BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi
2.1.1
Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan dasar interaksi antar manusia. Kesepakatan atau
kesepahaman dibangun melalui sesuatu yang berusaha bisa dipahami bersama
sehingga interaksi berjalan dengan baik. Persoalan mendasar dari masalah ini
terletak pada hambatan yang muncul dalam membangun kesepahaman dan usaha
mencapai tujuan secara maksimal.
Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau
gagasan. Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan
penyampaian dan penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan
tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang dipertukarkan tersebut.
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin “communicatus” atau
“communicatio” atau “communicare” yang berarti berbagi atau menjadi milik
bersama. Menurut kamus bahasa kata komunikasi mengacu pada suatu upaya
yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan. Dengan demikian maka secara garis
besar dalam suatu proses komunikasi harus terdapat unsur-unsur kesamaan makna
14
15
agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator
(penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan).1
Sebuah definisi singkat dibuat oleh Harold D. Lasswell bahwa cara yang
tepat untuk menerangkan suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan
“who says what in which channel to whom and with what effect” yang artinya
siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada
siapa dan apa pengaruhnya.2
Secara umum, komunikasi merupakan suatu proses pembentukan,
penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan. Komunikasi dapat terjadi dalam
diri seseorang, antara dua orang, beberapa orang atau banyak orang. Dalam
kutipan buku Pengantar Ilmu Komunikasi, Gerald R. Miller mengatakan
komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada
penerima dengan niat yang didasari untuk mempengaruhi perilaku penerima.
Hovland, Janis dan Kelley yang dikemukakan oleh Forsdale adalah ahli
sosiologi Amerika, mengatakan bahwa, “Communication is the process by which
an individual transmits stimuly (usually verbal) to modify the behaviour of other
individuals.” Dengan kata lain komunikasi adalah proses individu mengirim
stimulus yang biasanya dalam bentuk mengubah tingkah laku orang lain. Pada
1
Onong Uchjana Effendy, 1993, Human Relations dan Public Relations, Mandar Maju: Bandung,
hal. 3
2
Hafied Cangara, 2008, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, hal. 19
16
definisi ini, mereka menganggap komunikasi sebagai suatu proses, bukan sebagai
suatu hal.3
Komunikasi yang dianggap sebagai proses akan berhasil apabila pikiran
disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, jadi seorang
komunikator mengerti dan sadar dengan apa yang dia sampaikan. Sebaliknya
komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak
terkontrol.
Dari beberapa pengertian komunikasi yang telah disampaikan diatas, pada
hakikatnya ada unsur-unsur pokok dalam proses berkomunikasi, yaitu sebagai
berikut:
1. Sumber (Source), yaitu individu atau pejabat Humas yang berinisiatif
sebagai sumber atau untuk menyampaikan pesan-pesannya.
2. Pesan (Message), suatu gagasan, dan ide berupa pesan, informasi,
pengetahuan, ajakan, bujukan atau ungkapan bersifat pendidikan,
emosi dan lain sebagainya yang akan disampaikan komunikator
kepada perorangan atau kelompok tertentu (komunikan).
3. Saluran (Channel), berupa media, sarana, atau saluran yang
dipergunakan oleh komunikator dalam mekanisme penyampaian
pesan-pesan kepada khalayaknya.
4. Efek (Effect), suatu dampak yang terjadi dalam proses penyampaian
pesan-pesan tersebut. Dapat berakibat positif maupun negatif
3
Arni Muhammad, 2007, Komunikasi Organisasi, Bumi Aksara: Jakarta, hal. 2
17
tergantung dari tanggapan, persepsi, dan opini dari hasil komunikasi
tersebut.4
Peran komunikasi sangat penting bagi manusia dalam kehidupannya
sehari-hari sesuai dengan fungsi komunikasi yang bersifat: persuasif, edukatif,
dan informative. Sebab tanpa komunikasi maka tidak adanya proses interaktif:
saling tukar ilmu pengetahuan, pengalaman, pendidikan, persuasi, informasi dan
lain sebagainya. Proses penyampaian informasi atau pesan tersebut pada
umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa
percakapan yang mengandung makna yang dapat dimengerti atau dalam lambang
yang sama.
Peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi yaitu proses penyampaian
pesan atau informasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih (komunikator dan
komunikan) untuk mencapai tujuan atau menghasilkan efek yang diinginkan agar
menghasilkan feedback atau umpan balik melalui media-media yang digunakan.
2.1.2
Proses Komunikasi
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari
benaknya.
4
Perasaan
bisa
berupa
keyakinan,
kepastian,
keragu-raguan,
Rosady Ruslan, 2005, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi
Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, hal. 81
18
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul
dari lubuk hati.
Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain
tanpa menampakkan perasaan tertentu. Saat situasi yang lain seseorang
menyampaikan perasaannya kepada orang lain tanpa pemikiran. Tidak jarang pula
seseorang menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak
disadari.
Dalam berkomunikasi akan terjadi proses dimana seorang komunikator
menyampaikan pesan kepada komunikan, proses komunikasi terbagi menjadi dua
tahap, yakni secara primer dan sekunder:
1. Proses Komunikasi secara Primer
“Proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang
lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media, seperti:
bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan hal-hal yang secara langsung
mampu ‘menerjemahkan’ pikiran atau perasaan komunikator kepada
komunikan”.
2. Proses Komunikasi secara Sekunder
“Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai
lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan
media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan
sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya
19
banyak, media kedua yang digunakan seperti: surat, telepon, teleks,
surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan yang lainnya.”5
2.1.3
Tujuan Komunikasi
Tujuan
komunikasi
adalah untuk
membangun
atau menciptakan
pemahaman ataupun pengertian bersama. Saling memahami atau mengerti bukan
berarti harus menyetujui, tetapi dengan komunikasi terjadi suatu perubahan
sikap, pendapat, perilaku, ataupun perubahan secara sosial. Adapun tujuan
komunikasi, yaitu:
1.
Mengubah Sikap (to Change the Attitude)
Seorang komunikan setelah menerima pesan, kemudian sikapnya
berubah, baik positif maupun negatif. Dalam berbagai situasi, kita
berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain
bersikap positif sesuai keinginan kita.
2.
Mengubah Opini/Pendapat/Pandangan (to Change the Opinion)
Dalam komunikasi berusaha menciptakan pemahaman. Pemahaman
ialah kemampuan memahami pesan dengan cermat sebagaimana
dimaksudkan oleh komunikator. Setelah memahami arti komunikator
maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan.
3.
Mengubah Perilaku (to Change the Behavior)
Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku ataupun tindakan
seseorang.
5
Onong Uchjana Effendy, 2011, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya:
Bandung, hal. 11-16
20
4.
