bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003 memunculkan banyak
analisis yang layak dikaji lebih jauh. Dalam kasus ini, yang menarik untuk
dianalisis adalah kelompok-kelompok yang berada di luar pemerintahan dan
memiliki peran yang besar dalam invasi tersebut. Mengingat Amerika Serikat
(AS) merupakan negara industrialis yang sangat kuat, maka pihak-pihak swasta
turut memberikan andil dalam pembuatan kebijakan. Invasi ke Irak tentunya
berpengaruh terhadap anggaran militer, terutama terkait kebutuhan akan
ketersediaan suplai persenjataan. Para produsen industri senjata Amerika Serikat
melirik kesempatan ini untuk berpartisipasi dalam memenuhi kebutuhan militer
Amerika Serikat selama berada di Irak. Bagi industri-industri senjata tersebut,
perang bukan masalah patriotisme bela negara tetapi lebih kepada urusan profit
agar industri mereka tetap berjalan. Maka Perang Irak sesungguhnya merupakan
pertarungan
banyak
kelompok
di
Amerika
Serikat
untuk
memenuhi
kepentingannya masing-masing; dalam situasi ini adalah bagaimana kepentingan
para pemain industri persenjataan di Amerika Serikat. Sejatinya bagi perusahaan
senjata, perang adalah
jalan untuk mempertahankan produksi, sirkulasi, dan
pemakaian produk-produk senjata secara berkelanjutan.1
Perusahaan–perusahaan senjata melakukan kontrak dengan pemerintah
Amerika Serikat melalui Pentagon dan Departemen Pertahanan dalam
menyediakan peralatan yang dibutuhkan untuk peperangan: roket, senapan laras
1
James A. Tiner (2006) TheBussines of War: Workers, Warriors, & Hostages in
Occupied Iraq, USA : Ashgate Publishing Company, hal 32.
1
panjang, tank, helm, sepatu boot, jaket anti peluru, kapal laut, jet tempur, amunisi,
helikopter dan peralatan lain sangat dibutuhkan dan perlu dikembangkan lagi
lebih jauh.2 Perkembangan industri senjata memang sangat diperhatikan oleh
pemerintah Amerika Serikat, karena industri senjata merupakaan mitra yang
stretegis, apalagi industri-industri senjata besar yang sudah lama menjadi
penopang kebutuhan persenjataan militer Amerika Serikat baik di dalam maupun
luar negeri. Mengingat banyaknya industri senjata yang ada saat ini, maka
dibutuhkan strategi untuk memenangkan kontrak dengan pihak pemerintah.
Apabila kontrak ini berhasil diraih, akan ada perputaran modal yang terjadi dan
berimbas pada pergerakan ekonomi nasional Amerika Serikat sendiri.
Industri senjata merupakan bagian paling penting bagi Amerika Serikat
apabila negara tersebut terlibat langsung konflik dengan negara lain. Invasi ke
Irak merupakan momentum untuk mempererat hubungan antara pemerintah
dengan industri senjata. Dalam invasi tersebut, industri senjata bisa dikatakan
sebagai bagian dari kekuatan militer Amerika Serikat. Hampir seluruh matra
angkatan bersenjata Amerika Serikat membutuhkan pasokan perbekalan yang
disediakan oleh industri persenjataan; di sinilah kesempatan bagi industri-industri
senjata untuk memperluas pasar mereka, yaitu dengan melakukan pendekatan
dengan pihak pemerintah Amerika Serikat.
Perusahaan-perusahaan dalam sektor industri senjata ini tentunya
berlomba untuk memenangkan kontrak dengan pemerintah AS sebagi konsumen
utamanya. Langkah dan strategi diambil untuk untuk memastikan perusahaan
mereka ikut ambil bagian dalam memasok militer Amerika Serikat selama masa
invasi. Hubungan ini dianggap strategis karena di satu sisi mendorong roda
perekonomian dalam negeri sementara di sisi yang lain Amerika Serikat
membutuhkan suplai produksi persenjataan terutama yang berteknologi tinggi
2
Louis B. Mercado (2008) Ask Yourself : Refelection For Better Choice, Bloomington
Indiana : Liberty Drive Suite, hal 226.
2
dalam perang, yang notabene berasal dari sektor industri swasta. Karena hal
tersebut maka, AS membebaskan industri militer dalam hal riset teknologi militer
dan sangat mengandalkan industri tersebut dalam kondisi konflik.
