Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau PERSIAPAN PRODUKSI 1. Penentuan lokasi Kondisi lingkungan tumbuh sangat menentukan mutu benih yang dihasilkan. Benih yang mempunyai mutu genetik dan mutu fisiologis yang tinggi hanya dapat dihasilkan dari pertanaman di lingkungan yang tepat. Oleh karena itu, lahan yang akan digunakan hendaknya beririgasi teknis dengan pengairan yang terkontrol. Selain itu, perlu diperhatikan bahwa lahan tersebut bukan bekas pertanaman varietas lain atau kelas benih yang lain. Sebaiknya digunakan lahan yang sebelumnya ditanami komoditas lain atau bera. Di samping itu, perlu pula dipertimbangkan kemudahan akses transportasi menuju lokasi, karena proses produksi memerlukan pengelolaan dan pengawasan intensif, termasuk oleh pihak BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi benih). 2. Penyiapan Benih Sumber Asal-usul benih yang akan ditanam sangat penting diperhatikan agar dapat menjamin keaslian genetik dari benih yang akan dihasilkan. Benih sumber yang ditanam harus satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan diproduksi. Sebagai contoh, untuk memproduksi benih kelas BD (Benih Dasar), maka yang harus ditanam adalah benih kelas BS (Benih Penjenis); untuk memproduksi benih kelas BP (Benih Pokok) harus berasal dari benih kelas BD. Pemeriksaan benih sumber harus dilakukan sebelum benih ditanam, yang mencakup sertifikat/label yang berisi informasi: asal benih, nama produsen, varietas, tanggal selesai uji dan tanggal kadaluarsa, dan mutu benih (daya kecambah, kadar air, dan kemurnian fisik). 3 ODUKSI PROSES PRO enyiapan lahan 1. Pe Lahan bekas tanaman padi tidak perlu dio olah (tanpa olah h tanah = TOT T). Jika mengg gunakan lahan bekas tanaman n palawija lainn nya atau lahan tegal perlu pen ngolahan tanah, yakni dua kali dibajak, kemud dian diratakan. Buat saluran setiap 3–4 m se edalam 25–30 cm c dan lebar 30 0 cm, yang berfungsi b seba agai saluran drainase d untukk mengurangi kelebihan k air ata au sebagai salu uran irigasi pada a saat pengairan n. arietas unggull dan benih 2. Va Saat ini telah h tersedia varie etas unggul baru kacang hijau, antara lain Vima-1, V Murai, Perkutut, Bete et, Kenari, Sriti, Kutilang, dan n Sampeong. Tanam varieta as yang sesua ai dengan keingiinan petani atau u pengguna. Kebutuhan be enih 20–25 kg/ha a. anam 3. Ta Cara tanam de engan tugal den ngan kedalaman 2–3 cm. Jarak tanam: 40 cm x 10–15 cm, 2–3 biji/luba ang tanam. Setelah umur dua minggu ditinggalkan satu tanaman setiap p rumpun. Gamba ar 1. Penyiapan lahan dan tanam m 4 Gam mbar 2. Tugal da an tanam Agar A tidak terjadi kekurangan air, pada lahan n bekas padi TOT, T kacang hija au dianjurkan d ditanam tidak le ebih dari lima hari h setelah tanaman padi dipane en. 4. Pem mupukan Takaran T pupuk yang y digunakan n sekitar 50 kg Urea, 75 kg SP36 S dan 100–150 kg KCl/ha,, seluruhnya diberikan pada saat s tanam. Pada P sawah yang subur atau bekas padi yang y dipupuk dengan d dosis ting ggi tidak perlu ta ambahan pupukk NPK. gendalian gulm ma 5. Peng Pengendalian P gu ulma dapat dilakkukan dengan menggunakan m mulsa jerami, maup pun dengan pen nyiangan dan penyemprotan p herbisida. engendalian gulma dengan men nggunakan jeram mi. a. Pe Mulsa jeram mi dapat mene ekan frekuensi penyiangan, pada