plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
EFEK ANTIINFLAMASI KOMBINASI
K
INFUSA DAUN ILER
(Coleus
Coleus atropurpureus L. Benth) DOSIS 140 mg/kgBB D
DENGAN
BUNGA TELANG (Clitoria ternatea L.) DOSIS 328; 655; 1310 mg/kgBB
PADA UDEMA
A TELAPAK KAKI MENCIT
MENCI BETINA TERINDUKSI
KARAGENIN DENGAN PENGUKURAN
PENGUKURAN JANGKA SORON
SORONG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Novita Sagala
NIM : 098114134
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Berusahalah setia melakukan yang terbaik
walaupun tidak sesempurna yang kamu impikan
Semoga setiap proses menuju ke kesempurnaan itu
akan membuatmu semakin bijaksana dan dewasa
dalam menentukan sebuah pilihan
“BELAJAR SETIA KENDATI LEMAH”
Kupersembahkan skripsi ini untuk
Tuhan Yesus dan Bunda Maria, teladan hidupku
Kongregasi FSE
Keluarga tercinta atas semangat, kasih sayang dan cinta
Semua sahabat
Almamaterku
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas
bimbingan berkat, rahmat dan karunia-Nya yang telah penulis terima selama
proses
penelitian dan penulisan skripsi ini sampai selesai dengan judul
"Efek Antiinflamasi Kombinasi Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth)
Dosis 140 mg/kgBB Dengan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Dosis 328; 655;
1310 mg/kgBB Pada Udema Telapak Kaki Mencit Betina Terinduksi Karagenin
Dengan Pengukuran Jangka Sorong”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulis sungguh-sungguh sadar bahwa ada banyak pihak yang telah
terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam membantu proses
perkuliahan sampai penulis dapat menyusun skripsi ini. Oleh karena itu penulis
hendak mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
2.
Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing Utama skripsi ini
yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesetiaan, kesabaran dan
ketekunan dalam mendukung, memotivasi, membimbing, memberikan
masukan dan arahan kepada penulis selama proses penelitian hingga
selesainya skripsi ini
3.
Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Penguji skripsi atas bantuan
dan
masukan
kepada
penulis
vii
demi
kemajuan
skripsi
in
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4.
Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Penguji skripsi atas bantuan
dan masukan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini
5.
Rini Dwi Astuti, M.Si.. Apt., selaku Pimpinan Laboratorium Farmasi yang
telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas laboratorium guna
penelitian skripsi ini
6.
Pak Parjiman, Pak Heru, Mas Kayat, Pak Andre dan semua staf laboratorium
Farmasi yang telah bersedia membantu dan menemani selama penelitian
berlangsung, atas segala bantuan dan dinamika selama di laboratorium
7.
Para Dosen Program Studi Farmasi yang telah membekali penulis dengan
berbagai ilmu pengetahuan yang dapat penulis gunakan sebagai bekal hidup
yang berharga
8.
Dewan Pimpinan Umum Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE)
yang telah mengijinkan, memberikan kesempatan, kepercayaan, mendukung
dan mendoakan, baik dalam materi maupun non-materi selama proses
perkuliahan sampai selesai sehingga penulis tetap bersemangat dalam
menyelesaikan skripsi ini
9.
Para Suster FSE secara khusus Komunitas Santo Yohanes Don Bosco
Yogyakarta yang menjadi teman seperjuangan dan sahabat yang setia dalam
mendukung, mendoakan dan membantu peneliti selama proses perkuliahan
sampai selesai.
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10. Ibu tercinta dan saudara-saudari yang kukasihi atas doa, nasehat dan
dukungannya yang tidak pernah terlewatkan sehingga penulis dapat semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini
11. Rekan-rekan penelitian, Endang Milia Tabalubun, Febria Sinaga, dan Devi
Yanthre Sari Manurung, atas bantuan, kerjasama, perjuangan, semangat dan
suka duka yang dialami selama penelitian
12. Sahabat penulis, Febria Sinaga, Devi Yanthre Sari Manurung, Endang Milia
Tabalubun, Maria Fransiska Ambuk, Regina Arningsari Ewo Pati,
terimakasih atas kebersamaan, dukungan moral, kasih sayang, bantuan,
perhatian, semangat, keceriaan, doa, dan kebaikan kalian yang selalu
menyemangatiku dalam keadaan apapun
13. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna
termasuk penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik, saran dan
masukan dari berbagai pihak demi kemajuan di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak, baik mahasiswa, lingkungan akademis, masyarakat, serta
memberikan sumbangan kecil bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang kefarmasian. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.
Yogyakarta, 10 Juni 2013
Penulis
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .. ...........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
iv
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI .......................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..........................................................
vi
PRAKATA.......................................................................................................
vii
DAFTAR ISI....................................................................................................
x
DAFTAR TABEL............................................................................................
xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii
INTISARI.........................................................................................................
xix
ABSTRACT.......................................................................................................
xx
BAB I PENGANTAR ......................................................................................
1
A. Latar Belakang .....................................................................................
1
1. Permasalahan ...................................................................................
4
2. Keaslian penelitian ..........................................................................
4
3. Manfaat penelitian ...........................................................................
6
B. Tujuan penelitian..................................................................................
7
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA...............................................................
8
A. Tanaman Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) .......................................
8
1. Klasifikasi.............................................................................................
8
2. Morfologi .............................................................................................
8
3. Kandungan kimia .................................................................................
9
4. Kegunaan..............................................................................................
9
B. Kembang Telang (Clitoria ternatea L.) ....................................................
9
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1. Klasifikasi ...........................................................................................
9
2. Morfologi ............................................................................................
10
3. Kandungan kimia................................................................................
11
4. Kegunaan ............................................................................................
11
C. Interaksi Obat .......................................................................................
12
1. Pengertian.......................................................................................
12
2. Ruang lingkup ................................................................................
13
D. Inflamasi...............................................................................................
16
1. Definisi................................................................................................
16
2. Penyebab dan tanda utama inflamasi..................................................
18
3. Mekanisme Inflamasi..........................................................................
19
4. Obatanti inflamasi...............................................................................
20
5. Metode uji daya antiinflamasi.............................................................
22
E. Kalium Diklofenak....................................................................................
25
F. Karagenin ..................................................................................................
26
G. Infusa.........................................................................................................
26
H. Landasan Teori..........................................................................................
27
I. Hipotesis....................................................................................................
28
BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................................
29
A. Jenis Rancangan Penelitian .......................................................................
29
B. Variabel Penelitian....................................................................................
29
1. Variabel utama....................................................................................
29
2. Variabel pengacau...............................................................................
30
C. Definisi Operasional..................................................................................
30
D. Bahan atau Materi Penelitian ....................................................................
31
E. Alat atau Instrumen Penelitian ..................................................................
32
F. Tata Cara Penelitian ..................................................................................
33
G. Tata Cara AnalisisHasil.............................................................................
39
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................
40
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
A. Hasil Determinasi Tanaman......................................................................
40
B. Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth ) dan Infusa Bunga
Telang (Clitoria ternatea L.).....................................................................
41
C. Efek Antiinflamasi Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth)
Dan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) .................................................
42
D. Daya Antiinflamasi Kombinasi Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus L.
Benth) dan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) ......................................
53
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
59
A. Kesimpulan................................................................................................
59
B. Saran..........................................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
60
LAMPIRAN .........................................................................................................
64
BIOGRAFI ............ ............................................................................................... 100
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.
Hasil analisis rata-rata nilai AUC total setiap kelompok
perlakuan menggunakan Kruskal-Wallis taraf kepercayaan
95% dengan uji Mann-Whitney ...........................................
Tabel II.
46
Hasil analisis rata-rata nilai AUC total setiap kelompok
perlakuan menggunakan Kruskal-Wallis taraf kepercayaan
95% dengan uji Mann-Whitney ...........................................
Tabel III.
50
Rata-rata persen daya antiinflamasi pada kelompok
perlakuan uji antiinflamasi beserta hasil test Mann-Whitney..
xv
54
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Penggolongan interaksi obat berdasarkan perubahan efek .....
Gambar 2.
Kurva rata-rata edema kaki mencit yang diinduksi karagenin
15
1% selama 6 jam pengamatan ...............................................
44
Gambar 3.
Diagram batang rata-rata AUC tiap kelompok perlakuan .......
47
Gambar 4.
Diagram batang rata-rata persen penghambatan inflamasi
tiap kelompok perlakuan .........................................................
51
Gambar 5.
Simplisia bunga telang (Clitoria ternatea L.) .........................
96
Gambar 6.
Infusa bunga telang (Clitoria ternatea L) ..............................
96
Gambar 7.
Daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) ............................
97
Gambar 8.
Hasil infusa daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) ......... 97
Gambar 9.
Pembuatan udema kaki mencit dengan karagenin 1% ............
Gambar 10.
Pengukuran udema kaki mencit menggunakan jangka
sorong......................................................................................
Gambar 11.
98
98
Syringe per oral dan subplantar ...............................................
99
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Surat pengesahan determinasi tanaman Iler ...........................
65
Lampiran 2.
Surat pengesahan determinasi tanaman Telang ......................
66
Lampiran 3.
Hasil analisis statistik rata-rata AUC pada setiap perlakuan ...
67
Lampiran 4.
Hasil uji statistik persen penghambatan inflamasi pada setiap
kelompok perlakuan ................................................................
Lampiran 5.
Hasil uji statistik daya anti inflamasi pada setiap kelompok
perlakuan .................................................................................
Lampiran 6.
75
82
Hasil perhitungan rata-rata edema kaki mencit tiap waktu
pengamatan dengan jangka sorong .........................................
88
Lampiran 7.
Contoh cara menghitung AUC ................................................
89
Lampiran 8.
Perhitungan nilai % penghambatan inflamasi pada kelompok
perlakuan .................................................................................
Lampiran 9.
89
Perhitungan nilai % penghambatan inflamasi pada kelompok
perlakuan .................................................................................
89
Lampiran 10. Cara perhitungan dosis dan volume pemberian aquades
sebagai control negatif .............................................................
90
Lampiran 11. Cara pembuatan dan perhitungan dosis karagenin 1 % untuk
injeksi subplantar ....................................................................
90
Lampiran 12. Perhitungan dosis Cataflam® D-50 sebagai control positif ...... 90
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 13. Perhitungan volume pemberian infusa daun Coleus
atropurpureus L. Benth. dan bunga Clitoria ternatea L........
Lampiran 14. a.
b.
Sertifikat Kalibrasi Jangka Sorong ..................................
91
93
Sertifikat KalibrasiJ angka Sorong ................................... 94
Lampiran 15. Surat keterangan Ethical Clearens ..........................................
95
Lampiran 16. Bunga telang dan infusa bunga telang (Clitoria ternatea L.) ..
96
Lampiran 17. Daun iler dan infusa daun iler (Coleus atropurpureus L.
Benth) ....................................................................................... 97
Lampiran 18. Pembuatan udema dan pengukuran udema kaki mencit .........
98
Lampiran 19. alat spuit injeksi .......................................................................
99
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
Daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) mengandung senyawa
flavonoid, saponin dan polifenol telah terbukti mempunyai daya anti inflamasi.
Bunga telang (Clitoria ternatea L.) juga terdapat senyawa flavonol dan antosianin
yang terbukti mempunyai efek anti inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dan bunga telang pada
mencit betina galur Swiss yang terinduksi karagenin 1%.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan
menggunakan rancangan acak lengkap pola searah menggunakan 35 ekor mencit
dibagi menjadi 7 kelompok. Kelompok I (kontrol negatif) diberi aquades dosis 25
g/kgBB, kelompok II (kontrol positif) diberi diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB,
kelompok III kontrol infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB, kelompok IV kontrol
infusa bunga bunga telang dosis 1310 mg/kgBB , kelompok V, VI dan VII diberi
kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kbBB dengan infusa bunga telang
berturut-turut dosis 328; 655; dan 1310 mg/kgBB. Udema pada kaki mencit
diukur dengan jangka sorong selama enam jam mulai dari menit ke-0, 15, 30, 45,
60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, 360 setelah diinduksi karagenin
1%. Analisis hasil dilakukan dengan menghitung AUC total setiap mencit selama
rentang waktu pengukuran untuk menghitung persen penghambatan inflamasi.
Hasilnya dianalisis secara statistic dengan uji Shapiro-Wilk dan Kruskal-Wallis
dilanjutkan dengan Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi infusa daun iler dan
infusa bunga telang dapat meningkatkan efek antiinflamasi dengan persentase
penghambatan inflamasi pada infusa daun iler dosis 140 mg/kbBB dengan infusa
bunga telang berturut-turut dosis 328; 655; 1310 mg/kgBB berturut-turut adalah
54,13; 54,79; dan 52,63%.
Kata kunci : Coleus atropurpureus L. Benth, Clitoria ternatea L., antiinflama
xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
Iler leaf (Cleus atropurpureus L. Benth) contains flavonoid, saponin, and
polifenol compounds that have been proven have anti inflammatory effect.
Telang flos (Clitoria ternatea L.) contains flavonol and antosianin compounds
that have been proven have anti inflammatory effect too. The objective of this
research is to know anti inflammatory effect of infusion mix between iler leaves
and telang flowers in female mice Swiss race induced by carageenan 1%.
This research conducted with a pure experimental design with one way
design randomized. Samples of this research are 35 mice divided into 7 groups.
Group I (negative control) was given 25 g/kgBB aquadest, group II (positive
control) was given 9,1 mg/kgBB diclofenac, group III was given 140 mg/kgBB
iler leaves infusion as a control, group IV was given 1310 mg/kgBB telang
flowers infusion as a control, group V, VI, and VII was given infusion mix
consist of 140 mg/kgBB iler and 328 mg/kgBB, 655 mg/kgBB, and 1310
mg/kgBB telang respectively. The edema was measured by using Calliper digital
for six hours, ranging for 0, 15, 30, 45, 60 ,90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300,
330, 360 minutes after inducted by carageenan 1%. The result was analyzed by
determine the total AUC each mice over the range of time measurement for
calculate inhibition of inflammation percentage. The result of that was analyzed
statistically by Shapiro-Wilk and Kruskal-Wallis test and than Mann-Whitney
with 95% confidence level.
This result shows that mix of iler leaves and telang flowers infusion can
improve anti inflammatory effect with inhibition of inflammatory percentage on
140 mg/kgBB iler leaves infusion with 328, 655, 1310 mg/kgBB telang flowers
infusion respectively are 54,13; 54.79; and 52.63%
Keyword : Coleus atropurpureus L. Benth, Clitoria ternatea L., anti-inflammatori
xx
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Inflamasi merupakan suatu gejala pada beberapa penyakit dan dirasa oleh
banyak orang tidak nyaman. Sebenarnya inflamasi merupakan respon normal dari
tubuh ketika tubuh diinvasi oleh benda asing. Namun inflamasi dapat juga
mengakibatkan kerusakan pada jaringan. Efek yang ditimbulkan oleh respon
inflamasi kadang menjadi keluhan karena adanya nyeri dan ketidaknyamanan.
Banyak obat yang dapat menghasilkan efek antiinflamasi yang dapat membantu
meredakan rasa nyeri dan radang. Obat modern yang biasa digunakan sebagai
antiinflamasi adalah obat golongan Antiinflamasi Non Steroid (AINS) yang pada
umumnya mempunyai efek samping tukak lambung. Akhir-akhir ini penggunaan
obat modern maupun obat sintetik sudah mulai ditinggalkan dan beralih kepada
obat tradisional.
Penggunaan
tanaman
sebagai
obat
tradisional
semakin
marak
dimasyarakat khususnya masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke
bawah. Pengetahuan masyarakat tentang obat tradisional dapat mencegah,
menyembuhkan, memulihkan kesehatan dan meningkatkan kesehatan menjadikan
masyarakat lebih memilih obat tradisional daripada obat modern. Masyarakat
lebih mempercayai pengobatan tradisional dengan bahan-bahan alam seperti
tumbuhan karena dianggap lebih aman, efek samping yang lebih sedikit atau
bahkan tidak ada dan memiliki potensi yang lebih kuat dibandingkan dengan obat
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
modern. Tanaman yang digunakan bukan hanya satu jenis saja tetapi mencampur
beberapa tanaman sekaligus dengan keyakinan bahwa semakin banyak jenis
tanaman yang digunakan maka semakin poten bahan tersebut untuk mengobati
penyakit dan semakin banyak jenis penyakit yang bisa disembuhkan. Bahanbahan tersebut dicampur dan digunakan sekaligus untuk pengobatan, misalnya
dengan merebus beberapa bahan sekaligus dan langsung digunakan. Contoh
tumbuhan yang biasa digunakan sebagai bahan obat dan telah terbukti mempunyai
efek antiinflamasi adalah daun iler dan bunga telang.
Secara tradisional daun tumbuhan iler atau yang biasa disebut jawer
kotok atau mayana digunakan untuk membantu menghilangkan rasa nyeri,
sembelit, sakit perut, mempercepat pematangan bisul, pembunuh cacing,
mengatasi ambeien, diabetes mellitus, wasir, demam dan radang telinga
(Dalimartha, 2000). Amitjitraresmu (1995), telah menguji bahwa ekstrak yang
mempunyai daya antiinflamasi terbaik adalah infusa daun iler yang memiliki
persen inhibisi radang pada dosis 100; 200; dan 400 mg/kgBB tikus sebesar
59,81; 67,49; dan 79,10%. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan adanya
senyawa flavonoid, saponin dan polifenol pada daun dan infusa daun iler. Ekstrak
etanol daun iler terbukti efektif untuk menghambat pertumbuhan berbagai bakteri
diantaranya adalah menghambat pertumbuhan dan mengobati infeksi Salmonella
enteritidis (Ariyanti, Fazrina dan Darmono, 2007), menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa
(Mpila, Fatimawali dan Wiyono, 2012) dan berbagai bakteri Gram (+) dan bakteri
Gram (-) (Kumala dan Desi, 2008).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
Menurut Encyclopedia of Herbal Medicinal bahwa tanaman telang dapat
bermanfaat sebagai laxative (pencahar), diuretik, perangsang muntah, pembersih
darah, mempercepat pematangan bisul, obat cacing dan radang mata. Senyawa
kimia yang berhasil diteliti pada mahkota bunga telang mengandung 14 jenis
flavonol glikosida dan 19 jenis antosianin (Kazuma, Naonobu and Masahiko,
2003). Senyawa fenol dan delfinidin pada bunga telang (Clitoria ternatea L.)
efektif terhadap Staphylococcus aureus penyebab radang mata (Hutajulu, Rahma
dan Djumarman, 2008). Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Manurung (2013)
melaporkan bahwa infusa bunga telang memiliki efek antiinflamasi pada mencit
betina, dengan persen penghambatan antiinflamasi dari infusa bunga telang pada
dosis 328; 655; dan 1310 mg/kgBB adalah 23,57; 44,5; dan 27,95%.
