BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Dalam suatu perusahaan kegiatan manajemen perlu dilakukan karena kegiatan manajemen tidak terlepas dari adanya proses manajemen itu sendiri. agar dalam mencapai tujuannya perusahaan menggunakan sumber daya yang efesien agar mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk lebih memahami pengertian manajemen penulis mengkutip beberapa pengertian manajemen : Menurut Malayu S.P Hasibun dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2007:2) mendefinisikan bahwa : “Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.” Menurut M Manullang dalam bukunya Dasar-dasar Manajemen (2006:5), mendefinisikan bahwa : “Manajemen adalah seni dalam ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.” Dari beberapa kutipan yang ada diatas bahwa kesimpulanya manajemen merupakan suatu kegiatan atau aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengarahaan, dan pengendalian, terhadap sumber daya yang ada agar mencapai tujuannya dapat efektif dan efesien. 6 7 2.1.2 Fungsi Manajemen Fungsi manajemen yang dikemukakan para penulis tidak sama tergantung pada sudut pandang dan pendekatan mereka. dan untuk bahan perbandingan dikemukakan pembagian fungsi-fungsi manjemen menurut Hasibun (2007:3) sebagai berikut : 1. Perencanaan Menetapkan dimana sasaran organisasi dan sasaran untuk mencapainya. 2. Mengorganisasikan Menetapkan dimana keputusan akan dibuat, siapa yang akan melaksanakan tugas dan pekerjaan, serta siapa yang akan bekerja. 3. Pengarahan Suatu fungsi kepemimpinan manajer untuk meningkatkan efektivitas dan efsiensi kerja secara maksimal serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat, dinamis, dan lain sebagainya. 4. Mengendalikan Mengawasi apakah kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. 2 Manajemen Pemasaran 2.2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, dimana secara langsung berhubungan dengan konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang berlangsung dengan pasar. Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu definisi terpendek pemasaran adalah “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan”. Berikut definisi pemasaran dari beberapa ahli : 8 Dalam Buchari (2009:1), mengatakan bahwa : “Memasarkan tidak hanya menawarkan atau menjual saja, namun lebih luas dari itu. didalamnya terdapat berbagai kegiatan seperti membeli, menjual, dengan segala macam cara, mengangkut barang, menyimpan, mensortir, dan sebagainya. Didalam marketing usaha ini kita kenal sebagai fungsi-fungsi marketing.” Menurut Keller dalam bukunya “Manajemen Pemasaran” edisi kedua belas jilid kesatu (2007:59) mendefinisikan sebagai berikut : “Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.” 2.2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran Dalam sebuah perusahaan kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang paling penting untuk mengembangkan diri, mendapatkan laba dan yang terpenting demi kelangsungan perusahaan itu sendiri. Kegiatan ini bertujuan agar perusahaan dapat memenuhi kebutuhan para konsumennya. Perusahaan juga harus memberikan kepuasan kepada konsumen jika menginginkan perusahaan terus berjalan, atau konsumen memiliki pandangan yang lebih baik kepada perusahaan. Proses pemasaran itu dimulai jauh sejak sebelum barang diproduksi. Adapun menurut para ahli: Menurut Indriyono Gitosudarmo (2008:3), mengatakan bahwa: “Manajemen pemasaran adalah kegiatan pemasaran yang direncanakan dengan baik, diorganisasikan, dikoordinasikan serta diawasi akan membuahkan hasil yang memuaskan.” Sedangkan menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2009:06) mendefinisikan : “Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memiliki pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan 9 menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.” Pemasaran itu bukan hanya soal menjual barang dan jasa saja melainkan seluruh kegiatan usaha yang menyangkut perusahaan, penentuan harga, promosi, dan pendistribusian produk yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. 