gubernur daerah istimewa yogyakarta peraturan

advertisement
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR
TAHUN 2013
TENTANG
TATA RUANG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
Menimbang :
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 35 UndangUndang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah
Istimewa Yogyakarta, perlu menetapkan Peraturan Daerah
Istimewa tentang Tata Ruang;
Mengingat :
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang
Nomor
3
Tahun
1950
tentang
Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta sebagaimana
telah diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 1955 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 3
Jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah
Istimewa Jogjakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1955 Nomor 43 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 827);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana
telah diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4725);
5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 170,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5339);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang
Berlakunya Undang-Undang Nomor 2, 3, 10, dan 11
Tahun 1950 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
1950 Nomor 58);
7. Peraturan Daerah DIY Nomor 2 tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DIY tahun 2009 –
2029 (Lembaran Daerah Provinsi DIY Tahun 2010 Nomor
2);
8. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 4 Tahun 2011 tentang Tata Nilai Budaya
Yogyakarta (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2011);
9. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pelestarian Warisan Budaya
dan Cagar Budaya (Lembaran Daerah Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2012).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
dan
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH ISTIMEWA TENTANG TATA RUANG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah Istimewa ini yang dimaksud dengan:
1.
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
2.
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3.
Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem
jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki
hubungan fungsional.
4.
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang
untuk fungsi budi daya.
5.
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
6.
Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
7.
Pengelolaan ruang adalah rangkaian kegiatan bersama antara
Kasultanan, Kadipaten, pemerintah, dan masyarakat dalam perencanaan,
pemanfaatan,
dan
pengendalian
pemanfaatan
ruang
dengan
mendasarkan pada nilai dan keistimewaan DIY.
8.
Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan
hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam
penataan ruang.
9.
Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja
penataan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan masyarakat.
10. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan
ruang melalui pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
11. Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan
penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
12. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana
tata ruang.
13. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan
pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan
pelaksanaan program beserta pembiayaannya.
14. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib
tata ruang.
15. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
16. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah
hasil perencanaan tata ruang yang berisikan azas, tujuan, kebijakan
pengembangan, strategi pengembangan, penetapan rencana struktur
ruang wilayah, penetapan rencana pola ruang wilayah, pengelolaan dan
penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang, serta
pengendalian pemanfaatan ruang.
17. Rencana detail tata ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah
rencana secara terperinci tentang tata ruang yang dilengkapi dengan
peraturan zonasi.
18. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk
setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana
rinci tata ruang.
19. Zonasi adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai
dengan fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi
pengembangan fungsi-fungsi lain.
20. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat
RTBL adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan atau kawasan
yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang serta
penataan bangunan dan lingkungan.
21. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan/atau aspek fungsional.
22. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai
jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah.
23. Sistem internal perkotaan adalah struktur ruang dan pola ruang yang
mempunyai jangkauan pelayanan pada tingkat internal perkotaan.
24. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi
daya.
25. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup dan jatidiri keistimewaan DIY
yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan dan sumber
daya budaya
26. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
27. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
28. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
29. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang
telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
30. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
31. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
32. Cagar Budaya adalah Warisan Budaya bersifat kebendaan berupa Benda
Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs
Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang
perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan
yang dilestarikan melalui proses penetapan.
33. Keistimewaan adalah keistimewaan kedudukan hukum yang dimiliki oleh
Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan sejarah dan hak asal usul
menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
untuk mengatur dan mengurus kewenangan istimewa.
34. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang selanjutnya disebut
Kasultanan adalah warisan budaya bangsa yang berlangsung secara
turun-temurun dan dipimpin oleh Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem
Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senapati Ing
Ngalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Kalifatullah.
35. Kadipaten Pakualaman yang selanjutnya disebut Kadipaten adalah
warisan budaya bangsa yang berlangsung secara turun-temurun dan
dipimpin oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam.
36. Keistimewaan ruang DIY adalah satuan-satuan ruang Tanah Kasultanan,
Tanah Kadipaten, beserta satuan-satuan yang melengkapinya;
37. Keistimewaan tata ruang DIY adalah penataan satuan-satuan ruang
Tanah Kasultanan, Tanah Kadipaten, beserta satuan-satuan ruang lain
yang memiliki nilai keistimewaan;
38. Satuan ruang keistimewaan DIY adalah ruang dengan nilai dan fungsi
budaya, ekonomi, sosial yang tercermin didalam bentukan fisik.
39. Tata ruang keistimewaan DIY memfokus pada dukungan untuk
terwujudnya kawasan pendidikan, kawasan budaya, kawasan wisata dan
lingkungan yang memajukan, memandirikan serta menyejahterakan
masyarakat.
40. Struktur ruang keistimewaan DIY adalah susunan satuan-satuan ruang
dengan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
modal dasar kesalinghubungan kegiatan sosial, ekonomi yang berbasis
budaya.
