BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di SD Negeri Plumbon 01, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang dengan sampel/ subjek penelitian adalah kelas IVA dan IVB. Kelas IV A sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV B sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari 2016 sampai bulan April 2016. Pemilhan sampel/ subjek penelitian didasarkan pada beberapa aspek antara lain karena kedua kelas berada dalam satu sekolah yang sama yang berstatus SD inti. Sehingga siswa pada kedua kelas juga diperkirakan memiliki karakteristik yang hampir sama. Selain itu jumlah siswa pada kedua kelas juga sama. Hal tersebut diperkuat melalui hasil uji kesetaraan yang telah dilakukan. Dari hasil pretest kedua kelompok menunjukkan bahwa keadaan kedua kelas homogen. Artinya kedua kelas memiliki varians dan rata-rata nilai yang tidak berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat diberi perlakuan atau tindakan. Pelaksanaan pemberian perlakuan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan setiap kelasnya. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran project based learning. Pertemuan pertama dan kedua di kelompok eksperimen, dilakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan sintaks model pembelajaran problem based learning mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pertemuan pertama, peneliti melaksanakan pembelajaran tentang sumber daya alam yang dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara memelihara sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Pertemuan kedua, dilakukan pembelajaran tentang sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara menghemat sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. 63 64 Pertemuan pertama dan kedua pada kelompok kontrol, dilakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan sintaks model pembelajaran project based learning mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pembagian materi pada pertemuan pertama dan kedua sama seperti pembagian materi pada kelompok eksperimen. Setelah kedua kelompok diberikan tindakan kemudian diberikan posttest untuk mengukur kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Jadwal penelitian dan tes serta aktivitas atau kegiatan yang dilaksanakan di kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol akan dipaparkan pada tabel berikut: 1. Kelompok Eksperimen Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kelas (IVA) / Kelompok Eksperimen SD Negeri Plumbon 01 Tahun Ajaran 2015/2016 No Tanggal 1. 19 Maret 2016 2. 24 Maret 2016 3. 30 Maret 2016 4. 31 Maret 2016 Uraian Kegiatan Memberikan pretest untuk kelompok eksperimen yang digunakan untuk uji kesetaraan. Pertemuan 1 Kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen melalui model pembelajaran problem based learning dengan materi sumber daya alam yang dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara memelihara sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Pertemuan 2 Kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen melalui model pembelajaran problem based learning dengan materi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara menghemat sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Kelompok eksperimen diberi soal posttest sebagai evaluasi. 65 Kegiatan Pembelajaran dan Hasil Observasi: a. Pertemuan I: Kelompok eksperimen terlebih dahulu diberikan pretest pada tanggal 19 Maret 2016. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen pada pertemuan pertama tanggal 24 Maret 2016 diikuti oleh 20 siswa tanpa ada yang ijin tidak masuk. Materi yang dilaksanakan adalah materi pada indikator 11.1.1 sampai 11.1.4. Pada pertemuan pertama, guru atau peneliti menunjukkan bendabenda nyata berupa tanah, air dan tumbuhan sebagai media pembelajaran atau contoh sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Guru juga mendemonstrasikan penguapan air panas pada wadah yang diberi tutup sebagai bukti bahwa air adalah salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Setelah itu guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai benda-benda dan kegiatan yang baru saja diamati. Dari pegamatan yang telah dilakukan, guru mengorientasikan siswa pada masalah mengenai jenis sumber daya alam yang dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara memeliharanya. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan undian. Setelah berkelompok, siswa dibimbing untuk merencanakan aktivitas pemecahan masalah. Cara pemecahan masalah yang dilakukan siswa yaitu dengan mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku diperpustakaan, pengamatan dilingkungan sekitar dan diskusi kelompok. Setelah laporan selesai, siswa secara berkelompok mempresentasikan hasil laporan pemecahan masalah didepan kelas. Guru dan siswa melakukan tanya jawab, evaluasi dan membahas hasil pemecahan masalah yang disajikan. Kegiatan ahir yaitu guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan. Hasil observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan, peneliti yang bertindak sebagai guru dan guru yang menjadi observer mencatat bahwa guru dan siswa melakukan semua sintak dalam kegiatan pembelajaran dan masing-masing mendapatkan persentase yang cukup baik sesuai sintak dan RPP yaitu 92% terlaksana. Nilai tersebut didapat dari hasil perhitungan jumlah poin yang dilaksanakan : jumlah keseluruhan poin x 100%. Sehingga total kegiatan yang dilaksanakan guru adalah 23 dari 25 poin. 66 b. Pertemuan II Pertemuan kedua pada kelompok eksperimen dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2016 yang diikuti oleh seluruh siswa yang berjumlah 20. Materi yang dilaksanakan adalah materi indikator 11.1.5 sampai 11.1.7. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan mengingat kembali materi yang diberikan di pertemuan pertama serta guru kembali mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan menunjukkan benda-benda nyata yang merupakan contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti bensin, logam, paku dan besi. Dari pegamatan yang telah dilakukan, guru mengorientasikan siswa pada masalah mengenai jenis sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara memeliharanya. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan undian. Setelah berkelompok, siswa dibimbing untuk merencanakan aktivitas pemecahan masalah. Cara pemecahan masalah yang dilakukan siswa yaitu dengan mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku diperpustakaan, pengamatan dilingkungan sekitar dan diskusi kelompok. Setelah laporan selesai, siswa secara berkelompok mempresentasikan hasil laporan pemecahan masalah didepan kelas. Guru dan siswa melakukan tanya jawab, evaluasi dan membahas hasil pemecahan masalah yang disajikan. Kegiatan ahir yaitu guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan. Hasil observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan, guru maupun siswa masing-masing melakukan kegiatan pembelajaran dengan persentase yang cukup baik sesuai sintak dan RPP yaitu 96% (24 dari 25 poin). Dan jika dirata-rata pada pertemuan 1 dan 2, guru dan siswa masing-masing melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dengan presentase 94%. Ahir kegiatan penelitian, pada tanggal 31 Maret 2016 kelompok eksperimen diberikan soal posttest yang diikuti oleh seluruh siswa yang berjumlah 20 anak untuk mengukur kemampuan siswa setelah dilakukan suatu tindakan berupa kegiatan pembelajaran dengan model problem based learning. 67 2. Kelompok Kontrol Jadwal mengenai aktivitas atau kegiatan yang dilakukan di kelompok kontrol dipaparkan pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kelas (IVB) / Kelompok Kontrol SD Negeri Plumbon 01 Tahun Ajaran 2015/2016 No Tanggal 1. 19 Maret 2016 2. 23 Maret 2016 3. 30 Maret 2016 4. 31 Maret 2016 Uraian Kegiatan Memberikan pretes untuk kelompok kontrol yang digunakan untuk uji kesetaraan. Pertemuan 1 Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol melalui model pembelajaran project based learning dengan materi sumber daya alam yang dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara memelihara sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Pertemuan 2 Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol melalui model pembelajaran project based learning dengan materi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara menghemat sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Kelompok kontrol diberi soal posttest sebagai evaluasi Kegiatan Pembelajaran dan Hasil Observasi: a. Pertemuan I Kegiatan pembelajaran pertemuan pertama, terlebih dahulu kelompok kontrol diberikan pretest pada tanggal 19 Maret 2016. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol pada pertemuan pertama tanggal 23 Maret 2016 diikuti oleh seluruh siswa yang berjumlah 20. Materi yang dilaksanakan adalah materi pada indikator 11.1.1 sampai 11.1.4. Pada pertemuan pertama, guru atau peneliti menunjukkan benda-benda nyata berupa tanah, air dan tumbuhan sebagai media pembelajaran atau contoh sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Guru juga mendemonstrasikan penguapan air panas pada wadah yang diberi tutup sebagai bukti bahwa air adalah salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Setelah itu guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai benda-benda dan kegiatan yang baru saja diamati. Dari pegamatan yang 68 telah dilakukan, guru menentukan proyek atau tugas yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok yaitu pembuatan mading mengenai jenis sumber daya alam yang dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara memeliharanya. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan undian. Setelah berkelompok, siswa dibimbing untuk merencanakan kegiatan penyelesaian proyek dan menyusun jadwal penyelesaian proyek sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan. Kegiatan penyelesaian proyek yang dilakukan siswa yaitu dengan mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku diperpustakaan, pengamatan dilingkungan sekitar dan diskusi kelompok. Siswa juga mencari berbagai bahan pembuatan mading diperpustakaan sekolah. Siswa secara berkelompok mengerjakan dan menyelesaikan pembuatan mading dengan bentuk sesuai kreatifitas kelompok. Setelah pengerjaan selesai, siswa secara berkelompok mempresentasikan hasil proyek berupa mading didepan kelas. Guru dan siswa melakukan tanya jawab, evaluasi dan membahas hasil mading yang disajikan. Kegiatan ahir yaitu guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan. Hasil observasi kegiatan pembelajaran project based learning yang dilakukan, peneliti yang bertindak sebagai guru dan guru yang menjadi observer mencatat bahwa guru dan siswa masing-masing melakukan kegiatan pembelajaran dengan persentase yang cukup baik sesuai sintak dan RPP yaitu 92% terlaksana didapat dari hasil perhitungan jumlah poin yang dilaksanakan : jumlah keseluruhan poin x 100%. Sehingga total kegiatan yang dilaksanakan guru dan siswa masing-masing adalah 23 dari 25 poin. b. Pertemuan II Pertemuan kedua pada kelompok kontrol dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2016 yang diikuti oleh seluruh siswa yang berjumlah 20 siswa. Materi yang dilaksanakan adalah materi indikator 11.1.5 sampai 11.1.7. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan mengingat kembali materi yang diberikan di pertemuan pertama serta guru kembali mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan menunjukkan benda-benda nyata yang merupakan contoh sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti bensin, logam, paku dan besi. Dari pegamatan yang telah 69 dilakukan, guru menentukan proyek atau tugas yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok yaitu pembuatan mading mengenai jenis sumber daya alam yang dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara memeliharanya. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan undian. Setelah berkelompok, siswa dibimbing untuk merencanakan kegiatan penyelesaian proyek dan menyusun jadwal penyelesaian proyek sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan. Kegiatan penyelesaian proyek yang dilakukan siswa yaitu dengan mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku diperpustakaan, pengamatan dilingkungan sekitar dan diskusi kelompok. Siswa juga mencari berbagai bahan pembuatan mading diperpustakaan sekolah. Siswa secara berkelompok mengerjakan dan menyelesaikan pembuatan mading dengan bentuk sesuai kreatifitas kelompok. Setelah pengerjaan selesai, siswa secara berkelompok mempresentasikan hasil proyek berupa mading didepan kelas. Guru dan siswa melakukan tanya jawab, evaluasi dan membahas hasil mading yang disajikan. Kegiatan ahir yaitu guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan. Hasil observasi kegiatan pembelajaran pertemuan kedua menggunakan model pembelajaran project based learning yang dilakukan, guru maupun siswa masing-masing melakukan kegiatan pembelajaran dengan hasil persentase yang cukup baik sesuai sintak dan RPP yaitu 92% (23 dari 25 poin). Dan jika diratarata pada pertemuan 1 dan 2, guru dan siswa masing-masing melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dengan presentase 92%. Ahir kegiatan pada penelitian ini adalah pada tanggal 31 Maret 2016. Kelompok kontrol juga diberikan soal posttest yang diikuti oleh seluruh siswa yang berjumlah 20 anak untuk mengukur kemampuan siswa setelah dilakukan suatu tindakan berupa kegiatan pembelajaran dengan model project based learning. 70 4.2 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini terdiri dari deskripsi data dan analisis data. Deskripsi data meliputi data posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan analisis data meliputi uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata (uji t) dari hasil posttest. 4.2.1 Deskripsi Data Nilai posttest yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masih berupa data mentah. Untuk dapat menarik kesimpulan dari data mentah, data diolah terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran yang lebih baik mengenai data tersebut. Data nilai hasil belajar IPA yang diperoleh dari kelompok eksperimen yaitu siswa kelas IVA SD Negeri Plumbon 01 dan kelompok kontrol yaitu siswa kelas IVB SD Negeri Plumbon 01 disajikan dan dianalisis secara deskriptif. Hal ini dilakukan agar data tersebut dapat dipaparkan secara lebih baik dan disimpulkan secara mudah. Supaya lebih jelas, sebelum dilakukan analisis deskriptif, terlebih dahulu dibuat tabel destribusi frekuensi nilai posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data nilai posttest diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yaitu siswa kelas IVA SD N Plumbon 01 telah diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning, sedangkan pada kelompok kontrol yaitu siswa kelas IVB SD N Plumbon 01 yang sudah diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran project based learning. 1. Kelompok Eksperimen Cara yang dapat dilakukan untuk membuat destribusi frekuensi nilai hasil belajar posttest pada kelompok eksperimen menurut Sugiyono (2010: 36) pertama menghitung jumlah kelas interval (K), setelah itu menghitung rentang data atau jangkauannya (Range), dan menghitung panjang interval kelasnya (I) dengan rumus seperti di bawah ini: 71 Banyaknya kelas (K) Range (R) Interval (I) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 20 = 1 + 3,3 . 1,30 = 1 + 4,29 = 5,29 (dibulatkan menjadi 5 kelas) = (nilai maksimal – nilai minimal) + 1 = (95 – 60) + 1 = 35 +1 = 36 = Range Banyaknya Kelas 36 5 7,2 (dibulatkan menjadi 7) = = Banyaknya kelas (K) dari perhitungan yang dipaparkan telah diketahui, setelah itu menentukan berapa jangkauannya (Range), dan panjang interval kelasnya (I), kemudian disusun tabel destribusi frekuensi berikut ini: Tabel 4.3 Destribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen (Kelas IVA) SD Negeri Plumbon 01 Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2015/2016 No 1 2 3 4 5 6 Interval 95 keatas 88 – 94 81 – 87 74 – 80 67 – 73 60 – 66 Jumlah Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Frekuensi Persentase (%) 1 1 6 6 4 2 20 5% 5% 30 % 30 % 20 % 10 % 100% 95 60 78,5 Tabel 4.3 menunjukkan nilai posttest kelompok eksperimen. Dari seluruh siswa kelas IVA SD N Plumbon 01, siswa yang mendapat nilai 95 keatas terdiri dari 1 anak dengan persentase 5%. Siswa yang mendapat nilai 88 sampai dengan 72 94 terdiri dari 1 anak dengan persentase 5%. Siswa yang mendapat nilai 81 sampai dengan 87 terdiri dari 6 anak dengan persentasi 30%. Siswa yang mendapat nilai 74 sampai dengan 80 terdiri dari 6 anak dengan persentase 30%. Siswa yang mendapat nilai dari 67 sampai dengan 73 terdiri dari 4 anak dengan persentase 20%. Sedangkan siswa dengan nilai 60 sampai dengan 66 terdiri dari 2 anak dengan persentase 10%. Nilai tertinggi dari kelompok eksperimen adalah 95 dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata 78,5. Gambaran data hasil belajar IPA siswa kelas IVA (kelompok eksperimen) dapat diperjelas melalui gambar 4.1 berupa diagram destribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA dari hasil posttest kelompok eksperimen berikut: 30% 30% 6 Frekuensi 5 20% 4 3 10% 2 5% 5% 1 0 60 – 66 67 – 73 74 – 80 81 – 87 88 – 94 95 keatas Interval Nilai Posttest Kelompok Eksperimen Gambar 4.1 Diagram Destribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen (Kelas IVA) SD N Plumbon 01, Tahun Ajaran 2015/2016 2. Kelompok Kontrol Tabel destribusi frekuensi nilai posttest hasil belajar IPA kelompok kontrol (IVB) juga disajikan seperti pada kelompok eksperimen. Langkah pertama menurut Sugiyono (2010: 36) yaitu menghitung banyaknya kelas (K), setelah itu menentukan berapa jangkauannya (Range), dan panjang interval kelasnya (I) dengan rumus seperti berikut ini: Banyaknya kelas (K) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 20 = 1 + 3,3 . 