BAB II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1.Kinerja Guru 2.1

advertisement
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1.Kinerja Guru
2.1.1.Pengertian Kinerja Guru.
Menurut Slamet (2007: 35), pengertian kinerja merupakan
perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja
yang dihasilkan oleh pekerja sesuai dengan perannya di organisasi
berdasarkan tujuan organisasi dan tujuan individu. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia ( 2002: 570), kinerja berarti “sesuatu yang
dicapai” atau “prestasi yang diperlihatkan”. Suryadi (1999: 2)
mendefinisikan kinerja adalah sebagai hasil kerja yang dapat dicapai
oleh
seseorang
atau
sekelompok
dalam
suatu
organisasi.
Mangkunegara (2004: 67) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja
yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya.
Dari beberapa pendapat maka pengertian kinerja adalah
pelaksanaan kerja, hasil kerja atau prestasi kerja yang dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang (pegawai/karyawan) dalam
melaksanakan tugasnya melalui berbagai kegiatan berdasarkan
kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan oleh organisasi.
10
11
Menurut Mangkunegara (2004: 22) bahwa kinerja yang
berkenaan dengan profesi keguruan merupakan perilaku nyata yang
ditunjukkan guru pada saat memberikan pelajaran kepada siswanya.
Berkaitan dengan kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, terdapat tugas keprofesianalan guru menurut UndangUndang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 pasal 1
tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar
dan pendidikan menengah. Berdasarkan pengertian guru mempunyai
peran yang sangat dominan dalam membentuk peserta didik menjadi
manusia
yang
berkualitas.
Upaya
pemerintah
untuk
terus
meningkatkan kemampuan tenaga pendidik nampak dalam pemberian
tunjangan profesional yaitu melalui sertifikasi tenaga pendidik yaitu
memberikan penghargaan tambahan imbalan sebagai semangat untuk
meningkatkan kinerja guru dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan. Disamping itu tugas / kewajiban guru menurut UndangUndang Guru dan Dosen nomor 14 tahun 2005 pasal 20 sebagai
berikut : (1) merencanakan pembelajaran yang bermutu, serta menilai
dan mengevaluasi hasil pembelajaran; (2) meningkatkan dan
mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni; (3) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas
12
dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, latar belakang keluarga dan
status
sosial
ekonomi
peserta
didik
dalam
pembelajaran;
(4) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan
kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika; (5) memelihara dan
memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Guru merupakan ujung tombak
Keberhasilan
guru
dalam
melaksanakan
pelaksana
pendidikan.
tugasnya
merupakan
cerminan dari kinerja guru, dan hal tersebut terlihat dari aktualisasi
kompetensi guru dalam merealisasikan tugas profesinya. Sehubungan
dengan kinerjanya maka guru ada yang memiliki kinerja baik dan ada
juga yang memiliki kinerja kurang baik. Guru yang memiliki kinerja
yang baik disebut guru yang profesional (Supriadi,1998: 98).
Selanjutnya menurut Suryadi (1999: 5) mengemukakan kinerja guru
adalah usaha sadar dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik
melalui pembelajaran, sehingga konsep kinerja guru merupakan
tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan tugas
atau pekerjaan utamanya. Kinerja guru berarti tindakan unjuk kerja
dari guru dalam melaksanakan tugas dan peranannya sebagai guru
terutama dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah.
Dari beberapa pendapat, dapat dinyatakan bahwa pengertian
kinerja guru adalah prestasi kerja seorang guru secara profesional
terhadap
penyelenggaraan
pembelajaran
mulai
dari
kegiatan
perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, hingga evaluasi hasil
13
pembelajaran
berdasarkan
kemampuan
dan
ketrampilan
yang
dimilikinya dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi.
2.1.2. Aspek Kinerja Guru
Menurut Sahertian dalam Kunandar (2008: 28) untuk dapat
menjadi seorang guru yang memiliki kompetensi, maka diharuskan
memiliki kemampuan untuk mengembangkan tiga aspek kompetensi
yang ada pada dirinya, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional dan kompetensi kemasyarakatan. Kompetensi kepribadian
adalah sikap pribadi guru berjiwa Pancasila yang mengutamakan
budaya bangsa Indonesia, yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa
dan negaranya. Kompetensi profesional adalah kemampuan dalam
penguasaan akademik (mata pelajaran/bidang studi) yang diajarkan
dan
terpadu
dengan
kemampuan
mengajarnya.
Kompetensi
kemasyarakatan (sosial) adalah kemampuan yang berhubungan
dengan bentuk partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan seharihari di masyarakat tempat ia bekerja, baik formal maupun informal.
Dalam buku Standar Kompetensi Guru ( Depdiknas, 2004: 25), dijelaskan bahwa agar guru dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, maka guru harus memiliki 3 (tiga) komponen kompetensi
yang saling berhubungan yaitu : (1) kompetensi pengelolaan
pembelajaran dan wawasan kependidikan, (2) kompetensi akademik
dan (3) kompetensi pengembangan profesi. Ketiga kompetensi guru
tersebut mewadahi kompetensi profesional, kompetensi personal, dan
kompetensi sosial. Selain ketiga komponen kompetensi tersebut, guru
14
sebagai pribadi yang utuh juga harus memiliki sikap dan kepribadian
yang positif, dimana sikap dan kepribadian tersebut senantiasa
melekat pada setiap komponen yang menunjang profesinya.
Natawijaya (1994: 38) berpendapat kinerja guru meliputi
aspek-aspek : (1) kemampuan profesional dalam proses belajar
mengajar, (2) kemampuan sosial dalam proses belajar mengajar,
(3)kemampuan pribadi dalam proses belajar mengajar. Kemampuan
profesional dalam proses belajar mengajar meliputi : (a) penguasaan
materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus
diajarkan dan konsep-konsep keilmuan dari bahan yang diajarkan itu,
(b) kemampuan mengelola program belajar mengajar, (c) kemampuan
mengelola kelas,(d) kemampuan mengelola dan menggunakan media
dan sumber belajar, (e) kemampuan menilai prestasi belajar mengajar.
Kemampuan sosial dalam proses belajar mengajar meliputi:
a) terampil berkomunikasi dengan siswa, (b) bersikap simpatik,
(c) dapat bekerjasama dengan BP3, (d) pandai bergaul dengan kawan
sekerja dan mitra pendamping. Kemampuan pribadi dalam proses
belajar mengajar, meliputi : (a) kemantapan dan integrasi pribadi,
(b) peka terhadap perubahan dan pembaharuan, (c) berdisiplin dalam
melaksanakan tugas, (d) adil, jujur dan objektif, (e) berusaha
memperoleh hasil kerja sebaik-baiknya,(f) simpatik dan menarik,
luwes, bijaksana, dan sederhana dalam bertindak, (g) berwibawa.