41. Pola ruang keistimewaan DIY adalah distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya berbasis budaya.
42. Tanah Kasultanan
Hadiningrat.
adalah
tanah
milik
Kasultanan
Ngayogyakarta
43. Tanah Kadipaten adalah tanah milik Kadipaten Pakualaman.
44. Tanah Keprabon adalah Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten yang
dimanfaatkan untuk upacara adat dan kelengkapannya.
45. Tanah Bukan Keprabon adalah Tanah milik Kasultanan dan Tanah milik
Kadipaten yang pemanfaatannya selain untuk keperluan upacara adat
dan kelengkapannya.
46. Daerah Istimewa Yogyakarta yang selanjutnya disebut DIY adalah daerah
provinsi yang mempunyai keistimewaan dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
47. Pemerintah Daerah adalah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan
perangkat Daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintahan Daerah.
48. Gubernur adalah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
49. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten Sleman,
Pemerintah Kabupaten Bantul, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul,
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, dan Pemerintah Kota Yogyakarta.
Pasal 2
(1)
Objek penataan ruang yang diatur dalam Peraturan Daerah Istimewa ini
meliputi Kawasan Kasultanan Ngayogyakarta dan Kawasan Kadipaten
Pakualaman.
(2)
Kawasan
Kasultanan
Ngayogyakarta
dan
kawasan
Kadipaten
Pakualaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Tanah
Kasultanan, Tanah Kadipaten, dan kawasan di sekitarnya yang
terpengaruh dengan Penataan Ruang Tanah Kasultanan dan Tanah
Kadipaten.
Pasal 3
Penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas:
a. harmoni, kelestarian lingkungan, sosial ekonomi (hamemayu hayuning
bawana);
b. spiritual-transenden (sangkan paraning dumadi);
c. humanisme, asas kepemimpinan demokratis (manunggaling kawula lan
Gusti);
d. kebersamaan (tahta untuk rakyat);
e. harmonisasi lingkungan (poros imajiner Laut Selatan-Kraton-Gunung
Merapi);
f.
ketaatan historis (sumbu filosofis Tugu-Kraton-Panggung Krapyak);
g. filosofi inti kota (catur gatra tunggal); dan
h. delineasi spasial (pathok negara).
Pasal 4
Tujuan Penataan Ruang Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten adalah
untuk:
a. mengembalikan;
b. memperbaiki;
c. menguatkan; dan
d. mengembangkan nilai dan fungsi ruang keistimewaan DIY.
Pasal 5
(1)
Penataan
Ruang
Tanah
Kasultanan
diselenggarakan dengan memperhatikan:
dan
Tanah
Kadipaten
a. kelestarian nilai-nilai budaya dan keistimewaan DIY yang lahir dari
sejarah,
inspirasi
dari
unsur-unsur
yang
datang
sesuai
perkembangan jaman, dan memantapkan nilai-nilai baru yang
muncul untuk mendorong dan mengarahkan keistimewaan DIY di
masa kini dan masa depan;
b. kondisi fisik wilayah DIY yang rentan terhadap bencana;
c. potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan;
d. kondisi sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum, pertahanan
keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai satu kesatuan; dan
e. kondisi geofisik, geostrategi, geopolitik, geoekonomi, dan geokultural.
(2)
Penataan Ruang Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten meliputi ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB II
KLASIFIKASI PENATAAN RUANG
Pasal 6
Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan pada sistem, fungsi utama
kawasan, fungsi khusus kawasan, wilayah administratif pemerintahan,
wilayah administratif pertanahan, kegiatan kawasan, dan nilai strategis
kawasan.
Pasal 7
(1)
Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan
sistem internal perkotaan.
(2)
Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan
lindung dan kawasan budidaya.
(3)
Penataan ruang berdasarkan fungsi khusus kawasan terdiri atas
kawasan inti, kawasan penyangga, dan kawasan pengembangan.
(4)
Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif pemerintahan terdiri
atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi,
dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota
(5)
Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif pertanahan terdiri
atas kawasan Tanah Kasultanan dan kawasan Tanah Kadipaten.
(6)
Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiri atas penataan
ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan.
(7)
Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasan terdiri atas penataan
ruang kawasan strategis nasional, penataan ruang kawasan strategis
provinsi, dan penataan ruang kawasan strategis kabupaten/kota,
penataan ruang Kawasan Strategis Tanah Kasultanan, dan penataan
ruang Kawasan Strategis Tanah Kadipaten yang meliputi tanah keprabon
dan bukan keprabon.
BAB III
TUGAS DAN WEWENANG
Bagian Kesatu
Tugas Pemerintah Daerah
Pasal 8
(1)
Pemerintah Daerah menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat.