Kedua tanaman ini sama-sama mempunyai efek antiinflamasi. Dari
penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2013), bahwa dari tiga peringkat dosis
yang digunakan untuk menguji efek antiinflamasi ternyata belum mencapai persen
penghambatan inflamasi sebesar 50%, padahal dari peringkat dosis tertinggi yang
digunakan diperoleh persen penghambatan inflamasi bunga telang yang semakin
kecil. Dengan kata lain bahwa semakin bertambahnya dosis tidak semakin
meningkatkan efek antiinflamasi. Dengan kata lain bahwa semakin bertambahnya
dosis tidak semakin meningkatkan efek antiinflamasi. Maka untuk menambah
efek antiinflmasi dari bunga telang perlu ditambahkan tanaman lain yang samasama mempunyai efek antiinflamasi yang diharapkan dapat meningkatkan efek
antiinflamasi bunga telang, yaitu dengan mengkombinasikan bunga telang dengan
daun iler. Dari penelitian yang dilakukan oleh Amitjitraresmu (1995), dosis
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
terendah yang digunakan untuk menguji efek antiinflamasi infusa daun iler yakni
dosis 100 mg/kgBB tikus sudah memiliki persen inhibisi radang sebesar 59,81%.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah daun iler berpengaruh
terhadap peningkatan efek antiinflamasi bunga telang dan seberapa besar
pengaruhnya. Diharapkan dengan dikombinasikannya kedua tanaman ini dapat
meningkatkan efek antiinflamasi pada mencit betina galur Swiss yang nantinya
dapat dimanfaatkan sebagai obat alternatif yang aman dan dapat mengatasi
gangguan inflamasi.
1.
Permasalahan
Permasalahan yang akan diteliti adalah :
a.
Apakah kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga
telang berturut-turut dosis 328; 655; 1310 mg/kgBB meningkatkan efek
antiinflamasi yang diinduksi karagenin 1% pada mencit betina galur Swiss ?
b.
Berapakah besar daya antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dosis 140
mg/kgBB dengan infusa bunga telang berturut-turut dosis 328; 655; 1310
mg/kgBB terhadap kalium diklofenak ?
2.
Keaslian penelitian
Penelitian yang pernah dilakukan terhadap tanaman iler serta uji aktifitas
senyawanya oleh Amitjitraresmu (1995) yaitu uji efek antiinflamasi berbagai
ekstrak daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth.) dan penelusuran senyawa
aktifnya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak yang mempunyai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
daya antiinflamasi terbaik adalah infusa daun iler. Hasil penapisan fitokimia
terhadap daun dan infusa daun iler menunjukkan adanya senyawa flavonoid,
saponin dan polifenol.
Hasil penelitian Kumala dan Desi (2008) melaporkan bahwa ekstrak
daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dapat menghambat pertumbuhan
berbagai bakteri gram (+) dan bakteri gram (-) seperti bakteri S. aureus, B.
subtilis, E. coli dan S. paratyphosa. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti,
dkk. (2007) bahwa ekstrak etanol daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dapat
bermanfaat sebagai antibakteri untuk mengatasi infeksi S. enteriditis pada mencit.
Mpila, dkk. (2012), melaporkan bahwa ekstrak etanol daun iler (Coleus
atropurpureus L. Benth) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa.
Penelitian yang dilakukan pada tanaman telang mengarah pada
kandungan senyawa yang terdapat pada tanaman tersebut serta kemungkinan
aktivitas senyawa yang dikandungnya. Hasil penelitian Kazuma (2003)
menunjukkan bahwa ekstrak mahkota bunga telang mengandung 14 flavonol
glikosida dan 19 antosianin. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Tiurlan dkk.
(2008), yaitu Identifikasi senyawa fenol dan delfinidin pada kembang telang
(Clitoria ternatea L.) serta uji efektivitasnya terhadap Staphylococcus aureus
penyebab radang mata. Senyawa fenol 0,026% menunjukkan dapat menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab radang mata sebesar 0,87 mm. Penelitian terbaru
yang dilakukan oleh Manurung (2013), menunjukkan bahwa infusa bunga Clitoria
ternatea L. pada dosis 328; 655; dan 1310 mg/Kg BB memberikan penghambatan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
inflamasi berturut-turut sebesar 23,57; 44,5; dan 27,95% pada mencit betina galur
Swiss yang diinduksi dengan karagenin.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Amitjitraresmu (1995), penulis
menggunakan dosis infusa daun iler pada tikus sebesar 100 mg/kgBB yang akan
dikonfersikan pada mencit untuk penelitian berikutnya. Dari penelitian yang
dilakukan oleh Manurung (2013), penulis menggunakan tiga peringkat dosis
infusa bunga telang yang akan dikombinasikan dengan satu peringkat dosis infusa
daun iler. Sejauh pengamatan penulis belum ada penelitian yang mengarah pada
efek antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dengan infusa bunga telang pada
udema telapak kaki mencit betina terdiinduksi karagenin dengan pengukuran
jangka sorong.
3.
Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi tentang penggunaan
kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang sebagai antiinflamasi
b. Manfaat praktis
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat tentang efek antiinflamasi kombinasi infusa daun
iler dan infusa bunga telang
2) Untuk membandingkan daya antiinflamasi kombinasi infusa daun
iler dan infusa bunga telang terhadap obat modern kalium diklofenak
dosis 9,1 mg/kgBB mencit
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui efek antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dengan infusa
bunga telang yang diinduksi karagenin pada mencit betina galur Swiss
2.
Mengetahui daya antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dengan infusa
bunga telang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tanaman Iler (Coleus atropurpureus L. Benth)
1.
Klasifikasi
Tumbuhan iler dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisio
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledonnae
Ordo
: Lamiales
Family
: Lamiaceae
Genus
: Coleus
Spesies
: Coleus atropurpureus L. Benth.
(Anonim a, 2013).
2.
Morfologi
Iler (Coleus) merupakan tumbuhan semak, herba tegak dan merayap
dengan tinggi batang pohonnya berkisar 30-150 cm. Daunnya berbentuk hati dan
pada setiap tepiannya dihiasi oleh jorong-jorong atau lekuk-lekuk tipis yang
bersambungan dan didukung oleh tangkai daun. Bunganya muncul pada pucuk
tangkai batang berbentuk untaian bunga bersusun. Iler mempunyai penampang
batang berbentuk segi empat dan termasuk kategori tumbuhan basah yang
batangnya mudah patah. Iler dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai
8
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Keistimewaan dari tumbuhan ini
adalah sangat beraneka ragam jenis dan warna daun yang dimiliki (Thomas,
2007).
3.
Kandungan kimia
Daun iler mengandung minyak atsiri, antara lain karvakrol yang bersifat
antibiotic, eugenol bersifat menghilangkan nyeri, etil asetat menghambat iritasi.
Daunnya mengandung thymol yang memiliki sifat antelmitik (mematikan cacing)
dan antiseptik (Asiamaya, 2000).
4.
Kegunaan
Daun iler dipercaya dapat mengobati penyakit ambeien. Tumbuhan iler
lengkap berupa batang, daun dan bunga dapat mengobati penyakit Diabetes
mellitus. Daun dan batangnya jika digunakan bersamaan dapat digunakan untuk
mengobati demam dan sembelit. Sementara akar tanaman ini berguna untuk
mengobati sakit perut (Anonim b, 2013).
B. Kembang Telang (Clitoria Ternatea L.)
1.
Klasifikasi
Kembang telang termasuk famili Papilionaceae (Leguminosae) dengan
nama ilmiah Clitoria ternatea L. Nama lain tanaman ini bunga biru, bunga
kelentit, kembang teleng, bunga talang dan bisi. Untuk nama asingnya adalah blue
pea, butterfly pea (Inggris) (Permadi, 2006).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10
Tumbuhan iler dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Divisio
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledonnae
Ordo
: Fabales
Family
: Fabaceae (Papilionaceae)
Gens
: Clitoria
Speies
: Clitoria ternatea L.
(Anonim a, 2013).
2.
Morfologi
Tanaman bertipe bunga kupu-kupu ini oleh orang luar negeri dinamakan
butterfly pea dan oleh orang Indonesia sering disebut dengan kembang telang.
Tanaman kembang telang ini mudah diperbanyak, baik dari biji maupun stek
pucuk. Varietas Clitoria ternatea yang ada diantaranya alba (berbunga putih),
coerulea, major, flore, dan pleno yang berbunga biru dengan ukuran berbedabeda. Tanaman yang dari muda sudah tumbuh cabang dengan baik ini
memerlukan habitat dengan cahaya matahari penuh agar dapat berbunga
sepanjang tahun. Kondisi lahan yang sedikit kering sangat disukai. Kembang
telang memiliki sulur yang melilit di media tempatnya merambat. Karenanya,
tanaman ini cocok dimanfaatkan sebagai tanaman penutup pagar, penghias pilar
dan tanaman hias dalam pot (Lingga, 2005).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
Asal tanaman ini diperkirakan dari Amerika dan dapat ditemukan sampai
ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Perdu membelit ke kiri, tumbuh
menahun, panjang 1-5 m, berambut halus, bagian pangkal berkayu. Daun
majemuk menyirip gasal dengan 3-9 anak daun. Helaian anak daun berbentuk
bulat telur atau elips, bertangkai pendek, ujung tumpul, pangkal runcing, tepi rata,
panjang 2-7 cm, lebar 1-4,5 cm, warna hijau, dan mempunyai daun menumpu
berbentuk garis. Bunga tunggal, berbentuk seperti kupu-kupu yang keluar dari
ketiak daun, panjang mahkota 3,5-4 cm, warna biru nila dengan warna putih atau
kekuningan di bagian tengah. Ada juga bunga yang berwarna putih. Buah berupa
buah polong, pipih, panjang 5-10 cm, berisi 6-10 biji yang berbentuk seperti ginjal
pipih (Dalimartha, 2008).
3.
Kandungan kimia
Beberapa bahan kimia yang terkandung pada bunga telang adalah
saponin, alkaloid, flavonod, ca-oksalat dan sulfur. Daun tumbuhan ini
mengandung kaemferol 3-glucoside, dan triterpenoid, sedangkan bunganya
mengandung delphinidin 3,3’,5’,triglukoside dan fenol (Hariana, 2008).
4.
Kegunaan
Untuk efek farmakologis yang dimiliki tanaman kembang telang di
antaranya adalah bunga untuk radang mata merah, trachoma, abses dan bisul.
Daunnya untuk mempercepat pematangan bisul. Akarnya mengobati busung air,
bronkhitis kronik, demam, iritasi saluran dan kandung kemih. Biji untuk
mengobati cacingan dan sembelit (Wijayakusuma, 2008).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
Untuk mengobati radang mata merah bagian tanaman yang digunakan
adalah bunga kembang telang. Rendam bunga kembang telang berwarna biru
sampai airnya menjadi biru kemudian gunakan untuk mencuci mata. Tanaman
dapat juga digunakan untuk mengobati sakit telinga dengan mencuci bersih daun
kembang telang secukupnya, kemudian lumatkan. Tambahkan garam secukupnya
pada air perasannya. Selama masih hangat oleskan ramuannya di sekitar telinga
yang sakit (Permadi, 2006).
C. Interaksi Obat
1.
Pengertian
Ada dua definisi interaksi obat yang perlu ditelaah maknanya, yaitu
berdasarkan akibat (luaran) dan berdasarkan perantara (mekanisme kerja).
a.
Berdasarkan akibat (luaran), interaksi obat didefinisikan sebagai peristiwa
ketika efek obat tertentu diubah oleh obat lain yang diberikan sebelum atau
bersama-sama dengannya.
b.
Berdasarkan perantara (mekanisme kerja), interaksi obat didefinisikan
sebagai peristiwa yang terjadi saat dua obat diberikan bersama-sama, saling
mempengaruhi proses farmakokinetika, dan atau farmakodinamika masingmasing obat (Donatus, 1995).
Dapat dikatakan interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah efek obat
lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau kurang aktif (Harkness,
1989).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
Pada dasarnya interaksi obat dapat bersifat menguntungkan atau merugikan.
Dikatakan menguntungkan apabila akibat yang ditimbulkan mampu memperbaiki
terapi yang berupa batas aman yang lebih besar, awal kerja atau masa kerja yang
lebih sesuai, ketoksikan berkurang dan potensi yang bertambah besar dengan efek
samping yang berkurang. Lalu, dikatakan merugikan apabila efek obat pada
penderita diperkuat atau dihambat oleh suatu antaraktan (obat lain) sehingga
respon yang diperoleh adalah tidak menguntungkan. Wujud respon tersebut dapat
berupa berkurangnya kemanjuran atau bertambahnya toksisitas secara nyata
(Martin, 1971; Ross dan Gilman, 1985 cit., Donatus, 1995).
2.
Ruang lingkup
Ada beberapa istilah yang dapat digunakan untuk menjelaskan obat, yakni:
homoergi (sepasang obat menimbulkan efek yang benar-benar sama), heteroergi
(sepasang obat hanya salah satu yang menimbulkan efek tertentu), homodinami
(sepasang obat homoergi dengan mekanisme kerja yang sama), dan heterodinami
(sepasang obat homoergi dengan mekanisme kerja yang berbeda) (Fingl dan
Woodbury, 1970; Martin, 1971 cit., Donatus, 1995).
Berdasarkan sifat efek pasangan obat di atas, pada hakikatnya interaksi
obat dapat digolongkan menjadi interaksi homoergi-homodinami dengan luaran
atau akibat efek penambahan (infra, sederhana atau supra), serta homoergiheterodinami dan heteroergi dengan luaran efek penghambatan atau penguatan
(Donatus, 1995). Ringkasan penggolongan interaksi berdasarkan efek dapat
dilihat pada gambar 1.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
Interaksi obat selalu dikaitkan dengan mekanisme yang menyebabkan
interaksi tersebut terjadi. Mekanisme-mekanisme tersebut secara garis besar
dikelompokkan dalam dua bagian meliputi mekanisme interaksi pada tahap
farmakokinetik dan farmakodinamik (Walker dan Edwards, 1999).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
OBAT
A dan B
A=a
( homoergi )
EFEK
A atau B
( heteroergi )
MEKANISME?
BEDA
SAMA
homodinami/
homoergihomodinami
heterodinami/
homoergiheterodinami
INTERAKSI
homoergihomodinami
INTERAKSI
homoergiheterodinami
INTERAKSI
heteroergi
EFEK
EFEK
EFEK
Penambahan
(adisi)
Penghambatan
(inhibisi)
Penghambatan
(inhibisi)
Penguatan
(potensiasi)
Penambahan infra
(< penjumlahan sederhana/
sumasi)
Penguatan
(potensiasi)
Antagonisme
Penambahan sederhana
(= penjumlahan sederhana)
Penambahan supra
(> penjumlahan sederhana)
Sinergisme
Gambar 1.Penggolongan interaksi obat berdasarkan perubahan efek (Donatus,1995)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
a. Interaksi farmakokinetik; merupakan interaksi yang dapat terjadi melalui suatu
mekanisme dengan jalan suatu obat mengubah absorpsi, distribusi,
metabolisme atau eliminasi obat lain (Walker dan Edwards, 1999). Hal ini
dapat membuat kadar plasma obat lain atau obat kedua tersebut meningkat
atau menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan
efektivitas obat tersebut (Setiawati, 1999).
b. Interaksi farmakodinamik; merupakan interaksi antara obat yang bekerja pada
sistem reseptor tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi
efek aditif, sinergistik, atau antagonistik (Setiawati, 1999).
D. Inflamasi
1.
Definisi
Inflamasi merupakan respon terhadap jejas pada jaringan hidup yang
memiliki vaskularisasi. Respon ini dapat ditimbulkan oleh infeksi mikroba, agen
fisik, zat kimia, jaringan nekrotik atau reaksi imun. Inflamasi bertujuan untuk
menyekat
serta
mengisolasi
jejes,
menghancurkan
mikrooranisme
yang
menginvasi tubuh serta menghilangkan aktivitas toksinnya, dan mempersiapkan
jaringan bagi kesembuhan serta perbaikan (Mitchell dkk., 2008).
Respon inflamasi adalah respon fisiologis terhadap kerusakan jaringan.
Tujuan respon inflamasi adalah untuk melindungi, mengisolasi, menonaktifkan,
dan mengeluarkan agen penyebab serta jaringan yang rusak sehingga dapat terjadi
pemulihan. (Brooker, 2008). Ketika proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi
vaskular di mana cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi. Berbagai
mediator kimia dilepaskan selama proses inflamasi. Prostaglandin yang telah
berhasil diisolasi dari eksudat pada tempat inflamasi adalah salah satu mediator
kimia inflamasi. Prostaglandin mempunyai banyak efek, termasuk diantaranya
adalah vasodilatasi, relaksasi otot polos, meningkatkan permeabilitas kapiler dan
sensitisasi sel-sel saraf terhadap nyeri (Mitchell dkk., 2008).
Inflamasi memiliki pola yang akut dan kronik.
a.
Inflamasi akut : onset yang dini (dalam hitungan detik hingga menit), durasi
yang pendek (dalam hitungan menit hingga hari) dengan melibatkan proses
eksudasi cairan (edema) dan emigrasi sel polimorfonuklear (neutrofil).
b.