Mengubah Masyarakat (to Change the Society)
Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain
sehingga menjadi hubungan yang semakin baik. Dalam proses
komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar
hubungan interpersonal.6
Peneliti menyimpulkan bahwa setiap komunikasi yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan mempunyai tujuan. Tujuan komunikasi dapat
berupa untuk mengubah persepsi, sudut pandang maupun pendapat seseorang,
untuk mengubah sikap dan mengubah perilaku seseorang, serta untuk sosialisasi
diri sehingga komunikasi tersebut bisa dikatakan efektif.
2.2
Komunikasi Organisasi
2.2.1
Pengertian Komunikasi Organisasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harfiah
berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung.
Menurut Goldhaber (1986), komunikasi organisasi adalah:
“organizational communications is the process of creating and
exchanging messages within a network of interdependent relationship
to cope with environmental uncertainty, yang artinya: proses
menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan
yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang
tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.”7
6
7
Daryanto, 2011, Ilmu Komunikasi 1, PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera: Bandung, hal. 148
Op cit, hal. 67
21
Menurut Wiryanto komunikasi organisasi adalah pengiriman dan
penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun
informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang
disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan
organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan
berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi, seperti: memo,
kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Sedangkan komunikasi
informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada
organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.8
Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang mampu mengelola atau
mengatur organisasi secara efektif dan mampu melaksanakan kepemimpinan
secara efektif pula. Untuk itu pemimpin harus betul-betul dapat menjalankan
fungsinya sebagai seorang pemimpin.
Tercapainya tujuan dari organisasi, tentunya harus diiringi dengan
manajemen perusahaan yang baik, atau dengan kata lain dalam organisasi harus
tercipta kualitas hubungan yang baik (good relationship quality) dalam
manajemen agar memperkecil terjadinya konflik sebagai salah satu faktor
penghambat dalam keberlangsungan dan keberhasilan organisasi, karena itulah
diperlukan alur komunikasi yang efektif dan berimbang sebagai salah satu faktor
penjembatan antar sesama anggota yang berada di bawah naungan organisasi.
8
Wiryanto, 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo: Jakarta, hal. 30
22
2.2.2
Fungsi Komunikasi Organisasi
Menurut Conrad (dalam Tubbs dan Moss, 2005) ada beberapa fungsi di
dalam pengertian komunikasi organisasi, yaitu:
a. Fungsi
perintah,
berkenaan
dengan
anggota-anggota
organisasi
mempunyai hak dan kewajiban membicarakan, menerima, menafsirkan,
dan bertindak atas suatu perintah. Tujuan dari fungsi perintah adalah
koordinasi diantara sejumlah anggota yang bergantung dalam organisasi
tersebut.
b. Fungsi relasional, berkenaan dengan komunikasi memperbolehkan
anggota-anggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif
hubungan personal dengan anggota organisasi lain. Hubungan dalam
pekerjaan mempengaruhi kinerja pekerjaan (job performance) dalam
berbagai cara.
c. Fungsi manajemen ambigu, berkenaan dengan pilihan dalam situasi
organisasi sering dibuat dalam keadaan yang sangat ambigu. Komunikasi
adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan (ambiguity)
yang melekat dalam organisasi. Anggota berbicara satu dengan lainnya
untuk membangun lingkungan dan memahami situasi baru, yang
membutuhkan perolehan informasi bersama.
Fungsi pemimpin dalam organisasi seringkali memiliki spesifikasi berbeda
dengan bidang kerja atau organisasi lain. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa
macam hal, antara lain: jenis organisasi, situasi sosial dalam organisasi, dan
jumlah anggota kelompok (Ghiselli & Brown, 1973).
23
Batasan mengenai komunikasi organisasi secara sederhana, yaitu
komunikasi antar manusia (human communication) yang terjadi dalam konteks
organisasi. Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu
jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain (the flow of
messages within a network of interdependent relationship).
2.2.3
Aliran Komunikasi dalam Organisasi
Aliran informasi di dalam suatu organisasi adalah suatu proses dinamika.
Dalam proses inilah pesan-pesan secara tatap muka dan berkesinambungan
diciptakan, ditampilkan dan diinterpretasikan. Proses ini berlangsung terus dan
berubah secara konstan yang artinya komunikasi organisasi bukanlah sesuatu
yang terjadi kemudian berhenti komunikasi yang terjadi sepanjang waktu. 9
Komunikasi internal dalam organisasi meliputi antara lain ialah
komunikasi ke bawah (Downroad Communication), komunikasi ke atas (Upward
Communication),
komunikasi
ke
samping
(Lateral
Communication).
Penggolongan komunikasi ini didasarkan pada arah aliran pesan-pesan dan
informasi di dalam suatu organisasi.
1. Komunikasi ke Bawah (Downroad Communication)
Aliran informasi dalam komunikasi ke bawah mengalir dari tingkatan
manajemen puncak ke manajemen menengah, manajemen yang lebih
rendah dan akhirnya sampai pada karyawan operasional.
9
R. Wayne Pace & Don F.Faules, 2001, Komunikasi Organisasi, PT Remaja Rosdakarya: Bandung,
hal. 208
24
Komunikasi
ke
bawah
mempunyai
fungsi
pengarahan,
intruksi,
komunikasi ke bawah juga berisi informasi mengenai tujuan organisasi,
kebijakan-kebijakan
perusahaan,
peraturan,
pembatasan,
insentif,
tunjangan dan hak-hak karyawan. Dan akhirnya, bawahan dapat menerima
umpan balik tentang seberapa jauh mereka telah melaksanakan pekerjaan
mereka dengan baik.
2. Komunikasi ke Atas (Upward Communication)
Aliran komunikasi ke atas dari hirarki wewenang yang lebih rendah ke
yang lebih tinggi biasanya mengalir di sepanjang rantai komando. Fungsi
utamanya adalah untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan,
keputusan, dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih
rendah. Komunikasi ke atas dapat berupa laporan prestasi kerja
(performance report), saran-saran dan rekomendasi, usulan anggaran,
pendapat atau opini, keluhan, permohonan bantuan dan instruksi. Seperti
halnya dalam komunikasi ke bawah, karyawan berada di tingkatan
manajemen menengah dalam hirarki wewenang, bertindak sebagai
penyaring
informasi
yang
disalurkan
melalui
mereka.
Mereka
memadumadatkan dan meringkas informasi mengenai kejadian dan
pelaksanaan pekerjaan pada tingkatan karyawan yang lebih rendah.
Komunikasi ke atas sangat penting untuk mempertahankan dan bagi
pertumbuhan organisasi. Komunikasi itu memberikan manajemen umpan
balik yang diperlukan mengenai semangat kerja para karyawannya dan
berbagai ketidakpuasan yang mungkin terjadi. Komunikasi itu juga
25
membuat bawahan memiliki rasa memiliki (sense of belonging) dan
merasa sebagai bagian dari organisasi. Disamping itu juga memungkinkan
manajemen memiliki kesempatan untuk memperoleh berbagai gagasan
baru dari para pegawainya.10
3. Komunikasi Sejajar/ke samping (Lateral)
Komunikasi ke samping (Lateral Communication) terjadi antara dua
pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hirarki wewenang yang
sama (komunikasi horizontal) atau antara orang atau pihak pada tingkatan
yang berbeda yang tidak mempunyai wewenang langsung terhadap pihak
lainnya (komunikasi diagonal).
