BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang dipandang relevan dengan penelitian ini. Adapun karya-karya skripsi tersebut adalah 1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Nadziroh (2011) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2010, berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Materi Pokok Peristiwa Fathu Makkah Dengan Menggunakan Strategi Pembelajaran Ekspositori di Kelas V MI Ky Ageng Giri Karang Kumpul Banyumeneng Mranggen Demak Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan hasil belajar mata pelajaran SKI materi pokok peristiwa Fathu Makkah di kelas V MI Ky Ageng Giri Karang Kumpul Banyumeneng Mranggen Demak setelah menggunakan strategi pembelajaran ekspositori hal ini dapat dilihat dari hasil belajar dengan KKM 60 tiap siklusnya dimana pada pra siklus tingkat ketuntasan 5 peserta didik atau 32% menjadi 12 siswa atau 72% pada siklus I meningkat lagi pada siklus III yaitu ada 15 siswa atau 94%. Begitu juga tingkat keaktifan peserta didik juga mengalami peningkatan setiap siklus dimana pada siklus I tingkat keaktifan pada kategori aktif sekali dan aktif ada 11 siswa atau 68% dan di siklus II sudah mencapai 14 siswa atau 88%. Ini menunjukkan hasil belajar sudah melebihi indikator keberhasilan yang diinginkan dan hipotesis tindakan terwujud. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Mulyono Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2012 berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran IPA Materi Makanan Hewan Melalui Penerapan Metode Team Quiz (Studi Tindakan Kelas di Kelas IV MI YATPI Latak Godong Grobogan Tahun Pelajaran 2011/2012). Hasil penelitian menunjukkan Terjadi peningkatan prestasi belajar siswa kelas IV MI YATPI Latak Godong Grobogan pada mata pelajaran IPA materi Makanan Hewan setelah penerapan metode team quiz hal ini dapat dilihat dari kenaikan hasil belajar tiap siklusnya dimana pada pra siklus ada 11 siswa atau 42,3%, pada siklus I ada 18 siswa atau 69,2% dan pada siklus II tingkat ketuntasannya ada 24 siswa atau 92,4% ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan berhasil dan sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan yaitu rata-rata nilai hasil kuis 70 sebanyak 75% dari jumlah peserta didik telah terpenuhi. Penelitian Mulyono mengkaji tentang peningkatan prestasi mata pelajaran IPA yang tentunya sama dengan penelitian yang peneliti lakukan, namun metode pembelajaran yang dilakukan berbeda tentunya akan menghasilkan pola pembelajaran dan hasil yang berbeda juga 3. Penelitian Sri Mujiah, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2012. berjudul Korelasi Implementasi Strategi Pembelajaran Ekspositori Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA Kelas V MI Sabilul Muttaqin Trimulyo Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara implementasi strategi pembelajaran ekspositori dengan prestasi belajar mata pelajaran IPA kelas V MI Sabilul Muttaqin Trimulyo Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dari rt 5% (0,367) < rxy (0,897) > rt 1% (0,463), maka data tersebut signifikan. dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara implementasi strategi pembelajaran ekspositori dengan prestasi belajar mata pelajaran IPA kelas V MI Sabilul Muttaqin Trimulyo Guntur Demak Tahun Ajaran 2011/2012. 4. Penelitian Arbangiyatun, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2012 berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Pengembangan Agama Islam Materi Pokok Kisah Nabi Muhammad Saw dengan Menggunakan Metode Cerita Pada Kelompok B RA Al-Iman 3 Kota Magelang Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran Pengembangan Agama Islam materi pokok kisah Nabi Muhammad SAW di kelompok B RA Al-Iman 3 Kota Magelang setelah menggunakan metode cerita dapat dilihat dari kenaikan hasil belajar siswa dalam setiap siklus dimana pada pra siklus indikator keberhasilan pada kategori baik ada 12 siswa atau 52,2%, naik menjadi 16 siswa atau 69,6% pada siklus I, dan di akhir siklus II menjadi 21 siswa atau 91,3%. Kenaikan juga terjadi pada keaktifan belajar siswa dimana pada pra siklus yang ada pada kategori aktif ada 13 siswa atau 56,5% naik menjadi 17 siswa atau 73,9% pada siklus I dan di akhir siklus III sudah menjadi 22 siswa atau 95.7%. Ini menunjukkan telah terjadi peningkatan hasil belajar dan keaktifan belajar siswa yang telah mencapai indikator yang ditentukan yaitu 90 5. Penelitian Rohmawati Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2012, berjudul Implementasi Pembelajaran Aktif Tipe Jigsaw Sebagai Upaya Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPA Materi Pokok Penyesuaian Diri Mahluk Hidup Dengan Lingkungan di Kelas V MI Nurul Huda Bandarharjo Semarang Utara Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan Pembelajaran aktif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pokok penyesuaian diri mahluk hidup dengan lingkungan di kelas V MI Nurul Huda Bandarharjo Semarang Utara, hal ini dapat dilihat dari siklus I ada 9 siswa atau 60%, kemudian meningkat pada siklus II yaitu ada 13 siswa atau 86,7%. Demikian juga dengan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga meningkat persiklus yaitu di siklus I siswa aktif sekali dan aktif ada 7 siswa atau 46,7% dan di siklus II sudah mencapai 12 siswa atau 80%. ini menunjukkan apa dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa juga keaktifannya menggunakan pembelajaran aktif tipe jigsaw berhasil. Berbeda dengan penelitian di atas: 1. Mengambil fokus pada penggunaan metode expository learning 2. Obyek penelitian siswa kelas II MI Clapar Kecamatan Subah Kabupaten Batang 3. Mata pelajaran IPA dengan materi pokok materi yang diteliti pengaruh cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari. 4. Metode penelitian dengan menggunakan PTK. B. Pembelajaran IPA 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara guru dan siswa atau antara sekelompok siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap serta menetapkan apa yang dipelajari itu.14 Menurut Lester D. Crow and Alice Crow “intruction is a modification of behavior accompanying growth processes that are brought about trough adjustment to tensions initiated trough sensory stimulation”.15 (Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang diiringi dengan proses pertumbuhan yang ditimbulkan melalui penyesuaian diri terhadap keadaan lewat rangsangan atau dorongan). Menurut Frederick Y. Mc. Donald dalam bukunya Educational Psychology mengatakan: “Education is a process or an activity, which is directed at producing desirable changes into the behavior of human beings” 16 (Pendidikan adalah suatu proses atau aktifitas yang menunjukkan perubahan yang layak pada tingkah laku manusia). Pembelajaran menurut Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid dalam kitabnya “At-Tarbiyah Wa Turuku Al-Tadris” adalah: ,ُ ْ $ِ ْ ,+ ُ َ ا ِ ْ َ -َ س ُ ر+ 0َ $ُ ْ َُ ا0+ َ ُ 1ِ, ا2ِ -َ #ِ !