Di sinilah penulis merasa tertarik untuk menganalisis lebih jauh mengenai
keberadaan industri-industri senjata raksasa Amerika Serikat. Pertama, penulis
akan mengidentifikasi industri senjata sebagai kelompok kepentingan: apa aja
pengaruh yang mereka miliki dalam perumusan kebijakan, siapa saja aktor-aktor
yang berperan dan bagaimana interaksinya, serta bagaimana prosesnya. Lebih
jauh lagi penulis ingin melihat bagaimana Amerika Serikat menggunakan industri
senjata dalam kerangka kegunaan strategis: sebagai kegunaan pertahanan dan
kegunaan ekonomis. Di sisi lain, perlu dikaji lebih dalam adalah faktor-faktor
konstitusional
apa saja yang mendukung industri senjata sehingga memiliki
pengaruh dalam pengambilan sebuah kebijakan baik untuk kepentingan di dalam
maupun di luar Amerika Serikat.
Kedua, penulis secara detail akan menganalisis bagaimana keterlibatan
industri persenjataan dalam Invasi Irak dari sisi perumusan kebijakan pemerintah
Amerika Serikat. Dalam hal ini analisis akan difokuskan kepada kalkulasi atas
kepentingan-kepentingan yang ada di dalam politik domestik Amerika Serikat
dalm konteks peristiwa tersebut. Invasi Irak bisa dilihat sebagai kebijakan
strategis dari pemerintah AS karena adanya beragam kepentingan yang
diakomodasi, misalnya terkait masalah pertahanan bagi pemerintah AS dan
keuntungan ekonomi bagi kelompok industri senjata.
B. Rumusan Masalah
Penulisan skripsi ini ditujukan untuk menganalisis pengaruh industri
senjata dalam lingkup politik domestik Amerika Serikat dalam invasi ke Irak pada
3
tahun 2003. Merujuk pada latar belakang di atas, maka penulis mengajukan
pertanyaan sebagai berikut :
“Bagaimana peran industri persenjataan dalam mempengaruhi
proses pengambilan kebijakan yang diambil oleh pemerintah Amerika
Serikat pada Perang Irak tahun 2003?”
C. Kerangka Pemikiran
Military Industrial Complex
Hubungan militer dengan perusahaan ataupun industri senjata telah
menarik minat banyak politisi dan ilmuwan politik internasional untuk meneliti
lebih lanjut, khususnya Military Industrial Complex (MIC) . Hal ini terjadi karena
dalam perkembangannya, teknologi yang dihasilkan industri militer semakin pesat
ditambah lagi banyaknya konflik di belahan dunia. Dalam perkembangannya,
MIC merupakan kombinasi dari politik, industri, birokrasi, ahli keuangan, prajurit,
ilmuwan, buruh, pensiunan, dan banyak kelompok lain, yang menginginkan
anggaran militer sebisa mungkin lebih tinggi dikeluarkan. Kombinasi ini membuat
MIC di Amerika Serikat, merupakan kelompok yang sangat kuat mempengaruhi
kongres dan pemerintah. Perusahaan-perusahaan senjata mendapat posisi
istimewa
dalam
ekonomi
Amerika Serikat. Beberapa
ilmuwan politik
menggunakan istilah Iron Triangle- Segitiga Besi dalam mengistilahkan MIC.
Segitiga besi yang dimaksud adalah hubungan dekat antara departemen
pertahanan, legislatif, dan industri senjata. Hubungan ini bertujuan untuk
mempermudah langkah-langkah dalam mempromosikan senjata agar lebih laku di
pasar internasional.
Salah satu ilmuwan politik, Seymor Melman, menekankan pada kekuatankekuatan yang berpengaruh di dalam Pentagon. Melman menjelaskan bahwa
4
perusahaan-perusahaan senjata menjadikan Pentagon sebagai client dan sekaligus
sebagai subsistem ekonomi yang besar demi kelanjutan industri senjata tersebut.
