TEORI BELAJAR Oleh: Dwi Fadhila Damayanti/15105241043 Teori belajar akan terkait dengan pembuatan kurikulum atau perancangan kurikulum. Dengan mempelajari teori belajar ini, dengan memahami maka dengan itu bisa mencermati perilaku-perilaku peserta didik.ada perbedaan antara teori belajar dan pembelajaran yaitu dekriptif dan preskriptif. Preskriptif itu dapat memperkirakan bagaimana sistempembelajaran yang berlangsung sedangkna deskriptif lebih ke menggambarkan proses belajar yang berlangsung. Ada 4 teori belajar yaitu: Teori Behaviorisme, Teori Kognitivisme, Teori Humanistik, Teori Kontruktivisme. 1. TEORI BEHAVIORISME Teori belajar behavioristik menyatakan bahwa belajar itu merubah tingkah laku. Para ahli-ahli behavioristik mengatakan bahwa proses belajar itu terjadi apabila tingkah laku siswa sudah berubah, apabila siswa belum merespon, maka tingkah laku siswa tidak berubah maka belum dikatakan belajar. Dan di teori belajar behavioristik, apabila tingkah laku siswa belum berubah maka akan berlaku sistem hukuman. Apabila belajar tidak bisa terus, dan diajarkan lagi, tidak bisa lagi, maka akan berlaku sistem hukuman dan dengan hukuman itu dapat membuat siswa jera dan akan membuat siswa unntuk belajar lebih giat lagi. Sebagai contoh, seorang anak disusurh oleh gurunya untuk menghapal perkalian dan maju keesokan harinya, namun anak tersebut belum menghapalnya dan disuruh berdiri didepan kelas oleh gurunya dan boleh duduk hingga menghapalnya. Di Indonesia yang berlaku adalah teori belajar behavioristik, karena sistem kurikulum kita berbasis kompetensi. Maka dari itu biasanya di sekolah-sekolah biasanya gurulah yang lebih berkuasa, karena memang begitulah teori belajar ini. Proses belajar mengajarnya dapat digambarkan sebagai berikut: Penguatan proses stimulus respon Penguatan Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa (Asri Budiningsih, 2008- 16) contohnya daftar perkalian dan lain sebagainya. Dan proses adalah proses belajar mengajar berlangsung. Respon adalah tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Kekurangan dalam teori belajar ini yaitu proses belajar yang komplek tidak terjelaskan, asumsi stimulus respon terlalu sederhana. Contoh aplikasi teori behaviorisme yaitu: Menetukan tujuan-tujuan instruksional Menganalisis lingkungan yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi “entry behavior” mahasiswa (pengetahuan awal mahasiswa) Menetukan materi pelajaran (pokok bahasan, topik) Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil (sub pokok bahasan, sub topik) Menyajikan materi pelajaran Memberikan stimulus berupa: pertanyaan, tes, latihan, tugas-tugas Mengamati dan kengkaji respons yang diberikan Memberikan penguatan/reinforcement (positif atau negatif) Memberikan stimulus baru Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan (mengevaluasi hasil belajar) Memberikan penguatan Dan seterusnya 2. TEORI KOGNITIVISME Teori belajar kognitivisme menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi atau pemahaman. Teori belajar ini lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya (Asri Budinigsih, 2008-26). Teori belajar kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran ,enjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Dapat digambarkan sebagai berikut: A B C D Proses belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Pada teori belajar kognitivisme terdapat kelemahan-kelemahan sebagai berikut: lebih dekat ke psikologi, sulit melihat “stuktur kognitif” pada setiap individu. Contoh aplikasi-aplikasi teori kognitivisme yaitu: Menetukan tujuan-tujuan instruksional Memilih materi palajaran Menetukan materi yang mungkin dipelajari mahasiswa secara aktif Menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik yang akan dipelajari mahasiswa Mempersiapakan pertanyaan yang dapat memacu kreatifitas mahasiswa untuk berdiskusi dan bertanya Mengevaluasi proses dan hasil belajar 3. TEORI HUMANISTIK Teori humnaistik menyatakan bahwa belajar yaitu memanusiakan menusia, maksudnya adalah menghargai segala yang ada pada manusia. Oleh sebab itu teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Pada teori ini juga lebih mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajarnya. Proses belajar mengajarnya dari pengalaman hidup siswa, dengan pengalaman hidup nanti akan dijadikan sebagai landasan materi. Seperti yang dikatakaoleh salah satu tokoh humanistik Ausubel yaitu, belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar. Teori humanistik sangat penting (Asri Budiningsih, 2008-53) karena mengatakan: Manusia makhluk bebas membentuk dirinya. Manusia makhluk bermartabat. Manusia mengontrol dirinya. Manusia makhluk yang karakteristiknya khas. Manusia tidak diberdayakan tetap pemberdayaan utama. Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan ketelibatan siswa secara aktif dalam belajar. Contoh aplikasi teori belajar humanistik yaitu: Menetukan tujuan-tujuan instruksional Menetukan materi pelajaran Mengidentifikasi “entry behavior” mahasiswa Mengidentifikasi topik-topik yang memungkinkan mahasiswa dan mempelajarinya secara aktif (mengalami) Mendesain wahana (lingkungan, media, fasilitas, dsb) yang akan digunakan untuk belajar Membimbing mahasiswa belajar secara aktif Membimbing mahasiswa memhami hakikat makna dari pengalaman belajar mereka Membimbing mahasiswa sampai mereka mampu mengaplikasikan konsepkonsep baru ke situasi yang baru Mengevaluasi proses dan hasil belajar-mengajar 4. TEORI KONSTRUKTIVISME Teori kontruktivistik merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri. Teori ini menyatakan bahwa pengetahuan adalah bentukkan siswa yang sedang balajar lewat interaksi dengan bahan atau pengalaman baru, ilmu yang didapatkan tidak dapat ditransfer dari dosen ke mahasiswa, isi materi pleajaran ditentukan oleh mahasiswa sendiri (Asri Budiningsih, 2008-44). Proses mendapatkan ilmu dapat digambarkan sebagai berikut: Obyek lingkungan Pancaindera # Melihat #Mendengar #Menjamah #Mencium #Merasakan Kontruksi pengetahuan baru Pengetahuan #Fisik #Kognitif #Mental Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa belajar dengan teori konstruktivisme dihasilakan dari lingkungan sekitar dengan menggunakan pancaindera seperti melihat, mendengar menjamah, mencium dan merasakan. Ataupun dengan pengetahuan sebelumnya seperti pengetahuan fisik, pengetahuan kognitif, ataupun pengetahuan mental. Strategi pembelajaran kontruktivisme yaitu: belajar aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan lain seagainya. Daftar pustaka: Budiningsih, Asri, 2008. Teori Belajar dan Motivasi. Universitas Negeri Yogyakarta.