BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, dimana dalam proses tersebut semua transaksi yang terjadi akan dicatat, diklasifikasikan, dan diikhtisarkan untuk kemudian disusun menjadi suatu laporan keuangan. Dalam laporan keuangan tersebut akan terlihat data kuantitatif dari harta, utang, modal, pendapatan, dan biaya-biaya yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan suatu perusahaan dapat dikatakan sebagai bentuk pertanggungjawaban pimpinan perusahaan yang berupa ikhtisar keuangan. Laporan keuangan disusun oleh manajemen perusahaan sebagai alat komunikasi untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal perusahaan. 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Kieso dan Weygandt (2009: 5) mendefinisikan laporan keuangan sebagai berikut: “Financial statements are principal means through which a company communicates its financial information to those outside it. These statements provide a company’s history quantified in money terms”. Laporan keuangan merupakan alat utama yang digunakan perusahaan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan perusahaannya kepada pihak luar. Laporan ini berisi sejarah perusahaan yang diukur dalam bentuk uang. 2.1.2. Fungsi dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan mempunyai fungsi untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan hasil kegiatan operasional suatu perusahaan kepada berbagai pihak yang berkepentingan, baik dari internal maupun eksternal perusahaan. Pernyataan Standar akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 menjelaskan tentang tujuan laporan keuangan sebagai berikut: “Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”. 2.1.3. Komponen Laporan Keuangan Komponen laporan keuangan lengkap menurut PSAK No. 1 adalah sebagai berikut: “Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini: a) laporan posisi keuangan pada akhir periode; b) laporan laba rugi komprehensif selama periode; c) laporan perubahan ekuitas selama periode; d) laporan arus kas selama periode; e) catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; dan f) laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.” Berikut ini dijelaskan secara rinci mengenai tiap komponen laporan keuangan: 1. Laporan Posisi Keuangan Menurut Kieso dan Weygandt (2009: 190), yang dimaksud dengan laporan posisi keuangan adalah sebagai berikut: “The statement of financial position, also referred to as the balance sheet, reperts the assets, liabilities, and equity of a business enterprise at a specific date. These financial statement provides information about the nature and amounts of investments in enterprise resources, obligations to creditors, and the equity in net resources.” Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan posisi keuangan atau neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas. Laporan ini mengungkapkan mengenai jumlah dan informasi tentang sumber daya perusahaan, kewajiban pada kreditor, dan ekuitas pemilik. 2. Laporan Laba-Rugi Laporan laba-rugi menurut Kieso dan Weygandt (2009: 144) adalah laporan kinerja yang mengungkapkan kesuksesan hasil operasional perusahaan pada suatu periode tertentu. Laporan ini menyediakan kebutuhan bagi para investor dan kreditor untuk memprediksi jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan. 3. Laporan Perubahan Ekuitas Menurut Kieso dan Weygandt (2007: 64), yang dimaksud dengan laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukkan rekonsiliasi saldo awal ekuitas hingga menunjukkan saldo akhir ekuitas. Rekonsiliasi tersebut berasal dari tambahan investasi, laba rugi usaha, dan pendistribusian hasil untuk pemilik (dividen atau drawing). 4. Laporan Arus Kas Laporan arus kas menurut Kieso dan Weygandt (2009: 204) adalah ikhtisar dari semua kas masuk dan kas keluar, atau sumber dan penggunaan kas selama periode. Laporan ini terdiri dari tiga aktivitas perusahaan, yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Di Indonesia, laporan arus kas dibahas tersendiri dalam PSAK No. 2 tentang Laporan Arus Kas. Dalam PSAK tersebut dinyatakan bahwa laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan arus kas perusahaan selama periode tertentu diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. 