27 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen

advertisement
27
II. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan ilmu tentang upaya manusia untuk memanfaatkan semua
sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Manajemen juga dapat dikatakan sebagai proses untuk merencanakan dan
melaksanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan
dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Peranan manajemen sangat
menentukan karena tidak memperhatikan satu faktor saja tetapi seluruh faktor
yang terdapat didalam perusahaan. Suatu perusahaan dapat maju dan
berkembang apabila mampu menjalankan kegiatan dan manajemen yang baik.
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2000:11)
Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Menurut Winardi (2001:4) :
Sebuah proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan seperti
perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan melakukan
pengawasan yang dilakukan untuk menentukan sasaran-sasaran yang
telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya.
28
Dari pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen
merupakan proses aktivitas atau tindakan untuk mencapai sasaran dengan
melakukan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan melakukan
pengawasan.
2.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu cabang dari manajemen yang
penting disamping cabang ilmu manajemen lainnya yang khusus mempelajari
hubungan dan peranan manusia dalam hubungan kerja dengan tidak mengabaikan
faktor-faktor produksi lainnya. Manusia disini berperan aktif dalam setiap
kegiatan perusahaan guna tercapainya tujuan perusahaan.
Menurut T. Hani Handoko (2000:4) :
Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan,
pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan,
baik tujuan individu maupun organisasi.
Menurut Malayu S.P Hasibuan ( 2003:10) :
Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Menurut Alex S. Nitisemito (1999:10) :
Manajemen personalia adalah suatu ilmu dan seni untuk melaksanakan antara
lain planning, organizing, controlling, sehingga efektivitas personalia dapat
ditingkatkan semaksimal mungkin dalam pencapaian tujuan.
29
Menurut Malayu S.P Hasibuan Manajemen Sumber Daya Manusia pada dasarnya
dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Fungsi Manajemen, terdiri dari :
a. Perencanaan (Planning)
b. Pengorganisasian (Organizing)
c. Pengarahan (Directing)
d. Pengawasan (Controlling)
2. Fungsi Operasi , terdiri dari :
a. Pengadaan (Procurement)
Fungsi ini adalah untuk memperoleh jumlah dan jenis karyawan yang
tepat untuk mencapai tujuan organisasi, fungsi ini terutama
menyangkut tentang penentuan kebutuhan tenaga kerja dan
penarikannya, seleksi dan penempatannya.
b. Pengembangan (Development )
Pengembangan ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan lewat
latihan, yang diperlukan untuk menjalankan tugas dengan baik.
Kegiatan ini makin menjadi penting karena berkembangnya teknologi
dan makin kompleksnya tugas – tugas manajer.
c. Kompensasi (Compensation)
Fungsi ini dapat didefinisikan sebagai pemberian penghargaan yang
adil dan layak terhadap para karyawan sesuai dengan sumbangan
mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
30
d. Integrasi (Integration)
Integrasi ini menyangkut penyesuaian keinginan dari para individu
dengan keinginan organisasi dan masyarakat.
e. Perawatan (Maintance)
Fungsi ini adalah mempertahankan dan meningkatkan kondisi yang
telah ada. Fungsi ini mengharuskan dilaksanakannya keempat fungsi
lainnya secara terus menerus.
f. Pemisahan (Separation)
Fungsi pemisahan adalah sebagai pemberhentian karyawan atau tenaga
kerja dari jabatannya.
Manajemen sumber daya manusia diperlukan untuk meningkatkan efektifitas
dalam organisasi. Tujuannya adalah untuk memberikan kepada organisasi suatu
kerja yang efektif. Untuk mencapai ini studi tentang manajemen sumber daya
manusia akan menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan mendapatkan dan
mengembangkan, menggunakan, mengevaluasi dan memelihara karyawan dalam
jumlah kuantitas dan tipe kualitas yang tepat.
Manajemen sumber daya manusia ini mempunyai kekhususan dibandingkan
dengan manajemen secara umum atau manajemen sumber daya lain. Karena yang
yang di atur adalah manusia. Sehingga keberhasilan alau kegagalan menajemen
sumber daya manusia ini akan mempunyai dampak yang sangat luas. Manajemen
sumber daya manusia sangat diperlukan untuk meningkatkan daya guna dan hasil
guna sumber daya manusia dalam organisasi, dengan tujuan untuk memberikan
kepada organisasi suatu satuan kerja yang efektif.