(2)
Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan dengan tetap menghormati
hak yang dimiliki orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Bagian Kedua
Wewenang Pemerintah Daerah
Pasal 9
(1)
Wewenang Pemerintah Daerah adalah:
a. membentuk lembaga pelaksana penataan ruang;
b. menetapkan peraturan di bidang penataan ruang;
c. menetapkan NSPK bidang penataan ruang;
d. menetapkan penataan ruang perairan sampai dengan 12 (dua belas)
mil dari garis pantai khusus berkaitan dengan fungsi tanah
Keprabon.
e. penetapan
Kadipaten;
f.
kawasan
strategis
Tanah
Kasultanan
dan
Tanah
perencanaan tata ruang kawasan strategis Tanah Kasultanan dan
Tanah Kadipaten;
g. pemanfaatan
Kadipaten.
ruang
kawasan
Tanah
Kasultanan
dan
Tanah
h. pemberian izin pemanfaatan ruang Tanah Kasultanan dan Tanah
Kadipaten.
(2)
Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
dan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah:
a. menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan:
1. rencana umum, rencana rinci tata ruang Kawasan Tanah
Kasultanan dan Kawasan Tanah Kadipaten dalam rangka
pelaksanaan penataan ruang wilayah DIY;
2. petunjuk pelaksanaan penataan ruang.
b. melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.
Bagian Ketiga
Wewenang dan Hak Kasultanan dan Kadipaten
Pasal 10
(1)
Kasultanan dan Kadipaten berwenang menetapkan Kerangka Umum
Kebijakan Tata Ruang Kawasan Tanah Kasultanan dan Kawasan Tanah
Kadipaten.
(2)
Hak Kasultanan dan Kadipaten dalam penyelenggaraan penataan ruang
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah mempunyai hak, meliputi:
a. verifikasi data Tanah Kasultanan (SG) dan Tanah Kadipaten (PAG)
serta pemanfaatan di atasnya;
b. memberikan masukan dalam penyusunan perencanaan penataan
ruang kawasan inti Tanah Kasultanan dan kawasan inti Tanah
Kadipaten;
c. memberikan masukan dalam penyusunan peraturan daerah tentang
penataan ruang;
d. memberikan masukan dalam penyusunan NSPK bidang penataan
ruang;
e. memberikan masukan dalam penyusunan kriteria penentuan dan
perubahan fungsi ruang kawasan Tanah Kasultanan dan Tanah
Kadipaten dalam rangka penyusunan tata ruang khususnya untuk
menjaga keseimbangan ekosistem, sesuai dengan kriteria yang
ditentukan oleh penataan ruang; dan
f.
memberikan masukan dalam penetapan kawasan strategis budaya
dalam Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten yang menjadi bagian
penataan ruang.
BAB IV
PENGATURAN DAN PEMBINAAN PENATAAN RUANG
Pasal 11
Penataan Ruang harus berpedoman pada Kerangka Umum Kebijakan Tata
Ruang Kawasan
Tanah Kasultanan dan Kawasan
Tanah Kadipaten
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10.
Pasal 12
Pengaturan penataan ruang dilakukan melalui :
a. penetapan perda tentang RDTR Kawasan Strategis Tanah Kasultanan dan
Kawasan Strategis Tanah Kadipaten;
b. penetapan pergub tentang RTBL Kawasan Strategis Tanah Kasultanan dan
Kawasan Strategis Tanah Kadipaten; dan
c. penetapan pergub tentang NSPK bidang penataan ruang.
Pasal 13
(1)
Pemerintah Daerah melakukan pembinaan penataan ruang kepada
pemerintah kabupaten/kota, pemerintah kecamatan, pemerintah desa,
dan masyarakat.
(2)
Pelaksanaan pembinaan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus melibatkan Kasultanan dan Kadipaten.
(3)
Kegiatan pembinaan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;
b. sosialisasi peraturan perundang-undangan dan sosialisasi pedoman
bidang penataan ruang;
c. pemberian bimbingan,
penataan ruang;
supervisi,
dan
konsultasi
pelaksanaan
d. pendidikan dan pelatihan;
e. penelitian dan pengembangan;
f.
pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang;
g. penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat; dan
h. pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat.
(4)
Kegiatan pembinaan penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) dilakukan dengan mengutamakan pendekatan sosial-budaya.
BAB V
PELAKSANAAN PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Perencanaan Tata Ruang
Paragraf 1
Umum
Pasal 14
(1)
Perencanaan tata ruang Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten
dirumuskan dalam rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata
ruang.
(2)
Rencana umum tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
sebagai dasar dalam penyusunan rencana umum tata ruang
kabupaten/kota.
(3)
Rencana rinci tata ruang terdiri dari RDTR Tanah Kasultanan dan Tanah
Kadipaten dan RTBL Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten.