5. Catatan atas Laporan Keuangan Kieso dan Weygandt (2009: 213) menjelaskan tentang catatan atas laporan keuangan sebagai berikut: “Notes can explain in qualitative terms information related to specific financial statement items. In addition, they can provide supplemental data of a quantitative nature to expand the information in financial statements. Notes also can explain restriction imposed by financial arrangements or basic contractual agreements.” Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa catatan atas laporan keuangan dapat menjelaskan setiap item dalam laporan keuangan. Selain itu catatan atas laporan keuangan juga dapat menjelaskan kebijakan perusahaan dan dasar-dasar perjanjian kontraktual. Dalam PSAK No. 1 dijelaskan bahwa: “Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.” 2.1.4. Laporan Konsolidasi Konsep akuntansi dari business combination, seperti yang dijelaskan di Financial Accounting Standard Board (FASB) No. 141, yaitu suatu kombinasi dimana satu atau lebih perusahaan menjadi cabang dari perusahaan induk. Beams (2006:6) menyebutkan bahwa suatu perusahaan menjadi sebuah cabang ketika perusahaan lain mempunyai pengaruh dan hak suara karena kepemilikan saham yang beredar. Laporan keuangan konsolidasi harus disusun jika salah satu perusahaan yang bergabung memiliki kendali terhadap perusahaan lain. Dalam hal ini tentunya perusahaan investor. 2.1.4.1. Pengertian Laporan Keuangan Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan yang menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi untuk induk perusahaan dan satu atau lebih anak perusahaan, seakan-akan entitas-entitas individual tersebut merupakan satu entitas atau satu perusahaan. 2.1.4.2. Tujuan Laporan Keuangan Konsolidasi Adapun maksud dan tujuan dari laporan keuangan konsolidasi, yaitu agar dapat memberikan gambaran yang objektif dan sesuai atas keseluruhan posisi dan aktivitas dari satu perusahaan yang terdiri atas sejumlah perusahaan yang berhubungan istimewa, dimana laporan keuangan konsolidasi diharapkan tidak menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dan harus didasarkan pada substansi atas peristiwa ekonomi juga. 2.2. Kurs PSAK No. 10 (2010: 10.3) mendefinisikan kurs sebagai rasio peertukaran untuk dua mata uang. Menurut Beams (2006: 414) kurs atau nilai tukar mata uang asing adalah nilai pokok untuk mata uang yang dinyatakan dengan mata uang lain. Sedangkan menurut FASB No. 52, valuta asing dapat didefinisikan sebagai mata uang lain selain mata uang fungsional perusahaan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kurs adalah rasio antara satu unit mata uang dengan mata uang lain yang setara dengan mata uang tersebut pada suatu waktu dan bukan merupakan mata uang fungsional perusahaan. Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan kurs, yaitu: 1. Kurs spot (spot rate) merupakan kurs untuk pertukaran yang terjadi langsung pada saat transaksi. 2. Kurs sekarang (current rate) merupakan kurs dimana satu unit mata uang dapat dipertukarkan dengan mata uang lain pada tanggal neraca atau tanggal transaksi. 3. Kurs historis (historical rate) merupakan kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya transaksi. 4. Kurs penutup (closing rate) adalah nilai tukar spot pada tanggal neraca. Kurs spot merupakan cerminan nilai pasar, sementara kurs sekarang dan kurs historis merupakan terminasi akuntansi. Kurs sekarang untuk transaksi mata uang asing adalah kurs spot sebagai akibat penyesuaian langsung atas jumlah yang dinyatakan dalam mata uang asing dalam transaksi. Kurs historis adalah kurs spot yang mengacu pada tanggal kejadian atau transaksi tertentu. Kurs spot, kurs sekarang, maupun kurs historis dapat merupakan kurs tetap atau mengambang tergantung pada mata uang tertentu yang dilibatkan. 2.2.1. Fluktuasi Kurs Dari waktu ke waktu, kurs selalu mengalami perubahan. Secara umum, perubahan nilai kurs berupa: 1. Apresiasi atau depresiasi Apresiasi adalah kenaikan nilai mata uang suatu Negara terhadap mata uang asing, sedangkan depresiasi adalah penurunan nilai mata uang suatu Negara terhadap mata uang asing. Kedua hal tersebut sepenuhnya tergantung pada kekuatan pasar (permintaan dan penawaran valuta asing) baik dalam negeri maupun luar negeri. 2. Revaluasi atau devaluasi Naik atau turunnya nilai mata uang suatu Negara terhadap mata uang asing dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Perbedaannya dengan apresiasi atau depresiasi diantaranya adalah revaluasi atau devaluasi dinyatakan secara resmi oleh pemerintah, dilakukan secara mendadak, dan ada perbedaan selisih kurs yang besar antara sebelum dan sesudah revaluasi atau devaluasi. 