Komunikasi lateral memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman,
metode, dan masalah. Hal ini membantu organisasi menghindarkan
beberapa masalah dan memecahkan masalah yang lainnya. Komunikasi
lateral juga membangun semangat kerja dan kepuasan karyawan.
Hubungan yang baik dan komunikasi yang berarti diantara karyawan
merupakan sumber utama kepuasan karyawan, yang lebih umum lagi
komunikasi lateral bisa membantu mengkoordinasikan berbagai kegiatan
di
dalam
organisasi
dan
memungkinkan
berbagai
divisi
untuk
mengumpulkan pengalaman dan keahliannya.11
10
Joseph A. Devito, 1997, Komunikasi Antar Manusia, Edisi Kelima, Profesional books: Jakarta,
hal. 346
11
Ibid, hal. 348
26
Komunikasi ke atas, ke bawah, dan ke samping dapat berupa lisan dan
tertulis, verbal maupun non-verbal, dan juga dapat gaya, tata krama, pola
yang formal maupun informal dan bersifat satu arah maupun dua arah.12
2.3
Komunikasi Internal
2.3.1
Pengertian Komunikasi Internal
Komunikasi Internal merupakan proses komunikasi yang terjadi di dalam
ruang lingkup internal perusahaan, yang meliputi proses penyampaian pesan, dan
interpretasi makna diantara anggota organisasi. Komunikasi internal melalui
kegiatan internal dikatakan efektif apabila komunikasi itu dapat menghasilkan
perubahan di pihak penerima sesuai dengan harapan dan tujuan komunikator.
Perubahan yang dimaksud adalah sikap karyawan dalam bekerja dan pemahaman
(understanding) yang baik diantara mereka.
Komunikasi Internal didefinisikan oleh Lawrence D. Brennan sebagai:
“Interchange of ideas among the administrators and its particular
structure (organization) and interchange of ideas horizontally and
vertically within the firm which gets work done (operation and
management)” yang artinya: pertukaran gagasan diantara para
administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang
menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap
dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara
horizontal dan vertikal di dalam perusahan atau jawatan yang
menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen).13
12
Abdullah Masmuh, 2010, Komunikasi Organisasi dalam Perspektif, UPT Universitas
Muhammadiyah Malang: Malang, hal. 10-14
13
Onong Uchjana Effendy, 2007, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya:
Bandung, hal. 122
27
Organisasi
sebagai
kerangka
(framework)
menunjukkan
adanya
pembagian tugas antara orang-orang di dalam organisasi itu dan dapat
diklasifikasikan sebagai tenaga pimpinan dan tenaga yang dipimpin. Untuk
menyelenggarakan dan mengawasi pelaksanaan tujuan yang akan dicapai, manajer
atau administrator mengadakan peraturan sedemikan rupa sehingga ia tidak perlu
berkomunikasi langsung dengan karyawan. Ia membuat kelompok-kelompok
menurut jenis pekerjaannya dan mengangkat seorang sebagai penanggung jawab
atas kelompoknya. Dengan demikian pimpinan cukup berkomunikasi dengan para
penanggung jawab kelompok.
Fraizer Moore mengatakan bahwa fungsi komunikasi internal adalah
mengusahakan para karyawan mengetahui apa yang sedang dipikirkan
manajemen dan mengusahakan agar manajemen mengetahui apa yang
dipikirkan karyawan.14
Komunikasi Internal termasuk komunikasi organisasi yang penting dalam
keberlangsungan dan pembentukan mutual understanding diantara anggota
organisasi, agar tercipta suatu kondisi yang sinkron dan budaya serta iklim
organisasi yang penting dalam pencapaian visi dan misi organisasi. Komunikasi
internal bisa dilakukan dengan lisan, melalui media elektronik, visual dan tulisan.
Tujuan komunikasi internal adalah menghilangkan kesalahpahaman antara
pihak manajemen dan para karyawan yang seringkali menjadi penyebab
pemogokkan kerja selain itu juga merupakan upaya menjelaskan kebijakan
perusahaan atau membuka forum penampungan keluhan karyawan.
14
Fraizer Moore, 2004, Humas: Membangun Citra dengan Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya:
Bandung, hal. 87
28
2.3.2
Dimensi Komunikasi Internal
Dimensi komunikasi internal terdiri dari komunikasi vertikal dan
komunikasi horizontal:
1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi Vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward
communication) dan dari bawah ke atas (upward communication), adalah
komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada
pimpinan secara timbal balik (two-way traffic communication).15
Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi,
petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, penjelasan-penjelasan, dan lainlain kepada bawahannya. Dalam pada itu, bawahan memberikan laporanlaporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan kepada pimpinan.
Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut dalam organisasi penting
sekali karena jika hanya satu arah saja dari pimpinan kepada bawahan,
roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik.
2. Komunikasi Horizontal
Komunikasi Horizontal ialah komunikasi secara mendatar, antara anggota
staff dengan anggota staff, karyawan sesama karyawan, dan sebagainya.
Komunikasi horizontal berlangsung tidak formal karena mereka
berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu mereka sedang bekerja,
15
Onong Uchjana Effendy, 2007, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya:
Bandung, hal. 123
29
melainkan pada saat istirahat, sedang rekreasi, atau pada waktu pulang
kerja.
Antara komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal terkadang terjadi
komunikasi diagonal. Komunikasi diagonal atau yang disebut komunikasi
silang (cross communication) adalah komunikasi antara pimpinan seksi
dengan pegawai seksi lain.16
2.3.3
Jenis-jenis Komunikasi Internal
Komunikasi Internal meliputi berbagai cara yang dapat diklasifikasikan
menjadi dua jenis, yakni:
1. Komunikasi Persona (Personal Communication)
Merupakan komunikasi antara dua orang dan dapat berlangsung dengan
dua cara:
a. Komunikasi Tatap Muka (Face to Face Communication)
Berlangsung secara dialogis sambil saling menatap sehingga terjadi
kontak pribadi. Karena situasinya tatap muka, maka dianggap
sebagai jenis komunikasi efektif untuk mengubah sikap, pendapat,
dan perilaku (attitude, opinion, and behaviour change) seseorang.
b. Komunikasi bermedia (Mediated Communication)
Adalah komunikasi dengan menggunakan alat, umpamanya
telepon dan memorandum. Karena melalui alat, maka antara kedua
orang tersebut tidak terdapat kontak pribadi.
