63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri Plumbon 01, Kecamatan Suruh,
Kabupaten Semarang dengan sampel/ subjek penelitian adalah kelas IVA dan
IVB. Kelas IV A sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV B sebagai kelompok
kontrol. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari 2016 sampai bulan April
2016. Pemilhan sampel/ subjek penelitian didasarkan pada beberapa aspek antara
lain karena kedua kelas berada dalam satu sekolah yang sama yang berstatus SD
inti. Sehingga siswa pada kedua kelas juga diperkirakan memiliki karakteristik
yang hampir sama. Selain itu jumlah siswa pada kedua kelas juga sama.
Hal tersebut diperkuat melalui hasil uji kesetaraan yang telah dilakukan.
Dari hasil pretest kedua kelompok menunjukkan bahwa keadaan kedua kelas
homogen. Artinya kedua kelas memiliki varians dan rata-rata nilai yang tidak
berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan
kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama sehingga kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dapat diberi perlakuan atau tindakan.
Pelaksanaan pemberian perlakuan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan
setiap kelasnya. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning, sedangkan
kelompok kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran project based
learning.
Pertemuan pertama dan kedua di kelompok eksperimen, dilakukan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan sintaks model pembelajaran problem based
learning mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pertemuan
pertama, peneliti melaksanakan pembelajaran tentang sumber daya alam yang
dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara memelihara sumber daya alam yang
dapat diperbaharui. Pertemuan kedua, dilakukan pembelajaran tentang sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara menghemat
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
63
64
Pertemuan pertama dan kedua pada kelompok kontrol, dilakukan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan sintaks model pembelajaran project based learning
mulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pembagian materi
pada pertemuan pertama dan kedua sama seperti pembagian materi pada
kelompok eksperimen. Setelah kedua kelompok diberikan tindakan kemudian
diberikan posttest untuk mengukur kemampuan siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Jadwal penelitian dan tes serta aktivitas atau kegiatan yang dilaksanakan di
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol akan dipaparkan pada tabel
berikut:
1.
Kelompok Eksperimen
Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kelas (IVA) / Kelompok
Eksperimen SD Negeri Plumbon 01 Tahun Ajaran 2015/2016
No
Tanggal
1.
19 Maret 2016
2.
24 Maret 2016
3.
30 Maret 2016
4.
31 Maret 2016
Uraian Kegiatan
Memberikan pretest untuk kelompok eksperimen yang
digunakan untuk uji kesetaraan.
Pertemuan 1
Kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen
melalui model pembelajaran problem based learning
dengan materi sumber daya alam yang dapat diperbaharui
beserta manfaat dan cara memelihara sumber daya alam
yang dapat diperbaharui.
Pertemuan 2
Kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen
melalui model pembelajaran problem based learning
dengan materi sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui beserta manfaat dan cara menghemat sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Kelompok eksperimen diberi soal posttest sebagai
evaluasi.
65
Kegiatan Pembelajaran dan Hasil Observasi:
a. Pertemuan I:
Kelompok eksperimen terlebih dahulu diberikan pretest pada tanggal 19
Maret 2016. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen pada
pertemuan pertama tanggal 24 Maret 2016 diikuti oleh 20 siswa tanpa ada yang
ijin tidak masuk. Materi yang dilaksanakan adalah materi pada indikator 11.1.1
sampai 11.1.4. Pada pertemuan pertama, guru atau peneliti menunjukkan bendabenda nyata berupa tanah, air dan tumbuhan sebagai media pembelajaran atau
contoh sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Guru juga mendemonstrasikan
penguapan air panas pada wadah yang diberi tutup sebagai bukti bahwa air adalah
salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Setelah itu guru dan siswa
melakukan tanya jawab mengenai benda-benda dan kegiatan yang baru saja
diamati. Dari pegamatan yang telah dilakukan, guru mengorientasikan siswa pada
masalah mengenai jenis sumber daya alam yang dapat diperbaharui beserta
manfaat dan cara memeliharanya. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan
undian. Setelah berkelompok, siswa dibimbing untuk merencanakan aktivitas
pemecahan masalah. Cara pemecahan masalah yang dilakukan siswa yaitu dengan
mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku diperpustakaan, pengamatan
dilingkungan sekitar dan diskusi kelompok. Setelah laporan selesai, siswa secara
berkelompok mempresentasikan hasil laporan pemecahan masalah didepan kelas.
Guru dan siswa melakukan tanya jawab, evaluasi dan membahas hasil pemecahan
masalah yang disajikan. Kegiatan ahir yaitu guru membimbing siswa untuk
membuat kesimpulan.
Hasil observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan, peneliti yang
bertindak sebagai guru dan guru yang menjadi observer mencatat bahwa guru dan
siswa melakukan semua sintak dalam kegiatan pembelajaran dan masing-masing
mendapatkan persentase yang cukup baik sesuai sintak dan RPP yaitu 92%
terlaksana. Nilai tersebut didapat dari hasil perhitungan jumlah poin yang
dilaksanakan : jumlah keseluruhan poin x 100%. Sehingga total kegiatan yang
dilaksanakan guru adalah 23 dari 25 poin.
66
b. Pertemuan II
Pertemuan kedua pada kelompok eksperimen dilaksanakan pada tanggal
30 Maret 2016 yang diikuti oleh seluruh siswa yang berjumlah 20. Materi yang
dilaksanakan adalah materi indikator 11.1.5 sampai 11.1.7. Kegiatan pembelajaran
dimulai dengan mengingat kembali materi yang diberikan di pertemuan pertama
serta guru kembali mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan menunjukkan
benda-benda nyata yang merupakan contoh sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui seperti bensin, logam, paku dan besi. Dari pegamatan yang telah
dilakukan, guru mengorientasikan siswa pada masalah mengenai jenis sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara memeliharanya.
Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan undian. Setelah berkelompok, siswa
dibimbing untuk merencanakan aktivitas pemecahan masalah. Cara pemecahan
masalah yang dilakukan siswa yaitu dengan mencari informasi dari berbagai
sumber seperti buku diperpustakaan, pengamatan dilingkungan sekitar dan diskusi
kelompok. Setelah laporan selesai, siswa secara berkelompok mempresentasikan
hasil laporan pemecahan masalah didepan kelas. Guru dan siswa melakukan tanya
jawab, evaluasi dan membahas hasil pemecahan masalah yang disajikan. Kegiatan
ahir yaitu guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan.