15
Dari beberapa pendapat maka aspek penilaian kinerja guru
dapat ditunjukkan oleh beberapa kemampuan yang harus dimiliki guru
dan dapat dinilai semuanya dalam proses belajar mengajar.
2.1.3. Indikator Kinerja Guru
Kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi
karena guru mengemban tugas profesional artinya tugas-tugas hanya
dapat dikerjakan dengan kompetensi khusus yang diperoleh melalui
program pendidikan. Penilaian kinerja menurut Siagian (2002: 168)
adalah proses dimana organisasi berupaya memperoleh informasi
yang seakurat mungkin tentang kinerja para anggotanya. Penilaian
kinerja harus dilaksanakan dengan baik karena akan sangat
bermanfaat bagi organisasi secara keseluruhan, bagi para atasan
langsung dan bagi para guru atau karyawan yang bersangkutan.
Ukuran kinerja guru menurut Slamet ( 2007: 235) merupakan
ukuran atau standar kinerja yang dapat diandalkan dan dapat
digunakan untuk mengevaluasi kinerja. Agar terjadi penilaian yang
kritis dalam menentukan kinerja, ukuran yang handal juga sama untuk
mencapai kesimpulan sama tentang kinerja. Ukuran kinerja yang baik
harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut : (a) praktis,
keterkaitan langsung dengan pekerjaan seseorang adalah bahwa
penilaian ditunjukkan pada perilaku dan sikap yang menentukan
keberhasilan menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu, (b) kejelasan
standar, standar adalah merupakan tolak ukur seseorang dalam
melakukan pekerjaannya, (c) kriteria yang objektif, kriteria yang
16
dimaksud adalah ukuran-ukuran yang memenuhi persyaratan seperti
mudah digunakan, handal, dan memberikan informasi tentang perilaku
kritikal
yang
menentukan
keberhasilan
dalam
melaksanakan
pekerjaan.
Siagian (2002: 168) mengemukakan bahwa penilaian kinerja
merupakan prose informasi yang seakurat mungkin tentang kinerja
para anggotanya. Penilaian kinerja harus dilakukan dengan baik
karena akan sangat bermanfaat bagi organisasi secara keseluruhan,
bagi para atasan langsung dan bagi karyawan yang bersangkutan.
Berbagai pihak dapat menarik manfaat dari penilaian kinerja
kesemuanya dapat dikaitkan dengan keseluruhan upaya meningkatkan
produktivitas kerja organisasi, produktivitas kerja berbagai komponen
organisasi,dan sebagai pendorong bagi para karyawan.
Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa:
(1) Menilai kinerja guru hakekatnya adalah menilai sejumlah
kompetensi guru itu sendiri dalam pelaksanaan tugasnya melalui
proses pembelajaran, (2) Penilaian terhadap kinerja guru perlu
dilakukan agar para guru senantiasa berupaya melaksanakan tugas
sebaik-baiknya dan meningkatkan kinerjanya, (3) Penilaian kinerja
guru dapat dijadikan umpan balik bagi perbaikan dan atau
peningkatan kinerjanya.
Pengukuran kinerja guru SMP Negeri di sub rayon 08
Semarang berdasarkan teori di atas difokuskan pada tugas pokok
dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, tugas tersebut
17
merupakan tugas rutin guru yang dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab agar variabel kinerja guru dapat dianalisis secara
logis, maka dalam penelitian ini dibatasi pada indikator-indikator
sebagai berikut :
1.
Kemampuan guru dalam merencanakan program pembelajaran,
indikatornya (a) mampu menyusun Rencana Pembelajaran (RP),
(b) merencanakan materi/bahan pembelajaran, penggunaan
metode dan alat/media pembelajaran, (c) merencanakan skenario
kegiatan pembelajaran, (d) merencanakan penilaian hasil belajar
siswa.
2.
Ketrampilan guru dalam melaksanakan program pembelajaran,
indikatornya : (a) terampil membuka dan menutup pembelajaran,
(b) dapat mengelola materi pembelajaran, (c) terampil memilih
dan menggunakan multimedia dan multimedia pembelajaran,
(d)
terampil
membimbing
dan
melibatkan
siswa
dalam
pembelajaran, (e) terampil memberi motivasi dan memberikan
penguatan atau reinforcement, (f) mampu mengelola waktu dan
ruang kelas, (g) terampil memberikan pertanyaan secara variatif,
(h)
mengaitkan
materi
dengan
kemajuan
IPTEK dalam
pembelajaran.
3.
Kemampuan
guru
melaksanakan
evaluasi
pembelajaran,
indikatornya: (a) mampu menyusun prosedur, jenis, dan kriteria
penilaian sesuai pedoman, (b) terampil melakukan penilaian
selama proses pembelajaran, (c) melakukan penilaian (ulangan
18
harian), (d) mampu menganalisis dan mengolah hasil penilaian,
(e) melaksanakan perbaikan dan pengayaan.
4.
Kemampuan guru melakukan hubungan pribadi dalam proses
belajar mengajar, indikatornya : (a) Mampu membantu dan
melatih kemandirian siswa, (b) Membimbing belajar siswa penuh
kasih sayang, (c) Menunjukkan semangat dan kegairahan dalam
mengajar, (d) Dapat berkomunikasi lancar dan jelas dengan siswa
dalam proses belajar mengajar.
2.2. Supervisi Akademik
2.2.1. Pengertian Supervisi Akademik
Menurut Boordman dalam Subari (1994: 4) bahwa supervisi adalah
suatu
usaha
menstimulir,mengkoordinasi,dan
membimbing
secara
berlanjut pertumbuhan guru-guru baik secara pribadi maupun kelompok
agar lebih memahami dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi
pengajaran.
Menurut Purwanto (2012: 76) supervisi adalah segala bantuan dari
para pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan
guru-gurudan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-tujuan
pendidikan.
Ia
berupa
dorongan,bimbingan,dan
kesempatan
bagi
pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam
usaha dan pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan
pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode mengajar
19
yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh
proses pengajaran.
Menurut Neagley dalam Pidarta (1999: 2) bahwa supervisi adalah
pelayanan
kepada
guru
yang bertujuan
menghasilkan
perbaikan
instruksional, belajar dan kurikulum. Supervisi diartikan sebagai bantuan,
pengarahan, bimbingan kepada guru-guru dalam bidang instruksional,
belajar dan kurikulum. Nilai dari supervisi ini akan tampak dalam
perkembangan perbaikan situasi belajar mengajar yang direfleksikan pada
perkembangan peserta didik.