1,30 73 Range (R) Interval (I) = 1 + 4,29 = 5,29 (dibulatkan menjadi 5 kelas) = (nilai maksimal – nilai minimal) + 1 = (90 – 60) + 1 = 30 + 1 = 31 = Range Banyaknya Kelas 31 5 6,2 (dibulatkan menjadi 6) = = Rumus tersebut dapat menunjukkan banyaknya kelas (K), jangkuannya (Range), dan panjang interval kelasnya (I), kemudian disusun tabel destribusi frekuensinya seperti yang terlihat pada Tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4 Destribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Kontrol (Kelas IVB) SD Negeri Plumbon 01 Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2015/2016 No 1 2 3 4 5 6 Interval 90 – 95 84 – 89 78 – 83 72 – 77 66 – 71 60 – 65 Jumlah Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata Frekuensi Persentase (%) 1 5 3 4 4 3 20 5% 25% 15% 20% 20% 15% 100% 90 60 76 Tabel 4.4 dapat menunjukkan nilai posttest kelompok kontrol, dari seluruh siswa kelas IV B SD Negeri Plumbon 01, siswa yang mendapat nilai 90 sampai 95 terdiri dari 1 anak dengan persentase 5%, siswa yang mendapatkan nilai 84 sampai dengan 89 terdiri dari 5 anak dengan persentase 25%. Siswa yang mendapat nilai 78 sampai dengan 83 terdiri dari 3 anak dengan persentase 15%. Siswa yang mendapat nilai 72 sampai dengan 77 terdiri dari 4 anak dengan 74 persentasi 20%. Siswa yang mendapat nilai 66 sampai dengan 71 juga terdiri dari 4 anak dengan persentase 20%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai dari 60 sampai dengan 65 terdiri dari 3 anak dengan persentase 15%. Nilai tertinggi dari kelompok kontrol adalah 90 dan nilai terendahnya 60 dengan nilai rata-rata 76. Gambaran data hasil belajar IPA kelompok kontrol disajikan pada Gambar 4.2 berupa diagram destribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA dari hasil posttest kelompok kontrol. 25% 5 20% 20% Frekuensi 4 15% 15% 3 2 5% 1 0 60 – 65 66 – 71 72 – 77 78 – 83 84 - 99 90 - 95 Interval Nilai Posttest kelompok Kontrol Gambar 4.2 Diagram Destribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Kontrol (Kelas IVB) SD N Plumbon 01, Tahun Ajaran 2015/2016 Analisis deskriptif nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan setelah destribusi frekuensi berupa tabel dan grafik telah disajikan. Data deskriptif statistik nilai posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yang meliputi nilai maksimal, nilai minimal, nilai rata-rata dan standar deviasi nilai hasil belajar IPA dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini: 75 Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Nilai Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol SD N Plumbon 01 Tahun Ajaran 2015/2016 Descriptive Statistics Mini mum N Maxi mum Sum Std. Deviation Mean Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error EKSPERI MEN KONTROL Statistic 20 60 95 1570 78.50 1.990 8.900 20 60 90 1520 76.00 1.940 8.675 Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai posttest kelompok eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 20 anak dengan jumlah nilai 1570 mempunyai nilai minimum 60 dan nilai maksimum 95. Sedangkan mean pada kelompok eksperimen yaitu 78,50 dan standart deviation yaitu 8,900. Sedangkan hasil belajar IPA kelompok kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 20 dengan jumlah nilai 1520 mempunyai nilai minimum 60 dan nilai maksimum 90. Kelompok kontrol mempunyai mean yaitu 76,00 dan standart deviation yaitu 8,675. 4.2.2 Analisis Data 4.2.2.1 Uji Normalitas Langkah analisis data yang pertama yaitu melakukan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan setelah pemberian tes, baik dalam kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Syarat suatu data dikatakan berdestribusi normal jika signifikansi > 0,05. Tabel 4.6 Uji Normalitas Posttest Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova KELOMPOK Statistic NILAI EKSPERI MEN KONTROL Df Sig. Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. .167 20 .144 .951 20 .382 .150 20 .200* .937 20 .207 76 Tabel 4.6 dapat menunjukkan bahwa data pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol hasil posttest berdestribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan nilai sig pada tabel Shapiro-Wilk kelompok eksperimen yang menunjukkan angka 0,382 (0,382 > 0,05). Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukkan angka sebesar 0,207 (0,207 > 0,05). Dari data hasil perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa data hasil posttes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdestribusi normal. Hasil uji normalitas posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan SPSS 16,0 juga dapat disajikan dalam kurva berikut: Gambar 4.3 Kurva Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen Gambar 4.4 Kurva Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol 77 Kedua gambar diatas yaitu gambar 4.3 dan gambar 4.4, terdapat garis diagonal yang menunjukkan keadaan ideal dari data yang mengikuti destribusi normal. Titik-titik di sekitar garis adalah keadaan data yang diuji. Jika titik-titik berada sangat dekat dengan garis atau bahkan menempel pada garis maka dapat disimpulkan bahwa data mengikuti destribusi normal. Titik-titik yang ditunjukkan pada kedua gambar hampir mendekati dan bahkan ada beberapa yang menempel garis, maka seperti yang telah ditunjukkan dalam perhitungan menggunakan SPSS 16.0 for Windows maka, data kedua kelompok yaitu eksperimen dan kontrol dari hasil posttest tersebut terdistribusi normal. 