BAB 35 - Bappenas

advertisement
BAB 35
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari
ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan
fiskal dan moneter yang ditempuh untuk mengatasinya. Stabilitas
ekonomi terjaga, tercermin dari laju inflasi yang terkendali,
pergerakan nilai tukar rupiah yang relatif terjaga, dan cadangan
devisa yang meningkat. Terjaganya stabilitas ekonomi telah
membantu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap prospek
ekonomi yang lebih baik.
Momentum pertumbuhan ekonomi kembali terjaga dengan
investasi yang meningkat, daya beli masyarakat yang lebih baik, dan
daya saing ekspor yang terjaga. Dalam semester II/2006,
perekonomian tumbuh 6,0 persen, lebih tinggi dari semester I/2006
yang tumbuh 5,0 persen. Selanjutnya dalam triwulan I dan II/2007,
ekonomi tumbuh 6,0 persen dan 6,3 persen sehingga dalam
keseluruhan semester I/2007, ekonomi tumbuh 6,1 persen.
Stabilitas ekonomi yang terjaga dan kegiatan ekonomi yang
meningkat mendorong perbaikan kesejahteraan masyarakat. Dalam
bulan Februari 2007, pengangguran terbuka menurun menjadi 10,55
juta (9,75 persen dari angkatan kerja). Pada bulan Maret 2007,
jumlah penduduk miskin menurun sebesar 2,1 juta orang menjadi
37,2 juta orang (16,6 persen).
Dalam keseluruhan tahun 2007, kebijakan ekonomi makro
diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap
menjaga stabilitas ekonomi serta meningkatkan kemampuannya
dalam menciptakan lapangan kerja dan mengurangi jumlah
penduduk miskin. Perhatian juga diberikan dalam menjaga stabilitas
ekonomi dari meningkatnya resiko eksternal dengan harga minyak
mentah dunia yang kembali tinggi, inflasi global yang meningkat,
serta sentimen negatif bursa saham global yang kemungkinan timbul.
I.
Ekonomi Dunia
Perekonomian Indonesia tidak terlepas dari perkembangan
ekonomi dunia secara menyeluruh. Dalam tahun 2006,
perekonomian dunia tumbuh 5,4 persen, lebih tinggi dibandingkan
tahun 2005 (4,9 persen) didorong oleh pertumbuhan ekonomi negara
maju dan negara berkembang. Perekonomian AS tumbuh 3,3 persen
dengan kecenderungan yang melambat antara lain karena
melemahnya sektor perumahan. Perekonomian Jepang dan Eropah
tumbuh relatif tinggi yaitu berturut-turut 2,2 persen dan 2,6 persen.
Asia tetap merupakan penggerak ekonomi dunia terutama
didorong oleh China, India, dan negara-negara emerging market
lainnya. Pada tahun 2006 perekonomian China dan India tumbuh
berturut-turut 10,7 persen dan 9,2 persen. Dalam tahun 2006,
pertumbuhan ekonomi Asia mencapai 9,4 persen, tertinggi
dibandingkan kawasan-kawasan lainnya. Pertumbuhan ekonomi
dunia yang tinggi juga didorong oleh pertumbuhan ekonomi di
kawasan lainnya. Kawasan Amerika Latin, Timur Tengah, dan
Afrika dalam tahun 2006 tumbuh lebih tinggi atau paling tidak sama
35 - 2
dengan tahun 2005, yaitu berturut-turut sebesar 5,5 persen, 5,7
persen, dan 5,5 persen.
Ekonomi dunia yang tumbuh tinggi didukung oleh kegiatan
perdagangan dunia dan harga komoditi yang meningkat. Dalam
tahun 2006, volume perdagangan dunia meningkat 8,9 persen; lebih
besar dari peningkatan tahun 2005 (7,4 persen). Tingginya
pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2006 juga meningkatkan
harga komoditi di pasar internasional. Harga ekspor komoditi
nonmigas pada tahun 2006 meningkat sebesar 28,4 persen; jauh lebih
tinggi dibandingkan peningkatan tahun 2005 (10,3 persen).
Tingginya pertumbuhan ekonomi dunia meningkatkan
permintaan akan minyak mentah dunia. Harga spot harian West
Texas Intermediate (WTI) sempat mencapai lebih dari USD 75 per
barel pada bulan Agustus 2006. Memasuki tahun 2007, harga minyak
mentah dunia sempat menurun dan meningkat kembali antara lain
karena permintaan yang tetap tinggi, komitmen OPEC yang cukup
kuat untuk mengendalikan produksi, gangguan produksi di Nigeria,
menurunnya cadangan minyak di beberapa negara maju, dan
kekuatiran adanya badai di kawasan Amerika. Rata-rata harian harga
spot WTI pada bulan Juli 2007 mencapai USD 74,2 per barel dan
dalam tujuh bulan pertama tahun 2007 mencapai USD 63,3 per barel.