2.2.3 Bauran Pemasaran (Marketing mix) Peningkatan permintaan dari barang atau jasa dipengaruhi oleh kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. Bauran pemasaran merupakan bagian dari kegiatan pemasaran yang penting dalam proses mempengaruhi konsumen untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Bauran pemasaran menurut Kotler (2012:53) dalam bukunya yang berjudul “Principles of Marketing”, adalah : “Marketing mix adalah seperangkat foola pemasaran bahwa perusahaan menggunakan untuk pursite tujuan pemasaran dipasaran sasaran.” Jadi bauran pemasaran menurut penulis yaitu suatu alat menyerupai rencana sangat penting dalam menentukan jalannya kegiatan pemasaran dalam suatu organisasi atau perusahaan. 2.2.4 Bauran Pemasaran Jasa Bauran pemasaran adalah variable-variable yang dapat diatur sedemikian rupa, dapat meningkatkan penjualan perusahaan. variable-variable tersebut terdiri dari produk, harga, distribusi, promosi, agar perusahaan dapat menghadapi persaingan, maka perusahaan harus berusaha meningkatkan penjualan dengan cara mengkombinasikan variable-variable dalam bauran pemasaran seperti produk dengan harga , distribusi dengan promosi, produk dan lain-lain. 10 Definisi mengenai Bauran Pemasaraan dikemukakan oleh Rambat Lupioyadi (2007:90) bahwa : “Marketing mix merupakaan tool atau alat bagi marketer terdiri atas berbagai elemen suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar implamentasi strategi pemasaran dan positioning yang ditetapkan berjalan sukses.” Menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong yang diterjemahkan oleh Bob Sabran (2008:62), Variable-variable dalam Bauran Pemasaran (marketing mix) adalah sebagai berikut: 1. Produk (Product) Kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar sasaran. 2. Harga (Price) Yaitu jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk yang ditawaran perusahaan. 3. Tempat (Place) Yaitu aktivitas yang menyampaikan manfaat produk dan membujuk pelanggan untuk membelinya. 4. Promosi (Promotion) Kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran. 5. Orang (People) Jenis kualitas dan kuantitas orang yang akan terlibat dalam pemberian jasa. 6. Proses (Process) Bagaimana proses dalam operasi jasa tersebut bisa berjalan sesuai dengan yang telah ditentukan oleh suatu perusahaan. 7. Layanan Pelanggan (Customer service) Tingkat jasa yang bagaimana yang seharusnya diberikan kepada pelanggan, agar pelanggan tersebut merasakan puas dengan jasa yang diberikan oleh perusahaan. 11 2. 3 Jasa 2.3.1 Pengertian Jasa Ada beberapa pengertian jasa yang dikemukakan diantaranya adalah : Pengertian jasa menurut Tjiptono Dan Chandra dalam bukunya Services, Quality Statisfaction (2007:11) adalah: “Jasa adalah proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang biasanya ( namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan jasa dan atau sumber daya fisik atau barang dan atau sistem penyediaan jasa, yang di sediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan.” Menurut Philip Kotler dalam buku Manajemen Pemasaran (2005:111) mengatakan bahwa: “Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain, yang dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan sesuatu. Produknya mungkin saja terkait atau mungkin saja tidak terkait dengan produk fisik.” Pengertian Jasa menurut William J. Stanton / Benjamin Molan dalam bukunya Manajemen Pemasaran (2004:243) adalah: “Jasa adalah suatu yang didefinisikan secara tidak terpisah, tidak terwujud, ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan. Jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan benda-benda berwujud atau tidak.” Menurut Staton yang dikutif oleh Ratih Hurriyati (2008:27) adalah: “Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktivitas output selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya.” 12 Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Lupiyoadi dan Hamdani (2011:53) mengatakan bahwa: “Jasa adalah semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan output tidak berupa produk fisik atau kontruksi yang secara umum dikonsumsi pada saat diproduksi. 