4.2.2.2 Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kedua kelas memiliki tingkat varians data yang sama atau tidak. Data yang akan diuji homogenitasnya adalah data nilai posttest kelompok eksperimen (kelas IVA) dan kelompok kontrol (kelas IV B). Analisis homogenitas data ini juga menggunakan program SPSS 16 for Windows. Data dapat dikatakan homogen jika signikansi >0,05 dan jika signifikansi < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal. Hasil dari uji homogenitas data (posttest) hasil belajar IPA siswa kelas IVA SD N Plumbon 01 sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas IVB SD N Plumbon 01 sebagai kelompok kontrol disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 4.7 Uji Homogenitas Posttest Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic .018 df1 df2 1 Sig. 38 .895 Hasil uji homogenitas pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sig. uji homogenitas antara kelompok eksperimen dan keompok kontrol adalah 0,895. Dari hasil yang ditunjukkan 0,895 > 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dinyatakan homogen. Dfl= jumlah kelompok data - 1 atau 2 – 1 = 1 sedangkan df2= jumlah data - jumlah kelompok data atau 40 - 2 = 38. 78 4.2.2.3 Uji Hipotesis Pengujian selanjutnya terhadap data posttest setelah dberikan perlakuan atau tindakan adalah uji hipotesis menggunakan uji t. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik antara kelompok eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning dengan kelompok kontrol yang menggunakan model Project Based Learning. Data dianalisis menggunakan teknik uji t dengan program SPSS Statistic 16.0 for Windows. Berikut ini merupakan tabel uji t hasil belajar (posttest) peserta didik setelah dilakukan tindakan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Tabel 4.8 Hasil Uji t Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F NI Equal LAI varian .018 ces assumed Equal varian ces not assumed Sig. t-test for Equality of Means T .895 .900 Df Sig. (2tailed) Mean Diffe rence Std. Error Diffe rence 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper 38 .374 2.50000 2.77915 -3.12610 8.12610 .900 37.975 .374 2.50000 2.77915 -3.12622 8.12622 Hasil uji t dilihat pada tabel 4.8 menunjukkan nilai sig. (2-tailed) 0,374 sehingga 0,374 > 0,05. Maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N Plumbon 01 semester 2 tahun ajaran 2015/2016. Selain melihat tingkat signifikansi 0,05, hasil uji t dari perhitungan SPSS juga 79 dapat dilihat dari t hitung dan t tabel. Menurut Sugiyono (2010: 97) bila harga t hitung lebih kecil atau sama dengan (<) dari harga t tabel maka Ho diterima. Begitu pula sebaliknya, jika harga t hitung lebih besar atau sama dengan (>) dari harga t tabel maka Ha diterima. Harga t hitung adalah harga mutlak, jadi tidak dilihat (+) atau (-) nya. Cara mengetahui perbandingan t hitung dan t tabel, maka terlebih dahulu menghitung dk. Dk adalah jumlah keseluruhan siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dikurangi dua. Dalam penelitian ini terdapat 40 siswa yang diteliti. Jadi, untuk mengetahui dk pada penelitian ini adalah sebagai berikut: dk = n1 + n2 – 2 = 20 + 20 – 2 = 38 Dk dari perhitungan penelitian ini adalah 38 maka nilai t tabelnya 2,024. Nilai t hitung yang diperoleh sebesar 0,900. Maka 0,900 < 2,024, jadi Ho diterima Ha ditolak, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N Plumbon 01 semester 2 tahun ajaran 2015/2016. 4.3 Pembahasan Penelitian Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA ditingkat sekolah dasar untuk lebih meningkatkan kemampuan dan merangsang keaktifan siswa. Namun, kegiatan pembelajaran di SD N Plumbon 01 kurang maksimal dalam melibatkan siswa secara aktif untuk berusaha membangun dan menemukan pengetahuannya sendiri. Melihat begitu banyaknya model pembelajaran, peneliti tertarik untuk membandingkan perbedaan penggunaan dua model pembelajaran ditinjau dari hasil belajar IPA dari aspek kognitif. Dari berbagai model pembelajaran, peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran IPA. 80 Penelitian ini diawali dengan memberi pretest pada siswa kelas IVA dan IVB SD Negeri Plumbon 01 Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang dengan materi pembelajaran energi. Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang berbeda pada masing-masing kelas, kemudian kedua kelas diberikan tes (posttest). Materi posttest yang diberikan sesuai dengan materi yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu tentang sumber daya alam. Data posttest yang dihasilkan dapat digunakan untuk menguji hipotesis. Hasil pretest yang ditunjukkan oleh siswa kelas IVA dan IVB SD Negeri Plumbon 01 menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut berdistribusi normal, homogen dan memiliki varians atau kemampuan yang sama sebelum diberi perlakuan sehingga kondisi awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Pemberian treatmen atau perlakuan dengan model pembelajaran problem based learning dilakukan dikelas IVA sebagai kelas eksperimen, dan pemberian treatmen dengan model pembelajaran project based learning dilakukan dikelas IVB sebagai kelas kontrol. Setelah diberi treatment pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka selanjutnya adalah diberikan posttest. Hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kontrol berlangsung dengan baik. Baik dari persiapan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir sesuai dengan prosedur dalam model pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning. Hasil penelitian dan pengolahan data yang didapat, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol pada saat posttest menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan nilai pada saat pretest. Ratarata nilai hasil belajar untuk posttest dari kelompok eksperimen sebesar 78,5 dan pada kelompok kontrol sebesar 7,6. Sedangkan nilai pretest pada kelompok eksperimen sebesar 72,25 sehingga peningkatan rata-rata nilai yang ditunjukkan sebesar 6,25. Sedangkan pada kelompok kontrol memiliki nilai pretest sebesar 71,0 sehingga peningkatan pada kelompok kontrol sebesar 5,0. Berdasarkan pemaparan diatas, nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mengalami