27 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen merupakan ilmu tentang upaya manusia untuk memanfaatkan semua sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen juga dapat dikatakan sebagai proses untuk merencanakan dan melaksanakan, mengkoordinasikan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Peranan manajemen sangat menentukan karena tidak memperhatikan satu faktor saja tetapi seluruh faktor yang terdapat didalam perusahaan. Suatu perusahaan dapat maju dan berkembang apabila mampu menjalankan kegiatan dan manajemen yang baik. Menurut Malayu S.P Hasibuan (2000:11) Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Winardi (2001:4) : Sebuah proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan seperti perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan melakukan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. 28 Dari pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen merupakan proses aktivitas atau tindakan untuk mencapai sasaran dengan melakukan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan melakukan pengawasan. 2.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu cabang dari manajemen yang penting disamping cabang ilmu manajemen lainnya yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam hubungan kerja dengan tidak mengabaikan faktor-faktor produksi lainnya. Manusia disini berperan aktif dalam setiap kegiatan perusahaan guna tercapainya tujuan perusahaan. Menurut T. Hani Handoko (2000:4) : Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan, baik tujuan individu maupun organisasi. Menurut Malayu S.P Hasibuan ( 2003:10) : Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Menurut Alex S. Nitisemito (1999:10) : Manajemen personalia adalah suatu ilmu dan seni untuk melaksanakan antara lain planning, organizing, controlling, sehingga efektivitas personalia dapat ditingkatkan semaksimal mungkin dalam pencapaian tujuan. 29 Menurut Malayu S.P Hasibuan Manajemen Sumber Daya Manusia pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian yaitu : 1. Fungsi Manajemen, terdiri dari : a. Perencanaan (Planning) b. Pengorganisasian (Organizing) c. Pengarahan (Directing) d. Pengawasan (Controlling) 2. Fungsi Operasi , terdiri dari : a. Pengadaan (Procurement) Fungsi ini adalah untuk memperoleh jumlah dan jenis karyawan yang tepat untuk mencapai tujuan organisasi, fungsi ini terutama menyangkut tentang penentuan kebutuhan tenaga kerja dan penarikannya, seleksi dan penempatannya. b. Pengembangan (Development ) Pengembangan ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan lewat latihan, yang diperlukan untuk menjalankan tugas dengan baik. Kegiatan ini makin menjadi penting karena berkembangnya teknologi dan makin kompleksnya tugas – tugas manajer. c. Kompensasi (Compensation) Fungsi ini dapat didefinisikan sebagai pemberian penghargaan yang adil dan layak terhadap para karyawan sesuai dengan sumbangan mereka untuk mencapai tujuan organisasi. 30 d. Integrasi (Integration) Integrasi ini menyangkut penyesuaian keinginan dari para individu dengan keinginan organisasi dan masyarakat. e. Perawatan (Maintance) Fungsi ini adalah mempertahankan dan meningkatkan kondisi yang telah ada. Fungsi ini mengharuskan dilaksanakannya keempat fungsi lainnya secara terus menerus. f. Pemisahan (Separation) Fungsi pemisahan adalah sebagai pemberhentian karyawan atau tenaga kerja dari jabatannya. Manajemen sumber daya manusia diperlukan untuk meningkatkan efektifitas dalam organisasi. Tujuannya adalah untuk memberikan kepada organisasi suatu kerja yang efektif. Untuk mencapai ini studi tentang manajemen sumber daya manusia akan menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan mendapatkan dan mengembangkan, menggunakan, mengevaluasi dan memelihara karyawan dalam jumlah kuantitas dan tipe kualitas yang tepat. Manajemen sumber daya manusia ini mempunyai kekhususan dibandingkan dengan manajemen secara umum atau manajemen sumber daya lain. Karena yang yang di atur adalah manusia. Sehingga keberhasilan alau kegagalan menajemen sumber daya manusia ini akan mempunyai dampak yang sangat luas. Manajemen sumber daya manusia sangat diperlukan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya manusia dalam organisasi, dengan tujuan untuk memberikan kepada organisasi suatu satuan kerja yang efektif. 