31
2.3 Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan media yang sangat vital dalam kehidupan manusia,
karena proses komunikasi menghubungkan antara manusia yang satu dengan
manusia lain. Komunikasi juga sebagai penyampaian atau pertukaran informasi
dari pengirim kepada penerima, baik secara lisan, tertulis maupun menggunakan
alat komunikasi. Tidak ada seorangpun yang mampu melepaskan diri dari
aktivitas komunikasi. Dalam organisasi atau perusahaan, komunikasi memiliki
peran penting terutama dalam membentuk organisasi yang efektif dan efisien.
Untuk mengoptimalkan peran komunikasi dalam organisasi baik dengan bawahan,
sejawat maupun dengan atasan. Peran komunikasi dalam organisasi memang
harus dipahami dengan baik oleh semua pihak. Berbagai hubungan atau
komunikasi dalam organisasi, atasan dengan bawahan, bawahan dengan bawahan,
atasan dengan atasan, jika terjalin dengan baik maka organisasi tersebut akan
menjadi sehat.
Menurut Effendy (2003: 14) :
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh
seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang
bermakna sama bagi kedua belah pihak.
Menurut T. Hani Handoko (2000:95) :
Komunikasi adalah perpindahan informasi dari seseorang kepada orang
lain melalui isyarat-isyarat, tanda-tanda atau simbol-simbol dengan bahasa
yang dipahami dan dapat dimengerti.
Sedangkan menurut Supardi dan Syaiful Anwar (2002 :81) :
Komunikasi adalah usaha untuk mendorong orang lain untuk
menginterpretasikan pendapat seperti apa yang dikehendaki oleh orang
yang mempunyai pendapat tersebut. Dengan komunikasi diharapkan
diperoleh titik persamaan, saling pengertian.
32
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi
adalah pertukaran pikiran atau penyampaian ide atau berita yang mempunyai
kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan. Apabila tidak terjadi
kesamaan makna dan tidak saling mengerti, maka komunikasi tidak akan berjalan,
dengan kata lain komunikasi dapat berlangsung apabila lawan bicara mengerti
dan memahami apa yang dimaksud dalam pembicaraan.
Dengan melihat hal tersebut diatas dapat diketahui bahwa variabel atau unsur
komunikasi yang harus ada adalah (Effendy,2003:18) :
1. Pengirim informasi (komunikator) adalah orang yang membawa atau
menyampaikan pesan dalam proses komunikasi.
2. Pesan (message) adalah berita/informasi yang disampaikan oleh komunikator
melalui lambang-lambang, pembicaraan, gerakan dan sebagainya.
3. Media/Saluran (channel) adalah sarana penyampaian pesan dalam kegiatan
komunikasi. Saluran tersebut meliputi: pendengaran (lambang berupa suara),
pengelihatan (lambang berupa sinar, pantulan sinar atau gambar), penciuman
(lambang berupa bau-bauan) dan rabaan (lambang-lambang yang berupa
rangsangan rabaan).
4. Penerima informasi (komunikan) adalah objek sasaran dari kegiatan
komunikasi atau orang yang menerima berita atau lambang.
5. Umpan balik atau hasil (feedback) adalah arus umpan balik yang terjadi
setelah proses komunikasi dilakukan.
33
Komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses pencapaian informasi, perintah,
pesan/ide dari sesorang kepada orang lain agar terdapat interaksi. Peristiwa
komunikasi biasanya mempunyai maksud dan tujuan tertentu, tujuan yang hendak
dicapai oleh komunikator mungkin untuk memberitahukan sesuatu kepada
komunikan, mempengaruhi komunikan, memberi dukungan psikologis, atau
mempengaruhi perilaku komunikan seperti mendorong komunikan meminta
informasi lebih lanjut, menerima suatu instruksi atau perintah dengan rela atau
dukungan psikologis tertentu. Keefektifan seorang komunikator dapat dievaluasi
didalam hal bagaimana tujuan seeorang dapat dicapai dengan baik. Ada tiga syarat
komunikasi yang berhasil dengan melihat tercapai tidaknya tujuan komunikasi :
1. Perhatian (attention)
Persyaratan pertama dari komunikasi yang berhasil adalah perhatian yang
diperoleh dari komunikan, jika dikirimkan tetapi komunikan mengabaikannya
maka usaha komunikasi tersebut telah menemui kegagalan.