Meskipun masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun
2006, harga minyak mentah dunia menunjukkan kecenderungan
yang tetap tinggi.
Dalam pada itu kesenjangan global masih lebar. Pertumbuhan
ekonomi AS yang didorong oleh kebijakan moneter dan fiskal yang
longgar selama beberapa tahun terakhir telah meningkatkan defisit
neraca transaksi berjalan AS. Sejak tahun 2001, defisit transaksi
berjalan AS meningkat masing-masing dari 3,8 persen PDB pada
tahun 2001 menjadi 6,5 persen PDB pada tahun 2005. Dalam tahun
2006, defisit transaksi berjalannya mencapai USD 856,7 miliar (6,5
persen PDB). Upaya untuk mengurangi defisit transaksi berjalan AS
dilakukan dengan mengendalikan defisit anggarannya. Pada tahun
2005 dan 2006 defisit anggaran AS menurun menjadi 2,6 persen dan
1,6 persen PDB; lebih rendah dibandingkan tahun 2003 (3,6 persen
PDB).
35 - 3
Perekonomian dunia yang tumbuh tinggi berpengaruh
terhadap bursa saham global. Pada akhir Juni 2007, Indeks Dow
Jones di New York, Indeks Nikkei di Jepang, Indeks Strait Times di
Singapura, dan Indeks Hang Seng di Hongkong meningkat masingmasing sebesar 22,4 persen, 19,9 persen, 50,2 persen dan 37,0 persen
dibandingkan periode yang sama tahun 2006. Dorongan terhadap
bursa saham global juga disertai dengan resiko munculnya sentimen
negatif. Pada pertengahan Mei 2006 terjadi gejolak pada bursa saham
global dan nilai tukar mata uang di beberapa negara, termasuk
Indonesia yang didorong oleh gejolak modal jangka pendek yang
terjadi di Turki dan Brasil. Memasuki tahun 2007, terjadi beberapa
sentimen negatif regional antara lain rencana pemberlakuan
pengendalian modal jangka pendek di Thailand menjelang akhir
tahun 2006, gejolak bursa saham di China pada bulan Maret 2007,
dan meningkatnya kekuatiran kredit macet di AS menjelang akhir
Juli 2007.
Kebijakan moneter AS tetap netral dan negara-negara lainnya
mulai berhati-hati dengan meningkatnya inflasi global. Sejak
pertengahan tahun 2004, suku bunga Fed Funds dinaikkan secara
bertahap sebanyak 17 kali hingga menjadi 5,25 persen pada akhir
Juni 2006. Sampai dengan Juli 2007, kebijakan suku bunga AS
dipertahankan tetap netral. Tingginya harga minyak mentah dunia
dan harga komoditi dunia memberi tekanan inflasi pada berbagai
negara dan mendorong bank sentral di beberapa negara berhati-hati
dan meningkatkan suku bunganya.
Dalam keseluruhan tahun 2007, pertumbuhan ekonomi dunia
diperkirakan tetap tinggi didorong oleh perekonomian Asia yang
digerakkan oleh China, India, dan negara-negara emerging market
lainnya. Disamping pengaruhnya yang positif bagi perekonomian
nasional, pertumbuhan ekonomi dunia yang tinggi tersebut tetap
membutuhkan kehati-hatian dengan resiko ketidakstabilan yang
kemungkinan timbul.
II.
Moneter, Perbankan, dan Pasar Modal
Upaya untuk meningkatkan stabilitas ekonomi yang
bergejolak pada tahun 2005 antara lain melalui penyesuaian
kebijakan moneter dan fiskal, telah memulihkan kembali
35 - 4
kepercayaan terhadap rupiah dan menjaga stabilitas harga barang dan
jasa. Stabilitas ekonomi yang membaik selanjutnya memberi ruang
bagi penurunan suku bunga, mendorong kembali penyaluran kredit
perbankan, dan meningkatkan kinerja bursa saham Indonesia.
Setelah sempat melemah pada pertengahan bulan Mei 2006
oleh pengaruh regional, nilai tukar rupiah kembali menguat dan
stabil pada rentang Rp9.000 – Rp9.200 per USD hingga akhir tahun
2006. Surplus neraca transaksi berjalan, masuknya arus masuk modal
jangka pendek, dan masih menariknya nilai imbal hasil rupiah
menguatkan kembali nilai tukar rupiah. Dalam keseluruhan tahun
2006, rata-rata nilai tukar rupiah harian tercatat Rp9.168 per USD.
