BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dekade terakhir, istilah governance menjadi perbendaharaan yang banyak digunakan dalam diskusi administrasi pembangunan dan demokrasi (Liu, 2007:1). Di sektor publik, governance telah diadopsi menjadi prinsip – prinsip yang melandasi bekerjanya suatu sistem yang dianggap akan menjamun efektivitas sebuah pemerintahan. Sebagai prinsip, governance adalah sebuah sistem aturan, proses dan perilaku yang mempengaruhi bagaimana kekuasaan dijalankan pada setiap tingkatan pemerintahan yang berbeda, terutama berkaitan dengan keterbukaan, partisipasi, akuntabilitas, efektivitas, dan koherensi. Sebagaimana diketahui bahwa bangsa Indonesia pada umumnya, saat ini dihadapkan pada perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis dan mempengaruhi birokrasi dalam melaksanakan tugas – tugasnya. Salah satu perubahan lingkungan strategis yang dimaksud adalah penerapan paradigma kepemerintahan yang baik (good governance) yang memberikan nuansa peran dan fungsi yang seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, dengan prinsip – prinsip yang mendasarinya antara lain adalah transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas. Apabila keseimbangan peran dari ketiga aktor tersebut dapat diterapkan, maka prinsip dasar dari good governance tersebut dapat dirasakan oleh pihak – pihak yang terkait. Hal ini juga memudahkan 1 2 instansi pemerintah dalam melaksanakan pemerintahan dan mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada masyarakat. Pemahaman dan penerapan secara komprehensif terhadap prinsip – prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) akan berpengaruh terhadap pembangunan. Penerapan prinsip tata pemerintahan yang baik belakangan ini merupakan satu hal normatif yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh para penyelenggara pemerintahan dimana saja. Haris (2007:105) menambahkan 10 (sepuluh) prinsip tata pemerintahan yang baik (good governance) yang dikembangkan di Indonesia saat ini yaitu: partisipasi, penegakan hukum, transparansi, kesetaraan, daya tanggap, wawasan kedepan, akuntabilitas, pengawasan, efisiensi dan efektivitas, dan profesionalisme. Kepemerintahan yang baik (good governance) merupakan hal yang paling penting dalam pengelolahan administrasi publik dewasa ini. Gencarnya tuntutan yang dilakukan pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintah yang baik adalah sejalan dengan meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat di samping adanya pengaruh globalisasi. Pola lama pemerintah dianggap tidak sesuai lagi dengan tatanan masyarakat yang telah berubah. Oleh karena itu, tuntutan itu merupakan hal yang wajar dan sudah seharusnya direspon oleh pemerintah dengan melakukan perubahan – perubahan yang terarah pada terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang baik. Sejalan dengan pernyataan ini, Hasibuan (2008:312) menyatakan bahwa perbaikan kualitas pelayanan publik dapat diarahkan untuk mencapai tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan 3 berorientasi keadilan sosial. Dalam format good governance, prasyarat untuk mencapai pelayanan publik yang berkualitas juga menuntut pentingnya keterbukaan, transparansi, penyelenggara pelayanan, dan hingga akuntabilitas pemerintah kemampuan sebagai pemerintah untuk mendayagunakan energi publik dalam proses kebijakan. Dalam konteks penyelenggaraan pemerintah yang baik di level pusat maupun daerah angin perubahan secara deras menghembus untuk menciptakan arus tata pemerintahan pada pelaksanaan konsep pemerintahan yang baik atau dikenal dengan good governance dengan berbagai prinsipnya. Good governance yang dimaksud adalah merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public good dan services disebut governance (pemerintahan atau kepemerintahan), sedangkan praktek terbaiknya disebut good governance (kepemerintahan yang baik). Sedangkan pengertian good governance menurut World Bank dalam Hamidi dan Lutfi (2010:156) adalah penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, menghindari salah alokasi dana investasi, mencegah korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran serta menciptakan kerangka hukum dan politik bagi timbulnya aktivitas kewiraswastaan. Seiring dengan lahirnya Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka setiap daerah yang memiliki potensi untuk berkembang