2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Kurs Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs biasanya merupakan akibat interaksi antara beberapa faktor secara simultan, dengan mengasumsi faktor lainnya tetap (ceteris paribus). Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi kurs, yaitu: 1. Suku bunga. Kenaikan suku bunga domestik relatif terhadap suku bunga asing menyebabkan return investasi mata uang domestik lebih besar daripada valuta asing, sehingga permintaan uang lokal meningkat (uang lokal terapresiasi). Hal sebaliknya terjadi jika suku bunga domestik menurun terhadap suku bunga asing. 2. Pendapatan. Ketika pendapatan nasional domestik relatif meningkat terhadap pendapatan asing, daya serap domestik terhadap produk meningkat, sehingga permintaaan valuta asing meningkat (uang lokal terdepresiasi). Hal sebaliknya terjadi jika pendapatan domestik menurun terhadap pendapatan asing. 3. Tingkat harga. Apabila tingkat harga produk secara umum meningkat (inflasi), sehingga daya beli uang lokal menurun. Hal sebaliknya juga akan terjadi jika deflasi. 4. Kebijakan pemerintah. Melalui kebijakan fiskal dan moneter, pemerintah dapat mempengaruhi indicator makro ekonomi (tingkat bunga, inflasi, pendapatan nasional, dan harga) sehingga mempengaruhi kurs. 2.2.3. Prinsip Umum Standar Valuta Asing Prinsip umum standar valuta asing yaitu, suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dilakukan dalam dua cara, yaitu melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki kegiatan usaha luar negeri (foreign operation). Menurut PSAK No. 10 (2010: 10.3) kegiatan usaha luar negeri adalah entitas yang merupakan entitas anak, entitas asosiasi, ventura bersama atau cabang dari entitas pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan di suatu negara atau mata uang selain negara atau mata uang entitas pelapor. Untuk memasukkan transaksi dalam valuta asing pada laporan keuangan suatu perusahaan, transaksi harus dinyatakan dalam mata uang pelaporan. Begitu pula untuk suatu anak perusahaan (subsidiary) yang berdomisili di luar negeri dan menyusun laporan keuangan dalam mata uang Negara tempat domisilinya harus dilakukan penjabaran kembali laporan keuangan (translasi) oleh perusahaan induk saat akan menyusun laporan keuangan konsolidasi. Gambar 2.1 Sumber Terjadi Laba/Rugi Selisih Kurs Laba/Rugi Selisih Kurs Laba/Rugi Transaksi Tanggal Transaksi Tanggal Laporan Keuangan Laba/Rugi Translasi Tanggal Penyelesaian Transaksi yang Belum Terselesaikan Tanggal Laporan Keuangan Berikutnya Tanggal Laporan Keuangan Awal Transaksi yang Telah Terselesaikan Sumber: Choi dan Mueller, 1998 2.3. Perlakuan Transaksi Terhadap Selisih Kurs Transaksi Transaksi yang terjadi dalam suatu Negara merupakan transaksi lokal yang dinilai dan dicatat dalam mata uang Negara tersebut. Transaksi yang dilakukan perusahaan anak Indonesia di luar negeri dicatat dalam mata uang fungsionalnya, dan laporan keuangannya juga dinyatakan dalam mata uang asing. Namun laporan keuangan ini harus dikonversikan ke dalam rupiah (mata uang fungsional perusahaan induk) sebelum dilakukan konsolidasi (Prasa 2006: 14). Pengertian yang mendasari dari transaksi luar negeri dengan transaksi mata uang asing menurut Beams (2006: 472) adalah sebagai berikut: 1. Transaksi luar negeri adalah transaksi antarnegara atau perusahaan dari Negara yang berbeda. 2. Transaksi mata uang asing adalah transaksi dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang selain dari mata uang fungsional suatu entitas. Transaksi luar negeri tidak otomatis merupakan transaksi mata uang asing. Jenis transaksi luar negeri yang paling sering dilakukan adalah ekspor impor barang dan jasa. Transaksi ekspor maupun impor adalah transaksi luar negeri, tetapi keduanya bukanlah transaksi mata uang asing kecuali jika nilai tukarnya dinyatakan dalam suatu mata uang asing, yang artinya mata uang selain mata uang fungsional entitas. Penjabaran diperlukan jika transaksi tidak dinyatakan dalam mata uang fungsional dari suatu entitas. Jika transaksi dinyatakan dalam mata uang fungsional entitas maka penjabaran tidak diperlukan (Prasa 2006: 14). 2.3.1. Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing Perusahaan dengan operasi luar negeeri yang signifikan menyusun laporan keuangan konsolidasi yang memungkinkan para pembaca laporan mendapatkan pemahaman atas operasi perusahaan. Untuk mencapai hal ini, laporan keuangan perusahaan luar negeri yang berdenominasi dalam mata uang asing disajikan ulang dengan mata uang pelaporan induk perusahaan. Proses penyajian informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya disebut sebagai translasi. Persyaratan konsolidasi induk perusahaan sering diberlakukan bagi anak peusahaan. Perusahaan induk harus terus menerus memantau kinerja operasi anak perusahaan luar negerinya dan juga memonitor informasi akuntansi yang diperlukan untuk memperbandingkan kinerja dari setiap anak perusahaan. PSAK No. 11 menyebutkan bahwa: “Laporan keuangan dari suatu kegiatan usaha luar negeri yang merupakan bagian integral dari perusahaan pelapor harus dijabarkan dengan menggunakan prosedur sebagaimana dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing, seolah-olah transaksi kegiatan usaha luar negeri tersebut merupakan transaksi perusahaan pelapor sendiri”. 2.3.2. Translasi Menurut Choi, et al (1999) translasi tidak sama dengan konversi. Konversi merupakan pertukaran fisik antara satu mata uang dengan mata uang yang lain, sedangkan translasi hanya merupakan perubahan dalam ekspresi moneter, seperti mengubah penampilan dalam neraca mata uang pounds menjadi US dollar. Tidak ada pertukaran fisik, tidak ada transaksi akuntansi atas pertukaran tersebut. Adapun alasan untuk melakukan translasi adalah (Choi, et al, 1999): 1. Untuk mencatat transaksi-transaksi mata uang asing. 2. Untuk melaporkan hasil aktivitas cabang dan anak perusahaan di luar negeri. 3. Untuk melaporkan hasil-hasil operasi independen di luar negeri. 2.3.3. Metode-metode Translasi Menurut Mueller, et al (1997) ada empat metode translasi yaitu: 1. The current-noncurrent method Metode ini melakukan translasi untuk aset dan kewajiban lancer dengan kurs yang berlaku, sedangkan untuk aset dan kewajiban jangka panjang dengan kurs historis. Untuk akun-akun laba rugi kecuali baban dan amortsasi ditranslasikan dengan menggunakan kurs rata-rata masing-masing bulan operasi yang akan dilaporkan. Beban amortisasi dan depresiasi ditranslasikan dengan memakai kurs historis yang berlaku pada saat aset tetap diperoleh. 2. The monetary-nonmonetary method Pada metode ini aset dan kewajiban moneter yang memiliki hak untuk menerima atau keharusan untuk membayar sejumlah valuta asing tertentu di masa depan (kas, piutang, dan utang) akan ditranslasikan memakai kurs yang berlaku. Sedangkan akun-akun nonmoneter (aset tetap, investasi jangka panjang, dan persediaan) ditranslasikan dengan menggunakan kurs historis. Untuk akun-akun laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan kurs yang sama dengan metode current-noncurrent. 3. The temporal method Pada metode ini untuk akun-akun moneter ditranslasikan dengan kurs yang berlaku. Sedangkan akun-akun nonmoneter ditranslasikan dengan kurs sesuai dengan basis pengukurannya. Untuk akun-akun laba rugi ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada saat transaksi yang mendasari terjadinya, walaupun pemakaian kurs rata-rata disarankan jika transaksi-transaksi laba rugi terlalu banyak. 4. The current rate method Metode ini paling mudah digunakan karena semua aset dan kewajiban valuta asing akan ditranslasikan dengan menggunakan kurs yang berlaku. Semua akun-akun laba rugi ditranslasikan dengan kurs yang berlaku pada saat akun tersebut diakui, meskipun untuk tujuan kelayakan akun tersebut dapat ditranslasikan dengan rata-rata tertimbang dari kurs-kurs yang berlaku untuk periode yang bersangkutan. 2.3.4. Selisih Kurs Menurut PSAK No. 10 (2010: 10.4) selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari penjabaran sejumlah tertentu satu mata uang ke dalam mata uang lain pada kurs yang berbeda. 2.3.5. Akuntansi Selisih Kurs di Indonesia PSAK No. 10 paragraf 28 (2010: 10.11) menjelaskan tentang pengakuan selisih kurs, yaitu: “Selisih kurs yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada proses penjabaran pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut dijabarkan, pada pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan keuangan sebelumnya, diakui dalam laba rugi pada periode saat terjadinya, kecuali sebagaimana dijelaskan di paragraf 32”. Dalam PSAK No. 10 (2010: 10.12) paragraf 32 menjelaskan tentang pengecualian terhadap perlakuan yang diberlakukan pada hal-hal berikut: ”Selisih kurs yang timbul pada pos moneter yang membentuk bagian dari investasi neto entitas pelapor dalam kegiatan usaha luar