Inflamasi kronik : onset yang terjadi kemudian (dalam hitungan hari) dan
durasi yang lebih lama (dalam hitungan minggu hingga tahun) dengan
melibatkan limfosit serta makrofag dan menimbulkan proliferasi pembuluh
darah serta pembentukan jaringan parut (Mitchell, dkk., 2008 ).
Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan, hal
tersebut terjadi melalui media rilisnya autacoid serta pada umumnya didahului
oleh pembentukan respon imun (Katzung, 2001). Fase ini ditandai dengan adanya
vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas kapiler (Vogel, 2002).
Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan
kekebalan diaktifkan untuk merespon organisme asing atau substansi antigenik
yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut serta kronis. Akibat dari
respon imun bagi hospes mungkin menguntungkan, seperti bilamana ia
menyebabkan organisme penyerang menjadi difagositosis atau dinetralisir.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
Sebaliknya, akibat tersebut juga dapat bersifat merusak bila menjurus kepada
inflamasi kronis. Inflamasi kronis melibatkan keluarnya sejumlah mediator yang
tidak begitu berperan dalam respon akut seperti interferon, platelet-derived
growth factor (PDGF) serta interleukin-1,2,3 (Katzung, 2001). Pada fase ini
terjadi degenerasi jaringan dan fibrosis (Vogel, 2002).
2.
Penyebab dan tanda utama inflamasi
Penyebab inflamasi dapat ditimbulkan oleh rangsangan fisik, kimiawi,
biologis (infeksi akibat mikroorganisme atau parasit), dan kombinasi ketiga agen
tersebut . Mediator kimiawi pada reaksi inflamasi yaitu histamin dan bradikinin.
Eikosanoid, pada dasarnya terdiri dari prostaglandin, tromboksan dan leukotrien
(Rang, Dale, Ritter, dan Moore, 2003).
Tanda utama inflamasi adalah kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri
(dolor), bengkak (tumor), dan kehilangan fungsi (functio laesa).
a.
Kemerahan (rubor) terjadi pada tahap pertama dari inflamasi. Darah
berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia
tubuh (kinin, prostaglandin dan histamin). Histamin mendilatasi arteriol.
b.
Bengkak (edema/tumor). Pembengkakan merupakan tahap kedua dari
inflamasi. Plasma merembes ke dalam jaringan interstisial pada tempat
cedera. Kinin mendilatasi arteriol, meningkatkan permeabilitas kapiler.
c.
Panas (kalor). Panas pada tempat inflamasi dapat disebabkan oleh
bertambahnya pengumpalan darah dan mungkin juga karena pirogen
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
(substansi yang menimbulkan demam) yang mengganggu pusat pengatur
panas pada hipotalamus.
d.
Nyeri (dolor) disebabkan oleh pembengkakan dan pelepasan mediatormediator kimia.
e.
Kehilangan fungsi (functio laesa) disebabkan karena penumpukan cairan
pada tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri yang mengurangi mobilitas
pada daerah yang terkena (Mitchell dkk, 2008)
3.
Mekanisme inflamasi
Mekanisme inflamasi sangat dipengaruhi oleh senyawa dan mediator
yang dihasilkan oleh asam arakidonat. Bila membran sel mengalami kerusakan
oleh suatu rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, enzim fosfolipase kemudian
diaktifkan untuk mengubah fosfolipid yang terdapat di membran sel tersebut
menjadi asam arakidonat (Tjay dan Rahardja, 2002).
Beberapa sel dan mediator terlibat dalam respon alamiah (merupakan
berbagai sistem pertahanan tubuh) dan interaksinya sangat kompleks. Lebih
detailnya, berhubungan dengan kejadian-kejadian vaskuler dan peran sel serta
mediator-mediator dalam tubuh. Kejadian-kejadian vaskuler adalah dilatasi awal
dari arteriola-arteriola kecil yang berakibat pada peningkatan aliran darah, diikuti
dengan penurunan kemudian berhentinya aliran darah dan peningkatan
permeabilitas dari venula post kapiler, dengan eksudasi cairan. Vasodilatasi yang
terjadi disebabkan oleh beberapa mediator (histamin, prostaglandin (PG) E2 dan
I2,
dan
sebagainya)
yang
dilepaskan
karena
adanya
interaksi
antara
mikroorganisme dan jaringan. Beberapa dari mediator tersebut (seperti histamin,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
platelet-activating factor (PAF), dan sitokin dilepaskan oleh interaksi TRLPAMP) juga bertanggung jawab atas fase awal dari peningkatan permeabilitas
vaskuler. Sistem kinin merupakan salah satu dari rangkaian enzim, yang
mengakibatkan produksi beberapa mediator inflamasi, pada umumnya bradikinin.
Sel yang terlibat dalam peradangan, beberapa (sel-sel endothelial vaskular, sel
mast, dan makrofag jaringan) secara normal berada dalam jaringan, sementara
dari darah platelet dan leukosit meningkatkan akses ke area inflamasi (Rang dkk.,
2003).
Radikal bebas oksigen akan terlepas secara ekstraseluler dari leukosit
setelah adanya pemaparan mikrobia, kemotaksin, dan kompleks imun, atau
mengikuti tantangan fagositik. Produksi radikal bebas oksigen bergantung pada
aktivasi sistem oksidase NADPH. Anion superoksida, hidrogen peroksida (H2O2),
dan radikal hidroksil merupakan spesies utama yang diproduksi oleh sel, dan
anion superoksida dapat berinteraksi dengan NO untuk membentuk spesies
nitrogen aktif (Mitchell dkk, 2008).
4.
Obat antiinflamasi
Obat antiinflamasi golongan non steroid (OAINS) berperan sebagai
antiinflamasi dengan satu atau beberapa mekanisme, diantaranya dengan inhibisi
metabolisme asam arakidonat, inhibisi enzim siklooksigenase (COX) atau inhibisi
sintesis prostaglandin, inhibisi lipooksigenase, inhibisi sitokin, pelepasan hormon
steroid, stabilisasi membran lisosom, dan pelepasan fosforilasi oksidatif (Kohli,
Ali dan Raheman, 2005).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
Hampir semua OAINS adalah menghambat sintesis prostaglandin dengan
inhibisi COX-1 dan COX-2. Berdasarkan pada selektifitasnya terhadap COX,
OAINS dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan, yaitu:
a.
Inhibitor COX nonselektif, meliputi aspirin, indometasin, diklofenak,
piroksikam, ibuprofen, naproxen, dan asam mefenamat;
b.
Inhibitor selektif COX-2, meliputi nimesulid, meloksikam, nabumeton, dan
aseklofenak. Golongan OAINS ini bekerja secara selektif preferential COX-2,
dimana penghambatan pada COX-2 nya tidak sekuat golongan rofecoxib
sehingga tidak mengganggu fungsi fisiologis COX-2 yang berguna pada
kardiovaskular. Golongan OAINS ini disebut aman untuk kardiovaskular
(Ignatius dkk, 2007).
c.
Inhibitor sangat selektif COX-2, meliputi celecoxib, rofecoxib, valdecoxib,
parecoxib, etoricoxib dan lumiracoxib (Derle, Gujar, dan Sagar, 2006).
OAINS sangat selektif COX-2 memiliki efek samping pada kardiovaskular,
yaitu dapat meningkatkan resiko terjadinya AMI (Acute Myocardial
Infarction) karena mempunyai penghambatan yang sangat kuat terhadap
COX-2. COX-2 mempunyai fungsi fisiologis dalam mensintesis prostasiklin
yang berfungsi sebagai vasodilator pada pembuluh darah jantung (Ignatius
dkk, 2007).
Natrium diklofenak merupakan anti inflamasi non steroid yang
mempunyai daya anti radang kuat dengan efek samping kurang keras dibanding
antiinflamasi lain seperti indometasin dan piroxicam (Tjay dan Rahardja, 2002).
Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang relatif nonselektif dan kuat,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
juga mengurangi bioavailabilitas asam arakhidonat. Obat ini cepat diserap sesudah
pemberian secara oral, tetapi bioavailabilitas sistemiknya hanya antara 30-70%
karena metabolisme lintas pertama (Katzung, 2001).
5.
Metode uji daya antiinflamasi
Secara umum, model inflamasi dibedakan menjadi dua, sesuai dengan
jenis inflamasi, yaitu model inflamasi akut dan model inflamasi kronik. Inflamasi
akut dapat dibuat dengan berbagai cara, yaitu dengan induksi udema kaki tikus,
pembentukan eritema (respon kemerahan) dan pembentukan eksudasi inflamasi,
sedangkan inflamasi kronis dibuat dengan pembentukan granuloma dan induksi
artritis (Gryglewski, 1977).
Beberapa metode yang dapat dipakai untuk mengukur daya antiinflamasi
adalah sebagai berikut:
a. Uji eritema
Eritema (kemerahan) merupakan tanda awal dari reaksi inflamasi.
Timbulnya eritema adalah akibat dari terjadinya sejumlah iritan kimiawi seperti
xilem, minyak kroton, vesikan, histamin, dan bradikinin (Gryglewski, 1977).
Eritema ini dapat diamati dua jam setelah kulit diradiasi dengan sinar UV.
Kelemahan metode ini adalah eritema dapat dihambat oleh obat yang kerjanya
tidak menghambat sintesa prostaglandin (Turner, 1965).
b. Induksi udema telapak kaki belakang
Pada metode ini induksi udem dilakukan pada kaki hewan percobaan
yaitu tikus jantan atau betina, dengan cara penyuntikan suspensi karagenin secara
sublantar pada telapak kaki kiri bagian belakang. Ukuran udema kaki diukur
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
dengan alat plestimometer segera setelah injeksi (Khanna dan Sarma, 2001).
Aktivitas anti-inflamasi obat ditunjukkan oleh kemampuannya mengurangi udema
yang diinduksi pada kaki tikus (Vogel, 2002).
Keuntungan metode ini antara lain cepat (waktu yang dibutuhkan tidak
terlalu lama) dan pengukuran volume udema dapat dilakukan dengan lebih akurat
dan objektif, mudah dilakukan karena caranya mudah diamati atau visible.
Kekurangan teknik penyuntikan pada telapak kaki tikus atau jika penyuntikan
karagenin secara subplantar tersebut tidak menjamin pembentukan volume udema
yang seragam pada hewan percobaan, akan dapat mempengaruhi nilai simpangan
pada masing-masing kelompok tikus yang cukup besar (Gryglewski, 1977).
c. Tes granuloma
Hewan uji berupa tikus putih betina galur Wistar diinjeksi bagian
punggung secara subkutan dengan 10-25 ml udara, kemudian 0,50 ml minyak
kapas sebagai senyawa iritan. Pada hari kedua setelah pembentukan kantong,
udara dihampakan. Pada hari keempat, kantung dibuka dan cairan eksudat disedot,
selanjutnya diukur volume cairannya (Turner, 1965). Persen inhibisi granuloma
dihitung dengan membandingkan volume cairan eksudat kelompok perlakuan
dengan kelompok kontrol (Khanna dan Sarma, 2001). Model percobaan ini lebih
responsif untuk uji obat antiinflamasi steroid daripada nonsteroid (Turner, 1965).
d. Induksi artritis
Uji ini dilakukan dengan injeksi subkutan ataupun suspensi intrakutan
Mycobacterium butyricum dalam minyak mineral. Respon inflamasi lokal
ditunjukkan dengan terbentuknya udema yang diikuti dengan timbulnya penyakit
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
sistemik imun yang memberikan gejala pembengkakan tungkai dan lengan,
hiperpireksida lokal dan munculnya benjolan pada telinga dan ekor (Gryglewski,
1977).
e. Percobaan in vitro
Percobaan in vitro berguna untuk mengetahui peran dan pengaruh
substansi-substansi fisiologis seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan
lainl-lain dalam terjadinya inflamasi. Contoh beberapa percobaan in vitro adalah :
penghambatan ikatan reseptor 3H-bradikinin, ikatan reseptor neurokinin, dan uji
kemotaksis leukosit polimorfonuklear (Vogel, 2002).
Metode uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode Langford
termodifikasi dengan induksi udema telapak kaki belakang. Pada metode ini
induksi udem dilakukan pada kaki hewan percobaan yaitu tikus jantan atau betina,
dengan cara penyuntikan suspensi karagenin secara sublantar pada telapak kaki
kiri bagian belakang. Ukuran udema kaki diukur dengan alat plestimometer segera
setelah injeksi (Khanna dan Sarma, 2001).
Aktivitas
anti-inflamasi
obat
ditunjukkan
oleh
kemampuannya
mengurangi udema yang diinduksi pada kaki tikus (Vogel, 2002). Keuntungan
metode ini antara lain cepat (waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama) dan
pengukuran volume udema dapat dilakukan dengan lebih akurat dan objektif,
mudah dilakukan karena caranya mudah diamati atau visible. Kekurangan teknik
penyuntikan pada telapak kaki tikus atau jika penyuntikan karagenin secara
subplantar tersebut tidak menjamin pembentukan volume udema yang seragam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
pada hewan percobaan, akan dapat mempengaruhi nilai simpangan pada masingmasing kelompok tikus yang cukup besar (Gryglewski, 1977).
Dasar metode ini adalah dengan membuat udema pada telapak kaki
belakang mencit menggunakan karagenin 1%, Kemudian diukur besar udemnya
dengan menggunakan jangka sorong mulai dari menit ke-0 sampai jam ke-6 setiap
15 menit pada jam pertama dan 30 menit mulai jam ke dua sampai jam keenam.
Prosentase daya antiinflamasi dapat dihitung dari perubahan bobot kaki hewan uji.
E. Kalium Diklofenak
Cataflam
®
D-50 mengandung kalium diklofenak immediate-release
dengan kekuatan 50 mg setiap tabletnya. Kalium diklofenak merupakan turunan
asam benzenasetat yang termasuk dalam golongan obat anti inflamasi non steroid
(OAINS).
Kalium
diklofenak
dengan
nama
kimia
2-[(2,6-
dichlorophenyl)amino]benzeneacetic acid, monopotassium salt dengan bobot
molekul sebesar 334,25 dan rumus molekul C14H10Cl2NKO2. Tablet Cataflam
®
D-50 merupakan sediaan tablet tanpa salut sehingga bersifat dispersible atau dapat
digerus dan memungkinkan digunakan dalam peracikan obat untuk resep
(Novartis, 2009).
Selain kalium diklofenak, bahan inaktif yang terkandung dalam tablet
Cataflam ® D-50 antara lain kalsium fosfat, silikon dioksida koloidal, besi oksida,
magnesium stearat, mikrokristalin selulosa, polietilen glikol, povidone, natrium
glikolat, pati jagung, talk, serta titanium dioksida (Novartis, 2009).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
F. Karagenin
Karagenin adalah sulfat polisakarida bermolekul besar sebagai induktor
inflamasi (Corsini et al, 2005). Penggunaan karagenin sebagai penginduksi radang
memiliki beberapa keuntungan antara lain: tidak meninggalkan bekas, tidak
menimbulkan kerusakan jaringan dan memberikan respon yang lebih peka
terhadap obat antiinflamasi dibanding senyawa iritan lainnya (Siswanto dan
Nurulita, 2005). Zat yang dapat digunakan untuk memicu terbentuknya udem
antara lain: mustard oil 5%, dextran 1%, egg white fresh undiluted, serotonin
kreatinin sulfat, lamda karagenin 1% yang diinduksikan secara subplantar pada
telapak kaki tikus. Karagenin ada beberapa tipe, yaitu lambda (λ) karagenin, iota
(i) karagenin dan kappa (k) karagenin. Lambda (λ) karagenin ini dibandingkan
dengan jenis karagenin yang lain, lambda karagenin paling cepat menyebabkan
inflamasi dan memiliki bentuk gel yang baik dan tidak keras (Rowe, Sheskey and
Weller, 2003).
G. Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan pelarut air pada suhu 900C selama 15 menit. Pembuatannya adalah campur
simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air secukupnya,
panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900C
sampai sekali-kali diaduk. Serkai selagi panas dengan kain flanel, tambahkan air
panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang
dikehendaki (Depkes RI, 1995).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
H. Landasan Teori
Peradangan atau disebut inflamasi merupakan respon tubuh sebagai
pertahanan diri untuk melindungi diri dari serangan dari luar. Rangsangan tersebut
menyebabkan lepasnya mediator-mediator inflamasi seperti histamin, serotonin,
prostaglandin, kinin dan ion kalsium. Mediator-mediator ini akan memulai proses
inflamasi secara bertahap, yaitu fasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskuler
dan eksudasi leukosit. Sebelum terjadi inflamasi, neutrofil dan makrofag akan
bermigrasi ke daerah yang mengalami kerusakan pada jaringan. Pada daerah
peradangan juga dihasilkan oksidan reaktif seperti radikal bebas, yang memiliki
kontribusi pada kerusakan jaringan seperti pada penyakit rheumatoid arthritis
(Halliwell, Hoult and Blake, 1988). Biosintesis prostaglandin sendiri berlangsung
dengan bantuan radikal bebas (Fessenden dan Fessenden, 1992). Jika radikal
bebas tersebut tidak ditangkap, maka prostaglandin akan terus terbentuk dan
menyebabkan terjadinya inflamasi.
Daun iler dan infusa daun iler mengandung senyawa flavonoid, saponin
dan polifenol terbukti mempunyai daya antiinflamasi (Amitjitraresmu, 1995).
Pada bunga telang telah ditemukan senyawa flavonol glikosida dan antosianin
(Kazuma, 2003), dan hasil infusa bunga telang terbukti berpotensi sebagai
antiinflamasi (Manurung, 2013). Senyawa flavonoid termasuk senyawa fenolik
alam yang potensial sebagai antioksidan. Antioksidan dapat menghambat enzim
siklooksigenase dan lipooksigenase pada kaskade inflamasi sehingga produksi
prostaglandin dan leukotrien dapat dihambat. Akibat terhambatnya prostaglandin,
inflamasi pada jaringan menjadi berkurang. Kombinasi infusa daun iler dengan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
infusa bunga telang mempunyai antioksidan yang mampu meningkatkan efek
antiinflamasi dengan menangkap radikal bebas penyebab radang.