Hasil observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan, guru maupun siswa
masing-masing melakukan kegiatan pembelajaran dengan persentase yang cukup
baik sesuai sintak dan RPP yaitu 96% (24 dari 25 poin). Dan jika dirata-rata pada
pertemuan 1 dan 2, guru dan siswa masing-masing melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan baik dengan presentase 94%.
Ahir kegiatan penelitian, pada tanggal 31 Maret 2016 kelompok
eksperimen diberikan soal posttest yang diikuti oleh seluruh siswa yang berjumlah
20 anak untuk mengukur kemampuan siswa setelah dilakukan suatu tindakan
berupa kegiatan pembelajaran dengan model problem based learning.
67
2.
Kelompok Kontrol
Jadwal mengenai aktivitas atau kegiatan yang dilakukan di kelompok
kontrol dipaparkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kelas (IVB) / Kelompok Kontrol
SD Negeri Plumbon 01 Tahun Ajaran 2015/2016
No
Tanggal
1.
19 Maret 2016
2.
23 Maret 2016
3.
30 Maret 2016
4.
31 Maret 2016
Uraian Kegiatan
Memberikan pretes untuk kelompok kontrol yang
digunakan untuk uji kesetaraan.
Pertemuan 1
Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol melalui
model pembelajaran project based learning dengan materi
sumber daya alam yang dapat diperbaharui beserta
manfaat dan cara memelihara sumber daya alam yang
dapat diperbaharui.
Pertemuan 2
Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol melalui
model pembelajaran project based learning dengan materi
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui beserta
manfaat dan cara menghemat sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui.
Kelompok kontrol diberi soal posttest sebagai evaluasi
Kegiatan Pembelajaran dan Hasil Observasi:
a. Pertemuan I
Kegiatan pembelajaran pertemuan pertama, terlebih dahulu kelompok
kontrol diberikan pretest pada tanggal 19 Maret 2016. Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran pada kelompok kontrol pada pertemuan pertama tanggal 23 Maret
2016 diikuti oleh seluruh siswa yang berjumlah 20. Materi yang dilaksanakan
adalah materi pada indikator 11.1.1 sampai 11.1.4. Pada pertemuan pertama, guru
atau peneliti menunjukkan benda-benda nyata berupa tanah, air dan tumbuhan
sebagai media pembelajaran atau contoh sumber daya alam yang dapat
diperbaharui. Guru juga mendemonstrasikan penguapan air panas pada wadah
yang diberi tutup sebagai bukti bahwa air adalah salah satu sumber daya alam
yang dapat diperbaharui. Setelah itu guru dan siswa melakukan tanya jawab
mengenai benda-benda dan kegiatan yang baru saja diamati. Dari pegamatan yang
68
telah dilakukan, guru menentukan proyek atau tugas yang harus dikerjakan siswa
secara berkelompok yaitu pembuatan mading mengenai jenis sumber daya alam
yang dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara memeliharanya. Siswa dibagi
menjadi 4 kelompok dengan undian. Setelah berkelompok, siswa dibimbing untuk
merencanakan kegiatan penyelesaian proyek dan menyusun jadwal penyelesaian
proyek sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan. Kegiatan penyelesaian proyek
yang dilakukan siswa yaitu dengan mencari informasi dari berbagai sumber
seperti buku diperpustakaan, pengamatan dilingkungan sekitar dan diskusi
kelompok. Siswa juga mencari berbagai bahan pembuatan mading diperpustakaan
sekolah. Siswa secara berkelompok mengerjakan dan menyelesaikan pembuatan
mading dengan bentuk sesuai kreatifitas kelompok. Setelah pengerjaan selesai,
siswa secara berkelompok mempresentasikan hasil proyek berupa mading didepan
kelas. Guru dan siswa melakukan tanya jawab, evaluasi dan membahas hasil
mading yang disajikan. Kegiatan ahir yaitu guru membimbing siswa untuk
membuat kesimpulan.
Hasil observasi kegiatan pembelajaran project based learning yang
dilakukan, peneliti yang bertindak sebagai guru dan guru yang menjadi observer
mencatat bahwa guru dan siswa masing-masing melakukan kegiatan pembelajaran
dengan persentase yang cukup baik sesuai sintak dan RPP yaitu 92% terlaksana
didapat dari hasil perhitungan jumlah poin yang dilaksanakan : jumlah
keseluruhan poin x 100%. Sehingga total kegiatan yang dilaksanakan guru dan
siswa masing-masing adalah 23 dari 25 poin.
b. Pertemuan II
Pertemuan kedua pada kelompok kontrol dilaksanakan pada tanggal 30
Maret 2016 yang diikuti oleh seluruh siswa yang berjumlah 20 siswa. Materi yang
dilaksanakan adalah materi indikator 11.1.5 sampai 11.1.7. Kegiatan pembelajaran
dimulai dengan mengingat kembali materi yang diberikan di pertemuan pertama
serta guru kembali mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan menunjukkan
benda-benda nyata yang merupakan contoh sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui seperti bensin, logam, paku dan besi. Dari pegamatan yang telah
69
dilakukan, guru menentukan proyek atau tugas yang harus dikerjakan siswa secara
berkelompok yaitu pembuatan mading mengenai jenis sumber daya alam yang
dapat diperbaharui beserta manfaat dan cara memeliharanya. Siswa dibagi
menjadi 4 kelompok dengan undian. Setelah berkelompok, siswa dibimbing untuk
merencanakan kegiatan penyelesaian proyek dan menyusun jadwal penyelesaian
proyek sesuai alokasi waktu yang telah ditentukan. Kegiatan penyelesaian proyek
yang dilakukan siswa yaitu dengan mencari informasi dari berbagai sumber
seperti buku diperpustakaan, pengamatan dilingkungan sekitar dan diskusi
kelompok. Siswa juga mencari berbagai bahan pembuatan mading diperpustakaan
sekolah. Siswa secara berkelompok mengerjakan dan menyelesaikan pembuatan
mading dengan bentuk sesuai kreatifitas kelompok. Setelah pengerjaan selesai,
siswa secara berkelompok mempresentasikan hasil proyek berupa mading didepan
kelas. Guru dan siswa melakukan tanya jawab, evaluasi dan membahas hasil
mading yang disajikan. Kegiatan ahir yaitu guru membimbing siswa untuk
membuat kesimpulan.