Industri-industri senjata menjadi subordinasi pemerintahan yang disebut dengan
“full fledged centrally managed industrial system”. Melman menyebutkan kalau
terjadi yang disebut dengan Permanent War Economy merupakan akibat dari
“centrally managed industrial system”. Namun Pentagon dan industri senjata
tidak sadar kalau sistem ini sangat merugikan karena :
“For the military industry entreprise, higher cost means more activity,
more money, more facilities, more employess, more cash flow, and a
larger cost base for calculating profits. For the military top managers
in the Pentagon, cost increases in the subfirms denote more activity
under their control and are the basis for enlarged budget request to
congress. There is no bulit-in limitation on the cost maximization
process.
The limits are external: The political acceptability of
Pentagon budgets to the Pentagon.”3
Karena pada dasarnya besarnya biaya produksi tidak menjadi masalah
utama, banyak industri senjata yang berlomba-lomba untuk melakukan kerjasama
dan kontrak dengan Pentagon. Karena dengan disetujuinya sebuah kontrak maka,
Pentagon yang sudah mengajukan dana kepada kongres akan membeli senjata
dengan pemenang kontrak. Semakin banyak senjata yang dibeli, maka semakin
besar juga dana yang masuk bagi industri senjata. Seymor menyebut MIC sebagai
Pentagon Capitalism, yaitu di mana industri –industri senjata yang memiliki
kontrak dengan Pentagon, tidak bertujuan demi pertahanan dan keamanan negara
melainkan demi keuntungan ekonomi semata4. Pentagon Capitalism bertujuan
meningkatkan dan memajukan industri senjata dalam negeri bahkan dalam masa-
3
Jordi Mollas-Gallart (1992) Military Produaction and Innovation in Spain, Switzerland:
Harwood Acedemic Publishers, hal 17.
4
Peter Scott Dale (2008) The Road to 9/11 : Wealth, Empire, and The Future of America,
USA : University of California Press, hal 59.
5
masa damai sekalipun. Apalagi dalam konteks perang, industri-industri senjata
akan lebih intens dalam menjalin hubungan dengan pihak Pentagon.
Di sini, Seymor Melman sangat menekankan bahwa pada akhirnya MIC
yang disebutnya dengan istilah dengan Pentagon Capitalism, bukan semata-mata
bertujuan untuk memperkuat keamanan dan pertahanan Amerika Serikat dari
ancaman luar, melainkan sebagai alat untuk keuntungan ekonomi. Pentagon
Capitalism, menunjukkan bahwa adanya pengaruh-pengaruh kuat dari luar
terutama dari perusahaan senjata yang ingin meraup keuntungan dari proyekproyek pertahanan Amerika Serikat yang ada di dalam maupun luar negeri.
Ilmuwan Politik lain, yaitu Noam Chomsky, memiliki term yang berbeda
mengenai
MIC.
Chomsky
menndefenisikan
MIC
sebagai
Military
Keynesianism5yaitu :
“The Military Industrial Complex – in essence a wellfare state for the rich
with a national security ideology for population control (to borrow some
counterinsurgency jargon) following the prescription of NSC 68. The
major institutional mechanism is a system of state corporate industrial
management to sustain high technology industry relying on the taxpayer to
fund research and development and provide a guaranteed market for
waste production with the private sector taking over there are profit to be
made. This crucial gift to the corporate manager has been the domestic
function of the Pentagon System (including NASA, and the Department of
Energy wich control nuclear weapons production): benefits extend to the
computer industry, electronics generally, and other sectors of the
advanced indutrial economy.”
Noam Chomsky menganalisis bagaimana MIC sudah sangat mengakar di
segala aspek, di mana beberpa pihak termasuk pemerintah ikut terlibat langsung
dalam Military Keynsianism untuk kepentingan ekonomi. Berbagai pihak ikut
terlibat dalam proyek MIC untuk mendukung produksi senjata dan menyediakan
pasar yang besar. Pemerintah mendorong industri senjata untuk menyediakan
5
Alison Edgley (2002), The Social and Political Thought of Noam Chomsky, London:
Routledge, hal 114.
6
produk dan meningkatkan teknologi, dan pada akhirnya didanai melalui pembayar
pajak. Keuntungan diraup oleh banyak pihak, karena dalam pengembangannya,
MIC memang didesain oleh beberapa pihak, termasuk industri yang tidak
memproduksi senjata namun berpengaruh terhadap produksi senjata.
