BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiperbilirubinemia adalah terjadinya peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari persentil 90 terhadap kadar yang diharapkan berdasarkan umur bayi.1 Kelainan ini paling sering ditemukan pada bayi baru lahir,2-4 yang secara klinis akan mulai tampak bila kadar bilirubin darah lebih dari 5 sampai 7 mg/dl,1,5 dengan angka kejadian cukup tinggi terutama pada bayi prematur dan sering terjadi pada minggu pertama kehidupan.6-8 Di Amerika Serikat sekitar 60% sampai 70% bayi lahir cukup bulan mengalami hiperbilirubinemia, sedangkan bayi prematur sekitar 80%.9 Fototerapi merupakan terapi menggunakan sinar yang dapat dilihat secara kasat mata untuk pengobatan hiperbilirubinemia.8,10,11 Tujuannya adalah membatasi peningkatan serum bilirubin dan mencegah penumpukan di dalam otak yang dapat menyebabkan komplikasi neurologis permanen yang serius (Kern icterus).12,13,14 Pengaruh fototerapi berhubungan dengan kadar bilirubin di kulit dan intensitas sinar. Intensitas sinar sendiri dipengaruhi oleh keadaan jarak sinar dengan pasien, luas permukaan tubuh, jenis dan panjang gelombang sinar, serta penggunaan media atau tirai putih pemantul sinar.11,12,14 Perubahan posisi selama fototerapi mampu meningkatkan efektifitas fototerapi dalam menurunkan kadar total serum bilirubin dan menurunkan durasi yang lebih singkat selama masa fototerapi. Hal yang mendukung praktek perubahan posisi selama fototerapi masih sedikit ditemukan. Dengan demikian masih diperlukan penelitian Universitas Sumatera Utara tentang pengaruh perubahan posisi selama fototerapi terhadap kadar bilirubin pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia.6 Penelitian yang dilakukan di Denmark, membandingkan perbedaan penurunan kadar serum bilirubin setelah fototerapi konvensional antara posisi telentang dengan posisi berubah-ubah setiap tiga jam pada bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia. Hasil penelitian secara statistik tidak ada perbedaan signifikan penurunan kadar total serum bilirubin antara posisi yang dirubah-ubah setiap 3 jam dengan posisi telentang. 6 1.2. Rumusan Masalah Apakah dijumpai perbedaan penurunan kadar serum bilirubin setelah fototerapi konvensional antara posisi telentang dengan posisi berubah-ubah dari posisi telentang menjadi posisi telengkup setiap 3 jam pada bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia. 1.3. Hipotesis Terdapat perbedaan penurunan kadar serum bilirubin pada fototerapi konvensional antara posisi berubah-ubah setiap 3 jam dengan posisi telentang pada bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia. Universitas Sumatera Utara 1.4. Tujuan penelitian Untuk mengetahui perbedaan penurunan kadar total serum bilirubin setelah fototerapi konvensional antara posisi telentang dengan posisi berubah-ubah dari telentang menjadi telengkup setiap 3 jam pada bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia. 1.5. Manfaat penelitian 1.5.1. Di bidang akademik/ ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang perinatologi, khususnya dalam efektifitas fototerapi konvensional dalam menurunkan kadar serum bilirubin pada bayi baru lahir yang menderita hiperbilirubinemia. 1.5.2. Di bidang pelayanan masyarakat: meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bayi baru lahir, terutama manfaat perubahan posisi yang dirubah-ubah dari telentang menjadi telengkup selama fototerapi pada hiperbilirubinemia. 1.5.3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan masukan terhadap bidang perinatologi, khususnya dalam tatalaksana hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir dengan melakukan perubahan posisi dari telentang menjadi telengkup selama fototerapi. Universitas Sumatera Utara