2017 Seabad mencari ETI di MWC-349 Suryadi Siregar Astronomy Research Group Center for Advances Sciences Bld Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 Indonesia Seabad mencari ETI di MWC-349 Suryadi Siregar Astronomy Research Group Center for Advances Sciences Bld Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 Indonesia Email: [email protected] Pendahuluan Bukan kejutan tapi konklusi logis dari suatu hipotese. Rasi Cygnus yang selama ini menarik untuk berburu Nova, juga merupakan kawasan eksotis bagi pencarian extraplanet (eksoplanet). Planet di luar Tata Surya. Mencari eksoplanet merupakan target antara untuk mencari ETI (extra terrestrial intelegence). Yang dimaksud dengan ETI ialah mahluk angkasa luar berintelijen yang bukan berasal dari Bumi. MWC-349 berarti objek dalam urutan ke 349 dalam katalog Mount Wilson yang terdapat di rasi Cygnus. Ditemukan banyak kabut nebular. Kawasan yang menjanjikan, untuk mencari Tata Surya. Teori Nebular Teori yang dipercaya tentang asal muasal Tata Suya dikenal sebagai teori kabut, mencoba menelaah dari segumpal kabut gas pijar raksasa yang berputar pada porosnya. Proses berlangsung dari saat ke saat, diikuti oleh kondensasi, mendingin dan bertambah padat. Momentum sudut gumpalan gas mengakibatkan sebagian materi terlepas, bagian yang lebih ringan 1 terlempar lebih jauh dibandingkan bagian yang lebih padat. Gumpalan yang terlempar ini mengulangi proses yang sama, berotasi dan berkondensasi. Dalam sistim Tata Surya kita bagian inti kemudian menjadi Matahari dan gumpalan yang terlepas menjadi planet, bagian yang tercecer menghuni ruang antar planet, sebagian menjadi komet dan ada pula yang menjadi asteroid dan benda kecil Tata Surya lainnya. Gaya gravitasi dikenal juga sebagai gaya sentral yang berasal dari Matahari memaksa planet bergerak dalam tempo dan lintasan tertentu. Panas yang berasal dari reaksi nuklir di inti matahari merupakan sumber kehidupan di Bumi. Karakteristk MWC-349 Pengamatan yang dilakukan oleh kelompok astronom dari Steward Observatory, bekerja sama dengan NASA’s Ames Research memberikan petunjuk bahwa bintang redup MWC-349 mempunyai piringan gas dari berbagai jenis komposisi kimia. Juru bicara proyek Dr. Rodger Thomson menggolongkan bintang redup tersebut dalam kelas spectrum B. Ciri utama kelas ini adalah terlihatnya garis-garis terang Hydrogen dan Helium netral, yang merupakan ciri dari bintang bertemperatur 20000 K. Oleh sebab itu disebut juga bintang B-emisi MWC-349 ditemukan tahun 1930 memperlihatkan cahaya lemah dengan skala magnitudo 13,2. Magnitudo adalah skala yang menggambarkan kuat cahaya suatu benda langit. Bintang yang terang mempunyai magnitudo lebih kecil dari bintang redup. Pertambahan magnitudo satu skala menyebabkan bintang bersangkutan meragakan cahaya lebih lemah 2,5 kali. Gambar-1 Konstelasi Cygnus dapat dilihat dengan mata bugil. Salib Utara terletak di tengah konstelasi. MWC-349 dikenal juga sebagai runaway star. Bintang yang lepas dari asosiasi Cygnus. Exoplanet 51 Pegasus (lingkaran merah) merupakan exoplanet pertama, ditemukan 6 Oktober 1995 oleh Michel Mayor dan Didier Queloz Tahun 1941, Otto Struve dan P. Swings mengamati pelat photografi MWC-349 yang diambil dengan replektor 12-inci di Mc.Donald Observatory memperlihatkan bahwa cahaya bintang itu lebih lemah dari 14 magnitudo. Dari garis spektrumnya terlihat bahwa dia mengalami eksitasi yang tinggi, cahayanya mengalami pelemahan sebesar 10 magnitudo oleh debu antar bintang. Observasi infra merah dan pengamatan dengan teleskop 30-inci dari observatorium angkasa “Kuiper” dibantu dengan reflector 2,3 meter Steward Observatory berhasil menyimpulkan bentuk global MWC-349. Diduga mempunyai diameter 10 kali diameter matahari dan 30 kali lebih besar dari massa matahari, merupakan bintang sangat muda, baru berumur 1000 tahun. Dari laju materi yang dilepaskannya diperkirakan objek ini hanya bertahan sampai satu milyard tahun bandingkan dengan Matahari yang mampu mencapai umur 10 milyard tahun. Analisis lebih lanjut Tata Surya itu akan berdimensi paling sedikit 200 juta kilometer, bintang diselimuti oleh piringan gas terang dengan garis tengah kabut 20 kali diameter bintang, memberikan sumbangan cahaya 10 kali lebih besar dari cahaya bintang itu sendiri. Bila dilihat dari samping tebal penampang irisan terluar sama dengan garis tengah bintang, tetapi bagian yang menyinggung permukaan hanya 0,025 diameter bintang. Intensitas cahaya total sistim menunjukkan devasi sekitar 1 prosen setiap bulan. Ini diartikan sebagai gerak spiral 3 partikel yang menuju inti. Perubahan akan terus berlangsung sampai 100 tahun mendatang. Mengacu teori kabut di atas, fenomena ini bermakna, planet yang pertama kali terbentuk akan berasal dari bagian terluar piringan. Selanjutnya secara berurutan mulai terbentuk planet-planet yang mendekati bintang. Kalau kita bandingkan dengan Tata Surya kita, maka piringan dalam yang teramati di MWC-349 akan mencapai lintasan Bumi sedangkan bagian yang gelap berada pada lintasan Neptunus. Seandainya pengejawantahan ini benar maka piringan MWC-349 secara berkesinambungan akan memperlihatkan perubahan karakter yang spesifik, sebagai dampak masih berprosesnya pembentukan planet. Kelanjutan riset ini diharapkan menjadi suatu test-ekstrapolatif untuk teori kabut itu sendiri. Bukan kawasan yang ideal Objek dengan temperatur 20000 K bukanlah tempat ideal bagi bentuk kehidupan berhabitat seperti di Bumi. Jarak MWC-349 adalah 10000 tahun cahaya (ada juga yang mengatakan 1400 ly) dengan kata lain sinyal yang kita kirim ke sana, jawabannya baru kita terima 20000 tahun dari sekarang. Namun tidak perlu dirisaukan masih ada 520 kandidat untuk dilacak. Salah satunya HD219134b yang jaraknya hanya 21 ly. Sambil menunggu perkembangan selanjutnya baiklah kita kutip kata bijak Martin Rus “ absen of evidence is not evidence of absence”, tidak adanya suatu bukti bukan bukti dari suatu ketiadaan.