16
Ibid, hal. 124-125
30
2. Komunikasi Kelompok (Group Communication)
Komunikasi kelompok ialah komunikasi antara seseorang dengan
sekelompok orang dalam situasi tatap muka, seperti: komunikasi yang
terjadi dalam rapat, briefing, brainstorming, dan upacara bendera. Dalam
komunikasi kelompok ini terdapat kelompok kecil dan besar yang
ditentukan berdasarkan ciri dan sifat komunikan dalam hubungannya
dengan proses komunikasi.
a. Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication)
Yaitu komunikasi antara seorang manajer atau administrator
dengan sekelompok karyawan yang memungkinkan terdapatnya
kesempatan bagi salah seorang untuk memberikan tanggapan
secara verbal. Pemimpin dapat melakukan komunikasi antarpesona
dengan salah seorang peserta kelompok.
b. Komunikasi Kelompok Besar (Large Group Communication)
Yaitu kelompok komunikan yang karena jumlahnya yang banyak,
dalam suatu situasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan
untuk memberikan tanggapan secara verbal.17
Komunikasi hubungan masyarakat internal itu dapat menjadi komunikasi
yang efektif, apabila:
a) Adanya keterbukaan manajemen perusahaan (open management system)
terhadap para karyawannya.
17
Ibid, hal. 126-128
31
b) Saling menghormati atau menghargai (mutual appreciation) antara satu
sama lain, baik ia bertindak sebagai pimpinan maupun sebagai bawahan
demi tercapainya tujuan utama perusahaan.
c) Adanya kesadaran atau pengakuan dari pihak perusahaan akan nilai-nilai
dari arti pentingnya suatu “komunikasi timbal balik” dengan para
karyawannya.18
Keberadaan seorang Public Relations tidak hanya harus memiliki
keterampilan (skill) dan berpengalaman sebagai seorang komunikator, mediator
dan hingga persuador, tetapi juga harus didukung dengan sumber-sumber daya
teknis yang canggih dan sekaligus sebagai media komunikasinya.
2.3.4
Media Komunikasi Internal
Media komunikasi adalah alat perantara dalam proses komunikasi atau
proses penyampaian isi pernyataan (message) dari komunikator sampai kepada
komunikan atau proses penyampaian umpan balik (feedback) dari komunikan
sampai kepada komunikator.19
Menurut Rosady Ruslan, media komunikasi internal adalah media yang
digunakan untuk mengkomunikasikan suatu informasi kepada pendengar atau
pembaca (audience) baik cetak ataupun elektronik.20
18
Rosady Ruslan, 2005, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan
Aplikasi, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, hal. 271-272
19
A.M. Hoeta Soehoet, 2003, Media Komunikasi, Yayasan Kampus Tercinta IISIP: Jakarta, hal. 1
20
Op Cit, hal. 20
32
Media korporasi atau organisasi secara lebih luwes dapat membantu pihak
manajemen korporasi atau pengurus suatu organisasi untuk menanamkan,
memelihara, dan memperkenalkan perubahan yang berkaitan dengan budaya
korporasi atau organisasi dalam cara yang lebih sesuai dan pada kesempatan yang
lebih tepat.21
Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada media internal perusahaan
karena sesuai dengan judul penelitian ini membahas tentang strategi komunikasi
internal maka media yang digunakan adalah media internal. Media internal yang
digunakan sebagai cara untuk mengkomunikasikan Icon “Saptatama”, yaitu
melalui media pemasangan poster, broadcast message, email, dan meeting.
Poster adalah kertas-kertas atau papan yang ditempel atau dipasang pada
suatu tempat yang dianggap strategis dan mudah dibaca. Isi poster dapat berupa
pengumuman, perhatian, suatu sasaran atau anjuran kepada publik yang mudah
membaca atau melihat gambar dari poster yang dipajangkan di suatu tempat.
Pesan itu ditulis dan kadang-kadang dihiasi dengan gambar-gambar supaya
menarik perhatian orang, sehingga pesan-pesan yang ditulis di dalam poster
tersebut diketahui dan diperhatikan.22
Tujuan penggunaan poster secara umum yaitu digunakan untuk
mewujudkan motif komunikasi, sedangkan secara khusus adalah untuk menarik
perhatian banyak orang dalam waktu singkat mengenai isi pernyataan.
21
Ashadi Siregar dan Rondang Pasaribu, 2000, Bagaimana Mengelola Media Komunikasi
Organisasi, Cetakan Kelima, Kanisius: Yogyakarta, hal. 34
22
A.M. Hoeta Soehoet, 2003, Media Komunikasi, Yayasan Kampus Tercinta IISIP: Jakarta, hal. 34
33
2.4
Public Relations
2.4.1
Pengertian Public Relations
Public Relations menyangkut kepentingan setiap organisasi, baik itu
organisasi yang bersifat komersial maupun yang non-komersial. Kehadirannya
tidak bisa dicegah, terlepas dari kita menyukainya atau tidak. Public Relations
terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang
bersangkutan dengan siapa saja yang menjalin kontak dengannya.
Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan
mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan
publik yang akan mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.23
Sebagai acuan definisi Public Relations diambil dari British (Institute of
Public Relations) IPR, Public Relations yaitu:
a. “Public Relations activity is a management of communications between an
organization and its publics.” yang artinya (Aktivitas Public Relations
adalah mengelola komunikasi antara organisasi dan publiknya).
b. “Public Relations practice is deliberate, planned and sustain effort to
establish and maintain mutual understanding between an organization and
its public.” yang artinya (Praktik Public Relations adalah memikirkan,
23
Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom, 2006, Effective Public Relations, Kencana:
Jakarta, hal. 6
34
merencanakan dan mencurahkan daya untuk membangun dan menjaga
saling pengertian antara organisasi dan publiknya).24
Dari definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Public Relations
harus dapat menjalin hubungan melalui komunikasi kepada publik. Dengan
komunikasi yang baik dalam menciptakan hubungan, maka publik akan
memberikan opini yang positif mengenai organisasi. Public Relations juga
membantu manajemen dalam memelihara hubungan baik dengan publik.
Public Relations merupakan unit kerja yang memiliki ruang lingkup yang
sangat luas dan menyangkut hubungan dengan berbagai pihak. Secara umum
Public Relations memiliki kedudukan yang cukup strategis, maksudnya adalah
berada di pihak internal dan eksternal. Di dalam lingkup internal yaitu antara
pimpinan dengan karyawan, lingkup eksternal yaitu dengan publik dan pemegang
saham. Jadi, Public Relations tidak hanya merupakan mediator terhadap publik
eksternal, tetapi juga harus mengetahui segala sesuatu baik situasi maupun kondisi
yang berkaitan opini publik yang muncul dan ditujukan bagi kepentingan
perusahaan atau organisasi.
Seorang Public Relations selalu menghadapi banyak pihak, mulai dari
internal perusahaan seperti: staff, anggota atau pegawai organisasi itu sendiri
hingga ke eksternal perusahaan seperti: para agen, perantara konsumen, dan
sebagainya.
