Kajian Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan

advertisement
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumput laut atau algae merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia
yang diandalkan untuk pemasukkan devisa negara. Komoditas ini memiliki nilai
ekonomis yang tinggi sebagai bahan makanan dan keperluan industri. Produksi
rumput laut untuk kebutuhan ekspor umumnya berasal dari algae merah
(Rhodophyceae).
Salah satu jenis rumput laut yang mempunyai potensi untuk dibudidayakan
di Indonesia adalah Kappaphycus alvarezii yang dulu dikenal sebagai Eucheuma
cottonii. Masyarakat pulau pari mengenal dan menyebut jenis rumput laut ini
dengan nama Eucheuma. Jenis ini menjadi komoditas ekspor karena permintaan
pasar sekitar 8 kali lebih banyak dari jenis lainnya (Sulistijo 2002). Bahkan
menurut Doty (1973) kebutuhan rumput laut jenis K. alvarezii adalah 10 kali lipat
dari persediaan alami di dunia.
K. alvarezii adalah jenis rumput laut yang
diperlukan untuk usaha industri karena kandungan kappa karaginannya sangat
diperlukan sebagai bahan stabilisator, bahan pengental, pembentuk jel, dan
pengemulsi (Winarno 1996).
Komoditas rumput laut K. alvarezii mempunyai prospek yang cerah dalam
perdagangan untuk kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri. Peningkatan
permintaan pasar dunia terhadap jenis ini memacu perkembangan budidaya.
Negara Filipina merupakan negara pertama yang dapat meningkatkan produksi
K. alvarezii melalui budidaya.
Perkembangan budidaya di Indonesia mulai
tampak dapat memenuhi permintaan pasar sejak tahun 1980 setelah keberhasilan
budidaya di perairan Selatan Bali (Nusa Penida) dan terus meluas hampir
keseluruh perairan Indonesia termasuk pulau Pari.
Rumput laut K. alvarezii dewasa ini sedang giat dikembangkan oleh
pemerintah melalui usaha budidaya karena selain dapat meningkatkan pendapatan
nelayan juga menjadi sumber devisa negara. Rumput laut yang dibudidayakan
bertujuan untuk meningkatkan hasil dalam jumlah yang cukup besar dan kontinyu
dengan kualitas yang baik terutama untuk kebutuhan ekspor.
Namun usaha
budidaya tersebut jika tidak ada pengelolaan yang baik dan tidak memperhatikan
2
kelestarian serta daya dukung lingkungan, maka dapat menurunkan kuantitas dan
kualitas hasil yang diperoleh.
Rumput laut yang dibudidayakan pada tahun 2000 mulai memperlihatkan
adanya kecenderungan penurunan hasil panen baik kuantitas maupun kualitas
dan
menjadi
permasalahan
sampai
sekarang.
Masalah
serius
yang
menimbulkan kerugian cukup besar dalam budidaya rumput laut di pulau Pari
adalah penyakit ice ice (bercak putih). Penyakit ice ice merupakan penyakit
yang timbul pada musim laut tenang dan arus lemah dan berlangsung selama
1-2 bulan, setelah itu areal dapat ditanami kembali bila kondisi lingkungan
sudah normal (Sulistijo 2002).
Namun apabila lahan ditanami terus tanpa
memperhatikan kondisi lingkungan, maka akan terjadi kerugian yang
berkelanjutan. Hal seperti ini terlihat di pulau Pari yakni para pembudidaya
terus menerus menggantikan tanaman yang rusak tanpa memperhatikan
kerugian dan kondisi kualitas lingkungan budidaya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pertumbuhan dan kandungan karaginan pada saat rumput laut
terkena penyakit ice ice.
Perumusan Masalah
Musim barat tahun 2005 usaha budidaya rumput laut K. alvarezii di pulau
Pari menghadapi masalah penurunan produksi dan kualitas yang tidak dapat
diterima oleh pasar.
Permasalahan tersebut terjadi karena kekeroposan thallus rumput laut.
Proses kekeroposan thallus yang merupakan ciri dari penyakit ice ice sangat
cepat, sehingga sebagian besar produk tidak dapat dipanen.
Sumber penyebab timbulnya penyakit ice ice yaitu penurunan kualitas
lingkungan perairan. Munurunnya kualitas lingkungan perairan di pulau Pari
menyebabkan penurunan produksi, namun diperkirakan beberapa lokasi masih
mampu menunjang perkembangan budidaya rumput laut tersebut.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan
pengkajian usaha budidaya rumput laut di lokasi budidaya sebelah barat yang
merupakan perairan terbuka (luar gobah) dan utara yang merupakan perairan
3
tertutup (gobah), apakah masih mampu menghasilkan produksi yang diharapkan.
Alur pikir pendekatan masalah disajikan pada gambar 1.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pertumbuhan dan kandungan
karaginan dari rumput laut K. alvarezii pada kondisi terkena penyakit ice ice di
lokasi budidaya sebelah barat yang merupakan perairan terbuka (luar gobah) dan
utara yang merupakan perairan tertutup (gobah) pulau Pari.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi dasar dalam upaya
penanggulangan penyakit ice ice untuk pengembangan budidaya rumput laut
K. alvarezii di masa yang akan datang.
Hipotesis
Produksi dan kualitas hasil budidaya rumput laut K. Alvarezii yang
dibudidayakan akan lebih baik di lokasi budidaya sebelah barat (luar gobah)
daripada di sebelah utara (gobah) pulau Pari walaupun terkena penyakit ice ice.
Unsur Hara
Intensitas
Produksi
Primer
Unsur
Hara
Laju
Pertumbuhan
Rumput Laut
Suhu
Keropos
Z<G
Rumput Laut
Oksigen
Intensitas
Serangan
Arus
Tingkat
perkembangan
bakteri
Biomassa
Bakteri
Ice ice
Gambar 1 Alur pikir pendekatan masalah.
Produksi
Rumput
Laut
Download