negeri diakui dalam laba rugi pada laporan keuangan tersendiri entitas pelapor atau laporan keuangan individual kegiatan usaha luar negeri, mana yang tepat. Dalam laporan keuangan yang mencakup kegiatan usaha luar negeri dan entitas pelapor (misalnya laporan keuangan konsolidasian ketika kegiatan uasha luar negeri adalah entitas anak), selisih kurs diakui awalnya dalam pendapatan komprehensif lain dan direklasifikasi dari ekuitas ke laba rugi pada saat pelepasan investasi neto.” Pengakuan laba rugi selisih kurs dalam laporan keuangan tergantung sumber terjadinya selisih kurs tersebut. Perusahaan yang melakukan transaksi dalam mata uang asing mungkin mengalami selisih kurs yang bersal dari translasi transaksi tersebut, sedangkan perusahaan yang berusaha (beranak perusahaan) di luar negeri selain mengalami selisih kurs yang berasal dari translasi transaksi dalam mata uang asing, juga yang berasal dari translasi laporan keuangan dalam mata uang asing dari anak perusahaan ke dalam laporan keuangan perusahaan pelapor (induk perusahaan di Indonesia). 2.4. Saham Menurut Gitman (2003: 6) saham adalah bentuk paling sederhana dari kepemilikan perusahaan. Saham adalah surat berharga yang menunjukan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang sahamnya. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup populer diperjualbelikan di pasar modal (Tandelilin, 2001: 18). 2.4.1. Jenis-jenis Saham Berdasarkan jenis saham yang diperjualbelikan sehari-hari dapat dibedakan menurut kriteria berikut: 1. Berdasarkan Cara Peralihan Hak a. Saham Atas Tunjuk (Bearer Stock) Sertifikat saham ini tidak mencantumkan nama pemiliknya, sehingga hak kepemilikannya dapat dengan mudah dialihkan. b. Saham Atas Nama (Registered Stock) Dalam sertifikat saham ini dituliskan nama pemilik, sehingga peralihan hak harus memenuhi prosedur tertentu, yaitu menggunakan dokumen pengalihan, kemudian nama pemiliknya akan dicatat dalam buku khusus yang memuat daftar nama pemegang saham. 2. Berdasarkan Hak Atas Klaim 1. Saham Biasa (Common Stock/ Ordinary Share) Saham jenis ini tidak memberikan hak khusus kepada pemiliknya untuk memperoleh prioritas utama dalam pembagian dividen maupun hasil likuidasi perusahaan. Pemilik saham biasa akan memperoleh haknya setelah klaim dari kreditur dan pemegang saham preferen diselesaikan. Walaupun begitu pemegang saham biasa ini mempunyai kepemilikan atas aset-aset perusahaan. Oleh karena itu, pemegang saham mempunyai hak suara (voting right) untuk memilih direktur ataupun manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan penting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham. Hak ini disebut juga hak kontrol (Tandelilin, 2001: 18). Selain itu pemegang saham biasa ini juga mempunyai hak preemptive, yaitu hak untuk mendapatkan prosentase kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai (Jogiyanto, 2003: 74). 2. Saham Preferen (Preffered Stock/ Preffered Share) Saham preferen adalah saham yang mempuyai kombinasi karkteristik gabungan dari obligasi maupun saham biasa, karena saham preferen memberikan pendapatan yang tetap seperti halnya obligasi, dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti pada saham biasa (Jogiyanto, 2003: 67). Pemegang saham preferen akan mendapat hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran kewajiban pemegang obligasi dan hutang (sebelum pemegang saham biasa mendapatkan haknya). Perbedaan dengan saham biasa adalah bahwa saham preferen tidak memberikan hak suara kepada pemegangnya untuk memilih direksi ataupun manajemen perusahaan, seperti layaknya saham biasa (Tandelilin, 2001: 18). Besarnya dividen yang akan diterima oleh pemegang saham preferen pada suatu periode dinyatakan sebagai jumlah unit moneter tertentu atau sebagai suatu presentase dari nilai parinya. 2.4.2. Nilai Saham Menurut Jogiyanto (2003: 79), secara garis besar terdapat tiga nilai yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value), dan nilai intrinsik (intrinsic value). 