24
Rosady Ruslan, 2005, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, PT Raja Grafindo
Persada: Jakarta, hal. 16
35
Public Relations harus tahu benar tentang segala seluk-beluk organisasi
dan mampu mewakilinya dalam berbagai kesempatan atau keperluan. Oleh karena
itu jelas Public Relations harus berhubungan secara dekat dan continue dengan
semua orang dalam organisasinya.
2.4.2
Peran Public Relations
Dalam kesehariannya Public Relations melakukan semua peran dalam
tingkatan yang berbeda, meskipun ada peran dominan dalam pekerjaan sehari-hari
dan dalam cara berhadapan dengan orang lain, ada beberapa peran Public
Relations yang dapat dijabarkan seperti dibawah ini:
1. Expert Presciber (Penasehat Ahli)
Seorang praktisi atau pakar Public Relations yang berpengalaman dan
memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam
menyelesaikan masalah hubungan dengan publiknya.
2. Communication Fasilitator (Fasilitator Komunikasi)
Praktisi Public Relations bertindak sebagai komunikator atau mediator
untuk membantu pihak manajamen dalam hal mendengar apa yang
diinginkan dan diharapkan oleh publiknya.
3. Problem Solving Process Fasilitator (Fasilitator Proses Pemecahan
Masalah)
Praktisi Public Relations dalam memecahkan masalah, merupakan bagian
dari tim manajemen. Bertujuan untuk membantu pimpinan organisasi baik
sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan keputusan
36
(eksekusi) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi
secara rasional dan profesional.
4. Communication Technician (Teknisi Komunikasi)
Peranan communication technician ini menjadikan praktisi Public
Relations sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan
teknis komunikasi atau dikenal dengan methode of communication in
organization.25
Berdasarkan peranan seorang Public Relations diatas, dapat disimpulkan
bahwa peranan seorang praktisi Public Relations di sebuah perusahaan atau suatu
organisasi sangat dibutuhkan dan sangat berpengaruh bagi kemajuan dan
kesuksesan perusahaan, karena dari setiap peran yang dilakukan oleh seorang
Public Relations bertujuan untuk mencegah dan mencari solusi dari setiap
masalah yang datang pada setiap perusahaan atau organisasi. Serta bertujuan
untuk membentuk citra dan juga untuk mempertahankan reputasi perusahaan
dimata para stakeholder-nya.
2.4.3
Fungsi Public Relations
Fungsi seorang Public Relations menurut Cutlip, Center dan Broom,
berdasarkan ciri khas kegiatan seorang Public Relations, yaitu:
1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama
(fungsi melekat pada manajemen lembaga atau organisasi).
25
Rosady Ruslan, 2006, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi,
PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, hal. 20
37
2. Membina hubungan yang harmonis antara badan atau organisasi dengan
publiknya yang merupakan khalayak sasaran.
3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi,
dan tanggapan masyarakat terhadap suatu badan atau organisasi yang
diwakilinya, atau sebaliknya.
4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada
pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama.
5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus
informasi, publikasi serta pesan dari badan atau organisasi ke publiknya
atau sebaliknya, demi terciptanya citra positif bagi kedua belah pihak.
Sedangkan menurut Edward L. Bernay, terdapat tiga fungsi utama Public
Relations, yaitu:
1. Memberikan penerangan kepada masyarakat.
2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat
secara langsung.
3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan atau
lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya.26
Jadi, menurut peneliti berdasarkan uraian diatas tentang fungsi seorang
Public Relations, yaitu suatu badan atau divisi yang mempunyai andil untuk
memajukan perusahaan serta untuk menciptakan, menjaga dan mampu
26
Ibid, hal. 18-19
38
mempertahankan citra maupun reputasi yang positif perusahaan dimata para
stakeholders-nya.
2.4.4
Tugas Public Relations
Public Relations diadakan oleh manager untuk membantu organisasi
mencapai tujuannya. Tugasnya ke internal yaitu membina hubungan yang
harmonis antara manajer beserta staff-nya dengan para karyawan; mengusahakan
agar para karyawan bekerja dengan senang dan merasa puas; meneliti perasaan,
kesulitan dan keinginan para karyawan. Tugasnya ke eksternal yaitu membina
hubungan
yang
harmonis
antara
organisasi
dengan
publik
eksternal,
memperkenalkan produksi, meningkatkan jumlah langganan dan sebagainya.
Ada sepuluh kategori yang meringkaskan apa yang dilakukan oleh Public
Relation di tempat kerja, yaitu:
1. Menulis dan Mengedit: Menyusun rilis berita dalam bentuk cetak atau siaran,
cerita feature, newsletter untuk karyawan dan stakeholder eksternal,
korespondensi, pesan Website dan pesan media online lainnya, laporan
tahunan dan shareholder, pidato, brosur, film dan scripts slide-show, artikel
publikasi perdagangan, iklan institusional, dan materi-materi pendukung
teknis lainnya.
2. Hubungan Media dan Penempatan Media: Mengontak media koran, majalah,
suplemen mingguan, penulis freelance, dan publikasi perdagangan agar
mereka mempublikasikan atau menyiarkan berita atau feature tentang
organisasi yang ditulis oleh organisasi itu sendiri atau oleh orang lain.
39
Merespons permintaan informasi oleh media, memverifikasi berita, dan
membuka akses ke sumber otoritatif.
3. Riset: Mengumpulkan informasi tentang opini publik, tren, isu yang sedang
muncul, iklim politik dan peraturan perundangan, liputan media, opini
kelompok kepentingan dan pandangan-pandangan lain berkenaan dengan
stakeholder organisasi. Mencari database di internet, jasa online, dan data
pemerintah elektronik. Mendesain riset program, melakukan survei dan
menyewa perusahaan riset.
4. Manajemen dan Administrasi: Pemrograman dan perencanaan dengan
bekerjasama dengan manajer lain; menentukan kebutuhan, menentukan
prioritas, mendefinisikan publik, seting dan tujuan, dan mengembangkan
strategi atau taktik. Menata personel, anggaran, dan jadwal program.
5. Konseling: Memberi saran kepada manajemen dalam masalah sosial, politik,
dan peraturan, berkonsultasi dengan tim manajemen mengenai cara
menghindari atau merespons krisis; dan bekerja bersama pembuat keputusan
kunci untuk menyusun strategi untuk mengelola atau merespons isu-isu yang
sensitif dan kritis.
6. Acara Spesial: Mengatur dan mengelola konferensi pers, lomba lari 10K,
konvensi, open house, pemotongan pita dan grand opening, perayaan ulang
tahun, acara pengumpulan dana, mengunjungi tokoh terkemuka, mengadakan
kontes, program penghargaan, dan kegiatan khusus lainnya.
40
7. Pidato: Tampil di depan kelompok, melatih orang untuk memberikan kata
sambutan dan mengelola biro juru bicara untuk menjelaskan platform
organisasi di depan audien penting.