Memasuki tahun 2007, nilai tukar rupiah tetap terjaga. Dalam tujuh
bulan pertama tahun 2007, rata-rata nilai tukar rupiah sebesar
Rp9.041 per USD.
Menjelang akhir bulan Juli 2007, nilai tukar rupiah melemah
disebabkan oleh gejolak global yang dipicu oleh kekuatiran
meluasnya kredit macet di AS. Pelemahan nilai tukar rupiah ini tetap
berada dalam batas yang wajar dan bersifat sementara. Dengan
kebijakan moneter yang terarah didukung oleh fundamental ekonomi
yang lebih baik, kepercayaan terhadap rupiah tetap terjaga.
Pergerakan nilai tukar rupiah yang terjaga turut berperan
dalam mengendalikan laju inflasi. Sejak bulan Oktober 2006, laju
inflasi tahunan menurun menjadi satu digit dengan tidak lagi
mencakup bulan kenaikan BBM (Oktober 2005). Dalam keseluruhan
tahun 2006, laju inflasi mencapai 6,6 persen. Upaya-upaya untuk
mengendalikan laju inflasi dalam tahun 2007 terus dilanjutkan. Pada
bulan Juli 2007, laju inflasi tahun kalender (Januari–Juli) 2007
terjaga sebesar 2,8 persen atau 6,1 persen dibandingkan bulan yang
sama tahun sebelumnya.
Terkendalinya laju inflasi serta terjaganya pergerakan nilai
tukar rupiah memberi ruang bagi penurunan suku bunga untuk
mendorong perkonomian. Sejak bulan Mei 2006, BI rate diturunkan
sebesar 450 bps secara bertahap (13 kali) dari 12,75 persen menjadi
9,75 persen pada akhir tahun 2006 dan kemudian menjadi 8,25
persen pada bulan Juli 2007.
35 - 5
Suku bunga simpanan dan kredit menurun sejalan dengan
penurunan suku bunga acuan. Suku bunga deposito 1 bulan dan 3
bulan turun dari 12,0 persen dan 11,8 persen pada akhir tahun 2005
menjadi 9,0 persen dan 9,7 persen pada akhir tahun 2006 serta
menjadi 7,5 persen dan 7,9 persen pada bulan Juni 2007. Suku bunga
kredit investasi, modal kerja masing-masing turun dari 15,7 persen
dan 16,2 persen pada akhir tahun 2005 menjadi 15,1 persen dan 15,1
persen pada akhir tahun 2006 kemudian menjadi 14,0 persen dan
13,1 persen pada bulan Juni 2007.
Membaiknya kepercayaan masyarakat terhadap prospek
ekonomi nasional telah meningkatkan kinerja pasar modal. Pada
akhir tahun 2006 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa
Efek Jakarta (BEJ) ditutup pada tingkat 1.805,5 atau meningkat 55,3
persen dibandingkan akhir tahun 2005. Peningkatan terus berlanjut
hingga tujuh bulan pertama tahun 2007. Pada akhir Juli 2007, IHSG
di BEJ meningkat menjadi 2.348,7 atau naik 30,1 persen
dibandingkan akhir tahun 2006. Pada awal-awal bulan Agustus 2007,
IHSG melemah dipicu oleh kekuatiran meluasnya pengaruh kredit
perumahan AS. Pelemahan ini bersifat sementara dan secara
keseluruhan kinerja bursa saham Indonesia menunjukkan
peningkatan yang baik.
Kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional tetap
terjaga. Penghimpunan dana masyarakat hingga bulan Desember
2006 meningkat menjadi Rp1.298,8 triliun atau naik 14,5 persen
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada bulan Juni 2007, dana
masyarakat yang dihimpun oleh perbankan mencapai Rp1.363,8
triliun atau naik 15,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Permodalan (capital adequacy ratio/CAR) perbankan
nasional tetap terjaga dengan baik. Pada bulan Mei 2007, CAR
terjaga pada tingkat 21,9 persen, relatif sama dengan akhir tahun
2006 (21,3 persen).
Menurunnya suku bunga dan membaiknya ekspektasi terhadap
perekonomian mendorong kembali penyaluran kredit perbankan.
Pada bulan Juni 2007, kredit perbankan mencapai Rp855,0 triliun,
atau meningkat 20,4 persen dibandingkan bulan yang sama tahun
2006. Meningkatnya penyaluran kredit perbankan ini didorong
secara berimbang oleh kredit investasi, modal kerja, dan konsumsi.
35 - 6
III.
Neraca Pembayaran
Kondisi neraca pembayaran tetap terjaga didukung oleh
lingkungan eksternal yang kondusif. Dengan kondisi neraca
pembayaran yang baik tersebut, Pemerintah mempercepat
pembayaran sisa utang kepada IMF. Dengan tetap menjaga
kecukupan cadangan devisa, keseluruhan sisa utang yang seharusnya
jatuh tempo tahun 2010 dilunasi pada bulan Juni dan Oktober 2006.