Paragraf 2
Rencana Tata Ruang Wilayah DIY
Pasal 15
Selain materi muatan yang telah diatur
perundang-undangan, RTRW DIY harus:
dalam
ketentuan
peraturan
a. mencantumkan penetapan kawasan strategis Tanah Kasultanan dan
kawasan strategis Tanah Kadipaten; dan
b. mencerminkan nilai-nilai budaya Yogyakarta.
Paragraf 3
Rencana Detail Tata Ruang
Pasal 16
(1)
RDTR Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (3) paling sedikit memuat:
a. tata nilai penataan ruang dan arsitektur, tata nilai benda cagar
budaya dan kawasan cagar budaya, serta tata nilai semangat
keyogyakartaan;
b. satuan ruang budaya;
c. tujuan penataan Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten;
d. rencana pola ruang;
e. rencana jaringan prasarana;
f.
ketentuan pemanfaatan ruang; dan
g. peraturan zonasi.
(2)
RDTR Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten berfungsi sebagai:
a. kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah;
b. acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan
pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW;
c. acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;
d. acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang; dan
e. acuan dalam penyusunan RTBL.
(3)
Jangka waktu RDTR Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten adalah 20
(dua puluh) tahun.
(4)
RDTR Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditinjau kembali 5 (lima) tahun sekali.
(5)
Dalam kondisi terjadi perubahan RTRW DIY yang mempengaruhi Tanah
Kasultanan dan Tanah Kadipaten dan/atau terjadi dinamika internal DIY
yang mempengaruhi pemanfaatan ruang secara mendasar antara lain
berkaitan dengan bencana alam skala besar, perkembangan ekonomi
yang signifikan, dan perubahan batas wilayah daerah, rencana detail tata
ruang Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten ditinjau kembali lebih
dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(6)
RDTR kawasan Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten ditetapkan
dengan peraturan daerah.
Paragraf 4
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Pasal 17
(1)
RTBL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) paling sedikit
memuat:
a. program bangunan dan lingkungan;
b. rencana umum dan panduan rancangan;
c. rencana investasi;
d. ketentuan pengendalian rencana;
e. pedoman pengendalian pelaksanaan;
f.
peringkat dan golongan bangunan cagar budaya apabila ada;
g. bentuk corak/tipe/langgam arsitektur
arsitektur bangunan Yogyakarta; dan
yang
h. ketentuan fasad (facade) struktur bangunan lainnya.
(2)
RTBL berfungsi sebagai:
menggambarkan
a. pengarah dalam mengembalikan, menguatkan, memperbaiki dan
memelihara satuan ruang berbasis budaya
b. pengarah pembangunan sejak dini untuk mewujudkan kesatuan
karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung dan
lingkungan/kawasan;
c. acuan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik dan
konkret sesuai dengan rencana tata ruang;
d. pengendali pertumbuhan fisik lingkungan/ kawasan; dan
e. jaminan implementasi pembangunan sesuai dengan aspirasi dan
kebutuhan masyarakat delam pengembangan lingkungan/kawasan
yang berkelanjutan dan berkarakter.
(3)
RTBL ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.
Bagian Kedua
Pemanfaatan Ruang
Pasal 18
Pemanfaatan ruang dilakukan melalui :
a.
pengembalian, perbaikan, penguatan, dan pengembangan fungsi ruang
sesuai dengan nilai-nilai keistimewaan DIY dalam ruang;
b.
perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana detail tata ruang
tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten;
c.
perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang
dan pola ruang;
d.
pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang
wilayah dan kawasan strategis;
e.
pelaksanaan pembangunan di satuan ruang tanah Kasultanan dan tanah
Kadipaten dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan satuan-satuan
ruang lainnya yang berbasis kawasan;
Bagian Ketiga
Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Pasal 19
(1)
Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui:
a. peraturan zonasi;
b. perizinan;
c. pemberian insentif dan disinsentif; dan
d. pengenaan sanksi.
(2)
Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan oleh aparat pemerintah
secara berjenjang.
(3)
Ketugasan aparat pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
adalah :
a. mengawasi pemanfaatan ruang;
b. memberikan peringatan; dan
c. melaporkan pelanggaran pemanfaatan ruang.
(4)
Ketentuan lebih lanjut pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam Peraturan Gubernur tentang RDTR
kawasan Tanah Kasultanan dan kawasan Tanah Kadipaten.
BAB VI
PENGAWASAN PENATAAN RUANG
Pasal 20
(1)
Pemerintah Daerah, Kasultanan, Kadipaten, dan/atau masyarakat
melakukan pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan
pelaksanaan penataan ruang untuk menjamin tercapainya tujuan
penyelenggaraan penataan ruang.