I. Hipotesis
Kombinasi infusa daun iler (Coleus atropurpureus L.Benth) dosis 140
mg/kgBB dengan infusa bunga telang (Clitoria ternatea L.) dosis 328; 655; 1310
mg/kgBB dapat meningkatkan efek antiinflamasi terhadap mencit betina galur
Swiss terinduksi karagenin 1%.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak lengkap pola searah. Maksud dari eksperimental murni adalah
adanya perlakuan pada subjek uji dan menggunakan kontrol untuk pembanding.
Rancangan acak maksudnya adalah setiap hewan uji mendapatkan kesempatan
yang sama untuk masuk dalam kelompok. Lengkap adalah setiap hewan uji dalam
satu kelompok perlakuan menerima satu jenis perlakuan. Pola searah maksudnya
adalah faktor yang diuji dalam penelitian ini hanya ada satu yaitu pengaruh dosis
pemberian infusa daun iler dan bunga telang terhadap edema pada kaki mencit
betina galur Swiss
B. Variabel Penelitian
1.
Variabel utama
a.
Variabel bebas : kombinasi infusa daun iler (Coleus atrouirpureus L.
Benth) dosis 140 mg/kgBB dengan berbagai dosis infusa bunga telang
(Clitoria ternatea L.)
b.
Variabel tergantung : penurunan tebal udema dilihat dari perbandingan
kaki mencit yang normal tanpa perlakuan dengan kaki yang terinduksi
karagenin
29
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2.
30
Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali : hewan uji mencit betina galur Swiss, umur
2-3 bulan, berat badan 20-30 g pemberian bahan uji secara oral,
pemberian ransangan inflamasi secara subplantar.
b. Variabel pengacau tak terkendali : kondisi patologi hewan uji, kondisi
lingkungan pertumbuhan tanaman
C. Definisi Operasional
1.
Tebal edema adalah tebal telapak kaki mencit yang diinduksi oleh karagenin
1% dosis 25 mg/kgBB yang diinjeksikan secara subplantar dan diukur dengan
jangka sorong dalam satuan millimeter
2.
Kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang merupakan campuran
antara infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dan infusa bunga telang dosis 328;
655; dan 1310 mg/kgBB yang diberikan secara peroral.
3.
Injeksi sub plantar adalah injeksi pada telapak kaki hewan uji, arah jarum
harus mengarah pada jari-jari hewan uji.
4.
Uji antiinflamasi adalah uji dengan menggunakan mencit betina galur Swiss
sebagai hewan uji yang diradangkan telapak kaki kirinya, dan diukur tebalnya
kedua kaki belakang dengan menggunakan jangka sorong, kemudian
dibandingkan dengan perlakuan per-oral infusa daun iler dan infusa bunga
telang
5.
Efek antiinflamasi adalah kemampuan suatu zat untuk mengurangi udema
pada kaki hewan uji akibat injeksi karagenin 1 % secara subplantar.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6.
31
Daya antiinflamasi adalah kemampuan bahan uji untuk mengurangi
pembengkakan kaki hewan uji akibat injeksi karagenin 1% secara subplantar
dan dibandingkan dengan kalium diklofenak
7.
AUC (Area Under Curve) ditentukan dengan menggunakan rumus trapezoid
di mana selisish udema antara kaki kiri dan kanan dikali dengan selisih waktu
pengukuran (mm.menit)
D. Bahan atau Materi Penelitian
Bahan-bahan atau materi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
1.
Daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) yang digunakan adalah daun segar
dan tidak terserang hama serta bunga telang (Clitoria ternatea L.) yang
digunakan adalah bunga segar yang mekar dan tidak terserang hama. Bahan
diperoleh dari Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta dan dipanen pada waktu pagi hari setiap kali akan
melakukan penelitian.
2.
Hewan uji yang digunakan yaitu mencit betina galur Swiss dengan umur 2-3
bulan, berat badan 20-30 g yang diperoleh dari Laboratorium Imono,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3.
Zat inflamatogen : Karagenin tipe I (Sigma Chemical Co.), yang diperoleh
dari
Laboratorium
Farmakologi
dan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Toksikologi
Fakultas
Farmasi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4.
32
Tablet Cataflam®D 50 (Novartis Indonesia) yang mengandung kalium
diklofenak 50 mg sebagai kontrol positif diperoleh dari Apotek K24.
5.
Larutan NaCl fisiologis 0,9% (Otsuka) sebagai pelarut karagenin diperoleh
dari Apotek Kimia Farma
6.
Aquadest diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
E. Alat atau Instrumen Penelitian
1.
Jangka sorong Digital Caliper merk Wipro
2.
Satu set panci infusa
3.
Termometer
4.
Seperangkat alat gelas berupa gelas beker, erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur,
corong, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrek Iwaki Glass)
5.
Penangas
6.
Spuit injeksi 1 mL yang digunakan untuk pemberian peroral memiliki jarum
yang ujungnya berbentuk bulat dan berlubang di bagian tengah (merk
Terumo)
7.
Spuit injeksi 1 mL yang memiliki ujung runcing yang digunakan untuk
pemberian secara subplantar (merk Terumo)
8.
Kamera digital
9.
Timbangan
10. Stopwatch
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
F. Tata Cara Penelitian
1.
Determinasi tanaman
Determinasi tanaman iler dan telang menggunakan batang, daun dan
bunga yang dilakukan secara benar sesuai dengan buku acuan di Laboratorium
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2.
Pengumpulan bahan
Pengumpulan bahan dilakukan pada bulan April. Daun iler yang diambil
adalah daun segar dan tidak terserang hama dipanen sebelum berbunga pada
bagian tengah batang, tidak terlalu kepucuk dan tidak terlalu kepangkal. Bunga
telang yang diambil adalah bunga segar yang sedang mekar dan tidak terserang
hama. Daun iler dan bunga telang diperoleh dari Kebun Obat Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dipanen pada saat pagi hari.
3. Pembuatan infusa daun iler dan infusa bunga telang
a. Pembuatan infusa daun iler
Pembuatan infusa daun iler yang telah dikumpulkan, dicuci dengan air
mengalir, kemudian ditiriskan dan diangin-anginkan untuk meniadakan air
pada daun. Daun yang sudah kering ditimbang sebanyak 5 g. Selanjutnya daun
direbus menggunakan aquadest sebanyak 100 mL pada suhu 90oC selama 15
menit sambil sesekali diaduk. Hasil rebusan daun disaring menggunakan kertas
saring sampai diperoleh cairan infusa daun iler sebanyak 100 mL.
b. Pembuatan infusa bunga telang
Pembuatan infusa bunga telang yang telah dikumpulkan, dicuci
dengan air mengalir, kemudian ditiriskan dan diangin-anginkan untuk
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
meniadakan air pada bunga. Bunga yang sudah kering ditimbang sebanyak 5 g.
Selanjutnya bunga direbus menggunakan aquadest 100 mL pada suhu 90oC
selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Hasil rebusan bunga disaring
menggunakan kertas saring sampai diperoleh cairan infusa bunga C. ternatea
sebanyak 100 mL.
4. Penetapan konsentrasi infusa daun iler dan infusa bunga telang
a. Penetapan konsentrasi infusa daun iler
Sejumlah 5 g daun iler dilarutkan dalam aquades sebanyak 100 mL
kemudian di add aquades sampai 100 mL. Hasil akhir yang diperoleh adalah
infusa daun iler dengan konsentrasi 5 g/100 mL.
b. Penetapan konsentrasi infusa bunga telang
Sejumlah 5 g bunga telang dilarutkan dalam aquades sebanyak 100
mL kemudian di add aquades sampai 100 mL. Hasil akhir yang diperoleh
adalah infusa bunga telang dengan konsentrasi 5 g/100 mL.
5. Penetapan dosis infusa daun iler dan infusa bunga telang
a. Penetapan dosis infusa daun iler
Perhitungan dosis infusa daun iler berdasarkan hasil penelitian yang
dilakuan sebelumnya oleh Amitjitraresmu (1995), penulis menggunakan dosis
infusa daun iler pada tikus sebesar 100 mg/kg bb yang akan dikonversikan
pada mencit untuk penelitian berikutnya.
Konversi berat badan tikus 200 g ke mencit 20 g = 0,14.
Dosis infusa daun iler 100 mg/kgBB adalah 20 mg untuk 200 g tikus.
Dosis untuk mencit 20 g = 0,14 x 20 mg
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
35
= 2,8 mg/20g BB
= 0,14 mg/g BB
Dalam penelitian ini, infusa daun iler dibuat hanya satu peringkat dosis yaitu
140 mg/kg BB.
b. Penetapan dosis infusa bunga telang
Perhitungan dosis infusa bunga telang dilakukan berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2013). Dalam penelitian ini, infusa
bunga telang dibuat dalam tiga peringkat dosis yaitu 328; 655; 1310 mg/Kg
BB mencit.
6. Pembuatan larutan karagenin 1 %
Larutan karagenin yang digunakan sebagai zat peradang dibuat dengan
cara melarutkan 1 g karagenin dalam larutan NaCl fisiologis (0,9 %) hingga
volume 100 mL, akan diperoleh larutan karagenin 1% (b/v) yang setara dengan
dosis 25 mg/kgBB. Perhitungan karagenin adalah sebagai berikut:
‫=݊݅݊݁݃ܽݎܽ݇ݏ݅ݏ݋ܦ‬
ቀ0,05‫ݔ‬
ଵ଴଴௠ ௚
ଵ଴௠ ௅
0,02݇݃
ቁ
= 25݉ ݃/݇݃‫ܤܤ‬
7. Pembuatan larutan Diklofenak dan Penentuan Dosis
Tablet Cataflam®D 50 yang mengandung kalium diklofenak 50 mg sebanyak 20
tablet diuji keseragaman bobotnya. Diambil 1 tablet Cataflam®D 50 yang
mengandung kalium diklofenak 50 mg yang telah diuji keseragaman bobotnya
tersebut, digerus dalam mortar, lalu dilarutkan dalam aquadest hingga volume 100
ml sehingga diperoleh konsentrasi 2,04 mg/ml.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
Dosis untuk manusia dengan berat badan 50 kg adalah 50 mg, maka dosis untuk
manusia 70 kg adalah sebesar 70 mg. Konversi dari manusia 70 kg ke mencit 20 g
sebesar 0,0026, sehingga dosis untuk mencit 20 g
= 70 mg x 0,0026
= 0,182 mg/20 gBB mencit
= 9,1 mg/kg BB mencit
8.
Penentuan waktu pemberian kalium diklofenak
Kalium diklofenak (Cataflam®D 50) sebagai kontrol positif diberikan 15
menit sebelum induksi udema dengan injeksi karagenin 1% secara subplantar
berdasarkan penelitian Gunawan (2010).
9.
Penentuan kontrol negatif
Kontrol negatif adalah zat yang tidak memiliki efek antiinflamasi sehingga dapat
digunakan sebagai pembanding terhadap zat yang diuji. Pada penelitian digunakan
aquades sebagai kontrol negatif yang merupakan pelarut dalam pembuatan infusa
bunga telang. Aquades diinjeksikan dosis 25 g/kgBB secara peroral.
10. Penyiapan hewan uji
Hewan uji yang dibutuhkan adalah sebanyak 35 ekor mencit betina galur
Swiss, umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 g. Sebelum digunakan, hewan uji
sebelumnya dipuasakan selama 18-24 jam dan hanya diberikan air minum saja.
Kemudian hewan uji diadaptasikan di lingkungan tempat penelitian selama 18-24
jam. Hewan uji dibagi secara acak menjadi 7 kelompok dengan masing-masing
kelompok sebanyak 5 ekor.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
11. Perlakuan hewan uji
Hewan uji yang digunakan sebanyak 35 ekor mencit betina galur Swiss.
Mencit dibagi secara acak menjadi tujuh kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 5 ekor mencit dengan perlakuan sebagai berikut:
Hewan uji sejumlah 35 ekor
Kel I
Kel
Kel III
Kel IV
Kel V
Kel VI
Kel
Mencit diberikan senyawa uji
beserta
15 menit kemudian kaki kiri mencit diinjeksi subplantar
dengan karagenin dan kaki kanan disuntik dengan spuit
Tebal kedua kaki diukur mulai dari menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90,
120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360, kemudian
dibandingkan tebal kedua kaki
AUC setiap mencit dihitung dengan metode trapezoid
Keterangan :
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Kelompok V
= Kontrol Aquades dosis 25 g/kgBB
= Kontrol kalium iklofenak dosis 9,1 mg/kgBB
= Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
= Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB
= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mg/kgBB
Kelompok VI = Kombinasi nfusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mg/kgBB
Kelompok VII =Kombinasi nfusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
12. Penentuan persen (%) penghambatan inflamasi dan daya antiinflamasi
Metode
penentuan
persen
penghambatan
inflamasi
dan
daya
antiinflamasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menghitung luas
area dibawah kurva (AUC-Area Under Curve) untuk setiap mencit dengan metode
trapezoid menggunakan rumus:
ܲ݁݊݃ℎܽ݉ ܾܽ‫(݅ݏܽ ݈݂݉ܽ݊݅݊ܽݐ‬%) =
‫݅ݐ݊ܽܽݕܽܦ‬− ݂݈݅݊ܽ݉ ܽ‫(݅ݏ‬%) =
(AUC଴ି୶)଴– (AUC଴ି୶)୬
x 100%
(AUC଴ି୶)଴
(AUC଴ି୶)୷– (AUC଴ି୶)୬
x 100%
(AUC଴ି୶)୷
Keterangan :
(AUC଴ି୶)଴ = AUC଴ି୶ rata-rata kelompok kontrol negatif
(AUC଴ି୶)୷ = AUC଴ି୶ rata-rata kelompok kontrol positif
(AUC଴ି୶)୬ = AUC଴ି୶masing-masing hewan uji yang diberi senyawa
uji dosis sebesar n (Ikawaty, Suparjan, Asmara, 2007).
Untuk menghitung luas area dibawah kurva (AUC -Area Under Curve)
untuk setiap mencit pada setiap rentang waktu pengukuran dengan metode
trapezoid digunakan rumus:
‫ܥ‬ଵ − ‫ܥ‬଴
‫ܥ‬ଶ − ‫ܥ‬ଵ
‫ܥܷܣ‬଴ି௫ = ൬
‫ݐݔ‬ଵ − ‫ݐ‬଴൰+ ൬
‫ݐݔ‬ଶ − ‫ݐ‬ଵ൰+ ⋯
2
2
‫ܥ‬௡ − ‫ܥ‬௡ିଵ
+൬
‫ݐݔ‬௡ − ‫ݐ‬௡ିଵ൰
2
Keterangan :
‫ܥܷܣ‬଴ି௫ = Area Under Curve dari menit ke-0 sampai menit ke-330
‫ܥ‬௡ − ‫ܥ‬௡ିଵ = besarnya tebal udem dari menit ke-0 sampai menit ke-330
‫ݐ‬௡ − ‫ݐ‬௡ିଵ = lamanya waktu pengukuran mulai dari menit ke-0 sampai
menit ke-330
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik untuk
menemukan kombinasi dosis infusa daun C. atropurpureus dan infusa bunga
C. ternatea yang dapat menurunkan tebal edema kaki mencit yang sebanding
dengan kontrol positif kalium diklofenak.
G. Tata Cara Analisis Hasil
1.
Hasil data yang diperoleh dianalisis dengan Shapiro-Wilk untuk melihat
distribusi data. Jika data terdistribusi tidak normal maka dilanjutkan dengan
analisis Kruskal-Wallis dengan taraf kepercayaan 95%. Analisis ini dilakukan
untuk melihat apakah ada perbedaan pada tiap kelompok perlakuan. Analisis
dilanjutkan dengan uji Mann-Whytney untuk mengetahui perbedaan tersebut
bermakna atau tidak bermakna.
2.
Jika terdapat nilai p<0,05 yang menandakan adanya perbedaan yang
bermakna dan jika nilai p>0,05 yang menandakan adanya perbedaan tidak
bermakna.
3.
Data kuantitatif % penghambatan inflamasi dan daya antiinflamasi disajikan
dalam nilai rata-rata ± standard error (X±SE)
(Dahlan,
2012).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Tanaman
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun iler (Coleus
atropurpureus L. Benth) dan bunga telang (Clitoria ternatea L). Sebelum kedua
tanaman ini digunakan untuk penelitian ini terlebih dahulu dilakukan determinasi
tanaman untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar-benar
tanaman Coleus atropurpureus L. Benth dan bunga Clitoria ternatea L. yang
biasa dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai bahan obat untuk
mengobati beberapa penyakit. Bagian tanaman yang digunakan dalam determinasi
ini adalah bagian batang, daun dan bunga. Determinasi dilakukan sesuai dengan
buku acuan hingga kategori jenis (spesies) untuk membuktikan bahwa batang,
daun dan bunga yang dideterminasi adalah benar Coleus atropurpureus L. Benth.
dan bunga Clitoria ternatea L.
Hasil determinasi yang dilakukan berdasarkan buku Flora of Java (Backer
and Brink, 1965) yang dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia
Universitas Sanata Dharma, maka daun iler yang digunakan dalam penelitian ini
adalah benar-benar berasal dari tanaman iler (Coleus atropurpureus L. Benth).
Hasil determinasi yang dilakukan pada bunga telang berdasarkan buku acuan
“Flora untuk Sekolah di Indonesia” yang digunakan dalam penelitian ini adalah
benar-benar berasal dari tanaman telang (Clitoria ternatea L.). Bukti hasil
40
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
determinasi dari kedua tanaman tersebut dinyatakan dalam surat keterangan
determinasi dapat dilihat pada lampiran 1.
B. Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dan Infusa Bunga
Telang (Clitoria ternatea L.)