Langkah Pemerintah dan Bank Indonesia tersebut memperoleh
tanggapan positif dari masyarakat, lembaga internasional, dan pasar
keuangan.
Dalam keseluruhan tahun 2006, neraca transaksi berjalan serta
neraca modal dan finansial mencatat surplus sebesar USD 10,0 miliar
dan USD 2,6 miliar. Pada akhir bulan Desember 2006, cadangan
devisa mencapai USD 42,6 miliar atau cukup untuk membiayai 4,5
bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Pada neraca transaksi berjalan, penerimaan ekspor dalam
tahun 2006 meningkat menjadi USD 103,5 miliar, terdiri dari ekspor
migas sebesar USD 22,9 miliar dan ekspor nonmigas sebesar USD
80,6 miliar. Meningkatnya penerimaan ekspor nonmigas didorong
oleh kenaikan harga dunia serta volume komoditi ekspor nasional.
Sementara itu pengeluaran impor mencapai USD 73,9 miliar, terdiri
impor migas dan impor nonmigas masing-masing sebesar USD 16,2
miliar dan USD 57,7 miliar. Dengan defisit neraca jasa-jasa
(termasuk pendapatan dan transfer) yang mencapai USD 19,7 miliar,
surplus neraca transaksi berjalan mencapai USD 10,0 miliar.
Sementara itu surplus neraca modal dan finansial terutama
didorong oleh investasi langsung asing dan portofolio. Investasi
langsung asing di Indonesia dalam tahun 2006 berjumlah USD 5,6
miliar terutama disumbang oleh tambahan modal dan pendapatan
yang ditanamkan kembali sebesar USD 5,3 miliar. Adapun investasi
portofolio mengalami surplus sebesar USD 4,1 miliar terutama
disumbang oleh penerbitan obligasi/surat berharga antara lain Surat
Berharga Negara (SBN) internasional sebesar nominal USD 2,0
miliar. Defisit investasi lainnya mengalami penurunan yang cukup
besar menjadi USD 4,8 miliar dengan menurunnya penempatan aset
35 - 7
di luar negeri. Dengan perkembangan ini, pada tahun 2006 neraca
modal dan finansial mengalami surplus USD 2,6 miliar.
Pada semester I/2007, kinerja ekspor tetap terjaga dengan
penerimaan ekspor sebesar USD 55,9 miliar, terdiri dari ekspor
migas sebesar USD 10,6 miliar dan ekspor nonmigas sebesar USD
45,3 miliar. Sementara itu pengeluaran impor mencapai USD 39,9
miliar, terdiri dari impor migas dan impor nonmigas masing-masing
sebesar USD 8,2 miliar dan USD 31,7 miliar. Dengan defisit neraca
jasa-jasa (termasuk pendapatan dan transfer) mencapai USD 10,9
miliar, surplus neraca transaksi berjalan mencapai USD 5,1 miliar.
Kondisi neraca modal dan finansial dalam semester I/2007
ditandai dengan masih tingginya arus investasi jangka pendek
(portofolio) dan terbatasnya investasi jangka panjang (FDI).
Investasi portfolio mengalami surplus USD 7,9 miliar; sedangkan
investasi langsung asing (neto) mengalami surplus USD 0,9 miliar.
Investasi lainnya mengalami defisit sebesar USD 4,9 miliar antara
lain oleh pembayaran utang luar negeri swasta dan pemerintah yang
jatuh tempo masing-masing sebesar USD 3,7 miliar dan USD 2,9
miliar. Dalam semester I/2007, neraca modal dan finansial mencatat
surplus sebesar USD 4,0 miliar.
Surplus neraca transaksi berjalan serta transaksi modal dan
finansial dalam semester I/2007 memperkuat kondisi neraca
pembayaran. Surplus neraca pembayaran mencapai USD 8,0 miliar
sehingga cadangan devisa pada akhir semester I/2007 meningkat
menjadi USD 50,9 miliar atau atau cukup untuk membiayai 5,2 bulan
impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Pada akhir
bulan Juli 2007, cadangan devisa meningkat hingga mencapai USD
51,9 miliar.
IV.
Keuangan Negara
Dalam tahun 2006, kebijakan keuangan negara diarahkan
untuk memberi stimulus pada pertumbuhan ekonomi bagi perluasan
penciptaan lapangan kerja dan penurunan kemiskinan dengan tetap
mempertimbangkan kesinambungan fiskal. Konsolidasi fiskal
35 - 8
dilakukan melalui peningkatan penerimaan negara terutama
penerimaan perpajakan, peningkatan efektivitas pengeluaran negara
melalui penajaman alokasi belanja negara, serta pengurangan
ketergantungan terhadap pembiayaan luar negeri.
