SKRIPSI KOMPLIT

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa
penelitian-penelitian terdahulu yang dipandang relevan dengan penelitian ini.
Adapun karya-karya skripsi tersebut adalah
1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nadziroh (2011) Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang 2010, berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI)
Materi Pokok Peristiwa Fathu Makkah Dengan
Menggunakan Strategi Pembelajaran Ekspositori di Kelas V MI Ky Ageng
Giri Karang Kumpul Banyumeneng Mranggen Demak Tahun Ajaran
2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan hasil belajar mata
pelajaran SKI materi pokok peristiwa Fathu Makkah di kelas V MI Ky Ageng
Giri Karang Kumpul Banyumeneng Mranggen Demak setelah menggunakan
strategi pembelajaran ekspositori hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dengan
KKM 60 tiap siklusnya dimana pada pra siklus tingkat ketuntasan 5 peserta
didik atau 32% menjadi 12 siswa atau 72% pada siklus I meningkat lagi pada
siklus III yaitu ada 15 siswa atau 94%. Begitu juga tingkat keaktifan peserta
didik juga mengalami peningkatan setiap siklus dimana pada siklus I tingkat
keaktifan pada kategori aktif sekali dan aktif ada 11 siswa atau 68% dan di
siklus II sudah mencapai 14 siswa atau 88%. Ini menunjukkan hasil belajar
sudah melebihi indikator keberhasilan yang diinginkan dan hipotesis tindakan
terwujud.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyono Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang 2012 berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada
Pelajaran IPA Materi Makanan Hewan Melalui Penerapan Metode Team
Quiz (Studi Tindakan Kelas di Kelas IV MI YATPI Latak Godong Grobogan
Tahun Pelajaran 2011/2012). Hasil penelitian menunjukkan Terjadi
peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV MI YATPI Latak Godong
Grobogan pada mata pelajaran IPA materi Makanan Hewan setelah penerapan
metode team quiz hal ini dapat dilihat dari kenaikan hasil belajar tiap
siklusnya dimana pada pra siklus ada 11 siswa atau 42,3%, pada siklus I ada
18 siswa atau 69,2% dan pada siklus II tingkat ketuntasannya ada 24 siswa
atau 92,4% ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan berhasil dan
sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan yaitu rata-rata nilai hasil kuis 70
sebanyak 75% dari jumlah peserta didik telah terpenuhi.
Penelitian Mulyono mengkaji tentang peningkatan prestasi mata
pelajaran IPA yang tentunya sama dengan penelitian yang peneliti lakukan,
namun metode pembelajaran yang dilakukan berbeda tentunya akan
menghasilkan pola pembelajaran dan hasil yang berbeda juga
3. Penelitian Sri Mujiah, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2012.
berjudul Korelasi Implementasi Strategi Pembelajaran Ekspositori Dengan
Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA Kelas V MI Sabilul Muttaqin Trimulyo
Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan antara implementasi strategi pembelajaran ekspositori dengan
prestasi belajar mata pelajaran IPA kelas V MI Sabilul Muttaqin Trimulyo
Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dari rt 5% (0,367)
< rxy (0,897) > rt 1% (0,463), maka data tersebut signifikan. dengan demikian,
dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara implementasi strategi
pembelajaran ekspositori dengan prestasi belajar mata pelajaran IPA kelas V
MI Sabilul Muttaqin Trimulyo Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/2012.
4. Penelitian Arbangiyatun, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2012
berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran
Pengembangan Agama Islam Materi Pokok Kisah Nabi Muhammad Saw
dengan Menggunakan Metode Cerita Pada Kelompok B RA Al-Iman 3 Kota
Magelang
Tahun
Ajaran
2010/2011.
Hasil
penelitian
menunjukkan
Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran Pengembangan Agama
Islam materi pokok kisah Nabi Muhammad SAW di kelompok B RA Al-Iman
3 Kota Magelang setelah menggunakan metode cerita dapat dilihat dari
kenaikan hasil belajar siswa dalam setiap siklus dimana pada pra siklus
indikator keberhasilan pada kategori baik ada 12 siswa atau 52,2%, naik
menjadi 16 siswa atau 69,6% pada siklus I, dan di akhir siklus II menjadi 21
siswa atau 91,3%. Kenaikan juga terjadi pada keaktifan belajar siswa dimana
pada pra siklus yang ada pada kategori aktif ada 13 siswa atau 56,5% naik
menjadi 17 siswa atau 73,9% pada siklus I dan di akhir siklus III sudah
menjadi 22 siswa atau 95.7%. Ini menunjukkan telah terjadi peningkatan hasil
belajar dan keaktifan belajar siswa yang telah mencapai indikator yang
ditentukan yaitu 90
5. Penelitian Rohmawati Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2012,
berjudul Implementasi Pembelajaran Aktif Tipe Jigsaw Sebagai Upaya
Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPA Materi
Pokok Penyesuaian Diri Mahluk Hidup Dengan Lingkungan di Kelas V MI
Nurul Huda Bandarharjo Semarang Utara Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil
penelitian menunjukkan Pembelajaran aktif tipe jigsaw dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pokok penyesuaian diri
mahluk hidup dengan lingkungan di kelas V MI Nurul Huda Bandarharjo
Semarang Utara, hal ini dapat dilihat dari siklus I ada 9 siswa atau 60%,
kemudian meningkat pada siklus II yaitu ada 13 siswa atau 86,7%. Demikian
juga dengan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga
meningkat persiklus yaitu di siklus I siswa aktif sekali dan aktif ada 7 siswa
atau 46,7% dan di siklus II sudah mencapai 12 siswa atau 80%.
ini
menunjukkan apa dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa juga
keaktifannya menggunakan pembelajaran aktif tipe jigsaw berhasil.
Berbeda dengan penelitian di atas:
1. Mengambil fokus pada penggunaan metode expository learning
2. Obyek penelitian siswa kelas II MI Clapar Kecamatan Subah Kabupaten
Batang
3. Mata pelajaran IPA dengan materi pokok materi yang diteliti pengaruh cahaya
matahari dalam kehidupan sehari-hari.
4. Metode penelitian dengan menggunakan PTK.
B. Pembelajaran IPA
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara
guru dan siswa atau antara sekelompok siswa dengan tujuan untuk
memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap serta menetapkan apa
yang dipelajari itu.14
Menurut Lester D. Crow and Alice Crow “intruction is a
modification of behavior accompanying growth processes that are brought
about
trough
adjustment
to
tensions
initiated
trough
sensory
stimulation”.15 (Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang diiringi
dengan proses pertumbuhan yang ditimbulkan melalui penyesuaian diri
terhadap keadaan lewat rangsangan atau dorongan).