lahan sawah s dapat dib berikan mulsa. Pada daerah yang endem mis serangan lalat l kacang, pemberian mulsa m dapat men nekan serangan tersebut. Mulsa jerami diberikan seba anyak 5 ton/ha, dihamparkan gan ketebalan < <10 cm. merata, deng 5 Jika gulm ma bukan meru upakan masalah h, jerami dapat dibakar pada hamparran lahan. Cara C ini lebih h menyerag gamkan pertum mbuhan awal dan memetikan n biji-biji gu ulma. penyiangan. b. Pengendalian gulma dengan p Penyianga an minimal dilakkukan dua kali, yaitu y pada umur 10–14 ha ari dan 21–28 8 hari setelah tanam. Gulma a dikeluarka an dari lahan pe ertanaman. Penyianga an ke-2, diikuti dengan penggemburan tanah, jika memu ungkinkan. Jika sete elah tanaman berbunga ma asih diperlukan n penyianga an, maka penyyiangan dilakuka an dengan cara a memotong gulma. Jika digu unakan lahan sawah bekas tanaman padi, pertanaman kacang hijjau diberi mulsa jerami pad di erata pada perm mukaan lahan de engan ketebalan n secara me 5-10 cm. Bila populasi gu ulma masih ada, maka dilakukan n satu kali penyiangan p pada fase seb belum berbunga a ara manual mem makai sabit atau cangkul. dengan ca Gam mbar 3. Kondisi ssetelah penyiang gan 6 6. Pengairan Fase pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadap kekurangan air adalah pada awal pertumbuhan (10–15 HST), saat berbunga (30–35 HST) dan saat pengisian polong (40–45 HST). Dengan demikian pada fase-fase tersebut tanaman perlu diairi apabila hujan sudah tidak turun lagi atau kelembaban tanah tidak mendukung. 7. Pengendalian hama Pengendalian hama dilakukan berdasarkan pemantauan. Pengendalian hama secara bercocok tanam (kultur teknis) dan pengendalian secara hayati (biologis) saat ini dilakukan untuk menekan pencemaran lingkungan. Pengendalian secara kultur teknis antara lain dilakukan dengan penggunaan mulsa jerami, pengolahan tanah, pergiliran tanaman, dan tanam serentak dalam satu hamparan. Pengendalian secara biologis antara lain dengan penggunaan parasitoid Trichogrammatoidea bactrae-bactrae, Nuclear Polyhidrosis Virus (NPV) untuk ulat grayak Spodoptera litura (SlNPV), dan untuk ulat buah Helicoverpa armigera (HaNPV), serta penggunaan feromonoid seks yang mampu mengendalikan ulat grayak. 8. Pengendalian penyakit Penyakit utama pada kacang hijau adalah bercak daun (Cercospora canescens), embun tepung (Erysiphe polygoni), dan karat daun (Uromyces sp.). Pengendalian penyakit tersebut selain menanam varietas tahan dapat juga dengan menggunakan fungisida Benlate atau Dithane. Waktu pengendalian adalah pada saat tanaman berumur 20, 30, 40, dan 50 hst. 7 PEME ELIHARAAN M MUTU GENETIK K Benih bermutu,, baik mutu fisik maupun genetik memiliki peran n pentin ng dalam produkksi tanaman. Pe emeliharaan muttu genetik benih h dilaku ukan sejak sebellum tanam (sum mber benih dan lahan l yang akan n digunakan), selama a di pertana aman, dan saat s prosesing. Peme eliharaan mutu genetik di p pertanaman dila akukan dengan n kegiattan roguing (m membuang tipe simpang). Pa ada pertanaman n kacan ng hijau untuk benih, b minimal d dilakukan tiga ka ali roguing, yaitu u pada awal pertumbuh han, pada saat berbunga 50%,, dan pada saat masak fisiologis 1. Aw wal Pertumbuhan Roguing pada fase awal perttumbuhan ini dilakukan pada a umur 7 - 10 hari setelah tanam,, yang didasarkkan pada warna a hipokotil. Kacang hijjau hanya mem miliki warna hipo okotil hijau dan n ungu.. Tanaman deng gan warna hipokkotil menyimpang g dibuang. UNGU HIJAU Gamba ar 4. Warna hipo okotil kacang hija au 2. Fase Berbunga r didasarrkan pada warn na bunga, umur Pada fase ini roguing berbu unga, dan tingg gi tanaman. Ka acang hijau ya ang hipokotilnya a berwa arna hijau akan n mempunyai w warna mahkota bunga kuning. 