Di sisi penerimaan negara, langkah-langkah untuk
meningkatkan penerimaan pajak terus dilakukan. Pada tahun 2006,
keseluruhan penerimaan negara dan hibah mencapai Rp638,0 triliun,
meningkat dibandingkan tahun 2005 (Rp495,2 triliun). Peningkatan
tersebut terutama bersumber dari penerimaan pajak yang mencapai
Rp409,2 triliun dan penerimaan bukan pajak yang mencapai Rp
227,0 triliun.
Di sisi belanja negara, kebijakan diarahkan untuk
memperbaiki pelayanan umum melalui belanja ke daerah,
kesejahteraan pegawai, dan membiayai pembangunan. Dalam tahun
2006, pengeluaran negara mencapai Rp667,1 triliun atau meningkat
dibandingkan tahun 2005 (Rp509,6 triliun). Peningkatan tersebut
terutama berupa belanja ke daerah yang naik menjadi Rp226,2 triliun
dari Rp150,5 triliun pada tahun sebelumnya. Adapun pengeluaran
pemerintah pusat mencapai Rp440,0 triliun, meningkat dibandingkan
tahun 2005 (Rp361,2 triliun). Peningkatan belanja pemerintah pusat
terutama diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan aparatur
negara dan investasi pemerintah. Belanja modal yang merupakan
investasi pemerintah ditingkatkan menjadi Rp55,0 triliun, lebih
tinggi dibandingkan tahun 2005 (Rp32,9 triliun). Dengan
perkembangan tersebut, defisit anggaran pada tahun 2006 tetap
terjaga pada batas yang aman yaitu 0,9 persen PDB.
Dalam tahun 2007, kebijakan keuangan negara tetap
ditekankan pada upaya mendorong pertumbuhan ekonomi,
penciptaan lapangan kerja, dan menurunkan kemiskinan dengan tetap
menjaga kesinambungan fiskal. Sampai dengan semester I/2007 (per
15 Juni 2007), penerimaan perpajakan mencapai Rp188,0 triliun atau
sekitar 36,9 persen dari target APBN dan penerimaan negara bukan
pajak mencapai Rp72,3 triliun atau sekitar 34,3 persen dari target
APBN. Sementara itu, pengeluaran negara mencapai Rp237,0 triliun
yang terdiri dari belanja pemerintah pusat sebesar Rp149,6 triliun
atau 29,6 persen dari target APBN dan belanja ke daerah sebesar
Rp87,4 triliun atau 33,8 persen dari target APBN.
35 - 9
V.
Pertumbuhan Ekonomi
Ketidakstabilan ekonomi pada tahun 2005 yang menuntut
dilakukannya penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi hingga semester I/2006. Dengan
langkah-langkah yang terarah untuk mendorong perekonomian
antara lain dengan pemberian stimulus fiskal, penurunan suku bunga,
dan upaya-upaya untuk meningkatkan iklim investasi, sejak triwulan
III/2006 kepercayaan masyarakat termasuk dunia usaha meningkat
kembali. Dalam triwulan III dan IV/2006, perekonomian berturutturut tumbuh sebesar 5,9 persen dan 6,1 persen dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya.
Dalam keseluruhan tahun 2006, perekonomian tumbuh 5,5
persen, sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya (5,7
persen). Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 lebih didorong oleh
konsumsi pemerintah yang tumbuh 9,6 persen dan ekspor barang dan
jasa terjaga dengan peningkatan 9,2 persen untuk mengimbangi
pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi (pembentukan
modal tetap bruto) yang melambat masing-masing menjadi 3,2
persen dan 2,9 persen. Di sisi produksi, PDB nonmigas tumbuh
sebesar 6,1 persen. Sektor pertanian, industri pengolahan, serta
pertambangan dan penggalian masing-masing tumbuh sebesar 3,0
persen dan 4,6 persen, dan 2,2 persen. Adapun sektor lainnya, antara
lain sektor perdagangan, hotel dan restoran; keuangan; bangunan;
serta pengangkutan dan komunikasi yang masing-masing tumbuh
sebesar 6,1 persen; 5,6 persen; 9,0 persen; serta 13,6 persen.
Upaya-upaya untuk lebih meningkatkan investasi didukung
oleh suku bunga yang menurun telah meningkatkan kepercayaan
masyarakat. Dalam triwulan I/2007 dan triwulan II/2007,
perekonomian tumbuh berturut-turut 6,0 persen dan 6,3 persen
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sehingga dalam
semester I/2007, ekonomi tumbuh sebesar 6,1 persen dibandingkan
semester yang sama tahun 2006.