kenaikan dari hasil nilai pretest. Dan jika dilihat dari hasil 81 posttest, rata-rata nilai kedua kelompok menunjukkan perbedaan/ selisih nilai hanya sebesar 2,50. Sehingga hasil yang ditunjukkan dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Secara singkat deskripsi komparasi hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut: Tabel 4.9 Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Tahap pengukuran Rata-rata nilai (mean) kelompok Eksperimen Kontrol 72,25 71,00 78,50 76,00 6,25 5,00 Awal (pretest) Akhir (posttest) Peningkatan Keterangan selisih nilai 1,25 2,50 80 Nilai 78 76 eksperi men kontrol 74 72 70 68 66 pretest posttes Gambar 4.5 Grafik Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Hasil analisis uji t hasil belajar posttest pada tabel 4.8 sig. (2-tailed) menunjukkan angka 0,374 yang berarti 0,374>0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Sedangkan t hitung sebesar 0,900. Jika df = 38, maka t tabel sebesar 2,024 jadi, 0,900 < 2,024. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol ternyata menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran problem based learning dan project based learning ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N Plumbon 01 Semester II Tahun Ajaran 2015/2016. 82 Pengambilan keputusan bahwa Ho diterima selain dilihat dari uji t dan rata-rata hasil nilai pretest-posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, hal ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Merinda Dian Prametasari (2012) yang menyatakan bahwa model pembelajaran problem based learning memiliki pengaruh terhadap hasil belajar IPA. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh I.A. Diyah Kamayani (2013) yang menyatakan bahwa model pembelajaran project based learning memiliki pengaruh terhadap hasil belajar IPA. Jadi antara kedua model pembelajaran tersebut dalam penelitian ini memiliki pengaruh terhadap hasil belajar IPA. Hasil posttest kedua model menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan hasil pretest. Namun dalam pengaruh yang ditunjukkan dari hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning dan project based learning dalam hasil penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil uji t yang menyatakan bahwa Ho diterima atau tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran problem based learning dan project based learning ditinjau dari hasil belajar IPA kelas IV SD N Plumbon 01 Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016, dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama dapat ditinjau dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan, peneliti mendapatkan beberapa persamaan kendala yang dialami dalam pelaksanaan pembelajaran pada masing-masing model. Kendala yang sama yaitu pada saat guru membimbing siswa melakukan penyelidikan atau pecarian informasi. Dalam model pembelajaran problem based learning siswa dikelompokkan secara heterogen dengan cara mengambil undian. Sebagian siswa terlihat ada yang kurang kompak dalam bekerjasama dengan kelompoknya dan lebih asik untuk bermain sendiri. Begitu juga dalam kegiatan presentasi ada beberapa siswa yang masih malu-malu dan kurang percaya diri dalam penyampaian hasil pemecahan masalah. Upaya untuk dapat mengatasi kendala tersebut diantaranya yaitu guru terlebih dahulu harus mempersiapkan kegiatan pembelajaran dengan lebih baik. Persiapan tersebut salah satunya dengan memotivasi siswa untuk selalu aktif dan kompak dalam kegiatan pembelajaran. 83 Sebelumnya siswa juga dapat dilatih terlebih dahulu untuk mampu melakukan pencarian informasi dengan baik. Selain itu dalam kegiatan penyelidikan yang menggunakan sumber belajar yang ada dilingkungan sekitar juga harus ditentukan lebih rinci mengenai batasan waktu dalam pengerjaanya supaya siswa tidak banyak bermain sendiri dan lebih efektif menggunakan waktu. Aktivitas peyelidikan sebaiknya juga selalu dipantau untuk berada dilingkungan sekolah atau dilingkungan terdekat saja. Kendala yang dialami dalam pembelajaran dengan model project based learning yaitu ketika proses penyelesaian proyek atau tugas, ada beberapa siswa yang bermain sendiri dengan bahan-bahan pembuatan proyek, lebih asik untuk membuat kreasi proyek mading dan kurang memeperhatikan isi materi yang akan dijadikan mading. Sebagian siswa juga masih kurang percaya diri dalam kegiatan presentasi dan menanggapi hasil karya kelompok. Upaya untuk dapat mengatasi kendala tersebut diantaranya dengan membagi kelompok untuk lebih heterogen sesuai dengan kemampuan kognitif siswa supaya siswa yang berpotensi lebih asik bermain sendiri akan dapat diingatkan oleh teman lainnya sehingga akan lebih kompak, lebih percaya diri dan dapat saling bertukar informasi dengan baik dalam kegiatan pembelajaran. Pemantauan kegiatan pembelajaran juga dapat lebih ditingkatkan menjadi lebih baik lagi dengan selalu mengingatkan, mengontrol dan memberikan arahan kepada siswa untuk tidak melakukan kegiatan yang dapat mengganggu kelangsungan proses pembelajaran. Hasil observasi secara keseluruhan dalam kegiatan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru dan guru bertindak sebagai observer baik dalam pembelejaran kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol juga menunjukkan presentase nilai yang baik sesuai sintaks dan RPP. Dalam pembelajaran dikelas eksperimen maupun kelas kontrol pada pertemuan pertama, kegiatan atau aktivitas guru dan sisiwa masing-masing melaksanakan 92% kegiatan sesuai sintak dan RPP (23 poin dari 25 poin). Pada pembelajaran pertemuan kedua tindakan guru dan aktivitas siswa pada kelompok eksperimen masing-masing melaksanakan 96% kegiatan sesuai sintak dan RPP (24 dari 25 poin). Sedangkan pada pembelajaran pertemuan kedua dikelas kontrol, masing-masing melaksanakan 84 92% kegiatan sesuai sintak dan RPP (23 dari 25 poin). Sehingga jika dirata-rata