(2)
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas tindakan
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
Pasal 21
(1) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2)
dilakukan dengan mengamati dan memeriksa kesesuaian antara
penyelenggaraan penataan ruang dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Dalam hal hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1)
terbukti
terjadi
penyimpangan
administratif
dalam
penyelenggaraan penataan ruang, Gubernur mengambil langkah
penyelesaian sesuai dengan kewenangannya.
BAB VII
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT
Pasal 22
Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
a. mengetahui rencana tata ruang tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten;
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;
c. memperoleh kompensasi yang layak akibat pelaksanaan kegiatan
pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang tanah Kasultanan
dan tanah Kadipaten;
d. memberikan masukan terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang di wilayahnya;
Pasal 23
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. menaati rencana tata ruang tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten yang
telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat
yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.
Pasal 24
Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
23 Huruf c, dikenai sanksi administratif.
Pasal 25
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
Pasal 26
(1)
Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah daerah
dengan melibatkan peran masyarakat.
(2)
Peran masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan, antara lain, melalui :
a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang keistimewaan DIY;
b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
BAB VIII
PENYIDIKAN
Pasal 27
Selain pejabat penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Penyidik
Pegawai Negeri Sipil tertentu di Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
menyelenggarakan urusan di bidang Penataan Ruang atau bidang penegakan
hukum diberikan kewenangan untuk melaksanakan penyidikan terhadap
pelanggaran ketentuan di dalam Peraturan Daerah Istimewa ini.
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 28
Setiap orang yang melanggar ketentuan penataan ruang di dalam Pasal 23
Huruf a, Huruf b, dan Huruf d Perdais ini, dipidana sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, Pasal 72, dan Pasal 73 Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 29
Pada saat Peraturan Daerah Istimewa ini mulai berlaku izin pemanfaatan
ruang pada tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten yang telah ada sebelum
berlakunya Peraturan Daerah Istimewa ini, tetap berlaku dan dalam jangka
waktu paling lama 5 (lima) tahun harus menyesuaikan dengan Peraturan
Daerah Istimewa ini.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30
Pada saat Peraturan Daerah Istimewa ini mulai berlaku, semua peraturan
pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang yang telah ada tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan
Peraturan Daerah Istimewa ini.
Pasal 31
Peraturan Daerah Istimewa ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah Istimewa ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Ditetapkan di Yogyakarta
pada tanggal
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
HAMENGKU BUWONO X
Diundangkan di Yogyakarta
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,
ICHSANURI
LEMBARAN DAERAH DAERAH
NOMOR
ISTIMEWA YOGYAKARTA
TAHUN 2013
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR
TAHUN 2013
TENTANG
TATA RUANG
I. UMUM.
Pengaturan Rencana Tata Ruang di Daerah Istimewa Yogyakarta ke
dalam sebuah Perdais merupakan salah satu konsekuensi dari keberlakuan
hukum di dalam negara hukum sekaligus merupakan implementasi untuk
mewujudkan salah satu kewenangan dalam urusan Keistimewaan DIY
sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2012
tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut ketentuan Pasal 34 ayat (1) Undang-undang No.13 Tahun
2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta pengaturan
rencana tata ruang dalam sebuah Perdais, oleh Undang-undang dibatasi
hanya pada pengelolaan dan pemanfaatan tanah Kasultanan dan tanah
Kadipaten. Selanjutnya menurut Pasal 32 ayat (5) Undang-undang No.13
Tahun 2012, pengelolaan dan pemanfaatan tanah Kasultanan dan tanah
Kadipaten ditujukan untuk sebesar-besarnya pengembangan kebudayaan,
kepentingan sosial, dan kesejahteraan masyarakat.
Pengaturan tata ruang di dalam Perdais, ditetapkan dengan
memperhatikan tata ruang nasional dan tata ruang DIY. Ini artinya Perdais
secara yuridis tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundangundangan tentang tata ruang tingkat nasional maupun tingkat provinsi.
Penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas harmoni,
kelestarian lingkungan, sosial ekonomi (hamemayu hayuning bawana), asas
spiritual-transenden (sangkan paraning dumadi), humanisme, asas
kepemimpinan demokratis (manunggaling kawula lan Gusti), asas
kebersamaan (tahta untuk rakyat), asas harmonisasi lingkungan (poros
imajiner Laut Selatan-Kraton-Gunung Merapi), ketaatan historis (sumbu
filosofis Tugu-Kraton-Panggung Krapyak), asas filosofi inti kota (catur gatra
tunggal) dan asas delineasi spasial (pathok negara).
Perdais Tata Ruang yang menjadi instrumen untuk mengungkapkan
keistimewaan DIY berusaha mengembalikan, menguatkan, memperbaiki
dan mengembangkan tata ruang yang diharapkan untuk membangun
kehidupan bersama dan menjamin kelestarian budaya serta alam. Dengan
demikian, Perdais Tata Ruang hendaknya mengatur bentuk regulasi tata
ruang Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten yang terkait dan
menyatupadu dengan tata ruang DIY dan penataan ruang yang
berlandaskan pada keistimewaan DIY agar kelestarian kebudayaan dan
alam dapat dijamin dalam jangka panjang.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas.