2. Pemahaman (comprehention)
Keberhasilan komunikasi juga tergantung pada pemahaman komunikan atas
pesan yang diterimanya, jika komunikan tidak memahaminya maka tidak
mungkin dapat menjelaskan isi pesan tersebut dengan baik.
3. Penerimaan (acceptance)
Persyaratan terakhir adalah penerimaan komunikan atas pesan, sekalipun suatu
pesan dipahami tapi komunikan mungkin tidak yakin akan kebenaran informasi
tersebut atau mempertanyakan apakah komunikator benar-benar mengerti apa
yang dikatakannya, maka usaha komunikasi tersebut belum berhasil. Jika
perhatian, pemahaman, dan penerimaan terhadap pesan tersebut diatas dapat
34
diperoleh, maka kemungknan besar tujuan komunikasi akan dapat dicapai
secara maksimal.
T. Hani Handoko (2000:270) mengemukakan bahwa terdapat enam tahap dalam
pencapaian komunikasi yang efektif yaitu :
1. Sumber (Source)
Sumber atau pengirim berita memainkan langkah pertama dalam proses
komunikasi. Sumber mengendalikan macam berita yang dikirim, susunan
yang digunakan, dan sering melalui saluran mana berita yang dikirim.
2. Pengubah berita dalam sandi/kode (Endcoding)
Mengubah berita kedalam berbagai bentuk simbol verbal atau nonverbal
yang mampu memindahkan pengertian, seperti kata-kata percakapan atau
tulisan, angka gerakan ataupun kegiatan.
3. Pengirim berita(Transmitting the message)
Mencerminkan pilihan komunikator terhadap media atau saluran distribusi
4. Penerima berita
Penerima berita oleh pihak penerima, pada dasarnya orang-orang
menerima berita melalui kelima panca indera mereka.
5. Penerjemah kembali berita (Decoding)
Hal ini menyangkut pengertian simbol-simbol oleh penerima. Proses ini
dipengaruhi oleh latar belakang, kebudayaan, pendidikan, lingkungan,
praduga, dan gangguan di sekitarnya.
35
6. Umpan balik (Feed back)
Setelah berita diterima dan diterjemahkan, penerima mungkin
menyampaikan berita balasan yang ditujukan kepada pengirim mula-mula
atau orang lain.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hermansyah (2007: 10)
Bentuk dan jenis komunikasi dikalsifikasikan dalam berbagai kategori untuk
tujuan studi analisa, penjelasan, dan perbandingan.
Penggolongan komunikasi dapat dibagi menjadi :
1. Komunikasi tertulis dan tidak tertulis (lisan)
Penggolongan komunikasi lisan dan tertulis didasarkan pada bentuk pesan
yang akan dismpaikan. Sebagian besar interaksi manusia terjadi dalam
bentuk komunikasi ini, maka berbagai studi telah dilakukan untuk menilai
manfaat dan efisiensi dari pesan yang disampaikan dengan cara ini.
Banyak orang menyukai bentuk komunikasi lisan karena situasi keakraban
yang ditimbulkannya. Beberapa pendapat mengatakan kecermatan dan
ketepatan biasanya lebih berhasil dicapai melalui komunikasi lisan
maupun tertulis, biasanya pada saat berbeda dengan maksud untuk
meningkatkan kemungkinan pemahaman atas pesan-pesan yang dikirim.
2. Komunikasi verbal dan non verbal
Apabila dua orang berinteraksi, maka informasi mengenai perasaan dan
gagasan yang muncul akan dikomunikasikan. Jika dipandang dari
penyampaiannya komunikasi dapat dibedakan menjadi :
36
a. Komunikasi verbal merupakan bentuk komunikasi yang diekspresikan
dengan kata-kata, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
b. Komunikasi non verbal merupakan bentuk komunikasi yang
diekspresikan dengan bahasa isyarat, seperti ekspresi wajah ataupun
gerak tubuh. Komunikasi non verbal diharapkan dapat menopang
komunikasi verbal, seperti bila kita mengatakan “tidak” tanpa disadari
kita juga menggelengkan kepala, itu dpat memperkuat apa yang
diucapkan. Biasanya bahasa tubuh ini sesuai dengan kata-kata yang
diucapkan, tetapi jika bahasa tubuh ini bertentangan dengan
komunikasi verbal maka bahasa tubuh akan cenderung mengurangi
dari apa yang diucapkannya.