Hasil observasi kegiatan pembelajaran pertemuan kedua menggunakan
model pembelajaran project based learning yang dilakukan, guru maupun siswa
masing-masing melakukan kegiatan pembelajaran dengan hasil persentase yang
cukup baik sesuai sintak dan RPP yaitu 92% (23 dari 25 poin). Dan jika diratarata pada pertemuan 1 dan 2, guru dan siswa masing-masing melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan baik dengan presentase 92%.
Ahir kegiatan pada penelitian ini adalah pada tanggal 31 Maret 2016.
Kelompok kontrol juga diberikan soal posttest yang diikuti oleh seluruh siswa
yang berjumlah 20 anak untuk mengukur kemampuan siswa setelah dilakukan
suatu tindakan berupa kegiatan pembelajaran dengan model project based
learning.
70
4.2
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini terdiri dari deskripsi data dan analisis data. Deskripsi
data meliputi data posttest dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Sedangkan analisis data meliputi uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas, selanjutnya dilakukan uji beda rata-rata (uji t) dari hasil posttest.
4.2.1 Deskripsi Data
Nilai posttest yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol masih berupa data mentah. Untuk dapat menarik kesimpulan dari data
mentah, data diolah terlebih dahulu untuk memperoleh gambaran yang lebih baik
mengenai data tersebut.
Data nilai hasil belajar IPA yang diperoleh dari kelompok eksperimen
yaitu siswa kelas IVA SD Negeri Plumbon 01 dan kelompok kontrol yaitu siswa
kelas IVB SD Negeri Plumbon 01 disajikan dan dianalisis secara deskriptif. Hal
ini dilakukan agar data tersebut dapat dipaparkan secara lebih baik dan
disimpulkan secara mudah. Supaya lebih jelas, sebelum dilakukan analisis
deskriptif, terlebih dahulu dibuat tabel destribusi frekuensi nilai posttest dari
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Data nilai posttest diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen yaitu siswa kelas IVA SD N Plumbon 01 telah
diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning,
sedangkan pada kelompok kontrol yaitu siswa kelas IVB SD N Plumbon 01 yang
sudah diterapkan pembelajaran dengan model pembelajaran project based
learning.
1. Kelompok Eksperimen
Cara yang dapat dilakukan untuk membuat destribusi frekuensi nilai hasil
belajar posttest pada kelompok eksperimen menurut Sugiyono (2010: 36) pertama
menghitung jumlah kelas interval (K), setelah itu menghitung rentang data atau
jangkauannya (Range), dan menghitung panjang interval kelasnya (I) dengan
rumus seperti di bawah ini:
71
Banyaknya kelas (K)
Range (R)
Interval (I)
=
1 + 3,3 log n
=
1 + 3,3 log 20
=
1 + 3,3 . 1,30
=
1 + 4,29
=
5,29 (dibulatkan menjadi 5 kelas)
=
(nilai maksimal – nilai minimal) + 1
=
(95 – 60) + 1
=
35 +1
=
36
=
Range
Banyaknya Kelas
36
5
7,2 (dibulatkan menjadi 7)
=
=
Banyaknya kelas (K) dari perhitungan yang dipaparkan telah diketahui,
setelah itu menentukan berapa jangkauannya (Range), dan panjang interval
kelasnya (I), kemudian disusun tabel destribusi frekuensi berikut ini:
Tabel 4.3
Destribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen (Kelas IVA)
SD Negeri Plumbon 01 Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang
Tahun Ajaran 2015/2016
No
1
2
3
4
5
6
Interval
95 keatas
88 – 94
81 – 87
74 – 80
67 – 73
60 – 66
Jumlah
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata
Frekuensi
Persentase (%)
1
1
6
6
4
2
20
5%
5%
30 %
30 %
20 %
10 %
100%
95
60
78,5
Tabel 4.3 menunjukkan nilai posttest kelompok eksperimen. Dari seluruh
siswa kelas IVA SD N Plumbon 01, siswa yang mendapat nilai 95 keatas terdiri
dari 1 anak dengan persentase 5%. Siswa yang mendapat nilai 88 sampai dengan
72
94 terdiri dari 1 anak dengan persentase 5%. Siswa yang mendapat nilai 81
sampai dengan 87 terdiri dari 6 anak dengan persentasi 30%. Siswa yang
mendapat nilai 74 sampai dengan 80 terdiri dari 6 anak dengan persentase 30%.
Siswa yang mendapat nilai dari 67 sampai dengan 73 terdiri dari 4 anak dengan
persentase 20%. Sedangkan siswa dengan nilai 60 sampai dengan 66 terdiri dari 2
anak dengan persentase 10%. Nilai tertinggi dari kelompok eksperimen adalah 95
dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata 78,5.
Gambaran data hasil belajar IPA siswa kelas IVA (kelompok
eksperimen) dapat diperjelas melalui gambar 4.1 berupa diagram destribusi
frekuensi nilai hasil belajar IPA dari hasil posttest kelompok eksperimen berikut:
30%
30%
6
Frekuensi
5
20%
4
3
10%
2
5%
5%
1
0
60 – 66 67 – 73 74 – 80 81 – 87 88 – 94
95
keatas
Interval Nilai Posttest Kelompok Eksperimen
Gambar 4.1 Diagram Destribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok
Eksperimen (Kelas IVA) SD N Plumbon 01, Tahun Ajaran 2015/2016
2.