Pasal 2
Cukup Jelas.
Pasal 3
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “harmoni, kelestarian lingkungan,
sosial ekonomi (hamemayu hayuning bawana”) adalah
bahwa penataan ruang keistimewaan DIY harus mampu
menciptakan kelestarian kehidupan yang harmonis antara
alam dan manusia, dan antara manusia dengan manusia.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “spiritual-transenden (sangkan
paraning dumadi)” adalah bahwa penataan ruang
keistimewaan DIYharus mengupayakan konsep ruang yang
dibangun sejalan dengan kekayaan dimensi manusia
sebagai
makhluk
ciptaan
Tuhan,
dimana
ruang
kehidupannya mengandung dimensi fisik (tangible) hingga
non fisik (intangible).
Huruf c
Yang dimaksud dengan “humanisme, asas kepemimpinan
demokratis (manunggaling kawula lan Gusti)” adalah bahwa
penataan ruang keistimewaan DIY harus ditujukan untuk
manusia dan kemanusiaannya yang semakin tinggi, menuju
masa depan yang lebih bermartabat yang mengedepankan
interaksi demokratis antar manusia, sebagai wujud
kehidupan ideal yang saling menghormati dan menghargai
sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan.
Huruf d
Yang dimaksud dengan “kebersamaan (tahta untuk rakyat)”
adalah bahwa penataan ruang keistimewaan DIY harus
mencerminkan sikap Tanah Kasultanan Yogyakarta dan
Tanah Kadipaten yang menjadi bagian dari rakyat dalam
memperjuangkan kualitas kehidupan melalui kebersamaan
dengan seluruh rakyat menuju masa depan kehidupan
modern dengan tidak meninggalkan sejarah.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “harmonisasi lingkungan (poros
imajiner Laut Selatan-Kraton-Gunung Merapi)” adalah
bahwa
penataan
ruang
keistimewaan
DIY
harusmemperhatikan harmonisasi lingkungan secara
fisik yang menerus pada terbentuknya harmonisasi
dimensi kemanusiaan dan alam yang terbangun dan
secara
keruanganmampu
mengingatkan
bahwa
Yogyakarta terletak diantara dua kekuatan alam
dahsyat yang terus bergolak dan sewaktu-waktu dapat
menimbulkan bencana, sehingga mendorong lahirnya
hubungan manusia secara multi dimensi: dengan
sesamanya, dengan alam, dan dengan Tuhan.
Huruf f
Yang dimaksud dengan “ketaatan historis (sumbu filosofis
Tugu-Kraton-Panggung Krapyak)” adalah bahwa penataan
ruang keistimewaan DIY harusmampu menunjukkan
ketaatan historis dan konsistensi dalam tata ruang yang
mengandung berbagai filosofi mengembalikan, menguatkan,
dan mengarahkan satuan-satuan keunikan tata ruang
berbasis budaya.
Huruf g
Yang dimaksud dengan “filosofi inti kota (catur gatra
tunggal)”
adalah
bahwa
dalam
penataan
ruang
keistimewaan DIY harus berlandaskan konsep inti kota
Yogyakarta yang memiliki nilai sejarah tinggi (historical),
mampu mengarahkan perkembangan keruangan (spatial)
karena eksitensi dan kelestarian inti kota.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “delineasi spasial (pathok negara)”
adalah bahwa penataan ruang harus menjadi dasar untuk
melestarikan tata ruang pada aspek karakter kawasan, baik
pada kawasan terbangun maupun pada kawasan alamiah.
Pasal 4
Cukup Jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud “nilai-nilai budaya” antara lain karya
bendawi (tangible, seperti warisan budaya, cagar budaya,
dan saujana budaya) dan bukan bendawi (intangible, seperti
adat istiadat, tradisi, upacara, dan seni pertunjukan).
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Cukup Jelas.
Pasal 6
Cukup Jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Penataan ruang berdasarkan sistem wilayah merupakan
pendekatan dalam penataan ruang yang mempunyai jangkauan
pelayanan pada tingkat wilayah. Penataan ruang berdasarkan
sistem internal perkotaan merupakan pendekatan dalam penataan
ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan di dalam kawasan
perkotaan.
Ayat (2)
Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan merupakan
komponen dalam penataan ruang baik yang dilakukan berdasarkan
wilayah administratif, kegiatan kawasan, maupun nilai strategis
kawasan.