31 2.3 Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan media yang sangat vital dalam kehidupan manusia, karena proses komunikasi menghubungkan antara manusia yang satu dengan manusia lain. Komunikasi juga sebagai penyampaian atau pertukaran informasi dari pengirim kepada penerima, baik secara lisan, tertulis maupun menggunakan alat komunikasi. Tidak ada seorangpun yang mampu melepaskan diri dari aktivitas komunikasi. Dalam organisasi atau perusahaan, komunikasi memiliki peran penting terutama dalam membentuk organisasi yang efektif dan efisien. Untuk mengoptimalkan peran komunikasi dalam organisasi baik dengan bawahan, sejawat maupun dengan atasan. Peran komunikasi dalam organisasi memang harus dipahami dengan baik oleh semua pihak. Berbagai hubungan atau komunikasi dalam organisasi, atasan dengan bawahan, bawahan dengan bawahan, atasan dengan atasan, jika terjalin dengan baik maka organisasi tersebut akan menjadi sehat. Menurut Effendy (2003: 14) : Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna sama bagi kedua belah pihak. Menurut T. Hani Handoko (2000:95) : Komunikasi adalah perpindahan informasi dari seseorang kepada orang lain melalui isyarat-isyarat, tanda-tanda atau simbol-simbol dengan bahasa yang dipahami dan dapat dimengerti. Sedangkan menurut Supardi dan Syaiful Anwar (2002 :81) : Komunikasi adalah usaha untuk mendorong orang lain untuk menginterpretasikan pendapat seperti apa yang dikehendaki oleh orang yang mempunyai pendapat tersebut. Dengan komunikasi diharapkan diperoleh titik persamaan, saling pengertian. 32 Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah pertukaran pikiran atau penyampaian ide atau berita yang mempunyai kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan. Apabila tidak terjadi kesamaan makna dan tidak saling mengerti, maka komunikasi tidak akan berjalan, dengan kata lain komunikasi dapat berlangsung apabila lawan bicara mengerti dan memahami apa yang dimaksud dalam pembicaraan. Dengan melihat hal tersebut diatas dapat diketahui bahwa variabel atau unsur komunikasi yang harus ada adalah (Effendy,2003:18) : 1. Pengirim informasi (komunikator) adalah orang yang membawa atau menyampaikan pesan dalam proses komunikasi. 2. Pesan (message) adalah berita/informasi yang disampaikan oleh komunikator melalui lambang-lambang, pembicaraan, gerakan dan sebagainya. 3. Media/Saluran (channel) adalah sarana penyampaian pesan dalam kegiatan komunikasi. Saluran tersebut meliputi: pendengaran (lambang berupa suara), pengelihatan (lambang berupa sinar, pantulan sinar atau gambar), penciuman (lambang berupa bau-bauan) dan rabaan (lambang-lambang yang berupa rangsangan rabaan). 4. Penerima informasi (komunikan) adalah objek sasaran dari kegiatan komunikasi atau orang yang menerima berita atau lambang. 5. Umpan balik atau hasil (feedback) adalah arus umpan balik yang terjadi setelah proses komunikasi dilakukan. 33 Komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses pencapaian informasi, perintah, pesan/ide dari sesorang kepada orang lain agar terdapat interaksi. Peristiwa komunikasi biasanya mempunyai maksud dan tujuan tertentu, tujuan yang hendak dicapai oleh komunikator mungkin untuk memberitahukan sesuatu kepada komunikan, mempengaruhi komunikan, memberi dukungan psikologis, atau mempengaruhi perilaku komunikan seperti mendorong komunikan meminta informasi lebih lanjut, menerima suatu instruksi atau perintah dengan rela atau dukungan psikologis tertentu. Keefektifan seorang komunikator dapat dievaluasi didalam hal bagaimana tujuan seeorang dapat dicapai dengan baik. Ada tiga syarat komunikasi yang berhasil dengan melihat tercapai tidaknya tujuan komunikasi : 1. Perhatian (attention) Persyaratan pertama dari komunikasi yang berhasil adalah perhatian yang diperoleh dari komunikan, jika dikirimkan tetapi komunikan mengabaikannya maka usaha komunikasi tersebut telah menemui kegagalan. 