Menurut Frederick Y. Mc. Donald dalam bukunya Educational
Psychology mengatakan: “Education is a process or an activity, which is
directed at producing desirable changes into the behavior of human
beings”
16
(Pendidikan adalah suatu proses atau aktifitas yang
menunjukkan perubahan yang layak pada tingkah laku manusia).
Pembelajaran menurut Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid dalam
kitabnya “At-Tarbiyah Wa Turuku Al-Tadris” adalah:
,ُ ْ $ِ ْ ,+ ‫ُ َ ا‬
ِ ْ َ -َ ‫س‬
ُ ‫ر‬+ 0َ $ُ ْ ‫َُ ا‬0+ َ ُ 1ِ,‫ ا‬2ِ -َ #ِ !ْ $َ ْ ‫وْدٌ ا‬0ُ ْ $َ - ُ ْ ِ!ْ ,َ ‫أَ ا‬
‫ َ ُد‬Cَ,9
ْ ‫ وَا‬D
ً !ْ -ِ ْ7َ 0َ 8
ْ ,َ 9
ْ ‫= ُ< ُة إِذَا ِإ‬
َ ‫َ ِه‬$ّ?‫ ً ُ< ًة َوِإ‬$ِA‫ دَا‬2ُ -َ #ِ !ْ $َ ْ ‫ ا‬7
ِ B
َ ْ َ‫َو‬
١٧
.ِ ‫ُْ ِآ‬9
ُ ‫ ِ َو‬Fِ َ َG ْ=-ِ ‫ْ ُد‬#Cَ ْ ‫َ ا‬Hْ ِ
Adapun pembelajaran itu terbatas pada pengetahuan dari seorang
guru kepada murid. Pengetahuan itu yang tidak hanya terfokus pada
14
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 2004), hlm. 102.
15
Lester D. Crow and Alice Crow, Human Development and Learning, (New York:
American Book Company, 2002), hlm. 215
16
Frederick Y. Mc. Donald, Educational Psychology, (Tokyo: Overseas Publication LTD,
2007), hlm. 4.
17
Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Madjid, Al-Tarbiyah Waturuqu Al-Tadrisi,
Juz.1., (Mesir: Darul Ma’arif, 1979), hlm. 61
pengetahuan normative saja namun pengetahuan yang memberi
dampak pada sikap dan dapat membekali kehidupan dan akhlaknya
Menurut Mulyasa pembelajaran adalah proses interaksi antara
siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perilaku ke arah yang lebih
baik. 18
Jadi pembelajaran adalah proses interaksi yang dilakukan oleh guru
dan siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam belajar.
2. Teori Pembelajaran
Konsep pembelajaran mengandung beberapa implikasi, yaitu: (1)
Perlu diupayakan agar dapat terjadi proses belajar yang interaktif antara
peserta didik dan sumber belajar yang direncanakan; (2) Ditinjau dari
sudut peserta didik, proses itu mengandung makna bahwa terjadi proses
internal interaksi antara seluruh potensi individu dengan sumber belajar
yang dapat berupa pesan-pesan ajaran dan nilai-nilai serta norma-norma
ajaran Islam, guru sebagai fasilitator, bahan ajar cetak atau non cetak
yang digunakan, media dan alat yang dipakai belajar, cara dan teknik
belajar yang dikembangkan, beserta latar atau lingkungannya (spiritual,
budaya, sosial, dan alam) yang menghasilkan perubahan perilaku pada
diri peserta didik yang semakin dewasa dan memiliki tingkat kematangan
dalam beragama; dan (3) Ditinjau dari sudut pemberi rangsangan
perancang pembelajaran pendidikan agama, proses itu mengandung arti
pemilihan, penetapan dan pengembangan metode pembelajaran yang
memberikan kemungkinan paling baik bagi terjadinya proses belajar.19
Menurut Morris L. Biggae dan Maurice P Hunt sebagaimana
dikutip oleh Nana Syaodiah Sukmadinata ada tiga keluarga atau rumpun
teori belajar, yaitu teori disiplin mental, behaviorisme dan cognitive
gestalt Field.
18
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),
hlm. 100
19
Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002). hlm. 183.
a. Rumpun teori disiplin mental
Secara herediter atau dari kelahirannya rumpun teori disiplin
mental, mengungkapkan bahwa anak telah memiliki potensi-potensi
tertentu. Salah satu upaya untuk mengembangkan potensi-potensi
tersebut adalah dengan belajar. Teori-teori yang termasuk rumpun
disiplin mental yaitu: disiplin mental theistic, disiplin mental
humanistic dan apersepsi.
1)
2)
3)
4)
Teori disiplin mental theistik,
Teori disiplin mental humanistik,
Teori naturalisme atau natural enfoldment atau self actualization.
Teori Apersepsi.20
b. Rumpun kedua Behaviorisme /S-R Stimulus-Respon
Muhibbin Syah mengatakan dibukunya ditulis: Menurut aliran
Behaviorisme, setiap siswa lahir tanpa warisan atau pembawaan apaapa dari orang tuannya dan belajar adalah kegiatan refleks-refleks
jasmani terhadap stimulus yang ada (S-R theory) serta tidak ada
hubungannya dengan bakat dan kecerdasan atau warisan atau
pembawaan,21yang termasuk teori behaviorisme yaitu: teori S-R
Bond, Conditioning dan Reinforcement.22
c. Rumpun yang ketiga Cognitive Gestalt Field
Muhibbin Syah mengatakan dalam bukunya ditulis: Menurut
aliran kognitif, setiap siswa lahir dengan bakat dan kemampuan
mentalnya sendiri, faktor bawaan ini memungkinkan siswa untuk
menentukan merespon atau tidak terhadap stimulus, sehingga belajar
tidak bersifat otomatis seperti robot.23
20
Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:
PT Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 53.
21
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 103
22
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm.17-27
23
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), hlm. 103
Teori ini bersumber dari psikologi Gestalt Field sebagaimana
di kutip oleh Nana Syaodih Sukamadinata, belajar adalah proses
mengembangkan
insight/pemahaman
baru.
Pemahaman
terjadi
apabila individu menemukan cara baru yang ada dalam lingkungan.
1) Teori belajar Goal Insight.
2) Teori belajar cognitive field bersumber pada psikologi lapangan
(field psikologi).24
3. Pembelajaran IPA
IPA adalah pelajaran berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga pembelajaran IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari.25
4. Tujuan Pembelajaran Lingkup IPA
Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut: 26
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan
24
Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, hlm. 66
25
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006, hlm. 484
26
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006, hlm. 484
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
5. Ruang Pembelajaran Lingkup IPA
Ruang Lingkup27 bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspekaspek berikut.