Yang termasuk dalam kawasan lindung adalah:
a. kawasan yang memberikan pelindungan kawasan bawahannya,
antara lain, kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan
kawasan resapan air; b. kawasan perlindungan setempat,
antara lain, sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan
sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air;
b. kawasan suaka alam dan cagar budaya, antara lain, kawasan
suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya,
kawasan pantai berhutan bakau,
c. taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar
alam, suaka margasatwa, serta kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan;
d. kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasan rawan
letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan
rawan tanah longsor, kawasan rawan
e. gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir; dan
f. kawasan lindung lainnya, misalnya taman buru, cagar biosfer,
kawasan perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian
satwa, dan terumbu karang.
Yang termasuk dalam kawasan budi daya adalah kawasan
peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat,
kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan,
kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan
permukiman, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan
pariwisata, kawasan tempat beribadah, kawasan pendidikan, dan
kawasan pertahanan keamanan.
Ayat (3)
Kawasan Inti adalah satuan ruang yang berfungsi sebagai jati diri
keistimewaan DIY.
Kawasan Penyangga adalah kawasan budidaya yang ditetapkan
untuk mendukung fungsi, nilai, dan karakter kawasan inti.
Kawasan Pengembangan adalah kawasan yang dikembangkan
untuk mewadahi nilai dan fungsi baru yang menguatkan nilai dan
fungsi keistimewaan.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Kegiatan yang menjadi ciri kawasan perkotaan meliputi tempat
permukiman
perkotaan
serta
tempat
pemusatan
dan
pendistribusian kegiatan bukan pertanian, seperti kegiatan
pelayanan jasa pemerintahan, kegiatan pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
Kegiatan yang menjadi ciri kawasan perdesaan meliputi tempat
permukiman perdesaan, kegiatan pertanian, kegiatan terkait
pengelolaan tumbuhan alami, kegiatan pengelolaan sumber daya
alam, kegiatan pemerintahan, kegiatan pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
Ayat (7)
Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya
berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap:
a. tata ruang di wilayah sekitarnya;
b. kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang
lainnya; dan/atau
c. peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Jenis kawasan strategis antara lain kawasan strategis dari sudut
kepentingan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi,
sosial, budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi, serta fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertahanan dan keamanan, antara lain, adalah kawasan
perbatasan negara, termasuk pulau kecil terdepan, dan kawasan
latihan militer.
Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi, antara lain, adalah kawasan metropolitan,
kawasan ekonomi khusus, kawasan pengembangan ekonomi
terpadu, kawasan tertinggal, serta
kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas.
Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial
dan budaya, antara lain, adalah kawasan adat tertentu, kawasan
konservasi warisan budaya, termasuk warisan budaya yang diakui
sebagai warisan dunia.
Yang termasuk kawasan strategis dari sudut kepentingan
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi,
antara lain, adalah kawasan pertambangan minyak dan gas bumi
termasuk pertambangan minyak dan gas bumi lepas pantai, serta
kawasan yang menjadi lokasi instalasi tenaga nuklir.
Nilai strategis kawasan tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota,
Kawasan Strategis Tanah Kasultanan, dan Kawasan Strategis
Pakualaman
diukur
berdasarkan
aspek
eksternalitas,
akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah.
Pasal 8
Cukup Jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Pengaturan penataan ruang di perairan ke arah laut sejauh 12
(dua belas) mil laut diukur dari garis pantai adalah terkait dengan
upacara labuhan oleh Kasultanan dan Kadipaten.
Huruf e
Cukup Jelas.
Huruf f
Cukup Jelas.
Huruf g
Cukup Jelas.
Huruf h
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Kawasan inti tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten antara lain
meliputi kawasan Malioboro, Kraton, Pakualaman, Kota Baru,
Kotagede, Imogiri.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Cukup Jelas.
Huruf f
Cukup Jelas.
Pasal 11
Cukup Jelas.
Pasal 12
Cukup Jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud pendekatan sosial-budaya antara lain seni budaya
lokal, upacara adat, dan organisasi kepemudaan.
Pasal 14
Cukup Jelas.
Pasal 15
Muatan Rencana tata ruang wilayah provinsi sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
adalah:
a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang;
b. rencana struktur ruang yang meliputi sistem perkotaan dalam
wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam
wilayah pelayanannya dan sistem jaringan prasarana wilayah
provinsi;
c. rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung
dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi;
d. penetapan kawasan strategis provinsi;
e. arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan; dan
f. arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang berisi indikasi arahan
peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi.