Berbeda dengan Sutisna
dalam
Arikunto (2006: 12) bahwa
dengan supervisi yang intensif kepada guru, secara tidak langsung siswa
akan kena dampaknya yaitu ikut terangkat prestasi belajarnya. Dalam
kutipan tersebut dijelaskan bahwa supervisi bertujuan untuk membantu
guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam
mencapai tujuan tersebut.
Dari berbagai rumusan di atas bahwa kegiatan supervisi pendidikan
yang ditujukan untuk perbaikan situasi belajar mengajar itu dilakukan
melalui peningkatan kemampuan profesi para guru dalam melaksanakan
tugasnya. Agar peranan guru dalam kaitan dengan tugas mendidik dapat
berhasil dengan baik, maka guru perlu diadakan pembinaan dengan cara
disupervisi oleh supervisor.
Glickman dalam Dharma (2008: 9) mendefinisikan supervisi
akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan
20
pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru
mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Menurut
Kemendiknas ( 2010: 53 ) supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Daresh dalam
Dharma (2008: 9) Esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan
menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan
membantu
guru
mengembangkan
profesionalismenya.
Meskipun
demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja
guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan bahwa
supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka
menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran
merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya.
Sergiovanni dalam Dharma (2008: 9) penilaian unjuk kerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi
kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran,
merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik.
Agar supervisi akademik dapat membantu guru mengembangkan
kemampuan, maka untuk pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan
penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu
dikembangkan dan cara mengembangkannya.
Menurut Alfonso,Firth, dan Neville dalam Dharma (2008: 10) ada
tiga konsep pokok /kunci dalam pengertian supervisi akademik, yaitu :
21
(a) supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan
mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Inilah karakteristik esensial supervisi akademik. Supervisi jangan
diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa
diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan perilaku guru.
Dari beberapa pendapat, dapat dinyatakan supervisi akademik
merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya, maka dalam pelaksanaannya terlebih dahulu perlu
diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang
perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya. Namun, setelah
melakukan penilaian unjuk kerja guru tidak berarti selesailah tugas atau
kegiatan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan
perancangan dan pelaksanaan pengembangan kemampuannya. Melalui
supervisi akademik guru akan semakin profesional dalam mengelola
pembelajaran bagi siswa- siswanya.
2.2.2. Tujuan Supervisi Akademik
Menurut Sergiovanni dalam Arikunto (2006: 13) bahwa tujuan
utama kegiatan supervisi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran,
yang harapan akhirnya juga pada prestasi belajar siswa. Tentu saja
peningkatan tersebut tidak dapat hanya mengenai satu aspek saja, tetapi
semua unsur yang terkait dalam proses pembelajaran,antara lain siswa itu
sendiri, guru, dan personel lain, peralatan, pengelolaan, maupun
lingkungan tempat belajar.
22
Menurut Sergiovanni dalam Dharma (2008: 11) ada tiga tujuan
supervisi akademik yaitu : (a) supervisi akademik diselenggarakan untuk
membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam
memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan ketrampilan
mengajarnya dan menggunakan kemampuan melalui teknik – teknik
tertentu; (b) supervisi akademik diselenggarakan untuk memonitor
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa
dilakukan melalui kunjungan pengawas, kepala sekolah, supervisor
lainnya ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi
dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian siswanya;
(c)
supervisi
menerapkan
akademik
diselenggarakan
kemampuannya
dalam
untuk
mendorong
melaksanakan
guru
tugas-tugas
mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri,
serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh
terhadap tugas dan tanggungjawabnya.
Menurut Arikunto (2006: 6-7) tujuan supervisi ada dua yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Secara umum tujuan supervisi adalah
memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru (dan staf sekolah
yang lain) agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas
kerjanya,terutama dalam melaksanakan tugas yaitu melaksanakan proses
pembelajaran. Selanjutnya apabila kualitas kinerja guru dan staf sudah
meningkat ,demikian pula mutu pembelajarannya, maka diharapkan
prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Sedangkan secara khusus
tujuan supervisi akademik adalah: (1) meningkatkan kinerja siswa,
23
(2) meningkatkan mutu kinerja guru, (3) meningkatkan keefektifan
kurikulum, (4) Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan
prasarana,
(5)
meningkatkan
kualitas
pengelolaan
sekolah,
(6) meningkatkan kualitas situasi umum sekolah.
Menurut Djajadisastra dalam Ali (2011: 11) mengemukakan tujuan
supervisi akademik sebagai berikut : (1) memperbaiki tujuan khusus
mengajar guru dan belajar siswa, (2) memperbaiki materi (bahan) dan
kegiatan mengajar, (3) memperbaiki metode, yaitu cara mengorganisasi
kegiatan belajar mengajar, (4) memperbaiki penilaian atas media,
(5) memperbaiki penilaian proses belajar mengajar dan hasilnya,
(6) memperbaiki pembimbingan siswa atas kesulitan belajarnya,
(7) memperbaiki sikap guru atas tugasnya.
2.2.3. Prinsip – prinsip Supervisi Akademik
Prinsip – prinsip supervisi akademik menurut Arikunto (2006: 19)
sebagai berikut : antara lain : (a) Supervisi bersifat memberikan bimbingan
dan memberikan bantuan kepada guru dan staf sekolah lain untuk
mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan, dan bukan mencari-cari
kesalahan, (b) Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang
ditemukan tidak hilang atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat
catatan singkat, berisi hal-hal penting yang diperlukan untuk membuat
laporan.
Sedangkan menurut Purwanto dalam Arikunto (2006: 21) prinsipprinsip dalam supervisi adalah bahwa: (a) Supervisi hendaknya bersifat
24
konstruktif dan kreatif yaitu bahwa dari para supervisor seyogyanya dapat
memberikan motivasi kepada pihak-pihak yang disupervisi, (b) Supervisi
hendaknya didasarkan pada keadaan dan kenyataan yang sesuai dengan
sebenar-benarnya sehingga kegiatan supervisi dapat terlaksana dengan
realistis, (c) Kegiatan supervisi hendaknya terlaksana dengan sederhana,
tidak terlalu kaku tetapi sewajarnya, (d) Supervisi hendaknya dapat
memberikan rasa aman kepada pihak-pihak yang disupervisi, (e) Dalam
pelaksanaan supervisi hendaknya terjalin hubungan profesional antara
pihak yang mensupervisi dengan disupervisi, bukan didasarkan atas
hubungan pribadi, (f) Supervisi hendaknya didasarkan pada jenis
kemampuan, kesanggupan, serta kondisi, dan sikap pihak yang disupervisi
agar tidak menimbulkan rasa stress pada pihak yang disupervisi,
(g) Supervisi tidak dilaksanakan dalam kondisi mendesak, (h) Supervisi
bukan inspeksi atau pemeriksaan, (i) Supervisi adalah sebuah kegiatan
yang hasilnya memerlukan proses yang kadang-kadang tidak sederhana,
(j) Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif dan kooperatif.