ْ $َ ْ وْدٌ ا0ُ ْ $َ - ُ ْ ِ!ْ ,َ أَ ا َ ُدCَ,9 ْ وَاD ً !ْ -ِ ْ7َ 0َ 8 ْ ,َ 9 ْ = ُ< ُة إِذَا ِإ َ َ ِه$ّ? ً ُ< ًة َوِإ$ِA دَا2ُ -َ #ِ !ْ $َ ْ ا7 ِ B َ ْ ََو ١٧ .ِ ُْ ِآ9 ُ ِ َوFِ َ َG ْ=-ِ ْ ُد#Cَ ْ َ اHْ ِ Adapun pembelajaran itu terbatas pada pengetahuan dari seorang guru kepada murid. Pengetahuan itu yang tidak hanya terfokus pada 14 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 2004), hlm. 102. 15 Lester D. Crow and Alice Crow, Human Development and Learning, (New York: American Book Company, 2002), hlm. 215 16 Frederick Y. Mc. Donald, Educational Psychology, (Tokyo: Overseas Publication LTD, 2007), hlm. 4. 17 Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Madjid, Al-Tarbiyah Waturuqu Al-Tadrisi, Juz.1., (Mesir: Darul Ma’arif, 1979), hlm. 61 pengetahuan normative saja namun pengetahuan yang memberi dampak pada sikap dan dapat membekali kehidupan dan akhlaknya Menurut Mulyasa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perilaku ke arah yang lebih baik. 18 Jadi pembelajaran adalah proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam belajar. 2. Teori Pembelajaran Konsep pembelajaran mengandung beberapa implikasi, yaitu: (1) Perlu diupayakan agar dapat terjadi proses belajar yang interaktif antara peserta didik dan sumber belajar yang direncanakan; (2) Ditinjau dari sudut peserta didik, proses itu mengandung makna bahwa terjadi proses internal interaksi antara seluruh potensi individu dengan sumber belajar yang dapat berupa pesan-pesan ajaran dan nilai-nilai serta norma-norma ajaran Islam, guru sebagai fasilitator, bahan ajar cetak atau non cetak yang digunakan, media dan alat yang dipakai belajar, cara dan teknik belajar yang dikembangkan, beserta latar atau lingkungannya (spiritual, budaya, sosial, dan alam) yang menghasilkan perubahan perilaku pada diri peserta didik yang semakin dewasa dan memiliki tingkat kematangan dalam beragama; dan (3) Ditinjau dari sudut pemberi rangsangan perancang pembelajaran pendidikan agama, proses itu mengandung arti pemilihan, penetapan dan pengembangan metode pembelajaran yang memberikan kemungkinan paling baik bagi terjadinya proses belajar.19 Menurut Morris L. Biggae dan Maurice P Hunt sebagaimana dikutip oleh Nana Syaodiah Sukmadinata ada tiga keluarga atau rumpun teori belajar, yaitu teori disiplin mental, behaviorisme dan cognitive gestalt Field. 18 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 100 19 Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002). hlm. 183. a. Rumpun teori disiplin mental Secara herediter atau dari kelahirannya rumpun teori disiplin mental, mengungkapkan bahwa anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Salah satu upaya untuk mengembangkan potensi-potensi tersebut adalah dengan belajar. Teori-teori yang termasuk rumpun disiplin mental yaitu: disiplin mental theistic, disiplin mental humanistic dan apersepsi. 1) 2) 3) 4) Teori disiplin mental theistik, Teori disiplin mental humanistik, Teori naturalisme atau natural enfoldment atau self actualization. Teori Apersepsi.20 b. Rumpun kedua Behaviorisme /S-R Stimulus-Respon Muhibbin Syah mengatakan dibukunya ditulis: Menurut aliran Behaviorisme, setiap siswa lahir tanpa warisan atau pembawaan apaapa dari orang tuannya dan belajar adalah kegiatan refleks-refleks jasmani terhadap stimulus yang ada (S-R theory) serta tidak ada hubungannya dengan bakat dan kecerdasan atau warisan atau pembawaan,21yang termasuk teori behaviorisme yaitu: teori S-R Bond, Conditioning dan Reinforcement.22 c. Rumpun yang ketiga Cognitive Gestalt Field Muhibbin Syah mengatakan dalam bukunya ditulis: Menurut aliran kognitif, setiap siswa lahir dengan bakat dan kemampuan mentalnya sendiri, faktor bawaan ini memungkinkan siswa untuk menentukan merespon atau tidak terhadap stimulus, sehingga belajar tidak bersifat otomatis seperti robot.23 20 Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 53. 21 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 103 22 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, hlm.17-27 23 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 103 Teori ini bersumber dari psikologi Gestalt Field sebagaimana di kutip oleh Nana Syaodih Sukamadinata, belajar adalah proses mengembangkan insight/pemahaman baru. Pemahaman terjadi apabila individu menemukan cara baru yang ada dalam lingkungan. 1) Teori belajar Goal Insight. 2) Teori belajar cognitive field bersumber pada psikologi lapangan (field psikologi).24 3. Pembelajaran IPA IPA adalah pelajaran berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga pembelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.25 4. Tujuan Pembelajaran Lingkup IPA Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 26 a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 24 Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, hlm. 66 25 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006, hlm. 484 26 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006, hlm. 484 g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. 5. Ruang Pembelajaran Lingkup IPA Ruang Lingkup27 bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspekaspek berikut. a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya. 6. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA Kelas II Standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran IPA Kelas II khususnya pada semester 2 sebagai berikut: 28 Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPA Kelas II Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 3.1. Mengidentifikasi sumber-sumber Energi dan Perubahannya 3. Mengenal berbagai sumber energi (panas, listrik, cahaya, dan bunyi) energi yang sering dijumpai yang ada di lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari3.2. Mengidentifikasi jenis energi yang hari dan kegunaannya paling sering digunakan di lingkungan sekitar dan cara menghematnya Bumi dan Alam Semesta 4. Memahami peristiwa alam 4.1 Mengidentifikasi kenampakan matahari dan pengaruh matahari pada pagi, siang dan sore hari dalam kehidupan sehari-hari 4.2 Mendeskripsikan kegunaan panas dan cahaya matahari dalam kehidupan sehari-hari C. Prestasi Belajar IPA 1. Pengertian Prestasi Belajar IPA 27 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006, hlm. 485 28 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006, hlm. 485 Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan, misalnya dalam kesenian, olahraga, pendidikan begitu juga belajar. Prestasi berarti “hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya)”.29 Menurut istilah prestasi adalah “bukti kebenaran keberhasilan usaha yang dicapai”.30 Menurut pengertian ini prestasi adalah suatu yang diperoleh seseorang setelah melakukan aktifitas belajar. Prestasi adalah hasil belajar yang telah dicapai dan dapat dinyatakan dalam angka-angka maupun dengan kata-kata. Sedangkan belajar adalah “learning is an active process that needs to be stimulated and guide toward desirable out comes”.31 (Pembelajaran adalah proses akhir yang membutuhkan rangsangan dan tuntunan untuk menghasilkan out come yang diharapkan). Pada dasarnya pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan peserta didik, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Menurut Charles E. Scanner memberikan definisi belajar sebagai berikut: “Learning is a process of progressive behavior adaptation” (belajar adalah proses perubahan tingkah laku setelah melakukan adaptasi).32 Menurut Abdul Aziz dan Abdul Aziz Majid dalam kitabnya “AtTarbiyah Wa Turuku Al-Tadris” belajar adalah: , ُ ْ $ِ ْ ,+ ُ َ ا ِ ْ َ -َ س ُ ر+ 0َ $ُ ْ َُ ا0+ َ ُ 1ِ, ا2ِ -َ #ِ !ْ $َ ْ وْدٌ ا0ُ ْ $َ - ُ ْ ِ!ْ ,َ َأ ا َ ُدCَ,9 ْ وَاD ً !ْ -ِ ْ7َ 0َ 8 ْ ,َ 9 ْ = ُ< ُة إِذَا ِإ َ َ ِه$ّ?ً ُ< ًة َوِإ$ِA دَا2ُ -َ #ِ !ْ $َ ْ ا7 ِ B َ ْ ََو ٣٣ . ِ ُْ ِآ9 ُ ِ َوFِ َ َْ -ِ ْ ُد#Cَ ْ َ اHْ ِ Adapun belajar itu terbatas pada pengetahuan dari seorang guru kepada murid. Pengetahuan itu yang tidak hanya terfokus pada pengetahuan 29 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi.II, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), hlm. 354 30 W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 2004), hlm. 162. 31 Lester D. Crow and Alice Crow, Educational Psychology, (New York: American Book Company, 2001), hlm. 225 32 Charles E. Scanner, Essentials of Educational Psychology, (Tokyo : Prentice Hall, 2004), hlm 199 33 Sholeh Abdul Azis dan Abdul Azis Abdul Madjid, Al-Tarbiyah Waturuqu Al-Tadrisi, Juz.1., (Mesir: Darul Ma’arif, 1979), hlm. 61 normative saja namun pengetahuan yang memberi dampak pada sikap dan dapat membekali kehidupan dan akhlaknya Prestasi belajar adalah “hasil yang telah di capai sebagai akibat dari adanya kegiatan peserta didik kaitannya dengan belajarnya”.34 Prestasi belajar juga berarti hasil yang telah dicapai oleh murid sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka, huruf, atau tindakan yang mencerminkan hasil belajar yang telah dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu.35 Jadi prestasi belajar adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar dalam pembelajaran yang diperoleh melalui usaha dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar. Adapun perubahan tersebut meliputi: sikap, pengetahuan, kebiasaan, perbuatan, minat, perasaan dan lain-lain 2. Alat Ukur Prestasi Belajar Kegiatan penilaian belajar merupakan salah satu mata rantai yang menyatu terjalin di dalam proses pembelajaran siswa. Saifudin Azwar berpendapat tes sebagai pengukur prestasi sebagaimana oleh namanya, tes prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar.36 Penilaian atau tes itu berfungsi untuk memperoleh umpan balik dan selanjutnya digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar, maka penilaian itu disebut penilaian formatif. Tetapi jika penilaian itu berfungsi untuk mendapatkan informasi sampai mana prestasi atau penguasaan dan pencapaian belajar siswa yang selanjutnya diperuntukkan bagi penentuan lulus tidaknya seorang siswa maka penilaian itu disebut penilaian sumatif.37 Jika dilihat dari segi alatnya, penilaian hasil belajar IPA dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu tes dan non tes. Tes ada yang diberikan 34 Syaifuddin Azwar, Tes Prestasi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 13 11-12 35 M. Buchori, Teknik-Teknik Evaluasi Pendidikan, (Bandung: Jemmars, 2005), hlm. 178 36 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, hlm. 8 37 Saifuddin Azwar, Tes Prestasi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, hlm. secara lisan (menuntut jawaban secara lisan) ini dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, ada tes tulisan (menuntut jawaban dalam bentuk tulisan), tes ini ada yang disusun secara obyektif dan uraian dan tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Sedangkan non tes sebagai alat penilaiannya mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala sosiometri, studi kasus.38 3. Macam-Macam Prestasi Belajar Menurut pendapat Benyamin S. Bloom yang ditulis oleh Anas Sudiyono, hasil belajar mencakup tiga ranah yaitu ; ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.39 a. Ranah kognitif yang meliputi: 1) Pengetahuan (knowledge). Ciri utama taraf ini adalah pada ingatan 2) Pemahaman (Comprehension). Pemahaman digolongkan menjadi tiga yaitu: menerjemahkan, menafsirkan dan mengeksrapolasi (memperluas wawasan) 3) Penerapan (application), merupakan abstraksi dalam suatu situasi konkret. 4) Analisis, merupakan kesanggupan mengurai suatu integritas menjadi unsur-unsur yang memiliki arti sehingga hirarkinya menjadi jelas. 5) Sintesis, merupakan kemampuan menyatukan unsur-unsur menjadi suatu integritas. 6) Evaluasi, merupakan kemampuan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan kriteria yang dipakainya misalnya; baik - buruk, benar - salah, kuat- lemah dan sebagainya. b. Ranah afektif meliputi : 1) Memperhatikan (receiving/attending) yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) yang datang dari luar siswa dalam bentuk masalah, gejala, situasi dan lain – lain. 2) Merespon (responding) yaitu reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar. 3) Menghayati nilai (valuing) yaitu berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau sistem. 