Jeffrey M. Elliot dan Robert Reginald dalam buku mereka The Arms
Control, Disarmament, and Military Security Dictionary menjelaskan bahwa MIC
merupakan tempat pengembangan senjata terbaru, penelitian, uji coba senjata,
produksi dan penempatan (pemasaran)- untuk menarik para pelanggan. Dan hal
ini merupakan hasil kompromi dari kontraktor sipil beserta pegawainya, petinggi
militer yang memiliki akses terhadap persenjataan tertentu, dan para anggota
kongres di mana produk-produk militer dari distrik mereka akan dikembangkan
ataupun dipasarkan.6 MIC sangat berperan dalam pengembangan dan pemasaran
senjata terbaru. Karena adanya peran negara yang kuat dalam MIC, bisa dikatakan
MIC merupakan kolusi bisnis antara negara dengan pihak swasta. Anggotaanggota kongres berusaha agar industri senjata swasta mereka bisa maju di distrik
masing-masing. Jika industri senjata di distrik maju, pastinya akan menghasilkan
keuntungan ekonomi.
Pandangan lain dalam tentang MIC dalam buku American Foreign Policy:
Patten & Process, MIC dijelaskan sebagai hubungan antara :pertama, tentara
profesional. Kedua, direktur atau pemilik perusahaan terutama yang bergerak
dalam industri militer. Ketiga, para petinggi teras di pemerintahan yang memiliki
karir dalam masalah pengeluaran militer dan keempat, para anggota kongres yang
memiliki kepentingan dalam memajukan industri senjata di distrik masing-masing
(Rosen 1973)7. C. Wright Mills merangkumnya dengan :
6
Jeffrey M Elliot (1989). dan Robert Reginald, The Arms Control, Disarmament, &
Military Security Dictionary, Library of Congress Ctaloging-in Publication Data, hal 62.
7
ibid, hal 225.
7
What Is Called the “ Washington Military Clique” is not composed merely
of military men, and it does not prevail merely in Washington. Its member
exists all of the country, and it is a coalition of generals in the roles of
corporation executives acting likes politican, of civil servant who become
majors, of vice admirals who are also the assistants to a cabinet officers,
who is himself, by the way, really member of the managerial elite (Mills,
1956 : 278)8
C. Wright Mills melihat bahwa hubungan-hubungan di atas merupakan
sebuah koalisi antara kelompok kepentingan. MIC juga ikut andil dalam
mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Mengingat hubungan yang
strategis antara industri senjata, kongres, departemen pertahanan, dan eksekutif,
MIC memilki peran yang sangat kuat dalam ikut mengambil kebijakan.
MIC menjadi sistem yang menggurita ke hampir segala lini. MIC sudah
mencengkram universitas-universitas, industri, kongres, pemerintah luar negeri,
badan kemanan nasional, dan eksekutif. Kelompok-kelompok yang tergabung
dalam interest group memiliki hubungan startegis dengan Pentagon. Karena MIC
sangat menguntungkan, banyak pensiunan militer Amerika Serikat bergabung
dengan kontraktor-kontraktor swasta yang berhubungan dengan industri militer
sebagai perwakilan dari kontraktor tersebut. Industri-industri senjata banyak
memberikan sumbangan dana bagi anggota kongres yang mendukung industri
tersebut9. Dalam hal ini bisa dalam bentuk dana kampanye bagi anggota kongres.
Bisa dikatakan bahwa posisi MIC bukan murni bertujuan untuk pertahanan dan
keamanan Amerika Serikat, namun lebih kepada lahan bisnis yang secara
berkelanjutan tetap dipertahankan.
8
ibid.
9
Patrick M Morgan (1994) , Theoris & Approaches to International Politic : What Are
We Think? New Jersey : New Brunscwik, , hal 106.
8
Seorang ahli sosiologi bernama Joe Feagen menggambarkan MIC sebagai
Iron Triangle dengan dijelaskan dengan singkat. Lebih jelasnya Joe Feagen
menyatakan bahwa :
“The Iron Triangle has a revolving door of money, influence and jobs
among these three sets of actors involving trillion of dollars. Military
contractors who receive contracts from the defense department serve on
the advisory committees that recommended what weapons they believe are
needed. Many people move around from job to job, serving in the
military, then in the defense department, then in military industries.”10
Bagan diatasdapat digunakan untuk menjelaskan pernyataan dalam
kutipan.11
10
Diana Kendal, (2015) Sociology in Our Times, Boston : Cengange Learning, hal 416.