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya.
6. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA Kelas II
Standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran IPA Kelas
II khususnya pada semester 2 sebagai berikut: 28
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA Kelas II
Semester 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
3.1. Mengidentifikasi sumber-sumber
Energi dan Perubahannya
3. Mengenal berbagai sumber
energi (panas, listrik, cahaya, dan bunyi)
energi yang sering dijumpai
yang ada di lingkungan sekitar
dalam kehidupan sehari3.2. Mengidentifikasi jenis energi yang
hari dan kegunaannya
paling sering digunakan di lingkungan
sekitar dan cara menghematnya
Bumi dan Alam Semesta
4. Memahami peristiwa alam
4.1 Mengidentifikasi kenampakan matahari
dan pengaruh matahari
pada pagi, siang dan sore hari
dalam kehidupan sehari-hari 4.2 Mendeskripsikan kegunaan panas dan
cahaya matahari dalam kehidupan
sehari-hari
C. Prestasi Belajar IPA
1. Pengertian Prestasi Belajar IPA
27
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006, hlm. 485
28
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006, hlm. 485
Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan,
misalnya dalam kesenian, olahraga, pendidikan begitu juga belajar. Prestasi
berarti “hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”.29
Menurut istilah prestasi adalah “bukti kebenaran keberhasilan usaha
yang dicapai”.30 Menurut pengertian ini prestasi adalah suatu yang diperoleh
seseorang setelah melakukan aktifitas belajar.
Prestasi adalah hasil belajar yang telah dicapai dan dapat dinyatakan
dalam angka-angka maupun dengan kata-kata.
Sedangkan belajar adalah “learning is an active process that needs to
be stimulated and guide toward desirable out comes”.31 (Pembelajaran adalah
proses akhir yang membutuhkan rangsangan dan tuntunan untuk menghasilkan
out come yang diharapkan). Pada dasarnya pembelajaran merupakan interaksi
antara guru dan peserta didik, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang
lebih baik.
Menurut Charles E. Scanner memberikan definisi belajar sebagai
berikut: “Learning is a process of progressive behavior adaptation” (belajar
adalah proses perubahan tingkah laku setelah melakukan adaptasi).32
Menurut Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid dalam kitabnya “AtTarbiyah Wa Turuku Al-Tadris” belajar adalah:
, ُ ْ $ِ ْ ,+ ‫ُ َ ا‬
ِ ْ َ -َ ‫س‬
ُ ‫ر‬+ 0َ $ُ ْ ‫َُ ا‬0+ َ ُ 1ِ,‫ ا‬2ِ -َ #ِ !ْ $َ ْ ‫وْدٌ ا‬0ُ ْ $َ - ُ ْ ِ!ْ ,َ ‫َأ ا‬
‫ َ ُد‬Cَ,9
ْ ‫ وَا‬D
ً !ْ -ِ ْ7َ 0َ 8
ْ ,َ 9
ْ ‫= ُ< ُة إِذَا ِإ‬
َ ‫َ ِه‬$ّ?‫ً ُ< ًة َوِإ‬$ِA‫ دَا‬2ُ -َ #ِ !ْ $َ ْ ‫ ا‬7
ِ B
َ ْ َ‫َو‬
٣٣
. ِ ‫ُْ ِآ‬9
ُ ‫ ِ َو‬Fِ َ َْ -ِ ‫ْ ُد‬#Cَ ْ ‫َ ا‬Hْ ِ
Adapun belajar itu terbatas pada pengetahuan dari seorang guru kepada
murid. Pengetahuan itu yang tidak hanya terfokus pada pengetahuan
29
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi.II,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 354
30
W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 2004),
hlm. 162.
31
Lester D. Crow and Alice Crow, Educational Psychology, (New York: American Book
Company, 2001), hlm. 225
32
Charles E. Scanner, Essentials of Educational Psychology, (Tokyo : Prentice Hall,
2004), hlm 199
33
Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Madjid, Al-Tarbiyah Waturuqu Al-Tadrisi,
Juz.1., (Mesir: Darul Ma’arif, 1979), hlm. 61
normative saja namun pengetahuan yang memberi dampak pada sikap dan
dapat membekali kehidupan dan akhlaknya
Prestasi belajar adalah “hasil yang telah di capai sebagai akibat dari
adanya kegiatan peserta didik kaitannya dengan belajarnya”.34
Prestasi belajar juga berarti hasil yang telah dicapai oleh murid sebagai
hasil belajarnya, baik berupa angka, huruf, atau tindakan yang mencerminkan
hasil belajar yang telah dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu.35
Jadi prestasi belajar adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki
peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar dalam pembelajaran
yang diperoleh melalui usaha dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar.
Adapun perubahan tersebut meliputi: sikap, pengetahuan, kebiasaan,
perbuatan, minat, perasaan dan lain-lain
2. Alat Ukur Prestasi Belajar
Kegiatan penilaian belajar merupakan salah satu mata rantai yang
menyatu terjalin di dalam proses pembelajaran siswa. Saifudin Azwar
berpendapat tes sebagai pengukur prestasi sebagaimana oleh namanya, tes
prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah
dicapai oleh siswa dalam belajar.36
Penilaian atau tes itu berfungsi untuk memperoleh umpan balik dan
selanjutnya digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, maka
penilaian itu disebut penilaian formatif. Tetapi jika penilaian itu berfungsi
untuk mendapatkan informasi sampai mana prestasi atau penguasaan dan
pencapaian belajar siswa yang selanjutnya diperuntukkan bagi penentuan lulus
tidaknya seorang siswa maka penilaian itu disebut penilaian sumatif.37
Jika dilihat dari segi alatnya, penilaian hasil belajar IPA dapat
dibedakan menjadi 2 macam yaitu tes dan non tes. Tes ada yang diberikan
34
Syaifuddin Azwar, Tes Prestasi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 13
11-12
35
M. Buchori, Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, (Bandung: Jemmars, 2005), hlm. 178
36
Saifuddin Azwar, Tes Prestasi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, hlm. 8
37
Saifuddin Azwar, Tes Prestasi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, hlm.
secara lisan (menuntut jawaban secara lisan) ini dapat dilakukan secara
individu maupun kelompok, ada tes tulisan (menuntut jawaban dalam bentuk
tulisan), tes ini ada yang disusun secara obyektif dan uraian dan tes tindakan
(menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan).