Preventif berarti berusaha mencegah jangan sampai timbul hal-hal yang
negatif, korektif berarti memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah
diperbuat,sedang kooperatif berarti berusaha melakukan dan mengatasi
secara bersama-sama ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Menurut Soetopo dan Soemanto (1988: 42) prinsip-prinsip
supervisi akademik dibedakan yaitu prinsip positif dan prinsip negatif.
Yang dimaksud prinsip positif adalah prinsip-prinsip yang patut kita ikuti,
sedangkan prinsip-prinsip negatif adalah prinsip yang merupakan larangan
25
bagi kita. Prinsip-prinsip positif antara lain : (a) Supervisi harus
dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif, (b) Supervisi harus kreatif
dan konstruktif,(c) Supervisi harus scientific dan efektif, (d) Supervisi
harus dapat memberi perasaan aman kepada guru-guru, (e) Supervisi harus
berdasarkan kenyataan,(f) Supervisi harus memberi kesempatan kepada
supervisor dan guru-guru untuk mengadakan self evaluation. Sedangkan
prinsip-prinsip negatifnya antara lain : (a) Seorang supervisor tidak boleh
bersikap otoriter, (b) Seorang supervisor tidak boleh mencari kesalahan
pada guru-guru, (c) Seorang supervisor bukan inspektur yang ditugaskan
untuk memeriksa apakah peraturan dan instruksi yang telah diberikan
dilaksanakan atau tidak,(d) Seorang supervisor tidak boleh menganggap
dirinya lebih dari guru-guru oleh karena jabatannya,(e) Seorang supervisor
tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal-hal kecil dalam cara-cara
guru mengajar,(f) Seorang supervisor tidak boleh lekas kecewa, bila ia
mengalami kegagalan.
2.2.4. Sasaran Supervisi
Adapun sasaran supervisi menurut Arikunto (2006: 33) adalah
sebagai berikut :
a. Aspek yang disupervisi
1. Supervisi akademik, yang menitikberatkan pengamatan supervisor
pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang langsung
berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa
sedang dalam proses mempelajari sesuatu.
26
2. Supervisi administrasi, mencakup antara lain administrasi sekolah
secara umum, kesiswaan, ketenagaan, perlengkapan, keuangan dan
hubungan sekolah dengan masyarakat.
3. Supervisi
edukatif,
mencakup
kurikulum,
kegiatan
belajar
mengajar, pelaksanaan bimbingan konseling.
b. Orang yang disupervisi
Orang yang disupervisi, antara lain : (1) guru mata pelajaran; (2) Guru
pembimbing; (3) tenaga edukatif lainnya , misalnya
pustakawan,
laboran, teknisi; (4) tenaga administrasi; (5) siswa.
c. Orang yang melakukan Supervisi
Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor. Adapun
pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah atau
personel yang ditugasi. Personel yang ditugasi dalam hal supervisi
pengajaran dapat dilakukan oleh guru senior, sedangkan untuk
administrasi dapat didelegasikan ke pegawai kantor.
2.2.5. Supervisi Pengawas Satuan Pendidikan
Dalam kaitannya dengan supervisi yang dilakukan oleh Pengawas
Satuan Pendidikan, menurut Purwanto (2006: 32) pengertian supervisi
adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para
guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka
secara efektif. Menurut Jones dalam Mulyasa (2003: 155) supervisi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi
pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas
27
kinerja personalia
sekolah yang berhubungan tugas-tugas utama
pendidikan.
Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang
esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Kompetensi
supervisi
pengawas
satuan
pendidikan
berdasarkan
Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 meliputi tugas merencanakan
program supervisi akademik dalam rangka profesionalisme guru,
melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknik supervisi yang tepat serta menindaklanjuti hasil
supervisi
akademik
profesionalisme,
terhadap
dengan
guru
melalui
dalam
rangka
langkah-langkah
peningkatan
perencanaan,
pelaksanaan yang tepat dan berpenampilan yang nyata serta meyakinkan
dan mengadakan perubahan dengan cara
rasional
dalam
usaha
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Format supervisi akademik
pengawas satuan pendidikan, antara lain: (a) Pra – Observasi ( pertemuan
awal ), mencakup :1) menciptakan suasana akrab dengan guru,
2) membahas persiapan yang dibuat oleh guru dan membuat kesepakatan
mengenai aspek yang menjadi fokus pengamatan,3) menyepakati
instrumen observasi yang akan digunakan: (b). Observasi (pengamatan
pembelajaran), meliputi kegiatan : 1) pengamatan difokuskan pada aspek
yang telah disepakati,2) menggunakan instrumen observasi, 3) di samping
instrumen perlu dibuat catatan (fieldnotes), 4) catatan observasi meliputi
perilaku guru dan siswa, 5) tidak mengganggu proses pembelajaran;
(c) Pasca-observasi ( pertemuan balikan ), meliputi : 1) dilaksanakan
28
segera setelah observasi; 2) tanyakan bagaimana pendapat guru mengenai
proses pembelajaran yang baru berlangsung; 3) tunjukkan data hasil
observasi (instrumen dan catatan) dan beri kesempatan guru mencermati
dan menganalisanya; 4) diskusikan secara terbuka hasil observasi;
5)
berikan
dorongan
moral
bahwa
guru
mampu
memperbaiki
kekurangannya; 6) tentukan bersama rencana pembelajaran dan supervisi
berikutnya.
