PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI EFEK ANTIINFLAMASI KOMBINASI K INFUSA DAUN ILER (Coleus Coleus atropurpureus L. Benth) DOSIS 140 mg/kgBB D DENGAN BUNGA TELANG (Clitoria ternatea L.) DOSIS 328; 655; 1310 mg/kgBB PADA UDEMA A TELAPAK KAKI MENCIT MENCI BETINA TERINDUKSI KARAGENIN DENGAN PENGUKURAN PENGUKURAN JANGKA SORON SORONG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Novita Sagala NIM : 098114134 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 i PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI iii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN Berusahalah setia melakukan yang terbaik walaupun tidak sesempurna yang kamu impikan Semoga setiap proses menuju ke kesempurnaan itu akan membuatmu semakin bijaksana dan dewasa dalam menentukan sebuah pilihan “BELAJAR SETIA KENDATI LEMAH” Kupersembahkan skripsi ini untuk Tuhan Yesus dan Bunda Maria, teladan hidupku Kongregasi FSE Keluarga tercinta atas semangat, kasih sayang dan cinta Semua sahabat Almamaterku iv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI v PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI vi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PRAKATA Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas bimbingan berkat, rahmat dan karunia-Nya yang telah penulis terima selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini sampai selesai dengan judul "Efek Antiinflamasi Kombinasi Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) Dosis 140 mg/kgBB Dengan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Dosis 328; 655; 1310 mg/kgBB Pada Udema Telapak Kaki Mencit Betina Terinduksi Karagenin Dengan Pengukuran Jangka Sorong” Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis sungguh-sungguh sadar bahwa ada banyak pihak yang telah terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam membantu proses perkuliahan sampai penulis dapat menyusun skripsi ini. Oleh karena itu penulis hendak mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma 2. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dosen Pembimbing Utama skripsi ini yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesetiaan, kesabaran dan ketekunan dalam mendukung, memotivasi, membimbing, memberikan masukan dan arahan kepada penulis selama proses penelitian hingga selesainya skripsi ini 3. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Penguji skripsi atas bantuan dan masukan kepada penulis vii demi kemajuan skripsi in PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4. Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Penguji skripsi atas bantuan dan masukan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini 5. Rini Dwi Astuti, M.Si.. Apt., selaku Pimpinan Laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas laboratorium guna penelitian skripsi ini 6. Pak Parjiman, Pak Heru, Mas Kayat, Pak Andre dan semua staf laboratorium Farmasi yang telah bersedia membantu dan menemani selama penelitian berlangsung, atas segala bantuan dan dinamika selama di laboratorium 7. Para Dosen Program Studi Farmasi yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang dapat penulis gunakan sebagai bekal hidup yang berharga 8. Dewan Pimpinan Umum Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE) yang telah mengijinkan, memberikan kesempatan, kepercayaan, mendukung dan mendoakan, baik dalam materi maupun non-materi selama proses perkuliahan sampai selesai sehingga penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini 9. Para Suster FSE secara khusus Komunitas Santo Yohanes Don Bosco Yogyakarta yang menjadi teman seperjuangan dan sahabat yang setia dalam mendukung, mendoakan dan membantu peneliti selama proses perkuliahan sampai selesai. viii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10. Ibu tercinta dan saudara-saudari yang kukasihi atas doa, nasehat dan dukungannya yang tidak pernah terlewatkan sehingga penulis dapat semangat dalam menyelesaikan skripsi ini 11. Rekan-rekan penelitian, Endang Milia Tabalubun, Febria Sinaga, dan Devi Yanthre Sari Manurung, atas bantuan, kerjasama, perjuangan, semangat dan suka duka yang dialami selama penelitian 12. Sahabat penulis, Febria Sinaga, Devi Yanthre Sari Manurung, Endang Milia Tabalubun, Maria Fransiska Ambuk, Regina Arningsari Ewo Pati, terimakasih atas kebersamaan, dukungan moral, kasih sayang, bantuan, perhatian, semangat, keceriaan, doa, dan kebaikan kalian yang selalu menyemangatiku dalam keadaan apapun 13. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna termasuk penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak demi kemajuan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik mahasiswa, lingkungan akademis, masyarakat, serta memberikan sumbangan kecil bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kefarmasian. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih. Yogyakarta, 10 Juni 2013 Penulis ix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .. ........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ....................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi PRAKATA....................................................................................................... vii DAFTAR ISI.................................................................................................... x DAFTAR TABEL............................................................................................ xv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xvii INTISARI......................................................................................................... xix ABSTRACT....................................................................................................... xx BAB I PENGANTAR ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 1. Permasalahan ................................................................................... 4 2. Keaslian penelitian .......................................................................... 4 3. Manfaat penelitian ........................................................................... 6 B. Tujuan penelitian.................................................................................. 7 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA............................................................... 8 A. Tanaman Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) ....................................... 8 1. Klasifikasi............................................................................................. 8 2. Morfologi ............................................................................................. 8 3. Kandungan kimia ................................................................................. 9 4. Kegunaan.............................................................................................. 9 B. Kembang Telang (Clitoria ternatea L.) .................................................... 9 x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. Klasifikasi ........................................................................................... 9 2. Morfologi ............................................................................................ 10 3. Kandungan kimia................................................................................ 11 4. Kegunaan ............................................................................................ 11 C. Interaksi Obat ....................................................................................... 12 1. Pengertian....................................................................................... 12 2. Ruang lingkup ................................................................................ 13 D. Inflamasi............................................................................................... 16 1. Definisi................................................................................................ 16 2. Penyebab dan tanda utama inflamasi.................................................. 18 3. Mekanisme Inflamasi.......................................................................... 19 4. Obatanti inflamasi............................................................................... 20 5. Metode uji daya antiinflamasi............................................................. 22 E. Kalium Diklofenak.................................................................................... 25 F. Karagenin .................................................................................................. 26 G. Infusa......................................................................................................... 26 H. Landasan Teori.......................................................................................... 27 I. Hipotesis.................................................................................................... 28 BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 29 A. Jenis Rancangan Penelitian ....................................................................... 29 B. Variabel Penelitian.................................................................................... 29 1. Variabel utama.................................................................................... 29 2. Variabel pengacau............................................................................... 30 C. Definisi Operasional.................................................................................. 30 D. Bahan atau Materi Penelitian .................................................................... 31 E. Alat atau Instrumen Penelitian .................................................................. 32 F. Tata Cara Penelitian .................................................................................. 33 G. Tata Cara AnalisisHasil............................................................................. 39 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 40 xiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI A. Hasil Determinasi Tanaman...................................................................... 40 B. Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth ) dan Infusa Bunga Telang (Clitoria ternatea L.)..................................................................... 41 C. Efek Antiinflamasi Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) Dan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) ................................................. 42 D. Daya Antiinflamasi Kombinasi Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) ...................................... 53 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 59 A. Kesimpulan................................................................................................ 59 B. Saran.......................................................................................................... 59 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 60 LAMPIRAN ......................................................................................................... 64 BIOGRAFI ............ ............................................................................................... 100 xiv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR TABEL Halaman Tabel I. Hasil analisis rata-rata nilai AUC total setiap kelompok perlakuan menggunakan Kruskal-Wallis taraf kepercayaan 95% dengan uji Mann-Whitney ........................................... Tabel II. 46 Hasil analisis rata-rata nilai AUC total setiap kelompok perlakuan menggunakan Kruskal-Wallis taraf kepercayaan 95% dengan uji Mann-Whitney ........................................... Tabel III. 50 Rata-rata persen daya antiinflamasi pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi beserta hasil test Mann-Whitney.. xv 54 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Penggolongan interaksi obat berdasarkan perubahan efek ..... Gambar 2. Kurva rata-rata edema kaki mencit yang diinduksi karagenin 15 1% selama 6 jam pengamatan ............................................... 44 Gambar 3. Diagram batang rata-rata AUC tiap kelompok perlakuan ....... 47 Gambar 4. Diagram batang rata-rata persen penghambatan inflamasi tiap kelompok perlakuan ......................................................... 51 Gambar 5. Simplisia bunga telang (Clitoria ternatea L.) ......................... 96 Gambar 6. Infusa bunga telang (Clitoria ternatea L) .............................. 96 Gambar 7. Daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) ............................ 97 Gambar 8. Hasil infusa daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) ......... 97 Gambar 9. Pembuatan udema kaki mencit dengan karagenin 1% ............ Gambar 10. Pengukuran udema kaki mencit menggunakan jangka sorong...................................................................................... Gambar 11. 98 98 Syringe per oral dan subplantar ............................................... 99 xvi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Surat pengesahan determinasi tanaman Iler ........................... 65 Lampiran 2. Surat pengesahan determinasi tanaman Telang ...................... 66 Lampiran 3. Hasil analisis statistik rata-rata AUC pada setiap perlakuan ... 67 Lampiran 4. Hasil uji statistik persen penghambatan inflamasi pada setiap kelompok perlakuan ................................................................ Lampiran 5. Hasil uji statistik daya anti inflamasi pada setiap kelompok perlakuan ................................................................................. Lampiran 6. 75 82 Hasil perhitungan rata-rata edema kaki mencit tiap waktu pengamatan dengan jangka sorong ......................................... 88 Lampiran 7. Contoh cara menghitung AUC ................................................ 89 Lampiran 8. Perhitungan nilai % penghambatan inflamasi pada kelompok perlakuan ................................................................................. Lampiran 9. 89 Perhitungan nilai % penghambatan inflamasi pada kelompok perlakuan ................................................................................. 89 Lampiran 10. Cara perhitungan dosis dan volume pemberian aquades sebagai control negatif ............................................................. 90 Lampiran 11. Cara pembuatan dan perhitungan dosis karagenin 1 % untuk injeksi subplantar .................................................................... 90 Lampiran 12. Perhitungan dosis Cataflam® D-50 sebagai control positif ...... 90 xvii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 13. Perhitungan volume pemberian infusa daun Coleus atropurpureus L. Benth. dan bunga Clitoria ternatea L........ Lampiran 14. a. b. Sertifikat Kalibrasi Jangka Sorong .................................. 91 93 Sertifikat KalibrasiJ angka Sorong ................................... 94 Lampiran 15. Surat keterangan Ethical Clearens .......................................... 95 Lampiran 16. Bunga telang dan infusa bunga telang (Clitoria ternatea L.) .. 96 Lampiran 17. Daun iler dan infusa daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) ....................................................................................... 97 Lampiran 18. Pembuatan udema dan pengukuran udema kaki mencit ......... 98 Lampiran 19. alat spuit injeksi ....................................................................... 99 xviii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI INTISARI Daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) mengandung senyawa flavonoid, saponin dan polifenol telah terbukti mempunyai daya anti inflamasi. Bunga telang (Clitoria ternatea L.) juga terdapat senyawa flavonol dan antosianin yang terbukti mempunyai efek anti inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dan bunga telang pada mencit betina galur Swiss yang terinduksi karagenin 1%. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola searah menggunakan 35 ekor mencit dibagi menjadi 7 kelompok. Kelompok I (kontrol negatif) diberi aquades dosis 25 g/kgBB, kelompok II (kontrol positif) diberi diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB, kelompok III kontrol infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB, kelompok IV kontrol infusa bunga bunga telang dosis 1310 mg/kgBB , kelompok V, VI dan VII diberi kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kbBB dengan infusa bunga telang berturut-turut dosis 328; 655; dan 1310 mg/kgBB. Udema pada kaki mencit diukur dengan jangka sorong selama enam jam mulai dari menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, 360 setelah diinduksi karagenin 1%. Analisis hasil dilakukan dengan menghitung AUC total setiap mencit selama rentang waktu pengukuran untuk menghitung persen penghambatan inflamasi. Hasilnya dianalisis secara statistic dengan uji Shapiro-Wilk dan Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang dapat meningkatkan efek antiinflamasi dengan persentase penghambatan inflamasi pada infusa daun iler dosis 140 mg/kbBB dengan infusa bunga telang berturut-turut dosis 328; 655; 1310 mg/kgBB berturut-turut adalah 54,13; 54,79; dan 52,63%. Kata kunci : Coleus atropurpureus L. Benth, Clitoria ternatea L., antiinflama xix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT Iler leaf (Cleus atropurpureus L. Benth) contains flavonoid, saponin, and polifenol compounds that have been proven have anti inflammatory effect. Telang flos (Clitoria ternatea L.) contains flavonol and antosianin compounds that have been proven have anti inflammatory effect too. The objective of this research is to know anti inflammatory effect of infusion mix between iler leaves and telang flowers in female mice Swiss race induced by carageenan 1%. This research conducted with a pure experimental design with one way design randomized. Samples of this research are 35 mice divided into 7 groups. Group I (negative control) was given 25 g/kgBB aquadest, group II (positive control) was given 9,1 mg/kgBB diclofenac, group III was given 140 mg/kgBB iler leaves infusion as a control, group IV was given 1310 mg/kgBB telang flowers infusion as a control, group V, VI, and VII was given infusion mix consist of 140 mg/kgBB iler and 328 mg/kgBB, 655 mg/kgBB, and 1310 mg/kgBB telang respectively. The edema was measured by using Calliper digital for six hours, ranging for 0, 15, 30, 45, 60 ,90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, 360 minutes after inducted by carageenan 1%. The result was analyzed by determine the total AUC each mice over the range of time measurement for calculate inhibition of inflammation percentage. The result of that was analyzed statistically by Shapiro-Wilk and Kruskal-Wallis test and than Mann-Whitney with 95% confidence level. This result shows that mix of iler leaves and telang flowers infusion can improve anti inflammatory effect with inhibition of inflammatory percentage on 140 mg/kgBB iler leaves infusion with 328, 655, 1310 mg/kgBB telang flowers infusion respectively are 54,13; 54.79; and 52.63% Keyword : Coleus atropurpureus L. Benth, Clitoria ternatea L., anti-inflammatori xx PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu gejala pada beberapa penyakit dan dirasa oleh banyak orang tidak nyaman. Sebenarnya inflamasi merupakan respon normal dari tubuh ketika tubuh diinvasi oleh benda asing. Namun inflamasi dapat juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan. Efek yang ditimbulkan oleh respon inflamasi kadang menjadi keluhan karena adanya nyeri dan ketidaknyamanan. Banyak obat yang dapat menghasilkan efek antiinflamasi yang dapat membantu meredakan rasa nyeri dan radang. Obat modern yang biasa digunakan sebagai antiinflamasi adalah obat golongan Antiinflamasi Non Steroid (AINS) yang pada umumnya mempunyai efek samping tukak lambung. Akhir-akhir ini penggunaan obat modern maupun obat sintetik sudah mulai ditinggalkan dan beralih kepada obat tradisional. Penggunaan tanaman sebagai obat tradisional semakin marak dimasyarakat khususnya masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Pengetahuan masyarakat tentang obat tradisional dapat mencegah, menyembuhkan, memulihkan kesehatan dan meningkatkan kesehatan menjadikan masyarakat lebih memilih obat tradisional daripada obat modern. Masyarakat lebih mempercayai pengobatan tradisional dengan bahan-bahan alam seperti tumbuhan karena dianggap lebih aman, efek samping yang lebih sedikit atau bahkan tidak ada dan memiliki potensi yang lebih kuat dibandingkan dengan obat 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2 modern. Tanaman yang digunakan bukan hanya satu jenis saja tetapi mencampur beberapa tanaman sekaligus dengan keyakinan bahwa semakin banyak jenis tanaman yang digunakan maka semakin poten bahan tersebut untuk mengobati penyakit dan semakin banyak jenis penyakit yang bisa disembuhkan. Bahanbahan tersebut dicampur dan digunakan sekaligus untuk pengobatan, misalnya dengan merebus beberapa bahan sekaligus dan langsung digunakan. Contoh tumbuhan yang biasa digunakan sebagai bahan obat dan telah terbukti mempunyai efek antiinflamasi adalah daun iler dan bunga telang. Secara tradisional daun tumbuhan iler atau yang biasa disebut jawer kotok atau mayana digunakan untuk membantu menghilangkan rasa nyeri, sembelit, sakit perut, mempercepat pematangan bisul, pembunuh cacing, mengatasi ambeien, diabetes mellitus, wasir, demam dan radang telinga (Dalimartha, 2000). Amitjitraresmu (1995), telah menguji bahwa ekstrak yang mempunyai daya antiinflamasi terbaik adalah infusa daun iler yang memiliki persen inhibisi radang pada dosis 100; 200; dan 400 mg/kgBB tikus sebesar 59,81; 67,49; dan 79,10%. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan adanya senyawa flavonoid, saponin dan polifenol pada daun dan infusa daun iler. Ekstrak etanol daun iler terbukti efektif untuk menghambat pertumbuhan berbagai bakteri diantaranya adalah menghambat pertumbuhan dan mengobati infeksi Salmonella enteritidis (Ariyanti, Fazrina dan Darmono, 2007), menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa (Mpila, Fatimawali dan Wiyono, 2012) dan berbagai bakteri Gram (+) dan bakteri Gram (-) (Kumala dan Desi, 2008). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3 Menurut Encyclopedia of Herbal Medicinal bahwa tanaman telang dapat bermanfaat sebagai laxative (pencahar), diuretik, perangsang muntah, pembersih darah, mempercepat pematangan bisul, obat cacing dan radang mata. Senyawa kimia yang berhasil diteliti pada mahkota bunga telang mengandung 14 jenis flavonol glikosida dan 19 jenis antosianin (Kazuma, Naonobu and Masahiko, 2003). Senyawa fenol dan delfinidin pada bunga telang (Clitoria ternatea L.) efektif terhadap Staphylococcus aureus penyebab radang mata (Hutajulu, Rahma dan Djumarman, 2008). Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Manurung (2013) melaporkan bahwa infusa bunga telang memiliki efek antiinflamasi pada mencit betina, dengan persen penghambatan antiinflamasi dari infusa bunga telang pada dosis 328; 655; dan 1310 mg/kgBB adalah 23,57; 44,5; dan 27,95%. Kedua tanaman ini sama-sama mempunyai efek antiinflamasi. Dari penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2013), bahwa dari tiga peringkat dosis yang digunakan untuk menguji efek antiinflamasi ternyata belum mencapai persen penghambatan inflamasi sebesar 50%, padahal dari peringkat dosis tertinggi yang digunakan diperoleh persen penghambatan inflamasi bunga telang yang semakin kecil. Dengan kata lain bahwa semakin bertambahnya dosis tidak semakin meningkatkan efek antiinflamasi. Dengan kata lain bahwa semakin bertambahnya dosis tidak semakin meningkatkan efek antiinflamasi. Maka untuk menambah efek antiinflmasi dari bunga telang perlu ditambahkan tanaman lain yang samasama mempunyai efek antiinflamasi yang diharapkan dapat meningkatkan efek antiinflamasi bunga telang, yaitu dengan mengkombinasikan bunga telang dengan daun iler. Dari penelitian yang dilakukan oleh Amitjitraresmu (1995), dosis PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4 terendah yang digunakan untuk menguji efek antiinflamasi infusa daun iler yakni dosis 100 mg/kgBB tikus sudah memiliki persen inhibisi radang sebesar 59,81%. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah daun iler berpengaruh terhadap peningkatan efek antiinflamasi bunga telang dan seberapa besar pengaruhnya. Diharapkan dengan dikombinasikannya kedua tanaman ini dapat meningkatkan efek antiinflamasi pada mencit betina galur Swiss yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai obat alternatif yang aman dan dapat mengatasi gangguan inflamasi. 1. Permasalahan Permasalahan yang akan diteliti adalah : a. Apakah kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang berturut-turut dosis 328; 655; 1310 mg/kgBB meningkatkan efek antiinflamasi yang diinduksi karagenin 1% pada mencit betina galur Swiss ? b. Berapakah besar daya antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang berturut-turut dosis 328; 655; 1310 mg/kgBB terhadap kalium diklofenak ? 2. Keaslian penelitian Penelitian yang pernah dilakukan terhadap tanaman iler serta uji aktifitas senyawanya oleh Amitjitraresmu (1995) yaitu uji efek antiinflamasi berbagai ekstrak daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth.) dan penelusuran senyawa aktifnya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstrak yang mempunyai PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5 daya antiinflamasi terbaik adalah infusa daun iler. Hasil penapisan fitokimia terhadap daun dan infusa daun iler menunjukkan adanya senyawa flavonoid, saponin dan polifenol. Hasil penelitian Kumala dan Desi (2008) melaporkan bahwa ekstrak daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dapat menghambat pertumbuhan berbagai bakteri gram (+) dan bakteri gram (-) seperti bakteri S. aureus, B. subtilis, E. coli dan S. paratyphosa. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti, dkk. (2007) bahwa ekstrak etanol daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dapat bermanfaat sebagai antibakteri untuk mengatasi infeksi S. enteriditis pada mencit. Mpila, dkk. (2012), melaporkan bahwa ekstrak etanol daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Penelitian yang dilakukan pada tanaman telang mengarah pada kandungan senyawa yang terdapat pada tanaman tersebut serta kemungkinan aktivitas senyawa yang dikandungnya. Hasil penelitian Kazuma (2003) menunjukkan bahwa ekstrak mahkota bunga telang mengandung 14 flavonol glikosida dan 19 antosianin. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Tiurlan dkk. (2008), yaitu Identifikasi senyawa fenol dan delfinidin pada kembang telang (Clitoria ternatea L.) serta uji efektivitasnya terhadap Staphylococcus aureus penyebab radang mata. Senyawa fenol 0,026% menunjukkan dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab radang mata sebesar 0,87 mm. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Manurung (2013), menunjukkan bahwa infusa bunga Clitoria ternatea L. pada dosis 328; 655; dan 1310 mg/Kg BB memberikan penghambatan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6 inflamasi berturut-turut sebesar 23,57; 44,5; dan 27,95% pada mencit betina galur Swiss yang diinduksi dengan karagenin. Dari penelitian yang dilakukan oleh Amitjitraresmu (1995), penulis menggunakan dosis infusa daun iler pada tikus sebesar 100 mg/kgBB yang akan dikonfersikan pada mencit untuk penelitian berikutnya. Dari penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2013), penulis menggunakan tiga peringkat dosis infusa bunga telang yang akan dikombinasikan dengan satu peringkat dosis infusa daun iler. Sejauh pengamatan penulis belum ada penelitian yang mengarah pada efek antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dengan infusa bunga telang pada udema telapak kaki mencit betina terdiinduksi karagenin dengan pengukuran jangka sorong. 3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi tentang penggunaan kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang sebagai antiinflamasi b. Manfaat praktis 1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang efek antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang 2) Untuk membandingkan daya antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang terhadap obat modern kalium diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB mencit PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 7 B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui efek antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dengan infusa bunga telang yang diinduksi karagenin pada mencit betina galur Swiss 2. Mengetahui daya antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dengan infusa bunga telang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Tanaman Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) 1. Klasifikasi Tumbuhan iler dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonnae Ordo : Lamiales Family : Lamiaceae Genus : Coleus Spesies : Coleus atropurpureus L. Benth. (Anonim a, 2013). 2. Morfologi Iler (Coleus) merupakan tumbuhan semak, herba tegak dan merayap dengan tinggi batang pohonnya berkisar 30-150 cm. Daunnya berbentuk hati dan pada setiap tepiannya dihiasi oleh jorong-jorong atau lekuk-lekuk tipis yang bersambungan dan didukung oleh tangkai daun. Bunganya muncul pada pucuk tangkai batang berbentuk untaian bunga bersusun. Iler mempunyai penampang batang berbentuk segi empat dan termasuk kategori tumbuhan basah yang batangnya mudah patah. Iler dapat tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai 8 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 9 ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Keistimewaan dari tumbuhan ini adalah sangat beraneka ragam jenis dan warna daun yang dimiliki (Thomas, 2007). 3. Kandungan kimia Daun iler mengandung minyak atsiri, antara lain karvakrol yang bersifat antibiotic, eugenol bersifat menghilangkan nyeri, etil asetat menghambat iritasi. Daunnya mengandung thymol yang memiliki sifat antelmitik (mematikan cacing) dan antiseptik (Asiamaya, 2000). 4. Kegunaan Daun iler dipercaya dapat mengobati penyakit ambeien. Tumbuhan iler lengkap berupa batang, daun dan bunga dapat mengobati penyakit Diabetes mellitus. Daun dan batangnya jika digunakan bersamaan dapat digunakan untuk mengobati demam dan sembelit. Sementara akar tanaman ini berguna untuk mengobati sakit perut (Anonim b, 2013). B. Kembang Telang (Clitoria Ternatea L.) 1. Klasifikasi Kembang telang termasuk famili Papilionaceae (Leguminosae) dengan nama ilmiah Clitoria ternatea L. Nama lain tanaman ini bunga biru, bunga kelentit, kembang teleng, bunga talang dan bisi. Untuk nama asingnya adalah blue pea, butterfly pea (Inggris) (Permadi, 2006). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 10 Tumbuhan iler dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisio : Spermatophyta Class : Dicotyledonnae Ordo : Fabales Family : Fabaceae (Papilionaceae) Gens : Clitoria Speies : Clitoria ternatea L. (Anonim a, 2013). 2. Morfologi Tanaman bertipe bunga kupu-kupu ini oleh orang luar negeri dinamakan butterfly pea dan oleh orang Indonesia sering disebut dengan kembang telang. Tanaman kembang telang ini mudah diperbanyak, baik dari biji maupun stek pucuk. Varietas Clitoria ternatea yang ada diantaranya alba (berbunga putih), coerulea, major, flore, dan pleno yang berbunga biru dengan ukuran berbedabeda. Tanaman yang dari muda sudah tumbuh cabang dengan baik ini memerlukan habitat dengan cahaya matahari penuh agar dapat berbunga sepanjang tahun. Kondisi lahan yang sedikit kering sangat disukai. Kembang telang memiliki sulur yang melilit di media tempatnya merambat. Karenanya, tanaman ini cocok dimanfaatkan sebagai tanaman penutup pagar, penghias pilar dan tanaman hias dalam pot (Lingga, 2005). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 11 Asal tanaman ini diperkirakan dari Amerika dan dapat ditemukan sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Perdu membelit ke kiri, tumbuh menahun, panjang 1-5 m, berambut halus, bagian pangkal berkayu. Daun majemuk menyirip gasal dengan 3-9 anak daun. Helaian anak daun berbentuk bulat telur atau elips, bertangkai pendek, ujung tumpul, pangkal runcing, tepi rata, panjang 2-7 cm, lebar 1-4,5 cm, warna hijau, dan mempunyai daun menumpu berbentuk garis. Bunga tunggal, berbentuk seperti kupu-kupu yang keluar dari ketiak daun, panjang mahkota 3,5-4 cm, warna biru nila dengan warna putih atau kekuningan di bagian tengah. Ada juga bunga yang berwarna putih. Buah berupa buah polong, pipih, panjang 5-10 cm, berisi 6-10 biji yang berbentuk seperti ginjal pipih (Dalimartha, 2008). 3. Kandungan kimia Beberapa bahan kimia yang terkandung pada bunga telang adalah saponin, alkaloid, flavonod, ca-oksalat dan sulfur. Daun tumbuhan ini mengandung kaemferol 3-glucoside, dan triterpenoid, sedangkan bunganya mengandung delphinidin 3,3’,5’,triglukoside dan fenol (Hariana, 2008). 4. Kegunaan Untuk efek farmakologis yang dimiliki tanaman kembang telang di antaranya adalah bunga untuk radang mata merah, trachoma, abses dan bisul. Daunnya untuk mempercepat pematangan bisul. Akarnya mengobati busung air, bronkhitis kronik, demam, iritasi saluran dan kandung kemih. Biji untuk mengobati cacingan dan sembelit (Wijayakusuma, 2008). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 12 Untuk mengobati radang mata merah bagian tanaman yang digunakan adalah bunga kembang telang. Rendam bunga kembang telang berwarna biru sampai airnya menjadi biru kemudian gunakan untuk mencuci mata. Tanaman dapat juga digunakan untuk mengobati sakit telinga dengan mencuci bersih daun kembang telang secukupnya, kemudian lumatkan. Tambahkan garam secukupnya pada air perasannya. Selama masih hangat oleskan ramuannya di sekitar telinga yang sakit (Permadi, 2006). C. Interaksi Obat 1. Pengertian Ada dua definisi interaksi obat yang perlu ditelaah maknanya, yaitu berdasarkan akibat (luaran) dan berdasarkan perantara (mekanisme kerja). a. Berdasarkan akibat (luaran), interaksi obat didefinisikan sebagai peristiwa ketika efek obat tertentu diubah oleh obat lain yang diberikan sebelum atau bersama-sama dengannya. b. Berdasarkan perantara (mekanisme kerja), interaksi obat didefinisikan sebagai peristiwa yang terjadi saat dua obat diberikan bersama-sama, saling mempengaruhi proses farmakokinetika, dan atau farmakodinamika masingmasing obat (Donatus, 1995). Dapat dikatakan interaksi obat terjadi jika suatu obat mengubah efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih atau kurang aktif (Harkness, 1989). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 13 Pada dasarnya interaksi obat dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Dikatakan menguntungkan apabila akibat yang ditimbulkan mampu memperbaiki terapi yang berupa batas aman yang lebih besar, awal kerja atau masa kerja yang lebih sesuai, ketoksikan berkurang dan potensi yang bertambah besar dengan efek samping yang berkurang. Lalu, dikatakan merugikan apabila efek obat pada penderita diperkuat atau dihambat oleh suatu antaraktan (obat lain) sehingga respon yang diperoleh adalah tidak menguntungkan. Wujud respon tersebut dapat berupa berkurangnya kemanjuran atau bertambahnya toksisitas secara nyata (Martin, 1971; Ross dan Gilman, 1985 cit., Donatus, 1995). 2. Ruang lingkup Ada beberapa istilah yang dapat digunakan untuk menjelaskan obat, yakni: homoergi (sepasang obat menimbulkan efek yang benar-benar sama), heteroergi (sepasang obat hanya salah satu yang menimbulkan efek tertentu), homodinami (sepasang obat homoergi dengan mekanisme kerja yang sama), dan heterodinami (sepasang obat homoergi dengan mekanisme kerja yang berbeda) (Fingl dan Woodbury, 1970; Martin, 1971 cit., Donatus, 1995). Berdasarkan sifat efek pasangan obat di atas, pada hakikatnya interaksi obat dapat digolongkan menjadi interaksi homoergi-homodinami dengan luaran atau akibat efek penambahan (infra, sederhana atau supra), serta homoergiheterodinami dan heteroergi dengan luaran efek penghambatan atau penguatan (Donatus, 1995). Ringkasan penggolongan interaksi berdasarkan efek dapat dilihat pada gambar 1. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 14 Interaksi obat selalu dikaitkan dengan mekanisme yang menyebabkan interaksi tersebut terjadi. Mekanisme-mekanisme tersebut secara garis besar dikelompokkan dalam dua bagian meliputi mekanisme interaksi pada tahap farmakokinetik dan farmakodinamik (Walker dan Edwards, 1999). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 15 OBAT A dan B A=a ( homoergi ) EFEK A atau B ( heteroergi ) MEKANISME? BEDA SAMA homodinami/ homoergihomodinami heterodinami/ homoergiheterodinami INTERAKSI homoergihomodinami INTERAKSI homoergiheterodinami INTERAKSI heteroergi EFEK EFEK EFEK Penambahan (adisi) Penghambatan (inhibisi) Penghambatan (inhibisi) Penguatan (potensiasi) Penambahan infra (< penjumlahan sederhana/ sumasi) Penguatan (potensiasi) Antagonisme Penambahan sederhana (= penjumlahan sederhana) Penambahan supra (> penjumlahan sederhana) Sinergisme Gambar 1.Penggolongan interaksi obat berdasarkan perubahan efek (Donatus,1995) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 16 a. Interaksi farmakokinetik; merupakan interaksi yang dapat terjadi melalui suatu mekanisme dengan jalan suatu obat mengubah absorpsi, distribusi, metabolisme atau eliminasi obat lain (Walker dan Edwards, 1999). Hal ini dapat membuat kadar plasma obat lain atau obat kedua tersebut meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas obat tersebut (Setiawati, 1999). b. Interaksi farmakodinamik; merupakan interaksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek aditif, sinergistik, atau antagonistik (Setiawati, 1999). D. Inflamasi 1. Definisi Inflamasi merupakan respon terhadap jejas pada jaringan hidup yang memiliki vaskularisasi. Respon ini dapat ditimbulkan oleh infeksi mikroba, agen fisik, zat kimia, jaringan nekrotik atau reaksi imun. Inflamasi bertujuan untuk menyekat serta mengisolasi jejes, menghancurkan mikrooranisme yang menginvasi tubuh serta menghilangkan aktivitas toksinnya, dan mempersiapkan jaringan bagi kesembuhan serta perbaikan (Mitchell dkk., 2008). Respon inflamasi adalah respon fisiologis terhadap kerusakan jaringan. Tujuan respon inflamasi adalah untuk melindungi, mengisolasi, menonaktifkan, dan mengeluarkan agen penyebab serta jaringan yang rusak sehingga dapat terjadi pemulihan. (Brooker, 2008). Ketika proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular di mana cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 17 mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi. Berbagai mediator kimia dilepaskan selama proses inflamasi. Prostaglandin yang telah berhasil diisolasi dari eksudat pada tempat inflamasi adalah salah satu mediator kimia inflamasi. Prostaglandin mempunyai banyak efek, termasuk diantaranya adalah vasodilatasi, relaksasi otot polos, meningkatkan permeabilitas kapiler dan sensitisasi sel-sel saraf terhadap nyeri (Mitchell dkk., 2008). Inflamasi memiliki pola yang akut dan kronik. a. Inflamasi akut : onset yang dini (dalam hitungan detik hingga menit), durasi yang pendek (dalam hitungan menit hingga hari) dengan melibatkan proses eksudasi cairan (edema) dan emigrasi sel polimorfonuklear (neutrofil). b. Inflamasi kronik : onset yang terjadi kemudian (dalam hitungan hari) dan durasi yang lebih lama (dalam hitungan minggu hingga tahun) dengan melibatkan limfosit serta makrofag dan menimbulkan proliferasi pembuluh darah serta pembentukan jaringan parut (Mitchell, dkk., 2008 ). Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan, hal tersebut terjadi melalui media rilisnya autacoid serta pada umumnya didahului oleh pembentukan respon imun (Katzung, 2001). Fase ini ditandai dengan adanya vasodilatasi lokal dan peningkatan permeabilitas kapiler (Vogel, 2002). Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk merespon organisme asing atau substansi antigenik yang terlepas selama respon terhadap inflamasi akut serta kronis. Akibat dari respon imun bagi hospes mungkin menguntungkan, seperti bilamana ia menyebabkan organisme penyerang menjadi difagositosis atau dinetralisir. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 18 Sebaliknya, akibat tersebut juga dapat bersifat merusak bila menjurus kepada inflamasi kronis. Inflamasi kronis melibatkan keluarnya sejumlah mediator yang tidak begitu berperan dalam respon akut seperti interferon, platelet-derived growth factor (PDGF) serta interleukin-1,2,3 (Katzung, 2001). Pada fase ini terjadi degenerasi jaringan dan fibrosis (Vogel, 2002). 2. Penyebab dan tanda utama inflamasi Penyebab inflamasi dapat ditimbulkan oleh rangsangan fisik, kimiawi, biologis (infeksi akibat mikroorganisme atau parasit), dan kombinasi ketiga agen tersebut . Mediator kimiawi pada reaksi inflamasi yaitu histamin dan bradikinin. Eikosanoid, pada dasarnya terdiri dari prostaglandin, tromboksan dan leukotrien (Rang, Dale, Ritter, dan Moore, 2003). Tanda utama inflamasi adalah kemerahan (rubor), panas (kalor), nyeri (dolor), bengkak (tumor), dan kehilangan fungsi (functio laesa). a. Kemerahan (rubor) terjadi pada tahap pertama dari inflamasi. Darah berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh (kinin, prostaglandin dan histamin). Histamin mendilatasi arteriol. b. Bengkak (edema/tumor). Pembengkakan merupakan tahap kedua dari inflamasi. Plasma merembes ke dalam jaringan interstisial pada tempat cedera. Kinin mendilatasi arteriol, meningkatkan permeabilitas kapiler. c. Panas (kalor). Panas pada tempat inflamasi dapat disebabkan oleh bertambahnya pengumpalan darah dan mungkin juga karena pirogen PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 19 (substansi yang menimbulkan demam) yang mengganggu pusat pengatur panas pada hipotalamus. d. Nyeri (dolor) disebabkan oleh pembengkakan dan pelepasan mediatormediator kimia. e. Kehilangan fungsi (functio laesa) disebabkan karena penumpukan cairan pada tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri yang mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena (Mitchell dkk, 2008) 3. Mekanisme inflamasi Mekanisme inflamasi sangat dipengaruhi oleh senyawa dan mediator yang dihasilkan oleh asam arakidonat. Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, enzim fosfolipase kemudian diaktifkan untuk mengubah fosfolipid yang terdapat di membran sel tersebut menjadi asam arakidonat (Tjay dan Rahardja, 2002). Beberapa sel dan mediator terlibat dalam respon alamiah (merupakan berbagai sistem pertahanan tubuh) dan interaksinya sangat kompleks. Lebih detailnya, berhubungan dengan kejadian-kejadian vaskuler dan peran sel serta mediator-mediator dalam tubuh. Kejadian-kejadian vaskuler adalah dilatasi awal dari arteriola-arteriola kecil yang berakibat pada peningkatan aliran darah, diikuti dengan penurunan kemudian berhentinya aliran darah dan peningkatan permeabilitas dari venula post kapiler, dengan eksudasi cairan. Vasodilatasi yang terjadi disebabkan oleh beberapa mediator (histamin, prostaglandin (PG) E2 dan I2, dan sebagainya) yang dilepaskan karena adanya interaksi antara mikroorganisme dan jaringan. Beberapa dari mediator tersebut (seperti histamin, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 20 platelet-activating factor (PAF), dan sitokin dilepaskan oleh interaksi TRLPAMP) juga bertanggung jawab atas fase awal dari peningkatan permeabilitas vaskuler. Sistem kinin merupakan salah satu dari rangkaian enzim, yang mengakibatkan produksi beberapa mediator inflamasi, pada umumnya bradikinin. Sel yang terlibat dalam peradangan, beberapa (sel-sel endothelial vaskular, sel mast, dan makrofag jaringan) secara normal berada dalam jaringan, sementara dari darah platelet dan leukosit meningkatkan akses ke area inflamasi (Rang dkk., 2003). Radikal bebas oksigen akan terlepas secara ekstraseluler dari leukosit setelah adanya pemaparan mikrobia, kemotaksin, dan kompleks imun, atau mengikuti tantangan fagositik. Produksi radikal bebas oksigen bergantung pada aktivasi sistem oksidase NADPH. Anion superoksida, hidrogen peroksida (H2O2), dan radikal hidroksil merupakan spesies utama yang diproduksi oleh sel, dan anion superoksida dapat berinteraksi dengan NO untuk membentuk spesies nitrogen aktif (Mitchell dkk, 2008). 4. Obat antiinflamasi Obat antiinflamasi golongan non steroid (OAINS) berperan sebagai antiinflamasi dengan satu atau beberapa mekanisme, diantaranya dengan inhibisi metabolisme asam arakidonat, inhibisi enzim siklooksigenase (COX) atau inhibisi sintesis prostaglandin, inhibisi lipooksigenase, inhibisi sitokin, pelepasan hormon steroid, stabilisasi membran lisosom, dan pelepasan fosforilasi oksidatif (Kohli, Ali dan Raheman, 2005). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 21 Hampir semua OAINS adalah menghambat sintesis prostaglandin dengan inhibisi COX-1 dan COX-2. Berdasarkan pada selektifitasnya terhadap COX, OAINS dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan, yaitu: a. Inhibitor COX nonselektif, meliputi aspirin, indometasin, diklofenak, piroksikam, ibuprofen, naproxen, dan asam mefenamat; b. Inhibitor selektif COX-2, meliputi nimesulid, meloksikam, nabumeton, dan aseklofenak. Golongan OAINS ini bekerja secara selektif preferential COX-2, dimana penghambatan pada COX-2 nya tidak sekuat golongan rofecoxib sehingga tidak mengganggu fungsi fisiologis COX-2 yang berguna pada kardiovaskular. Golongan OAINS ini disebut aman untuk kardiovaskular (Ignatius dkk, 2007). c. Inhibitor sangat selektif COX-2, meliputi celecoxib, rofecoxib, valdecoxib, parecoxib, etoricoxib dan lumiracoxib (Derle, Gujar, dan Sagar, 2006). OAINS sangat selektif COX-2 memiliki efek samping pada kardiovaskular, yaitu dapat meningkatkan resiko terjadinya AMI (Acute Myocardial Infarction) karena mempunyai penghambatan yang sangat kuat terhadap COX-2. COX-2 mempunyai fungsi fisiologis dalam mensintesis prostasiklin yang berfungsi sebagai vasodilator pada pembuluh darah jantung (Ignatius dkk, 2007). Natrium diklofenak merupakan anti inflamasi non steroid yang mempunyai daya anti radang kuat dengan efek samping kurang keras dibanding antiinflamasi lain seperti indometasin dan piroxicam (Tjay dan Rahardja, 2002). Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang relatif nonselektif dan kuat, PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 22 juga mengurangi bioavailabilitas asam arakhidonat. Obat ini cepat diserap sesudah pemberian secara oral, tetapi bioavailabilitas sistemiknya hanya antara 30-70% karena metabolisme lintas pertama (Katzung, 2001). 5. Metode uji daya antiinflamasi Secara umum, model inflamasi dibedakan menjadi dua, sesuai dengan jenis inflamasi, yaitu model inflamasi akut dan model inflamasi kronik. Inflamasi akut dapat dibuat dengan berbagai cara, yaitu dengan induksi udema kaki tikus, pembentukan eritema (respon kemerahan) dan pembentukan eksudasi inflamasi, sedangkan inflamasi kronis dibuat dengan pembentukan granuloma dan induksi artritis (Gryglewski, 1977). Beberapa metode yang dapat dipakai untuk mengukur daya antiinflamasi adalah sebagai berikut: a. Uji eritema Eritema (kemerahan) merupakan tanda awal dari reaksi inflamasi. Timbulnya eritema adalah akibat dari terjadinya sejumlah iritan kimiawi seperti xilem, minyak kroton, vesikan, histamin, dan bradikinin (Gryglewski, 1977). Eritema ini dapat diamati dua jam setelah kulit diradiasi dengan sinar UV. Kelemahan metode ini adalah eritema dapat dihambat oleh obat yang kerjanya tidak menghambat sintesa prostaglandin (Turner, 1965). b. Induksi udema telapak kaki belakang Pada metode ini induksi udem dilakukan pada kaki hewan percobaan yaitu tikus jantan atau betina, dengan cara penyuntikan suspensi karagenin secara sublantar pada telapak kaki kiri bagian belakang. Ukuran udema kaki diukur PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 23 dengan alat plestimometer segera setelah injeksi (Khanna dan Sarma, 2001). Aktivitas anti-inflamasi obat ditunjukkan oleh kemampuannya mengurangi udema yang diinduksi pada kaki tikus (Vogel, 2002). Keuntungan metode ini antara lain cepat (waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama) dan pengukuran volume udema dapat dilakukan dengan lebih akurat dan objektif, mudah dilakukan karena caranya mudah diamati atau visible. Kekurangan teknik penyuntikan pada telapak kaki tikus atau jika penyuntikan karagenin secara subplantar tersebut tidak menjamin pembentukan volume udema yang seragam pada hewan percobaan, akan dapat mempengaruhi nilai simpangan pada masing-masing kelompok tikus yang cukup besar (Gryglewski, 1977). c. Tes granuloma Hewan uji berupa tikus putih betina galur Wistar diinjeksi bagian punggung secara subkutan dengan 10-25 ml udara, kemudian 0,50 ml minyak kapas sebagai senyawa iritan. Pada hari kedua setelah pembentukan kantong, udara dihampakan. Pada hari keempat, kantung dibuka dan cairan eksudat disedot, selanjutnya diukur volume cairannya (Turner, 1965). Persen inhibisi granuloma dihitung dengan membandingkan volume cairan eksudat kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (Khanna dan Sarma, 2001). Model percobaan ini lebih responsif untuk uji obat antiinflamasi steroid daripada nonsteroid (Turner, 1965). d. Induksi artritis Uji ini dilakukan dengan injeksi subkutan ataupun suspensi intrakutan Mycobacterium butyricum dalam minyak mineral. Respon inflamasi lokal ditunjukkan dengan terbentuknya udema yang diikuti dengan timbulnya penyakit PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 24 sistemik imun yang memberikan gejala pembengkakan tungkai dan lengan, hiperpireksida lokal dan munculnya benjolan pada telinga dan ekor (Gryglewski, 1977). e. Percobaan in vitro Percobaan in vitro berguna untuk mengetahui peran dan pengaruh substansi-substansi fisiologis seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan lainl-lain dalam terjadinya inflamasi. Contoh beberapa percobaan in vitro adalah : penghambatan ikatan reseptor 3H-bradikinin, ikatan reseptor neurokinin, dan uji kemotaksis leukosit polimorfonuklear (Vogel, 2002). Metode uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode Langford termodifikasi dengan induksi udema telapak kaki belakang. Pada metode ini induksi udem dilakukan pada kaki hewan percobaan yaitu tikus jantan atau betina, dengan cara penyuntikan suspensi karagenin secara sublantar pada telapak kaki kiri bagian belakang. Ukuran udema kaki diukur dengan alat plestimometer segera setelah injeksi (Khanna dan Sarma, 2001). Aktivitas anti-inflamasi obat ditunjukkan oleh kemampuannya mengurangi udema yang diinduksi pada kaki tikus (Vogel, 2002). Keuntungan metode ini antara lain cepat (waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama) dan pengukuran volume udema dapat dilakukan dengan lebih akurat dan objektif, mudah dilakukan karena caranya mudah diamati atau visible. Kekurangan teknik penyuntikan pada telapak kaki tikus atau jika penyuntikan karagenin secara subplantar tersebut tidak menjamin pembentukan volume udema yang seragam PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 25 pada hewan percobaan, akan dapat mempengaruhi nilai simpangan pada masingmasing kelompok tikus yang cukup besar (Gryglewski, 1977). Dasar metode ini adalah dengan membuat udema pada telapak kaki belakang mencit menggunakan karagenin 1%, Kemudian diukur besar udemnya dengan menggunakan jangka sorong mulai dari menit ke-0 sampai jam ke-6 setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit mulai jam ke dua sampai jam keenam. Prosentase daya antiinflamasi dapat dihitung dari perubahan bobot kaki hewan uji. E. Kalium Diklofenak Cataflam ® D-50 mengandung kalium diklofenak immediate-release dengan kekuatan 50 mg setiap tabletnya. Kalium diklofenak merupakan turunan asam benzenasetat yang termasuk dalam golongan obat anti inflamasi non steroid (OAINS). Kalium diklofenak dengan nama kimia 2-[(2,6- dichlorophenyl)amino]benzeneacetic acid, monopotassium salt dengan bobot molekul sebesar 334,25 dan rumus molekul C14H10Cl2NKO2. Tablet Cataflam ® D-50 merupakan sediaan tablet tanpa salut sehingga bersifat dispersible atau dapat digerus dan memungkinkan digunakan dalam peracikan obat untuk resep (Novartis, 2009). Selain kalium diklofenak, bahan inaktif yang terkandung dalam tablet Cataflam ® D-50 antara lain kalsium fosfat, silikon dioksida koloidal, besi oksida, magnesium stearat, mikrokristalin selulosa, polietilen glikol, povidone, natrium glikolat, pati jagung, talk, serta titanium dioksida (Novartis, 2009). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 26 F. Karagenin Karagenin adalah sulfat polisakarida bermolekul besar sebagai induktor inflamasi (Corsini et al, 2005). Penggunaan karagenin sebagai penginduksi radang memiliki beberapa keuntungan antara lain: tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan jaringan dan memberikan respon yang lebih peka terhadap obat antiinflamasi dibanding senyawa iritan lainnya (Siswanto dan Nurulita, 2005). Zat yang dapat digunakan untuk memicu terbentuknya udem antara lain: mustard oil 5%, dextran 1%, egg white fresh undiluted, serotonin kreatinin sulfat, lamda karagenin 1% yang diinduksikan secara subplantar pada telapak kaki tikus. Karagenin ada beberapa tipe, yaitu lambda (λ) karagenin, iota (i) karagenin dan kappa (k) karagenin. Lambda (λ) karagenin ini dibandingkan dengan jenis karagenin yang lain, lambda karagenin paling cepat menyebabkan inflamasi dan memiliki bentuk gel yang baik dan tidak keras (Rowe, Sheskey and Weller, 2003). G. Infusa Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan pelarut air pada suhu 900C selama 15 menit. Pembuatannya adalah campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900C sampai sekali-kali diaduk. Serkai selagi panas dengan kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki (Depkes RI, 1995). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 27 H. Landasan Teori Peradangan atau disebut inflamasi merupakan respon tubuh sebagai pertahanan diri untuk melindungi diri dari serangan dari luar. Rangsangan tersebut menyebabkan lepasnya mediator-mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, prostaglandin, kinin dan ion kalsium. Mediator-mediator ini akan memulai proses inflamasi secara bertahap, yaitu fasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskuler dan eksudasi leukosit. Sebelum terjadi inflamasi, neutrofil dan makrofag akan bermigrasi ke daerah yang mengalami kerusakan pada jaringan. Pada daerah peradangan juga dihasilkan oksidan reaktif seperti radikal bebas, yang memiliki kontribusi pada kerusakan jaringan seperti pada penyakit rheumatoid arthritis (Halliwell, Hoult and Blake, 1988). Biosintesis prostaglandin sendiri berlangsung dengan bantuan radikal bebas (Fessenden dan Fessenden, 1992). Jika radikal bebas tersebut tidak ditangkap, maka prostaglandin akan terus terbentuk dan menyebabkan terjadinya inflamasi. Daun iler dan infusa daun iler mengandung senyawa flavonoid, saponin dan polifenol terbukti mempunyai daya antiinflamasi (Amitjitraresmu, 1995). Pada bunga telang telah ditemukan senyawa flavonol glikosida dan antosianin (Kazuma, 2003), dan hasil infusa bunga telang terbukti berpotensi sebagai antiinflamasi (Manurung, 2013). Senyawa flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan. Antioksidan dapat menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase pada kaskade inflamasi sehingga produksi prostaglandin dan leukotrien dapat dihambat. Akibat terhambatnya prostaglandin, inflamasi pada jaringan menjadi berkurang. Kombinasi infusa daun iler dengan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 28 infusa bunga telang mempunyai antioksidan yang mampu meningkatkan efek antiinflamasi dengan menangkap radikal bebas penyebab radang. I. Hipotesis Kombinasi infusa daun iler (Coleus atropurpureus L.Benth) dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang (Clitoria ternatea L.) dosis 328; 655; 1310 mg/kgBB dapat meningkatkan efek antiinflamasi terhadap mencit betina galur Swiss terinduksi karagenin 1%. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Maksud dari eksperimental murni adalah adanya perlakuan pada subjek uji dan menggunakan kontrol untuk pembanding. Rancangan acak maksudnya adalah setiap hewan uji mendapatkan kesempatan yang sama untuk masuk dalam kelompok. Lengkap adalah setiap hewan uji dalam satu kelompok perlakuan menerima satu jenis perlakuan. Pola searah maksudnya adalah faktor yang diuji dalam penelitian ini hanya ada satu yaitu pengaruh dosis pemberian infusa daun iler dan bunga telang terhadap edema pada kaki mencit betina galur Swiss B. Variabel Penelitian 1. Variabel utama a. Variabel bebas : kombinasi infusa daun iler (Coleus atrouirpureus L. Benth) dosis 140 mg/kgBB dengan berbagai dosis infusa bunga telang (Clitoria ternatea L.) b. Variabel tergantung : penurunan tebal udema dilihat dari perbandingan kaki mencit yang normal tanpa perlakuan dengan kaki yang terinduksi karagenin 29 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. 30 Variabel pengacau a. Variabel pengacau terkendali : hewan uji mencit betina galur Swiss, umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 g pemberian bahan uji secara oral, pemberian ransangan inflamasi secara subplantar. b. Variabel pengacau tak terkendali : kondisi patologi hewan uji, kondisi lingkungan pertumbuhan tanaman C. Definisi Operasional 1. Tebal edema adalah tebal telapak kaki mencit yang diinduksi oleh karagenin 1% dosis 25 mg/kgBB yang diinjeksikan secara subplantar dan diukur dengan jangka sorong dalam satuan millimeter 2. Kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang merupakan campuran antara infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dan infusa bunga telang dosis 328; 655; dan 1310 mg/kgBB yang diberikan secara peroral. 3. Injeksi sub plantar adalah injeksi pada telapak kaki hewan uji, arah jarum harus mengarah pada jari-jari hewan uji. 4. Uji antiinflamasi adalah uji dengan menggunakan mencit betina galur Swiss sebagai hewan uji yang diradangkan telapak kaki kirinya, dan diukur tebalnya kedua kaki belakang dengan menggunakan jangka sorong, kemudian dibandingkan dengan perlakuan per-oral infusa daun iler dan infusa bunga telang 5. Efek antiinflamasi adalah kemampuan suatu zat untuk mengurangi udema pada kaki hewan uji akibat injeksi karagenin 1 % secara subplantar. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 6. 31 Daya antiinflamasi adalah kemampuan bahan uji untuk mengurangi pembengkakan kaki hewan uji akibat injeksi karagenin 1% secara subplantar dan dibandingkan dengan kalium diklofenak 7. AUC (Area Under Curve) ditentukan dengan menggunakan rumus trapezoid di mana selisish udema antara kaki kiri dan kanan dikali dengan selisih waktu pengukuran (mm.menit) D. Bahan atau Materi Penelitian Bahan-bahan atau materi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) yang digunakan adalah daun segar dan tidak terserang hama serta bunga telang (Clitoria ternatea L.) yang digunakan adalah bunga segar yang mekar dan tidak terserang hama. Bahan diperoleh dari Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan dipanen pada waktu pagi hari setiap kali akan melakukan penelitian. 2. Hewan uji yang digunakan yaitu mencit betina galur Swiss dengan umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 g yang diperoleh dari Laboratorium Imono, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 3. Zat inflamatogen : Karagenin tipe I (Sigma Chemical Co.), yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Toksikologi Fakultas Farmasi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 4. 32 Tablet Cataflam®D 50 (Novartis Indonesia) yang mengandung kalium diklofenak 50 mg sebagai kontrol positif diperoleh dari Apotek K24. 5. Larutan NaCl fisiologis 0,9% (Otsuka) sebagai pelarut karagenin diperoleh dari Apotek Kimia Farma 6. Aquadest diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. E. Alat atau Instrumen Penelitian 1. Jangka sorong Digital Caliper merk Wipro 2. Satu set panci infusa 3. Termometer 4. Seperangkat alat gelas berupa gelas beker, erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur, corong, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrek Iwaki Glass) 5. Penangas 6. Spuit injeksi 1 mL yang digunakan untuk pemberian peroral memiliki jarum yang ujungnya berbentuk bulat dan berlubang di bagian tengah (merk Terumo) 7. Spuit injeksi 1 mL yang memiliki ujung runcing yang digunakan untuk pemberian secara subplantar (merk Terumo) 8. Kamera digital 9. Timbangan 10. Stopwatch PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 33 F. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman Determinasi tanaman iler dan telang menggunakan batang, daun dan bunga yang dilakukan secara benar sesuai dengan buku acuan di Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Pengumpulan bahan Pengumpulan bahan dilakukan pada bulan April. Daun iler yang diambil adalah daun segar dan tidak terserang hama dipanen sebelum berbunga pada bagian tengah batang, tidak terlalu kepucuk dan tidak terlalu kepangkal. Bunga telang yang diambil adalah bunga segar yang sedang mekar dan tidak terserang hama. Daun iler dan bunga telang diperoleh dari Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang dipanen pada saat pagi hari. 3. Pembuatan infusa daun iler dan infusa bunga telang a. Pembuatan infusa daun iler Pembuatan infusa daun iler yang telah dikumpulkan, dicuci dengan air mengalir, kemudian ditiriskan dan diangin-anginkan untuk meniadakan air pada daun. Daun yang sudah kering ditimbang sebanyak 5 g. Selanjutnya daun direbus menggunakan aquadest sebanyak 100 mL pada suhu 90oC selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Hasil rebusan daun disaring menggunakan kertas saring sampai diperoleh cairan infusa daun iler sebanyak 100 mL. b. Pembuatan infusa bunga telang Pembuatan infusa bunga telang yang telah dikumpulkan, dicuci dengan air mengalir, kemudian ditiriskan dan diangin-anginkan untuk PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 34 meniadakan air pada bunga. Bunga yang sudah kering ditimbang sebanyak 5 g. Selanjutnya bunga direbus menggunakan aquadest 100 mL pada suhu 90oC selama 15 menit sambil sesekali diaduk. Hasil rebusan bunga disaring menggunakan kertas saring sampai diperoleh cairan infusa bunga C. ternatea sebanyak 100 mL. 4. Penetapan konsentrasi infusa daun iler dan infusa bunga telang a. Penetapan konsentrasi infusa daun iler Sejumlah 5 g daun iler dilarutkan dalam aquades sebanyak 100 mL kemudian di add aquades sampai 100 mL. Hasil akhir yang diperoleh adalah infusa daun iler dengan konsentrasi 5 g/100 mL. b. Penetapan konsentrasi infusa bunga telang Sejumlah 5 g bunga telang dilarutkan dalam aquades sebanyak 100 mL kemudian di add aquades sampai 100 mL. Hasil akhir yang diperoleh adalah infusa bunga telang dengan konsentrasi 5 g/100 mL. 5. Penetapan dosis infusa daun iler dan infusa bunga telang a. Penetapan dosis infusa daun iler Perhitungan dosis infusa daun iler berdasarkan hasil penelitian yang dilakuan sebelumnya oleh Amitjitraresmu (1995), penulis menggunakan dosis infusa daun iler pada tikus sebesar 100 mg/kg bb yang akan dikonversikan pada mencit untuk penelitian berikutnya. Konversi berat badan tikus 200 g ke mencit 20 g = 0,14. Dosis infusa daun iler 100 mg/kgBB adalah 20 mg untuk 200 g tikus. Dosis untuk mencit 20 g = 0,14 x 20 mg PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 35 = 2,8 mg/20g BB = 0,14 mg/g BB Dalam penelitian ini, infusa daun iler dibuat hanya satu peringkat dosis yaitu 140 mg/kg BB. b. Penetapan dosis infusa bunga telang Perhitungan dosis infusa bunga telang dilakukan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2013). Dalam penelitian ini, infusa bunga telang dibuat dalam tiga peringkat dosis yaitu 328; 655; 1310 mg/Kg BB mencit. 6. Pembuatan larutan karagenin 1 % Larutan karagenin yang digunakan sebagai zat peradang dibuat dengan cara melarutkan 1 g karagenin dalam larutan NaCl fisiologis (0,9 %) hingga volume 100 mL, akan diperoleh larutan karagenin 1% (b/v) yang setara dengan dosis 25 mg/kgBB. Perhitungan karagenin adalah sebagai berikut: =݊݅݊݁݃ܽݎܽ݇ݏ݅ݏܦ ቀ0,05ݔ ଵ ଵ 0,02݇݃ ቁ = 25݉ ݃/݇݃ܤܤ 7. Pembuatan larutan Diklofenak dan Penentuan Dosis Tablet Cataflam®D 50 yang mengandung kalium diklofenak 50 mg sebanyak 20 tablet diuji keseragaman bobotnya. Diambil 1 tablet Cataflam®D 50 yang mengandung kalium diklofenak 50 mg yang telah diuji keseragaman bobotnya tersebut, digerus dalam mortar, lalu dilarutkan dalam aquadest hingga volume 100 ml sehingga diperoleh konsentrasi 2,04 mg/ml. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 36 Dosis untuk manusia dengan berat badan 50 kg adalah 50 mg, maka dosis untuk manusia 70 kg adalah sebesar 70 mg. Konversi dari manusia 70 kg ke mencit 20 g sebesar 0,0026, sehingga dosis untuk mencit 20 g = 70 mg x 0,0026 = 0,182 mg/20 gBB mencit = 9,1 mg/kg BB mencit 8. Penentuan waktu pemberian kalium diklofenak Kalium diklofenak (Cataflam®D 50) sebagai kontrol positif diberikan 15 menit sebelum induksi udema dengan injeksi karagenin 1% secara subplantar berdasarkan penelitian Gunawan (2010). 9. Penentuan kontrol negatif Kontrol negatif adalah zat yang tidak memiliki efek antiinflamasi sehingga dapat digunakan sebagai pembanding terhadap zat yang diuji. Pada penelitian digunakan aquades sebagai kontrol negatif yang merupakan pelarut dalam pembuatan infusa bunga telang. Aquades diinjeksikan dosis 25 g/kgBB secara peroral. 10. Penyiapan hewan uji Hewan uji yang dibutuhkan adalah sebanyak 35 ekor mencit betina galur Swiss, umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 g. Sebelum digunakan, hewan uji sebelumnya dipuasakan selama 18-24 jam dan hanya diberikan air minum saja. Kemudian hewan uji diadaptasikan di lingkungan tempat penelitian selama 18-24 jam. Hewan uji dibagi secara acak menjadi 7 kelompok dengan masing-masing kelompok sebanyak 5 ekor. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 37 11. Perlakuan hewan uji Hewan uji yang digunakan sebanyak 35 ekor mencit betina galur Swiss. Mencit dibagi secara acak menjadi tujuh kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit dengan perlakuan sebagai berikut: Hewan uji sejumlah 35 ekor Kel I Kel Kel III Kel IV Kel V Kel VI Kel Mencit diberikan senyawa uji beserta 15 menit kemudian kaki kiri mencit diinjeksi subplantar dengan karagenin dan kaki kanan disuntik dengan spuit Tebal kedua kaki diukur mulai dari menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360, kemudian dibandingkan tebal kedua kaki AUC setiap mencit dihitung dengan metode trapezoid Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V = Kontrol Aquades dosis 25 g/kgBB = Kontrol kalium iklofenak dosis 9,1 mg/kgBB = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mg/kgBB Kelompok VI = Kombinasi nfusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mg/kgBB Kelompok VII =Kombinasi nfusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 38 12. Penentuan persen (%) penghambatan inflamasi dan daya antiinflamasi Metode penentuan persen penghambatan inflamasi dan daya antiinflamasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menghitung luas area dibawah kurva (AUC-Area Under Curve) untuk setiap mencit dengan metode trapezoid menggunakan rumus: ܲ݁݊݃ℎܽ݉ ܾܽ(݅ݏܽ ݈݂݉ܽ݊݅݊ܽݐ%) = ݅ݐ݊ܽܽݕܽܦ− ݂݈݅݊ܽ݉ ܽ(݅ݏ%) = (AUCି୶)– (AUCି୶)୬ x 100% (AUCି୶) (AUCି୶)୷– (AUCି୶)୬ x 100% (AUCି୶)୷ Keterangan : (AUCି୶) = AUCି୶ rata-rata kelompok kontrol negatif (AUCି୶)୷ = AUCି୶ rata-rata kelompok kontrol positif (AUCି୶)୬ = AUCି୶masing-masing hewan uji yang diberi senyawa uji dosis sebesar n (Ikawaty, Suparjan, Asmara, 2007). Untuk menghitung luas area dibawah kurva (AUC -Area Under Curve) untuk setiap mencit pada setiap rentang waktu pengukuran dengan metode trapezoid digunakan rumus: ܥଵ − ܥ ܥଶ − ܥଵ ܥܷܣି௫ = ൬ ݐݔଵ − ݐ൰+ ൬ ݐݔଶ − ݐଵ൰+ ⋯ 2 2 ܥ − ܥିଵ +൬ ݐݔ − ݐିଵ൰ 2 Keterangan : ܥܷܣି௫ = Area Under Curve dari menit ke-0 sampai menit ke-330 ܥ − ܥିଵ = besarnya tebal udem dari menit ke-0 sampai menit ke-330 ݐ − ݐିଵ = lamanya waktu pengukuran mulai dari menit ke-0 sampai menit ke-330 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 39 Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik untuk menemukan kombinasi dosis infusa daun C. atropurpureus dan infusa bunga C. ternatea yang dapat menurunkan tebal edema kaki mencit yang sebanding dengan kontrol positif kalium diklofenak. G. Tata Cara Analisis Hasil 1. Hasil data yang diperoleh dianalisis dengan Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi data. Jika data terdistribusi tidak normal maka dilanjutkan dengan analisis Kruskal-Wallis dengan taraf kepercayaan 95%. Analisis ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan pada tiap kelompok perlakuan. Analisis dilanjutkan dengan uji Mann-Whytney untuk mengetahui perbedaan tersebut bermakna atau tidak bermakna. 2. Jika terdapat nilai p<0,05 yang menandakan adanya perbedaan yang bermakna dan jika nilai p>0,05 yang menandakan adanya perbedaan tidak bermakna. 