8 Sedangk kan yang mempu unyai warna hipokotil ungu akan mempunyai warna mahkota m bunga kuning keunguan. Warna ini terlihat jelas pada saa at bunga menje elang mekar. Tanaman dengan warna bunga menyimp pang, umur berb bunga tidak berrsamaan, dan tin nggi tanaman yang berrbeda dibuang. K KUNING UNGU a kacang hijau Gambar 5. Warna bunga e Masak Fisiolo ogi 3. Fase Roguing R pada fasse ini didasarkan n pada: Warna W polong masak, m terdapatt dua warna polong p masak kacang k hijau yan ng mencolok yaitu hitam dan coklat c jerami. Tanaman T deng gan warna po olong masak menyimpang dibuang. d Ukuran U polong, polong p kacang h hijau ada yang besar b dan ada yang y kecil, serta a ada yang pan njang dan ada yang y pendek. Tanaman T dengan n ukuran polong g menyimpang dibuang. Bentuk B polong, polong p kacang h hijau ada yang bulat b dan ada yang y agak pipih,, serta berpingg gang dan tidak berpinggang. Tanaman T dengan n bentuk polong g menyimpang dibuang. 9 Umur polong g masak dan tin nggi tanaman, tanaman t dengan n dengan umur masak polon ng dan tinggi tanaman yang g menyimpang dibuang. d Tipe tumbuh tanaman, yaitu determinate te (pembungaan n elah terbentuk polong), dan n indeterminate te berhenti sete (pembungaan n masih teruss setelah terb bantuk polong). Tanaman dengan tipe tumbuh h menyimpang dibuang. d Tega ak Menjuntaii Gambar 6. Kedud dukan polong Berpinggang Tidak be erpinggang Gamba ar 7. Bentuk polong kacang hija au 10 PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan genetik utamanya dilakukan selama prosesing, sedangkan menjaga mutu fisiologis dilakukan sejak saat panen hingga penyimpanan. Pengelolaan benih dalam rangka mempertahankan mutu fisiologis tidak dapat dilakukan secara parsial (sepotong-sepotong), melainkan harus dilakukan secara simultan (menyeluruh) dan sistematis dengan menerapkan kaidah-kaidah pengelolaan benih secara benar, mulai saat panen hingga penyimpanan. Yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa mutu benih pada awal penyimpanan merupakan syarat penting bagi keberhasilan pengelolaan mutu fisiologis selama penyimpanan. Bagaimanapun idealnya kondisi penyimpanan tidak dapat memperbaiki mutu benih seperti pada awal penyimpanan. Penyimpanan benih secara ideal adalah pada kondisi suhu dan kelembaban ruang simpan yang rendah, yakni suhu sekitar 18 0C dengan kelembaban relatif sekitar 60% (ruangan ber-AC dilengkapi dengan dehumidifier). Namun demikian, penyediaan fasilitas ruang simpan yang ideal di tingkat petani nampaknya masih sulit dilakukan. Oleh karena itu, untuk menanggulangi penyediaan benih bermutu tinggi pada akhir penyimpanan di tingkat petani, teknik sederhana berikut ini dapat diterapkan. 