38 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 5 39 Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 23-31 4) Mengorganisasikan atau menghubungkan yaitu pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi. 5) Menginternalisasi nilai, sehingga nilai- nilai yang dimiliki telah mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. c. Ranah psikomotorik. Ranah ini berhubungan dengan ketrampilan siswa setelah melakukan belajar meliputi: Persepsi (cara pandang) 1) Gerakan reflek yaitu ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar. 2) Ketrampilan pada gerakan – gerakan dasar. 3) Kemampuan perseptual termasuk didalamnya membedakan visual, auditif, motoris dan lain – lain. 4) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan. 5) Gerakan – gerakan IPA dari yang sederhana sampai pada ketrampilan yang komplek. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut: a. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik, antara lain: 1) Faktor Fisiologis, masih dapat dibedakan lagi menjadi dua macam, yaitu: a) Tonus jasmani pada umumnya Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar; keadaan jasmani yang lelah akan lain dengan keadaan jasmani yang tidak lelah.40 b) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis Panca indera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik, Dalam sistem persekolahan dewasa ini diantara panca indera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Karena itu adalah kewajiban bagi setiap pendidik untuk menjaga agar panca indera anak didiknya 40 235 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. dapat berfungsi dengan baik, baik penjagaan yang bersifat kuratif maupun yang bersifat preventif.41 2) Faktor psikologis, terdiri atas: a) Intelegensi peserta didik Intelegensi kemampuan pada psiko-fisik umumnya untuk dapat mereaksi diartikan sebagai rangsangan atau menyesuaikan diri pada lingkungan dengan tepat. Jadi, intelegensi bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organorgan tubuh lainnya, akan tetapi memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. b) Sikap peserta didik Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. c) Bakat peserta didik Secara umum bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi belajar sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masingmasing. Jadi secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya mengapa seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child yakni anak yang berbakat. d) Minat peserta didik 41 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, hlm. 236 Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi prestasi belajar dalam bidang studi matematika. Misalnya peserta didik yang menaruh minat besar pada matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada peserta didik lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan peserta didik tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi belajar yang diinginkannya. e) Motivasi peserta didik Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi peserta didik adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan lebih langgeng serta tidak tergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru.42 b. Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri peserta didik, yaitu antara lain: 1) Faktor sosial yang terdiri atas: a) Lingkungan keluarga b) Lingkungan sekolah c) Lingkungan masyarakat 42 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 133 – 137 d) Lingkungan kelompok 2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. 3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. 4) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.43 Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar. D. Metode Expository Learning 1. Pengertian Metode Expository Learning Setiap pembelajaran, sudah barang tentu membutuhkan adanya strategi, metode dan teknik dalam pembelajaran itu sendiri, proses belajar mengajar merupakan transfer atau pengalihan pengetahuan, informasi, norma, nilai, dan lain-lainnya dari seorang guru atau dosen kepada peserta didik murid, atau mahasiswa. Proses seperti itu dibangun diatas dasar anggapan bahwa siswa atau peserta didik ibarat bejana kosong atau kertas putih. Guru atau pengajarlah yang harus mengisi bejana tersebut atau menulis apapun di kertas putih tersebut Istilah metode dalam “bahasa Arab diterjemahkan dengan 2 #M bentuk jamaknya Aا#M yang berarti jalan atau cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan”,44 yaitu tujuan pendidikan anak dalam Islam. Sedangkan istilah metode dengan pengertian jalan atau cara dalam AlQur’an disebutkan sebagaimana firman Allah SWT: ُْ !َ َ ِ ِِP9 َ =ِ- ُوا0َ ِهQ َو2َ َِ9َ ْ ُا ِإَ ْ ِ اR,َ Nْ ُا ا َ وَاFُا اHَ Oَ َ ِ َ َأَ ا U٣٥S ن َ ُِCْ Fُ Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah. Dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah 43 44 Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 131 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Pentafsir Al-Qur’an, 2003), hlm. 236 pada jalan-Nya supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. AlMaidah : 35).45 Dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman : U١١S دًا0َ <ِ َ Aِ َا#M َ H ُآV َ ِن َذ َ دُوHِ ن َو َ ُِ اHِ ?َوَأ Dan sesungguhnya diantara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adakah kami menempuh jalan yang berbeda-beda”. (QS. Al-Jin : 11).46 Pada ayat tersebut, pengertian metode digunakan dengan istilah Aا#M dan 29 َ اyang berarti jalan. Secara garis besar, pengertian metode adalah suatu jalan atau cara yang ditempuh atau digunakan untuk menyampaikan suatu materi yang disajikan supaya materi tersebut dapat diterima oleh seseorang, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Sedangkan dalam kitab At-Ta’lim Wal Mu’allimun disebutkan: % ZG ل اي$ ا1 اXYH ا ل ا2$% = ه2N#, ا2Cآ .