3. Komunikasi vertikal, horizontal, dan diagonal
a. Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari bawah dan dari bawah ke
atas adalah komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke
pimpinan timbal-balik. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan
memberikan berbagai instruksi, petunjuk, informasi, indoktrinasi dan
penjelasan pada bawahannya dan bawahan memberikan berbagai
laporan, saran dan pengaduan pada pimpinan.
b. Komunikasi horizontal ialah komunikasi secara mendatar antara
anggota staf dengan anggota staf, karyawan sesama karyawan, dan
sebagainya. Berbeda dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih
formal, maka komunikasi horizontal seringkali berlangsung tidak
formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu
37
mereka sedang bekerja, melainkan pada saat istirahat, sedang rekreasi,
atau pada waktu pulang kerja.
c. Komunikasi diagonal atau ke samping adalah komunikasi ini mencakup
arus informasi horizontal, antara orang-orang pada tingkatan yang
berbeda dan tidak mempunyai wewenang pada pihak lainnya.
Pertukaran informasi antar bagian atau antar karyawan dalam
perusahaan sangat membantu dalam menjalin dan mempertahankan
atau mengikat suatu organisasi perusahaan menjadi satu kesatuan utuh,
dan juga berfungsi sebagai alat utama untuk mengkoordinasikan dan
mempersatukan semua bagian yang ada dalam struktur organisasi
perusahaan.
4. Komunikasi satu arah dan dua arah
a. Komunikasi satu arah adalah pengirim melakukan komunikasi tanpa
mengharapkan atau mendapat umpan balik dari penerima. Hanya
pengirim saja yang aktif, sedangkan penerima pasif. Jenis komunikasi
ini dapat menghilangkan kesempatan untuk memperoleh penjelasan dan
konfirmasi serta hanya menekankan pada penyampaian pesan misalnya
pernyataan kebijaksanaan dari manajer.
b. Komunikasi dua arah terjadi apabilapenerima memberikan umpan balik
kepada pengirim. Pengirim maupun penerima sama-sama aktif, mereka
bergantian menjadi pengirim dan penerima informasi, jenis informasi
ini menjamin adanya konfirmasi dan penjelasan, misalnya memberikan
saran kepada bawahan, menerima saran balasan dari bawahan.
38
5. Komunikasi formal dan informal
a. Komunikasi formal merupakan suatu sistem dimana para anggaotanya
bekerjasama secara tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Komunikasi formal umumnya ada dalam setiap organisasi dan dapat
terjadi antar personal dalam organisasi melalui jalur hirarki dengan
prinsip pembagian tugas untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Komunikasi informal merupakan kebalikan dari komunikasi formal,
biasanya terjadi dengan spontan sebagai akibat dari adanya persamaan
perasaan , kebutuhan, persamaan tugas, dan tanggung jawab.
Komunikasi formal pelaksanaannya tidak terikat oleh waktu, ruang dan
tempat, terkadang komunikasi informal lebih berhasil dan peranannya
tidak kalah penting, karena dapat disampaikan setiap saat.
Dalam berkomuniakasi diperlukan media pembawa berita, gagasan, dan
informasi. Media komunikasi tersebut dapat berupa manusia, surat, telepon, radio,
dan satelit komunikasi.
Berikut ini adalah model proses komunikasi yang paling sederhana :
Komunikator
Pesan
(Komunikator)
Saluran
Komunikan
(Komunikan)
Umpan balik
Gambar 3. Model proses komunikasi sederhana
Sumber : Steward L.Yubbs diterjemahkan oleh Deddy Mulyana, M.A. (2001 : 6)
39
Dalam pelaksanaan komunikasi tersebut tidaklah mudah untuk mencapai keadaan
yang diinginkan, dimana hal yang dikomunikasikan kepada pihak lain tetap utuh
dan mempunyai pengertian yang sama dengan yang dikehendaki oleh pengirim,
sehingga memberikan tindakan-tindakan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini
disebabkan adanya hambatan atau masalah dalam komunikasi. Hambatan dan
penurunan isi dan mutu dalam komunikasi terjadi pada saat perumusan konsep
gagasan atau ide kedalam kata-kata dan pada saat interpretasi oleh penerima,
hambatan dalam komunikasi tersebut antara lain:
a. Hambatan psikologi
Hambatan psikologis ini terjadi karena berbagai hal, misalnya karena
komunikasi yang disampaikan sering kali keliru dan diralat, turunnya
kewibawaan dari atasan dan sebagainya.