Menurut Keputusan Menteri P dan K RI No.0134/0/1977 dalam
Ngalim Purwanto (2012: 78) tugas pengawas dalam pendidikan dirinci
sebagai berikut : (1) Mengendalikan pelaksanaan kurikulum meliputi isi,
metode
penyajian, penggunaan alat perlengkapan dan penilaiannya
berlangsung sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku,(2) Pengendalian tenaga teknis sekolah agar terpenuhi
persyaratan formal yang berlaku dan melaksanakan tugasnya sesuai
dengam ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
(3) Mengendalikan pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan sarana
sekolah,(4)
Mengendalikan
tata
usaha
sekolah
meliputi
urusan
kepegawaian, urusan keuangan dan urusan perkantoran agar berjalan
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
(5) Mengendalikan hubungan kerjasama dengan masyarakat, (6) Menilai
proses dan hasil pelaksanaan kurikulum berdasarkan ketepatan dan
waktu,(7) Menilai pelaksanaan kerja tenaga teknis sekolah, (8) Menilai
pemanfaatan sarana sekolah,(9) Menilai efisiensi dan keefektifan tata
usaha sekolah, (10) Menilai hubungan kerjasama dengan masyarakat,
29
(11) Melaksanakan program supervisi sekolah serta memberikan petunjuk
perbaikan terhadap penyimpangan dalam pengelolaan sekolah yang
meliputi segi: a) proses dan hasil pelaksanaan kurikulum yang dicapai
pada periode tertentu, b) kegiatan sekolah di bidang pengelolaan gedung
dan bangunan, c) pengembangan personel sekolah termasuk kepala
sekolah,guru,tenaga tata usaha yang mencakup segi disiplin, sikap dan
tingkah laku,pembinaan karier, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
sesuai dengan tuntutan profesi masing-masing, d) tata usaha sekolah
termasuk urusan keuangan, urusan sarana dan urusan kepegawaian,
e) hubungan sekolah dengan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan
dan masyarakat umumnya.
Berdasarkan
uraian
konsep-konsep
teoretis
tentang
supervisi
akademik, dapat dinyatakan bahwa supervisi akademik pengawas satuan
pendidikan merupakan upaya seorang pengawas satuan pendidikan dalam
rangka membantu guru untuk mengembangkan kemampuan mengelola
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Pembinaan guru agar
guru dapat meningkatkan kualitas mengajarnya yang diukur dengan
indikator dengan mengacu pada panduan dari Depdiknas yaitu:
(1)
Memahami
konsep,
prinsip,
teori
dasar,
karakteristik
dan
kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan pembelajaran
kreatif, inovatif, pemecahan masalah, berpikir kritis dan naluri
kewirausahaan., (2) Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap
bidang
pengembangan
di
sekolah/
madrasah
atau
mapel
di
sekolah/madrasah berlandaskan standar isi, serta kompetensi dan
30
kompetensi
dasar
dan
prinsip-prinsip
pengembangan
KTSP,
(3) Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi / metode
/ teknik pembelajaran / bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai
potensi siswa, (4) Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran / bimbingan ( di kelas, laboratorium atau di lapangan ) untuk
mengembangkan potensi siswa, (5) Membimbing guru dalam mengelola,
merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan
fasilitas pembelajaran, (6) Memotivasi guru dalam memanfaatkan
teknologi informasi untuk pembelajaran.
2.3. Kepemimpinan Kepala Sekolah
2.3.1. Konsep Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam suatu organisasi karena pada umumnya keberhasilan dan kegagalan
suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut.
Untuk mendapatkan gambaran tentang arti kepemimpinan, berikut
dikemukakan beberapa definisi kepemimpinan menurut para ahli,
diantaranya Hemhill & Coons 1957 dalam Yukl (1994: 2) mendefinisikan
kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin
aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai
bersama ( shared goal ). Tannenbaum,Weschler & Massarik dalam Yukl
(1994: 2) mendefinisikan kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi,
yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui
proses komunikasi, ke arah pencapaian satu atau beberapa tujuan tertentu.
31
Yukl (1994: 4) mendefinisikan kepemimpinan secara luas sebagai prosesproses mempengaruhi, yang mempengaruhi interprestasi mengenai
peristiwa-peristiwa bagi para pengikut, pilihan dari sasaran-sasaran bagi
kelompok atau organisasi, pengorganisasian dari aktivitas-aktivitas kerja
untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut, motivasi dari para pengikut
untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerja sama dan
teamwork, serta perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di
luar kelompok atau organisasi.
Farland dalam Danim (2004: 55) mendefinisikan kepemimpinan
adalah suatu proses dimana pemimpin dilukiskan akan memberi perintah
atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain
dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Danim (2004:
55) mendefinisikan kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan
oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah
kepada individu atau kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu
untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ordway Tead dalam
Kartono (1992: 49) mendefinisikan
kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka
mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Terry dalam
Kartono
(1992:
49)
menyatakan
kepemimpinan adalah
kegiatan
mempengaruhi orang-orang agar mereka mau berusaha mencapai tujuantujuan kelompok. Hoyet dalam Kartono (1992 :50) menyatakan
kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia,
kemampuan untuk membimbing orang. Definisi tentang kepemimpinan
32
menurut Weihrich dalam Wahjosumidjo (2011: 105) dikemukakan bahwa
yang dimaksud dengan kepemimpinan secara umum merupakan pengaruh
seni atau proses mempengaruhi orang lain, sehingga mereka dengan penuh
kemauan berusaha kearah tercapainya tujuan organisasi.
Selanjutnya Wahjosumidjo (2011: 104) mengemukakan bahwa
kepemimpinan adalah satu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan,
oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci
untuk menjadi seorang manajer yang efektif. Esensi kepemimpinan adalah
kepengikutan (followership) kemauan orang lain atau bawahan untuk
mengikuti keinginan pemimpin. Siagian (2002: 62) mendefinisikan
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang
lain dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain
itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipun secara pribadi hal itu
mungkin tidak disenanginya.
Menurut Soetopo (1988: 1) Pengertian umum kepemimpinan
adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat
mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan
kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu selanjutnya
berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaiansuatu maksud atau
tujuan tertentu.
Busy
(1998:
328)
mendefinisikan
bahwa
kepemimpinan
berhubungan dengan nilai – nilai dan tujuan.
Menurut Mardjiin Syam dalam Soetopo dan Soemanto menyatakan
kepemimpinan adalah keseluruhan tindakan guna mempengaruhi serta
33
menggiatkan orang, dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan, atau
dengan definisi yang lebih lengkap dapat dikatakan bahwa kepemimpinan
adalah proses pemberian jalan yang mudah daripada pekerjaan orang lain
yang terorganisir dalam organisasi formal guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Berdasarkan beberapa pendapat dan definisi di atas tentang
kepemimpinan dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang untuk mengarahkan, mempengaruhi orang lain baik secara
individu maupun kelompok yang secara bersama-sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Wahjosumidjo (2011: 42) ada empat tugas penting
seorang pemimpin : (1) Mendefinisikan misi dan peranan organisasi,
(2) Fungsi kedua seorang pemimpin adalah merupakan pengejawantahan
tujuan
organisasi,
(3)
Mempertahankan
keutuhan
organisasi,
(4) Mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi.