Kelompok Kontrol
Tabel destribusi frekuensi nilai posttest hasil belajar IPA kelompok
kontrol (IVB) juga disajikan seperti pada kelompok eksperimen. Langkah pertama
menurut Sugiyono (2010: 36) yaitu menghitung banyaknya kelas (K), setelah itu
menentukan berapa jangkauannya (Range), dan panjang interval kelasnya (I)
dengan rumus seperti berikut ini:
Banyaknya kelas (K)
=
1 + 3,3 log n
=
1 + 3,3 log 20
=
1 + 3,3 . 1,30
73
Range (R)
Interval (I)
=
1 + 4,29
=
5,29 (dibulatkan menjadi 5 kelas)
=
(nilai maksimal – nilai minimal) + 1
=
(90 – 60) + 1
=
30 + 1
=
31
=
Range
Banyaknya Kelas
31
5
6,2 (dibulatkan menjadi 6)
=
=
Rumus tersebut dapat menunjukkan banyaknya kelas (K), jangkuannya
(Range), dan panjang interval kelasnya (I), kemudian disusun tabel destribusi
frekuensinya seperti yang terlihat pada Tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Destribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Kontrol (Kelas IVB) SD
Negeri Plumbon 01 Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang
Tahun Ajaran 2015/2016
No
1
2
3
4
5
6
Interval
90 – 95
84 – 89
78 – 83
72 – 77
66 – 71
60 – 65
Jumlah
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata
Frekuensi
Persentase (%)
1
5
3
4
4
3
20
5%
25%
15%
20%
20%
15%
100%
90
60
76
Tabel 4.4 dapat menunjukkan nilai posttest kelompok kontrol, dari
seluruh siswa kelas IV B SD Negeri Plumbon 01, siswa yang mendapat nilai 90
sampai 95 terdiri dari 1 anak dengan persentase 5%, siswa yang mendapatkan
nilai 84 sampai dengan 89 terdiri dari 5 anak dengan persentase 25%. Siswa yang
mendapat nilai 78 sampai dengan 83 terdiri dari 3 anak dengan persentase 15%.
Siswa yang mendapat nilai 72 sampai dengan 77 terdiri dari 4 anak dengan
74
persentasi 20%. Siswa yang mendapat nilai 66 sampai dengan 71 juga terdiri dari
4 anak dengan persentase 20%. Sedangkan siswa yang mendapat nilai dari 60
sampai dengan 65 terdiri dari 3 anak dengan persentase 15%. Nilai tertinggi dari
kelompok kontrol adalah 90 dan nilai terendahnya 60 dengan nilai rata-rata 76.
Gambaran data hasil belajar IPA kelompok kontrol disajikan pada
Gambar 4.2 berupa diagram destribusi frekuensi nilai hasil belajar IPA dari hasil
posttest kelompok kontrol.
25%
5
20%
20%
Frekuensi
4
15%
15%
3
2
5%
1
0
60 – 65 66 – 71 72 – 77 78 – 83 84 - 99 90 - 95
Interval Nilai Posttest kelompok Kontrol
Gambar 4.2 Diagram Destribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Kontrol
(Kelas IVB) SD N Plumbon 01, Tahun Ajaran 2015/2016
Analisis deskriptif nilai posttest kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dilakukan setelah destribusi frekuensi berupa tabel dan grafik telah
disajikan. Data deskriptif statistik nilai posttest dari kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, yang meliputi nilai maksimal, nilai minimal, nilai rata-rata dan
standar deviasi nilai hasil belajar IPA dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini:
75
Tabel 4.5
Analisis Deskriptif Nilai Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol SD N Plumbon 01 Tahun Ajaran 2015/2016
Descriptive Statistics
Mini
mum
N
Maxi
mum
Sum
Std.
Deviation
Mean
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error
EKSPERI
MEN
KONTROL
Statistic
20
60
95
1570
78.50
1.990
8.900
20
60
90
1520
76.00
1.940
8.675
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai posttest kelompok eksperimen dengan
jumlah data (N) sebanyak 20 anak dengan jumlah nilai 1570 mempunyai nilai
minimum 60 dan nilai maksimum 95. Sedangkan mean pada kelompok
eksperimen yaitu 78,50 dan standart deviation yaitu 8,900. Sedangkan hasil
belajar IPA kelompok kontrol dengan jumlah data (N) sebanyak 20 dengan jumlah
nilai 1520 mempunyai nilai minimum 60 dan nilai maksimum 90. Kelompok
kontrol mempunyai mean yaitu 76,00 dan standart deviation yaitu 8,675.
4.2.2 Analisis Data
4.2.2.1 Uji Normalitas
Langkah analisis data yang pertama yaitu melakukan uji normalitas. Uji
normalitas dilakukan setelah pemberian tes, baik dalam kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol. Syarat suatu data dikatakan berdestribusi normal jika
signifikansi > 0,05.
Tabel 4.6
Uji Normalitas Posttest
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
KELOMPOK Statistic
NILAI EKSPERI
MEN
KONTROL
Df
Sig.
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
.167
20
.144
.951
20
.382
.150
20
.200*
.937
20
.207
76
Tabel 4.6 dapat menunjukkan bahwa data pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol hasil posttest berdestribusi normal. Hal ini dibuktikan dengan
hasil perhitungan nilai sig pada tabel Shapiro-Wilk kelompok eksperimen yang
menunjukkan angka 0,382 (0,382 > 0,05). Sedangkan pada kelompok kontrol
menunjukkan angka sebesar 0,207 (0,207 > 0,05). Dari data hasil perhitungan
diatas maka dapat disimpulkan bahwa data hasil posttes pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol berdestribusi normal.
Hasil uji normalitas posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol menggunakan SPSS 16,0 juga dapat disajikan dalam kurva berikut:
Gambar 4.3 Kurva Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen
Gambar 4.4 Kurva Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol
77
Kedua gambar diatas yaitu gambar 4.3 dan gambar 4.4, terdapat garis
diagonal yang menunjukkan keadaan ideal dari data yang mengikuti destribusi
normal. Titik-titik di sekitar garis adalah keadaan data yang diuji. Jika titik-titik
berada sangat dekat dengan garis atau bahkan menempel pada garis maka dapat
disimpulkan bahwa data mengikuti destribusi normal. Titik-titik yang ditunjukkan
pada kedua gambar hampir mendekati dan bahkan ada beberapa yang menempel
garis, maka seperti yang telah ditunjukkan dalam perhitungan menggunakan SPSS
16.0 for Windows maka, data kedua kelompok yaitu eksperimen dan kontrol dari
hasil posttest tersebut terdistribusi normal.
4.2.2.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kedua kelas memiliki tingkat
varians data yang sama atau tidak. Data yang akan diuji homogenitasnya adalah
data nilai posttest kelompok eksperimen (kelas IVA) dan kelompok kontrol (kelas
IV B). Analisis homogenitas data ini juga menggunakan program SPSS 16 for
Windows. Data dapat dikatakan homogen jika signikansi >0,05 dan jika
signifikansi < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal.
