rabu (9/2), Aris Marfai mengatakan workshop tersebut juga merupakan
bagian dari kegiatan riset kerja sama Fakultas Geografi UGM dan University of Koeln tentang
potensi bencana dan permasalahan di megacity dengan studi kasus Jakarta. “Sharing konsep dan
pengetahuan praktis terkait dengan manajemen krisis dan bencana serta memformulasikan langkahlangkah konkret yang harus dilakukan di masa mendatang,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti
Grehenson)
Berita Terkait
●
●
●
●
●
Diperlukannya Revisi Tata Ruang dalam Memperkecil Risiko Bencana
PSBA UGM Gelar Kampanye Pengurangan Risiko Bencana
Sri Sultan: Pelatihan Mitigasi Bencana Perlu Digalakkan di Masyarakat
Perlu Asuransi Korban Bencana Alam
Kebakaran Hutan Percepat Perubahan Iklim
Download