2.3.2 Karakteristik Jasa Pemasaran jasa tidak sama dengan pemasaran produk. Pemasaran jasa lebih bersifat intangible dan immaterial karena produknya tidak kasat mata dan tidak dapat diraba, produk jasa dilakukan saat pelanggan dengan petugas sehingga pengawas kualitasnya dilakukan segera,. Menurut Kotler dan Armstrong (2012:63), terdapat empat karakteristik jasa yang dapat di identifikasikan sebagai berikut : 1. Tidak Berwujud (Intangibility) Jasa berbeda dengan hasil produksi perusahaan. Jasa tidak dapat dilihat, diraba, dirasa, didengar, dicium sebelum jasa itu dibeli. Dan jasa merupakan perbuatan, penampilan atau sebuah usaha. 2. Tidak Dapat Dipisahkan (Inseparability) Umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan tidak seperti barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam persediaan, didistribusikan lewat berbagai penjualan dan baru kemudian dikonsumsi, sedangkan jasa biasanya dijual dahulu kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara serentak. 3. Keberagaman (Variability) Jasa sangat bervariasi karena tergantung pada siapa yang menyediakan dan kapan serta dimana jasa itu dilakukan. Jasa tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan. 13 4. Tidak Tahan Lama (Pershability) Jasa tidak dapat disimpan. Terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa. 2.3.3 Klasifikasi Jasa Produk jasa bagai manapun tidak ada yang mirip satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu jasa dapat diklasifikasikan menurut (Lupiyoadi dan Hamdani, 2011:63) sebagai berikut : 1. Pelanggan dengan pembeli jasa sebagai bagian dari sistem dari jasa tersebut dihasilkan. Berdasarkan tingkat kontak pelanggan jasa dapat dibedakan ke dalam kelompok sistem kontak tinggi (high-contact system) dan sistem kontak rendah. Dan pelanggan harus menjadi sistem untuk penerima jasa. 2. Jasa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dengan operasi manufaktur. Jasa ini dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu jasa murni, jasa semi manafaktur dan jasa campuran. 2.3.4 Unsur-unsur Jasa Suatu jasa yang ditawarkan dapat terdiri atas beberapa unsur : 1. Produk inti atau generic (core or generic product) Unsur jasa ini terdiri atas jasa dasar. Contohnya : pengiriman paket pada jasa kurir 2. Produk yang diharapkan (expected product) Terdiri atas jasa berikut pertimbangan keputusan pembelian minimal yang harus dipenuhi. Contohnya : ruang tunggu di sebuah pelayanan jasa yang sangat bersih 3. Produk tambahan (augmented product) Area yang memungkinkan suatu produk dideferensiasi terhadap yang lain. 14 4. Produk pontensial (pontensial produk) Tampilan (fitur) dan manfaat tambahan yang berguna bagi konsumen atau menambah kepuasan konsumen. Bagian ini dapat memberikan kelebihan guna meningkatkan switching cost sehingga berfikir ulang atau sulit untuk beralih keproduk lain. Contohnya : kemudahan-kemudahaan atau layanan khusus bagi konsumen yang telah menjadi pelanggan tetap diperusahaan. 2.3.5 Kualitas Pelayanan Jasa Definisi kualitas pelayanan jasa terpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan kerugian pelanggan serta ketetapan penyampaian untuk mengimbangi harapan pelanggan. Pengertian kualitas pelayanan jasa menurut Wykof yang dikutip oleh Tjiptono (2007:59), yaitu : kualitas pelayanan jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain ada dua factor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan jasa yaitu dirasakan expected service dan perceived service. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai yang diharapkan, maka kualitas pelayanan jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Sedangkan menurut Tjiptono (2007:80), mendefinisikan lima gap (kesenjangan) yang menyebabkan kegagalan penyampaian jasa, mengungkapkan formulasi model kualitas pelayanan jasa yang diperlukan dalam pelayanan jasa. Dalam model ini dijelaskan ada lima kesenjangan yang dapat menimbulkan kegagalan penyampaian jasa, sebagai berikut : 1. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen. Pada kenyataannya pihak manajemen suatu perusahaan tidak selalu dapat atau memahami apa yang diinginkan para pelanggan secara tepat. 2. Kesenjangan antara persepsi manajemen terhadap pelanggan dan spesifikasi kualitas pelayanan jasa. Manajemen mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan pelanggan, tetapi mereka tidak menyusun suatu standar kinerja tertentu yang jelas. 15 3. Kesenjangan antara spesifikasi mutu jasa dan penyampaian jasa. Ada beberapa terjadinya gap ini, karyawan kurang terlatih (belum menguasai tugasnya), beban kinerja melampaui batas, tidak dapat memenuhi standar kinerja, atau bahkan tidak memenuhi standar kinerja yang ditetapkan. 4. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi internal Seringkali harapan pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan dan janji yang dibuat perusahaan, resiko yang dihadapi oleh perusahaan adalah janji yang diberikan ternyata tidak dapat dipenuhi. 5. Kesenjangan antara jasa yang dialami dan jasa yang diharapkan Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja atau prestasi perusahaan dengan cara yang berlainan. Atau bisa juga keliru mempersepsikan kualitas pelayanan jasa tersebut. 2.4 Ruang Lingkup Kualitas Jasa 2.4.1 Pengertian Kualitas dan Kualitas Jasa Kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keunggulan pelanggan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen. Kualitas produk dan jasa didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa yang dihasilkan dari pemasaran, rekayasa, produksi, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa tersebut dapat digunakan memenuhi harapan pelanggan dan konsumen. Kualitas yaitu sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan. Menurut American Society for Quality Control yang dikutif oleh Ratnasari (2011:103-104) dalam bukunya yang berjudul Manjemen Pemasaran Jasa, yang dimaksudkan dengan kualitas jasa adalah : “Keseluruhan dari ciri-ciri karakteristik dari suatu produk atau jasa dalam hal kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan, dan dengan kata lain kualitas produk atau jasa adalah sejauh mana produk dan jasa memenuhi spesifikasi-spesifikasinya.” 16 Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas merupakan suatu produk dan jasa yang melalui beberapa tahapan proses dengan memeperhitungkan nilai suatu produk dan jasa tanpa adanya kekurangan sedikitpun nilai suatu produk dan jasa, dan menghasilkan produk dan jasa sesuai harapan para pelanggan. 2.4.2 Prinsip-Prinsip Kualitas Jasa Untuk menciptakan suatu gaya manajemen dan lingkungan yang kondusif bagi perusahaan jasa untuk memperbaiki kualitas, perusahaan harus mampuh memenuhi enam prinsip utama yang berlaku baik bagi perusahaan jasa. Keenam perinsip tersebut sangat bermanfaat dalam membentuk dan mempertahankan lingkungan yang tepat untuk melaksanakan penyempurnaan kualitas secara kesinambungan dengan didukung oleh pemasok, karyawan, pelanggan. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam Kualitas Pelayanan menurut Tjiptono (2008:75) adalah sebagai berikut : 1. Kepemimpinan Strategi perusahaan harus merupakan inisiatif demi komitmen dari manajemen puncak. Manajemen puncak harus memimpin perusahaan untuk meningkatkan kinerja kualitas. 2. Perencanaan Proses perencanaan strategis harus mencangkup pengukuran dan tujuan kualitas yang dipergunakan dalam mengarahkan perusahaan mencapai misinya. 