2. Pemahaman (comprehention) Keberhasilan komunikasi juga tergantung pada pemahaman komunikan atas pesan yang diterimanya, jika komunikan tidak memahaminya maka tidak mungkin dapat menjelaskan isi pesan tersebut dengan baik. 3. Penerimaan (acceptance) Persyaratan terakhir adalah penerimaan komunikan atas pesan, sekalipun suatu pesan dipahami tapi komunikan mungkin tidak yakin akan kebenaran informasi tersebut atau mempertanyakan apakah komunikator benar-benar mengerti apa yang dikatakannya, maka usaha komunikasi tersebut belum berhasil. Jika perhatian, pemahaman, dan penerimaan terhadap pesan tersebut diatas dapat 34 diperoleh, maka kemungknan besar tujuan komunikasi akan dapat dicapai secara maksimal. T. Hani Handoko (2000:270) mengemukakan bahwa terdapat enam tahap dalam pencapaian komunikasi yang efektif yaitu : 1. Sumber (Source) Sumber atau pengirim berita memainkan langkah pertama dalam proses komunikasi. Sumber mengendalikan macam berita yang dikirim, susunan yang digunakan, dan sering melalui saluran mana berita yang dikirim. 2. Pengubah berita dalam sandi/kode (Endcoding) Mengubah berita kedalam berbagai bentuk simbol verbal atau nonverbal yang mampu memindahkan pengertian, seperti kata-kata percakapan atau tulisan, angka gerakan ataupun kegiatan. 3. Pengirim berita(Transmitting the message) Mencerminkan pilihan komunikator terhadap media atau saluran distribusi 4. Penerima berita Penerima berita oleh pihak penerima, pada dasarnya orang-orang menerima berita melalui kelima panca indera mereka. 5. Penerjemah kembali berita (Decoding) Hal ini menyangkut pengertian simbol-simbol oleh penerima. Proses ini dipengaruhi oleh latar belakang, kebudayaan, pendidikan, lingkungan, praduga, dan gangguan di sekitarnya. 35 6. Umpan balik (Feed back) Setelah berita diterima dan diterjemahkan, penerima mungkin menyampaikan berita balasan yang ditujukan kepada pengirim mula-mula atau orang lain. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hermansyah (2007: 10) Bentuk dan jenis komunikasi dikalsifikasikan dalam berbagai kategori untuk tujuan studi analisa, penjelasan, dan perbandingan. Penggolongan komunikasi dapat dibagi menjadi : 1. Komunikasi tertulis dan tidak tertulis (lisan) Penggolongan komunikasi lisan dan tertulis didasarkan pada bentuk pesan yang akan dismpaikan. Sebagian besar interaksi manusia terjadi dalam bentuk komunikasi ini, maka berbagai studi telah dilakukan untuk menilai manfaat dan efisiensi dari pesan yang disampaikan dengan cara ini. Banyak orang menyukai bentuk komunikasi lisan karena situasi keakraban yang ditimbulkannya. Beberapa pendapat mengatakan kecermatan dan ketepatan biasanya lebih berhasil dicapai melalui komunikasi lisan maupun tertulis, biasanya pada saat berbeda dengan maksud untuk meningkatkan kemungkinan pemahaman atas pesan-pesan yang dikirim. 2. Komunikasi verbal dan non verbal Apabila dua orang berinteraksi, maka informasi mengenai perasaan dan gagasan yang muncul akan dikomunikasikan. Jika dipandang dari penyampaiannya komunikasi dapat dibedakan menjadi : 36 a. Komunikasi verbal merupakan bentuk komunikasi yang diekspresikan dengan kata-kata, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. b. Komunikasi non verbal merupakan bentuk komunikasi yang diekspresikan dengan bahasa isyarat, seperti ekspresi wajah ataupun gerak tubuh. Komunikasi non verbal diharapkan dapat menopang komunikasi verbal, seperti bila kita mengatakan “tidak” tanpa disadari kita juga menggelengkan kepala, itu dpat memperkuat apa yang diucapkan. Biasanya bahasa tubuh ini sesuai dengan kata-kata yang diucapkan, tetapi jika bahasa tubuh ini bertentangan dengan komunikasi verbal maka bahasa tubuh akan cenderung mengurangi dari apa yang diucapkannya. 3. Komunikasi vertikal, horizontal, dan diagonal a. Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari bawah dan dari bawah ke atas adalah komunikasi dari pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan timbal-balik. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan berbagai instruksi, petunjuk, informasi, indoktrinasi dan penjelasan pada bawahannya dan bawahan memberikan berbagai laporan, saran dan pengaduan pada pimpinan. b. Komunikasi horizontal ialah komunikasi secara mendatar antara anggota staf dengan anggota staf, karyawan sesama karyawan, dan sebagainya. Berbeda dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal, maka komunikasi horizontal seringkali berlangsung tidak formal. Mereka berkomunikasi satu sama lain bukan pada waktu 37 mereka sedang bekerja, melainkan pada saat istirahat, sedang rekreasi, atau pada waktu pulang kerja. c. Komunikasi diagonal atau ke samping adalah komunikasi ini mencakup arus informasi horizontal, antara orang-orang pada tingkatan yang berbeda dan tidak mempunyai wewenang pada pihak lainnya. Pertukaran informasi antar bagian atau antar karyawan dalam perusahaan sangat membantu dalam menjalin dan mempertahankan atau mengikat suatu organisasi perusahaan menjadi satu kesatuan utuh, dan juga berfungsi sebagai alat utama untuk mengkoordinasikan dan mempersatukan semua bagian yang ada dalam struktur organisasi perusahaan. 4. Komunikasi satu arah dan dua arah a. Komunikasi satu arah adalah pengirim melakukan komunikasi tanpa mengharapkan atau mendapat umpan balik dari penerima. Hanya pengirim saja yang aktif, sedangkan penerima pasif. Jenis komunikasi ini dapat menghilangkan kesempatan untuk memperoleh penjelasan dan konfirmasi serta hanya menekankan pada penyampaian pesan misalnya pernyataan kebijaksanaan dari manajer. b. Komunikasi dua arah terjadi apabilapenerima memberikan umpan balik kepada pengirim. Pengirim maupun penerima sama-sama aktif, mereka bergantian menjadi pengirim dan penerima informasi, jenis informasi ini menjamin adanya konfirmasi dan penjelasan, misalnya memberikan saran kepada bawahan, menerima saran balasan dari bawahan. 38 5. Komunikasi formal dan informal a. Komunikasi formal merupakan suatu sistem dimana para anggaotanya bekerjasama secara tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Komunikasi formal umumnya ada dalam setiap organisasi dan dapat terjadi antar personal dalam organisasi melalui jalur hirarki dengan prinsip pembagian tugas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. b. Komunikasi informal merupakan kebalikan dari komunikasi formal, biasanya terjadi dengan spontan sebagai akibat dari adanya persamaan perasaan , kebutuhan, persamaan tugas, dan tanggung jawab. Komunikasi formal pelaksanaannya tidak terikat oleh waktu, ruang dan tempat, terkadang komunikasi informal lebih berhasil dan peranannya tidak kalah penting, karena dapat disampaikan setiap saat. Dalam berkomuniakasi diperlukan media pembawa berita, gagasan, dan informasi. Media komunikasi tersebut dapat berupa manusia, surat, telepon, radio, dan satelit komunikasi. Berikut ini adalah model proses komunikasi yang paling sederhana : Komunikator Pesan (Komunikator) Saluran Komunikan (Komunikan) Umpan balik Gambar 3. Model proses komunikasi sederhana Sumber : Steward L.Yubbs diterjemahkan oleh Deddy Mulyana, M.A. (2001 : 6) 39 Dalam pelaksanaan komunikasi tersebut tidaklah mudah untuk mencapai keadaan yang diinginkan, dimana hal yang dikomunikasikan kepada pihak lain tetap utuh dan mempunyai pengertian yang sama dengan yang dikehendaki oleh pengirim, sehingga memberikan tindakan-tindakan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan adanya hambatan atau masalah dalam komunikasi. Hambatan dan penurunan isi dan mutu dalam komunikasi terjadi pada saat perumusan konsep gagasan atau ide kedalam kata-kata dan pada saat interpretasi oleh penerima, hambatan dalam komunikasi tersebut antara lain: a. Hambatan psikologi Hambatan psikologis ini terjadi karena berbagai hal, misalnya karena komunikasi yang disampaikan sering kali keliru dan diralat, turunnya kewibawaan dari atasan dan sebagainya. b. Hambatan karena kurangnya motivasi Kemampuan perusahan untuk memotivasi orang-orangnya merupakan kunci mau atau tidaknya karyawan untuk melaksanakan semua rencana, instruksi, petunjuk dan saran yang dikomunikasikan. c. Hambatan karena banyaknya perantara Suatu komunkasi dalam penyampaiannya mungkin harus melalui beberapa perantara. Makin banyak perantara kemungkinan berubahnya komunikasi tersebut makin besar pula, hal ini dapat dimaklumi sebab setiap perantara yang menyampaikan komunikasi tersebut mempunyai kecenderungan untuk merubah komunikasi tersebut sesuai dengan kepentingan pribadinya. Terlebih lagi komunikasi yang disampaikan komunikasi lisan. 