1. Nilai Buku (Book Value) Nilai buku merupakan nilai saham pembukuan perusahaan emiten. Untuk menghitung nilai buku suatu saham, beberapa nilai yang berhubungan diantaranya: a. Nilai Nominal (Par Value) Merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Nilai nominal ini berupa modal per lembar saham yang secara hukum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak dapat diambil oleh pemegang saham. Kadang kala suatu saham tidak mempunyai nilai nominal (no-par value stock). Untuk saham seperti ini dewan direksi umumnya menetapkan nilai sendiri (stated value) per lembarnya. Jika tidak ada nilai yang ditetapkan, maka dianggap sebagai modal secara hukum adalah pada waktu pengeluaran saham yang bersangkutan. b. Agio saham (additional paid-in capital atau in excess of par value) Yaitu merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal sahamnya. Agio saham ditampilkan di neraca dalam nilai total yaitu agio per lembar dikalikan dengan jumlah lembar yang dijual. c. Nilai modal disetor (paid in capital) Merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan total nilai nominal ditambah dengan agio saham. d. Saldo laba (retained earnings) Saldo laba merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagi ini dapat diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana internal. Saldo laba dalam penyajiannya di neraca menambah total laba yang disetor. Karena laba ditahan ini milik pemegang saham yang berupa keuntungan yang tidak dibagikan, maka nilai ini juga akan menambah ekuitas pemilik saham di neraca. 2. Nilai Pasar (Market Value) Berbeda dengan nilai buku, nilai pasar merupakan harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran yang bersangkutan di pasar bursa. 3. Nilai Instrinsik (Intrinsic Value/ Fundamental Value) Merupakan nilai seharusnya dari suatu saham. Dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya atas suatu saham adalah analisis fundamental (fundamental security analysis) atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknis (technical analysis). 2.4.3. Analisis Harga Saham Tujuan dari investasi adalah keuntungan, potensi keuntungan yang didapat dari investasi saham adalah dividen dan capital gains, keuntungan dari dividen didapat karena kinerja perusahaan, sedangkan keuntungan dari capital gains didapat dari pergerakan saham yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Ada dua metode yang digunakan investor dalam menganalisis harga pasar saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. 1. Analisis Fundamental Pendekatan fundamental adalah pendekatan untuk menganalisis suatu saham dengan berdasarkan pada data perusahaan seperti earning, dividen, penjualan dan lainnya (Tandelilin, 2001: 200). Analisis fundamental mempelajari brosur atau data-data industrri perusahaan, aktualisasi penjualan, kekayaan, pendapatan, penyerapan pasar, dan evaluasi manajemen perusahaan. Data-data ini akan dibandingkan dengan datadata lain dari perusahaan yang sejenis. Sehingga dapat diperkirakan nilai instrinsik dari suatu perusahaan. Dalam melaksanakan analisis data, analis akan memperoleh dan mengikhtisarkan informasi-informasi yang tersedia ke dalam bentuk rasio. Beberapa rasio keuangan yang umum digunakan dalam melaksanakan analisis fundamental adalah efficiency ratio, price earning ratio, dividen yield, net assets value, dan price to book value ratio. Dalam penentuan nilai instrinsik saham berdasarkan analisis fundamental digunakan dua pendekatan , yaitu (1) pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan (2) pendekatan ratio harga tehadap earning (Price Earning Ratio/ PER) (Tandelilin, 2001: 184). Pendekatan nilai sekarang dilakukan dengan menghitung seluruh aliran kas yang akan diterima pemegang saham dari suatu saham di masa datang, dan kemudian didiskonto dengan tingkat bunga diskonto (biasanya sebesar tingkat return yang disyaratkan). Sedangkan pendekatan PER dalam penentuan nilai suatu saham dilakukan dengan menghitung berapa Rupiah uang yang diinvestasikan kedalam suatu saham untuk memperoleh satu Rupiah pendapatan (earning) dari saham tersebut. Dari analisis yang telah dilakukan, akan diketahui apakah suatu saham mengalami mispriced. Jika saham mengalami undervalued dimana harga saham telah melebihi nilai instrinsiknya, maka saham itu layak jual. Anlisis fundmental ini banyak digunakan oleh akademisi (Jogiyanto, 2003: 89). 2. Analisis Teknikal Analisis teknikal merupakan pendekatan untuk mencari pola pergerakan harga saham yang bisa dipakai untuk meramalkan pergerakan saham di kemudian hari (Tandelilin, 2001: 200). Keputusan investasi dalam analisis teknikal mendasarkan diri pada data-data pasar dimasa lalu (seperti harga saham dan volume penjualan saham), sebagai dasar untuk mengestimasi harga saham di masa datang. Levy (1966) seperti yang telah dikutip oleh Tandelilin (2001: 248) mengemukakan beberapa asumsi yang mendasari pendapat tersebut diatas: 1. Nilai pasar, barang, dan jasa ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran. 2. Interaksi permintaan dan penawaran ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor rasional maupun faktor yang tidak rasional. Faktor-faktor tersebut meliputi berbagai variabel ekonomi dan variabel fundamental serta faktorfaktor seperti opini yang beredar, mood investor, dan ramalan-ramalan investor. 