b. Hambatan karena kurangnya motivasi
Kemampuan perusahan untuk memotivasi orang-orangnya merupakan
kunci mau atau tidaknya karyawan untuk melaksanakan semua rencana,
instruksi, petunjuk dan saran yang dikomunikasikan.
c. Hambatan karena banyaknya perantara
Suatu komunkasi dalam penyampaiannya mungkin harus melalui beberapa
perantara. Makin banyak perantara kemungkinan berubahnya komunikasi
tersebut makin besar pula, hal ini dapat dimaklumi sebab setiap perantara
yang menyampaikan komunikasi tersebut mempunyai kecenderungan
untuk merubah komunikasi tersebut sesuai dengan kepentingan
pribadinya. Terlebih lagi komunikasi yang disampaikan komunikasi lisan.
40
d. Hambatan kurangnya partisipasi
Partisipasi antara yang satu dengan yang lain perlu ditingkatkan baik
antara atasan dan bawahan maupun pada tingkatan yang sejajar.
Kurangnya partisipasi antara pihak yang satu dengan pihak yang lain
terutama antara pihak atasan dan bawahan merupakan hambatan terhadap
komunikasi yang disampaikan.
Selain hambatan tersebut diatas masih terdapat hambatan komunikasi lainnya
yaitu hambatan mekanis, hambatan fisik dan hambatan semantik.
1. Hambatan mekanis terdiri dari:
a. Struktur organisasi
Struktur organisasi merupakan susunan orang-orang beserta fungsinya
lengkap dengan tugas dan tanggung jawab. Organisasi harus
mempunyai pimpinan yang memberikan instruksi, informasi, perintah
dan sebagainya dan bawahan sebagai pelaksananya. Struktur
organisasi harus merupakan kesatuan kerja yang utuh dan kompak.
Komunikasi diantara individunya harus mempunyai saluran yang
teratur dan pasti, struktur organisasi yang tidak baik dimana jenjang
hirarkinya terlalu panjang akan menimbulkan hambatan dalam
berkomunikasi.
b. Materi komunikasi yang kurang jelas
Kelemahan dalam penyampaian materi komunikasi baik secara lisan
maupun secara tulisan merupakan maksud dari kurang jelasnya materi
dari komunkasi. Tata bahasa yang kurang baik, kalimat yang terlalu
41
panjang, pemakaian istilah yang tidak tepat akan menyebabkan
komunikasi yang disampaikan akan kurang jelas.
2. Hambatan fisik
Jarak yang jauh diantar individu yang berkomunikasi sering menimbulkan
kesulitan, tetapi kemajuan di bidang teknologi selalu berusaha
mengatasinya. Hambatan fisik lainnya berupa suara bising, kurang baiknya
media yang digunakan dalam berkomunikasi dan lainnya.
3. Hambatan semantik
Hambatan semantik disebabkan satu kata sering mempunyai banyak arti
sehingga dapat menimbulkan berbagai interpretasi.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi antara individu sebaiknya menggunakan:
1. Gunakan umpan balik
2. Gunakan komunikasi langsung
3. Peka terhadap dunia komunikasi
4. Berhati-hati dengan penggunaan arti simbolik
Dengan demikian diharapkan frekuensi kegagalan berkomunikasi dapat dikurangi
dan rasa kecewa dapat dihindari. Demikian pula kinerja yang dapat menimbulkan
tindakan negatif dapat di cegah.
2.4 Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan tingkat keberhasilan seseorang di dalam melaksanakan tugas
serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja pada
dasarnya adalah apa yang dilakukan atau yang tidak dilakukan karyawan. Kinerja
karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi
42
kontribusi kepada perusahaan.Perbaikan kinerja baik bagi individu maupun
kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan
(L. Mathis dan John H Jackson, 2002:78)
Istilah kinerja berasal dari kata Job Perfomence atau actual perfomence.
Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya disebut "level of
performance". Biasanya orang yang level of performance-nya tinggi disebut
sebagai orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai
standar dikatakan sebagai tidak produktif atau berperforma rendah (Anwar Prabu
Mangkunegara, 2001 : 97).
Menurut T. Hani Handoko (2001:96) :
Kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001:67) :
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang dibebankan padanya.