3. Review Proses review merupakan salah satu alat yang paling efektif bagi manjemen untuk mengubah prilaku organisasi. Proses ini merupakan suatu mekanisme yang menjamin adanya perhatian yang konstan dan terus menerus untuk mencapai tujuan kualitas. 17 4. Komunikasi Implementasi strategi kualitas dalam orang dipengaruhi oleh proses komunikasi dalam perusahaan. Komunikasi harus dilakukan dengan kenyamanan pelanggan dan pemilik perusahaan. 5. Penghargaan dan Pengukuran Merupakan aspek penting bagi implementasi strategi kualitas setiap karyawan yang berprestasi tersebut diakui agar mendapatkan kontribusi yang besar bagi perusahaan dan pelanggan yang dilayaninya. 6. Pendidikan Perusahaan mulai dari manajemen puncak sampe karyawan operasional harus memperoleh pendidikan mengenai kualitas. Aspek-aspek perlu mendapatkan penekanan pada pendidikan tersebut, meliputi konsep kualitas sebagai bisnis, alat teknik implementasi strategi bisnis kualitas dalam perencanaan eksekutif dalam implementasi strategi kualitas. 2.4.3 Dimensi Kualitas Jasa Menurut Parasurahman dalam buku Manajemen Jasa Pendekatan Terpadu (2005:51) mengemukakan bahwa kualitas jasa terdapat lima dimensi yaitu : a. Tangibles (Produk-produk fisik) Tersedianya fasilitas fisik, kelengkapan dan sarana komunikasi, dan lain- lain yang dapat dan harus ada dalam proses biasa. b. Empathy (Empati) Meliputi sikap kontak personel maupun perusahaan untuk memahami kebutuhan maupun kesulitan, konsumen, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, kemudahan dalam melakukan komunikasi atau hubungan. c. Reability (Keandalan) Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat (accurately) dan kemampuan untuk dipercaya (dependably), terutama 18 memberikan jasa secara tepat waktu (on time), dengan cara yang sama sesuai dengan jadwal yang telah dijanjikan dan tanpa melakukan kesalahan setiap kali. d. Responsiveness (Daya Tangkap) Kemauan atau keinginan para karyawan untuk membantu dan memberikan jasa yang dibutuhkan konsumen. e. Assurance (Jaminan) Meliputi pengetahuan, kemampuan, ramah, sopan, dan sifat dapat dipercaya dari kontak personel untuk menghilangkan sifat keragu-raguan konsumen dan merasa terbebas dari bahaya dan resiko. 2.5 Pelayanan Pelanggan 2.5.1 Pengertian Pelayanan Pelanggan Pelayanan pelanggan adalah suatu aktivitas yang dilakukan perusahaan dan meningkatkan apa yang telah menjadi standar perusahaan dan meningkatkan kepuasaan pelanggan. Pelayanan pelanggan merupakan suatu alat komunikasi, dan perusahan-perusahaan dapat mengetahui pelanggan serta menampung keluhankeluhannya sehingga pada akhirnya dapat membeli kepuasan kepada pelanggan tersebut. Dalam melaksanakan kegiatannaya, perusahaan harus memandang keseluruhan produk tidak hanya dalam kaitannya dengan kebutuhan yang dipuaskan oleh barang-barang fisik tetapi juga oleh jasa pelayanannya. Menurut Rambat Lupioyoadi & A. Hamdani dalam bukunya Manajemen Pemasaran Jasa (2006:139) adalah sebagai berikut: “Pelayanan konsumen meliputi berbagai aktifitas diseluruh area bisnis yang berusaha mengkombinasikan mulai dari pemesanan, pemproses, hingga pemberian hasil jasa melalui komunikasi untuk mempererat kerjasama dengan konsumen.” Pendapat diatas menjelaskan bahwa pelayanan konsumen adalah segala aktifitas yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kegunaan dari barang atau jasa yang ditawarkan perusahaan demi tercapainya kepuasan konsumen. Pelayanan pelanggan 19 juga merupakan suatu alat komunikasi untuk menjaga hubungan dengan perusahaan dan konsumen agar dapat terjalin dengan baik. 2.5.2 Faktor-faktor Penyebab Pelayanan Buruk Menurut Fandy Tjiptono (2008:85-88), ada beberapa macam faktor yang dapat menyebabkan kualitas suatu pelayanan buruk. Faktor-faktor tersebut meliputi : 1. Produksi dan Konsumsi yang terjadi secara simulasi Salah satu karakteristik pelayanan yang penting adalah inseparability, dan jasa diproduksikan dikonsumsi pada saat bersamaan. Dengan kata lain dalam memeberikan pelayanan dibutuhkan kehadiran partisipasi peserta. 