3. Harga-harga sekuritas secara individual dan nilai pasar secara keseluruhan cenderung bergerak mengikuti suatu trend selama jangka waktu yang relatif panjang. 4. Trend perubahan dan nilai pasar dapat berubah karena perubahan permintaan dan penawaran. Hubungan-hubungan tersebut akan bisa dideteksi dengan melihat diagram reaksi pasar yang terjadi. Metode analisis teknikal ini mendasarkan analisisnya dengan mempelajari grafik trend harga saham dan indikator-indikator pasar saham lainya. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman yang memadai mengenai pola pergerakan harga saham beserta tekanan penawaran dan permintaan akan saham, sehingga dapat membuat prediksi harga saham di masa yang akan datang. Analisis teknikal ini banyak digunakan oleh praktisi dalam menentukan harga saham (Jogiyanto, 2003: 89). 2.4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Harga pasar saham di bursa dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang bersifat kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif, antara lain pengaruh peraturan pedagangan saham, ketat tidaknya pengawasan atas pelanggaran oleh pelaku bursa, psikologi pemodal dan lain sebagainya. 1. Penawaran dan Permintaan Harga pasar saham akan terbentuk melalui jumlah penawaran dan permintaan terhadap suatu saham. Jumlah permintaan dan penawaran akan mencerminkan kekuatan pasar. Jika penawaran lebih besar dari jumlah permintan, pada umumnya harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu saham, maka harga akan cenderung naik. 2. Perilaku Investor Para investor yang masuk ke pasar modal berasal dari bermacam kalangan masyarakat dan dengan berbagai tujuan. Jika ditinjau dari segi tujuannya, maka investor dapat dikelompokan kedalam empat kelompok, yaitu: a. Investor yang bertujuan memperoleh dividen. Kelompok ini mengincar perusahaan-perusahaan yang sudah stabil. Keadaan perusahaan yang demikian menjamin kepastian adanya keuntungan yang relatif stabil. Harapan utama kelompok ini adalah untuk memperoleh dividen lebih penting dari pada keuntungan untuk memperoleh capital gain. b. Investor yang bertujuan berdagang. Harga saham-saham di bursa tidak tetap, dapat bergerak naik atau turun, tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran. Perubahan ini menarik bagi kalangan investor yang bertujuan untuk berdagang. Kelompok ini membeli saham dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dari selisih positif harga beli dan harga jual. Pendapatan mereka bersumber dari jual beli saham tersebut. c. Kelompok yang berkepentingan dalam pemilikan saham perusahaan. Bagi kelompok ini yang penting adalah ikut sertanya mereka sebagai pemilik perusahaan. Investor ini cenderung memilih saham perusahaan yang sudah punya nama baik. Perubahan-perubahan harga saham yang kurang berarti tidak membuat mereka gelisah untuk menjualnya. Kelompok ini tidak aktif dalam perdagangan bursa. d. Kelompok spekulator. Kelompok ini lebih menyukai saham-saham perusahaan yang belum berkembang dengan baik. Pada umumnya pada setiap kegiatan pasar modal, spekulator mempunyai peran untuk menentukan aktivitas pasar modal sekaligus meningkatkan likuiditas saham. Sedangkan perilaku investor berdasarkan tingkat kecanggihannya dalam menerima dan memanfaatkan informasi yang tersedia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1. Naive investor Yaitu kelompok investor yang lugu dan buta informasi. Kelompok ini tidak mampu menafsirkan dan memanfaatkan informasi yang tersedia untuk membantu dalam pengambilan keputusan investasinya. 2. Sophisticated investor Yaitu kelompok investor yang telah canggih dalam memanfaatkan informasi yang tersedia. Kelompok ini telah mengetahui berbagai jenis informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan investasinya. 2.4.5. Indeks Harga Saham Indeks harga saham adalah suatu indicator yang menunjukkan pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indicator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan konsdisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu. Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan saham saat ini apakah sedang naik, stabil, atau turun. Salah satu indeks harga saham yang umum dipakai untuk penentuan trend atau reaksi pasar saham adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menggunakan semua saham yang tercatat sabagai komponen perhitungan indeks. 2.4.6. Trading Volume Activity (TVA) Volume perdagangan merupakan bagian yang diterima dalam analisis teknikal. Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik. Peningkatan volume perdagangan saham dibarengi dengan peningkatan harga merupakan gejala yang semakin kuat akan kondisi yang bullish (Neni dan Mahendra, 2004), volume perdagangan saham dapat digunakan oleh investor untuk melihat apakah saham yang dibeli tersebut merupakan saham aktif diperdagangkan di pasar (Neni dan Mahendra, 2004). Saham yang aktif perdagangannya sudah pasti memiliki volume perdagangan yang besar dan saham dengan volume yang besar akan menghasilkan return saham yang tinggi (Tharun, 2000). Menurut Husnan, dkk (1996) mengukur kegiatan perdagangan saham yang dilihat melalui indikator Trading Volume Activity (TVA) digunakan untuk melihat apakah investor individual menilai laporan keuangan informatif dalam arti apakah informasi tersebut membuat keputusan perdagangan di atas keputusan perdagangan normal. Sedangkan menurut Neni dan Mahendra (2004), perubahan volume perdagangan saham di pasar modal menunjukkan aktivitas perdagangan saham di bursa dan mencerminkan keputusan investor. TVA merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter perubahan volume perdagangan saham (Sri Fatmawati dan Marwan Asri, 1999). Jika pengumuman laba/rugi selisih kurs berpengaruh secara signifikan terhadap TVA maka pengumuman tersebut mengandung informasi. Ditinjau dari fungsinya TVA merupakan suatu variasi dari event study. Hasil perhitungan TVA mencerminkan perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan dengan jumlah saham yang beredar dalam suatu periode tertentu. Jadi, TVA diukur dengan formulasi sebagai berikut (Foster, 1986 dalam Husnan, dkk, 1996): Saham perusahaan i yang diperdagangkan pada waktu t Saham perusahaan i yang tercatat di BEI TVAit = Setelah TVA saham masing-masing saham diketahui kemudian dihitung rata-rata volume perdagangan relatif saham sampel dengan cara: 𝑋𝑇𝑉𝐴 = 𝑛 𝑖=1 𝑇𝑉𝐴𝑖 𝑛 n = jumlah waktu pengamatan TVA = volume perrdagangan relatif saham 𝑋𝑇𝑉𝐴 = rata-rata volume perdagangan relatif saham Pendekatan TVA ini juga dapat digunakan untuk menguji hipotesis pasar efisiensi bentuk lemah (weak-form efficiency). Hal ini dikarenakan pada pasar yang belum efisien atau efisien dalam bentuk lemah, perubahan harga belum dengan segera mencerminkan informasi yang ada sehingga investor hanya dapat mengamati reaksi pasar modal melalui pergerakan volume perdagangan pasar modal yang diteliti. Menurut Neni dan Mahendra (2004), kecepatan reaksi antara kejadian dan pengaruhnya terhadap harga saham di bursa tergantung pada kekuatan pasar. Semakin efisien suatu pasar maka semakin cepat pula informasi tersebut terefleksikan dalam harga yang sama. 2.5. Hubungan antara Pengakuan Laba/Rugi Selisih Kurs dan Trading Volume Activity Laba/rugi selisih kurs merupakan salah satu komponen dari informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan, dan dilaporkan di laporan laba rugi. Laba/rugi selisih kurs merupakan salah satu komponen laporan laba rugi yang diduga berpengaruh terhadap reaksi pasar modal. Peningkatan transaksi ekspor impor menyebabkan operasi internasional menjadi penting. Fluktuasi kurs merupakan salah satu faktor yang menyebabkan operasi internasional menjadi penting, dan dalam hal ini kurs merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan asing. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang berjudul “Pengaruh Laba/Rugi Selisih Kurs Pada Laporan Konsolidasi Terhadap Harga Saham (Studi Pada Multinational Company di Indonesia)” oleh Susilawati (2010). Sampel yang digunakan adalah 40 perusahaan multinasional di Indonesia yang listing di BEI tahun 2006-2008 yang dianalasis dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil dari penelititan tersebut adalah menunjukkan bahwa informasi laba/rugi selisih kurs pada laporan konsolidasi Multinational Company di Indonesia tidak berpenganruh signifikan terhadap harga saham yang diproksikan melalui Cummulative Abnormal Return (CAR).