Menurut Sayudi Prawirosantono (2002: 2) :
Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang atau
sekelompok orang dalam organisasi sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
43
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Tiffin dan Mc Cormick (dalam Srimulyo, 1999:40) ada 2 variabel yang
mempengaruhi kinerja adalah :
1. Variabel individual, yaitu meliputi sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik,
minat, dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan, serta
faktor individual lainnya.
2. Variabel situasional, meliputi :
a. Faktor fisik dan pekerjaan, yang terdiri dari metode kerja, kondisi dan
desain perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik.
b. Faktor sosial dan organisasi, yang terdiri dari peraturan-peraturan
organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan
sosial.
Menurut Gibson (dalam Srimulyo, 1999:39) ada 3 peringkat variabel yang
mempengaruhi kinerja, yaitu :
1. Variabel individual, terdiri dari :
a. Kemampuan dan keterampilan mental dan fisik
b. Latar belakang, yaitu keluarga dan tingkat sosial
c. Demografis, yaitu umur, asal-usul, dan jenis kelamin
2. Variabel organisasional, terdiri dari :
a. Sumber daya
b. Kepemimpinan
c. Imbalan
d. Struktur
44
3. Variabel psikologis, terdiri dari :
a. Persepsi
b. Sikap
c. Kepribadian
d. Belajar
e. Motivasi
Menurut Keith Davis yang dikutip oleh A. Anwar Prabu Mangkunegara (2001:67)
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan meliputi :
1. Faktor kemampuan
Secara psikologis kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan (knowledge dan skill). Artinya karyawan
yang memiliki IQ diatas rata-rata (110-120) dengan pendidikan yang
memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan
sehari-hari, maka dia akan mudah mencapai kinerja yang diharapkan.
Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai
dengan keahliannya.
2. Faktor motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap seorang karyawan dalam menghadapi
situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri
karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan kerja. Motif berprestasi
yang perlu dimiliki karyawan harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri
selain dari lingkungan kerja. Hal ini karena motif berprestasi yang
ditumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu kekuatan diri
dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian
45
dikembangkan dalam diri dan manfaatkan serta ciptakan situasi yang ada
pada lingkungan kerja guna mencapai kinerja maksimal.
Faktor motivasi, yang dirumuskan sebagai berikut :
Human perfomence =
Ability + Motivation
Motivation
=
Attitude + Situation
Ability
=
Knowledge + Skill
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan (Nainggolan, 2002:201):
1.
Persepsi
Pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi.
2.
Tingkat pendidikan
Pendidikan ini yang akan memberikan pengetahuan berupa kesan didalam
pikiran manusia sebagai hasil dari penggunaan panca inderanya.
3.
Pengalaman
Suatu keadaan atau aktifitas yang pernah dilewati seseorang dalam
hidupnya menjadi pengalaman hidup serta pelajaran baginya dan
mempengaruhi perilakunya dalam melakukan kegiatan sehari-hari
4.
Kesungguhan pegawai yang bersangkutan
Perilaku yang mencerminkan tekad untuk mencapai sesuatu. Kondisi
tersebut yang membuat seseorang bersungguh-sungguh dalam melakukan
sesuatu.
46
5.
Perbaikan penghasilan
Seseorang yang bekerja memiliki motivasi untuk mendapatkan sesuatu,
bagi petugas atau pegawai yang diharapkan adalah penghasilan yang
dapat memenuhi kebutuhannya.
6.
Jaminan kesehatan
Jaminan kesehatan yang dijanjikan atau diberikan oleh tempat pegawai
tersebut bekerja, sehingga ia tidak mengkhawatirkan kesehatannya.
7.
Jaminan sosial
Jaminan sosial dapat berupa bantuan-bantuan sebagai wujud tanggung
jawab tempat yang mempekerjakan petugas.
8.
Penghargaan
Penghargaan yang diberikan kepada pegawai dapat memberikan dorongan
bagi munculnya kinerja. Karena penghargaan merupakan motivator dalam
melakukan tugas-tugas pegawai.
2.6 Konsep Penilaian Kinerja
Kinerja merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh karyawan yang
biasanya dipakai sebagai dasar penelitian terhadap karyawan atau organisasi.
Kinerja yang baik merupakan langkah untuk tercapainya organisasi. Sehingga
perlu diupayakan usaha untuk meningkatkan kinerja.
Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap
berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada permasalahan. Hasil
pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan
memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik
47
dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas
perencanaan dan pengendalian. (Sony Y., Edy Sukarno & M. Ichsan, 2003)
Pengukuran kinerja dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk menilai
kinerja dari semua pihak yang berada di dalam perusahaan atau kontribusinya
dalam pencapaian tujuan perusahaan. Pengukuran kinerja dimaksudkan juga untuk
mengendalikan perilaku masing-masing pihak secara lebih terarah & produktif.
Sedangkan pengertian penilaian kinerja menurut Mulyadi (2000 ; 419), adalah :
Penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian
organisasi, dan personelnya, berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Proses penilaian kinerja juga menyediakan umpan balik tentang efektivitas fungsi
manajemen personalia. Penilaian kinerja berfungsi sebagai quality control. Bila
proses penilaian menunjukkan bahwa kinerja jelek tersebar luas, banyak karyawan
tidak memenuhi syarat keputusan internal, mereka tidakakan dipromosikan atau
mungkin diberhentikan.
Oleh karena organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia,
maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia
dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan di dalam organisasi. Tujuan
utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai
sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh
organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana
formal yang dituangkan dalam rencana strategik, program, dan anggaran
48
organisasi. Penilaian kinerja digunakan untuk menekan perilaku yang tidak
semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya
diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan,
baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
Penilaian kinerja adalah salah satu tugas penting untuk dilakukan oleh seorang
manajer atau pimpinan. Kegiatan penilaian ini penting, karena dapat digunakan
untuk memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik
kepada para pegawai tentang kinerja mereka. Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh
onrganisasi untuk :
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
personel secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan
personel, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan personel dan untuk
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan personel.
4. Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan.
Adapun beberapa manfaat penilaian kinerja, menurut Handoko (dalam Srimulyo,
1999:34-35) adalah sebagai berikut :
1. Perbaikan kinerja
Umpan balik pelaksanaan personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan
mereka untuk meningkatkan prestasi.
49
2. Penyesuaian kompensasi
Evaluasi kinerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan
kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.
3. Keputusan-keputusan penempatan
Promosi dan mutasi biasanya didasarkan atas kinerja masa lalu dan
antisipasinya.
4. Perencanaan kebutuhan latihan dan pengembangan
Kinerja yang buruk mungkin menunjukkan perlunya latihan. Demikian
pula sebaliknya, kinerja yang baik mungkin mencerminkan potensi yang
harus dikembangkan.
5. Perencanaan dan pengembangan karier
Umpan balik kinerja mengarahkan keputusan-keputusan karier , yaitu
tentang jalur karier tertentu yang harus diteliti.
6. Mendeteksi penyimpangan proses staffing
Kinerja yang baik atau buruk adalah mencerminkan kekuatan dan
kelemahan prosedur staffing deport personalia.
7. Melihat ketidakakuratan informasi
Kinerja yang buruk mungkin menunjukan kesalahan-kesalahan dalam
informasi analisis jabatan rencana sumber daya manusia, dan komponen
lain system informasi manajemen personalia. Menggantungkan pada
informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan keputusan personalia
yang tidak tepat.
50
8. Mendeteksi kesalahan-kesalahan desain pekerjaan
Kinerja yang buruk mungkin merupakan tanda kesalahan dalam desain
pekerjaan. Penilaian kinerja membantu diagnosa-diagnosa kesalahan
tersebut.
9. Menjamin kesempatan kerja yang adil
Penilaian kinerja yang akurat akan menjamin keputusan-keputusan
penempatan internal tanpa diskriminasi.
10. Melihat tantangan eksternal
Kadang-kadang kinerja seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar
lingkungan kerja seperti keluarga, kesehatan, dan masalah-masalah pribadi
lainnya.
Menurut Dharma (2000:45), hal-hal yang perlu diukur dalam penilaian kinerja
karyawan meliputi 3 hal yaitu :
1. Kuantitas : yang meliputi pada jumlah produksi kegiatan yang dihasilkan
oleh karyawan dalam kurun waktu tertentu.
2. Kualitas : yang meliputi pada mutu yang dihasilkan karyawan yang
mampu menghasilkan mutu produk yang baik adalah karyawan yang
berkualitas.
3. Ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan : yang tergantung oleh sesuai
tidaknya dengan waktu yang direncanakan dan ditetapkan oleh
perusahaan.
Download