Hasil dari uji homogenitas data (posttest) hasil belajar IPA siswa kelas
IVA SD N Plumbon 01 sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas IVB SD N
Plumbon 01 sebagai kelompok kontrol disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7
Uji Homogenitas Posttest
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic
.018
df1
df2
1
Sig.
38
.895
Hasil uji homogenitas pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sig. uji
homogenitas antara kelompok eksperimen dan keompok kontrol adalah 0,895.
Dari hasil yang ditunjukkan 0,895 > 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dinyatakan homogen. Dfl= jumlah kelompok
data - 1 atau 2 – 1 = 1 sedangkan df2= jumlah data - jumlah kelompok data atau
40 - 2 = 38.
78
4.2.2.3 Uji Hipotesis
Pengujian selanjutnya terhadap data posttest setelah dberikan perlakuan
atau tindakan adalah uji hipotesis menggunakan uji t. Pengujian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata hasil belajar peserta didik antara
kelompok eksperimen yang menggunakan model Problem Based Learning
dengan kelompok kontrol yang menggunakan model Project Based Learning.
Data dianalisis menggunakan teknik uji t dengan program SPSS Statistic 16.0 for
Windows. Berikut ini merupakan tabel uji t hasil belajar (posttest) peserta didik
setelah dilakukan tindakan antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol.
Tabel 4.8
Hasil Uji t Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
F
NI Equal
LAI varian
.018
ces
assumed
Equal
varian
ces not
assumed
Sig.
t-test for Equality of Means
T
.895 .900
Df
Sig. (2tailed)
Mean
Diffe
rence
Std.
Error
Diffe
rence
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
38
.374 2.50000 2.77915 -3.12610 8.12610
.900 37.975
.374 2.50000 2.77915 -3.12622 8.12622
Hasil uji t dilihat pada tabel 4.8 menunjukkan nilai sig. (2-tailed) 0,374
sehingga 0,374 > 0,05. Maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran Problem
Based Learning dan Project Based Learning ditinjau dari hasil belajar dalam
pembelajaran IPA kelas IV SD N Plumbon 01 semester 2 tahun ajaran 2015/2016.
Selain melihat tingkat signifikansi 0,05, hasil uji t dari perhitungan SPSS juga
79
dapat dilihat dari t hitung dan t tabel. Menurut Sugiyono (2010: 97) bila harga t
hitung lebih kecil atau sama dengan (<) dari harga t tabel maka Ho diterima.
Begitu pula sebaliknya, jika harga t hitung lebih besar atau sama dengan (>) dari
harga t tabel maka Ha diterima. Harga t hitung adalah harga mutlak, jadi tidak
dilihat (+) atau (-) nya.
Cara mengetahui perbandingan t hitung dan t tabel, maka terlebih dahulu
menghitung dk. Dk adalah jumlah keseluruhan siswa dari kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dikurangi dua. Dalam penelitian ini terdapat 40 siswa yang
diteliti. Jadi, untuk mengetahui dk pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
dk = n1 + n2 – 2
= 20 + 20 – 2
= 38
Dk dari perhitungan penelitian ini adalah 38 maka nilai t tabelnya 2,024.
Nilai t hitung yang diperoleh sebesar 0,900. Maka 0,900 <
2,024, jadi Ho
diterima Ha ditolak, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based
Learning ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N
Plumbon 01 semester 2 tahun ajaran 2015/2016.
4.3
Pembahasan Penelitian
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
IPA ditingkat sekolah dasar untuk lebih meningkatkan kemampuan dan
merangsang keaktifan siswa. Namun, kegiatan pembelajaran di SD N Plumbon 01
kurang maksimal dalam melibatkan siswa secara aktif untuk berusaha
membangun dan menemukan pengetahuannya sendiri. Melihat begitu banyaknya
model pembelajaran,
peneliti tertarik untuk
membandingkan
perbedaan
penggunaan dua model pembelajaran ditinjau dari hasil belajar IPA dari aspek
kognitif. Dari berbagai model pembelajaran, peneliti tertarik untuk meneliti
perbedaan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dan Project
Based Learning ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran IPA.
80
Penelitian ini diawali dengan memberi pretest pada siswa kelas IVA dan
IVB SD Negeri Plumbon 01 Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang dengan
materi pembelajaran energi. Setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran yang berbeda pada masing-masing kelas, kemudian kedua kelas
diberikan tes (posttest). Materi posttest yang diberikan sesuai dengan materi yang
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu tentang sumber daya alam. Data
posttest yang dihasilkan dapat digunakan untuk menguji hipotesis.
Hasil pretest yang ditunjukkan oleh siswa kelas IVA dan IVB SD Negeri
Plumbon 01 menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut berdistribusi normal,
homogen dan memiliki varians atau kemampuan yang sama sebelum diberi
perlakuan sehingga kondisi awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak
memiliki perbedaan yang signifikan. Pemberian treatmen atau perlakuan dengan
model pembelajaran problem based learning dilakukan dikelas IVA sebagai kelas
eksperimen, dan pemberian treatmen dengan model pembelajaran project based
learning dilakukan dikelas IVB sebagai kelas kontrol. Setelah diberi treatment
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka selanjutnya adalah
diberikan posttest.
Hasil
observasi
yang
dilakukan
menunjukkan
bahwa
kegiatan
pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kontrol berlangsung dengan baik.
Baik dari persiapan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir sesuai dengan prosedur
dalam model pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning.