Sedangkan non tes sebagai alat penilaiannya mencakup observasi,
kuesioner, wawancara, skala sosiometri, studi kasus.38
3. Macam-Macam Prestasi Belajar
Menurut pendapat Benyamin S. Bloom yang ditulis oleh Anas
Sudiyono, hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu ; ranah kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotorik.39
a. Ranah kognitif yang meliputi:
1) Pengetahuan (knowledge). Ciri utama taraf ini adalah pada ingatan
2) Pemahaman (Comprehension). Pemahaman digolongkan menjadi tiga
yaitu:
menerjemahkan,
menafsirkan
dan
mengeksrapolasi
(memperluas wawasan)
3) Penerapan (application), merupakan abstraksi dalam suatu situasi
konkret.
4) Analisis, merupakan kesanggupan mengurai suatu integritas menjadi
unsur-unsur yang memiliki arti sehingga hirarkinya menjadi jelas.
5) Sintesis, merupakan kemampuan menyatukan unsur-unsur menjadi
suatu integritas.
6) Evaluasi, merupakan kemampuan memberikan keputusan tentang nilai
sesuatu berdasarkan kriteria yang dipakainya misalnya; baik - buruk,
benar - salah, kuat- lemah dan sebagainya.
b. Ranah afektif meliputi :
1) Memperhatikan (receiving/attending) yaitu kepekaan dalam menerima
rangsangan (stimulus) yang datang dari luar siswa dalam bentuk
masalah, gejala, situasi dan lain – lain.
2) Merespon (responding) yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang
terhadap stimulus yang datang dari luar.
3) Menghayati nilai (valuing) yaitu berkenaan dengan nilai dan
kepercayaan terhadap gejala atau sistem.
38
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2004), hlm. 5
39
Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008), hlm. 23-31
4) Mengorganisasikan atau menghubungkan yaitu pengembangan dari
nilai ke dalam satu sistem organisasi.
5) Menginternalisasi nilai, sehingga nilai- nilai yang dimiliki telah
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
c. Ranah psikomotorik.
Ranah ini berhubungan dengan ketrampilan siswa setelah melakukan
belajar meliputi: Persepsi (cara pandang)
1) Gerakan reflek yaitu ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar.
2) Ketrampilan pada gerakan – gerakan dasar.
3) Kemampuan perseptual termasuk didalamnya membedakan visual,
auditif, motoris dan lain – lain.
4) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan.
5) Gerakan – gerakan IPA dari yang sederhana sampai pada ketrampilan
yang komplek.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai
berikut:
a. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik,
antara lain:
1) Faktor Fisiologis, masih dapat dibedakan lagi menjadi dua macam,
yaitu:
a) Tonus jasmani pada umumnya
Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan
melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan
lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar;
keadaan jasmani yang lelah akan lain dengan keadaan jasmani yang
tidak lelah.40
b) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis
Panca indera merupakan syarat dapatnya belajar itu
berlangsung dengan baik, Dalam sistem persekolahan dewasa ini
diantara panca indera itu yang paling memegang peranan dalam
belajar adalah mata dan telinga. Karena itu adalah kewajiban bagi
setiap pendidik untuk menjaga agar panca indera anak didiknya
40
235
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm.
dapat berfungsi dengan baik, baik penjagaan yang bersifat kuratif
maupun yang bersifat preventif.41
2) Faktor psikologis, terdiri atas:
a) Intelegensi peserta didik
Intelegensi
kemampuan
pada
psiko-fisik
umumnya
untuk
dapat
mereaksi
diartikan
sebagai
rangsangan
atau
menyesuaikan diri pada lingkungan dengan tepat. Jadi, intelegensi
bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organorgan tubuh lainnya, akan tetapi memang harus diakui bahwa peran
otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih
menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak
merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.
b) Sikap peserta didik
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency)
dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang, dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
c) Bakat peserta didik
Secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial
yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti
memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi
belajar sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masingmasing. Jadi secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah
sebabnya mengapa seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas
(superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga
sebagai talented child yakni anak yang berbakat.
d) Minat peserta didik
41
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, hlm. 236
Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat
mempengaruhi prestasi belajar dalam bidang studi matematika.
Misalnya peserta didik yang menaruh minat besar pada matematika
akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada peserta didik
lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif
terhadap materi itulah yang memungkinkan peserta didik tadi untuk
belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi belajar yang
diinginkannya.
e) Motivasi peserta didik
Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia
ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam
pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku
secara terarah. Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih
signifikan bagi peserta didik adalah motivasi intrinsik karena lebih
murni dan lebih langgeng serta tidak tergantung pada dorongan atau
pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan
memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan,
umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih
langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan
keharusan dari orang tua dan guru.42
b. Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri peserta didik,
yaitu antara lain:
1) Faktor sosial yang terdiri atas:
a) Lingkungan keluarga
b) Lingkungan sekolah
c) Lingkungan masyarakat
42
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 133 – 137
d) Lingkungan kelompok
2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.43
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung maupun
tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.
D. Metode Expository Learning
1. Pengertian Metode Expository Learning
Setiap pembelajaran, sudah barang tentu membutuhkan adanya
strategi, metode dan teknik dalam pembelajaran itu sendiri, proses belajar
mengajar merupakan transfer atau pengalihan pengetahuan, informasi,
norma, nilai, dan lain-lainnya dari seorang guru atau dosen kepada peserta
didik murid, atau mahasiswa. Proses seperti itu dibangun diatas dasar
anggapan bahwa siswa atau peserta didik ibarat bejana kosong atau kertas
putih. Guru atau pengajarlah yang harus mengisi bejana tersebut atau
menulis apapun di kertas putih tersebut
Istilah metode dalam “bahasa Arab diterjemahkan dengan 2 #M
bentuk jamaknya A‫ا‬#M yang berarti jalan atau cara yang digunakan untuk
mencapai suatu tujuan”,44 yaitu tujuan pendidikan anak dalam Islam.
Sedangkan istilah metode dengan pengertian jalan atau cara dalam AlQur’an disebutkan sebagaimana firman Allah SWT:
ُْ !َ َ ِ ِِP9
َ =ِ- ‫ُوا‬0‫َ ِه‬Q‫ َو‬2َ َِ9َ ْ ‫ُا ِإَ ْ ِ ا‬R,َ Nْ ‫ُا ا َ وَا‬F‫ُا ا‬Hَ Oَ َ ِ ‫َ َأَ ا‬
U٣٥S ‫ن‬
َ ُِCْ Fُ
Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah. Dan
carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah
43
44
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 131
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah
dan Pentafsir Al-Qur’an, 2003), hlm. 236
pada jalan-Nya supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. AlMaidah : 35).45
Dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman :
U١١S ‫دًا‬0َ <ِ َ Aِ ‫َا‬#M
َ H‫ ُآ‬V
َ ِ‫ن َذ‬
َ ‫ دُو‬Hِ ‫ن َو‬
َ ُِ‫ ا‬Hِ ?‫َوَأ‬
Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang saleh dan
di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adakah
kami menempuh jalan yang berbeda-beda”. (QS. Al-Jin : 11).46
Pada ayat tersebut, pengertian metode digunakan dengan istilah
A‫ا‬#M dan 29‫ َ ا‬yang berarti jalan. Secara garis besar, pengertian metode
adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh atau digunakan untuk
menyampaikan suatu materi yang disajikan supaya materi tersebut dapat
diterima oleh seseorang, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai dengan baik.