Infusa daun iler dan bunga telang dibuat dengan cara merebus daun iler
dan bunga telang segar dalam aquades. Daun iler dan bunga telang direbus dengan
suhu 90oC selama 15 menit. Pemilihan pelarut aquades dalam penelitian ini adalah
berdasarkan penggunaan obat di masyarakat dengan merebus tanaman ini dengan
air dan langsung menggunakannya. Suhu 90oC dan selama 15 menit dimaksudkan
supaya zat yang berkhasiat sebagai antiinflamasi tidak rusak atau mengalami
gangguan akibat pemanasan tinggi. Penggunaan metode infusa ini dipilih karena
penggunaannya praktis, tidak membutuhkan waktu lama dan bahan yang
digunakan masih segar. Namun kelemahan dari metode infusa ini adalah cairan
hasil infusa tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama lebih dari 24 jam.
Hasil infusa daun iler berupa cairan berwarna merah muda dan tidak
berbau. Hasil infusa bunga telang berupa cairan berwarna ungu dan tidak berbau.
Untuk kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang pada penelitian ini
digunakan tiga peringkat dosis. Untuk dosis daun iler sendiri hanya digunakan
satu peringkat dosis yaitu sebesar 140 mg/kgBB. Hal ini berdasarkan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Amitjitraresmu (1995), bahwa pada dosis
terendah 100 mg/kgBB pada tikus telah memberikan persen inhibisi radang
sebesar 59,81%. Kemudian dosis tersebut dikonfersikan untuk dosis mencit.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
Untuk dosis infusa bunga telang dibuat tiga peringkat dosis, yaitu 328; 655; dan
1310 mg/kgBB. Dosis ini diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Manurung
(2013), bahwa pada peringkat dosis tersebut belum mencapai persentase
penghambatan inflamasi sebesar 50%. Maka dengan menambahkan infusa daun
iler diharapkan dapat mempengaruhi atau menambah persentase penghambatan
inflamasi infusa bunga telang jika dikombinasikan.
C. Efek Antiinflamasi Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth)
dan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)
Penelitian uji efek antiinflamasi kombinasi infusa daun iler (Coleus
atropurpureus L. Benth.) dengan bunga telang (Clitoria ternatea L.) dilakukan
untuk mengetahui apakah kombinasi infusa daun iler dengan bunga telang dapat
meningkatkan efek antiinflamasi dan sekaligus mengetahui besarnya kemampuan
kombinasi infusa daun iler dengan bunga telang sebagai antiinflamasi. Efek
antiinflamasi ditandai dengan penurunan udema kaki mencit setelah diinjeksi
karagenin 1% secara subplantar akibat pemberian infusa daun iler dan infusa
bunga telang secara peroral.
Untuk mengukur ketebalan udema pada kaki mencit digunakan metode
pengukuran menggunakan jangka sorong. Jangka sorong yang digunakan adalah
jangka sorong Digital Caliper merk Wipro. Metode pengukuran efek
antiinflamasi yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi Mahmood,
Aorahman, Tariq, and Hussain (2009), di mana pengukurannya terletak pada
ketebalan kaki mencit (dari telapak kaki mencit dengan posisi jangka sorong
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
vertikal). Metode pengukuran dengan jangka sorong merupakan salah satu metode
yang seringkali digunakan dalam uji antiinflamasi di samping metode potong kaki
atau metode pengukuran volume udema dengan pletismometer. Alasan pemilihan
metode ini dalam penelitian ini adalah karena metode ini relatif sederhana, baik
dari instrument yang dibutuhkan, proses perlakuan, pengamatan, pengukuran
sampai dengan pengolahan data. Keuntungan dari metode pengukuran
menggunakan jangka sorong dibandingkan dengan potong kaki adalah tidak perlu
mengorbankan hewan uji yang digunakan, penggunaannya sederhana, dan dapat
mengurangi kesalahan pengukuran.
Pada penelitian ini, sebagai penginduksi inflamasi digunakan karagenin
1% karena karagenin merupakan salah satu zat inflamatogen udema pada kaki
mencit yang paling banyak digunakan untuk memprediksi efektivitas potensial
terapetik dari obat-obat antiinflamasi, baik dari golongan steroid maupun non
steroid. Karagenin juga tidak menimbulkan kerusakan jaringan pada kaki mencit.
Adapun mekanisme kerja dari karagenin yaitu senyawa akan menginduksi
inflamasi dalam dua fase, fase pertama terjadi sekitar 60 menit setelah induksi
karagenin, dimana terjadi pelepasan histamin, serotonin dan bradikinin. Fase
kedua berlangsung sekitar 60 menit sampai kurang lebih tiga jam setelah injeksi.
Fase ini berhubungan dengan pelepasan radikal bebas neutrofil seperti hidrogen
peroksida, superoksida, radikal hidroksil serta prostaglandin (Suleyman,
Demircan, Karagoz, Oztasan, and Suleyman, 2004). Menurut Baghdikian et al.,
(1997), karagenin akan menginduksi cedera sel sehingga sel yang cedera
melepaskan mediator yang mengawali proses inflamasi. Setelah pelepasan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
mediator inflamasi, terjadi edema yang mampu bertahan selama enam jam dan
berangsur-angsur berkurang dalam waktu 24 jam setelah injeksi.
Dalam penelitian ini, tebal edema diukur selama enam jam yang dimulai
pada menit ke 0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300 dan 360.
Setelah itu dihitung nilai AUC tiap menit yang ditentukan kemudian dirata-rata,
maka didapat profil seperti pada gambar 2.
Kurva Waktu Pengukuran VS Rata-rata Edema Kaki
Mencit
Rata-rata edema (mm)
1,4
1,2
Kelompok I
1
Kelompok II
0,8
Kelompok III
0,6
Kelompok IV
0,4
Kelompok V
0,2
Kelompok VI
0
0
100
200
300
400
Kelompok VII
Waktu pengukuran (menit)
Gambar 2. Kurva rata-rata edema kaki mencit yang diinduksi karagenin 1%
selama 6 jam pengamatan
Keterangan :
Kelompok I = Kontrol negatif (aquades) dosis 25 g/kgBB
Kelompok II = Kontrol positif (kalium diklofenak) dosis 9,1 mg/kgBB
Kelompok III = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
Kelompok IV = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB
Kelompok V = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mg/kgBB
Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mg/kgBB
Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
45
Dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa kelompok aquades 25 mg/kgBB
tidak terjadi penurunan udema yang signifikan sampai pada menit ke 360. Hal ini
dapat dikatakan bahwa aquades tidak mempunyai kemampuan untuk menghambat
inflamasi. Penurunan udema pada awal pengamatan mungkin disebabkan oleh
respon dari tubuh yang berupaya untuk mempertahankan dan memulihkan tubuh
dari adanya peradangan. Pada kelompok II (kalium diklofenak dosis 9,1
mg/kgBB) terlihat penurunan udema yang signifikan dan tidak terjadi peningkatan
udema sampai jam keenam. Hal ini menunjukkan bahwa kalium diklofenak yang
merupakan OAINS memang memiliki aktivitas antiinflamasi. Pada kelompok III
(infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB) dan IV (infusa bunga telang dosis 1310
mg/kgBB) terjadi penurunan udema dan selang beberapa jam terjadi peningkatan
udema kembali. Masing-masing infusa daun iler dan infusa bunga telang terbukti
memiliki aktivitas antiinflamasi, tetapi kemampuannya untuk menghambat
inflamasi lebih rendah dibandingkan dengan kalium diklofenak dosis 9,1
mg/kgBB.
Kelompok V, VI dan VII merupakan kelompok perlakuan kombinasi
infusa daun iler dan infusa bunga telang, dapat dilihat bahwa semakin lama waktu
pengamatan semakin turun sampai selang beberapa jam mengalami kenaikan
sedikit kemudian turun lagi. Hal ini mungkin disebabkan karena dosis infusa daun
iler dan infusa bunga telang hanya memiliki efek untuk menurunkan inflamasi
sampai jam tertentu saja dan kemungkinan akan terjadi peningkatan udema
kembali karena karagenin sendiri sebagai penginduksi udema mampu bertahan
selama 6 jam dan berangsur-angsur berkurang dalam waktu 24 jam setelah injeksi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
Grafik kelompok V dan VII hampir berhimpitan dengan kelompok II yang dapat
dikatakan bahwa aktivitas antiinflamasi dari kelompok V dan VII hampir sama
dengan kontrol positif kalium diklofenak dalam menurunkan tebal edema kaki
mencit. Hal ini semakin diperkuat lagi dengan melihat hasil perhitungan
statistiknya pada tabel I dan diagram batang yang menunjukkan perbedaan AUC
antar kelompok perlakuan disajikan dalam gambar 3.
Tabel I. Hasil analisis rata-rata nilai AUC total setiap kelompok perlakuan
menggunakan Kruskal-Wallis taraf kepercayaan 95% dengan uji MannWhitney
Kel Rata-rata
AUC Kel Kel
Kel
Kel
Kel Kel
Kel
(mm.menit)
I
II
III
IV
V
VI
VII
(X ± SE)
I
302,16 ± 16,55
B
B
B
B
B
B
II 143,61 ± 2,23
B
B
B
TB
B
TB
III 234,35 ± 7, 95
B
B
B
TB
B
B
IV 217,71 ± 3,16
B
B
B
TB
B
B
V 138,62 ± 21,74
B
TB
TB
TB
TB
TB
VI 136,61 ± 0,68
B
B
B
B
TB
TB
VII 143,13 ± 3,46
B
TB
B
B
TB
TB
Keterangan :
Kelompok I = Kontrol negatif (aquades) dosis 25 g/kgBB
Kelompok II = Kontrol positif (kalium diklofenak) dosis 9,1 mg/kgBB
Kelompok III = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
Kelompok IV = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB
Kelompok V = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mg/kgBB
Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mg/kgBB
Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB
X
= Mean (Rata-rata)
SE
= Standard Error (SD/√n)
Dari hasil statistik dengan uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok II dengan kelompok V
dan VII. Hal ini dapat dikatakan bahwa aktivitas antiinflamasi kelompok kalium
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
diklofenak dengan kelompok kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga telang dosis 328 mg/kgBB dan kombinasi infusa daun iler
dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 1310 mg/kgBB yang
hampir sama dengan kalium diklofenak dalam menurunkan edema kaki mencit.
Gambar 3. Diagram batang rata-rata AUC tiap kelompok perlakuan
Keterangan :
Kelompok I = Kontrol negatif (aquades) dosis 25 g/kgBB
Kelompok II = Kontrol positif (kalium diklofenak) dosis 9,1 mg/kgBB
Kelompok III = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
Kelompok IV = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB
Kelompok V = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mg/kgBB
Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mg/kgBB
Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
Rata-rata AUC kelompok VI sebesar 136,61 mm.menit, dari uji statistik
menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan kelompok II. Hal ini dapat
dikatakan bahwa kombinai infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa
bunga telang dosis 655 mg/kgBB memiliki aktivitas antiinflamasi yang tidak
sebanding dengan kalium diklofenak. Rata-rata AUC kelompok I yaitu kontrol
negatif lebih besar daripada semua kelompok perlakuan lainnya, yaitu sebesar
302,16 mm.menit. Hal ini menunjukkan bahwa aquades tidak mempunyai
aktivitas antiinflamasi. Kalium diklofenak mempunyai kemampuan yang sangat
besar untuk menurunkan tebal udema kaki mencit dengan rata-rata AUC sebesar
143,61 mm,menit. Masing-masing kelompok kontrol infusa daun iler dan infusa
bunga telang mempunyai AUC yang besar jika dibandingkan dengan kontrol
kalium diklofenak, yaitu 234,35 dan 217,71 mm.menit. Dari hasil statistik
menunjukkan berbeda bermakna dengan kalium diklofenak. Hal ini dapat
dikatakan bahwa aktivitas antiinflamasi kontrol infusa daun iler dan infusa bunga
telang tidak sama dengan kalium diklofenak.
Sebagai kontrol negatif digunakan aquades. Dasar pemilihan aquades
adalah karena pelarut yang digunakan untuk bahan infusa daun C. atropurpureus
dan bunga C. ternatea adalah aquades dan juga untuk membuktikan apakah
pelarut yang digunakan tidak berpengaruh pada perlakuan. Aquades juga
digunakan sebagai pembanding aktivitas antiinflamasi.
Sebagai kontrol positif digunakan Cataflam® D-50. Cataflam® D-50
berisi kalium diklofenak 50 mg. Cataflam® D-50 dipilih karena termasuk dalam
golongan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dengan mekanisme utama
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
menghambat kerja enzim siklooksigenase sehingga asam arakidonat tidak dapat
diubah menjadi prostaglandin. Demikian juga pada inflamasi yang diinduksi oleh
karagenin, Cataflam® D-50 lebih efektif dalam menghambat fase kedua dari
proses inflamasi. Mekanisme kerja Cataflam® D-50 terjadi dengan menghambat
produksi radikal bebas yang berperan pada pembentukan lipid peroksida reaktif
yang menstimulasi aktivitas fosfolipase pada fosfolipid, sehingga tidak terbentuk
asam arakidonat (Ari, 2001).
Digunakan merk Cataflam® D-50 karena hampir semua sediaan yang
mengandung diklofenak yang beredar di pasaran merupakan tablet salut enterik
yang ditujukan untuk mengurangi resiko iritasi pada lambung (Padmadisastra,
Abdassah, and Wijanarko, 2007). Desain salut enterik bertujuan agar obat baru
akan dilepaskan saat sudah mencapai usus halus. Oleh karena itu, pada sediaan
tersebut selain kalium diklofenak juga terdapat bahan lain yang menyusun
penyalut dari tablet tersebut yang tidak memungkinkan tablet untuk digerus,
sedangkan dalam penelitian ini tablet harus digerus agar dapat dilarutkan dalam
aquades. Cataflam® D-50 merupakan tablet dispersible (D) tanpa salut sehingga
memungkinkan tablet ini untuk digerus dan didispersikan dalam aquades untuk
diberikan pada mencit secara peroral. Dosis Cataflam® yang digunakan adalah 9,1
mg/kg BB mencit. Dasar pemilihan dosis ini adalah berdasarkan penggunaan
dosis pada manusia sebesar 50 mg untuk rata-rata 50 kg BB manusia dan untuk
berat badan 70 kg digunakan dosis 70 mg. Dari dosisi pada manusia 70 kg
kemudian dikonfersikan pada hewan mencit dengan berat badan rata-rata 20 gram
sehingga diperoleh dosis untuk mencit sebesar 9,1 mg/kgBB mencit. Dari hasil
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
orientasi yang dilakukan oleh Kurniawaty (2010), selang waktu pemberian
Diklofenak adalah 15 menit sebelum diberikan suspensi karagenin. Selang
pemberian 15 menit telah dapat menimbulkan efek secara maksimal untuk
menurunkan udema. Pada penelitian ini selang waktu pemberian semua perlakuan
adalah 15 menit sebelum diberikan suspensi karagenin 1%.
Penghambatan inflamasi ditunjukkan dengan penurunan udema kaki
mencit setelah pemberian suspensi karagenin 1%. Untuk mengetahui seberapa
besar aktivitas antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang,
maka dihitung persen penghambatan inflamasi dari AUC total yang sebelumnya
telah dihitung. Data persen penghambatan inflamasi dapat dilihat pada tabel II.
Tabel II. . Hasil analisis rata-rata nilai %PI total setiap kelompok perlakuan
menggunakan Kruskal-Wallis taraf kepercayaan 95% dengan uji MannWhitney
Perlakuan
Kel I
Kel II
Kel III
Kel IV
Kel V
Kel VI
Kel VII
% PI
(X±SE)
0,00 ± 5,47
52,47 ± 0,74
22,44 ± 2,63
27,95 ± 1,04
54,13 ± 7,19
54,79 ± 0,22
52,63 ± 1,14
Keterangan :
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Kelompok V
Kel
I
B
B
B
B
B
B
Kel
II
B
B
B
TB
B
TB
Kel
III
B
B
B
TB
B
B
Kel
IV
B
B
B
TB
B
B
Kel
V
B
TB
TB
TB
TB
TB
Kel
VI
B
B
B
B
TB
TB
Kel
VII
B
TB
B
B
TB
TB
-
= Kontrol negatif (aquades) dosis 25 g/kgBB
= Kontrol positif (kalium diklofenak) dosis 9,1 mg/kgBB
= Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
= Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB
= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mg/kgBB
Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mg/kgBB
Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB
X
= Mean (Rata-rata)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PI
SE
51
= Penghambatan Inflamasi
= Standard Error (SD/√n)
Gambar 4. Diagram batang rata-rata persen penghambatan inflamasi tiap
kelompok perlakuan
Keterangan :
Kelompok I = Kontrol negatif (aquades) dosis 25 g/kgBB
Kelompok II = Kontrol positif (kalium diklofenak) dosis 9,1 mg/kgBB
Kelompok III = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
Kelompok IV = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB
Kelompok V = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mg/kgBB
Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mg/kgBB
Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa infusa daun iler, infusa bunga
telang maupun kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang memiliki efek
anti inflamasi yang dinilai dari % penghambatan inflamasi yang diperoleh dengan
membandingkan AUC total tiap kelompok perlakuan dengan AUC rata-rata
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
kelompok kontrol negatif.
Dari hasil penelitian
52
yang dilakukan oleh
Amitjitraresmu (1995), bahwa infusa daun iler dosis 100 mg/kgBB tikus memiliki
persentase penghambatan inflamasi sebesar 59,81%. Sementara dalam penelitian
ini, nilai persen penghambatan inflamasi infusa daun iler dosis 100 mg/kgBB
tikus yang dikonfersikan ke mencit tidak mencapai persen penghambatan
inflamasi sebesar 59,81%, tetapi yang diperoleh hanya sebesar 22,44%. Adanya
perbedaan persen penghambatan inflamasi yang dihasilkan antara penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh Amitjitraresmu (1995), kemungkinan
karena metode yang digunakan untuk mengukur udema berbeda. Persen
penghambatan inflamasi dari kelompok infusa bunga telang dosis tertinggi yang
dilakuan pada penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya
oleh Manurung (2013), yaitu sebesar 27,95%.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa data persen penghambatan
inflamasi kalium diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB sebesar 52,47%, sedangkan untuk
kelompok perlakuan kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan
infusa bunga telang berturut-turut dosis 328; 655; dan 1310 mg/kgBB masingmasing menunjukkan persen penghambatan inflamasi sebesar 54,13; 54,79; dan
52,63%. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
bermakna antara kelompok II dan VI (p<0,05). Jika dilihat dari % penghambatan
inflamasi masing-masing perlakuan yang paling tinggi adalah kelompok VI
sebesar 54,79%. Nilai % penghambatan inflamasi ini lebih tinggi daripada nilai %
penghambatan inflamasi kalium diklofenak yang menunjukkan bahwa kombinasi
infusa daun iler dosis dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 655
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
mg/kgBB memiliki aktivitas antiinflamasi yang lebih bagus daripada kontrol
kalium diklofenak. Antara kelompok II dengan kelompok V dan VII
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Hal ini dapat
dikatakan bahwa
efek antiinflamasi kelompok kalium diklofenak dengan
kelompok kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga
telang dosis 328 mg/kgBB dan kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga telang dosis 1310 mg/kgBB yang hampir sama dengan
kalium diklofenak.