Hasil penelitian dan pengolahan data yang didapat, menunjukkan bahwa
hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol pada saat posttest
menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan nilai pada saat pretest. Ratarata nilai hasil belajar untuk posttest dari kelompok eksperimen sebesar 78,5 dan
pada kelompok kontrol sebesar 7,6. Sedangkan nilai pretest pada kelompok
eksperimen sebesar 72,25 sehingga peningkatan rata-rata nilai yang ditunjukkan
sebesar 6,25. Sedangkan pada kelompok kontrol memiliki nilai pretest sebesar
71,0 sehingga peningkatan pada kelompok kontrol sebesar 5,0. Berdasarkan
pemaparan diatas, nilai rata-rata posttest kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol mengalami kenaikan dari hasil nilai pretest. Dan jika dilihat dari hasil
81
posttest, rata-rata nilai kedua kelompok menunjukkan perbedaan/ selisih nilai
hanya sebesar 2,50. Sehingga hasil yang ditunjukkan dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai posttest kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Secara singkat deskripsi komparasi hasil
pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 4.9 Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Tahap pengukuran
Rata-rata nilai (mean) kelompok
Eksperimen
Kontrol
72,25
71,00
78,50
76,00
6,25
5,00
Awal (pretest)
Akhir (posttest)
Peningkatan
Keterangan
selisih nilai
1,25
2,50
80
Nilai
78
76
eksperi
men
kontrol
74
72
70
68
66
pretest
posttes
Gambar 4.5 Grafik Deskripsi Komparasi Hasil Pengukuran Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Hasil analisis uji t hasil belajar posttest pada tabel 4.8 sig. (2-tailed)
menunjukkan angka 0,374 yang berarti 0,374>0,05 sehingga Ho diterima dan Ha
ditolak. Sedangkan t hitung sebesar 0,900. Jika df = 38, maka t tabel sebesar 2,024
jadi, 0,900 < 2,024. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak, artinya bahwa
perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol ternyata
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model
pembelajaran problem based learning dan project based learning ditinjau dari
hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N Plumbon 01 Semester II
Tahun Ajaran 2015/2016.
82
Pengambilan keputusan bahwa Ho diterima selain dilihat dari uji t dan
rata-rata hasil nilai pretest-posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, hal ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Merinda
Dian Prametasari (2012) yang menyatakan bahwa model pembelajaran problem
based learning memiliki pengaruh terhadap hasil belajar IPA. Begitu pula dengan
penelitian yang dilakukan oleh I.A. Diyah Kamayani (2013) yang menyatakan
bahwa model pembelajaran project based learning memiliki pengaruh terhadap
hasil belajar IPA. Jadi antara kedua model pembelajaran tersebut dalam penelitian
ini memiliki pengaruh terhadap hasil belajar IPA. Hasil posttest kedua model
menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan hasil pretest. Namun dalam
pengaruh yang ditunjukkan dari hasil belajar dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning dan project based learning dalam hasil
penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Hasil uji t yang menyatakan bahwa Ho diterima atau tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran problem based
learning dan project based learning ditinjau dari hasil belajar IPA kelas IV SD N
Plumbon 01 Semester 2 Tahun Ajaran 2015/2016, dapat disebabkan oleh beberapa
faktor.
Faktor pertama dapat ditinjau dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan,
peneliti mendapatkan beberapa persamaan kendala yang dialami dalam
pelaksanaan pembelajaran pada masing-masing model. Kendala yang sama yaitu
pada saat guru membimbing siswa melakukan penyelidikan atau pecarian
informasi.
Dalam
model
pembelajaran
problem
based
learning
siswa
dikelompokkan secara heterogen dengan cara mengambil undian. Sebagian siswa
terlihat ada yang kurang kompak dalam bekerjasama dengan kelompoknya dan
lebih asik untuk bermain sendiri. Begitu juga dalam kegiatan presentasi ada
beberapa siswa yang masih malu-malu dan kurang percaya diri dalam
penyampaian hasil pemecahan masalah. Upaya untuk dapat mengatasi kendala
tersebut diantaranya yaitu guru terlebih dahulu harus mempersiapkan kegiatan
pembelajaran dengan lebih baik. Persiapan tersebut salah satunya dengan
memotivasi siswa untuk selalu aktif dan kompak dalam kegiatan pembelajaran.
83
Sebelumnya siswa juga dapat dilatih terlebih dahulu untuk mampu melakukan
pencarian informasi dengan baik. Selain itu dalam kegiatan penyelidikan yang
menggunakan sumber belajar yang ada dilingkungan sekitar juga harus ditentukan
lebih rinci mengenai batasan waktu dalam pengerjaanya supaya siswa tidak
banyak bermain sendiri dan lebih efektif menggunakan waktu. Aktivitas
peyelidikan sebaiknya juga selalu dipantau untuk berada dilingkungan sekolah
atau dilingkungan terdekat saja.
Kendala yang dialami dalam pembelajaran dengan model project based
learning yaitu ketika proses penyelesaian proyek atau tugas, ada beberapa siswa
yang bermain sendiri dengan bahan-bahan pembuatan proyek, lebih asik untuk
membuat kreasi proyek mading dan kurang memeperhatikan isi materi yang akan
dijadikan mading. Sebagian siswa juga masih kurang percaya diri dalam kegiatan
presentasi dan menanggapi hasil karya kelompok. Upaya untuk dapat mengatasi
kendala tersebut diantaranya dengan membagi kelompok untuk lebih heterogen
sesuai dengan kemampuan kognitif siswa supaya siswa yang berpotensi lebih asik
bermain sendiri akan dapat diingatkan oleh teman lainnya sehingga akan lebih
kompak, lebih percaya diri dan dapat saling bertukar informasi dengan baik dalam
kegiatan pembelajaran. Pemantauan kegiatan pembelajaran juga dapat lebih
ditingkatkan menjadi lebih baik lagi dengan selalu mengingatkan, mengontrol dan
memberikan arahan kepada siswa untuk tidak melakukan kegiatan yang dapat
mengganggu kelangsungan proses pembelajaran.
Hasil observasi secara keseluruhan dalam kegiatan pembelajaran, peneliti
bertindak sebagai guru dan guru bertindak sebagai observer baik dalam
pembelejaran kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol juga menunjukkan
presentase nilai yang baik sesuai sintaks dan RPP. Dalam pembelajaran dikelas
eksperimen maupun kelas kontrol pada pertemuan pertama, kegiatan atau aktivitas
guru dan sisiwa masing-masing melaksanakan 92% kegiatan sesuai sintak dan
RPP (23 poin dari 25 poin). Pada pembelajaran pertemuan kedua tindakan guru
dan aktivitas siswa pada kelompok eksperimen masing-masing melaksanakan
96% kegiatan sesuai sintak dan RPP (24 dari 25 poin). Sedangkan pada
pembelajaran pertemuan kedua dikelas kontrol, masing-masing melaksanakan
84
92% kegiatan sesuai sintak dan RPP (23 dari 25 poin). Sehingga jika dirata-rata
dalam pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua
pada kelas eksperimen, maka guru dan siswa masing-masing melaksanakan 94%
dan pada kelas kontrol melaksanakan 92% kegiatan pembelajaran sesuai sintak
dan RPP dengan baik. Selain itu dilihat dari media yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Ketika proses pembelajaran berlagsung
siswa sama-sama
menggunakan media berupa benda-benda nyata yang disajikan guru sebagai
contoh sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui
serta sumber belajar dengan buku-buku yang ada di perpustakaan.