40 d. Hambatan kurangnya partisipasi Partisipasi antara yang satu dengan yang lain perlu ditingkatkan baik antara atasan dan bawahan maupun pada tingkatan yang sejajar. Kurangnya partisipasi antara pihak yang satu dengan pihak yang lain terutama antara pihak atasan dan bawahan merupakan hambatan terhadap komunikasi yang disampaikan. Selain hambatan tersebut diatas masih terdapat hambatan komunikasi lainnya yaitu hambatan mekanis, hambatan fisik dan hambatan semantik. 1. Hambatan mekanis terdiri dari: a. Struktur organisasi Struktur organisasi merupakan susunan orang-orang beserta fungsinya lengkap dengan tugas dan tanggung jawab. Organisasi harus mempunyai pimpinan yang memberikan instruksi, informasi, perintah dan sebagainya dan bawahan sebagai pelaksananya. Struktur organisasi harus merupakan kesatuan kerja yang utuh dan kompak. Komunikasi diantara individunya harus mempunyai saluran yang teratur dan pasti, struktur organisasi yang tidak baik dimana jenjang hirarkinya terlalu panjang akan menimbulkan hambatan dalam berkomunikasi. b. Materi komunikasi yang kurang jelas Kelemahan dalam penyampaian materi komunikasi baik secara lisan maupun secara tulisan merupakan maksud dari kurang jelasnya materi dari komunkasi. Tata bahasa yang kurang baik, kalimat yang terlalu 41 panjang, pemakaian istilah yang tidak tepat akan menyebabkan komunikasi yang disampaikan akan kurang jelas. 2. Hambatan fisik Jarak yang jauh diantar individu yang berkomunikasi sering menimbulkan kesulitan, tetapi kemajuan di bidang teknologi selalu berusaha mengatasinya. Hambatan fisik lainnya berupa suara bising, kurang baiknya media yang digunakan dalam berkomunikasi dan lainnya. 3. Hambatan semantik Hambatan semantik disebabkan satu kata sering mempunyai banyak arti sehingga dapat menimbulkan berbagai interpretasi. Untuk mengatasi hambatan komunikasi antara individu sebaiknya menggunakan: 1. Gunakan umpan balik 2. Gunakan komunikasi langsung 3. Peka terhadap dunia komunikasi 4. Berhati-hati dengan penggunaan arti simbolik Dengan demikian diharapkan frekuensi kegagalan berkomunikasi dapat dikurangi dan rasa kecewa dapat dihindari. Demikian pula kinerja yang dapat menimbulkan tindakan negatif dapat di cegah. 2.4 Pengertian Kinerja Kinerja merupakan tingkat keberhasilan seseorang di dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau yang tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi 42 kontribusi kepada perusahaan.Perbaikan kinerja baik bagi individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan (L. Mathis dan John H Jackson, 2002:78) Istilah kinerja berasal dari kata Job Perfomence atau actual perfomence. Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya disebut "level of performance". Biasanya orang yang level of performance-nya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang levelnya tidak mencapai standar dikatakan sebagai tidak produktif atau berperforma rendah (Anwar Prabu Mangkunegara, 2001 : 97). Menurut T. Hani Handoko (2001:96) : Kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2001:67) : Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan padanya. Menurut Sayudi Prawirosantono (2002: 2) : Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang atau sekelompok orang dalam organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi. 43 2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Menurut Tiffin dan Mc Cormick (dalam Srimulyo, 1999:40) ada 2 variabel yang mempengaruhi kinerja adalah : 1. Variabel individual, yaitu meliputi sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat, dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan, serta faktor individual lainnya. 