Sedangkan dalam kitab At-Ta’lim Wal Mu’allimun disebutkan:
% ZG ‫ل اي‬$‫ ا‬1‫ ا‬XYH‫ ا ل ا‬2$% =‫ ه‬2N#,‫ ا‬2C‫آ‬
.=$Y P[F =‫ ه‬، ‫م‬D9^‫ا‬
٤٧
Metode belajar merupakan cara-cara yang dilakukan seseorang
untuk sampai pada kesempurnaan yang menganjurkan pada ajaran
Islam. Cara ini disesuaikan kondisi seseorang.
Ada banyak metode yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran
diantaranya metode expository learning. Metode expository learning
adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi
secara verbal dari seorang guru pada sekelompok siswa dengan maksud
agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Rot Killen
(1998) menanamkan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi
langsung (direct instruction). hal ini karena materi pelajaran disampaikan
45
Depag, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Depag RI:Yayasan Penyelenggara Penerjemah
Penafsiran Al-Qur’an, 2001), hlm. 165
46
47
Depag, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 984.
Ali Sayyid Akhmad Az-Jarnuji, At-Ta’lim Wal Mu’allimun, (Libanon: Darushabuny,
1997), hlm. 26.
langsung oleh guru. Siswa tidak di tuntut untuk menemukan materi itu.
Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena pembelajaran
ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga
dinamakan istilah model pembelajaran “chalk dan talk”48
Pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).
Dikatakan demikian, karena dalam pembelajaran ini guru memang peran
yang
sangat
dominan.
Melalui
pembelajaran
model
ini
guru
menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan
materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.
Fokus utama pembelajaran ini adalah kemampuan akademi (academic
achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan
bentuk pembelajaran ekspositori.49
Metode ini berbeda dengan metode ceramah dimana cara
penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada
siswa atau halayak ramai. Sebagaimana yang didefinisikan oleh Ramayulis
: metode ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan guru
terhadap murid-murid ruang kelas.50 Sedangkan metode expository
learning tidak hanya sekedar menyampaikan dengan lesan tetapi juga
menggunakan mimik muka dan ekspresi sehingga penuturan tersebut lebih
menarik bagi siswa.
Jadi Metode expository learning merupakan strategi pembelajaran
yang mengarahkan pembelajaran dengan menggunakan kekuatan verbal
dengan mimik dan gerakan yang sangat baik sehingga menjadikan siswa
tertarik untuk memahami dan memperhatikan pembelajaran.
48
Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta:
Fakultas Tarbiyah, 2009), hlm.116-117
49
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2007), hlm. 179
50
102.
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), hlm.
2. Dasar Metode Expository Learning
Metode expository learning sama halnya dengan cerita hikmah
dalam konsep al-Qur’an. firman Allah swt:
ْ‫ن َوِإن‬
َ Oَْ#ُ ْ ‫ َهَا ا‬V
َ ْ َ‫َ ِإ‬Hْ G
َ ْ‫َ َأو‬$ِN ِ َ َ ْ ‫ ا‬
َB
َG
ْ ‫ َأ‬V
َ ْ َ%
َ ُ ?َ ُ
ْ ?َ
(٣ _9 ) َ ِ-ِ َRْ ‫ ا‬
َ $ِ َ ِ ِPْ <َ ِْ 7
َ Hْ ‫ُآ‬
"Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan
mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu dan sesungguhnya kamu
sebelum (kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang
belum mengetahui." (QS. Yusuf: 3)51
Al-qashash berarti pula cerita-cerita yang dituturkan (kisah).52
Sebagaimana firman Allah swt:
‫ن‬
َ ‫ُو‬# Cَ ,َ َ ُْ !َ َ َ َ َ ْ ‫ ا‬
ِ ُ <ْ َ"Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka
berpikir," (QS. Al-A'raf: 176)53
Kisah yang disebut pada ayat di atas akan mampu menyentuh hati
manusia karena menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh,
sehingga pembaca dan pendengar mampu menghayati atau merasakan isi
kisah seolah-olah mereka sendiri yang menjadi tokohnya, dan akan
menjadi tuntunan dalam kehidupannya
3. Tujuan Metode Expository Learning
Kontribusi metode expository learning dalam pembelajaran dapat
membantu guru pada penjelasan, penafsiran dan memudahkan berbagai
kesulitan dalam memahami sebuah ilmu pengetahuan serta menambah
wawasan siswa.
Banyak hakikat-hakikat (ilmu pengetahuan) yang diketahui anak
didik, namun tidak sedikit yang tidak mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga seorang guru harus mampu menjelaskan
pada
anak
didiknya
melalui
cerita-cerita,
hikayat-hikayat
untuk
memperoleh berbagai hakikat dalam aktivitas kehidupannya.
51
Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, hlm. 348
52
Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an; Pelajaran dari Orang-orang Terdahulu,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm. 22
53
Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya., hlm. 251
Ada beberapa tujuan dari pelaksanaan strategi pembelajaran
ekspositori diantaranya : 54
a. Mendiagnosis secara tepat situasi suatu pembelajaran
b. Menciptakan pembelajaran efektif
c. Memotivasi diri sendiri tidak hanya karena nilai atau motivasi
eksternal
d. Mampu tetap tekun dalam tugas sehingga tugas itu terselesaikan
e. Belajar secara efektif dan memiliki motivasi abadi untuk belajar.55
Adapun manfaat strategi pembelajaran ekspositori:
a. Selain itu Dapat memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai
moral dan keagamaan
b. Dapat memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan,
sehingga anak memperoleh informasi tentang pengetahuan, nilai dan
sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif,
maupun psikomotor anak.
d. Memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak.
Adapun manfaat strategi pembelajaran ekspositori menurut
Moeslichatun: 56
a. Selain itu Dapat memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai
moral dan keagamaan
b. Dapat memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan,
sehingga anak memperoleh informasi tentang pengetahuan, nilai dan
sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif,
maupun psikomotor anak.
d. Memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak.