Terdapat beberapa faktor selain hasil nilai, kendala dan proses dalam
kegiatan yang dilakukan ketika pembelajaran yang mempengaruhi hasil penelitian
menyimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara
penggunaan model pembelajaran problem based learning dan project based
learning ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N
Plumbon 01 Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.
Faktor tersebut diantaranya, model pembelajaran problem based learning
dan project based learning, keduanya termasuk kedalam model pembelajaran
yang mengarahkan siswa untuk mencari tahu dan membangun pengetahuannya
sendiri berdasarkan pemecahan masalah atau penyelesaian tugas dengan
penyelidikan atau pencarian informasi dari berbagai sumber yang telah dilakukan
oleh siswa baik secara individual maupun kelompok. Selain itu jika ditinjau dari
beberapa ahli dalam bab II, model pembelajaran problem based learning dan
project based learning juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang hampir
sama.
Kelebihan yang diperoleh oleh siswa kelas eksperimen dari penggunaan
model pembelajaran problem based learning antara lain, siswa akan lebih terbiasa
mengahadapai masalah dengan adanya kegiatan yang menuntun siswa untuk
mampu memecahkan masalah. Solidaritas antar siswa juga semakin terlihat
dengan adanya diskusi dan kerja kelompok untuk bertukar pendapat dan
informasi. Hubungan antara siswa dan guru juga semakin akrab dengan senantiasa
membimbing proses pembelajaran. Sedangkan kekurangan dari penggunaan
85
model pembelajaran problem based learning seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya yaitu sebagian siswa terlihat ada yang asik bermain sendiri sehinngga
mengulur waktu menjadi lebih lama.
Penggunaan model pembelajaran project based learning di kelompok
kontrol juga menimbulkan dampak kelebihan dan kelemahan bagi siswa.
Kelebihannya antara lain siswa dapat lebih termotivasi untuk dapat menyelesaikan
tugas pembuatan mading. Selain itu siswa juga akan lebih kompak dalam
bekerjasama, berdiskusi dan menyelesaiakan proyek pembuatan mading.
Ketrampilan pengelolaan sumber juga terlihat dengan kemampuan siswa
untukmencari informasi dari sumber belajar dan memanfaatkan bahan yang ada di
lingkungan sekitar dalam penyelesaian proyek atau tugas. Sedangkan kekurangan
dari penggunaan model pembelajaran project based learning seperti yang telah
dipaparkan sebelumnya yaitu sebagian siswa ada yang bermain sendiri dengan
bahan-bahan pembuatan proyek atau tugas tersebut tanpa memperhatikan isi
materi pembelajaran sehingga agak sulit dikontrol dan membutuhkan waktu yang
lebih lama.
Uraian kelebihan dan kekurangan atau kelemahan dari kedua model
pembelajaran yang memiliki jumlah dan makna yang hampir sama ini menjadi
alasan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam penggunaan model
pembelajaran problem based learning dan project based learning ditinjau dari
hasil belajar dalam pembelajaran IPA kelas IV SD N Plumbon 01 Semester II
Tahun Ajaran 2015/2016. Persamaan pada kelebihan model yaitu sama-sama
dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dengan penyelesaian
masalah itu sendiri atau dengan penyelesaian tugas. Siswa juga sama-sama akan
lebih termotivasi dan tertantang untuk menyelesaikan kegiatan pembelajaran
dengan adanya masalah atau tugas. Interaksi dan kerjasama yang baik juga samasama dapat terjalin dan ditingkatkan degan adanya kegiatan diskusi dan kerja
kelompok. Selain itu dalam kedua model pembelajaran juga terdapat peluang
untuk
meningkatkan
ketrampilan
mengelola
sumber
belajar
yang
ada
dilingkungan sekitar baik dengan cara eksperimen atau dengan pemanfaatan
pembuatan proyek atau tugas.
86
Kedua model pembelajaran juga memiliki kekurangan yang hampir sama.
Persamaanya yaitu, ketika pelaksanaan kegiatan pembelajaran memerlukan biaya
dan waktu yang cukup banyak serta sebagian siswa sulit untuk dikontrol.
Sehingga kedua model pembelajaran juga sama-sama memerlukan kecakapan
guru dalam mengelola dan menguasai kelas dengan baik.
Faktor lain yang mempengaruhi tidak terdapatnya perbedaan yang
signifikan antara penggunaan kedua model pembelajaran ditinjau dari hasil belajar
IPA juga dapat dilihat dari sintak atau langkah-langkah dari masing-masing model
yang hampir sama. Berikut ini akan disajikan langkah-langkah dari masingmasing model sehingga dapat dilihat persamaan yang dimiliki oleh kedua model
yang menjadikan tidak terdapatnya perbedaan yang signifikan antara penggunaan
kedua model pembelajaran ditinjau dari hsil belajar IPA.
Tabel 4.10
Sintak Model Pembelajaran Problem Based Learning
dan Project Based Learning
No
1.
2.
Problem Based
Project Based
Learning
Learning
Mengorientasikan
peserta didik
pada masalah
yang akan
dipecahkan.
Menentukan
proyek yang
akan dikerjakan
Analisis
Persamaan dalam kegiatan pembelajaran
menggunakan
kedua
model
pembelajaran pada langkah pertama
adalah, sama-sama menentukan kegiatan
yang akan dilakukan terlebih dahulu.
Pada model problem based learning
langkah awal berbentuk masalah yang
harus dipeccahkan sedangkan pada
model project based learning berbentuk
suatu tugas atau proyek. Dalam kegiatan
pembelajaran baik orientasi masalah
maupun
penentuan
proyek
menggunakan materi yang sama yaitu
tentang sumber daya alam yang
dikaitkan dengan kehidupan nyata di
lingkungan sekitar siswa. Pada model
problem based learing orientasi masalah
berupa jenis, manfaat dan cara menjaga
SDA, sedangkan pada model project
based learning penentuan proyek berupa
pembuatan mading tentang jenis,
manfaat dan cara menjaga SDA,
Mengorganisasi dan Membuat
Persamaan dari langkah kedua yaitu
membimbing untuk rencana kegiatan guru sama-sama membimbing dan
87
kegiatan belajar
dalam
penyelesaian
proyek
mengarahkan
siswa
untuk
merencanakan
kegiatan
yang
nantinya akan dilakukan untuk dapat
menyelesaikan masalah atau tugas
yang telah dipaparkan sebelumnya.