11
Ibid.
9
D. Hipotesis
Keberadaan industri senjata dalam Perang Irak 2003, merupakan bagian
dari agenda kebijakan pertahanan dan keamanan Amerika Serikat. Pasca Perang
Dunia II dan Pasca Perang Dingin, keberadaan industri senjata begitu penting
dalam ekonomi politik Amerika Serikat. Industri senjata memang bukan
pendorong perang ke Irak, tetapi industri senjata tersebut muncul sebagai pihak
yang ingin memenangkan kontrak penjualan senjata, selama invasi ke Irak
berlangsung. Tentunya berbagai cara dilakukan untuk mencapai pemenangan
kontrak tersebut. Pendekatan-pendekatan dilakukan kepada pihak-pihak yang
merumuskan agenda Perang Irak. Signifikansi dari pendekatan ini bisa dilihat dari
lobi-lobi kelompok industri senjata untuk memengaruhi pihak kongres dan
Pentagon. Kongres didekati karena kongres berhubungan dengan masalah
anggaran pertahanan dan kemanan. Sedangkan Pentagon merupakan pihak yang
menentukan senjata apa saja yang akan dibeli, dan yang menentukan kontrak
dengan perusahaan senjata.
Dalam ha ini, industri senjata berperan sebagai
kelompok yang memengaruhi kebijakan pertahanan
dan keamanan Amerika
Serikat, terutama dalam hal penjualan senjata. Kebijakan pertahanan dan
keamanan Amerika Serikat, terutama dalam konteks Perang Irak, merupakan
kebijakan ekonomi politik. Industri senjata merupakan pihak yang tidak
terpisahkan dari kebijakan tersebut. Karena industri-industri tersebut muncul
sebagai pihak penyuplai kebutuhan militer Amerika Serikat
selama invasi
berlangsung. Hal ini yang menyebabkan industri senjata melakukan pendekatanpendekatan terhadap aktor pembuat kebijakan, agar kontrak-kontrak penjualan
senjata bisa dimenangkan.
10
E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
metode kualitatif. Metode ini menggunakan studi literatur, yang sumbernya
meliputi buku-buku yang dia memiliki bahan yang berhubungan langsung dengan
ide dan analisis skripsi ini.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini akan terbagi menjadi 4 bab:
Bab I
Bagian ini berisi tentang latar belakang studi kasus yang akan dibahas,
rumusan masalah yang diajukan, lalu kerangka dasar pemikiran, hipotesis utama,
dan metode penelitian apa yang dilakukan guna menemukan jawaban atas
rumusan masalah
Bab II
Bab ini menganalisis budaya politik Amerika Serikat terutama proses
pengambilan kebijakan pertahanan dan keamanan Amerika Serikat serta faktor
konstitusional yang menjadi landasan utama mengapa kelompok kepentingan,
dalam hal ini industri senjata, bisa memiliki pengaruh dalam politik domestik
Amerika Serikat. Lalu akan dipaparkan pula identifikasi atas aktor-aktor MIC
yang terlibat serta bagaimana peran mereka dalam sistem pengambilan kebijakan
di Amerika Serikat.
Bab III
Bab ini akan menganalisis sumber daya dan strategi apa saja yang
dilakukan oleh industri senjata untuk memenangkan kontrak. Sumber daya dan
11
startegi sangat penting bagi industri senjata, mengingat untuk memengaruhi
pemangku kebijakan, tentunya dibutuhkan power dan langkah-langkah yang tepat.
Hal yang menjadi fokus utama dalam Bab III ini adalah pengaruh ke para
pemangku kebijakan sebelum dan selama Perang Irak berlangsung. Dalam hal ini,
Kementerian Pertahanan, Kongres, dan Presiden, akan menjadi bagian yang
menjelaskan bagaimana pengaruh industri senjata terhadap 3 pilar tersebut. Dan
yang terakhir dalam Bab III ini yang akan dibahas adalah dampak terhadap
anggaran militer dan siapa-siapa saja industri yang pada akhirnya memenangkan
kontrak penjualan senjata selama Perang Irak 2003.
Bab IV
Bab ini akan berisi kesimpulan berupa rangkuman kesimpulan dari penulis
atas skripsi ini. Penulis akan secara singkat menjabarkan poin-poin utama isi dari
skripsi ini.
12
Download