3. Data kuantitatif % penghambatan inflamasi dan daya antiinflamasi disajikan dalam nilai rata-rata ± standard error (X±SE) (Dahlan, 2012). PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Determinasi Tanaman Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dan bunga telang (Clitoria ternatea L). Sebelum kedua tanaman ini digunakan untuk penelitian ini terlebih dahulu dilakukan determinasi tanaman untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan adalah benar-benar tanaman Coleus atropurpureus L. Benth dan bunga Clitoria ternatea L. yang biasa dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai bahan obat untuk mengobati beberapa penyakit. Bagian tanaman yang digunakan dalam determinasi ini adalah bagian batang, daun dan bunga. Determinasi dilakukan sesuai dengan buku acuan hingga kategori jenis (spesies) untuk membuktikan bahwa batang, daun dan bunga yang dideterminasi adalah benar Coleus atropurpureus L. Benth. dan bunga Clitoria ternatea L. Hasil determinasi yang dilakukan berdasarkan buku Flora of Java (Backer and Brink, 1965) yang dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Universitas Sanata Dharma, maka daun iler yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar-benar berasal dari tanaman iler (Coleus atropurpureus L. Benth). Hasil determinasi yang dilakukan pada bunga telang berdasarkan buku acuan “Flora untuk Sekolah di Indonesia” yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar-benar berasal dari tanaman telang (Clitoria ternatea L.). Bukti hasil 40 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 41 determinasi dari kedua tanaman tersebut dinyatakan dalam surat keterangan determinasi dapat dilihat pada lampiran 1. B. Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dan Infusa Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Infusa daun iler dan bunga telang dibuat dengan cara merebus daun iler dan bunga telang segar dalam aquades. Daun iler dan bunga telang direbus dengan suhu 90oC selama 15 menit. Pemilihan pelarut aquades dalam penelitian ini adalah berdasarkan penggunaan obat di masyarakat dengan merebus tanaman ini dengan air dan langsung menggunakannya. Suhu 90oC dan selama 15 menit dimaksudkan supaya zat yang berkhasiat sebagai antiinflamasi tidak rusak atau mengalami gangguan akibat pemanasan tinggi. Penggunaan metode infusa ini dipilih karena penggunaannya praktis, tidak membutuhkan waktu lama dan bahan yang digunakan masih segar. Namun kelemahan dari metode infusa ini adalah cairan hasil infusa tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama lebih dari 24 jam. Hasil infusa daun iler berupa cairan berwarna merah muda dan tidak berbau. Hasil infusa bunga telang berupa cairan berwarna ungu dan tidak berbau. Untuk kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang pada penelitian ini digunakan tiga peringkat dosis. Untuk dosis daun iler sendiri hanya digunakan satu peringkat dosis yaitu sebesar 140 mg/kgBB. Hal ini berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amitjitraresmu (1995), bahwa pada dosis terendah 100 mg/kgBB pada tikus telah memberikan persen inhibisi radang sebesar 59,81%. Kemudian dosis tersebut dikonfersikan untuk dosis mencit. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 42 Untuk dosis infusa bunga telang dibuat tiga peringkat dosis, yaitu 328; 655; dan 1310 mg/kgBB. Dosis ini diambil dari penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2013), bahwa pada peringkat dosis tersebut belum mencapai persentase penghambatan inflamasi sebesar 50%. Maka dengan menambahkan infusa daun iler diharapkan dapat mempengaruhi atau menambah persentase penghambatan inflamasi infusa bunga telang jika dikombinasikan. C. Efek Antiinflamasi Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Penelitian uji efek antiinflamasi kombinasi infusa daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth.) dengan bunga telang (Clitoria ternatea L.) dilakukan untuk mengetahui apakah kombinasi infusa daun iler dengan bunga telang dapat meningkatkan efek antiinflamasi dan sekaligus mengetahui besarnya kemampuan kombinasi infusa daun iler dengan bunga telang sebagai antiinflamasi. Efek antiinflamasi ditandai dengan penurunan udema kaki mencit setelah diinjeksi karagenin 1% secara subplantar akibat pemberian infusa daun iler dan infusa bunga telang secara peroral. Untuk mengukur ketebalan udema pada kaki mencit digunakan metode pengukuran menggunakan jangka sorong. Jangka sorong yang digunakan adalah jangka sorong Digital Caliper merk Wipro. Metode pengukuran efek antiinflamasi yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi Mahmood, Aorahman, Tariq, and Hussain (2009), di mana pengukurannya terletak pada ketebalan kaki mencit (dari telapak kaki mencit dengan posisi jangka sorong PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 43 vertikal). Metode pengukuran dengan jangka sorong merupakan salah satu metode yang seringkali digunakan dalam uji antiinflamasi di samping metode potong kaki atau metode pengukuran volume udema dengan pletismometer. Alasan pemilihan metode ini dalam penelitian ini adalah karena metode ini relatif sederhana, baik dari instrument yang dibutuhkan, proses perlakuan, pengamatan, pengukuran sampai dengan pengolahan data. Keuntungan dari metode pengukuran menggunakan jangka sorong dibandingkan dengan potong kaki adalah tidak perlu mengorbankan hewan uji yang digunakan, penggunaannya sederhana, dan dapat mengurangi kesalahan pengukuran. Pada penelitian ini, sebagai penginduksi inflamasi digunakan karagenin 1% karena karagenin merupakan salah satu zat inflamatogen udema pada kaki mencit yang paling banyak digunakan untuk memprediksi efektivitas potensial terapetik dari obat-obat antiinflamasi, baik dari golongan steroid maupun non steroid. Karagenin juga tidak menimbulkan kerusakan jaringan pada kaki mencit. Adapun mekanisme kerja dari karagenin yaitu senyawa akan menginduksi inflamasi dalam dua fase, fase pertama terjadi sekitar 60 menit setelah induksi karagenin, dimana terjadi pelepasan histamin, serotonin dan bradikinin. Fase kedua berlangsung sekitar 60 menit sampai kurang lebih tiga jam setelah injeksi. Fase ini berhubungan dengan pelepasan radikal bebas neutrofil seperti hidrogen peroksida, superoksida, radikal hidroksil serta prostaglandin (Suleyman, Demircan, Karagoz, Oztasan, and Suleyman, 2004). Menurut Baghdikian et al., (1997), karagenin akan menginduksi cedera sel sehingga sel yang cedera melepaskan mediator yang mengawali proses inflamasi. Setelah pelepasan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 44 mediator inflamasi, terjadi edema yang mampu bertahan selama enam jam dan berangsur-angsur berkurang dalam waktu 24 jam setelah injeksi. Dalam penelitian ini, tebal edema diukur selama enam jam yang dimulai pada menit ke 0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300 dan 360. Setelah itu dihitung nilai AUC tiap menit yang ditentukan kemudian dirata-rata, maka didapat profil seperti pada gambar 2. Kurva Waktu Pengukuran VS Rata-rata Edema Kaki Mencit Rata-rata edema (mm) 1,4 1,2 Kelompok I 1 Kelompok II 0,8 Kelompok III 0,6 Kelompok IV 0,4 Kelompok V 0,2 Kelompok VI 0 0 100 200 300 400 Kelompok VII Waktu pengukuran (menit) Gambar 2. Kurva rata-rata edema kaki mencit yang diinduksi karagenin 1% selama 6 jam pengamatan Keterangan : Kelompok I = Kontrol negatif (aquades) dosis 25 g/kgBB Kelompok II = Kontrol positif (kalium diklofenak) dosis 9,1 mg/kgBB Kelompok III = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB Kelompok IV = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB Kelompok V = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mg/kgBB Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mg/kgBB Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 45 Dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa kelompok aquades 25 mg/kgBB tidak terjadi penurunan udema yang signifikan sampai pada menit ke 360. Hal ini dapat dikatakan bahwa aquades tidak mempunyai kemampuan untuk menghambat inflamasi. Penurunan udema pada awal pengamatan mungkin disebabkan oleh respon dari tubuh yang berupaya untuk mempertahankan dan memulihkan tubuh dari adanya peradangan. Pada kelompok II (kalium diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB) terlihat penurunan udema yang signifikan dan tidak terjadi peningkatan udema sampai jam keenam. Hal ini menunjukkan bahwa kalium diklofenak yang merupakan OAINS memang memiliki aktivitas antiinflamasi. Pada kelompok III (infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB) dan IV (infusa bunga telang dosis 1310 mg/kgBB) terjadi penurunan udema dan selang beberapa jam terjadi peningkatan udema kembali. Masing-masing infusa daun iler dan infusa bunga telang terbukti memiliki aktivitas antiinflamasi, tetapi kemampuannya untuk menghambat inflamasi lebih rendah dibandingkan dengan kalium diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB. Kelompok V, VI dan VII merupakan kelompok perlakuan kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang, dapat dilihat bahwa semakin lama waktu pengamatan semakin turun sampai selang beberapa jam mengalami kenaikan sedikit kemudian turun lagi. Hal ini mungkin disebabkan karena dosis infusa daun iler dan infusa bunga telang hanya memiliki efek untuk menurunkan inflamasi sampai jam tertentu saja dan kemungkinan akan terjadi peningkatan udema kembali karena karagenin sendiri sebagai penginduksi udema mampu bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur berkurang dalam waktu 24 jam setelah injeksi. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 46 Grafik kelompok V dan VII hampir berhimpitan dengan kelompok II yang dapat dikatakan bahwa aktivitas antiinflamasi dari kelompok V dan VII hampir sama dengan kontrol positif kalium diklofenak dalam menurunkan tebal edema kaki mencit. Hal ini semakin diperkuat lagi dengan melihat hasil perhitungan statistiknya pada tabel I dan diagram batang yang menunjukkan perbedaan AUC antar kelompok perlakuan disajikan dalam gambar 3. Tabel I. Hasil analisis rata-rata nilai AUC total setiap kelompok perlakuan menggunakan Kruskal-Wallis taraf kepercayaan 95% dengan uji MannWhitney Kel Rata-rata AUC Kel Kel Kel Kel Kel Kel Kel (mm.menit) I II III IV V VI VII (X ± SE) I 302,16 ± 16,55 B B B B B B II 143,61 ± 2,23 B B B TB B TB III 234,35 ± 7, 95 B B B TB B B IV 217,71 ± 3,16 B B B TB B B V 138,62 ± 21,74 B TB TB TB TB TB VI 136,61 ± 0,68 B B B B TB TB VII 143,13 ± 3,46 B TB B B TB TB Keterangan : Kelompok I = Kontrol negatif (aquades) dosis 25 g/kgBB Kelompok II = Kontrol positif (kalium diklofenak) dosis 9,1 mg/kgBB Kelompok III = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB Kelompok IV = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB Kelompok V = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mg/kgBB Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mg/kgBB Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB X = Mean (Rata-rata) SE = Standard Error (SD/√n) Dari hasil statistik dengan uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok II dengan kelompok V dan VII. Hal ini dapat dikatakan bahwa aktivitas antiinflamasi kelompok kalium PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 47 diklofenak dengan kelompok kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 328 mg/kgBB dan kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 1310 mg/kgBB yang hampir sama dengan kalium diklofenak dalam menurunkan edema kaki mencit. Gambar 3. Diagram batang rata-rata AUC tiap kelompok perlakuan Keterangan : Kelompok I = Kontrol negatif (aquades) dosis 25 g/kgBB Kelompok II = Kontrol positif (kalium diklofenak) dosis 9,1 mg/kgBB Kelompok III = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB Kelompok IV = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB Kelompok V = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mg/kgBB Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mg/kgBB Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 48 Rata-rata AUC kelompok VI sebesar 136,61 mm.menit, dari uji statistik menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan kelompok II. Hal ini dapat dikatakan bahwa kombinai infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 655 mg/kgBB memiliki aktivitas antiinflamasi yang tidak sebanding dengan kalium diklofenak. Rata-rata AUC kelompok I yaitu kontrol negatif lebih besar daripada semua kelompok perlakuan lainnya, yaitu sebesar 302,16 mm.menit. Hal ini menunjukkan bahwa aquades tidak mempunyai aktivitas antiinflamasi. Kalium diklofenak mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk menurunkan tebal udema kaki mencit dengan rata-rata AUC sebesar 143,61 mm,menit. Masing-masing kelompok kontrol infusa daun iler dan infusa bunga telang mempunyai AUC yang besar jika dibandingkan dengan kontrol kalium diklofenak, yaitu 234,35 dan 217,71 mm.menit. Dari hasil statistik menunjukkan berbeda bermakna dengan kalium diklofenak. Hal ini dapat dikatakan bahwa aktivitas antiinflamasi kontrol infusa daun iler dan infusa bunga telang tidak sama dengan kalium diklofenak. Sebagai kontrol negatif digunakan aquades. Dasar pemilihan aquades adalah karena pelarut yang digunakan untuk bahan infusa daun C. atropurpureus dan bunga C. ternatea adalah aquades dan juga untuk membuktikan apakah pelarut yang digunakan tidak berpengaruh pada perlakuan. Aquades juga digunakan sebagai pembanding aktivitas antiinflamasi. Sebagai kontrol positif digunakan Cataflam® D-50. Cataflam® D-50 berisi kalium diklofenak 50 mg. Cataflam® D-50 dipilih karena termasuk dalam golongan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dengan mekanisme utama PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 49 menghambat kerja enzim siklooksigenase sehingga asam arakidonat tidak dapat diubah menjadi prostaglandin. Demikian juga pada inflamasi yang diinduksi oleh karagenin, Cataflam® D-50 lebih efektif dalam menghambat fase kedua dari proses inflamasi. Mekanisme kerja Cataflam® D-50 terjadi dengan menghambat produksi radikal bebas yang berperan pada pembentukan lipid peroksida reaktif yang menstimulasi aktivitas fosfolipase pada fosfolipid, sehingga tidak terbentuk asam arakidonat (Ari, 2001). Digunakan merk Cataflam® D-50 karena hampir semua sediaan yang mengandung diklofenak yang beredar di pasaran merupakan tablet salut enterik yang ditujukan untuk mengurangi resiko iritasi pada lambung (Padmadisastra, Abdassah, and Wijanarko, 2007). Desain salut enterik bertujuan agar obat baru akan dilepaskan saat sudah mencapai usus halus. Oleh karena itu, pada sediaan tersebut selain kalium diklofenak juga terdapat bahan lain yang menyusun penyalut dari tablet tersebut yang tidak memungkinkan tablet untuk digerus, sedangkan dalam penelitian ini tablet harus digerus agar dapat dilarutkan dalam aquades. Cataflam® D-50 merupakan tablet dispersible (D) tanpa salut sehingga memungkinkan tablet ini untuk digerus dan didispersikan dalam aquades untuk diberikan pada mencit secara peroral. Dosis Cataflam® yang digunakan adalah 9,1 mg/kg BB mencit. Dasar pemilihan dosis ini adalah berdasarkan penggunaan dosis pada manusia sebesar 50 mg untuk rata-rata 50 kg BB manusia dan untuk berat badan 70 kg digunakan dosis 70 mg. Dari dosisi pada manusia 70 kg kemudian dikonfersikan pada hewan mencit dengan berat badan rata-rata 20 gram sehingga diperoleh dosis untuk mencit sebesar 9,1 mg/kgBB mencit. Dari hasil PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 50 orientasi yang dilakukan oleh Kurniawaty (2010), selang waktu pemberian Diklofenak adalah 15 menit sebelum diberikan suspensi karagenin. Selang pemberian 15 menit telah dapat menimbulkan efek secara maksimal untuk menurunkan udema. Pada penelitian ini selang waktu pemberian semua perlakuan adalah 15 menit sebelum diberikan suspensi karagenin 1%. Penghambatan inflamasi ditunjukkan dengan penurunan udema kaki mencit setelah pemberian suspensi karagenin 1%. Untuk mengetahui seberapa besar aktivitas antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang, maka dihitung persen penghambatan inflamasi dari AUC total yang sebelumnya telah dihitung. Data persen penghambatan inflamasi dapat dilihat pada tabel II. Tabel II. . Hasil analisis rata-rata nilai %PI total setiap kelompok perlakuan menggunakan Kruskal-Wallis taraf kepercayaan 95% dengan uji MannWhitney Perlakuan Kel I Kel II Kel III Kel IV Kel V Kel VI Kel VII % PI (X±SE) 0,00 ± 5,47 52,47 ± 0,74 22,44 ± 2,63 27,95 ± 1,04 54,13 ± 7,19 54,79 ± 0,22 52,63 ± 1,14 Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kel I B B B B B B Kel II B B B TB B TB Kel III B B B TB B B Kel IV B B B TB B B Kel V B TB TB TB TB TB Kel VI B B B B TB TB Kel VII B TB B B TB TB - = Kontrol negatif (aquades) dosis 25 g/kgBB = Kontrol positif (kalium diklofenak) dosis 9,1 mg/kgBB = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mg/kgBB Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mg/kgBB Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB X = Mean (Rata-rata) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PI SE 51 = Penghambatan Inflamasi = Standard Error (SD/√n) Gambar 4. Diagram batang rata-rata persen penghambatan inflamasi tiap kelompok perlakuan Keterangan : Kelompok I = Kontrol negatif (aquades) dosis 25 g/kgBB Kelompok II = Kontrol positif (kalium diklofenak) dosis 9,1 mg/kgBB Kelompok III = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB Kelompok IV = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB Kelompok V = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mg/kgBB Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mg/kgBB Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa infusa daun iler, infusa bunga telang maupun kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang memiliki efek anti inflamasi yang dinilai dari % penghambatan inflamasi yang diperoleh dengan membandingkan AUC total tiap kelompok perlakuan dengan AUC rata-rata PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kelompok kontrol negatif. Dari hasil penelitian 52 yang dilakukan oleh Amitjitraresmu (1995), bahwa infusa daun iler dosis 100 mg/kgBB tikus memiliki persentase penghambatan inflamasi sebesar 59,81%. Sementara dalam penelitian ini, nilai persen penghambatan inflamasi infusa daun iler dosis 100 mg/kgBB tikus yang dikonfersikan ke mencit tidak mencapai persen penghambatan inflamasi sebesar 59,81%, tetapi yang diperoleh hanya sebesar 22,44%. Adanya perbedaan persen penghambatan inflamasi yang dihasilkan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Amitjitraresmu (1995), kemungkinan karena metode yang digunakan untuk mengukur udema berbeda. Persen penghambatan inflamasi dari kelompok infusa bunga telang dosis tertinggi yang dilakuan pada penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Manurung (2013), yaitu sebesar 27,95%. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa data persen penghambatan inflamasi kalium diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB sebesar 52,47%, sedangkan untuk kelompok perlakuan kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang berturut-turut dosis 328; 655; dan 1310 mg/kgBB masingmasing menunjukkan persen penghambatan inflamasi sebesar 54,13; 54,79; dan 52,63%. Hasil uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara kelompok II dan VI (p<0,05). Jika dilihat dari % penghambatan inflamasi masing-masing perlakuan yang paling tinggi adalah kelompok VI sebesar 54,79%. Nilai % penghambatan inflamasi ini lebih tinggi daripada nilai % penghambatan inflamasi kalium diklofenak yang menunjukkan bahwa kombinasi infusa daun iler dosis dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 655 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 53 mg/kgBB memiliki aktivitas antiinflamasi yang lebih bagus daripada kontrol kalium diklofenak. Antara kelompok II dengan kelompok V dan VII menunjukkan bahwa ada perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa efek antiinflamasi kelompok kalium diklofenak dengan kelompok kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 328 mg/kgBB dan kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 1310 mg/kgBB yang hampir sama dengan kalium diklofenak. Bila dilihat dari hasil statistik bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara ketiga kelompok kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang. Hal ini menunjukkan bahwa efek antiinflamasi dari kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 328; 655 dan 1310 mg/kgBB adalah sama besar. D. Daya Antiinflamasi Kombinasi Infusa Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dan Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Daya antiinflamasi dilihat dari penurunan tebal udema kaki mencit setelah diinduksi karagenin 1% secara subplantar akibat pemberian kombinasi infusa daun iler dengan infusa bunga telang secara peroral. Persen daya antiinflamasi diperoleh dengan membandingkan AUC total tiap kelompok perlakuan dengan AUC rata-rata kelompok kontrol positif. Untuk melihat adanya perbedaan yang bermakna untuk setiap kelompok dilakukan uji Mann-Whitney. Hasil uji analisis dari setiap kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel III. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 54 Tabel III. Rata-rata persen daya anti-inflamasi pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi beserta hasil test Mann Whitney Kel Uji Kel I Kel II Kel III Kel IV Kel V Kel VI Kel VII Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V % DAI (X ± SE) -110,40 ± 11,52 0,00 ± 3,48 -63,19 ± 5,53 -51,60 ± 2,20 3,47 ± 15,14 4,87 ± 0,47 0,33 ± 2,41 Kel I B B B B B B Kel II B B B TB B TB Kel III B B B TB B B Kel IV B B B TB B B Kel V B TB TB TB TB TB Kel VI B B B B TB TB Kel VII B TB B B TB TB - = Aquades dosis 25 g/kgBB = Kalium diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB = Kontrol infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB = Kontrol infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB = Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 328 mg/kgBB Kelompok VI = Kombinai infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 655 mg/kgBB Kelompok VII= Kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea dosis 1310 mg/kgBB X = Mean (Rata-rata) DAI = Daya anti-inflamasi SE = Standard Error (SD/√n) TB = Berbeda tidak bermakna (p>0,05) B = Berbeda bermakna (p<0,05) Besarnya daya antiinflamasi dari kelompok kontrol infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dan kelompok kontrol infusa bunga telang dosis 1310 mg/kgBB adalah sebesar -63,19 dan -51,60. Hal ini menunjukkan bahwa baik kontrol infusa daun iler maupun kontrol infusa bunga telang tidak mempunyai daya antiinflamasi. Dari hasil perhitungan diperoleh data bahwa kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang berturut-turut dosis 328; 655; dan 1310 mg/kgBB telah mempunyai daya anti-inflamasi dengan persen daya anti- PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 55 inflamasi berturut-turut sebesar 3,47; 4,87; dan 0,33%. Persen daya antiinflamasi yang paling besar terdapat pada kelompok kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 655 mg/kgBB. Dari hasil uji MannWhitney menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok II dengan kelompok VI (p<0,05). Dilihat dari besarnya daya antiinflamasi kelompok kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 655 mg/kgBB yang lebih besar dan adanya perbedaan yang bermakna dengan kelompok kalium diklofenak, dapat dikatakan bahwa daya antiinflamasi kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 655 mg/kgBB lebih baik dibandingkan dengan kalium diklofenak. Dari hasil uji statistik dapat dilihat bahwa kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang berturut-turut dosis 328 dan 1310 mg/kg BB terdapat perbedaan yang tidak bermakna dengan kelompok kontrol kalium diklofenak (p>0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa kemampuan kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang berturut-turut dosis 328 dan 1310 mg/kgBB sebagai anti-inflamasi hampir sama dengan obat modern kalium diklofenak (OAINS) walaupun besarnya daya antiinflamasi dari kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang sangat kecil. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelompok kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara ketiga kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa daya antiinflamasi dari kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang untuk ketiga peringkat dosis adalah sama besar. Dapat dikatakan bahwa semakin bertambahnya dosis tidak semakin memperbesar PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 56 atau tidak mempengaruhi besarnya kombinasi infusa daun iler dan infusa bunga telang untuk ketiga peringkat dosis menjadi lebih baik. Untuk pengobatan tradisional sebagai antiinflamasi sudah dapat dipilih dosis terkecil dari kombinasi dosis infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa buga telang dosis 328 mg/kgBB yang sebanding dengan kalium diklofenak. Cataflam® D-50 merupakan OAINS dengan mekanisme utama menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX) sehingga asam arakidonat tidak dapat diubah menjadi prostaglandin. Demikian juga pada inflamasi yang diinduksi oleh karagenin, Cataflam® D-50 lebih efektif dalam menghambat fase kedua dari proses inflamasi. Mekanisme kerja Cataflam® D-50 terjadi dengan menghambat produksi radikal bebas yang berperan pada pembentukan lipid peroksida reaktif yang menstimulasi aktivitas fosfolipase pada fosfolipid, sehingga tidak terbentuk asam arakhidonat (Ari, 2001). Peradangan disebabkan oleh peruraian asam arakidonat menjadi prostaglandin, suatu mediator inflamasi yang diperantarai oleh enzim siklooksigenasi (COX) (Rang dkk, 2007). Dalam proses inflamasi juga terjadi pembentukan oksigen reaktif akibat proses oksidasi asam arakidonat (Evan, 2008). Antosianin yang berperan dalam penghambatan inflamasi pada bunga telang memiliki mekanisme yang sama dengan kalium diklofenak sebagai OAINS. Antosianin yang merupakan bagian flavonoid dapat menjadi inhibitor enzim siklooksigenase (COX). Antosianin akan mencegah sintesis prostaglandin (salah satu mediator inflamasi) dan menekan pengeluaran sel T. Sel imun yang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 57 berkomunikasi dengan sinyal kimia yang disebut sitokin akan dikendalikan oleh antosianin (Sandhar, Kumar, Prasher, Tiwari, Salhan dan Sharma, 2011). Kandungan kimia yang terdapat pada daun iler adalah flavonoid, saponin dan polifenol yang dapat memberikan efek antiinflamasi (Amitjitraresmu, 1995). Keberadaan flavonoid dapat menghambat enzim lipooksigenase pada kaskade inflamasi, sehingga siklooksigenase dan produksi prostaglandin dan leukotrien dapat berkurang. Keberadaan saponin dan polifenol sebagai antioksidan juga membantu menghambat pembentukan prostaglandin dengan menangkap radikal bebas yang berperan dalam proses inflamasi. Saponin merupakan kelompok steroid yang membantu proses penyembuhan luka. Senyawa kimia yang terkandung dalam kedua tanaman ini akan menimbulkan interaksi yang akan mempengaruhi efek farmakologinya. Interaksi obat yang mungkin terjadi adalah interaksi homoergi-homodinami dimana kedua tanaman ini mempunyai efek yang sama dan mekanisme kerja yang sama, yaitu sama-sama mempunyai efek antiinflamasi dengan mekanisme menghambat enzim siklooksigenasi sehingga metabolisme asam arakidonat dapat dihambat dan proses inflamasi tidak terjadi. Kombinasi kedua tanaman ini semakin menambah aktivitas antiinflamasi dan jika dilihat dari persen penghambatan inflamasi yang dihasilkan maka dapat dikatakan bahwa penambahan yang terjadi adalah penambahan secara supra (lebih dari penjumlahan sederhana). Semakin besarnya aktivitas antiinflamasi disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah kandungan senyawa kimia terlarut dalam sediaan infusa daun iler dan bunga telang khususnya senyawa flavonoid. Semakin banyak senyawa flavonoid sebagai PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 58 antioksidan yang mampu menangkap radikal penginduksi inflamasi maka kemampuannya untuk menghambat inflamasi juga semakin besar. Flavonoid termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan. Antioksidan dapat berperan sebagai antiinflamasi dengan berbagai cara, yaitu: (1) menghambat produksi oksidan (O2) oleh neutrofil, monosit dan makrofag. Penghambatan produksi oksidan (O2) akan mengurangi pembentukan H2O2 yang mengakibatkan produksi HOC1 dan juga OH ikut terhambat. (2) menghambat langsung oksidan reaktif seperti radikal hidroksil (OH) dan asam hipoklorid (HOC1) (Halliwell dkk., 1988) dengan dihambatnya oksidasi dari asam arakidonat dan penangkapan radikal bebas yang berperan, maka proses pembentukan prostaglandin akan terhambat. Akibat terhambatnya prostaglandin, inflamasi pada jaringan menjadi berkurang. Selain senyawa flavonoid, kemungkinan masih terdapat senyawasenyawa lain yang berperan dalam proses penyembuhan jaringan dari radang dan inflamasi seperti alkaloid yang memiliki aktivitas antioksidan. Akan tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan senyawa aktif yang bertanggung jawab dalam efek antiinflamasi tersebut. Hal ini dikarenakan belum adanya informasi yang mencantumkan tentang senyawa aktif yang bertanggungjawab atas efek antiinflamasi dari daun iler dan bunga telang. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Kombinasi infusa daun Coleus atropurpureus L. Benth dan bunga Clitoria ternatea L. dapat meningkatkan efek antiinflamasi yang diinduksi karagenin pada mencit betina galur Swiss 2. Besar daya antiinflamasi kombinasi infusa daun C. atropurpureus dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga C. ternatea berturut-turut dosis 328; 655; 1310 mg/kgBB adalah 3,47; 4,87; dan 0,33% dengan persentase penghambatan inflamasi beruturut-turut adalah 54,13 ; 54,79 dan 52,63%. B. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai senyawa yang bertanggungjawab terhadap efek antiinflamasi dari kombinasi infusa daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dan bunga telang (Clitoria ternatea L.) 59 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Daftar Pustaka Amitjitraresmu, 1995, Uji Efek Anti Inflamasi Berbagai Ekstrak Daun Iler (Coleus atropurpureus, L. Benth) dan Penelusuran Senyawa Aktifnya, dalam DepKes RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, Penelitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia X, Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, BPPK DepKes RI, Jakarta, pp. 131. Anonim a, 2013, Informasi Spesies, http://www.plantamor.com/index.php?plant=373, diakses tanggal 15 Februari 2013. Anonim b, 2013, Obat Herbal Indonesia, http://www.herbalisnusantara.com/obatherbal/view5d15.html?mnu=2&id =12, diakses pada tanggal 19 Desember 2012. Ari, P. S., 2001, Daya Anti-Inflamasi Fraksi Heksana dan Fraksi Etanol Jahe merah (Zingiber officinale Roxb. Var Rubrum) pada Tikus Putih Jantan, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Ariyanti. T., Fazrina, R. I., Darmono, 2007, Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) Terhadap Infeksi Salmonella enteritidis pada Mencit (Mus musculus), Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, 799-804. Asiamaya 2000, Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) available on, http://www.asimaya.comjamuisiilr_coleusatropurpureus.htm, diakses tanggal 20 Februari 2013. Backer, C. A. And Bakhuizen van den Brink, R. C., 1965, Flora of Java, Vol II, N. V. P. Noorhdroff, Groningen, The Netherlands. Baghdikian, B., M. C. Lanhers, J. Fleurentin, E. Olivier, C. Maillard, G. Balansard, and F. Mortier. 1997. An analytical study, anti-inflammatory and analgesic effects of Hapagophytum procumbens and Hapagophytum zeyheri. Planta Medica, 63: 171-176. Brooker, C., 2008, Ensiklopedia Keperawatan, Penerbit EGC, Jakarta, pp. 382. Dahlan, S. M., 2012, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, dan Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS, edisi 5, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, pp. 47-50, 75-80. Dalimartha, S., 2008, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 5, cetakan I, Pustaka Bunda, Jakarta, pp. 86-88. 60 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 61 Depkes RI,1995. FARMAKOPE INDONESIA, EDISI IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 649. Donatus, I. A., 1995, Interaksi Farmakokinetika, Laborarotium Farmakologi dan Toksikologi Jurusan Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Evan, S. P., 2008, Antioksidan Alami di Sekitar Kita, http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/kimia_pangan/antioksidan-alami-di-sekitar-kita/, diakses tanggal 23 April 2013. Gunawan, T., 2010, Efek Analgesik-Antiinflamasi Sari Buah Nanas (Ananas comosus L.) pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Gryglewski, R.J., 1977, Some Experimental Models for the Study of Inflammation and Anti-Inflammatory Drugs, in I. L. Bonta, J. Thomson, and K. Brune, Inflammation: Mechanism and Their Impact on Therapy, Birkhaueser Verlag Basel, Rotterdam, pp. 19-21, 59. Halliwell, B., Hoult, J. R., and Blake, D. R., 1988, Oksidant, Inflamation, and Anti-inflamatory Drugs, FASEB J.,2(13), 2867-2873. Hariana, H.A.,2008, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Swadaya, Jakarta, pp. 4142. Harkness, R., 1989, Drug Interactions Handbook, diterjemahkan oleh Agoes G. dan Widianto M. B., Interaksi Obat, 14a, Penerbit ITB, Bandung. Hutajulu, T. F., Rahma, S., Djumarman, 2008, Identifikasi Senyawa Fenol dan Delfinidin pada Kembang Telang (Clitoria ternatea L.) serta Uji Efektivitasnya Terhadap Staphylococcus aureus Penyebab Radang Mata, Journal of Agro-Based Industry, 25 (2): 35-44. Ignatius, G.E., Zarraga, M.D., dan Ernest, R. S., 2007, Coxibs and Heart Disease, Journal of The American College of Cardiology, 49, 1-14. Ikawaty, Z., Suparjan, A. M., dan Asmara, L. S., 2007, Pengaruh Senyawa Heksagamavunon-1 (HGV-1) Terhadap Inflamasi Akut Akibat Reaksi Anafilaksis Kutaneus Aktif Pada Tikus Wistar Jantan Terinduksi Ovalbumin, Kemajuan Terkini Riset Universitas Gajah Mada, 36-46. Katzung, B. G., 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh Dripa, S., Salemba Medika, Jakarta, pp. 449-471. Kazuma, K., Naonobu, N., Masahiko, S., 2003, Malonylated Flavonol Glycosides From the Petals of Clitoria ternatea, Phytochemistry, 62, 229-237. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 62 Khanna N., dan Sarma, S.B., 2001, Antiinflammatory and Analgesic Effect of Herbal Preparation: Septilin, Indian J. Med. Sci, 55(4), pp.195-202. Kohli, K., Ali, J., dan Raheman, Z., 2005, Curcumin: A natural Antiinfammatory Agent, Indian J. Pharmacol, 37(3), 141-147. Kumala, S. dan Desi, 2008, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) Terhadap Beberapa Bakteri Gram (+) dan Bakteri Gram (-), Jurnal Bahan Alam Indonesia, Vol. 7, No. 1, Juli 2009, 12-14. Kurniawaty, A. Y., 2010, Efek Antiinflamasi Ekstrak Metanol-air Daun Macaranga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Lingga, L., 2005, Menanam & Merawat Tanaman Hias Merambat, cetakan I, Agro Media Pustaka, Jakarta, pp. 21-22. Mahmood, K., Aorahman, Z.A., Tariq, I.N., and Hussain, S.A.R., 2009, Dosedependent anti-inflammatory effect of silymarin in experimental animal model of chronic inflammation, African journal of Pharmacy and Pharmacology, 3 (5), 242-247. Manurung, D. Y. S., 2013, Efek Antiinflamasi Infusa Bunga Telang (Clitoria ternatea L.) Pada Udema Telapak Kaki Mencit Betina Terinduksi Karagenin Dengan Pengukuran Jangka Sorong, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Mitchell R., dkk, 2008, Buku Saku Dasar Patolois Penyakit Robbins dan Cotran, Penerbit EGC, Jakarta, pp. 48-50, 265-267. Mpila, D. A., Fatimawali, Wiyono, W. I., 2012, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Mayana (Coleus atropurpureus L. Benth) terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa secara In-Vitro, Pharmacon, Vol I, 13-21. Mulja, M. Dan Hanwar, D., 2003, Prinsip-Prinsip Cara Berlaboratorium yang Baik (Good Laboratory Practice), Majalah Farmasi Airlangga, Vol. III No. 2, 71-76. Novartis, 2009, Cataflam® (Diclofenac Potassium Immediate-Release Tablet), www.Pharma.us.novartis.com/product/pi/pdf/Cataflam.pdf, diakses tanggal 29 Mei 2013. Padmadisastra, Y., Abdassah, M., and Wijanarko, P., 2007, Formulation of Enteric Coated Tablets of Sodium Diclofenac, International Seminar on Pharmaceutics, 1-6. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 63 Permadi, A., 2006, Tanaman Obat Pelancar Air Seni, Swadaya, Jakarta, pp. 5859. Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., dan Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th ed., Churchill Livingstone, London, pp. 231-237, 244-250, 562-567. Rowe, C., R., Sheskey, J. P., Weller, J. W., 2003, Handbook of Pharmaceutical Excipien, Edisi IV, Pharmaceutical Press and American Pharmaceu. 101103 Sandhar, Kumar, Prasher, Tiwari, Salhandan Sharma, 2011, A Review of Phytochemistry and Pharmacology of Flavonoids, Internationale Pharmaceutica Sciencia, Lovely Professional University, Punjab, India. Setiawati, A., 1999, Interaksi Obat, dalam Ganiswara S. G., Setiabudy R., Suyatna, F. D., Purwantyastuti, Nafriadi, Farmakalogi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran UI, Penerbit Gaya Baru, Jakarta, 801-808. Siswanto, A., dan Nurulita, N. A., 2005, Daya Antiinflamasi Infusa Daun Mahkota Dewa ( Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan, Prossiding Seminar Nasional TOI XXVII, Batu, 177-181 Suleyman, H., Demircan, B., Karagoz, Y., Oztasan, N., and Suleyman, B., 2004, Anti-inflamatory Effects of Selective COX-2 Inhibitors, Pol. J. Pharmacol., (56), 775-780. Thomas A. N. S., 2007, Tanaman Obat Tradisional 2, Anggota IKAPI, Kanisius, Yogyakarta, pp. 19-20. Tjay, T.H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, edisi V, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, pp. 202-302. Turner, R.A., 1965, Screening Method in Pharmacology, Academic Press, New York Underwood, pp. 100-107. Vogel H.G., 2002, Drug Discovery & Evaluation : Pharmacological Assays, 2nd edition, Springer, New York, pp. 669-691, 725, 751-761. Walker R., Edwards C., 1999, Clinical Pharmacy and Therapeutics, second edition, Churchill Livingstone, Philadelphia, pp. 22-27. Wijayakusuma, H., 2008, Ramuan Lengkap Herbal Taklukkan Penyakit, cetakan I, Pustaka Bunda, Jakarta, pp. 275. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 64 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 1. Surat pengesahan determinasi tanaman iler 65 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 2. Surat pengesahan determinasi tanaman Telang 66 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 67 Lampiran 3. Hasil analisis statistik rata-rata AUC pada setiap perlakuan Shapiro-Wilk Test Descriptives Descriptive Statistics Std. Deviation N Minimum Maximum Mean AUC Statistic 35 Statistic 108,00 Statistic 346,00 Statistic 187,7994 Std. Error 11,07644 Statistic 65,52908 Perlakuan 35 1,00 7,00 4,0000 ,34300 2,02920 Valid N (listwise) 35 Explore Case Processing Summary Cases Valid AUC N 35 Missing Percent 100,0% N 0 Total Percent ,0% N 35 Percent 100,0% Descriptives AUC Mean 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Statistic Std. Error 187,7994 11,07644 165,2894 Upper Bound 210,3095 5% Trimmed Mean 183,4545 Median 151,6500 Variance 4294,061 Std. Deviation 65,52908 Minimum 108,00 Maximum 346,00 Range 238,00 Interquartile Range 90,97 Skewness ,827 ,398 Kurtosis -,170 ,778 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) Statistic AUC ,252 df Shapiro-Wilk Sig. Statistic 35 ,000 ,877 a Lilliefors Significance Correction df Sig. 35 ,001 Kruskal-Wallis Test Ranks Perlakuan N Mean Rank PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI AUC Kelompok I 5 32,80 Kelompok II 5 13,60 Kelompok III 5 26,80 Kelompok IV 5 22,60 Kelompok V 5 7,80 Kelompok VI 5 9,40 Kelompok VII 5 13,00 Total 35 Test Statistics(a,b) Udema Chi-Square 25,714 Df 6 Asymp. Sig. ,000 a Kruskal Wallis Test b Grouping Variable: Perlakuan Mann-Whitney Test AUC Perlakuan Kelompok I N 5 Mean Rank 8,00 Sum of Ranks 40,00 Kelompok II 5 3,00 15,00 Total 10 Test Statistics(b) Mann-Whitney U Udema ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2-tailed) ,009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok I N 5 Mean Rank 7,80 Sum of Ranks 39,00 Kelompok III 5 3,20 16,00 Total 10 Test Statistics(b) Mann-Whitney U Udema 1,000 Wilcoxon W 16,000 Z -2,402 Asymp. Sig. (2-tailed) ,016 68 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,016(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok I N Mean Rank Sum of Ranks 5 8,00 40,00 Kelompok IV 5 3,00 15,00 Total 10 Test Statistics(b) Udema Mann-Whitney U ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2-tailed) ,009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok I N 5 Mean Rank 8,00 Sum of Ranks 40,00 Kelompok V 5 3,00 15,00 Total 10 Test Statistics(b) Mann-Whitney U Udema ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2-tailed) ,009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok I N 5 Mean Rank 8,00 Sum of Ranks 40,00 Kelompok VI 5 3,00 15,00 Total 10 Test Statistics(b) Mann-Whitney U Udema ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 69 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Asymp. Sig. (2-tailed) ,009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok I N Mean Rank Sum of Ranks 5 8,00 40,00 Kelompok VII 5 3,00 15,00 Total 10 Test Statistics(b) Udema Mann-Whitney U ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2-tailed) ,009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok II N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,00 15,00 Kelompok III 5 8,00 40,00 Total 10 Test Statistics(b) Udema Mann-Whitney U ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2-tailed) ,009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok II N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,00 15,00 Kelompok IV 5 8,00 40,00 Total 10 Test Statistics(b) Udema Mann-Whitney U ,000 Wilcoxon W 15,000 70 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Z -2,611 Asymp. Sig. (2-tailed) ,009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok II N 5 Mean Rank 7,00 Sum of Ranks 35,00 Kelompok V 5 4,00 20,00 Total 10 Test Statistics(b) Mann-Whitney U Udema 5,000 Wilcoxon W 20,000 Z -1,567 Asymp. Sig. (2-tailed) ,117 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,151(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok II N Mean Rank Sum of Ranks 5 7,80 39,00 Kelompok VI 5 3,20 16,00 Total 10 Test Statistics(b) Udema Mann-Whitney U 1,000 Wilcoxon W 16,000 Z -2,402 Asymp. Sig. (2-tailed) ,016 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,016(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok II N Mean Rank Sum of Ranks 5 5,40 27,00 Kelompok VII 5 5,60 28,00 Total 10 Test Statistics(b) Udema Mann-Whitney U 12,000 71 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Wilcoxon W 27,000 Z -,104 Asymp. Sig. (2-tailed) ,917 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1,000(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok III N 5 Mean Rank 7,40 Sum of Ranks 37,00 Kelompok IV 5 3,60 18,00 Total 10 Test Statistics(b) Mann-Whitney U Udema 3,000 Wilcoxon W 18,000 Z -1,984 Asymp. Sig. (2-tailed) ,047 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,056(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok III N 5 Mean Rank 7,20 Sum of Ranks 36,00 Kelompok V 5 3,80 19,00 Total 10 Test Statistics(b) Mann-Whitney U Udema 4,000 Wilcoxon W 19,000 Z -1,776 Asymp. Sig. (2-tailed) ,076 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,095(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok III N 5 Mean Rank 8,00 Sum of Ranks 40,00 Kelompok VI 5 3,00 15,00 Total 10 Test Statistics(b) Udema 72 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Mann-Whitney U ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2-tailed) ,009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok III N 5 Mean Rank 8,00 Sum of Ranks 40,00 Kelompok VII 5 3,00 15,00 Total 10 Test Statistics(b) Mann-Whitney U Udema ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2-tailed) ,009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok IV N Mean Rank Sum of Ranks 5 7,00 35,00 Kelompok V 5 4,00 20,00 Total 10 Test Statistics(b) Udema Mann-Whitney U 5,000 Wilcoxon W 20,000 Z -1,567 Asymp. Sig. (2-tailed) ,117 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,151(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok IV N Mean Rank Sum of Ranks 5 8,00 40,00 Kelompok VI 5 3,00 15,00 Total 10 Test Statistics(b) 73 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Udema Mann-Whitney U ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2-tailed) ,009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok IV N Mean Rank Sum of Ranks 5 8,00 40,00 Kelompok VII 5 3,00 15,00 Total 10 Test Statistics(b) Udema Mann-Whitney U ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2-tailed) ,009 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok V N Mean Rank Sum of Ranks 5 4,00 20,00 Kelompok VI 5 7,00 35,00 Total 10 Test Statistics(b) Udema Mann-Whitney U 5,000 Wilcoxon W 20,000 Z -1,567 Asymp. Sig. (2-tailed) ,117 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,151(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok V N Mean Rank Sum of Ranks 5 4,00 20,00 Kelompok VII 5 7,00 35,00 Total 10 74 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 75 Test Statistics(b) Udema Mann-Whitney U 5,000 Wilcoxon W 20,000 Z -1,567 Asymp. Sig. (2-tailed) ,117 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,151(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Ranks AUC Perlakuan Kelompok VI N Mean Rank Sum of Ranks 5 4,60 23,00 Kelompok VII 5 6,40 32,00 Total 10 Test Statistics(b) Udema Mann-Whitney U 8,000 Wilcoxon W 23,000 Z -,940 Asymp. Sig. (2-tailed) ,347 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,421(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan Lampiran 4. Hasil uji statistik persen penghambatan inflamasi pada setiap kelompok perlakuan Shapiro-Wilk Test Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Penghambatan Minimum Maximum 35 37,7723 perlakuan 35 4,0000 21,21487 ,00 64,13 2,02920 1,00 7,00 Case Processing Summary Cases Valid N Penghambatan 35 Missing Percent 100,0% N 0 Total Percent ,0% N 35 Percent 100,0% Descriptives Penghambatan Mean Statistic 37,7723 Std. Error 3,58597 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 76 30,4847 Upper Bound 45,0598 5% Trimmed Mean 38,4471 Median 49,8100 Variance 450,071 Std. Deviation 21,21487 Minimum ,00 Maximum 64,13 Range 64,13 Interquartile Range 30,33 Skewness -,616 ,398 Kurtosis -,978 ,778 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) Penghambatan Statistic ,257 Df Sig. ,000 35 Shapiro-Wilk Statistic ,858 df Sig. ,000 35 a Lilliefors Significance Correction Kruskal-Wallis Test Ranks Penghambatan Test Statistics(a,b) perlakuan Kelompok I N 5 Mean Rank 3,00 Kelompok II 5 21,80 df Kelompok III 6 5 9,40 Asymp. Sig. Kelompok IV ,000 5 13,40 Kelompok V 5 28,20 Kelompok VI 5 27,20 Kelompok VII 5 23,00 Total 35 Penghambatan Chi-Square 26,180 a Kruskal Wallis Test b Grouping Variable: perlakuan Mann-Whitney Test Test Statistics(b) Ranks Penghambatan perlakuan Kelompok I Kelompok II Total N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,00 15,00 5 8,00 40,00 10 Penghambatan Mann-Whitney U Wilcoxon W 15,000 Z -2,785 Asymp. Sig. (2tailed) ,005 ,000 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 77 Exact Sig. [2*(1-tailed ,008(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks Penghambatan perlakuan Kelompok I Kelompok III Total N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,00 15,00 5 8,00 40,00 N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,00 15,00 10 Penghambatan Mann-Whitney U Wilcoxon W perlakuan Kelompok I Kelompok IV Total 5 8,00 40,00 N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,00 15,00 10 -2,785 Asymp. Sig. (2,005 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,008(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Penghambatan Mann-Whitney U Wilcoxon W perlakuan Kelompok I Kelompok V Total 5 8,00 40,00 N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,00 10 perlakuan Kelompok I Kelompok 5 8,00 15,000 -2,785 Asymp. Sig. (2,005 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,008(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Penghambatan Mann-Whitney U Wilcoxon W ,000 15,000 Z -2,785 Asymp. Sig. (2,005 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,008(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks Penghambatan ,000 Z Ranks Penghambatan 15,000 Z Ranks Penghambatan ,000 Penghambatan 15,00 Mann-Whitney U Wilcoxon W 15,000 40,00 Z -2,785 ,000 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI VI Total Asymp. Sig. (2,005 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,008(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) 10 Ranks Penghambatan Perlakuan Kelompok I Kelompok VII Total Penghambatan N 5 Mean Rank 3,00 Sum of Ranks 15,00 Mann-Whitney U Wilcoxon W 5 8,00 40,00 Z N Mean Rank Sum of Ranks 5 8,00 40,00 10 Perlakuan Kelompok II Kelompok III Total 5 3,00 15,00 N Mean Rank Sum of Ranks 5 8,00 40,00 10 Perlakuan Kelompok II Kelompok IV Total 5 3,00 15,00 N Mean Rank Sum of Ranks 5 4,00 20,00 10 perlakuan Kelompok II ,000 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2,009 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,008(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Penghambatan Mann-Whitney U Wilcoxon W ,000 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2,009 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,008(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks Penghambatan 15,000 Penghambatan Mann-Whitney U Wilcoxon W Ranks Penghambatan ,000 -2,785 Asymp. Sig. (2,005 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,008(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks Penghambatan 78 Penghambatan Mann-Whitney U Wilcoxon W 5,000 20,000 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kelompok V Total 5 7,00 35,00 N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,20 16,00 10 Z -1,567 Asymp. Sig. (2,117 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,151(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks Penghambatan perlakuan Kelompok II Kelompok VI Total 5 7,80 39,00 N Mean Rank Sum of Ranks 5 5,60 28,00 10 Penghambatan Mann-Whitney U Wilcoxon W perlakuan Kelompok II Kelompok VII Total 5 5,40 27,00 N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,60 18,00 10 perlakuan Kelompok III Kelompok IV Total 5 7,40 37,00 N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,80 19,00 10 16,000 -2,402 Asymp. Sig. (2,016 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,016(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Penghambatan Mann-Whitney U Wilcoxon W 12,000 27,000 Z -,104 Asymp. Sig. (2,917 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed 1,000(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks Penghambatan 1,000 Z Ranks Penghambatan 79 Penghambatan Mann-Whitney U Wilcoxon W 3,000 18,000 Z -1,984 Asymp. Sig. (2,047 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,056(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks Penghambatan Perlakuan Kelompok III Penghambatan Mann-Whitney U 4,000 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kelompok V Total 5 7,20 36,00 Wilcoxon W perlakuan Kelompok III Kelompok VI Total -1,776 Asymp. Sig. (2,076 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,095(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) 10 N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,00 15,00 5 8,00 40,00 N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,00 