2. Intensitas Keterlibatan tenaga kerja intensif dalam penyampaian pelayanan dapat pula menimbulkan masalah pada kualitas yaitu tingkat variabilitas yang tinggi. Halhal yang dapat mempengaruhi adalah upah rendah, pelayanan yang kurang atau bahkan tidak sesuai. 3. Dukungan Terhadap Peserta Interval Kurangnya memadai karyawan frontime merupakan ujung tombak dari sistem pemberian pelayanan supaya mereka dapat memberikan pelayanan yang efektif, maka mereka perlu mendapatkan dukungan dari fungsi-fungsi utama manajemen. Dukungan tersebut bisa berupa peralatan, pelatihan, keterampilan dan lain-lain. 4. Kesenjangan komunikasi Komunikasi faktor yang sangat esensial dalam kontak dengan peserta. Bila terjadi gap atau kesengajaan dalam komunikasi, maka timbul penilaian atau persepsi negatif terhadap kualitas pelayanan. 5. Memperlakukan semua layanan dengan cara yang sama Sering terjadi ada konsumen yang menginginkan atau bahkan menuntut pelayanan yang bersifat personil dan berbeda dengan konsumen lain. Hal ini menimbulkan tantangan bagi perusahaan agar dapat memenuhi kebutuhan- 20 kebutuhan khusus peserta individual dan memahami perasaan sehubungan dengan pelayanan perusahaan kepada mereka. 6. Perluasan atau pengembangan pelayanan secara berlebihan Disatu sisi memperkenalkan pelayana baru atau pemperkaya pelayanan lama dapat meningkatkan peluang pemasaran dan menghindari terjadinya pelayanan yang buruk. 7. Visi bisnis jangka pendek Visi jangka pendek seperti orientasi pada pencapaian target penjuaalan laba tahunan, penghematan biaya, peningkatan produktivitas tahunan, dan lain-lain bisa merusak kualitas pelayanan yang sedang dibentuk jangka panjang. 2.5.3 Faktor-Faktor Penilaian kualitas pelayanan Menurut Parasurahman , Zithaml dan Berry (1988) yang dikutif oleh Tjiptono (2008:95), didalam memberikan penilaian kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan, konsumen menggunakan beberapa kreterian yang secara garis besarnya adalah sebagai berikut: a. Bukti Fisik (Tangibles) Penampilan fisik fasilitas layanan, peralatan atau perlengkapan, sumber daya manusia dan materi komunikasi perusahaan. b. Empati (Empathy) Perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman untuk pelanggan. c. Reliabilitas (Reliabilty) Berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang diberikan secara akurat sejak pertama kali dan memuaskan. 21 d. Daya Tangkap (Responsiveness) Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan penyedia layanan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka dengan sungguhsungguh. e. Jaminan (Assurance) Berkenaan dengan pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka dalam menumbuhkan rasa percaya dan keyakinan pelanggan. 2.6 Kepuasan Pelanggan 2.6.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan Kepuasan pelanggan adalah sejauh mana manfaat jasa dirasakan sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggan. kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Dan pelanggan datang berulang kali ketempat yang sama untuk memuaskan keinginanya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan memuaskan suatu produk atau jasa tersebut. Selain itu Tjiptono (2008:175) menyebutkan prinsip dasar yang melandasi pentingnya pengukuran kepuasan pelanggan adalah : “Doing best what matters most costumers yaitu melakukan yang terbaik aspek-aspek terpenting bagi pelanggan.” Berdasarkan definisi tersebut memiliki kesamaan, yaitu menyangkut komponen kepuasan pelanggan (harapan atau kinerja yang dirasakan). Kepuasan pelanggan terhadap kepuasan merupakan penilaian suatu hasil subjektif atas hasil yang telah diperolehnya. Dan harapan pelanggan merupakan referensi standar kinerja pelayanan jasa yang memuaskan. 