Namun, pada model project based
learning
kegiatan
pembuatan
rencana penyelesaian tugas lebih
rinci dengan adanya perencanaan
penggunaan
bahan
untuk
penyelesaian proyek atau tugas.
3.
Membimbing
penyelidikan
pemecahan masalah
Menyusun
jadwal aktivitas
penyelesaian
proyek
4.
Membimbing
penyelesaian
dan
penyajian
hasil
pemecahan masalah.
Menyelesaikan
proyek
sesuai
rencana
dan
jadwal dengan
bimbingan dan
pengawasan
guru.
5.
Melakukan analisis Menyusun dan
dan penilaian dari melakukan
pemecahan masalah presentasi hasil
penyelesaian
Langkah ketiga dalam model problem
based learning, guru membimbing
siswa
melakukan
penyelidikan
pemecahan
masalah
berdasarkan
rencana yang telah disusun pada tahap
sebelumnya. Sedangkan pada model
project based learning langkah ketiga
masih melanjutkan dari langkah
pembuatan rencana penyelesaian proyek
yaitu dengan menyusun jadwal aktivitas
penyelesaian proyek sesuai rencana
yang telah dibuat supaya dapat selesai
tepat waktu.
Langkah keempat dalam model problem
based learning, guru membimbing
siswa
untuk menyelesaikan dan
menyajikan hasil pemecahan masalah
dalam bentuk laporan yang dapat
dilakukan dengan kegiatan presentasi di
depan kelas. Sedangkan pada model
project
based
learning
yaitu
penyelesaian proyek sesuai dengan
rencana dan jadwal yang telah
ditentukan
sebelumnya.
Langkah
keempat pada model project based
learning hampir sama dengan langkah
ketiga yang dilakukan dalam model
problem based learning yaitu suatu
proses
penyelesaian.
Proses
penyelesaian pada model project based
learning berupa pengerjaan proyek
sedangkan proses penyelesaian pada
model problem based learning berupa
pemecahan masalah.
Langkah kelima pada model problem
based learning adalah kegiatan analisis
dan penilaian dari pemecahan masalah
dalam bentuk laporan yang disampaikan
88
proyek.
6.
atau dipresentasikan didepan kelas.
Guru dapat memberikan analisis,
komentar ataupun saran dari hasil
pemecahan
masalah
yang
telah
dipaparkan siswa. Selain itu siswa juga
dapat mengemukakan pendapat atau
kesan
saat
melakukan
kegiatan
pemecaham
masalah.
Sedangkan
langkah kelima pada model project
based learning hampir sama dengan
langkah keempat dalam model problem
based learning yaitu suatu kegiatan
penyususnan dan penyajian hasil. Pada
model
problem
based
learning
penyususnan dan penyajian hasil berupa
presentasi laporan pemecahan masalah
sedangkan pada model project based
learning berupa presentasi penyelesaian
tugas berupa mading.
Melakukan
Langkah keenam pada model project
evaluasi
based learning hampir sama dengan
pengalaman
langkah kelima atau langkah terahir
belajar dan hasil pada model problem based learning
penyelesaian
yaitu analisis atau penilaian dari proses
proyek
kegiatan
yang
telah
dilakukan
sebelumnya. Analisis atau penilaian
pada model problem based learning
yaitu dari hasil proses dan hasil
pemecahan
masalah
yang
telah
dilakuan. Sedangkan pada model project
based learning yaitu dari proses dan
kegiatan penyelesaian tugas berupa
mading. Dalam langkah terahir pada
model project based learning, guru juga
dapat memberikan komentar ataupun
saran dari hasil penyelesaian tugas
pembuatan mading. Selain itu siswa
juga dapat mengemukakan pendapat,
kesan atau kesulitan saat melakukan
kegiatan penyelesaian tugas.
Persamaan yang dimiliki baik dalam kendala dan proses pembelajaran,
media pembelajaran yang digunakan, kelebihan dan kelamahan serta langkahlangkah pembelajaran yang hampir sama dari kedua model dapat menjadi sesuatu
yang mempengaruhi hasil penelitian ini yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara penggunaan model pembelajaran problem based
89
learning dan project based learning ditinjau dari hasil belajar dalam pembelajaran
IPA kelas IV SD N Plumbon 01 semester II tahun ajaran 2015/2016. Namun,
walau tidak terdapat perbedaan yang signifikan, kedua model menunjukkan
adanya pengaruh terhadap pembelajaran IPA yang dibuktikan dengan peningkatan
rata-rata nilai posttest dibandingkan dengan rata-rata nilai pretest.
Hasil nilai yang ditunjukkan oleh kelas eksperimen dan kontrol, sebagian
besar nilai posttest siswa lebih baik dibandingkan dengan nilai pada waktu pretest
sehingga jika dirata-rata nilai siswa kelompok eksperimen dan kontrol pada waktu
posttest memang menunjukkan hasil yang lebih baik dari pretest. Namun,
dikelompok eksperimen dan kontrol terdapat beberapa siswa yang nilainya tetap
sama berada di bawah rata-rata dan ada pula yang tetap sama dengan nilai yang
bagus tanpa ada pengaruh antara nilai pretest ke posttest. Hal ini diperkirakan
ketika proses pembelajaran, siswa dengan nilai yang tetap berada dibawah ratarata memang memiliki kemampuan kogitif yang agak kurang. Saat kegiatan
pembelajaran berlangsung, siswa tersebut juga lebih sering ribut sehingga kurang
fokus saat mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan siswa yang memiliki nilai
tetap sama dengan kriteria bagus diperkirakan memiliki kemampuan kognitif yang
baik. Selain itu, siswa tersebut juga mampu mengikuti kegiatan pembelajaran
yang diberikan dengan baik sehingga hasil nilai yang ditunjukkan juga baik.
Berdasarkan hasil nilai yang ditunjukkan dapat disimpulkan pula bahwa pengaruh
hasil belajar yang ditimbulkan dalam penggunaan model problem based learning
dan project based learning juga dipengaruhi oleh karakteristik siswa berupa
kemampuan kognitif yang berbeda-beda satu sama lain.
Download