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Muatan nilai budaya Yogyakarta dalam RTRW DIY meliputi:
a. penataan ruang harus senantiasa menyediakan ruang publik dan
bangunan yang mencukupi bagi intensitas dan perkembangan
komunikasi manusia dengan Tuhan. Secara lebih umum,
penataan
ruang
harus
memungkinkan
tumbuh
dan
berkembangnya spiritualitas manusia secara wajar.
b. penataan ruang harus menyediakan ruang publik yang
mencukupi sebagai wahana interaksi antara manusia sebagai
sarana pengembangan diri manusia secara manusiawi, baik
dalam bidang ekonomi, politik kenegaraan, sosial, maupun
kebudayaan. Dengan perkataan lain, penataan ruang harus
memungkinkan tumbuh dan berkembangnya sosialitas manusia
secara wajar.
c. penataan ruang harus dapat menjamin terlaksananya
transformasi dan sinergi energi antaranasir alam, baik yang
berupa benda-benda tak-hidup (air, tanah, bebatuan, udara, api,
dsb.), tumbuh-tumbuhan, maupun binatang, sebagai wahana
dan sekaligus pendukung utama bagi kehidupan manusia.
Dengan perkataan lain, penataan ruang harus menjunjung tinggi
nilai-nilai ekologis dan mematuhi norma-normanya.
Pasal 16
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud tata nilai benda cagar budaya dan kawasan
cagar budaya antara lain:
1. langgam arsitektur bernuansa budaya sebagai pembentuk
citra kawasan;
2. fasad bangunan pada jalan utama;
3. peruntukan kawasan;
4. elemen/ unsur utama pembentuk kawasan yang meliputi
tata ruang, jalan, tata lingkungan, garis langit, elemen jalan,
flora, dan infrastruktur.
5. penanda toponim kampung;
6. bangunan, struktur, dan situs Warisan Budaya dan situs
Cagar Budaya yang merupakan isi dari kawasan yang
menjadi prioritas untuk dilestarikan;
7. delineasi dan zonasi kawasan;
8. revitalisasi kawasan; dan
9. ciri asli lanskap budaya dan/atau Kawasan Warisan Budaya
dan Kawasan Cagar Budaya sebelum dilakukan adaptasi.
Huruf b
Yang dimaksud ruang budaya adalah ruang dengan isi satuansatuan budaya yang secara keseluruhan membentuk kesatuan
tata ruang DIY yang mewadahi kesatuan-kesatuan masyarakat
dengan keragaman kebudayaan yang dimilikinya.
Huruf c
Tujuan penataan Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten bisa
dijiwai
oleh
semangat
mengembalikan,
memperbaiki,
menguatkan dan mengembangkan fungsi ruang Kawasan Tanah
Kasultanan dan Tanah Kadipaten.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Cukup Jelas.
Huruf f
Cukup Jelas.
Huruf g
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Ayat (6)
Cukup Jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Cukup Jelas.
Huruf f
Cukup Jelas.
Huruf g
bentuk corak/tipe/langgam arsitektur yang menggambarkan ciri
asli budaya Yogyakarta dapat dilihat antara lain kekhasan
arsitektur diwujudkan dalam bentuk, ornamen, dan pembagian
keruangan bangunan. Wujud bentuk bangunan seperti joglo,
limasan, panggangpe, kampung dan lain sebagainya. Ornamen
bangunan dicirikan dengan pemakaian berbagai hiasan dibagian
atap dan lain sebagainya.
Suatu bangunan -- rumah misalnya, bagi penghuninya harus
layak sebagai ruang tinggal pribadi (longkangan), sebagai tempat
kenyamanan dan kesehatan fisik beserta pemenuhan kebutuhan
keseharian (panggonan), sebagai simbol ekspresi diri dan tempat
interaksi sosio-budaya (palungguhan), dan sebagai tempat
berkontemplasi atau berkomunikasi dengan Tuhan (panepèn).
Huruf h
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Cukup Jelas.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 18
Huruf a
Pengembalian, perbaikan, penguatan, dan pengembangan fungsi
ruang sesuai dengan nilai-nilai keistimewaan DIY dalam ruang
dilakukan dengan tidak mengubah fungsi dan arsitektur bangunan
pada kawasan tanah Keprabon dan kawasan cagar budaya; dan
menampilkan citra bangunan dengan identitas nilai atau jatidiri
Yogyakarta dan fungsi yang harus diembannya.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Cukup Jelas.
Huruf d
Cukup Jelas.
Huruf e
Cukup Jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup Jelas.
Ayat (2)
Aparat pemerintah secara berjenjang dalam hal ini adalah Rukun
Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Dusun dan seterusnya.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Pasal 20
Cukup Jelas.
Pasal 21
Cukup Jelas.
Pasal 22
Huruf a
Cukup Jelas.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Kompensasi yang layak dalam hal ini dapat berupa penggantian
uang atau relokasi.
Huruf d
Cukup Jelas.
Pasal 23
Cukup Jelas.
Pasal 24
Cukup Jelas.
Pasal 25
Cukup Jelas.
Pasal 26
Cukup Jelas.
Pasal 27
Cukup Jelas.
Pasal 28
Cukup Jelas.
Pasal 29
Cukup Jelas.
Pasal 30
Cukup Jelas.
Pasal 31
Cukup Jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR
Download