2.6.2 Mengukur Kepuasaan Pelanggan Pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan telah menjadi hal yang sangat esensial bagi setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan hal tersebut dapat 22 memberikan umpan balik dan pemasukan bagi keperluan pengembangan dan implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan. Pada prinsipnya kepuasan pelanggan dapat diukur dengan berbagai metode dan teknik. Dan menurut Kotler yang dikutif oleh Tjiptono (2006:168), ada beberapa metode yang digunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggan, yaitu: 1. System keluhan dan saran Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented) perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk menyampaikan saran. 2. Survey kepuasaan pelanggan Melalui survey, perusahaan akan memperoleh tangganpan dan umpan balik secara langsung, dari pelanggan sekaligus juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap pelanggannya. 3. Ghost shopping Metode ini dilaksanakan dengan cara mempekerjakan beberapa orang (ghost shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan/ pembeli pontensial produk perusahaaan dan pesaing. 4. Lost customer analysis Perusahaan berusaha menghubungi para pelanggannya yang telah berhenti memebeli atau yang telah beralih pemasok. Yang diharapkan akan memperoleh informasi penyebab terjadinya hal tersebut, informasi ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil kebijakan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan. 23 2.6.3 Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan Melalui Kualitas Jasa Kotler dan Keller yang dikutif Ratnasari (2011:118) menyarankan untuk melakukan hal sebagai berikut: Memperkecil kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara pihak manajemen dan pelanggan. Misalnya melakukan penelitian dengan menggunakan metode customer focus, dan untuk mengetahui persepsi pelayanan menurut pelanggan. Dan selain itu juga dilakukan pengamatan dan pengawasan pegawai perusahaan tentang pelaksanaan pelayanan. Perusahaan harus berhasil membangun komitmen bersama seluruh personel ditiap bagian untuk menciptakan visi didalam proses perbaikan pelayanan. Yang termasuk didalamnya adalah memperbaiki cara berpikir, perilaku, kemampuan, dan pengetahuan dari semua sumber daya yang ada, misalnya dengan metode brainstorming dan management by walking around untuk mempertahankan komitmen pegawai (pelanggan internal). Mengembangkan dan menerapkan accountable, proactive, dan parinership marketing sesuai dengan situasi pemasaran. a. Perusahaan menghubungi pelanggan stelah proses pelayanan terjadi untuk mengetahui kepuasan dan harapan pelanggan (accountable) b. Perusahaan menghubungi pelanggan dari waktu ke waktu untuk mengetahui perkembangan pelayanannya (proactive) c. Partnersip marketing adalah pendekatan dimana perusahaan membangun kedekatan dengan pelanggan yang bermanfaat untuk citra dan posisi perusahaan dipasar. 24 2.6.4 Jurnal Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Nama No 1. Penelitian Judul Jurnal Penelitian Pratama Pengaruh Kualitas Tanggapan konsumen tentang kualitas Rieke Asri Pelayanan Jasa yang dilakukan PT. Istana Bandung Raya Bengkel Terhadap Motor secara keseluruhan dapat dikatakan Kepuasaan cukup baik, terlihat dari nilai rata-rata Konsumen Pada keseluruhan pernyataannya sebesar 3,35 PT. Bandung Istana yang berada pada interval 2,60 – 3,39. Raya Dalam melakukan pelayanan, PT. Istana Motor 2. Ratna Tinjauan Pelaksanaan Desi Pelaksanaan pengaduan pelanggan yang dilakukan Pelayanan PDAM Pelanggan mengetahui, Terhadap lanjuti Pengaduan disampaikan Pelanggan Pada pelayanan Tirtawening melayani keluhan – terhadap adalah dan menindak keluhan pelanggan. untuk yang Untuk mendapatkan layanan yang diharapkan, PDAM pelanggan harus mengikuti serangkaian Tirtawening proses pelayanan.