Bila dilihat dari hasil statistik bahwa terdapat perbedaan yang tidak
bermakna antara ketiga kelompok kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga
telang. Hal ini menunjukkan bahwa efek antiinflamasi dari kombinasi infusa daun
iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 328; 655 dan 1310
mg/kgBB adalah sama besar.
D. Daya Antiinflamasi Kombinasi Infusa Daun Iler (Coleus
atropurpureus L. Benth) dan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)
Daya antiinflamasi dilihat dari penurunan tebal udema kaki mencit
setelah diinduksi karagenin 1% secara subplantar akibat pemberian kombinasi
infusa daun iler dengan infusa bunga telang secara peroral. Persen daya antiinflamasi diperoleh dengan membandingkan AUC total tiap kelompok perlakuan
dengan AUC rata-rata kelompok kontrol positif. Untuk melihat adanya perbedaan
yang bermakna untuk setiap kelompok dilakukan uji Mann-Whitney. Hasil uji
analisis dari setiap kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel III.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
Tabel III. Rata-rata persen daya anti-inflamasi pada kelompok perlakuan uji
antiinflamasi beserta hasil test Mann Whitney
Kel Uji
Kel I
Kel II
Kel III
Kel IV
Kel V
Kel VI
Kel VII
Keterangan :
Kelompok I
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
Kelompok V
% DAI
(X ± SE)
-110,40 ± 11,52
0,00 ± 3,48
-63,19 ± 5,53
-51,60 ± 2,20
3,47 ± 15,14
4,87 ± 0,47
0,33 ± 2,41
Kel
I
B
B
B
B
B
B
Kel
II
B
B
B
TB
B
TB
Kel
III
B
B
B
TB
B
B
Kel
IV
B
B
B
TB
B
B
Kel
V
B
TB
TB
TB
TB
TB
Kel
VI
B
B
B
B
TB
TB
Kel
VII
B
TB
B
B
TB
TB
-
= Aquades dosis 25 g/kgBB
= Kalium diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB
= Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
= Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB
= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mg/kgBB
Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mg/kgBB
Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB
dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB
X
= Mean (Rata-rata)
DAI
= Daya anti-inflamasi
SE
= Standard Error (SD/√n)
TB
= Berbeda tidak bermakna (p>0,05)
B
= Berbeda bermakna (p<0,05)
Besarnya daya antiinflamasi dari kelompok kontrol infusa daun iler dosis
140 mg/kgBB dan kelompok kontrol infusa bunga telang dosis 1310 mg/kgBB
adalah sebesar -63,19 dan -51,60. Hal ini menunjukkan bahwa baik kontrol infusa
daun iler maupun kontrol infusa bunga telang tidak mempunyai daya
antiinflamasi.
Dari hasil perhitungan diperoleh data bahwa kombinasi infusa daun iler
dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang berturut-turut dosis 328; 655; dan
1310 mg/kgBB telah mempunyai daya anti-inflamasi dengan persen daya anti-
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
inflamasi berturut-turut sebesar 3,47; 4,87; dan 0,33%. Persen daya antiinflamasi
yang paling besar terdapat pada kelompok kombinasi infusa daun iler dosis 140
mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 655 mg/kgBB. Dari hasil uji MannWhitney menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok II
dengan kelompok VI (p<0,05). Dilihat dari besarnya daya antiinflamasi kelompok
kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis
655 mg/kgBB yang lebih besar dan adanya perbedaan yang bermakna dengan
kelompok kalium diklofenak, dapat dikatakan bahwa daya antiinflamasi
kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis
655 mg/kgBB lebih baik dibandingkan dengan kalium diklofenak.
Dari hasil uji statistik dapat dilihat bahwa kombinasi infusa daun iler
dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang berturut-turut dosis 328 dan 1310
mg/kg BB terdapat perbedaan yang tidak bermakna dengan kelompok kontrol
kalium diklofenak (p>0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa kemampuan
kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang
berturut-turut dosis 328 dan 1310 mg/kgBB sebagai anti-inflamasi hampir sama
dengan obat modern kalium diklofenak (OAINS) walaupun besarnya daya
antiinflamasi dari kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang sangat kecil.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok kombinasi infusa daun
iler dan infusa bunga telang terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara ketiga
kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa daya antiinflamasi dari kombinasi infusa
daun iler dan infusa bunga telang untuk ketiga peringkat dosis adalah sama besar.
Dapat dikatakan bahwa semakin bertambahnya dosis tidak semakin memperbesar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
56
atau tidak mempengaruhi besarnya kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga
telang untuk ketiga peringkat dosis menjadi lebih baik. Untuk pengobatan
tradisional sebagai antiinflamasi sudah dapat dipilih dosis terkecil dari kombinasi
dosis infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa buga telang dosis 328
mg/kgBB yang sebanding dengan kalium diklofenak.
Cataflam® D-50 merupakan OAINS dengan mekanisme utama
menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX) sehingga asam arakidonat tidak
dapat diubah menjadi prostaglandin. Demikian juga pada inflamasi yang diinduksi
oleh karagenin, Cataflam® D-50 lebih efektif dalam menghambat fase kedua dari
proses inflamasi. Mekanisme kerja Cataflam® D-50 terjadi dengan menghambat
produksi radikal bebas yang berperan pada pembentukan lipid peroksida reaktif
yang menstimulasi aktivitas fosfolipase pada fosfolipid, sehingga tidak terbentuk
asam arakhidonat (Ari, 2001).
Peradangan disebabkan oleh peruraian asam arakidonat menjadi
prostaglandin,
suatu
mediator
inflamasi
yang
diperantarai
oleh
enzim
siklooksigenasi (COX) (Rang dkk, 2007). Dalam proses inflamasi juga terjadi
pembentukan oksigen reaktif akibat proses oksidasi asam arakidonat (Evan,
2008).
Antosianin yang berperan dalam penghambatan inflamasi pada bunga
telang memiliki mekanisme yang sama dengan kalium diklofenak sebagai
OAINS. Antosianin yang merupakan bagian flavonoid dapat menjadi inhibitor
enzim siklooksigenase (COX). Antosianin akan mencegah sintesis prostaglandin
(salah satu mediator inflamasi) dan menekan pengeluaran sel T. Sel imun yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
57
berkomunikasi dengan sinyal kimia yang disebut sitokin akan dikendalikan oleh
antosianin (Sandhar, Kumar, Prasher, Tiwari, Salhan dan Sharma, 2011).
Kandungan kimia yang terdapat pada daun iler adalah flavonoid, saponin
dan polifenol yang dapat memberikan efek antiinflamasi (Amitjitraresmu, 1995).
Keberadaan
flavonoid
dapat
menghambat
enzim
lipooksigenase pada kaskade inflamasi, sehingga
siklooksigenase
dan
produksi prostaglandin dan
leukotrien dapat berkurang. Keberadaan saponin dan polifenol sebagai
antioksidan juga membantu menghambat pembentukan prostaglandin dengan
menangkap radikal bebas yang berperan dalam proses inflamasi. Saponin
merupakan kelompok steroid yang membantu proses penyembuhan luka.
Senyawa kimia yang terkandung dalam kedua tanaman ini akan
menimbulkan interaksi yang akan mempengaruhi efek farmakologinya. Interaksi
obat yang mungkin terjadi adalah interaksi homoergi-homodinami dimana kedua
tanaman ini mempunyai efek yang sama dan mekanisme kerja yang sama, yaitu
sama-sama mempunyai efek antiinflamasi dengan mekanisme menghambat enzim
siklooksigenasi sehingga metabolisme asam arakidonat dapat dihambat dan proses
inflamasi tidak terjadi. Kombinasi kedua tanaman ini semakin menambah
aktivitas antiinflamasi dan jika dilihat dari persen penghambatan inflamasi yang
dihasilkan maka dapat dikatakan bahwa penambahan yang terjadi adalah
penambahan secara supra (lebih dari penjumlahan sederhana). Semakin besarnya
aktivitas antiinflamasi disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah kandungan
senyawa kimia terlarut dalam sediaan infusa daun iler dan bunga telang
khususnya senyawa flavonoid. Semakin banyak senyawa flavonoid sebagai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
antioksidan yang mampu menangkap radikal penginduksi inflamasi maka
kemampuannya untuk menghambat inflamasi juga semakin besar.
Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai
antioksidan. Antioksidan dapat berperan sebagai antiinflamasi dengan berbagai
cara, yaitu: (1) menghambat produksi oksidan (O2) oleh neutrofil, monosit dan
makrofag. Penghambatan produksi oksidan (O2) akan mengurangi pembentukan
H2O2 yang mengakibatkan produksi HOC1 dan juga OH ikut terhambat. (2)
menghambat langsung oksidan reaktif seperti radikal hidroksil (OH) dan asam
hipoklorid (HOC1) (Halliwell dkk., 1988) dengan dihambatnya oksidasi dari asam
arakidonat dan penangkapan radikal bebas yang berperan, maka proses
pembentukan prostaglandin akan terhambat. Akibat terhambatnya prostaglandin,
inflamasi pada jaringan menjadi berkurang.
Selain senyawa flavonoid, kemungkinan masih terdapat senyawasenyawa lain yang berperan dalam proses penyembuhan jaringan dari radang dan
inflamasi seperti alkaloid yang memiliki aktivitas antioksidan. Akan tetapi perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan senyawa aktif yang
bertanggung jawab dalam efek antiinflamasi tersebut. Hal ini dikarenakan belum
adanya
informasi
yang
mencantumkan
tentang
senyawa
aktif
yang
bertanggungjawab atas efek antiinflamasi dari daun iler dan bunga telang.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1.
Kombinasi infusa daun Coleus atropurpureus L. Benth dan bunga Clitoria
ternatea L. dapat meningkatkan efek antiinflamasi yang diinduksi karagenin
pada mencit betina galur Swiss
2.
Besar daya antiinflamasi kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140
mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea berturut-turut dosis 328; 655;
1310 mg/kgBB adalah 3,47; 4,87; dan 0,33% dengan persentase
penghambatan inflamasi beruturut-turut adalah 54,13 ; 54,79 dan 52,63%.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut mengenai senyawa yang bertanggungjawab terhadap efek antiinflamasi dari
kombinasi infusa daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dan bunga telang
(Clitoria ternatea L.)
59
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Daftar Pustaka
Amitjitraresmu, 1995, Uji Efek Anti Inflamasi Berbagai Ekstrak Daun Iler
(Coleus atropurpureus, L. Benth) dan Penelusuran Senyawa Aktifnya,
dalam DepKes RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Penelitian Tanaman Obat di
Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia X, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Farmasi, BPPK DepKes RI, Jakarta, pp. 131.
Anonim
a,
2013,
Informasi
Spesies,
http://www.plantamor.com/index.php?plant=373, diakses tanggal 15
Februari 2013.
Anonim
b,
2013,
Obat
Herbal
Indonesia,
http://www.herbalisnusantara.com/obatherbal/view5d15.html?mnu=2&id
=12, diakses pada tanggal 19 Desember 2012.
Ari, P. S., 2001, Daya Anti-Inflamasi Fraksi Heksana dan Fraksi Etanol Jahe
merah (Zingiber officinale Roxb. Var Rubrum) pada Tikus Putih Jantan,
Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Ariyanti. T., Fazrina, R. I., Darmono, 2007, Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Iler
(Coleus atropurpureus L. Benth) Terhadap Infeksi Salmonella enteritidis
pada Mencit (Mus musculus), Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner, 799-804.
Asiamaya 2000, Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) available on,
http://www.asimaya.comjamuisiilr_coleusatropurpureus.htm,
diakses
tanggal 20 Februari 2013.
Backer, C. A. And Bakhuizen van den Brink, R. C., 1965, Flora of Java, Vol II,
N. V. P. Noorhdroff, Groningen, The Netherlands.
Baghdikian, B., M. C. Lanhers, J. Fleurentin, E. Olivier, C. Maillard, G.
Balansard, and F. Mortier. 1997. An analytical study, anti-inflammatory
and analgesic effects of Hapagophytum procumbens and Hapagophytum
zeyheri. Planta Medica, 63: 171-176.
Brooker, C., 2008, Ensiklopedia Keperawatan, Penerbit EGC, Jakarta, pp. 382.
Dahlan, S. M., 2012, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: deskriptif,
Bivariat, dan Multivariat, dan Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan
SPSS, edisi 5, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, pp. 47-50, 75-80.
Dalimartha, S., 2008, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 5, cetakan I, Pustaka
Bunda, Jakarta, pp. 86-88.
60
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
Depkes RI,1995. FARMAKOPE INDONESIA, EDISI IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, pp. 649.
Donatus, I. A., 1995, Interaksi Farmakokinetika, Laborarotium Farmakologi dan
Toksikologi Jurusan Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Evan, S. P., 2008, Antioksidan Alami di Sekitar Kita, http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/kimia_pangan/antioksidan-alami-di-sekitar-kita/,
diakses tanggal 23 April 2013.
Gunawan, T., 2010, Efek Analgesik-Antiinflamasi Sari Buah Nanas (Ananas
comosus L.) pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Gryglewski, R.J., 1977, Some Experimental Models for the Study of
Inflammation and Anti-Inflammatory Drugs, in I. L. Bonta, J. Thomson,
and K. Brune, Inflammation: Mechanism and Their Impact on Therapy,
Birkhaueser Verlag Basel, Rotterdam, pp. 19-21, 59.
Halliwell, B., Hoult, J. R., and Blake, D. R., 1988, Oksidant, Inflamation, and
Anti-inflamatory Drugs, FASEB J.,2(13), 2867-2873.
Hariana, H.A.,2008, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Swadaya, Jakarta, pp. 4142.
Harkness, R., 1989, Drug Interactions Handbook, diterjemahkan oleh Agoes G.
dan Widianto M. B., Interaksi Obat, 14a, Penerbit ITB, Bandung.
Hutajulu, T. F., Rahma, S., Djumarman, 2008, Identifikasi Senyawa Fenol dan
Delfinidin pada Kembang Telang (Clitoria ternatea L.) serta Uji
Efektivitasnya Terhadap Staphylococcus aureus Penyebab Radang Mata,
Journal of Agro-Based Industry, 25 (2): 35-44.
Ignatius, G.E., Zarraga, M.D., dan Ernest, R. S., 2007, Coxibs and Heart Disease,
Journal of The American College of Cardiology, 49, 1-14.
Ikawaty, Z., Suparjan, A. M., dan Asmara, L. S., 2007, Pengaruh Senyawa
Heksagamavunon-1 (HGV-1) Terhadap Inflamasi Akut Akibat Reaksi
Anafilaksis Kutaneus Aktif Pada Tikus Wistar Jantan Terinduksi
Ovalbumin, Kemajuan Terkini Riset Universitas Gajah Mada, 36-46.
Katzung, B. G., 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh Dripa,
S., Salemba Medika, Jakarta, pp. 449-471.
Kazuma, K., Naonobu, N., Masahiko, S., 2003, Malonylated Flavonol Glycosides
From the Petals of Clitoria ternatea, Phytochemistry, 62, 229-237.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
Khanna N., dan Sarma, S.B., 2001, Antiinflammatory and Analgesic Effect of
Herbal Preparation: Septilin, Indian J. Med. Sci, 55(4), pp.195-202.
Kohli, K., Ali, J., dan Raheman, Z., 2005, Curcumin: A natural Antiinfammatory
Agent, Indian J. Pharmacol, 37(3), 141-147.
Kumala, S. dan Desi, 2008, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Iler (Coleus
atropurpureus L. Benth) Terhadap Beberapa Bakteri Gram (+) dan
Bakteri Gram (-), Jurnal Bahan Alam Indonesia, Vol. 7, No. 1, Juli 2009,
12-14.
Kurniawaty, A. Y., 2010, Efek Antiinflamasi Ekstrak Metanol-air Daun
Macaranga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Lingga, L., 2005, Menanam & Merawat Tanaman Hias Merambat, cetakan I,
Agro Media Pustaka, Jakarta, pp. 21-22.
Mahmood, K., Aorahman, Z.A., Tariq, I.N., and Hussain, S.A.R., 2009, Dosedependent anti-inflammatory effect of silymarin in experimental animal
model of chronic inflammation, African journal of Pharmacy and
Pharmacology, 3 (5), 242-247.
Manurung, D. Y. S., 2013, Efek Antiinflamasi Infusa Bunga Telang (Clitoria
ternatea L.) Pada Udema Telapak Kaki Mencit Betina Terinduksi
Karagenin Dengan Pengukuran Jangka Sorong, Skripsi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Mitchell R., dkk, 2008, Buku Saku Dasar Patolois Penyakit Robbins dan Cotran,
Penerbit EGC, Jakarta, pp. 48-50, 265-267.
Mpila, D. A., Fatimawali, Wiyono, W. I., 2012, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Mayana (Coleus atropurpureus L. Benth) terhadap
Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa
secara In-Vitro, Pharmacon, Vol I, 13-21.
Mulja, M. Dan Hanwar, D., 2003, Prinsip-Prinsip Cara Berlaboratorium yang
Baik (Good Laboratory Practice), Majalah Farmasi Airlangga, Vol. III
No. 2, 71-76.