Menurut Wina Sanjaya metode expository learning merupakan
menjadikan ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur
dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai
siswa dengan baik.57
54
Moeslichatun R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Rineka Cipta,
2009), hlm. 168.
55
Trianto, Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2007), hlm. 87
56
57
Moeslichatun R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, hlm. 168.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2007), hlm. 179
Jadi tujuan dari metode pelaksanaan metode expository learning
menciptakan pembeljaran aktif dengan memanfaatkan kemampuan verbal
dan mimik muka dalam memahami materi
4. Karakteristik Strategi Pembelajaran Ekspositori
Ada beberapa karakteristik pembelajaran ekspositori. Pertama,
dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal,
bertutur
secara
lisan
merupakan
alat
utama
dalam
melakukan
pembelajaran ini, sehingga sering orang menyamakannya dengan ceramah.
Kedua, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi yang
sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus
dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang. Ketiga ,tujuan
utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.
Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat
memahaminya dengan benar dengan dapat mengungkapkan kembali
materi yang setelah diuraikan58
Metode expository learning merupakan bentuk dari strategi
pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach).
Dikatakan demikian, karena dalam pembelajaran ini guru memang peran
yang
sangat
dominan.
Melalui
pembelajaran
model
ini
guru
menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan
materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.
Fokus utama pembelajaran ini adalah kemampuan akademi (academic
achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan
bentuk pembelajaran ekspositori. Pembelajaran ekspositori akan efektif
manakala: 59
a. Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan
yang akan dan harus dipelajari siswa (overview). Biasanya bahan atau
materi baru itu diperlukan untuk kegiatan-kegiatan khusus, seperti
kegiatan pemecahan masalah atau untuk melakukan proses tertentu.
Oleh sebab itu, materi yang disampaikan adalah materi-materi dasar
58
59
Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, hlm. 117
Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, hlm. 117-118
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
seperti konsep-konsep tertentu, prosedur, atau rangkaian aktifitas, dan
sebagainya.
Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai kemampuan
intelektual tertentu, misalnya agar siswa bisa mengingat bahan
pelajaran sehingga ia akan dapat mengungkapkannya kembali
manakala diperlukan.
Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan,
artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi
pelajaran itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala
disampaikan oleh guru secara ceramah, misalnya materi pelajaran hasil
penelitian berupa data-data
Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu,
misalnya, materi pelajaran yang bersifat6 pancingan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau
prosedur tertentu untuk kegiatan praktik. Prosedur tertentu biasanya
merupakan langkah baku atau langkah standar yang harus ditaati
dalam melakukan sesuatu proses tertentu. Manakala langkah itu tidak
ditaati, maka dapat menimbulkan pengaruh atau resiko tertentu.
Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga
guru perlu menjelaskan suntuk seluruh siswa.
Apabila guru akan mengajarkan pada sekelompok siswa yang rata-rata
memiliki kemampuan rendah. Berdasarkan hasil penelitian strategi ini
sangat efektif untuk mengajarkan konsep ketrampilan untuk anak-anak
yang memiliki kemampuan kurang (low achieving students).
Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang
berpusat pada siswa, misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang
dibutuhkan.
Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan
pendekatan yang berpusat pada siswa.
Sedangkan
menurut
Wina
Sanjaya
dalam
buku
Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan tahun 2007 karakteristik
pembelajaran ekspositori: 60
a. Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan
yang akan dan harus dipelajari siswa (overview). Biasanya bahan atau
materi baru itu diperlukan untuk kegiatan-kegiatan khusus, seperti
kegiatan pemecahan masalah atau untuk melakukan proses tertentu.
Oleh sebab itu, materi yang disampaikan adalah materi-materi dasar
seperti konsep-konsep tertentu, prosedur, atau rangkaian aktifitas, dan
sebagainya.
60
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 117-118
b. Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai kemampuan
intelektual tertentu, misalnya agar siswa bisa mengingat bahan
pelajaran sehingga ia akan dapat mengungkapkannya kembali
manakala diperlukan.
c. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan,
artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi
pelajaran itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala
disampaikan oleh guru secara ceramah, misalnya materi pelajaran hasil
penelitian berupa data-data
d. Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu,
misalnya, materi pelajaran yang bersifat pancingan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.
e. Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau
prosedur tertentu untuk kegiatan praktik. Prosedur tertentu biasanya
merupakan langkah baku atau langkah standar yang harus ditaati
dalam melakukan sesuatu proses tertentu. Manakala langkah itu tidak
ditaati, maka dapat menimbulkan pengaruh atau resiko tertentu.
f. Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga
guru perlu menjelaskan suntuk seluruh siswa.
g. Apabila guru akan mengajarkan pada sekelompok siswa yang rata-rata
memiliki kemampuan rendah. Berdasarkan hasil penelitian (Ross dan
strategi ini sangat efektif untuk mengajarkan konsep ketrampilan untuk
anak-anak yang memiliki kemampuan kurang (low achieving
students).
h. Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang
berpusat pada siswa, misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang
dibutuhkan.
i. Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan
pendekatan yang berpusat pada siswa.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa karakteristik
pelaksanaan strategi pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang
beroirentasi pada kemampuan guru dalam memahamkan materi kepada
siswa dan materi itu berbentuk cerita yang perlu diterangkan kepada siswa.
5. Prinsip-Prinsip Strategi Pembelajaran Ekspositori Learning
Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam metode expository
learning menurut Hamruni dalam buku Strategi dan Model Pembelajaran
Aktif Menyenangkan tahun 2009 antara lain: 61
61
Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, hlm. 119-120
a. Berorientasi pada pembelajaran
Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama
dalam metode expository learning melalui metode ceramah, namun
tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran,
justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam
penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan,
terlebih dulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas
dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus
dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau
berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh sisa. Hal ini
sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik
memungkinkan kita bisa mengontrol efektifitas penggunaan strategi
pembelajaran.
b. Prinsip komunikasi
Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai komunikasi yang
menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber
pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan)
pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran
yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yang ingin
dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber
pesan dan siswa sebagai penerima pesan.
c. Prinsip kesiapan
Dalam teori koneksionisme, kesiapan merupakan salah satu
hukum belajar inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu
akan merespon dengan cepat dari setiap stimulus manakala dalam
dirinya sudah memiliki kesiapan: sebaliknya, tidak mungkin setiap
individu akan merespon setiap stimulus yang muncul manakala dalam
dirinya belum memiliki kesiapan. Yang dapat ditarik dari hukum
belajar ini adalah, agar siswa dapat menerima informasi sebagai
stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus memposisikan
mereka dalam keadaan siap, baik secara fisik maupun psikis guna
menerima pelajaran.
d. Prinsip berkelanjutan
Metode expository learning harus dapat mendorong siswa
untuk mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan
hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu
selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah bisa melalui proses
penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan
(disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan
menemukan atau menambah wawasan prose belajar mandiri.