8. Produksi: Membuat saluran komunikasi dengan menggunakan keahlian dan
pengetahuan multimedia, termasuk seni, tipografi, fotografi, tata letak, dan
computer desktop publishing; perekaman audio dan video dan editing; dan
menyiapkan presentasi audiovisual.
9. Training: Mempersiapkan eksekutif dan juru bicara untuk menghadapi media
dan tampil di hadapan publik. Memberi petunjuk kepada orang lain di dalam
organisasi untuk meningkatkan keahlian menulis dan berkomunikasi.
Membantu memperkenalkan perubahan dalam kultur, kebijakan, struktur, dan
proses organisasional.
10. Kontak: Bertugas sebagai penghubung (liaison) dengan media, komunitas,
dan kelompok internal dan eksternal lainnya. Sebagai mediator antara
organisasi dan stakheloder penting dengan bertugas untuk mendengarkan
pandangan, menegosiasikan, mengelola konflik, dan menjalin kesepakatan.
Sebagai tuan rumah dengan melakukan pertemuan dan jamuan untuk tamu
dan pengunjung.27
Meskipun berada di urutan terakhir, yakni tugas “menjalin hubungan baik
dengan orang lain”, namun seringkali tugas inilah yang pertama kali dikaitkan
dengan bidang Public Relations.
27
Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom, 2006, Effective Public Relations, Kencana:
Jakarta, hal. 40-41
41
2.5
Strategi Komunikasi
2.5.1
Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan
tersebut strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah
saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.
Demikian pula dengan strategi komunikasi yang merupakan paduan
perencanaan program komunikasi (communication planning) dengan manajemen
komunikasi (communication management) untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, dimana pendekatannya dilakukan tergantung pada situasi dan
kondisi.28
Strategi komunikasi berperan penting dalam sebuah organisasi. Berhasil
tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh strategi
komunikasi yang telah direncanakan oleh organisasi atau perusahaan.
Strategi komunikasi harus mampu menujukkan bagaimana operasionalnya
secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa
berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi perusahaan.
2.5.2
Tujuan Strategi Komunikasi
Tujuan komunikasi dilihat dari berbagai aspek dalam kampanye dan
propaganda, baik untuk keperluan promosi maupun publikasi. Misalnya untuk
28
Rosady Ruslan, 2006, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi Konsepsi dan Aplikasi,
PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, hal. 32
42
tujuan komunikasi dalam dunia Public Relations bertujuan untuk menciptakan
pengetahuan dan pengertian, pemahaman, kesadaran dan minat, serta dukungan
dari berbagai pihak untuk memperoleh citra bagi organisasi atau perusahaan yang
diwakilinya.
Tujuan sentral strategi komunikasi menurut R. Wayne Pace, Brent D.
Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam bukunya, Techniques for Effective
Communication, menyatakan bahwa tujuan sentral komunikasi terdiri dari atas
tiga tujuan utama, yaitu: pertama adalah to secure understanding, memastikan
bahwa komunikasi mengerti pesan yang diterimanya. Andaikata ia sudah dapat
mengerti dan menerima, maka penerimaannya itu harus dibina (to establish
acceptance). Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motive action).29
Cutlip, Center dan Broom menyatakan bahwa tujuan strategi komunikasi
adalah:
1. Memberikan informasi kepada khalayak internal dan eksternal untuk
melakukan tindakan yang diinginkan.
2. Mempengaruhi khalayak untuk mendukung dan menerima tindakan
tersebut.
3. Menginstruksikan khalayak untuk mengubah keinginan menjadi tindakan
berdasarkan kemampuan.30
29
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, 2005, Komunikasi Organisasi Strategi Meningkatkan Kinerja
Perusahaan, PT Remaja Rosdakarya: Bandung, hal. 170
30
Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom, 2006, Effective Public Relations, Kencana:
Jakarta, hal. 389
43
Dalam hal ini terkait dengan judul penelitian, bahwasannya Icon
“Saptatama” memberikan informasi kepada internal CSS dan customer CSS
dalam hal ini yaitu pekerja PT Pertamina (Persero) tentang peran dan fungsi dari
Corporate Shared Service (CSS) serta untuk merepresentasikan fungsi CSS dalam
berkomunikasi secara simbolik.
2.5.3
Komponen-komponen Strategi Komunikasi
Menurut Cutlip, Center dan Broom, strategi komunikasi yang dirancang
haruslah menunggu tindakan (action) sehingga dalam merancang strategi
komunikasi harus memperhatikan komponen-komponen pembentuknya.31
Terdapat beberapa komponen strategi komunikasi diantaranya:
1. Khalayak (Audience)
Menurut Rhenald Kasali, “Khalayak adalah sasaran yang ingin dituju
dalam pelaksanaan kegiatan Public Relations. Khalayak dalam kegiatan
Public Relations dapat disebut juga stakeholders yakni kumpulan dari
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.”32
Khalayak merupakan komponen aktif yang dapat saling berhubungan dan
mempengaruhi dalam kegiatan komunikasi berdasarkan pada kesamaan
kepentingan, dilihat dari kondisi dan situasi antara komunikator dengan
khalayak. Untuk dapat mempengaruhi khalayak sasarannya tersebut, maka
31
Ibid, hal. 407
Rhenald Kasali, 1999, Manajemen Public Relations Cetakan Kedua, PT Pustaka Utama Grafiti:
Jakarta, hal. 10
32
44
komunikator harus melakukan identifikasi terhadap khalayaknya yang
dilakukan melalui orientasi, penjajakan atau penelitian.33
2. Pesan (Message)
Salah satu strategi komunikasi yang sangat menentukan dalam
keberhasilan kegiatan komunikasi ialah perancangan isi pesan komunikasi
yang dilakukan setelah mengenal masalah dan khalayak.
Perancangan isi pesan dilakukan dengan menentukan tema dan materi (isi)
yang tepat
untuk mempengaruhi khalayak serta membangkitkan
perhatiannya. Pesan yang dirancang haruslah memperhatikan:
a. Content
Pesan harus memuat informasi yang sesuai dengan kebutuhan
khalayak atau sebagai jawaban atas suatu permasalahan, atau dapat
dijelaskan bahwa isi pesan harus memuat informasi yang
bermanfaat bagi khalayak.
b. Clarity
Pesan yang dirancang haruslah mencolok (contrast) dengan
menggunakan tanda-tanda yang unik atau berbeda dan mudah
diingat sehingga dapat menarik dan mudah diperhatikan. Pesan
juga harus memiliki karakteristik tersendiri dan tidak sama dengan
isi pesan komunikasi lainnya. Sehingga tidak membuat jenuh
khalayaknya apabila pesan tersebut dikomunikasikan berulangulang.
