Masitha Dwi Amira, dkk Guruku Inspirasiku Penerbit MDA Publishing 2014 Guruku Inspirasiku Oleh: Masitha Dwi Amira, dkk Copyright © 2014 by Masitha Dwi Amira Penerbit MDA Publishing [email protected] Desain Sampul: Abieza Angie Raharya Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com 2 Thanks to... ☺ Pemilik Segalanya, Allah SWT. Atas karunia-Nya buku ini bisa terbit. ☺ Papa dan Mama yang selalu mendukung setiap saat. Terima kasih sudah memberi ide, saran, dan semangat. I love youu :* ☺ Beberapa kontributor (Astiowati, Ilham, Fanny, Fildzah, Euis, Titis, Febri, Sajidin, Rifai, Rafika, Nurlaeli, Shabirin, Linda, M. Autad, dan Isnani) yang sudah menyumbangkan tulisannya di buku ini. Tanpa kalian, buku ini tidak akan terbit. Juga buat temanteman, Abieza, Lia Dia, dll. Thank you so much ({}) ☺ My super teachers, Bu Naning dan Bu Tatik. Ide untuk membuat dan menerbitkan buku ini karena terinspirasi dari kalian. Keep being awesome teachers :* ☺Saya menyadari bahwa buku ini masih ada kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, saya 3 berharap agar pembaca berkenan menyampaikan kritik dan saran. Semoga buku ini dapat membawa manfaat bagi pembaca. Enjoy reading! ♥ Malang, 20 Februari 2014 Penyusun Utama Masitha Dwi Amira 4 DAFTAR ISI ♥ Thanks to 3 ♥ Daftar Isi 5 ♥ Sang Pembimbing Sejati 8 ♥ Terima Kasih Guruku 21 ♥ Terlambatkah Kusadari? 31 ♥ Guruku Pelita Hidupku 41 ♥ Guruku Teladanku 47 ♥ Tak Semua Nyontek itu Buruk 53 ♥ Super Hero Pendidikan 73 ♥ Mikroskop Kehidupan 83 ♥ Ketertarikan Kita terhadap Guru Niscaya Itulah Kita Nantinya 95 5 ♥ Mengajarkan Kami dengan Hati 101 ♥ Masterku Idola Buatku 111 ♥ (Bukan) Plagiat Sebuah Syair 123 ♥ Guru Modis yang Menginspirasiku 131 ♥ Dia Guru Killer Pujaanku 145 ♥ Dibalik Ketegasan Seorang Guru 151 ♥ Guruku dengan Dua Sisi 161 ♥ Guru yang Tak Terlupakan 169 ♥ Bu Yuni 178 ♥ Awesome Quote from @1000_guru 191 ♥ Tentang Penulis 192 6 7 Sang Pembimbing Sejati Oleh: Fildzah Nur Amalina Pak Edi Siswanto... Seorang guru yang sejak pertama kali aku mengenalnya, hatiku sudah terpikat dengan pribadinya. Aku menyimpan rasa cinta kepadanya seperti aku mencintai ayahku. Seorang pembimbing sejati yang bukan hanya pandai mengajariku matematika, tetapi juga menuntunku dengan sabar melewati tiap-tiap rumusan hidup yang terkadang sulit untuk dijalani. Aku mengenal Pak Edi sejak aku masih duduk di bangku kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Saat itu aku adalah seorang siswi yang sangat pendiam dan pemalu. Tetapi, prestasi akademisku cukup membanggakan. Aku selalu mendapatkan peringkat pertama di kelas. Pak Edi 8 seringkali membekaliku dan juga teman-teman kiatkiat menuju kesuksesan, yang salah satunya adalah menjadi orang yang pemberani, tidak pernah takut untuk mencoba, tidak pula takut gagal dan harus menanggung malu. Pernah suatu ketika, aku hendak sholat dhuha di masjid sekolah. Namun, kuurungkan niatku tatkala kulihat kerumunan teman ikhwanku di teras masjid. Aku merasa malu untuk melangkah seorang diri sebagai perempuan, sedangkan di sana tak tampak satupun siswi dari kelasku. Seperti sebuah kebetulan, saat mengajar di kelas Pak Edi memberi nasihat bahwa “Kalau dalam beribadah kita masih memikirkan pandangan orang lain, itu tandanya ibadahnya belum ikhlas.” Aku sangat tersentuh. Aku malu pada diriku sendiri. Sejak saat itu, aku bertekad untuk membuang rasa maluku untuk melangkahkan kaki menuju masjid demi memanfaatkan waktu dhuha walau bagaimanapun kondisinya. Bukan hanya itu, Pak Edi juga sering mengingatkan kepada murid- 9 muridnya untuk gemar bersedekah. Jikalau dalam matematika manusia, 10 dikurang 1 adalah 9, lain hal dengan matematika Allah, di mana 10 dikurang 1 adalah 19. Artinya, bersedekah takkan membuat kita miskin, justru sedekah akan menambah harta, karena setiap satu kebaikan Allah berjanji akan melipatgandakannya 10 kali. Selain karena kecintaanku pada matematika, kekagumanku pada sosok Pak Edi juga membuatku tak ingin berpisah dengannya. Ketika aku lulus dari Sekolah Menengah Pertama, Pak Edi banyak memberiku saran untuk memilih sekolah lanjutan. Akhirnya, aku memilih Sekolah Menengah Kejuruan dengan kompetensi Analis Kesehatan. Aku sangat berharap di SMK tersebut aku masih bisa mendengarkan indahnya nasihat-nasihat dari Pak Edi. Akupun pernah merengek-rengek meminta Pak Edi untuk mengajar di sekolah baruku itu. Tapi saat itu Pak Edi bilang tidak bisa. 10