Novartis, 2009, Cataflam® (Diclofenac Potassium Immediate-Release Tablet),
www.Pharma.us.novartis.com/product/pi/pdf/Cataflam.pdf,
diakses
tanggal 29 Mei 2013.
Padmadisastra, Y., Abdassah, M., and Wijanarko, P., 2007, Formulation of
Enteric Coated Tablets of Sodium Diclofenac, International Seminar on
Pharmaceutics, 1-6.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
Permadi, A., 2006, Tanaman Obat Pelancar Air Seni, Swadaya, Jakarta, pp. 5859.
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., dan Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th
ed., Churchill Livingstone, London, pp. 231-237, 244-250, 562-567.
Rowe, C., R., Sheskey, J. P., Weller, J. W., 2003, Handbook of Pharmaceutical
Excipien, Edisi IV, Pharmaceutical Press and American Pharmaceu. 101103
Sandhar, Kumar, Prasher, Tiwari, Salhandan Sharma, 2011, A Review of
Phytochemistry and Pharmacology of Flavonoids, Internationale
Pharmaceutica Sciencia, Lovely Professional University, Punjab, India.
Setiawati, A., 1999, Interaksi Obat, dalam Ganiswara S. G., Setiabudy R.,
Suyatna, F. D., Purwantyastuti, Nafriadi, Farmakalogi dan Terapi, Edisi
IV, Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran UI, Penerbit Gaya Baru,
Jakarta, 801-808.
Siswanto, A., dan Nurulita, N. A., 2005, Daya Antiinflamasi Infusa Daun
Mahkota Dewa ( Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl) pada Tikus Putih
(Rattus norvegicus) Jantan, Prossiding Seminar Nasional TOI XXVII,
Batu, 177-181
Suleyman, H., Demircan, B., Karagoz, Y., Oztasan, N., and Suleyman, B., 2004,
Anti-inflamatory Effects of Selective COX-2 Inhibitors, Pol. J.
Pharmacol., (56), 775-780.
Thomas A. N. S., 2007, Tanaman Obat Tradisional 2, Anggota IKAPI, Kanisius,
Yogyakarta, pp. 19-20.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, edisi V, PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, pp. 202-302.
Turner, R.A., 1965, Screening Method in Pharmacology, Academic Press, New
York Underwood, pp. 100-107.
Vogel H.G., 2002, Drug Discovery & Evaluation : Pharmacological Assays, 2nd
edition, Springer, New York, pp. 669-691, 725, 751-761.
Walker R., Edwards C., 1999, Clinical Pharmacy and Therapeutics, second
edition, Churchill Livingstone, Philadelphia, pp. 22-27.
Wijayakusuma, H., 2008, Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan Penyakit, cetakan
I, Pustaka Bunda, Jakarta, pp. 275.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
64
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 1. Surat pengesahan determinasi tanaman iler
65
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 2. Surat pengesahan determinasi tanaman Telang
66
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
67
Lampiran 3. Hasil analisis statistik rata-rata AUC pada setiap perlakuan
Shapiro-Wilk Test
Descriptives
Descriptive Statistics
Std.
Deviation
N
Minimum
Maximum
Mean
AUC
Statistic
35
Statistic
108,00
Statistic
346,00
Statistic
187,7994
Std. Error
11,07644
Statistic
65,52908
Perlakuan
35
1,00
7,00
4,0000
,34300
2,02920
Valid N (listwise)
35
Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid
AUC
N
35
Missing
Percent
100,0%
N
0
Total
Percent
,0%
N
35
Percent
100,0%
Descriptives
AUC
Mean
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound
Statistic
Std. Error
187,7994
11,07644
165,2894
Upper Bound
210,3095
5% Trimmed Mean
183,4545
Median
151,6500
Variance
4294,061
Std. Deviation
65,52908
Minimum
108,00
Maximum
346,00
Range
238,00
Interquartile Range
90,97
Skewness
,827
,398
Kurtosis
-,170
,778
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)
Statistic
AUC
,252
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
35
,000
,877
a Lilliefors Significance Correction
df
Sig.
35
,001
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Perlakuan
N
Mean Rank
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
AUC
Kelompok I
5
32,80
Kelompok II
5
13,60
Kelompok III
5
26,80
Kelompok IV
5
22,60
Kelompok V
5
7,80
Kelompok VI
5
9,40
Kelompok VII
5
13,00
Total
35
Test Statistics(a,b)
Udema
Chi-Square
25,714
Df
6
Asymp. Sig.
,000
a Kruskal Wallis Test
b Grouping Variable: Perlakuan
Mann-Whitney Test
AUC
Perlakuan
Kelompok I
N
5
Mean Rank
8,00
Sum of Ranks
40,00
Kelompok II
5
3,00
15,00
Total
10
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
Udema
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok I
N
5
Mean Rank
7,80
Sum of Ranks
39,00
Kelompok III
5
3,20
16,00
Total
10
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
Udema
1,000
Wilcoxon W
16,000
Z
-2,402
Asymp. Sig. (2-tailed)
,016
68
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,016(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok I
N
Mean Rank
Sum of Ranks
5
8,00
40,00
Kelompok IV
5
3,00
15,00
Total
10
Test Statistics(b)
Udema
Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok I
N
5
Mean Rank
8,00
Sum of Ranks
40,00
Kelompok V
5
3,00
15,00
Total
10
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
Udema
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok I
N
5
Mean Rank
8,00
Sum of Ranks
40,00
Kelompok VI
5
3,00
15,00
Total
10
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
Udema
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
69
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok I
N
Mean Rank
Sum of Ranks
5
8,00
40,00
Kelompok VII
5
3,00
15,00
Total
10
Test Statistics(b)
Udema
Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok II
N
Mean Rank
Sum of Ranks
5
3,00
15,00
Kelompok III
5
8,00
40,00
Total
10
Test Statistics(b)
Udema
Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok II
N
Mean Rank
Sum of Ranks
5
3,00
15,00
Kelompok IV
5
8,00
40,00
Total
10
Test Statistics(b)
Udema
Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
70
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok II
N
5
Mean Rank
7,00
Sum of Ranks
35,00
Kelompok V
5
4,00
20,00
Total
10
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
Udema
5,000
Wilcoxon W
20,000
Z
-1,567
Asymp. Sig. (2-tailed)
,117
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,151(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok II
N
Mean Rank
Sum of Ranks
5
7,80
39,00
Kelompok VI
5
3,20
16,00
Total
10
Test Statistics(b)
Udema
Mann-Whitney U
1,000
Wilcoxon W
16,000
Z
-2,402
Asymp. Sig. (2-tailed)
,016
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,016(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok II
N
Mean Rank
Sum of Ranks
5
5,40
27,00
Kelompok VII
5
5,60
28,00
Total
10
Test Statistics(b)
Udema
Mann-Whitney U
12,000
71
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Wilcoxon W
27,000
Z
-,104
Asymp. Sig. (2-tailed)
,917
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
1,000(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok III
N
5
Mean Rank
7,40
Sum of Ranks
37,00
Kelompok IV
5
3,60
18,00
Total
10
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
Udema
3,000
Wilcoxon W
18,000
Z
-1,984
Asymp. Sig. (2-tailed)
,047
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,056(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok III
N
5
Mean Rank
7,20
Sum of Ranks
36,00
Kelompok V
5
3,80
19,00
Total
10
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
Udema
4,000
Wilcoxon W
19,000
Z
-1,776
Asymp. Sig. (2-tailed)
,076
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,095(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok III
N
5
Mean Rank
8,00
Sum of Ranks
40,00
Kelompok VI
5
3,00
15,00
Total
10
Test Statistics(b)
Udema
72
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok III
N
5
Mean Rank
8,00
Sum of Ranks
40,00
Kelompok VII
5
3,00
15,00
Total
10
Test Statistics(b)
Mann-Whitney U
Udema
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok IV
N
Mean Rank
Sum of Ranks
5
7,00
35,00
Kelompok V
5
4,00
20,00
Total
10
Test Statistics(b)
Udema
Mann-Whitney U
5,000
Wilcoxon W
20,000
Z
-1,567
Asymp. Sig. (2-tailed)
,117
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,151(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok IV
N
Mean Rank
Sum of Ranks
5
8,00
40,00
Kelompok VI
5
3,00
15,00
Total
10
Test Statistics(b)
73
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Udema
Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok IV
N
Mean Rank
Sum of Ranks
5
8,00
40,00
Kelompok VII
5
3,00
15,00
Total
10
Test Statistics(b)
Udema
Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2-tailed)
,009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok V
N
Mean Rank
Sum of Ranks
5
4,00
20,00
Kelompok VI
5
7,00
35,00
Total
10
Test Statistics(b)
Udema
Mann-Whitney U
5,000
Wilcoxon W
20,000
Z
-1,567
Asymp. Sig. (2-tailed)
,117
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,151(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok V
N
Mean Rank
Sum of Ranks
5
4,00
20,00
Kelompok VII
5
7,00
35,00
Total
10
74
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
Test Statistics(b)
Udema
Mann-Whitney U
5,000
Wilcoxon W
20,000
Z
-1,567
Asymp. Sig. (2-tailed)
,117
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,151(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
AUC
Perlakuan
Kelompok VI
N
Mean Rank
Sum of Ranks
5
4,60
23,00
Kelompok VII
5
6,40
32,00
Total
10
Test Statistics(b)
Udema
Mann-Whitney U
8,000
Wilcoxon W
23,000
Z
-,940
Asymp. Sig. (2-tailed)
,347
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
,421(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: Perlakuan
Lampiran 4. Hasil uji statistik persen penghambatan inflamasi pada setiap
kelompok perlakuan
Shapiro-Wilk Test
Descriptive Statistics
N
Mean
Std. Deviation
Penghambatan
Minimum
Maximum
35
37,7723
perlakuan
35
4,0000
21,21487
,00
64,13
2,02920
1,00
7,00
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Penghambatan
35
Missing
Percent
100,0%
N
0
Total
Percent
,0%
N
35
Percent
100,0%
Descriptives
Penghambatan
Mean
Statistic
37,7723
Std. Error
3,58597
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound
76
30,4847
Upper Bound
45,0598
5% Trimmed Mean
38,4471
Median
49,8100
Variance
450,071
Std. Deviation
21,21487
Minimum
,00
Maximum
64,13
Range
64,13
Interquartile Range
30,33
Skewness
-,616
,398
Kurtosis
-,978
,778
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)
Penghambatan
Statistic
,257
Df
Sig.
,000
35
Shapiro-Wilk
Statistic
,858
df
Sig.
,000
35
a Lilliefors Significance Correction
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Penghambatan
Test Statistics(a,b)
perlakuan
Kelompok I
N
5
Mean
Rank
3,00
Kelompok II
5
21,80
df
Kelompok III
6
5
9,40
Asymp. Sig.
Kelompok IV
,000
5
13,40
Kelompok V
5
28,20
Kelompok VI
5
27,20
Kelompok VII
5
23,00
Total
35
Penghambatan
Chi-Square
26,180
a Kruskal Wallis Test
b Grouping Variable: perlakuan
Mann-Whitney Test
Test Statistics(b)
Ranks
Penghambatan
perlakuan
Kelompok I
Kelompok
II
Total
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,00
15,00
5
8,00
40,00
10
Penghambatan
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,785
Asymp. Sig. (2tailed)
,005
,000
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,008(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
Penghambatan
perlakuan
Kelompok
I
Kelompok
III
Total
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,00
15,00
5
8,00
40,00
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,00
15,00
10
Penghambatan
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
perlakuan
Kelompok
I
Kelompok
IV
Total
5
8,00
40,00
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,00
15,00
10
-2,785
Asymp. Sig. (2,005
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,008(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Penghambatan
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
perlakuan
Kelompok
I
Kelompok
V
Total
5
8,00
40,00
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,00
10
perlakuan
Kelompok
I
Kelompok
5
8,00
15,000
-2,785
Asymp. Sig. (2,005
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,008(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Penghambatan
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
,000
15,000
Z
-2,785
Asymp. Sig. (2,005
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,008(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
Penghambatan
,000
Z
Ranks
Penghambatan
15,000
Z
Ranks
Penghambatan
,000
Penghambatan
15,00
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
15,000
40,00
Z
-2,785
,000
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
VI
Total
Asymp. Sig. (2,005
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,008(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
10
Ranks
Penghambatan
Perlakuan
Kelompok I
Kelompok
VII
Total
Penghambatan
N
5
Mean
Rank
3,00
Sum of
Ranks
15,00
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
5
8,00
40,00
Z
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
8,00
40,00
10
Perlakuan
Kelompok
II
Kelompok
III
Total
5
3,00
15,00
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
8,00
40,00
10
Perlakuan
Kelompok
II
Kelompok
IV
Total
5
3,00
15,00
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
4,00
20,00
10
perlakuan
Kelompok
II
,000
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2,009
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,008(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Penghambatan
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
,000
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2,009
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,008(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
Penghambatan
15,000
Penghambatan
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
Ranks
Penghambatan
,000
-2,785
Asymp. Sig. (2,005
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,008(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
Penghambatan
78
Penghambatan
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
5,000
20,000
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kelompok
V
Total
5
7,00
35,00
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,20
16,00
10
Z
-1,567
Asymp. Sig. (2,117
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,151(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
Penghambatan
perlakuan
Kelompok
II
Kelompok
VI
Total
5
7,80
39,00
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
5,60
28,00
10
Penghambatan
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
perlakuan
Kelompok
II
Kelompok
VII
Total
5
5,40
27,00
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,60
18,00
10
perlakuan
Kelompok
III
Kelompok
IV
Total
5
7,40
37,00
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,80
19,00
10
16,000
-2,402
Asymp. Sig. (2,016
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,016(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Penghambatan
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
12,000
27,000
Z
-,104
Asymp. Sig. (2,917
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
1,000(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
Penghambatan
1,000
Z
Ranks
Penghambatan
79
Penghambatan
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
3,000
18,000
Z
-1,984
Asymp. Sig. (2,047
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,056(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
Penghambatan
Perlakuan
Kelompok
III
Penghambatan
Mann-Whitney
U
4,000
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kelompok
V
Total
5
7,20
36,00
Wilcoxon W
perlakuan
Kelompok
III
Kelompok
VI
Total
-1,776
Asymp. Sig. (2,076
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,095(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
10
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,00
15,00
5
8,00
40,00
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,00
15,00
10
Penghambatan
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
perlakuan
Kelompok
III
Kelompok
VII
Total
5
8,00
40,00
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
4,00
20,00
10
perlakuan
Kelompok
IV
Kelompok
V
Total
5
7,00
35,00
Mean
Rank
Sum of
Ranks
10
Penghambatan
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
N
,000
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2,009
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,008(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Penghambatan
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
5,000
20,000
Z
-1,567
Asymp. Sig. (2,117
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,151(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
perlakuan
15,000
-2,611
Asymp. Sig. (2,009
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,008(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
Penghambatan
,000
Z
Ranks
Penghambatan
19,000
Z
Ranks
Penghambatan
80
Penghambatan
Mann-Whitney
,000
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Penghambatan
Kelompok
IV
Kelompok
VI
Total
5
3,00
15,00
5
8,00
40,00
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,00
15,00
U
Wilcoxon W
10
perlakuan
Kelompok
IV
Kelompok
VII
Total
5
8,00
40,00
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
7,00
35,00
10
-2,611
Asymp. Sig. (2,009
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,008(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Penghambatan
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
perlakuan
Kelompok
V
Kelompok
VI
Total
5
4,00
20,00
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
7,00
35,00
10
perlakuan
Kelompok
V
Kelompok
VII
Total
Ranks
5
10
4,00
20,00
15,000
-2,611
Asymp. Sig. (2,009
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,008(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Penghambatan
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
5,000
20,000
Z
-1,567
Asymp. Sig. (2,117
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,151(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
Penghambatan
,000
Z
Ranks
Penghambatan
15,000
Z
Ranks
Penghambatan
81
Penghambatan
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
5,000
20,000
Z
-1,567
Asymp. Sig. (2,117
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,151(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Penghambatan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Penghambatan
perlakuan
Kelompok
VI
Kelompok
VII
Total
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
6,40
32,00
5
4,60
23,00
Mann-Whitney
U
Wilcoxon W
8,000
23,000
Z
-,940
Asymp. Sig. (2,347
tailed)
Exact Sig.
[2*(1-tailed
,421(a)
Sig.)]
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
10
Lampiran 5. Hasil uji statistik daya anti inflamasi pada setiap kelompok
perlakuan
Shapiro-Wilk Test
Case Processing Summary
Cases
Valid
DAI
Missing
Total
N
Percent
N
Percent
N
Percent
35
100,0%
0
,0%
35
100,0%
Descriptives
DAI
Statistic
-30,9291
Mean
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound
Upper Bound
5% Trimmed Mean
Std. Error
7,72417
-46,6265
-15,2317
-27,8828
Median
-5,6000
Variance
2088,198
Std. Deviation
45,69680
Minimum
-141,54
Maximum
24,53
Range
166,07
Interquartile Range
63,82
Skewness
-,835
,398
Kurtosis
-,152
,778
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a)
Statistic
,253
DAI
df
35
Shapiro-Wilk
Sig.
,000
Statistic
,875
df
35
Sig.
,001
a Lilliefors Significance Correction
Descriptive Statistics
DAI
N
35
Mean
-30,9291
82
Std. Deviation
45,69680
Minimum
-141,54
Maximum
24,53
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
perlakuan
35
4,0000
2,02920
1,00
7,00
Kruskal-Wallis Test
Ranks
DAI
Test Statistics(a,b)
perlakuan
Kelompok I
N
Mean Rank
5
3,20
Kelompok II
5
Chi-Square
DAI
26,283
21,00
df
6
Asymp. Sig.