Dalam keseluruhan semester I/2007, selain oleh kemampuan
ekspor yang meningkat, perekonomian juga didorong oleh
permintaan domestik yang lebih baik dengan sumbangan investasi
yang terjaga dan daya beli masyarakat yang menguat. Pada semester
35 - 10
I/2007, ekspor barang dan jasa tumbuh sebesar 9,4 persen,
pembentukan modal tetap bruto meningkat sebesar 7,3 persen,
konsumsi masyarakat naik sebesar 4,7 persen, konsumsi pemerintah
tumbuh sebesar 3,9 persen; sedangkan impor barang dan jasa
meningkat sebesar 7,8 persen dibandingkan semester yang sama
tahun 2006.
Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi semester I/2007
didorong oleh sektor pertanian, pertambangan, dan industri
pengolahan yang tumbuh berturut-turut sebesar 0,7 persen, 4,9
persen, dan 5,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2006.
Adapun sektor-sektor lainnya antara lain bangunan, serta
pengangkutan dan komunikasi tumbuh berturut-turut sebesar 8,6
persen, dan 11,6 persen.
VI.
Pengangguran dan Kemiskinan
Dalam bulan Februari 2007, penurunan pengangguran terbuka
terus berlanjut. Pada bulan Februari 2007, angkatan kerja berjumlah
108,13 juta, bertambah 1,74 juta orang dibandingkan bulan Agustus
2006 atau meningkat 1,85 juta orang dibandingkan bulan Februari
2006. Sementara itu, lapangan kerja baru yang tercipta bertambah
sekitar 2,12 juta dibandingkan bulan Agustus 2006 atau bertambah
2,40 juta dibandingkan Februari 2006. Dengan perkembangan ini,
pengangguran terbuka pada bulan Februari 2007 menurun menjadi
10,55 (9,75 persen) dari 10,93 juta orang (10,28 persen) pada bulan
Agustus 2006 dan 11,10 juta (10,40 persen) pada bulan Februari
2006.
Penciptaan lapangan kerja pada bulan Februari 2007
dibandingkan bulan Agustus 2006 terutama didorong oleh kegiatan
musim tanam yang menyerap tenaga kerja sebesar 2,47 juta orang.
Sementara itu, sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan,
hotel dan restoran menyerap tenaga kerja baru masing-masing sekitar
0,2 juta.
Dalam bulan Maret 2007, jumlah penduduk miskin berkurang
sebesar 2,1 juta orang. Dalam bulan Februari 2007, jumlah penduduk
miskin menurun dari 39,3 juta orang (17,7 persen) pada bulan Maret
2006 menjadi 37,2 juta orang (16,6 persen) dengan garis kemiskinan
35 - 11
sebesar Rp166,7 ribu atau meningkat 9,7 persen dibandingkan Maret
2006. Penurunan terbesar terjadi di daerah pedesaan yaitu sebesar 1,2
juta; sedangkan di perkotaan sebesar 0,9 juta. Menurunnya jumlah
penduduk miskin antara lain didukung oleh stabilitas ekonomi yang
terjaga, lapangan kerja yang meningkat, serta berbagai program
pembangunan yang diarahkan untuk membantu golongan masyarakat
yang masih berada di bawah garis kemiskinan.
35 - 12
Tabel 35.1.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
2005
2006
Trwl I
2007
Trwl II Trwl III Trwl IV
Total
Trwl I Trwl II
Kualitas Pertumbuhan
Pengangguran Terbuka
Jumlah (juta orang)
(% thd angkatan kerja)