dalam pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua pada kelas eksperimen, maka guru dan siswa masing-masing melaksanakan 94% dan pada kelas kontrol melaksanakan 92% kegiatan pembelajaran sesuai sintak dan RPP dengan baik. Selain itu dilihat dari media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Ketika proses pembelajaran berlagsung siswa sama-sama menggunakan media berupa benda-benda nyata yang disajikan guru sebagai contoh sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui serta sumber belajar dengan buku-buku yang ada di perpustakaan. Terdapat beberapa faktor selain hasil nilai, kendala dan proses dalam kegiatan yang dilakukan ketika pembelajaran yang mempengaruhi hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran problem based learning dan project based learning ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N Plumbon 01 Semester II Tahun Ajaran 2015/2016. Faktor tersebut diantaranya, model pembelajaran problem based learning dan project based learning, keduanya termasuk kedalam model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk mencari tahu dan membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pemecahan masalah atau penyelesaian tugas dengan penyelidikan atau pencarian informasi dari berbagai sumber yang telah dilakukan oleh siswa baik secara individual maupun kelompok. Selain itu jika ditinjau dari beberapa ahli dalam bab II, model pembelajaran problem based learning dan project based learning juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang hampir sama. Kelebihan yang diperoleh oleh siswa kelas eksperimen dari penggunaan model pembelajaran problem based learning antara lain, siswa akan lebih terbiasa mengahadapai masalah dengan adanya kegiatan yang menuntun siswa untuk mampu memecahkan masalah. Solidaritas antar siswa juga semakin terlihat dengan adanya diskusi dan kerja kelompok untuk bertukar pendapat dan informasi. Hubungan antara siswa dan guru juga semakin akrab dengan senantiasa membimbing proses pembelajaran. Sedangkan kekurangan dari penggunaan 85 model pembelajaran problem based learning seperti yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu sebagian siswa terlihat ada yang asik bermain sendiri sehinngga mengulur waktu menjadi lebih lama. Penggunaan model pembelajaran project based learning di kelompok kontrol juga menimbulkan dampak kelebihan dan kelemahan bagi siswa. Kelebihannya antara lain siswa dapat lebih termotivasi untuk dapat menyelesaikan tugas pembuatan mading. Selain itu siswa juga akan lebih kompak dalam bekerjasama, berdiskusi dan menyelesaiakan proyek pembuatan mading. Ketrampilan pengelolaan sumber juga terlihat dengan kemampuan siswa untukmencari informasi dari sumber belajar dan memanfaatkan bahan yang ada di lingkungan sekitar dalam penyelesaian proyek atau tugas. Sedangkan kekurangan dari penggunaan model pembelajaran project based learning seperti yang telah dipaparkan sebelumnya yaitu sebagian siswa ada yang bermain sendiri dengan bahan-bahan pembuatan proyek atau tugas tersebut tanpa memperhatikan isi materi pembelajaran sehingga agak sulit dikontrol dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Uraian kelebihan dan kekurangan atau kelemahan dari kedua model pembelajaran yang memiliki jumlah dan makna yang hampir sama ini menjadi alasan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran problem based learning dan project based learning ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N Plumbon 01 Semester II Tahun Ajaran 2015/2016. Persamaan pada kelebihan model yaitu sama-sama dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dengan penyelesaian masalah itu sendiri atau dengan penyelesaian tugas. Siswa juga sama-sama akan lebih termotivasi dan tertantang untuk menyelesaikan kegiatan pembelajaran dengan adanya masalah atau tugas. Interaksi dan kerjasama yang baik juga samasama dapat terjalin dan ditingkatkan degan adanya kegiatan diskusi dan kerja kelompok. Selain itu dalam kedua model pembelajaran juga terdapat peluang untuk meningkatkan ketrampilan mengelola sumber belajar yang ada dilingkungan sekitar baik dengan cara eksperimen atau dengan pemanfaatan pembuatan proyek atau tugas. 86 Kedua model pembelajaran juga memiliki kekurangan yang hampir sama. Persamaanya yaitu, ketika pelaksanaan kegiatan pembelajaran memerlukan biaya dan waktu yang cukup banyak serta sebagian siswa sulit untuk dikontrol. Sehingga kedua model pembelajaran juga sama-sama memerlukan kecakapan guru dalam mengelola dan menguasai kelas dengan baik. Faktor lain yang mempengaruhi tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan antara penggunaan kedua model pembelajaran ditinjau dari hasil belajar IPA juga dapat dilihat dari sintak atau langkah-langkah dari masing-masing model yang hampir sama. Berikut ini akan disajikan langkah-langkah dari masingmasing model sehingga dapat dilihat persamaan yang dimiliki oleh kedua model yang menjadikan tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan antara penggunaan kedua model pembelajaran ditinjau dari hsil belajar IPA. Tabel 4.10 Sintak Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning No 1. 2. Problem Based Project Based Learning Learning Mengorientasikan peserta didik pada masalah yang akan dipecahkan. Menentukan proyek yang akan dikerjakan Analisis Persamaan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan kedua model pembelajaran pada langkah pertama adalah, sama-sama menentukan kegiatan yang akan dilakukan terlebih dahulu. Pada model problem based learning langkah awal berbentuk masalah yang harus dipeccahkan sedangkan pada model project based learning berbentuk suatu tugas atau proyek. Dalam kegiatan pembelajaran baik orientasi masalah maupun penentuan proyek menggunakan materi yang sama yaitu tentang sumber daya alam yang dikaitkan dengan kehidupan nyata di lingkungan sekitar siswa. Pada model problem based learing orientasi masalah berupa jenis, manfaat dan cara menjaga SDA, sedangkan pada model project based learning penentuan proyek berupa pembuatan mading tentang jenis, manfaat dan cara menjaga SDA, Mengorganisasi dan Membuat Persamaan dari langkah kedua yaitu membimbing untuk rencana kegiatan guru sama-sama membimbing dan 87 kegiatan belajar dalam penyelesaian proyek mengarahkan siswa untuk merencanakan kegiatan yang nantinya akan dilakukan untuk dapat menyelesaikan masalah atau tugas yang telah dipaparkan sebelumnya. Namun, pada model project based learning kegiatan pembuatan rencana penyelesaian tugas lebih rinci dengan adanya perencanaan penggunaan bahan untuk penyelesaian proyek atau tugas. 