=$Y P[F = ه، مD9^ا ٤٧ Metode belajar merupakan cara-cara yang dilakukan seseorang untuk sampai pada kesempurnaan yang menganjurkan pada ajaran Islam. Cara ini disesuaikan kondisi seseorang. Ada banyak metode yang bisa dikembangkan dalam pembelajaran diantaranya metode expository learning. Metode expository learning adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru pada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Rot Killen (1998) menanamkan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi langsung (direct instruction). hal ini karena materi pelajaran disampaikan 45 Depag, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Depag RI:Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, 2001), hlm. 165 46 47 Depag, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 984. Ali Sayyid Akhmad Az-Jarnuji, At-Ta’lim Wal Mu’allimun, (Libanon: Darushabuny, 1997), hlm. 26. langsung oleh guru. Siswa tidak di tuntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena pembelajaran ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah model pembelajaran “chalk dan talk”48 Pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, karena dalam pembelajaran ini guru memang peran yang sangat dominan. Melalui pembelajaran model ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama pembelajaran ini adalah kemampuan akademi (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan bentuk pembelajaran ekspositori.49 Metode ini berbeda dengan metode ceramah dimana cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau halayak ramai. Sebagaimana yang didefinisikan oleh Ramayulis : metode ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan guru terhadap murid-murid ruang kelas.50 Sedangkan metode expository learning tidak hanya sekedar menyampaikan dengan lesan tetapi juga menggunakan mimik muka dan ekspresi sehingga penuturan tersebut lebih menarik bagi siswa. Jadi Metode expository learning merupakan strategi pembelajaran yang mengarahkan pembelajaran dengan menggunakan kekuatan verbal dengan mimik dan gerakan yang sangat baik sehingga menjadikan siswa tertarik untuk memahami dan memperhatikan pembelajaran. 48 Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah, 2009), hlm.116-117 49 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 179 50 102. Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2003), hlm. 2. Dasar Metode Expository Learning Metode expository learning sama halnya dengan cerita hikmah dalam konsep al-Qur’an. firman Allah swt: ْن َوِإن َ Oَْ#ُ ْ َهَا اV َ ْ ََ ِإHْ G َ َْ َأو$ِN ِ َ َ ْ ا َB َG ْ َأV َ ْ َ% َ ُ ?َ ُ ْ ?َ (٣ _9 ) َ ِ-ِ َRْ ا َ $ِ َ ِ ِPْ <َ ِْ 7 َ Hْ ُآ "Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu dan sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui." (QS. Yusuf: 3)51 Al-qashash berarti pula cerita-cerita yang dituturkan (kisah).52 Sebagaimana firman Allah swt: ن َ ُو# Cَ ,َ َ ُْ !َ َ َ َ َ ْ ا ِ ُ <ْ َ"Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir," (QS. Al-A'raf: 176)53 Kisah yang disebut pada ayat di atas akan mampu menyentuh hati manusia karena menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh, sehingga pembaca dan pendengar mampu menghayati atau merasakan isi kisah seolah-olah mereka sendiri yang menjadi tokohnya, dan akan menjadi tuntunan dalam kehidupannya 3. Tujuan Metode Expository Learning Kontribusi metode expository learning dalam pembelajaran dapat membantu guru pada penjelasan, penafsiran dan memudahkan berbagai kesulitan dalam memahami sebuah ilmu pengetahuan serta menambah wawasan siswa. Banyak hakikat-hakikat (ilmu pengetahuan) yang diketahui anak didik, namun tidak sedikit yang tidak mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga seorang guru harus mampu menjelaskan pada anak didiknya melalui cerita-cerita, hikayat-hikayat untuk memperoleh berbagai hakikat dalam aktivitas kehidupannya. 51 Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya, hlm. 348 52 Shalah al-Khalidy, Kisah-kisah al-Qur’an; Pelajaran dari Orang-orang Terdahulu, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), hlm. 22 53 Soenardjo, dkk., Al-Qur'an dan Terjemahnya., hlm. 251 Ada beberapa tujuan dari pelaksanaan strategi pembelajaran ekspositori diantaranya : 54 a. Mendiagnosis secara tepat situasi suatu pembelajaran b. Menciptakan pembelajaran efektif c. Memotivasi diri sendiri tidak hanya karena nilai atau motivasi eksternal d. Mampu tetap tekun dalam tugas sehingga tugas itu terselesaikan e. Belajar secara efektif dan memiliki motivasi abadi untuk belajar.55 Adapun manfaat strategi pembelajaran ekspositori: a. Selain itu Dapat memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan b. Dapat memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan, sehingga anak memperoleh informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor anak. d. Memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak. Adapun manfaat strategi pembelajaran ekspositori menurut Moeslichatun: 56 a. Selain itu Dapat memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan b. Dapat memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan, sehingga anak memperoleh informasi tentang pengetahuan, nilai dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c. Memungkinkan anak mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor anak. d. Memungkinkan pengembangan dimensi perasaan anak. Menurut Wina Sanjaya metode expository learning merupakan menjadikan ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.57 54 Moeslichatun R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), hlm. 168. 55 Trianto, Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 87 56 57 Moeslichatun R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, hlm. 168. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 179 Jadi tujuan dari metode pelaksanaan metode expository learning menciptakan pembeljaran aktif dengan memanfaatkan kemampuan verbal dan mimik muka dalam memahami materi 4. Karakteristik Strategi Pembelajaran Ekspositori Ada beberapa karakteristik pembelajaran ekspositori. Pertama, dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan pembelajaran ini, sehingga sering orang menyamakannya dengan ceramah. Kedua, biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang. Ketiga ,tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan dapat mengungkapkan kembali materi yang setelah diuraikan58 Metode expository learning merupakan bentuk dari strategi pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, karena dalam pembelajaran ini guru memang peran yang sangat dominan. Melalui pembelajaran model ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama pembelajaran ini adalah kemampuan akademi (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah merupakan bentuk pembelajaran ekspositori. Pembelajaran ekspositori akan efektif manakala: 59 a. Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa (overview). Biasanya bahan atau materi baru itu diperlukan untuk kegiatan-kegiatan khusus, seperti kegiatan pemecahan masalah atau untuk melakukan proses tertentu. Oleh sebab itu, materi yang disampaikan adalah materi-materi dasar 58 59 Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, hlm. 117 Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, hlm. 117-118 b. c. d. e. f. g. h. i. seperti konsep-konsep tertentu, prosedur, atau rangkaian aktifitas, dan sebagainya. Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai kemampuan intelektual tertentu, misalnya agar siswa bisa mengingat bahan pelajaran sehingga ia akan dapat mengungkapkannya kembali manakala diperlukan. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan, artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi pelajaran itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru secara ceramah, misalnya materi pelajaran hasil penelitian berupa data-data Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu, misalnya, materi pelajaran yang bersifat6 pancingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik. Prosedur tertentu biasanya merupakan langkah baku atau langkah standar yang harus ditaati dalam melakukan sesuatu proses tertentu. Manakala langkah itu tidak ditaati, maka dapat menimbulkan pengaruh atau resiko tertentu. Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan suntuk seluruh siswa. Apabila guru akan mengajarkan pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah. Berdasarkan hasil penelitian strategi ini sangat efektif untuk mengajarkan konsep ketrampilan untuk anak-anak yang memiliki kemampuan kurang (low achieving students). Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa, misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Sedangkan menurut Wina Sanjaya dalam buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan tahun 2007 karakteristik pembelajaran ekspositori: 60 a. Guru akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan dan harus dipelajari siswa (overview). Biasanya bahan atau materi baru itu diperlukan untuk kegiatan-kegiatan khusus, seperti kegiatan pemecahan masalah atau untuk melakukan proses tertentu. Oleh sebab itu, materi yang disampaikan adalah materi-materi dasar seperti konsep-konsep tertentu, prosedur, atau rangkaian aktifitas, dan sebagainya. 60 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 117-118 b. Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai kemampuan intelektual tertentu, misalnya agar siswa bisa mengingat bahan pelajaran sehingga ia akan dapat mengungkapkannya kembali manakala diperlukan. c. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan, artinya dipandang dari sifat dan jenis materi pelajaran memang materi pelajaran itu hanya mungkin dapat dipahami oleh siswa manakala disampaikan oleh guru secara ceramah, misalnya materi pelajaran hasil penelitian berupa data-data d. Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu, misalnya, materi pelajaran yang bersifat pancingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. e. Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk kegiatan praktik. Prosedur tertentu biasanya merupakan langkah baku atau langkah standar yang harus ditaati dalam melakukan sesuatu proses tertentu. Manakala langkah itu tidak ditaati, maka dapat menimbulkan pengaruh atau resiko tertentu. f. Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga guru perlu menjelaskan suntuk seluruh siswa. g. Apabila guru akan mengajarkan pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan rendah. Berdasarkan hasil penelitian (Ross dan strategi ini sangat efektif untuk mengajarkan konsep ketrampilan untuk anak-anak yang memiliki kemampuan kurang (low achieving students). h. Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan strategi yang berpusat pada siswa, misalnya tidak adanya sarana dan prasarana yang dibutuhkan. i. Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik pelaksanaan strategi pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang beroirentasi pada kemampuan guru dalam memahamkan materi kepada siswa dan materi itu berbentuk cerita yang perlu diterangkan kepada siswa. 5. Prinsip-Prinsip Strategi Pembelajaran Ekspositori Learning Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam metode expository learning menurut Hamruni dalam buku Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan tahun 2009 antara lain: 61 61 Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, hlm. 119-120 a. Berorientasi pada pembelajaran Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam metode expository learning melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran, justru tujuan itulah yang harus menjadi pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan, terlebih dulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti kriteria pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur atau berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh sisa. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan kita bisa mengontrol efektifitas penggunaan strategi pembelajaran. b. Prinsip komunikasi Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai komunikasi yang menunjuk pada proses penyampaian pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima pesan) pesan yang ingin disampaikan dalam hal ini adalah materi pelajaran yang diorganisir dan disusun sesuai dengan tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses komunikasi guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa sebagai penerima pesan. c. Prinsip kesiapan Dalam teori koneksionisme, kesiapan merupakan salah satu hukum belajar inti dari hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merespon dengan cepat dari setiap stimulus manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan: sebaliknya, tidak mungkin setiap individu akan merespon setiap stimulus yang muncul manakala dalam dirinya belum memiliki kesiapan. Yang dapat ditarik dari hukum belajar ini adalah, agar siswa dapat menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan, terlebih dahulu kita harus memposisikan mereka dalam keadaan siap, baik secara fisik maupun psikis guna menerima pelajaran. d. Prinsip berkelanjutan Metode expository learning harus dapat mendorong siswa untuk mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajaran bukan hanya berlangsung pada saat itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil adalah bisa melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan atau menambah wawasan prose belajar mandiri. Jadi metode expository learning pada prinsipnya adalah untuk menciptakan proses pembelajaran yang berorientasi pada pemahaman siswa terhadap materi dengan menggunakan cerita. 