Sedangkan menurut Day et al dalam Brundrett (2013: 10)
pemimpin yang sukses: (1) Menentukan nilai-nilai dan visi mereka untuk
meningkatkan harapan, menetapkan arah dan membangun kepercayaan,
(2) Membentuk kondisi untuk mengajar dan belajar, (3) Merestrukturisasi
bagian organisasi dan mendesain ulang peran dan tanggung jawab
kepemimpinan, (4) Memperkaya kurikulum, (5) Meningkatkan kualitas
guru,
(6)
Meningkatkan
kualitas
pengajaran
dan
pembelajaran,
(7) Membangun kerjasama internal, (8) Membangun hubungan yang kuat
di luar komunitas sekolah.
34
Danim (2004: 60) mengemukakan bahwa untuk menjadi pemimpin
yang ideal harus memenuhi persyaratan tertentu adalah sebagai berikut :
(1) bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) memiliki kecerdasan yang
tinggi; (3) memiliki kondisi fisik yang kuat ; (4)mempunyai pengetahuan
luas; (5) percaya Diri; (6) merupakan bagian dari anggota kelompok;
(7) bersikap adil dan bijaksana; (8) bersikap tegas dan mempunyai
inisiatif; (9) dapat membuat dan mengambil keputusan; (10) memiliki
kestabilan emosi; (11) sehat jasmani dan rohani; (12) bersifat prospektif.
Pemimpin dalam memberikan arahan harus mampu mengarahkan
secara teoritis dan praktis berbagai kebijakan yang akan dikembangkan
dalam organisasinya. Seorang pemimpin mempunyai fungsi menurut
Raven dan Robin dalam Miftah (2004: 264) mengemukakan bahwa fungsi
kepemimpinan akan meliputi : (1) membantu dan menetapkan tujuan
kelompok; (2) memelihara
kelompok;
(3)memberi
simbol
untuk
identifikasi dari ciri kelompoknya; serta (4) mewakili kelompok terhadap
orang lain.
Berbagai rujukan teoritis diperoleh adanya tugas dan fungsi para
pemimpin
yang cukup komplek, namun kesemuanya
itu dapat
dikelompokkan bahwa tugas dan fungsi pemimpin itu harus mampu
menciptakan : (1) perencanaan (planning), yaitu melakukan perencanaan
secara makro dan mikro apa saja yang akan dicapai oleh organisasinya;
(2) mengorganisasikan (organizing/staffing) struktur organisasi dan orangorang untuk
menggarap
berbagai
kegiatan
dalam
organisasinya;
(3) pelaksanaan ( actuating / implementing ) berbagai perumusan dan
35
kesepakatan dengan berbagai norma yang mesti dipenuhi dalam
pelaksanaan tugas setiap personil dalam organisasi dan; (4) pengecekan,
pengawasan dan penilaian ( controlling,monitoring,evaluating ) berbagai
kegiatan pelaksanaan operasional dari seluruh sistem.
2.3.2. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Mengenai peranan kepemimpinan, dibicarakan oleh Hick dalam
Wahyosumidjo (2011: 106), kepala sekolah sebagai seorang pemimpin
seharusnya dalam praktik sehari-hari selalu berusaha memperhatikan dan
mempraktikkan delapan fungsi di dalam kehidupan sekolah sebagai
berikut : (1)Dalam kehidupan sehari-hari kepala sekolah akan dihadapkan
kepada sikap para guru, staff dan para siswa yang mempunyai latar
belakang kehidupan, kepentingan serta tingkat sosial budaya yang berbeda
sehingga tidak mustahil terjadi konflik antar individu bahkan antar
kelompok. Dalam menghadapi hal semacam itu kepala sekolah harus
bertindak arif, bijaksana, adil, tidak ada pihak yang dikalahkan atau
dianakemaskan. Dengan kata lain sebagai seorang pemimpin kepala
sekolah harus dapat memperlakukan sama terhadap orang-orang yang
menjadi bawahannya, sehingga tidak terjadi diskriminasi, sebaliknya dapat
diciptakan semangat kebersamaan di antara mereka yaitu guru, staff dan
para siswa. (2) Sugesti atau saran diperlukan oleh para bawahan dalam
melaksanakan tugas. Para guru, staff dan siswa suatu sekolah hendaknya
selalu mendapat saran, anjuran dari kepala sekolah sehingga dengan saran
tersebut selalu dapat memelihara bahkan meningkatkan semangat, rela
36
berkorban, rasa kebersamaannya dalam melaksanakan tugas masingmasing. (3) Dalam mencapai tujuan setiap organisasi memerlukan
dukungan, dana, sarana dan sebagainya. Demikian pula sekolah sebagai
suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah digariskan
memerlukan berbagai dukungan. Kepala sekolah bertanggung jawab untuk
memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh para guru,
staff, siswa baik berupa dana, peralatan, waktu bahkan suasana yang
mendukung,(4) Kepala sekolah berperan sebagai katalisator dalam arti
mampu menimbulkan dan menggerakkan semangat para guru, staff dan
siswa dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, (5) Rasa aman
merupakan salah satu kebutuhan setiap orang baik secara individu maupun
kelompok. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah sebagai pemimpin harus
dapat menciptakan rasa aman di dalam lingkungan sekolah, sehingga para
guru, staff dan siswa dalam melaksanakan tugasnya merasa aman, bebas
dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran, serta memperoleh jaminan
keamanan dari kepala sekolah, (6) Seorang kepala sekolah selaku
pemimpin akan menjadi pusat perhatian, artinya semua pandangan akan
diarahkan ke kepala sekolah sebagai orang yang mewakili kehidupan
sekolah di mana dan dalam kesempatan apapun. Oleh sebab itu,
penampilan kepala sekolah harus selalu dijaga integritasnya, selalu
terpercaya dihormati baik sikap, perilaku maupun perbuatannya,
(7) Kepala sekolah pada hakikatnya adalah sumber semangat bagi para
guru, staff dan siswa. Oleh sebab itu, kepala sekolah harus selalu
membangkitkan semangat, percaya diri terhadap para guru, staff dan
37
siswa, sehingga mereka menerima dan memahami tujuan sekolah secara
antusias, bekerja secara tanggung jawab ke arah tercapainya tujuan
sekolah, (8) Setiap orang dalam kehidupan organisasi baik secara pribadi
maupun kelompok, ingin diperhatikan dan dipenuhi kebutuhannya. Untuk
itu kepala sekolah diharapkan selalu dapat menghargai apa pun yang
dihasilkan oleh mereka yang menjadi tanggung jawabnya. Penghargaan
dan pengakuan ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk seperti :
kenaikan pangkat, fasilitas, kesempatan mengikuti pendidikan.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa kepala sekolah merupakan
salah
satu
komponen
pendidikan
yang
paling
berperan
dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus
mengetahui tugas-tugas yang harus ia laksanakan. Kepala Sekolah sebagai
seorang pemimpin di lingkungan satuan pendidikan harus mampu
mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan dalam
lingkungan satuan pendidikan melibatkan upaya seorang kepala sekolah
untuk mempengaruhi perilaku para guru dalam suatu situasi kepala
sekolah dapat melaksanakan fungsi kepemimpinannya agar diperoleh
kinerja guru yang baik.