Jadi metode expository learning pada prinsipnya adalah untuk
menciptakan proses pembelajaran yang berorientasi pada pemahaman
siswa terhadap materi dengan menggunakan cerita.
6. Langkah-langkah Metode Expository Learning
Melaksanakan metode expository learning dapat dilakukan dengan
beberapa langkah diantaranya :
Pertama, merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Merumuskan
tujuan merupakan langkah-langkah pertama yang harus dipersiapkan guru.
Kedua, menguasai materi pelajaran dengan baik merupakan syarat
mutlak penggunaan metode expository learning. Penguasaan materi yang
sempurna, akan membuat kepercayaan diri guru meningkat, sehingga guru
akan mudah mengelola kelas, ia akan bebas bergerak, berani menatap
siswa, tidak takut dengan perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu
jalannya proses pembelajaran dan lain-lain.
Ketiga, mengenali medan dan hal-hal yang mempengaruhi proses
penyampaian. Mengenali lapangan atau medan merupakan hal penting
dalam langkah persiapan. Pengenalan medan yang baik memungkinkan
guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mengganggu
proses penyajian materi pelajaran. Beberapa hal yang berhubungan dengan
mean yang harus dikenali antara lain adalah sebagai berikut:
a. Latar belakang audien atau siswa yang akan menerima materi,
misalnya kemampuan dasar atau pengalaman belajar siswa sesuai
dengan materi yang akan disampaikan, minat dan gaya belajar siswa,
dan lain sebagainya.
b. Kondisi ruangan, baik menyangkut luas dan besarnya ruangan,
pemecahan, posisi tempat duduk, maupun kelengkapan rungan itu
sendiri. Pemahaman akan kondisi ruangan itu diperlukan untuk
mengatur tempat duduk dan atau tidak untuk menempatkan media
yang digunakan, misalnya dimana sebaiknya layar OHP atau LCD
disimpan, dimana sebaiknya gambar dipasang dan lain sebagainya.62
Menurut Wina Sanjaya langkah-langkah dalam penerapan strategi
ekspositori meliputi: persiapan (preparation), penyajian (presentation),
62
Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, hlm. 121-123
penghubungan (correlation), penyimpulan (generalization), dan penerapan
(application).
a. Persiapan (preparation)
Beberapa hal yang positif dan hindari sugesti dalam langkah persiapan
diantaranya adalah:
1) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif.
Memberikan sugesti positif akan dapat membangkitkan kekuatan
pada siswa untuk menembus rintangan dalam belajar. Sebaliknya,
sugesti yang negatif dapat mematikan semangat belajar.
2) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai
mengemukakan tujuan sangat penting artinya dalam setiap proses
pembelajaran. Dengan mengemukakan tujuan siswa akan paham
apa yang harus mereka kuasai serat mau dibawa kemana mereka.
Dengan demikian, tujuan merupakan “pengikat” baik bagi guru
maupun bagi siswa. Langkah penting ini sering terlupakan oleh
guru. Dalam pembelajaran, guru langsung menjelaskan materi
pelajaran.
3) Bukalah file dalam otak anak
Bagaikan kerja sebuah komputer, data akan dapat disimpan
manakala sudah tersedia filenya. Demikian juga otak siswa, materi
pelajaran akan bisa ditangkap dan disimpan dalam memori
manakala sudah tersedia file atau kapling yang sesuai. Artinya,
sebelum kita menyampaikan materi pelajaran maka terlebih dahulu
kita harus membuka file dalam otak siswa agar materi itu bisa
cepat ditangkap.63
b. Penyajian (presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran
sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan
oleh setiap guru dalam penyajian ini adalah bagaimana dipikirkan oleh
63
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 185-187
setiap guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi
pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.
Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan langkah ini.
1) Penggunaan bahasa
Penggunaan
bahasa
merupakan
aspek
yang
sangat
berpengaruh untuk keberhasilan prestasi. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam penggunaan bahasa diantaranya:
a) Bahasa yang digunakan sebaiknya bahasa yang bersifat
komunikatif dan mudah dipahami. Bahasa yang komunikatif
hanya mungkin muncul manakala guru memiliki kemampuan
bertutur yang baik. Oleh karenanya, guru dituntut untuk tidak
menyajikan materi pelajaran dengan cara membaca buku atau
teks tertulis, tetapi sebaiknya guru menyajikan materi pelajaran
secara langsung dengan bahasanya sendiri.
b) Guru harus memperhatikan penggunaan bahasa berdasarkan
tingkat
perkembangan
audiens
atau
siswa.
Misalnya,
penggunaan bahasa untuk anak SD berbeda dengan bahasa
untuk tingkat mahasiswa.
2) Intonasi suara
Intonasi suara adalah pengaturan
suara sesuai dengan
pesan yang ingin disampaikan. Guru yang baik akan memahami
kapan ia harus meninggikan nada suaranya, dan kapan ia harus
melemahkan suaranya. Pada nada suara akan membuat perhatian
siswa untuk tetap terkontrol . sehingga tidak merasa bosan.
Intonasi suara sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan.
Guru yang baik akan memahami kapan ia harus meninggikan nada
suaranya, dan kapan ia harus melemahkan suaranya, pengaturan
nada suara akan membuat perhatian siswa tetap terkontrol,
sehingga tidak akan mudah bosan.
3) Menjaga kontak mata dengan siswa
Dalam proses penyajian materi pelajaran, kontak mata (eye
contact) hal yang sangat penting untuk membuat siswa tetap
memperhatikan pelajaran. Melalui kontak mata yang selamanya
terjaga, siswa bukan hanya akan merasa dihargai oleh guru, akan
tetapi juga mereka seakan-akan diajak terlibat dalam proses
penyajian. Oleh sebab itu, guru sebaiknya secara terus menerus
menjaga dan memeliharanya. Pandanglah siswa secara bergiliran,
jangan biarkan pandangan mereka tertuju pada hal-hal di luar
materi pelajaran.
4) Menggunakan joke-joke yang menyegarkan
Menggunakan joke adalah kemampuan guru untuk menjaga
agar kelas tetap hidup dan segar melalui penggunaan kalimat atau
bahasa yang lucu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
menggunakan joke, pertama, joke yang digunakan harus relevan
dengan isi materi yang sedang dibahas. Kedua, sebaiknya joke
muncul tidak terlalu sering. Guru yang terlalu sering memunculkan
joke hanya akan membuat kelas seperti dalam suasana pertunjukan.