,000
Kelompok III
5
9,20
Kelompok IV
5
13,40
Kelompok V
5
28,20
Kelompok VI
5
27,40
Kelompok VII
5
23,60
Total
35
a Kruskal Wallis Test
b Grouping Variable: perlakuan
Mann-Whitney Test
Test Statistics(b)
Ranks
DAI
perlakuan
Kelompok I
Kelompok
II
Total
N
5
5
Mean
Rank
3,00
8,00
Sum of
Ranks
15,00
40,00
10
Mann-Whitney U
DAI
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,785
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,005
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
DAI
perlakuan
Kelompok I
Kelompok
III
Total
N
5
5
Mean
Rank
3,20
7,80
Sum of
Ranks
16,00
39,00
10
DAI
Kelompok
IV
Total
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,00
15,00
5
8,00
40,00
10
DAI
1,000
Wilcoxon W
16,000
Z
-2,402
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,016
,016(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
perlakuan
Kelompok I
Mann-Whitney U
Mann-Whitney U
DAI
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,009
,008(a)
a Not corrected for ties.
83
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
DAI
perlakuan
Kelompok I
Kelompok
V
Total
N
5
5
Mean
Rank
3,00
8,00
Sum of
Ranks
15,00
40,00
10
Mann-Whitney U
DAI
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,009
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
DAI
perlakuan
Kelompok I
Kelompok
VI
Total
N
5
Mean
Rank
3,00
Sum of
Ranks
15,00
5
8,00
40,00
10
Mann-Whitney U
DAI
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,009
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
DAI
perlakuan
Kelompok I
Kelompok
VII
Total
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,00
15,00
5
8,00
40,00
10
DAI
Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,009
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
DAI
perlakuan
Kelompok II
Kelompok
III
Total
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
8,00
40,00
5
3,00
15,00
10
DAI
Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,785
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,005
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
DAI
Mann-Whitney U
,000
84
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAI
perlakuan
Kelompok II
Kelompok
IV
Total
N
5
Mean
Rank
8,00
Sum of
Ranks
40,00
5
3,00
15,00
10
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,785
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,005
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
DAI
perlakuan
Kelompok II
Kelompok
V
Total
N
5
5
Mean
Rank
4,00
7,00
Sum of
Ranks
20,00
35,00
10
Mann-Whitney U
DAI
5,000
Wilcoxon W
20,000
Z
-1,671
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,095
,151(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
DAI
Ranks
DAI
perlakuan
Kelompok II
Kelompok
VI
Total
N
5
5
Mean
Rank
3,00
8,00
Sum of
Ranks
15,00
40,00
10
Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,785
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,005
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
DAI
Ranks
DAI
perlakuan
Kelompok II
Kelompok
VII
Total
N
5
5
Mean
Rank
5,00
6,00
Sum of
Ranks
25,00
30,00
10
Mann-Whitney U
10,000
Wilcoxon W
25,000
Z
-,557
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,577
,690(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
DAI
Ranks
DAI
perlakuan
Kelompok
III
Kelompok
IV
Total
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,60
18,00
5
7,40
37,00
10
Mann-Whitney U
3,000
Wilcoxon W
18,000
Z
-1,984
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,047
,056(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
85
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Ranks
DAI
perlakuan
Kelompok
III
Kelompok
V
Total
Test Statistics(b)
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,80
19,00
5
7,20
36,00
10
DAI
Mann-Whitney U
4,000
Wilcoxon W
19,000
Z
-1,776
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,076
,095(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Test Statistics(b)
Ranks
DAI
perlakuan
Kelompok
III
Kelompok
VI
Total
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,00
15,00
5
8,00
40,00
10
Mann-Whitney U
DAI
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,009
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Ranks
DAI
perlakuan
Kelompok
III
Kelompok
VII
Total
Test Statistics(b)
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,00
15,00
5
8,00
40,00
10
DAI
Mann-Whitney U
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,009
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Ranks
DAI
Test Statistics(b)
perlakuan
Kelompok
IV
Kelompok V
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
4,00
20,00
5
7,00
35,00
Total
10
DAI
Mann-Whitney U
5,000
Wilcoxon W
20,000
Z
-1,567
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,117
,151(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Ranks
Test Statistics(b)
DAI
Mann-Whitney U
,000
86
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAI
perlakuan
Kelompok
IV
Kelompok
VI
Total
Mean
Rank
Sum of
Ranks
Wilcoxon W
15,000
N
Z
-2,611
5
3,00
15,00
5
8,00
40,00
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
10
perlakuan
Kelompok
IV
Kelompok
VII
Total
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Ranks
DAI
,009
Test Statistics(b)
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
3,00
15,00
5
8,00
40,00
10
Mann-Whitney U
DAI
,000
Wilcoxon W
15,000
Z
-2,611
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,009
,008(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Ranks
DAI
perlakuan
Kelompok V
Kelompok
VI
Total
Test Statistics(b)
N
5
Mean
Rank
7,00
Sum of
Ranks
35,00
5
4,00
20,00
10
Mann-Whitney U
DAI
5,000
Wilcoxon W
20,000
Z
-1,567
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,117
,151(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Ranks
DAI
perlakuan
Kelompok V
Kelompok
VII
Total
Test Statistics(b)
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
7,00
35,00
5
4,00
20,00
10
DAI
Mann-Whitney U
5,000
Wilcoxon W
20,000
Z
-1,567
Asymp. Sig. (2tailed)
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,117
,151(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Ranks
DAI
perlakuan
Kelompok
VI
Kelompok
VII
Test Statistics(b)
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
5
6,40
32,00
5
4,60
23,00
DAI
Mann-Whitney U
8,000
Wilcoxon W
23,000
Z
-,940
Asymp. Sig. (2-
,347
87
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Total
88
tailed)
10
Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)]
,421(a)
a Not corrected for ties.
b Grouping Variable: perlakuan
Lampiran 6. Hasil perhitungan rata-rata edema kaki mencit tiap waktu
pengamatan dengan jangka sorong
Waktu
(menit)
Kel I
Kel II
Kel III
Kel IV
Kel V
Kel VI
Kel VII
0
15
30
45
60
90
120
150
180
210
240
270
300
330
360
0.96
0.94
0.87
0.84
0.82
0.82
0.82
0.83
0.83
0.81
0.83
0.83
0.84
0.83
0.83
1.26
0.81
0.62
0.56
0.48
0.46
0.43
0.41
0.38
0.35
0.33
0.28
0.20
0.15
0.1
1.21
1.09
0.96
0.84
0.63
0.49
0.51
0.57
0.63
0.72
0.65
0.61
0.59
0.57
0.51
1.31
1.18
0.98
0.83
0.75
0.64
0.56
0.55
0.50
0.46
0.44
0.44
0.48
0.52
0.57
1.20
0.85
0.62
0.43
0.32
0.29
0.30
0.28
0.47
0.41
0.39
0.34
0.29
0.27
0.24
1.21
0.97
0.63
0.52
0.39
0.25
0.21
0.20
0.28
0.32
0.35
0.41
0.38
0.34
0.30
1.26
0.89
0.73
0.63
0.49
0.38
0.34
0.37
0.30
0.43
0.35
0.28
0.27
0.25
0.23
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89
Lampiran 7. Contoh cara menghitung AUC
‫ܥ‬ଵ − ‫ܥ‬଴
‫ܥ‬ଶ − ‫ܥ‬ଵ
‫ܥ‬௡ − ‫ܥ‬௡ିଵ
ܴ‫ܥܷܣ ∶ ݏݑ ݉ݑ‬଴ି௫ = ൬
‫ݐݔ‬ଵ − ‫ݐ‬଴൰+ ൬
‫ݐݔ‬ଶ − ‫ݐ‬ଵ൰+ ⋯ + ൬
‫ݐݔ‬௡ − ‫ݐ‬௡ିଵ൰
2
2
2
Salah satu contoh perhitungan AUC kelompok kontrol negatif pada mencit 1.
0,85 + 0,8
0,8 + 0,74
0,74 + 0,83
‫ܥܷܣ‬଴ି௫ = ൬
‫ݐݔ‬ଵହ − ‫ݐ‬଴൰+ ൬
‫ݐݔ‬ଷ଴ − ‫ݐ‬ଵହ൰+ ൬
‫ݐݔ‬ସହ − ‫ݐ‬ଷ଴൰
2
2
2
0,83 + 0,74
0,74 + 0,73
+൬
‫଺ݐݔ‬଴ − ‫ݐ‬ସହ൰+ ൬
‫ݐݔ‬ଽ଴ − ‫଺ݐ‬଴൰
2
2
0,73 + 0,71
0,71 + 0,71
+൬
‫ݐݔ‬ଵଶ଴ − ‫ݐ‬ଽ଴൰+ ൬
‫ݐݔ‬ଵହ଴ − ‫ݐ‬ଵଶ଴൰
2
2
0,71 + 0,72
0,72 + 0,7
+൬
‫ݐݔ‬ଵ଼଴ − ‫ݐ‬ଵହ଴൰+ ൬
‫ݐݔ‬ଶଵ଴ − ‫ݐ‬ଵ଼଴൰
2
2
0,7 + 0,72
0,72 + 0,76
+൬
‫ݐݔ‬ଶସ଴ − ‫ݐ‬ଶଵ଴൰+ ൬
‫ݐݔ‬ଶ଻଴ − ‫ݐ‬ଶସ଴൰
2
2
0,76 + 0,76
0,76 + 0,76
+൬
‫ݐݔ‬ଷ଴଴ − ‫ݐ‬ଶ଻଴൰+ ൬
‫ݐݔ‬ଷଷ଴ − ‫ݐ‬ଷ଴଴൰
2
2
0,76 + 0,74
+൬
‫ݐݔ‬ଷ଺଴ − ‫ݐ‬ଷଷ଴൰ = 266,775݉ ݉ . ݉ ݁݊݅‫ݐ‬
2
Lampiran 8. Perhitungan nilai % penghambatan inflamasi pada kelompok
perlakuan
(AUC଴ି୶)଴– (AUC଴ି୶)୬
x 100%
(AUC଴ି୶)଴
Salah satu contoh perhitungan nilai % penghambatan inflamasi pada kelompok
kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis
1310 mg/kgBB
(302,162) – (143,13)
ܲ݁݊݃ℎܽ݉ ܾܽ‫(݅ݏܽ ݈݂݉ܽ݊݅݊ܽݐ‬%) =
x 100%
(302,162)
= 52,6%
ܲ݁݊݃ℎܽ݉ ܾܽ‫(݅ݏܽ ݈݂݉ܽ݊݅݊ܽݐ‬%) =
Lampiran 9. Perhitungan nilai % penghambatan inflamasi pada kelompok
perlakuan
(AUC଴ି୶)୷– (AUC଴ି୶)୬
‫݅ݐ݊ܽܽݕܽܦ‬− ݂݈݅݊ܽ݉ ܽ‫(݅ݏ‬%) =
x 100%
(AUC଴ି୶)୷
Salah satu contoh perhitungan nilai % penghambatan inflamasi pada kelompok
kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis
1310 mg/kgBB
(ଵସଷ,଺ଵଶିଵସଷ,ଵଷ)
‫݅ݐ݊ܽܽݕܽܦ‬− ݂݈݅݊ܽ݉ ܽ‫(݅ݏ‬%) =
x 100%
(ଵସଷ,଺ଵଶ)
= 0,3 %
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90
Lampiran 10. Cara perhitungan dosis dan volume pemberian aquades
sebagai kontrol negatif
Cara menghitung dosis pemberian Aquades: ½ volume maks 1 mL = 0,5 mL
Dosis untuk mencit rata-rata 20 g = 0,5 mL/20 g secara p.o
Berat jenis aquades = 1 g/mL
Dosis aquades = 0,5 g/20 gBB = 25 g/kgBB
Volume pemberian untuk berat badan rata-rata mencit 25 g :
V=
஽௫஻஻
஼
=
೒
௫ଶହ௚
ೖ೒
ଶହ
ଵ୥/୫ ୐
= 0,625݉ ‫ܮ‬
Lampiran 11. Cara pembuatan dan Perhitungan dosis karagenin 1 % untuk
injeksi subplantar
Cara membuat larutan karagenin 1% = 1g karagenin + NaCl (0,9 %) add 100
mL diperoleh larutan karagenin 1% (b/v). Konsentrasi = 100 mg/mL
ଵ଴଴଴௠ ௚
(0,05‫ݔ‬ଵ଴଴௠ ௅ )‫ݔ‬ଶ
Dosis karagenin =
= 25 mg/kgBB
0,02݇݃
Misalnya Berat badan mencit = 20 g = 0,02 kg
஽.஻஻
Volume pemberian karagenin = ஼
=
ౣౝ
୶଴,଴ଶ୩୥
ౡౝాా
ଶହ
ଵ଴଴୫ ୥/୫ ୐
= 0,01mL
Lampiran 12. Perhitungan dosis Cataflam® D-50 sebagai kontrol positif
a. Pengujian keseragaman bobot 20 tablet
b. Pembuatan larutan Cataflam® D-50
Diambil 50 mg diklofenak + aquades add 100 mL = konsentrasi 50
mg/100 mL (0,5 mg/mL)
c. Perhitungan dosis Cataflam® D-50
Dosis manusia 50 kg = 50 mg
Dosis manusia 70 kg = 70 mg
Konversi dari manusia 70 kg ke mencit 20 gram = 0,0026
Dosis untuk mencit 20 g = 70 mg x 0,0026
0,182 mg
=
20 g BB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
݉݃
‫ݐ݅ܿ݊݁ ݉ܤܤ‬
݇݃
d. Contoh perhitungan pemberian larutan Cataflam® D-50 pada hewan uji
= 9,1
Rata-rata BB mencit = 25 g = 0,025 kg
Dosis Cataflam® D-50 = 9,1 mg/kgBB
Volume pemberian larutan Cataflam® D-50 pada mencit
‫ܦ‬. ‫ܤܤ‬
=
‫ܥ‬௠ ௚
9,1 ௞௚஻஻ ‫ݔ‬0,025݇݃
=
= 0,46 mL
0,5 mg/mL
Lampiran 13. Perhitungan volume pemberian infusa daun Coleus
atropurpureus L. Benth. dan bunga Clitoria ternatea L.
a. Penimbangan Iler dan bunga telang
-
Penimbangan daun = 5,07 g = 5070 mg
-
Tambah aquades (pelarut) = 100 mL
Konsentrasi = 5070 mg/ 100 mL = 50,7 mg/mL
Penimbangan bunga telang = 6,03 g
Tambah aquades (pelarut) = 100 mL
Konsentrasi = 6030 mg/ 100 mL = 60,3 mg/mL
b. Perhitungan dosis Coleus atropurpureus L. Benth.
Dosis pada penelitian Amitjitraresmu (1995) adalah 100 mg/kg bb tikus
yang akan dikonfersikan pada mencit untuk penelitian berikutnya.
Konversi berat badan tikus 200 gram ke mencit 20 gram = 0,14.
ଵ଴଴୫ ୥
Dosis untuk tikus 100 mg/kgBB adalah = ଵ଴଴଴௚ x 200 g = 20 mg.
Dosis untuk mencit 20 g = 0,14 x 20 mg
= 2,8 mg/20g BB
= 0,14 mg/g BB = 140 mg/kgBB
Volume pemberian untuk berat rata-rata mencit
Pemberian volume untuk mencit BB = 25 mg (0,025 kg)
=
=
஽.஻஻
େ
೘೒
௫଴,଴ଶହ௞௚
ೖ೒ಳ ಳ
ଵସ଴
ହ଴,଻୫ ୥/୫ ୐
= 0,07 mL
91
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
c. Perhitungan dosis Clitoria ternatea L
Dosis III = 1310 mg/Kg BB
Pemberian volume untuk mencit BB = 25 mg (0,025 kg)
=
=
஽.஻஻
େ
೘೒
௫଴,଴ଶହ௞௚
ೖ೒ಳ ಳ
ଵଷଵ଴
଺଴,ଷ୫ ୥/୫ ୐
= 0,5 mL
92
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 14. a. Sertifikat Kalibrasi Jangka Sorong
93
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
b. Sertifikat Lembar Kalibrasi Jangka Sorong
94
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 15. Surat keterangan Ethical Clearens
95
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 16. Bunga telang dan infusa bunga telang (Clitoria ternatea L.)
Gambar 5. Simplisia bunga telang (Clitoria ternatea L.)
Gambar 6. Hasil infusa bunga telang (Clitoria ternatea L.)
96
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
97
Lampiran 17. Daun iler dan infusa daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth)
Gambar 7. Daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth)
Gambar 8. Hasil infusa daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth)
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 18. Pembuatan udema dan pengukuran udema kaki mencit
Gambar 9. Pembuatan udema kaki mencit dengan karagenin 1%
Gambar 10. Pengukuran udema kaki mencit menggunakan jangka sorong
98
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 19. Alat spuit injeksi
Gambar 11. Syringe per oral dan subplantar
99
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
100
BIOGRAFI PENULIS
Novita Sagala merupakan anak kelima dari pasangan
Hajim Sagala (Alm.) dan Lasmaria Br Haloho yang
memiliki enam saudara bernama Wanner Fransiskus
Sagala, Agnes Tiomas Sagala, Polman Sagala, Mangasi
Pirtoni Sagala dan Iman Rokasi Sagala. Lahir di Samosir,
27 November 1985. Pendidikan awal di SD Negeri No.
173749 Pangururan (1992-1998), SMP Negeri 3
Pangururan (1998-2001), SMA Negeri 2 Pangururan
(2001-2004), kemudian menempuh pendidikan di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (20092013).
Sebelum kuliah, penulis tinggal dan berkarya di Yayasan Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan, menjalani tahap pembinaan suster di susteran Kongregasi
Fransiskanes Santa Elisabeth Medan. Saat ini penulis masih menjalani pembinaan
Suster Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth Medan dan menerima tugas
perutusan study di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama kuliah, penulis pernah berpartisipasi dalam KEKANTA di bidang
Kesehatan (P3K) (2012), dan panitia bidang humas KEKANTA (2013).
Pengabdian masyarakat yang pernah dilakukan adalah sebagai relawan bencana
gunung Merapi (2010) dan ikut berpartisipasi dalam acara gerakan penanaman
seribu pohon di Lereng Gunung Merapi (2011). Sebagai Fasilitator dalam
Kongres Ekaristi Keuskupan II Keuskupan Agung Semarang (2012).
Download