Koontz dalam Wahjosumidjo (2011: 105) menguraikan bahwa
kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dalam tugasnya harus mampu :
(a) mendorong timbulnya kemauan yang kuat dengan penuh semangat dan
percaya diri kepada para guru, staff dan siswa dalam melaksanakan tugas
masing-masing, (b) memberikan bimbingan dan mengarahkan kepada para
guru, staff dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan berdiri
38
di depan demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam
mencapai tujuan.
Menurut Hargreaves dalam Brundrett (2013 : 14) “ Leadership
currently contributes to finnish high performance not by concentrating on
measurable performance outcomes, but by paying attention to the
conditions, processes and goals that produce high performance…………..
Kepemimpinan saat ini memberikan kontribusi untuk menyelesaikan
kinerja tinggi tidak dengan berkonsentrasi pada hasil kinerja yang terukur
namun dengan memperhatikan kondisi, proses dan tujuan yang
menghasilkan kinerja tinggi.
Menurut Lord & Maher, 1991 dalam Yukl (1994: 6) menguraikan
bahwa cara bagi para pemimpin untuk mempengaruhi kinerja
para
bawahannya, diantaranya: (1) Para pemimpin dapat mempengaruhi
bawahan untuk bekerja lebih cepat atau melakukan sesuatu pekerjaan yang
berkualitas dengan lebih baik, misalkan dengan menawarkan insentifinsentif khusus, dengan memberikan ceramah-ceramah inspirasional
tentang pentingnya pekerjaan, dengan menetapkan tujuan-tujuan yang
menantang; (2) Para pemimpin dapat meningkatkan ketrampilan
bawahannya untuk melakukan suatu pekerjaan misalkan dengan
memperlihatkan kepada mereka metode-metode yang lebih baik untuk
melakukan pekerjaan; (3) Para pemimpin dapat mengorganisasi dan
mengkoordinasi aktivitas-aktivitas dengan cara yang lebih efisien,misalnya
mencocokkan secara tepat orang dengan tugasnya, menemukan cara-cara
yang lebih baik untuk menggunakan orang dan sumber daya; (4) Para
39
pemimpin dapat memperoleh sumber-sumber daya yang dibutuhkan
dengan segera untuk melakukan pekerjaan misalnya informasi, personil,
peralatan.
Dari
pendapat
beberapa
ahli
di
atas,
maka
komponen
kepemimpinan kepala sekolah yang akan diukur dengan indikatorindikator sebagai berikut: (1) Memiliki kepribadian yang kuat, meliputi :
jujur, percaya diri, bertanggung jawa, berani mengambil resiko, berjiwa
besar, dapat mengendalikan emosi, memiliki motivasi untuk berhasil,
(2) Memahami kondisi guru, karyawan dan siswa yang baik. Mempunyai
program/upaya untuk memperbaiki kesejahteraan guru dan karyawan dan
dapat memanfaatkan upacara hari senin dan upacara lain untuk memahami
kondisi siswa secara keseluruhan serta mau mendengar/menerima
usul/kritikan/saran karyawan atau siswa melalui pertemuan secara regular /
insidental, (3) Memiliki visi dan memahami misi sekolah, memiliki visi
tentang sekolah yang dipimpinnya, memahami misi yang diemban
sekolah,
mampu
melaksanakan
program
/
target
dengan
baik,
(4) Kemampuan mengambil keputusan, mampu mengambil keputusan
bersama warga sekolah, mampu mengambil keputusan untuk urusan
eksternal maupun intern sekolah, (5) Kemampuan berkomunikasi yaitu
mampu berkomunikasi secara lisan dengan baik kepada guru dan tenaga
kependidikan lainnya, mampu menerangkan gagasan dalam bentuk tulisan,
mampu berkomunikasi secara lisan dengan baik dengan siswa dan mampu
berkomunikasi secara lisan dengan baik kepada masyarakat / orang tua
siswa, (6) Kemampuan meningkatkan kualitas dan ketrampilan guru,
40
(7) Kemampuan mengorganisasi dan mengkoordinasi aktivitas – aktivitas
yang
lebih
efisien,
(8)
Kemampuan
memperkaya
kurikulum,
(9) Kemampuan merestruktusisasi bagian organisasi dan mendesain ulang
peran dan tanggung jawab kepemimpinan.
2.4. Penelitian yang relevan
1.
Keke T. Aritonang,(2005) dalam jurnal penelitian yang berjudul
“ Kompensasi Kerja, Disiplin Kerja Guru dan Kinerja Guru SMP Kristen
BPK PENABUR Jakarta “ menyatakan hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa hipotesis penelitian dit erima dalam arti bahwa terdapat hubungan
positif antara kedua variabel bebas dengan variabel terikat baik secara
sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama. Penelitian ini juga
menyimpulkan bahwa kompensasi kerja memberikan sumbangan sebesar
6,76% terhadap kinerja guru, disiplin kerja guru memberikan sumbangan
sebesar 77,44%. Sedangkan kompensasi kerja dan disiplin kerja guru
secara bersama-sama memberikan sumbangan sebesar 77,60% terhadap
kinerja guru. Dengan demikian sebagai saran untuk meningkatkan kinerja
guru yang tinggi perlu ditingkatkan kompensasi kerja dan disiplin
kerjanya.
2.
Nuchiyah Nunu (2007) dalam jurnal penelitian yang berjudul “ Pengaruh
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap
Prestasi Belajar Siswa “ menyatakan setelah diolah hipotesis diajukan
dalam penelitian ini seluruhnya diterima dan didukung oleh data empirik
sehingga dapat ditafsirkan bahwa : 1) Kepemimpinan Kepala Sekolah
41
memiliki pengaruh yang signifikan yaitu 46% terhadap prestasi belajar
siswa kelas VI semester I Sekolah Dasar, 2). Kinerja mengajar guru
memiliki pengaruh yang signifikan yaitu 53% terhadap prestasi belajar
siswa, 3). Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kinerja mengajar guru
bersama-sama memiliki pengaruh yang kuat yaitu 67% terhadap prestasi
belajar siswa kelas VI tahun ajaran 2004 – 2005. Rekomendasi diajukan
kepada semua pihak untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan
ruang lingkup dan sampel penelitian yang lebih luas.
3.