2. Variabel situasional, meliputi : a. Faktor fisik dan pekerjaan, yang terdiri dari metode kerja, kondisi dan desain perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik. b. Faktor sosial dan organisasi, yang terdiri dari peraturan-peraturan organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial. Menurut Gibson (dalam Srimulyo, 1999:39) ada 3 peringkat variabel yang mempengaruhi kinerja, yaitu : 1. Variabel individual, terdiri dari : a. Kemampuan dan keterampilan mental dan fisik b. Latar belakang, yaitu keluarga dan tingkat sosial c. Demografis, yaitu umur, asal-usul, dan jenis kelamin 2. Variabel organisasional, terdiri dari : a. Sumber daya b. Kepemimpinan c. Imbalan d. Struktur 44 3. Variabel psikologis, terdiri dari : a. Persepsi b. Sikap c. Kepribadian d. Belajar e. Motivasi Menurut Keith Davis yang dikutip oleh A. Anwar Prabu Mangkunegara (2001:67) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan meliputi : 1. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) karyawan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan (knowledge dan skill). Artinya karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata (110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka dia akan mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. 2. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap seorang karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan kerja. Motif berprestasi yang perlu dimiliki karyawan harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri selain dari lingkungan kerja. Hal ini karena motif berprestasi yang ditumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu kekuatan diri dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang maka pencapaian 45 dikembangkan dalam diri dan manfaatkan serta ciptakan situasi yang ada pada lingkungan kerja guna mencapai kinerja maksimal. Faktor motivasi, yang dirumuskan sebagai berikut : Human perfomence = Ability + Motivation Motivation = Attitude + Situation Ability = Knowledge + Skill Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan (Nainggolan, 2002:201): 1. Persepsi Pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi. 2. Tingkat pendidikan Pendidikan ini yang akan memberikan pengetahuan berupa kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil dari penggunaan panca inderanya. 3. Pengalaman Suatu keadaan atau aktifitas yang pernah dilewati seseorang dalam hidupnya menjadi pengalaman hidup serta pelajaran baginya dan mempengaruhi perilakunya dalam melakukan kegiatan sehari-hari 4. Kesungguhan pegawai yang bersangkutan Perilaku yang mencerminkan tekad untuk mencapai sesuatu. Kondisi tersebut yang membuat seseorang bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu. 46 5. Perbaikan penghasilan Seseorang yang bekerja memiliki motivasi untuk mendapatkan sesuatu, bagi petugas atau pegawai yang diharapkan adalah penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhannya. 6. Jaminan kesehatan Jaminan kesehatan yang dijanjikan atau diberikan oleh tempat pegawai tersebut bekerja, sehingga ia tidak mengkhawatirkan kesehatannya. 7. Jaminan sosial Jaminan sosial dapat berupa bantuan-bantuan sebagai wujud tanggung jawab tempat yang mempekerjakan petugas. 8. Penghargaan Penghargaan yang diberikan kepada pegawai dapat memberikan dorongan bagi munculnya kinerja. Karena penghargaan merupakan motivator dalam melakukan tugas-tugas pegawai. 2.6 Konsep Penilaian Kinerja Kinerja merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh karyawan yang biasanya dipakai sebagai dasar penelitian terhadap karyawan atau organisasi. Kinerja yang baik merupakan langkah untuk tercapainya organisasi. Sehingga perlu diupayakan usaha untuk meningkatkan kinerja. Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada permasalahan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik 47 dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian. (Sony Y., Edy Sukarno & M. Ichsan, 2003) Pengukuran kinerja dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk menilai kinerja dari semua pihak yang berada di dalam perusahaan atau kontribusinya dalam pencapaian tujuan perusahaan. Pengukuran kinerja dimaksudkan juga untuk mengendalikan perilaku masing-masing pihak secara lebih terarah & produktif. Sedangkan pengertian penilaian kinerja menurut Mulyadi (2000 ; 419), adalah : Penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan personelnya, berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penilaian kinerja juga menyediakan umpan balik tentang efektivitas fungsi manajemen personalia. Penilaian kinerja berfungsi sebagai quality control. Bila proses penilaian menunjukkan bahwa kinerja jelek tersebar luas, banyak karyawan tidak memenuhi syarat keputusan internal, mereka tidakakan dipromosikan atau mungkin diberhentikan. Oleh karena organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia, maka penilaian kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan di dalam organisasi. Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam rencana strategik, program, dan anggaran 48 organisasi. Penilaian kinerja digunakan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik. Penilaian kinerja adalah salah satu tugas penting untuk dilakukan oleh seorang manajer atau pimpinan. Kegiatan penilaian ini penting, karena dapat digunakan untuk memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para pegawai tentang kinerja mereka. Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh onrganisasi untuk : 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian personel secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan personel, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan personel dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan personel. 4. Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan. Adapun beberapa manfaat penilaian kinerja, menurut Handoko (dalam Srimulyo, 1999:34-35) adalah sebagai berikut : 1. Perbaikan kinerja Umpan balik pelaksanaan personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka untuk meningkatkan prestasi. 49 2. Penyesuaian kompensasi Evaluasi kinerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya. 3. Keputusan-keputusan penempatan Promosi dan mutasi biasanya didasarkan atas kinerja masa lalu dan antisipasinya. 4. Perencanaan kebutuhan latihan dan pengembangan Kinerja yang buruk mungkin menunjukkan perlunya latihan. Demikian pula sebaliknya, kinerja yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus dikembangkan. 5. Perencanaan dan pengembangan karier Umpan balik kinerja mengarahkan keputusan-keputusan karier , yaitu tentang jalur karier tertentu yang harus diteliti. 6. Mendeteksi penyimpangan proses staffing Kinerja yang baik atau buruk adalah mencerminkan kekuatan dan kelemahan prosedur staffing deport personalia. 7. Melihat ketidakakuratan informasi Kinerja yang buruk mungkin menunjukan kesalahan-kesalahan dalam informasi analisis jabatan rencana sumber daya manusia, dan komponen lain system informasi manajemen personalia. Menggantungkan pada informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan keputusan personalia yang tidak tepat. 50 8. Mendeteksi kesalahan-kesalahan desain pekerjaan Kinerja yang buruk mungkin merupakan tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian kinerja membantu diagnosa-diagnosa kesalahan tersebut. 9. Menjamin kesempatan kerja yang adil Penilaian kinerja yang akurat akan menjamin keputusan-keputusan penempatan internal tanpa diskriminasi. 10. Melihat tantangan eksternal Kadang-kadang kinerja seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar lingkungan kerja seperti keluarga, kesehatan, dan masalah-masalah pribadi lainnya. Menurut Dharma (2000:45), hal-hal yang perlu diukur dalam penilaian kinerja karyawan meliputi 3 hal yaitu : 1. Kuantitas : yang meliputi pada jumlah produksi kegiatan yang dihasilkan oleh karyawan dalam kurun waktu tertentu. 2. Kualitas : yang meliputi pada mutu yang dihasilkan karyawan yang mampu menghasilkan mutu produk yang baik adalah karyawan yang berkualitas. 3. Ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan : yang tergantung oleh sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan dan ditetapkan oleh perusahaan.