Kemiskinan
Jumlah (juta orang)
(% thd total penduduk)
11,9
11,2
11,1
10,4
-
-
10,9
10,3
-
10,6
9,8
35,1
16,0
-
-
-
-
39,3
17,7
37,2
16,6
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan PDB (%)
PDB per Kapita Harga
Konstan 2000 (Rp ribu)
5,7
7.986
5,0
-
5,0
-
5,9
-
6,1
-
5,5
8.316
6,0
-
6,3
-
Stabilitas Ekonomi
Laju Inflasi (%, y-o-y)
Nilai Tukar Nominal
(Rp/USD) **)
17,1
9706
15,7
9304
15,3
9099
14,6
9121
6,6
9136
6,6
9168
6,5
9098
6,1*)
8972
0,1
22,5
-
-
-
-
2,7
20,7
22,2
20,4
34,7
40,1
40,1
42,4
42,6
42,6
47,2
51,9*)
1,8
-
-
-
-
1,5
-
-
-0,5
-
-
-
-
-0,9
-
-
12,5
-
-
-
-
12,3
-
-
Neraca Pembayaran
Transaksi Berjalan/PDB (%)
Pertumb.Ekspor Nonmigas
(%, y-o-y)
Cadangan Devisa (USD
miliar)
Keuangan Negara
Keseimbangan Primer/PDB
(%)
Surplus/Defisit APBN/PDB
(%)
Penerimaan Pajak/PDB (%)
*) Akhir Juli 2007
**) Rata-rata harian
35 - 13
Tabel 35.2
STRUKTUR EKONOMI
2005
2006
Trwl I
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan PDB
Sisi Pengeluaran (%)
Konsumsi Masyarakat
Konsumsi Pemerintah
Investasi (PMTB)
Ekspor Barang dan Jasa
Impor Barang dan Jasa
Pertumbuhan PDB
Sisi Produksi (%)
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Nonmigas
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Real Estat, dan
Jasa Keuangan
Jasa-jasa
Peranan terhadap PDB (%)
Pertanian
Industri Pengolahan
Nonmigas
Lainnya
2007
Trwl II Trwl III Trwl IV
Total
Trwl I
Trwl II
5,7
5,0
5,0
5,9
6,1
5,5
6,0
6,3
4,0
6,6
10,8
16,4
17,1
2,9
11,5
1,1
11,6
2,8
3,0
28,8
1,1
11,3
7,5
3,0
1,7
1,3
8,2
10,1
3,8
2,2
8,2
6,1
9,7
3,2
9,6
2,9
9,2
7,6
4,7
3,7
7,7
8,9
8,4
4,7
3,8
6,9
9,8
7,2
2,7
3,1
6,4
2,7
1,5
4,0
2,2
1,6
1,8
0,7
3,0
2,2
-1,1
6,5
2,4
3,4
4,6
5,9
6,3
7,4
8,4
2,9
4,0
5,1
7,4
4,4
3,7
4,3
4,5
8,7
5,5
5,9
6,9
5,8
9,3
7,5
5,9
5,8
8,1
10,4
7,0
4,6
5,3
5,9
9,0
6,1
5,3
5,8
8,5
9,4
8,1
5,5
6,0
10,5
7,8
8,3
13,0
11,5
13,3
13,6
15,9
13,6
11,1
11,9
6,8
5,7
5,3
4,7
6,8
5,6
7,9
7,7
5,0
5,8
6,1
6,8
6,0
6,2
6,8
7,1
13,1
27,7
22,7
59,2
13,6
28,0
22,7
58,4
13,0
28,1
22,7
58,9
13,6
27,7
22,7
58,6
11,5
28,4
23,2
60,1
12,9
28,1
22,8
59,1
13,7
27,7
23,2
58,6
13,7
27,7
23,1
58,6
94,0
41,3
11,9
40,7
95,2
42,3
11,6
41,3
-
-
95,5
40,1
11,9
43,4
-
97,6
42,6
12,1
42,9
11,9
11,2
11,1
10,4
-
-
10,9
10,3
-
10,6
9,8
28,9
30,8
29,9
31,4
-
-
29,1
30,5
-
30,2
31,0
Tenaga Kerja
Kesempatan Kerja (juta org)
Pertanian
Industri Pengolahan
Lainnya
Pengangguran Terbuka
Jumlah (juta orang)
% thd angkatan kerja
Setengah Menganggur
Jumlah (juta orang)
% thd penduduk bekerja
35 - 14
35 - 15
Tabel 35.3
NERACA PEMBAYARAN
(USD Miliar)
2005
2006
2007*)
Trwl I Trwl II Trwl III Trwl IV Total
Trwl I
Trwl II
Ekspor
Migas
Nonmigas
87,0
20,2
66,8
23,3
5,5
17,8
25,5
5,9
19,6
27,6
6,0
21,6
27,2
5,5
21,6
103,5
22,9
80,6
26,8
5,1
21,7
29,1
5,5
23,6
Impor
Migas
Nonmigas
-69,5
-16,0
-53,4
-16,6
-3,0
-13,6
-18,5
-4,7
-13,8
-19,0
-4,7
-14,4
-19,8
-3,8
-16,0
-73,9
-16,2
-57,7
-18,8
-3,7
-15,1
-21,1
-4,5
-16,6
Jasa-jasa
Pmbyrn Bunga Pinj.