33
Onong Uchjana Effendy, 2007, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya:
Bandung, hal. 59
45
c. Continuity
Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan maka pesan harus
disampaikan berulang-ulang sehingga isi dari pesan dapat diterima
dengan jelas oleh khalayak. Hal ini dilakukan agar maksud dari isi
pesan tersebut dapat tertanam dengan baik dibenak sasaran
khalayak sehinggan khalayak melaksanakan hal yang dituju dari
kegiatan-kegiatan komunikasi Public Relations.
2.5.4
Media Strategi Komunikasi
Apabila kita sudah melakukan identifikasi kepada khalayak yang akan
dituju dan merancang pesan yang akan disampaikan maka dapat dipilih media
yang tepat. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media
komunikasi yang antara lain:
1. Content (isi)
Dalam memilih media Public Relations juga harus memperhatikan
keadaan dan kondisi khalayak. Oleh sebab itu Public Relations harus dapat
memilih media yang dapat mendukung maksud atau isi makna dan tujuan
dari pesan yang ingin disampaikan sehingga kegiatan komunikasi yng
dilakukan dapat diterima dengan baik dan benar oleh khalayak.
2. Capability of the Audience (kemampuan khalayak)
Dalam memilih media harus dilakukan dengan selektif dan disesuaikan
dengan keadaan dan kondisi (situasi) khalayak sehingga dalam pemilihan
media harus dapat menjangkau semua khalayak yang dituju yang
46
disesuaikan dengan kehidupan, kemampuan dan pengetahuan khalayak
tersebut.
3. Methode (metode)
Dalam strategi komunikasi, metode penyampaian pesan dapat dilihat
berdasarkan dua aspek, yaitu:
1) Cara pelaksanaan komunikasi:
a. Redudancy (Repetition)
Adalah cara mempengaruhi khalayak dengan mengulang-ulang
pesan untuk mengubah cara pandang.
b. Canalizing
Adalah penyampaian tujuan dengan cara mengenal khalayak
terlebih dahulu lalu mengubah sikapnya sedikit demi sedikit.
2) Berdasarkan bentuk/isi pesan:
a. Informatif:
digunakan
untuk
memberikan
penerangan
(informasi) dalam bentuk isi pesan tertentu.
b. Persuasif: biasanya digunakan untuk mempengaruhi khalayak
dengan jalan membujuk atau sugesti.
c. Edukatif: digunakan untuk mempengaruhi khalayak dengan
suatu pernyataan umum berdasarkan pendapat, fakta dan
pengalaman.
d. Coercive (Koersif): biasanya digunakan untuk mempengaruhi
khalayak dengan jalan memaksa.34
34
Ibid, hal. 69-73
47
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pelaksanaan
strategi komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Cutlip, Center dan Broom,
yang lebih dikenal dalam tujuh strategi atau faktor terpenting komunikasi “the
seven Communications (7C’s)” yang meliputi:
1. Credibility (Kredibilitas)
Komunikasi dimulai dengan iklim rasa saling percaya. Iklim ini
dibangun melalui kinerja di pihak institusi, yang merefleksikan
keinginan untuk melayani stakeholder dan publik. Penerima harus
percaya kepada pengirim informasi dan menghormati kompetensi
sumber informasi terhadap topik informasi.
2. Context (Konteks)
Program komunikasi harus sesuai dengan kenyataan lingkungan.
Media massa hanyalah suplemen untuk ucapan dan tindakan dalam
kehidupan sehari-hari. Harus disediakan konteks untuk partisipasi
dan umpan balik. Konteks harus menginformasikan, bukan
menentang isi pesannya. Komunikasi yang efektif membutuhkan
lingkungan sosial yang mendukung, yang sebagian besar
dipengaruhi media massa.
3. Content (Isi)
Pesan harus mengandung makna bagi penerimanya dan harus
sesuai dengan sistem nilai penerima. Pesan harus relevan dengan
situasi penerima. Pada umumnya orang memilih item informasi
48
yang menjanjikan manfaat yang besar bagi mereka. Isi pesan
menentukan audien.
4. Clarity (Kejelasan)
Pesan harus diberikan dalam istilah sederhana. Kata harus
bermakna sama menurut si pengirim dan penerima. Isu yang
kompleks harus dipadatkan ke dalam tema, slogan atau stereotip
yang mengandung kesederhanaan dan kejelasan. Semakin jauh
pesan akan dikirim, pesan itu seharusnya semakin sederhana.
Organisasi harus berbicara dengan satu suara, tidak banyak suara.
5. Continuity and Consistency (Kontinuitas dan Konsistensi)
Komunikasi adalah proses tanpa akhir. Ia membutuhkan repetisi
agar bisa masuk. Repetisi – dengan variasi – berperan untuk
pembelajaran dan persuasi. Beritanya harus konsisten.
6. Channel (Saluran)
Saluran komunikasi yang sudah ada harus digunakan, sebaiknya
saluran yang dihormati dan dipakai oleh si penerima. Menciptakan
saluran baru bisa jadi sulit, membutuhkan waktu, dan mahal.
Saluran yang berbeda punya efek berbeda dan efektif pada tingkat
yang
berbeda-beda
dalam
tahap
proses
difusi
informasi.
Dibutuhkan pemilihan saluran yang sesuai dengan publik sasaran.
Orang mengasosiasikan nilai yang berbeda-beda pada berbagai
saluran komunikasi.
49
7. Capability of the Audience (Kapabilitas atau Kemampuan Audien)
Komunikasi
harus
mempertimbangkan
kemampuan
audien.
Komunikasi akan efektif apabila tidak banyak membebani
penerima untuk memahaminya. Kemampuan ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti waktu yang mereka miliki, kebiasaan,
kemampuan membaca, dan pengetahuan yang telah mereka
punyai.35
2.5.5
Tahapan Strategi Komunikasi
Strategi adalah keseluruhan rencana organisasi, meliputi apa yang ingin
dicapai dan bagimana cara mencapainya. Terdapat tiga tahapan dalam strategi
diantaranya:
1. Tahap menetapkan tujuan
Tujuan merupakan pernyataan tentang suatu isu dan gambaran
bagaimana mencapai harapan yang diinginkan. Tujuan komunikasi
dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni:
a. Reputation Management Goal, yang berhubungan dengan
identitas dan persepsi organisasi.
b. Relationship Management Goal, yang berkaitan dengan
hubungan organisasi dengan para publiknya.
c. Task Management Goal, yang berhubungan dengan cara
melakukan suatu tugas.
35
Scott M. Cutlip, Allen H. Center dan Glen M. Broom, 2006, Effective Public Relations, Kencana:
Jakarta, hal. 408
50
Sedangkan sasaran atau objective adalah pernyataan yang muncul dari
tujuan organisasi. Sasaran harus dinyatakan dengan jelas dan dapat
diukur, memusatkan pada publik dan dampak, dan dinyatakan waktu
untuk pencapaian sasaran.