6. Langkah-langkah Metode Expository Learning Melaksanakan metode expository learning dapat dilakukan dengan beberapa langkah diantaranya : Pertama, merumuskan tujuan yang ingin dicapai. Merumuskan tujuan merupakan langkah-langkah pertama yang harus dipersiapkan guru. Kedua, menguasai materi pelajaran dengan baik merupakan syarat mutlak penggunaan metode expository learning. Penguasaan materi yang sempurna, akan membuat kepercayaan diri guru meningkat, sehingga guru akan mudah mengelola kelas, ia akan bebas bergerak, berani menatap siswa, tidak takut dengan perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran dan lain-lain. Ketiga, mengenali medan dan hal-hal yang mempengaruhi proses penyampaian. Mengenali lapangan atau medan merupakan hal penting dalam langkah persiapan. Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mengganggu proses penyajian materi pelajaran. Beberapa hal yang berhubungan dengan mean yang harus dikenali antara lain adalah sebagai berikut: a. Latar belakang audien atau siswa yang akan menerima materi, misalnya kemampuan dasar atau pengalaman belajar siswa sesuai dengan materi yang akan disampaikan, minat dan gaya belajar siswa, dan lain sebagainya. b. Kondisi ruangan, baik menyangkut luas dan besarnya ruangan, pemecahan, posisi tempat duduk, maupun kelengkapan rungan itu sendiri. Pemahaman akan kondisi ruangan itu diperlukan untuk mengatur tempat duduk dan atau tidak untuk menempatkan media yang digunakan, misalnya dimana sebaiknya layar OHP atau LCD disimpan, dimana sebaiknya gambar dipasang dan lain sebagainya.62 Menurut Wina Sanjaya langkah-langkah dalam penerapan strategi ekspositori meliputi: persiapan (preparation), penyajian (presentation), 62 Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, hlm. 121-123 penghubungan (correlation), penyimpulan (generalization), dan penerapan (application). a. Persiapan (preparation) Beberapa hal yang positif dan hindari sugesti dalam langkah persiapan diantaranya adalah: 1) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif. Memberikan sugesti positif akan dapat membangkitkan kekuatan pada siswa untuk menembus rintangan dalam belajar. Sebaliknya, sugesti yang negatif dapat mematikan semangat belajar. 2) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai mengemukakan tujuan sangat penting artinya dalam setiap proses pembelajaran. Dengan mengemukakan tujuan siswa akan paham apa yang harus mereka kuasai serat mau dibawa kemana mereka. Dengan demikian, tujuan merupakan “pengikat” baik bagi guru maupun bagi siswa. Langkah penting ini sering terlupakan oleh guru. Dalam pembelajaran, guru langsung menjelaskan materi pelajaran. 3) Bukalah file dalam otak anak Bagaikan kerja sebuah komputer, data akan dapat disimpan manakala sudah tersedia filenya. Demikian juga otak siswa, materi pelajaran akan bisa ditangkap dan disimpan dalam memori manakala sudah tersedia file atau kapling yang sesuai. Artinya, sebelum kita menyampaikan materi pelajaran maka terlebih dahulu kita harus membuka file dalam otak siswa agar materi itu bisa cepat ditangkap.63 b. Penyajian (presentation) Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Yang harus dipikirkan oleh setiap guru dalam penyajian ini adalah bagaimana dipikirkan oleh 63 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 185-187 setiap guru dalam penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini. 1) Penggunaan bahasa Penggunaan bahasa merupakan aspek yang sangat berpengaruh untuk keberhasilan prestasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahasa diantaranya: a) Bahasa yang digunakan sebaiknya bahasa yang bersifat komunikatif dan mudah dipahami. Bahasa yang komunikatif hanya mungkin muncul manakala guru memiliki kemampuan bertutur yang baik. Oleh karenanya, guru dituntut untuk tidak menyajikan materi pelajaran dengan cara membaca buku atau teks tertulis, tetapi sebaiknya guru menyajikan materi pelajaran secara langsung dengan bahasanya sendiri. b) Guru harus memperhatikan penggunaan bahasa berdasarkan tingkat perkembangan audiens atau siswa. Misalnya, penggunaan bahasa untuk anak SD berbeda dengan bahasa untuk tingkat mahasiswa. 2) Intonasi suara Intonasi suara adalah pengaturan suara sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. Guru yang baik akan memahami kapan ia harus meninggikan nada suaranya, dan kapan ia harus melemahkan suaranya. Pada nada suara akan membuat perhatian siswa untuk tetap terkontrol . sehingga tidak merasa bosan. Intonasi suara sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. Guru yang baik akan memahami kapan ia harus meninggikan nada suaranya, dan kapan ia harus melemahkan suaranya, pengaturan nada suara akan membuat perhatian siswa tetap terkontrol, sehingga tidak akan mudah bosan. 3) Menjaga kontak mata dengan siswa Dalam proses penyajian materi pelajaran, kontak mata (eye contact) hal yang sangat penting untuk membuat siswa tetap memperhatikan pelajaran. Melalui kontak mata yang selamanya terjaga, siswa bukan hanya akan merasa dihargai oleh guru, akan tetapi juga mereka seakan-akan diajak terlibat dalam proses penyajian. Oleh sebab itu, guru sebaiknya secara terus menerus menjaga dan memeliharanya. Pandanglah siswa secara bergiliran, jangan biarkan pandangan mereka tertuju pada hal-hal di luar materi pelajaran. 4) Menggunakan joke-joke yang menyegarkan Menggunakan joke adalah kemampuan guru untuk menjaga agar kelas tetap hidup dan segar melalui penggunaan kalimat atau bahasa yang lucu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan joke, pertama, joke yang digunakan harus relevan dengan isi materi yang sedang dibahas. Kedua, sebaiknya joke muncul tidak terlalu sering. Guru yang terlalu sering memunculkan joke hanya akan membuat kelas seperti dalam suasana pertunjukan. Oleh sebab itu, guru mesti paham kapan sebaiknya ia memunculkan joke itu, guru dapat memunculkan joke apabila dirasakan siswa sudah kehilangan konsentrasinya yang busa dilihat dari cara mereka duduk yang tidak tenang, cara mereka memandang atau dengan gejala-gejala perilaku tertentu, misalnya dengan memain-mainkan alat tulis, mengetuk-ngetuk meja dan lain sebagainya.64 c. Penghubungan (correlation) Langkah korelasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur 64 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 187-188 pengetahuan yang telah dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan tiada lain untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, bagi makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan berpikir dan kemampuan motorik. 