Hary Susanto (2009) dalam jurnal penelitian yang berjudul “Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan”. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan: 1) Kompetensi guru dan kepemimpinan kepala sekolah
terhadap motivasi kerja guru SMK di Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Kalimantan Selatan, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama
dengan taraf signifikansi 0,038; 0,045; dan 0,001. 2). Kompetensi guru,
kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru
SMK di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan, baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama dan secara langsung maupun tidak
langsung taraf signifikansinya 0,036; 0,003; 0,036; 0,000; (0,038 dan
0,036) ; (0,045 dan 0,036 ).
42
2.5.Kerangka Pikir Penelitian
2.5.1 Pengaruh Supervisi Akademik Pengawas Satuan Pendidikan Terhadap
Kinerja Guru.
Supervisi akademik pengawas satuan pendidikan merupakan
sarana untuk melakukan pembinaan/pembimbingan kepada guru mengenai
hasil kegiatan guru dalam proses belajar mengajar. Diharapkan supervisi
pengawas satuan pendidikan akan membawa dampak positif bagi
perkembangan kegiatan guru sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai
dengan baik. Dalam dunia pendidikan guru-guru merupakan figur yang
ditaati oleh seluruh peserta didik dalam sekolah tersebut. Guru dalam
menjalankan
tugasnya
memiliki
keanekaragaman
latar
belakang
pendidikan, kemampuan, inisiatif dan motivasi mengajar di sekolah.
Pelaksanaan supervisi dalam lapangan pendidikan pada dasarnya
bertujuan memperbaiki proses belajar mengajar secara total. Dalam hal ini
bahwa tujuan supervisi tidak hanya memperbaiki mutu mengajar guru,
akan tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas
termasuk pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran pembelajaran,
meningkatkan mutu pengetahuan dan ketrampilan guru, memberikan
bimbingan dan pembinaan dalam pelaksanaan kurikulum, pemilihan dan
penggunaan metode mengajar dan teknik evaluasi pengajaran.
Supervisor sebagai pengawas pendidikan bertindak sebagai
stimulator, pembimbing dan konsultan bagi guru-guru dalam perbaikan
pengajaran dan menciptakan situasi belajar mengajar yang baik. Selain itu
supervisi diharapkan mampu membawa dampak perkembangan yang baik
43
bagi kemajuan proses pengajaran melalui peningkatan kurikulum yang ada
di sekolah sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan mutu
pendidikan.
Peran pengawas satuan pendidikan dalam hal ini sebagai
supervisor harus mampu mengembangkan potensi yang ada pada staf atau
guru di sekolah agar dalam pelaksanaan kurikulum belajar secara efektif.
Efektivitas pelaksanaan supervisi oleh pengawas satuan pendidikan akan
mempengaruhi kinerja guru dalam pelaksanaan kurikulum. Sejalan dengan
kerangka pikir tersebut dapat diduga bahwa supervisi akademik pengawas
satuan pendidikan mempengaruhi kinerja guru.
2.5.2.Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru.
Kepemimpinan sekolah yang dimaksud adalah kemampuan
kepala sekolah dalam mendorong, membimbing, mengarahkan dan
menggerakkan para guru untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan kinerja atau prestasi yang merupakan keberhasilan guru dalam
melaksanakan pembelajaran yang bermutu. Tugas mengajar merupakan
tugas utama guru setiap hari. Adapun dimensi dari kinerja guru dapat
dilihat pada kemampuan melaksanakan atau mengelola pembelajaran dan
kemampuan menilai pembelajaran.
Kepala
sekolah
mempunyai
peranan
penting
dalam
memberdayakan komponen-komponen di sekolah. Guru merupakan salah
satu komponen kepala sekolah yang memegang peranan penting dalam
menentukan mutu pendidikan di sekolah, sehingga guru dituntut bekerja
secara profesional sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kepala
44
Sekolah sebagai seorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah
bertanggung jawab atas tercapainya tujuan dan mutu pendidikan di
sekolah.
Peran kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja
seorang guru sangat besar. Mengingat dengan kepemimpinan yang baik,
kepala sekolah diharapkan mampu mempengaruhi dan menggerakkan para
guru guna meningkatkan kinerja guru. Maka sejalan dengan kerangka
berpikir tersebut dapat diduga bahwa kepemimpinan kepala sekolah
mempengaruhi kinerja guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut :
45
Guru SMP Muhammadiyah di Kabupaten Kendal
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Supervisi Akademik
Program dan jadwal supervisi
Tujuan dan prinsip supervisi
Hubungan guru dengan supervisor
Bimbingan dalam supervisi
Prosedur pelaksanaan supervisi
Bantuan dalam memecahkan masalah
Hasil supervisi
Kepemimpinan Kepala Sekolah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Memiliki kepribadian yang kuat.
Memahami kondisi anak buah dengan
baik.
Memiliki visi dan memahami misi
sekolah
Kemampuan mengambil keputusan
Kemampuan berkomunikasi.
Kemampuan meningkatkan
ketrampilan.
Kemampuan mengorganisasi dan
mengkoordinasi.
Kemampuan memperkaya kurikulum
Kemampuan merestrukturisasi bagian
organisasi .
Kinerja Guru
a. Merencanakan program
belajar mengajar
b. Melaksanakan atau
mengelola proses belajar
mengajar
c. Menilai proses belajar
mengajar
d. Hubungan
Gambarpribadi
2.1. dalam
proses belajar mengajar.
Gambar 2.1.
Kerangka Pikir Penelitian
2.6. Hipotesis
Menurut Samsudi (2005: 106) hipotesis berisi rumusan yang
menjelaskan dugaan atau jawaban sementara terhadap hubungan antar
46
variabel. Dalam penelitian kuantitatif, hipotesis diuji dengan menggunakan
analisis
statistik
inferensial.
Berdasarkan
pengertian
yang
telah
dikemukakan maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh yang positif dari supervisi akademik pengawas
satuan pendidikan terhadap kinerja guru SMP Muhammadiyah di
Kabupaten Kendal.
2. Terdapat pengaruh yang positif dari kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru SMP Muhammadiyah di Kabupaten Kendal.
3. Terdapat pengaruh yang positif dari supervisi akademik pengawas
satuan pendidikan dan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
guru SMP Muhammadiyah di Kabupaten Kendal.
2.7. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik merupakan pernyataan yang dapat diuji secara statistik
mengenai hubungan antara dua atau lebih variabel penelitian. Hipotesis
statistik memiliki dua bentuk yaitu hipotesis alternatif ( Ha ) dan hipotesis
nol ( Ho ).
:
= 0
:
≥ 0
:
= 0
≥ 0
:
:
= 0
:
≥ 0
Download