Oleh sebab itu, guru mesti paham kapan sebaiknya ia
memunculkan joke itu, guru dapat memunculkan joke apabila
dirasakan siswa sudah kehilangan konsentrasinya yang busa dilihat
dari cara mereka duduk yang tidak tenang, cara mereka
memandang atau dengan gejala-gejala perilaku tertentu, misalnya
dengan memain-mainkan alat tulis, mengetuk-ngetuk meja dan lain
sebagainya.64
c. Penghubungan (correlation)
Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi
pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang
memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur
64
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 187-188
pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan tiada
lain untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, bagi makna
untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya
maupun makna untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan berpikir
dan kemampuan motorik. 65
d. Penyimpulan (generalization)
Menyimpulkan adalah harapan untuk memahami inti dari
materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan
merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori,
sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil
intisari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti pula memberikan
keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan. Dengan
demikian, siswa tidak merasa ragu lagi akan penjelasan guru. Kalau
diibaratkan dengan memasukkan data pada suatu proses penggunaan
komputer, menyimpulkan adalah proses men-save data tersebut,
sehingga data yang baru saja dimasukkannya akan tersimpan di
memori, dan akan muncul kembali manakala dipanggil untuk
digunakan.66
e. Penerapan (application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa
setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan
langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori,
sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi
tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa.
Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini antara lain dengan
membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan, dan
65
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 188-189
66
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 189
dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang
telah disajikan.67
Prosedur-prosedur strategi pembelajaran ekspositori dilakukan
sebagaimana pembelajaran yang lain yaitu dilakukan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dengan mengadalkan kekuatan bahasa suara,
intonasi, kontak mata dengan siswa sehingga siswa tertarik mendengarkan
materi,
dilanjutkan
dengan
penghubungan,
penyimpulan
dan
uji
kemampuan siswa terhadap materi.
E. Penggunaan Metode Ekspository untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Mata Pelajaran IPA
Pembelajaran ialah suatu proses terjadinya interaksi dan komunikasi antara
guru dengan siswa. Salah satu variabel yang dapat mempengaruhi baik tidaknya
kualitas suatu pengajaran adalah guru. Hal ini cukup beralasan mengapa guruguru tersebut memiliki pengaruh yang dominan terhadap kualitas pengajaran,
karena guru akan membawa anak didiknya ke arah pencapaian tujuan pengajaran
dan sebagai aktor dalam proses pengajaran guru sebagai faktor yang dominan
dalam menentukan tinggi rendahnya keberhasilan belajar dan motivasi belajar
siswa.68
Pembelajaran sejarah harus dipahami dan dimaknai secara luas. Artinya
pembelajaran sejarah meliputi proses keterampilan (engagement) totalitas diri
siswa
dan
kehidupan/lingkungannya
(learning
environment),
terkendali
(conditionated) kea rah penyempurnaan, pembudayaan dan pemberdayaan melalui
proses learning to know, learning to believe, learning to do, learning to be, dan
learning live together (belajar mengetahui, mempercayai, melakukan, menjadi,
dan
hidup bersama). Untuk memperoleh makna tersebut di atas dibutuhkan
strategi dan metode pembelajaran yang tepat.
67
68
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 190
Departemen Agama RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Depag RI,
2001), hlm. 56
Metode belajar IPA yang digunakan harus mengacu pada perilaku dan
proses berfikir yang digunakan oleh hal-hal yang dipelajar, termasuk proses
memori maupun peta kognitif 69
Metode expository learning merupakan strategi pembelajaran yang banyak
dan sering digunakan dalam pembelajaran IPA. Hal ini disebabkan strategi ini
memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
1. Dengan metode expository learning guru bisa mengontrol urutan dan keluasan
materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh
mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan
2. Metode expository learning dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran
yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki
untuk belajar terbatas.
3. Melalui metode expository learning selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan (ceramah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa
melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
4. metode expository learning ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran
kelas yang besar.70
Pembelajaran IPA dengan metode expository learning posisi yang penting
karena dapat dapat membawa perubahan etika dan moral anak-anak kepada
perilaku yang positif karena sebuah kisah mampu menarik anak-anak untuk
menyukai dan memperhatikannya. Anak-anak akan merekam semua ajaran,
imajinasi, dan peristiwa yang ada dalam kisah yang disampaikan.71 Hingga
akhirnya dapat meningkatkan prestasi atau pemahaman siswa terhadap materi IPA
yang diajarkan.
69
Trianto, Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, hlm. 85
70
Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, hlm. 128
71
Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, Terj Neneng Yanti dan Iip
Dzulkifli Yahya, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001), hlm 20
F. Uraian Materi Singkat
Kenampakan matahari
Matahari bergerak dari timur ke barat
Akibatnya posisi matahari berubah
Posisi matahari pada pagi hari
Aku selalu bangun pagi
Ayam jantan berkokok menyambut pagi
Di timur langit tampak terang
Tanda matahari terbit
Kira-kira pukul setengah enam pagi matahari terbit di sebelah timur
Posisi matahari pada siang hari
Semakin siang posisi matahari semakin tinggi
Semakin siang matahari semakin terang
Panas matahari semakin menyengat
Posisi matahari di sore hari
Setelah tengah hari matahari bergerak semakin ke barat semakin sore
Cahaya semakin redup
Panasnya juga berkurang
Matahari akan terbenam
Di sebelah barat
Kira-kira pukul enak sore
Kedudukan matahari dan bayangan yang terbentuk
Bayangan di pagi hari
Bayangan di siang hari
Bayangan di sore hari
Kegunaan panas dan cahaya matahari
Matahari memiliki banyak kegunaan
Matahari menerangi bumi
Matahari memanaskan bumi
Udara di bumi terasa hangat
Tanpa matahari bumi akan terasa dingin
Dampak buruk matahari
Panas matahari yang menyengat
Membuat tubuh tidak nyaman
Tubuh kepanasan dan kehausan
Panas matahari yang menyengat tidak baik untuk kulit
Sinar matahari yang terik membuat silau 72
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dalam penelitian ini
dirumuskan hipotesis tindakan yaitu penerapan metode expository learning dapat
meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPA materi pokok materi
pertumbuhan tempat hidup serta peranan hewan dan tumbuhan di kelas II MI
Clapar Kecamatan Subah Kabupaten Batang.
72
Sri Purwati, Ilmu Pengetahuan Alam 2, (Jakarta: Pusat Perbkuan, 2008), hlm. 125-141
Download