65 d. Penyimpulan (generalization) Menyimpulkan adalah harapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil intisari dari proses penyajian. Menyimpulkan berarti pula memberikan keyakinan kepada siswa tentang kebenaran suatu paparan. Dengan demikian, siswa tidak merasa ragu lagi akan penjelasan guru. Kalau diibaratkan dengan memasukkan data pada suatu proses penggunaan komputer, menyimpulkan adalah proses men-save data tersebut, sehingga data yang baru saja dimasukkannya akan tersimpan di memori, dan akan muncul kembali manakala dipanggil untuk digunakan.66 e. Penerapan (application) Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini antara lain dengan membuat tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan, dan 65 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 188-189 66 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 189 dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran yang telah disajikan.67 Prosedur-prosedur strategi pembelajaran ekspositori dilakukan sebagaimana pembelajaran yang lain yaitu dilakukan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dengan mengadalkan kekuatan bahasa suara, intonasi, kontak mata dengan siswa sehingga siswa tertarik mendengarkan materi, dilanjutkan dengan penghubungan, penyimpulan dan uji kemampuan siswa terhadap materi. E. Penggunaan Metode Ekspository untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA Pembelajaran ialah suatu proses terjadinya interaksi dan komunikasi antara guru dengan siswa. Salah satu variabel yang dapat mempengaruhi baik tidaknya kualitas suatu pengajaran adalah guru. Hal ini cukup beralasan mengapa guruguru tersebut memiliki pengaruh yang dominan terhadap kualitas pengajaran, karena guru akan membawa anak didiknya ke arah pencapaian tujuan pengajaran dan sebagai aktor dalam proses pengajaran guru sebagai faktor yang dominan dalam menentukan tinggi rendahnya keberhasilan belajar dan motivasi belajar siswa.68 Pembelajaran sejarah harus dipahami dan dimaknai secara luas. Artinya pembelajaran sejarah meliputi proses keterampilan (engagement) totalitas diri siswa dan kehidupan/lingkungannya (learning environment), terkendali (conditionated) kea rah penyempurnaan, pembudayaan dan pemberdayaan melalui proses learning to know, learning to believe, learning to do, learning to be, dan learning live together (belajar mengetahui, mempercayai, melakukan, menjadi, dan hidup bersama). Untuk memperoleh makna tersebut di atas dibutuhkan strategi dan metode pembelajaran yang tepat. 67 68 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, hlm. 190 Departemen Agama RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Depag RI, 2001), hlm. 56 Metode belajar IPA yang digunakan harus mengacu pada perilaku dan proses berfikir yang digunakan oleh hal-hal yang dipelajar, termasuk proses memori maupun peta kognitif 69 Metode expository learning merupakan strategi pembelajaran yang banyak dan sering digunakan dalam pembelajaran IPA. Hal ini disebabkan strategi ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: 1. Dengan metode expository learning guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan 2. Metode expository learning dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas. 3. Melalui metode expository learning selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (ceramah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi). 4. metode expository learning ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.70 Pembelajaran IPA dengan metode expository learning posisi yang penting karena dapat dapat membawa perubahan etika dan moral anak-anak kepada perilaku yang positif karena sebuah kisah mampu menarik anak-anak untuk menyukai dan memperhatikannya. Anak-anak akan merekam semua ajaran, imajinasi, dan peristiwa yang ada dalam kisah yang disampaikan.71 Hingga akhirnya dapat meningkatkan prestasi atau pemahaman siswa terhadap materi IPA yang diajarkan. 69 Trianto, Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, hlm. 85 70 Hamruni, Strategi dan Model Pembelajaran Aktif Menyenangkan, hlm. 128 71 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik dengan Cerita, Terj Neneng Yanti dan Iip Dzulkifli Yahya, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001), hlm 20 F. Uraian Materi Singkat Kenampakan matahari Matahari bergerak dari timur ke barat Akibatnya posisi matahari berubah Posisi matahari pada pagi hari Aku selalu bangun pagi Ayam jantan berkokok menyambut pagi Di timur langit tampak terang Tanda matahari terbit Kira-kira pukul setengah enam pagi matahari terbit di sebelah timur Posisi matahari pada siang hari Semakin siang posisi matahari semakin tinggi Semakin siang matahari semakin terang Panas matahari semakin menyengat Posisi matahari di sore hari Setelah tengah hari matahari bergerak semakin ke barat semakin sore Cahaya semakin redup Panasnya juga berkurang Matahari akan terbenam Di sebelah barat Kira-kira pukul enak sore Kedudukan matahari dan bayangan yang terbentuk Bayangan di pagi hari Bayangan di siang hari Bayangan di sore hari Kegunaan panas dan cahaya matahari Matahari memiliki banyak kegunaan Matahari menerangi bumi Matahari memanaskan bumi Udara di bumi terasa hangat Tanpa matahari bumi akan terasa dingin Dampak buruk matahari Panas matahari yang menyengat Membuat tubuh tidak nyaman Tubuh kepanasan dan kehausan Panas matahari yang menyengat tidak baik untuk kulit Sinar matahari yang terik membuat silau 72 G. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis tindakan yaitu penerapan metode expository learning dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPA materi pokok materi pertumbuhan tempat hidup serta peranan hewan dan tumbuhan di kelas II MI Clapar Kecamatan Subah Kabupaten Batang. 72 Sri Purwati, Ilmu Pengetahuan Alam 2, (Jakarta: Pusat Perbkuan, 2008), hlm. 125-141