Pemerintah
-17,3
-2,3
-3,9
-0,4
-5,3
-0,8
-5,1
-0,3
-5,4
-0,8
-19,7
-2,2
-4,9
-0,4
-6,0
-0,8
Transaksi Berjalan
0,3
2,8
1,7
3,5
1,9
10,0
3,1
2,0
Neraca Modal dan Finansial
Neraca Modal
Neraca Finansial
Investasi Langsung Asing
Abroad
In Indonesia
Portofolio
Aset swasta
Liabilities
Pemerintah dan BI
Swasta
Lainnya
Aset swasta
Liabilities
Pemerintah dan BI
Swasta
0,3
0,3
0,0
5,3
-3,1
8,3
4,2
-1,1
5,3
4,8
0,4
-9,5
-8,6
-0,8
-0,8
0,0
2,3
0,1
2,2
0,7
-0,7
1,3
3,7
-0,4
4,1
4,0
0,1
-2,2
-1,6
-0,6
-0,9
0,3
0,0
0,0
-0,0
0,6
-0,5
1,1
-1,1
-0,4
-0,7
-1,1
0,4
0,5
1,5
-0,9
-0,9
-0,1
-1,2
0,1
-1,3
-0,0
-1,3
1,3
0,2
-0,3
0,5
0,5
0,1
-1,5
-0,5
-1,0
-0,8
-0,2
1,5
0,1
1,3
1,6
-0,2
1,8
1,3
-0,8
2,1
1,1
1,0
-1,6
-2,0
0,3
0,1
0,2
2,6
0,4
2,2
2,9
-2,7
5,6
4,1
-1,9
6,1
4,5
1,6
-4,8
-2,6
-2,2
-2,5
0,3
1,9
0,0
1,9
0,1
-1,0
1,2
2,8
-0,3
3,1
2,5
0,5
-1,0
-0,6
-0,4
-0,6
0,2
2,1
0,1
1,9
0,8
-0,9
1,7
5,1
-0,4
5,5
4,2
1,4
-3,9
-3,0
-0,9
-1,5
0,5
Total
Selisih Perhitungan
Neraca Keseluruhan
0,6
-0,2
0,4
5,1
0,7
5,8
1,7
1,6
3,4
2,3
0,3
2,6
3,4
-0,7
2,7
12,5
2,0
14,5
5,0
-0,6
4,4
4,1
-0,5
3,6
Memorandum Item
Penjadwalan Hutang
Cadangan Devisa
(bulan impor & pemb. utang
L.N)
2,7
34,7
4,0
40,1
4,2
40,1
4,2
42,4
4,4
42,6
4,5
42,6
4,5
47,2
4,8
50,9
5,2
Keterangan: *) Angka perkiraan sementara Bank Indonesia
35 - 16
Tabel 35.4
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
2005
2006
LKPP
Rp.
Triliun
APBN-P
%
PDB
Rp.
Triliun
%
PDB
2007
LKPP
Rp.
Triliun
%
PDB
Rancangan
APBN-P 1)
Rp.
% PDB
Triliun
Sem. I
2)
Rp.
Trliun
A. Pendapatan Negara
dan Hibah
I. Penerimaan Dalam
Negeri
1. Penerimaan
Perpajakan
2. Penerimaan
Bukan Pajak
II. Hibah
495,2
17,8
659,1
21,1
638,0
19,1
684,5
18,0
260,6
493,9
17,7
654,9
21,0
636,2
19,1
681,8
17,9
260,3
347,0
12,5
425,1
13,6
409,2
12,3
489,9
12,9
188,0
146,9
5,3
229,8
7,4
227,0
6,8
191,9
5,0
72,3
1,3
0,0
4,2
0,1
1,8
0,1
2,7
0,1
0,3
B. Belanja Negara
509,6
18,3
699,1
22,4
667,1
20,0
746,4
19,6
237,0
I. Belanja Pemerintah
Pusat
- o/w Subsidi
BBM
II. Belanja
Pemerintah Daerah
361,2
13,0
478,2
15,3
440,0
13,2
493,9
13,0
149,6
104,8
3,8
62,7
2,0
64,2
1,9
56,4
1,5
26,3
150,5
5,4
220,8
7,1
226,2
6,8
252,5
6,6
87,4
C. Keseimbangan Primer
50,8
1,8
42,5
1,4
49,9
1,5
24,3
0,6
60,7
D. Surplus/Defisit
Angggaran
-14,4
-0,5
-39,9
-1,3
-29,1
-0,9
-62,0
-1,6
23,6
E. Pembiayaan
11,1
0,4
39,9
1,3
29,4
0,9
62,0
1,6
8,6
I. Pembiayaan Dalam
Negeri
II. Pembiayaan Luar
Negeri
21,4
0,8
55,3
1,8
56,0
1,7
74,6
2,0
29,8
-10,3
-0,4
-15,3
-0,5
-26,6
-0,8
-12,6
-0,3
-21,2
-3,3
-0,1
0,0
0,0
0,3
0,0
0,0
0,0
32,2
Kelebihan/Kekurangan
Anggaran
1)
2)
Menggunakan PDB dengan basis perhitungan realisasi PDB tahun 2006
Realiasi sampai dengan 15 Juni 2007
35 - 17
Download