2. Tahap memformulasikan aksi dan strategi respon
Strategi perencanaan komunikasi yang dapat dipergunakan ada dua
jenis, yaitu proactive strategies, yakni strategi komunikasi yang
muncul atas inisiatif organisasi sesuai dengan rencana organisasi
sebelumnya. Sedangkan reactive strategies adalah strategi yang
merupakan reaksi atas pengaruh lingkungan dan peluang lingkungan
organisasi.
3. Tahap menggunakan komunikasi efektif
Komunikasi yang efektif pun perlu dirumuskan, yang perlu
diperhatikan dalam perumusan pesan yang efektif adalah komunikator
yang akan menyampaikan pesan, pendekatan yang digunakan dalam
menyusun pesan, struktur pesan termasuk kata dan simbol yang akan
digunakan.36
2.5.6
Perumusan Strategi Komunikasi
Perumusan strategi pesan didasarkan terhadap pesan dan target sasaran
penyampaian pesan. Menurut Wilbur Schramm dalam, bukunya The Process and
36
Onong Uchjana Effendy, 2007, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remaja Rosdakarya:
Bandung, hal. 35
51
Effect of Mass Communications, strategi komunikasi melalui isi pesan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Pesan yang dibuat sedemikian rupa dan selalu menarik perhatian.
2. Pesan dirumuskan melalui lambang-lambang yang mudah dipahami
atau dimengerti oleh komunikan.
3. Pesan menimbulkan kepribadian dari komunikannya.
4. Pesan merupakan kebutuhan yang dapat dipenuhi, sesuai dengan
situasi dan keadaan kondisi dari komunikan.
Pesan yang disampaikan dalam Icon “Saptatama” ini yaitu merupakan
pengejawantahan tugas atau peranan fungsi-fungsi yang terdapat dalam Corporate
Shared Service (CSS) PT Pertamina (Persero) yang dilambangkan dengan
karakter
“Saptatama”
yang
ditandai
dengan
tokoh
pewayangan
yang
menggambarkan untuk masing-masing fungsi yang ada di fungsi Corporate
Shared Service PT Pertamina (Persero).
2.5.7
Implementasi Strategi Komunikasi
Keberhasilan
manajemen
komunikasi
yang
baik
ditentukan
dari
perumusan dan implementasi strategis yang baik, dan setelah itu dilakukanlah
proses evaluasi dan kontrol dari hasil perumusan dan implementasi strategi yang
baik dari organisasi. Dalam mengimplementasikan sebuah strategi komunikasi
maka, terdapatlah langkah-langkah yang harus dilakukan.
Menurut Shuler dan S.E Jackson tahapan mengimplementasikan strategi
komunikasi yang baik adalah:
52
1. Menganalisis struktur formal dan informal, dimaksudkan disini lebih
menjelaskan kembali secara jelas siapa yang melakukan perencanaan
strategis.
2. Analisis kultur organisasi untuk mengetahui apa yang dilakukan.
3. Memilih pendekatan yang paling sesuai untuk mengimplementasikan
strategi dengan tujuan untuk melihat bagaimana orang yang
merencanakan strategi tersebut melakukan apa yang diperlukan.
4. Mengimplementasikan strategi yang sudah dirumuskan.37
2.5.8
Evaluasi Strategi Komunikasi
Menurut Rhenald Kasali, evaluasi merupakan suatu proses untuk
melakukan kontrol dan sebagai input dalam pengambilan keputusan dimasa
depan.38
Secara sederhana proses ini dijalankan untuk memastikan apakah
perusahaan sudah mencapai apa yang sudah ditetapkan. Untuk proses evaluasi
terdapat beberapa tahapan, Wholen dan Hunger menjelaskan masing-masing
tahapan strategi evaluasi sebagai berikut:
1. Menetapkan apa yang hendak di evaluasi.
2. Menetapkan standar kerja.
3. Ukuran kinerja aktual.
4. Membandingkan kinerja aktual dengan standar.
5. Mengambil langkah korektif.39
37
Anwar Arifin, 1994, Sebuah Pengantar Ringkas Strategi Komunikasi, CV. Armico: Bandung,
hal.58
38
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, 2002, Dasar-dasar Public Relations, Remaja Rosdakarya:
Bandung, hal. 92
53
2.6
Pelayanan Prima
Pengertian Pelayanan Prima (Service of Excellence) berkaitan dengan jasa
pelayanan yang dilaksanakan oleh perusahaan dalam upaya memberikan rasa
kepuasan dan menumbuhkan kepercayaan pihak pelanggannya. Pelayanan
tersebut juga membuat pihak pelanggan merasa dirinya dipentingkan atau
diperhatikan dengan baik dan wajar.
Kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang
didapatkan oleh pelanggan selama ini menggunakan beberapa tahapan pelayanan
tersebut. Ketidakpuasan yang diperoleh pada tahap awal pelayanan menimbulkan
persepsi berupa kualitas pelayanan yang buruk untuk tahap pelayanan berikutnya,
sehingga pelanggan merasa tidak puas dengan pelayanan secara keseluruhan.
Untuk memenangkan strategi persaingan dalam bisnis jasa pelayanan
melalui kiat pelayanan prima tersebut tidaklah cukup hanya dengan melakukan
proses administrasi yang cepat, tetapi juga bagaimana memperlakukan para
pelanggan, yang dapat memperlihatkan cara kita melayani sebaik mungkin serta
menumbuhkan kesan atau persepsi yang positif dari pihak pelanggannya
(Customer Oriented).
Untuk itu diperlukan kualitas sumber daya manusianya yang berperan
serta dalam mengembangkan strategi dan kiat pelayanan yang mempunyai
keunggulan-keunggulan tertentu demi mencapai sasaran dan tujuan yang ingin
39
Iriantara Yosal, 2004, Manajemen Strategis Public Relations, Ghalia Indonesia: Jakarta, hal. 41
54
diraih oleh setiap perusahaan dalam upaya memenangkan strategi persaingan
pelanggan sebanyak mungkin.
Service of Excellence atau disebut dengan pelayanan unggul (prima),
menurut Elhaitammy merupakan suatu sikap atau tata cara pihak Customer
Service (pelayanan pelanggan) dapat melayani pelanggan secara memuaskan.40
Dalam konsep Service of Excellent terdapat empat unsur pokok, yaitu:
Kecepatan, Ketepatan, Keramahan, dan Kenyamanan. Keempat unsur tersebut
merupakan satu kesatuan pelayanan jasa yang terintegrasi, artinya pelayanan atau
jasa yang diberikan kepada pelanggan menjadi tidak Excellence (unggul), jika
salah satu unsurnya kurang.
Untuk mencapai tingkat suatu pelayanan prima, maka pihak Customer
Service harus memiliki tingkat keterampilan tertentu, keandalan, berpenampilan
baik dan rapi (Good Perfomance), bersikap ramah serta mampu berkomunikasi
dan menciptakan hubungan pelanggan yang baik (Good Relationship).
40
Rosady Ruslan, 2005, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsepsi dan
Aplikasi, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, hal. 274-275
Download