dituntut agar dapat meningkatkan kegiatan – kegiatan 4 pemerintahan dan pembangunan di daerahnya. Terjadi perubahan paradigma organisasi dalam berbagai aspek, dari segi manajemen perubahan dari organisasi yang bersifat sentralisasi ke organisasi yang bersifat desentralisasi, gaya kerja organisasi yang kaku berubah menjadi lebih fleksibel, kekuatan organisasi yang sebelumnya dilihat dari tolak ukur stabilitas organisasi kini bergeser pada kemampuan organisasi untuk mengadaptasi perubahan. Faktor politik yang mempengaruhi perubahan peran organisasi dalam hal ini adalah adanya tuntutan penerapan good governance di dalam organisasi publik (Ester, 2009). Dalam rangka menjamin terciptanya pemerintahan yang bersih, jujur dan transparan sesuai dengan Undang – Undang No. 32 Tahun 2004, diperlukan program pembinaan produk hukum daerah yang dapat menjadi media kontrol dan akses masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah termasuk terwujudnya pemerintahan yang amanah. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan serta cita – cita berbangsa dan bernegara. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan terukur, sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Perlu diperhatikan pula adanya mekanisme untuk meregulasi akuntabilitas pada setiap instansi pemerintah (baik 5 pemerintah pusat maupun daerah) dan memperkuat peran dan kapasitas parlemen, serta tersedianya akses yang sama pada informasi bagi masyarakat luas. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, ternyata masih banyak permasalahan yang terkait dengan penerapan good governance. Penelitian ini, berfokus pada instansi pemerintah daerah yakni di Desa Putat Lor Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik. Permasalahan yang ditemukan pada saat observasi adalah (1) tidak transparannya pemerintah Desa dalam penetapan anggaran yang diberikan untuk pembangunan Desa Putat Lor. Seharusnya masyarakat ikut mengerahui setiap anggaran yang berasal dari APBD. (2) banyak permasalahan dikarenakan kurang responnya aparatur Desa dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat, seperti seringgnya keterlambatan dalam kepengurusan surat pengantar ke Kecamatan untuk pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), serta kepengurusan berkas – berkas lainnya. Berdasarkan latar belakan dari permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam mengenai permasalahan yang sebenarnya tentang penerapan serta peranan good governance dalam pembangunan di Desa Putat Lor. Sehingga dalam penelitian ini, judul yang diambil oleh peneliti adalah : Penerapan Good Governance dalam Pembangunan di Desa Putat Lor Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik. 6 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah penerapan good governance dalam pembangunan Desa Putat Lor Kecamatan Menganti Gresik? 2. Hambatan – hambatan apa saja yang ada dalam proses penerapan good governance dalam pembangunan di Desa Putat Lor Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik? 1.3. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tentang penerapan good governance dalam pembangunan di Desa Putat Lor Kecamatan Menganti Gresik 2. Untuk mengetahui hambatan – hambatan apa saja yang ada dalam proses penerapan good governance dalam pembangunan di Desa Putat Lor Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik 1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari laporan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan suatu manfaat, baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah: 7 1. Manfaat Teoritis Dalam penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengaplikasikan materi – materi pengajaran mengenai good governance khususnya penerapannya serta dapat memberikan sumbangan pemikiran guna melakukan penerapan good governance. Secara keilmuan penelitian ini diharapkan memberikan nilai tambah akademik sebagai bahan pengembangan wawasan dan khasanah pengetahuan khususnya di bidang pelayanan publik yang menerapkan good governance, serta bisa digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan penelitian berikutnya. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu masukan bagi perangkat Desa Putat Lor Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik untuk selalu meningkatkan kinerja dalam melayani masyarakat serta menerapkan good governance pada pemerintahan di Desa.