15,00 10 Penghambatan Mann-Whitney U Wilcoxon W perlakuan Kelompok III Kelompok VII Total 5 8,00 40,00 N Mean Rank Sum of Ranks 5 4,00 20,00 10 perlakuan Kelompok IV Kelompok V Total 5 7,00 35,00 Mean Rank Sum of Ranks 10 Penghambatan Mann-Whitney U Wilcoxon W N ,000 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2,009 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,008(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Penghambatan Mann-Whitney U Wilcoxon W 5,000 20,000 Z -1,567 Asymp. Sig. (2,117 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,151(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks perlakuan 15,000 -2,611 Asymp. Sig. (2,009 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,008(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks Penghambatan ,000 Z Ranks Penghambatan 19,000 Z Ranks Penghambatan 80 Penghambatan Mann-Whitney ,000 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Penghambatan Kelompok IV Kelompok VI Total 5 3,00 15,00 5 8,00 40,00 N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,00 15,00 U Wilcoxon W 10 perlakuan Kelompok IV Kelompok VII Total 5 8,00 40,00 N Mean Rank Sum of Ranks 5 7,00 35,00 10 -2,611 Asymp. Sig. (2,009 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,008(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Penghambatan Mann-Whitney U Wilcoxon W perlakuan Kelompok V Kelompok VI Total 5 4,00 20,00 N Mean Rank Sum of Ranks 5 7,00 35,00 10 perlakuan Kelompok V Kelompok VII Total Ranks 5 10 4,00 20,00 15,000 -2,611 Asymp. Sig. (2,009 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,008(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Penghambatan Mann-Whitney U Wilcoxon W 5,000 20,000 Z -1,567 Asymp. Sig. (2,117 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,151(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks Penghambatan ,000 Z Ranks Penghambatan 15,000 Z Ranks Penghambatan 81 Penghambatan Mann-Whitney U Wilcoxon W 5,000 20,000 Z -1,567 Asymp. Sig. (2,117 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,151(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Penghambatan PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Penghambatan perlakuan Kelompok VI Kelompok VII Total N Mean Rank Sum of Ranks 5 6,40 32,00 5 4,60 23,00 Mann-Whitney U Wilcoxon W 8,000 23,000 Z -,940 Asymp. Sig. (2,347 tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed ,421(a) Sig.)] a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan 10 Lampiran 5. Hasil uji statistik daya anti inflamasi pada setiap kelompok perlakuan Shapiro-Wilk Test Case Processing Summary Cases Valid DAI Missing Total N Percent N Percent N Percent 35 100,0% 0 ,0% 35 100,0% Descriptives DAI Statistic -30,9291 Mean 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound 5% Trimmed Mean Std. Error 7,72417 -46,6265 -15,2317 -27,8828 Median -5,6000 Variance 2088,198 Std. Deviation 45,69680 Minimum -141,54 Maximum 24,53 Range 166,07 Interquartile Range 63,82 Skewness -,835 ,398 Kurtosis -,152 ,778 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov(a) Statistic ,253 DAI df 35 Shapiro-Wilk Sig. ,000 Statistic ,875 df 35 Sig. ,001 a Lilliefors Significance Correction Descriptive Statistics DAI N 35 Mean -30,9291 82 Std. Deviation 45,69680 Minimum -141,54 Maximum 24,53 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI perlakuan 35 4,0000 2,02920 1,00 7,00 Kruskal-Wallis Test Ranks DAI Test Statistics(a,b) perlakuan Kelompok I N Mean Rank 5 3,20 Kelompok II 5 Chi-Square DAI 26,283 21,00 df 6 Asymp. Sig. ,000 Kelompok III 5 9,20 Kelompok IV 5 13,40 Kelompok V 5 28,20 Kelompok VI 5 27,40 Kelompok VII 5 23,60 Total 35 a Kruskal Wallis Test b Grouping Variable: perlakuan Mann-Whitney Test Test Statistics(b) Ranks DAI perlakuan Kelompok I Kelompok II Total N 5 5 Mean Rank 3,00 8,00 Sum of Ranks 15,00 40,00 10 Mann-Whitney U DAI ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,785 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,005 ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks DAI perlakuan Kelompok I Kelompok III Total N 5 5 Mean Rank 3,20 7,80 Sum of Ranks 16,00 39,00 10 DAI Kelompok IV Total N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,00 15,00 5 8,00 40,00 10 DAI 1,000 Wilcoxon W 16,000 Z -2,402 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,016 ,016(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks perlakuan Kelompok I Mann-Whitney U Mann-Whitney U DAI ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,009 ,008(a) a Not corrected for ties. 83 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks DAI perlakuan Kelompok I Kelompok V Total N 5 5 Mean Rank 3,00 8,00 Sum of Ranks 15,00 40,00 10 Mann-Whitney U DAI ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,009 ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks DAI perlakuan Kelompok I Kelompok VI Total N 5 Mean Rank 3,00 Sum of Ranks 15,00 5 8,00 40,00 10 Mann-Whitney U DAI ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,009 ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks DAI perlakuan Kelompok I Kelompok VII Total N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,00 15,00 5 8,00 40,00 10 DAI Mann-Whitney U ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,009 ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks DAI perlakuan Kelompok II Kelompok III Total N Mean Rank Sum of Ranks 5 8,00 40,00 5 3,00 15,00 10 DAI Mann-Whitney U ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,785 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,005 ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks DAI Mann-Whitney U ,000 84 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAI perlakuan Kelompok II Kelompok IV Total N 5 Mean Rank 8,00 Sum of Ranks 40,00 5 3,00 15,00 10 Wilcoxon W 15,000 Z -2,785 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,005 ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks DAI perlakuan Kelompok II Kelompok V Total N 5 5 Mean Rank 4,00 7,00 Sum of Ranks 20,00 35,00 10 Mann-Whitney U DAI 5,000 Wilcoxon W 20,000 Z -1,671 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,095 ,151(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) DAI Ranks DAI perlakuan Kelompok II Kelompok VI Total N 5 5 Mean Rank 3,00 8,00 Sum of Ranks 15,00 40,00 10 Mann-Whitney U ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,785 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,005 ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) DAI Ranks DAI perlakuan Kelompok II Kelompok VII Total N 5 5 Mean Rank 5,00 6,00 Sum of Ranks 25,00 30,00 10 Mann-Whitney U 10,000 Wilcoxon W 25,000 Z -,557 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,577 ,690(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) DAI Ranks DAI perlakuan Kelompok III Kelompok IV Total N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,60 18,00 5 7,40 37,00 10 Mann-Whitney U 3,000 Wilcoxon W 18,000 Z -1,984 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,047 ,056(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan 85 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Ranks DAI perlakuan Kelompok III Kelompok V Total Test Statistics(b) N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,80 19,00 5 7,20 36,00 10 DAI Mann-Whitney U 4,000 Wilcoxon W 19,000 Z -1,776 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,076 ,095(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Test Statistics(b) Ranks DAI perlakuan Kelompok III Kelompok VI Total N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,00 15,00 5 8,00 40,00 10 Mann-Whitney U DAI ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,009 ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Ranks DAI perlakuan Kelompok III Kelompok VII Total Test Statistics(b) N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,00 15,00 5 8,00 40,00 10 DAI Mann-Whitney U ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,009 ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Ranks DAI Test Statistics(b) perlakuan Kelompok IV Kelompok V N Mean Rank Sum of Ranks 5 4,00 20,00 5 7,00 35,00 Total 10 DAI Mann-Whitney U 5,000 Wilcoxon W 20,000 Z -1,567 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,117 ,151(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Ranks Test Statistics(b) DAI Mann-Whitney U ,000 86 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAI perlakuan Kelompok IV Kelompok VI Total Mean Rank Sum of Ranks Wilcoxon W 15,000 N Z -2,611 5 3,00 15,00 5 8,00 40,00 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] 10 perlakuan Kelompok IV Kelompok VII Total ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Ranks DAI ,009 Test Statistics(b) N Mean Rank Sum of Ranks 5 3,00 15,00 5 8,00 40,00 10 Mann-Whitney U DAI ,000 Wilcoxon W 15,000 Z -2,611 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,009 ,008(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Ranks DAI perlakuan Kelompok V Kelompok VI Total Test Statistics(b) N 5 Mean Rank 7,00 Sum of Ranks 35,00 5 4,00 20,00 10 Mann-Whitney U DAI 5,000 Wilcoxon W 20,000 Z -1,567 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,117 ,151(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Ranks DAI perlakuan Kelompok V Kelompok VII Total Test Statistics(b) N Mean Rank Sum of Ranks 5 7,00 35,00 5 4,00 20,00 10 DAI Mann-Whitney U 5,000 Wilcoxon W 20,000 Z -1,567 Asymp. Sig. (2tailed) Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,117 ,151(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Ranks DAI perlakuan Kelompok VI Kelompok VII Test Statistics(b) N Mean Rank Sum of Ranks 5 6,40 32,00 5 4,60 23,00 DAI Mann-Whitney U 8,000 Wilcoxon W 23,000 Z -,940 Asymp. Sig. (2- ,347 87 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Total 88 tailed) 10 Exact Sig. [2*(1tailed Sig.)] ,421(a) a Not corrected for ties. b Grouping Variable: perlakuan Lampiran 6. Hasil perhitungan rata-rata edema kaki mencit tiap waktu pengamatan dengan jangka sorong Waktu (menit) Kel I Kel II Kel III Kel IV Kel V Kel VI Kel VII 0 15 30 45 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 0.96 0.94 0.87 0.84 0.82 0.82 0.82 0.83 0.83 0.81 0.83 0.83 0.84 0.83 0.83 1.26 0.81 0.62 0.56 0.48 0.46 0.43 0.41 0.38 0.35 0.33 0.28 0.20 0.15 0.1 1.21 1.09 0.96 0.84 0.63 0.49 0.51 0.57 0.63 0.72 0.65 0.61 0.59 0.57 0.51 1.31 1.18 0.98 0.83 0.75 0.64 0.56 0.55 0.50 0.46 0.44 0.44 0.48 0.52 0.57 1.20 0.85 0.62 0.43 0.32 0.29 0.30 0.28 0.47 0.41 0.39 0.34 0.29 0.27 0.24 1.21 0.97 0.63 0.52 0.39 0.25 0.21 0.20 0.28 0.32 0.35 0.41 0.38 0.34 0.30 1.26 0.89 0.73 0.63 0.49 0.38 0.34 0.37 0.30 0.43 0.35 0.28 0.27 0.25 0.23 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 89 Lampiran 7. Contoh cara menghitung AUC ܥଵ − ܥ ܥଶ − ܥଵ ܥ − ܥିଵ ܴܥܷܣ ∶ ݏݑ ݉ݑି௫ = ൬ ݐݔଵ − ݐ൰+ ൬ ݐݔଶ − ݐଵ൰+ ⋯ + ൬ ݐݔ − ݐିଵ൰ 2 2 2 Salah satu contoh perhitungan AUC kelompok kontrol negatif pada mencit 1. 0,85 + 0,8 0,8 + 0,74 0,74 + 0,83 ܥܷܣି௫ = ൬ ݐݔଵହ − ݐ൰+ ൬ ݐݔଷ − ݐଵହ൰+ ൬ ݐݔସହ − ݐଷ൰ 2 2 2 0,83 + 0,74 0,74 + 0,73 +൬ ݐݔ − ݐସହ൰+ ൬ ݐݔଽ − ݐ൰ 2 2 0,73 + 0,71 0,71 + 0,71 +൬ ݐݔଵଶ − ݐଽ൰+ ൬ ݐݔଵହ − ݐଵଶ൰ 2 2 0,71 + 0,72 0,72 + 0,7 +൬ ݐݔଵ଼ − ݐଵହ൰+ ൬ ݐݔଶଵ − ݐଵ଼൰ 2 2 0,7 + 0,72 0,72 + 0,76 +൬ ݐݔଶସ − ݐଶଵ൰+ ൬ ݐݔଶ − ݐଶସ൰ 2 2 0,76 + 0,76 0,76 + 0,76 +൬ ݐݔଷ − ݐଶ൰+ ൬ ݐݔଷଷ − ݐଷ൰ 2 2 0,76 + 0,74 +൬ ݐݔଷ − ݐଷଷ൰ = 266,775݉ ݉ . ݉ ݁݊݅ݐ 2 Lampiran 8. Perhitungan nilai % penghambatan inflamasi pada kelompok perlakuan (AUCି୶)– (AUCି୶)୬ x 100% (AUCି୶) Salah satu contoh perhitungan nilai % penghambatan inflamasi pada kelompok kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 1310 mg/kgBB (302,162) – (143,13) ܲ݁݊݃ℎܽ݉ ܾܽ(݅ݏܽ ݈݂݉ܽ݊݅݊ܽݐ%) = x 100% (302,162) = 52,6% ܲ݁݊݃ℎܽ݉ ܾܽ(݅ݏܽ ݈݂݉ܽ݊݅݊ܽݐ%) = Lampiran 9. Perhitungan nilai % penghambatan inflamasi pada kelompok perlakuan (AUCି୶)୷– (AUCି୶)୬ ݅ݐ݊ܽܽݕܽܦ− ݂݈݅݊ܽ݉ ܽ(݅ݏ%) = x 100% (AUCି୶)୷ Salah satu contoh perhitungan nilai % penghambatan inflamasi pada kelompok kombinasi infusa daun iler dosis 140 mg/kgBB dengan infusa bunga telang dosis 1310 mg/kgBB (ଵସଷ,ଵଶିଵସଷ,ଵଷ) ݅ݐ݊ܽܽݕܽܦ− ݂݈݅݊ܽ݉ ܽ(݅ݏ%) = x 100% (ଵସଷ,ଵଶ) = 0,3 % PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 90 Lampiran 10. Cara perhitungan dosis dan volume pemberian aquades sebagai kontrol negatif Cara menghitung dosis pemberian Aquades: ½ volume maks 1 mL = 0,5 mL Dosis untuk mencit rata-rata 20 g = 0,5 mL/20 g secara p.o Berat jenis aquades = 1 g/mL Dosis aquades = 0,5 g/20 gBB = 25 g/kgBB Volume pemberian untuk berat badan rata-rata mencit 25 g : V= ௫ = ௫ଶହ ೖ ଶହ ଵ/୫ = 0,625݉ ܮ Lampiran 11. Cara pembuatan dan Perhitungan dosis karagenin 1 % untuk injeksi subplantar Cara membuat larutan karagenin 1% = 1g karagenin + NaCl (0,9 %) add 100 mL diperoleh larutan karagenin 1% (b/v). Konsentrasi = 100 mg/mL ଵ (0,05ݔଵ )ݔଶ Dosis karagenin = = 25 mg/kgBB 0,02݇݃ Misalnya Berat badan mencit = 20 g = 0,02 kg . Volume pemberian karagenin = = ౣౝ ୶,ଶ୩ ౡౝాా ଶହ ଵ୫ /୫ = 0,01mL Lampiran 12. Perhitungan dosis Cataflam® D-50 sebagai kontrol positif a. Pengujian keseragaman bobot 20 tablet b. Pembuatan larutan Cataflam® D-50 Diambil 50 mg diklofenak + aquades add 100 mL = konsentrasi 50 mg/100 mL (0,5 mg/mL) c. Perhitungan dosis Cataflam® D-50 Dosis manusia 50 kg = 50 mg Dosis manusia 70 kg = 70 mg Konversi dari manusia 70 kg ke mencit 20 gram = 0,0026 Dosis untuk mencit 20 g = 70 mg x 0,0026 0,182 mg = 20 g BB PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ݉݃ ݐ݅ܿ݊݁ ݉ܤܤ ݇݃ d. Contoh perhitungan pemberian larutan Cataflam® D-50 pada hewan uji = 9,1 Rata-rata BB mencit = 25 g = 0,025 kg Dosis Cataflam® D-50 = 9,1 mg/kgBB Volume pemberian larutan Cataflam® D-50 pada mencit ܦ. ܤܤ = ܥ 9,1 ݔ0,025݇݃ = = 0,46 mL 0,5 mg/mL Lampiran 13. Perhitungan volume pemberian infusa daun Coleus atropurpureus L. Benth. dan bunga Clitoria ternatea L. a. Penimbangan Iler dan bunga telang - Penimbangan daun = 5,07 g = 5070 mg - Tambah aquades (pelarut) = 100 mL Konsentrasi = 5070 mg/ 100 mL = 50,7 mg/mL Penimbangan bunga telang = 6,03 g Tambah aquades (pelarut) = 100 mL Konsentrasi = 6030 mg/ 100 mL = 60,3 mg/mL b. Perhitungan dosis Coleus atropurpureus L. Benth. Dosis pada penelitian Amitjitraresmu (1995) adalah 100 mg/kg bb tikus yang akan dikonfersikan pada mencit untuk penelitian berikutnya. Konversi berat badan tikus 200 gram ke mencit 20 gram = 0,14. ଵ୫ Dosis untuk tikus 100 mg/kgBB adalah = ଵ x 200 g = 20 mg. Dosis untuk mencit 20 g = 0,14 x 20 mg = 2,8 mg/20g BB = 0,14 mg/g BB = 140 mg/kgBB Volume pemberian untuk berat rata-rata mencit Pemberian volume untuk mencit BB = 25 mg (0,025 kg) = = . େ ௫,ଶହ ೖಳ ಳ ଵସ ହ,୫ /୫ = 0,07 mL 91 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI c. Perhitungan dosis Clitoria ternatea L Dosis III = 1310 mg/Kg BB Pemberian volume untuk mencit BB = 25 mg (0,025 kg) = = . େ ௫,ଶହ ೖಳ ಳ ଵଷଵ ,ଷ୫ /୫ = 0,5 mL 92 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 14. a. Sertifikat Kalibrasi Jangka Sorong 93 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI b. Sertifikat Lembar Kalibrasi Jangka Sorong 94 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 15. Surat keterangan Ethical Clearens 95 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 16. Bunga telang dan infusa bunga telang (Clitoria ternatea L.) Gambar 5. Simplisia bunga telang (Clitoria ternatea L.) Gambar 6. Hasil infusa bunga telang (Clitoria ternatea L.) 96 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 97 Lampiran 17. Daun iler dan infusa daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) Gambar 7. Daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) Gambar 8. Hasil infusa daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 18. Pembuatan udema dan pengukuran udema kaki mencit Gambar 9. Pembuatan udema kaki mencit dengan karagenin 1% Gambar 10. Pengukuran udema kaki mencit menggunakan jangka sorong 98 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 19. Alat spuit injeksi Gambar 11. Syringe per oral dan subplantar 99 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 100 BIOGRAFI PENULIS Novita Sagala merupakan anak kelima dari pasangan Hajim Sagala (Alm.) dan Lasmaria Br Haloho yang memiliki enam saudara bernama Wanner Fransiskus Sagala, Agnes Tiomas Sagala, Polman Sagala, Mangasi Pirtoni Sagala dan Iman Rokasi Sagala. Lahir di Samosir, 27 November 1985. Pendidikan awal di SD Negeri No. 173749 Pangururan (1992-1998), SMP Negeri 3 Pangururan (1998-2001), SMA Negeri 2 Pangururan (2001-2004), kemudian menempuh pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (20092013). Sebelum kuliah, penulis tinggal dan berkarya di Yayasan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, menjalani tahap pembinaan suster di susteran Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth Medan. Saat ini penulis masih menjalani pembinaan Suster Kongregasi Fransiskanes Santa Elisabeth Medan dan menerima tugas perutusan study di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah, penulis pernah berpartisipasi dalam KEKANTA di bidang Kesehatan (P3K) (2012), dan panitia bidang humas KEKANTA (2013). Pengabdian masyarakat yang pernah dilakukan adalah sebagai relawan bencana gunung Merapi (2010) dan ikut berpartisipasi dalam acara gerakan penanaman seribu pohon di Lereng Gunung Merapi (2011). Sebagai Fasilitator dalam Kongres Ekaristi Keuskupan II Keuskupan Agung Semarang (2012).