3. Membimbing penyelidikan pemecahan masalah Menyusun jadwal aktivitas penyelesaian proyek 4. Membimbing penyelesaian dan penyajian hasil pemecahan masalah. Menyelesaikan proyek sesuai rencana dan jadwal dengan bimbingan dan pengawasan guru. 5. Melakukan analisis Menyusun dan dan penilaian dari melakukan pemecahan masalah presentasi hasil penyelesaian Langkah ketiga dalam model problem based learning, guru membimbing siswa melakukan penyelidikan pemecahan masalah berdasarkan rencana yang telah disusun pada tahap sebelumnya. Sedangkan pada model project based learning langkah ketiga masih melanjutkan dari langkah pembuatan rencana penyelesaian proyek yaitu dengan menyusun jadwal aktivitas penyelesaian proyek sesuai rencana yang telah dibuat supaya dapat selesai tepat waktu. Langkah keempat dalam model problem based learning, guru membimbing siswa untuk menyelesaikan dan menyajikan hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan yang dapat dilakukan dengan kegiatan presentasi di depan kelas. Sedangkan pada model project based learning yaitu penyelesaian proyek sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Langkah keempat pada model project based learning hampir sama dengan langkah ketiga yang dilakukan dalam model problem based learning yaitu suatu proses penyelesaian. Proses penyelesaian pada model project based learning berupa pengerjaan proyek sedangkan proses penyelesaian pada model problem based learning berupa pemecahan masalah. Langkah kelima pada model problem based learning adalah kegiatan analisis dan penilaian dari pemecahan masalah dalam bentuk laporan yang disampaikan 88 proyek. 6. atau dipresentasikan didepan kelas. Guru dapat memberikan analisis, komentar ataupun saran dari hasil pemecahan masalah yang telah dipaparkan siswa. Selain itu siswa juga dapat mengemukakan pendapat atau kesan saat melakukan kegiatan pemecaham masalah. Sedangkan langkah kelima pada model project based learning hampir sama dengan langkah keempat dalam model problem based learning yaitu suatu kegiatan penyususnan dan penyajian hasil. Pada model problem based learning penyususnan dan penyajian hasil berupa presentasi laporan pemecahan masalah sedangkan pada model project based learning berupa presentasi penyelesaian tugas berupa mading. Melakukan Langkah keenam pada model project evaluasi based learning hampir sama dengan pengalaman langkah kelima atau langkah terahir belajar dan hasil pada model problem based learning penyelesaian yaitu analisis atau penilaian dari proses proyek kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya. Analisis atau penilaian pada model problem based learning yaitu dari hasil proses dan hasil pemecahan masalah yang telah dilakuan. Sedangkan pada model project based learning yaitu dari proses dan kegiatan penyelesaian tugas berupa mading. Dalam langkah terahir pada model project based learning, guru juga dapat memberikan komentar ataupun saran dari hasil penyelesaian tugas pembuatan mading. Selain itu siswa juga dapat mengemukakan pendapat, kesan atau kesulitan saat melakukan kegiatan penyelesaian tugas. Persamaan yang dimiliki baik dalam kendala dan proses pembelajaran, media pembelajaran yang digunakan, kelebihan dan kelamahan serta langkahlangkah pembelajaran yang hampir sama dari kedua model dapat menjadi sesuatu yang mempengaruhi hasil penelitian ini yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran problem based 89 learning dan project based learning ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N Plumbon 01 semester II tahun ajaran 2015/2016. Namun, walau tidak terdapat perbedaan yang signifikan, kedua model menunjukkan adanya pengaruh terhadap pembelajaran IPA yang dibuktikan dengan peningkatan rata-rata nilai posttest dibandingkan dengan rata-rata nilai pretest. Hasil nilai yang ditunjukkan oleh kelas eksperimen dan kontrol, sebagian besar nilai posttest siswa lebih baik dibandingkan dengan nilai pada waktu pretest sehingga jika dirata-rata nilai siswa kelompok eksperimen dan kontrol pada waktu posttest memang menunjukkan hasil yang lebih baik dari pretest. Namun, dikelompok eksperimen dan kontrol terdapat beberapa siswa yang nilainya tetap sama berada di bawah rata-rata dan ada pula yang tetap sama dengan nilai yang bagus tanpa ada pengaruh antara nilai pretest ke posttest. Hal ini diperkirakan ketika proses pembelajaran, siswa dengan nilai yang tetap berada dibawah ratarata memang memiliki kemampuan kogitif yang agak kurang. Saat kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa tersebut juga lebih sering ribut sehingga kurang fokus saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan siswa yang memiliki nilai tetap sama dengan kriteria bagus diperkirakan memiliki kemampuan kognitif yang baik. Selain itu, siswa tersebut juga mampu mengikuti kegiatan pembelajaran yang diberikan dengan baik sehingga hasil nilai yang ditunjukkan juga baik. Berdasarkan hasil nilai yang ditunjukkan dapat disimpulkan pula bahwa pengaruh hasil belajar yang ditimbulkan dalam penggunaan model problem based learning dan project based learning juga dipengaruhi oleh karakteristik siswa berupa kemampuan kognitif yang berbeda-beda satu sama lain.