1. Panen Panen dilakukan bila sekitar 95% polong telah masak, yaitu berwarna coklat jerami atau hitam. Panen dilakukan dengan cara mengambil polong yang sudah masak. Polong hasil panen langsung dikeringkan (dihamparkan) di bawah sinar matahari dengan ketebalan sekitar 25 cm selama 1-2 hari (tergantung cuaca) menggunakan alas terpal, plastik, tikar, atau anyaman bambu, hingga kadar air biji sekitar 14%. 11 Mengingat su ulitnya pengering gan polong pad da musim hujan n (karena kurangnya sinar m matahari), maka polong perlu u diangin-anginkan dalam kondisi dihampar (tid dak ditumpuk). erontokan 2. Pe g hijau yang telah kering secep patnya dirontokk. Polong kacang Perontokan da apat dilakukan ssecara manual (g geblok). Secara umum, perontokan be enih perlu dilaku ukan secara hatihati untuk me enghindari banyyaknya benih pecah atau retakk sebab hal ini akan memperce cepat penurunaan daya tumbuh h maupun vigorr benih. embersihan da an sortasi 3. Pe Benih hasil pe erontokan diberrsihkan dari kotoran antara lain n biji-biji rusak akibat sera angan hama, kulit polong. Pembersihan dapat dilakukan secara manual m dengan n n tampi, atau secara mekaniss menggunakan n menggunakan kipas. Sortasi juga dilakukan berdassarkan warna biji, yakni biji yang g tidak memilikii warna seperti yyang tercantum dalam deskripssi varietas. Warn na biji yang men nyimpang dibuan ng. Gamba ar 8. Kegiatan So ortir kacang hija au 12 Gambar G 9. Ragam warna dan ukkuran biji kacang g hijau 13 4. Pe engeringan udah bersih sela anjutnya segera dikeringkan lag gi Benih yang su hingga menccapai kadar air 9-10%. Untu uk menghindarri timbulnya kerrusakan mutu ffisiologis benih akibat lamanya a proses sortasi, disarankan se etelah perontoka an benih segera a dikeringkan hingga h kadar air sekitar 10% baru dilakukan n sortasi. Pengeringan di bawah siinar matahari, dilakukan d n alas terpal, plastik atau tikar, dengan n menggunakan ketebalan ben nih sekitar 2-3 la apis benih. Lakukan pemb balikan setiap 2--3 jam agar ben nih kering secara a merata. Akhirri pengeringan p pada sekitar pu ukul 12.00 siang g untuk mengh hindari sengatan n sinar mataha ari yang terlalu u panas. Untuk mencapai kada ar air 9-10% diperlukan waktu u s 4 jam se ehari (mulai pukkul 8.00 – 12.00 0 pengeringan sekitar siang) selama 2-3 hari berturu ut-turut. Setelah dikerin ngkan, benih pe erlu diangin-angiinkan sekitar 0,5 5 jam ditempatt teduh (tidak terkena sinar matahari) m untukk menyeimbang gkan suhu beniih dengan suhu u sekitarnya. Setelah itu baru dimasukkan kke dalam kemassan benih. Gambar 10. Proses pen ngeringan mengg gunakan alas terpal 14 5. Pengemasan Benih dikemas menggunakan bahan kedap udara untuk menghambat masuknya uap air dari luar. Kantong plastik kapasitas 2 atau 5 kg dengan ketebalan 0,08 mm satu lapis atau 0,05 mm dua lapis cukup untuk digunakan. Kemasan ditutup rapat dengan cara diikat atau dilaminating. Penggunaan kaleng/blek bertutup rapat dengan kapasitas 10-15 kg dapat juga digunakan. 6. Penyimpanan Benih dalam kemasan dapat disimpan di dalam ruangan beralas kayu atau pada rak-rak kayu agar kemasan tidak bersinggungan langsung dengan lantai. Benih dalam penyimpanan harus terhindar dari serangan tikus ataupun hewan pengganggu lain yang mungkin dapat merusak kemasan maupun benih. Usahakan menyimpan benih pada ruangan tersendiri (jangan menyimpan benih dalam ruangan bersama pupuk ataupun bahan-bahan lain yang dapat menyebabkan ruangan menjadi lembab). 15 16