IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kandungan serat pangan pada varietas ganyong merah dan ganyong putih dan untuk menentukan varietas ganyong yang akan digunakan pada penelitian ini. Selain itu, pada penelitian pendahuluan ini dilakukan uji coba pembuatan bubur instan ganyong dengan menggunakan drum dryer. Serat pangan (dietary fiber) merupakan bagian dari jaringan tanaman yang tahan terhadap proses hidrolisis oleh enzim dalam lambung dan usus kecil (Winarno, 1997). Terdapat dua jenis utama dari serat pangan, yaitu serat larut (selulosa, hemiselulosa, dan lignin) dan serat tidak larut (gums, mucilages, dan pektin) (whfoods.com, 2011). Anggraini (2007) mengatakan bahwa setiap makanan memiliki kadar serat makanan yang berbeda-beda. Friska (2002) menyatakan bahwa makanan dapat diklaim sebagai sumber serat pangan apabila mengandung serat pangan sebesar 3-6 gram/100 gram. Astawan et al. (2005) mengatakan bahwa serat pangan adalah suatu karbohidrat kompleks di dalam bahan pangan yang tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan manusia. Serat pangan ini merupakan komponen dari jaringan tanaman yang tahan terhadap proses hidrolisis oleh enzim dalam lambung dan usus kecil. Serat yang larut pada serat pangan mempunyai peranan fisiologis penting dalam menurunkan kadar kolesterol dan glukosa serum serta mencegah penyakit jantung dan hipertensi. Makanan yang mengandung serat yang tinggi biasanya mudah dicerna. Hal ini dikarenakan dengan konsumsi serat pangan yang tinggi maka feses lebih mudah menyerap air, menjadi lebih empuk, halus, dan mudah didorong keluar. Sehingga bisa mengurangi kesakitan pada penderita divertikulosis yaitu penyakit pembengkakan usus besar. Ganyong memiliki serat pangan yang cukup tinggi. Keuntungan dari tingginya kadar serat pangan dalam makanan antara lain adalah untuk peningkatan kesehatan usus besar, pelepasan glukosa darah yang lebih terkontrol, dan peningkatan profil lipid dalam darah (Anggraini, 2007) Uji serat pangan ganyong segar adalah uji serat pangan yang larut. Dari hasil uji serat pangan, umbi ganyong merah mempunyai kandungan serat pangan yang lebih tinggi yaitu 14.1% dibandingkan dengan ganyong putih yaitu 13.5%. Menurut U.S Departement of Agriculture and Health and Human Services, kebutuhan serat pangan adalah 20-30 gram per hari dengan batas maksimum 35 gram per hari. Dietary Guidelines for American menganjurkan untuk makan makanan yang mengandung pati dan serat dalam jumlah tepat (20-35 gram/hari) untuk menghindari kelebihan lemak jenuh, kolesterol, gula, natrium, serta membantu mengontrol berat badan. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa ganyong merupakan pangan sumber serat yang cukup tinggi. Dari hasil penelitian pendahuluan ini, maka ganyong yang digunakan dalam peneltian adalah ganyong merah. Nilai serat pangan ganyong segar adalah 14.1% sedangkan nilai serat pangan tepung ganyong instan meningkat menjadi 21.5%. Hal ini dikarenakan selama pengeringan, bahan pangan kehilangan air yang menyebabkan meningkatnya proporsi kadar zat gizi di dalam massa yang tertinggal (Desrosier, 2008). Jumlah serat pangan yang ada per satuan berat di dalam tepung ganyong instan lebih besar daripada dalam umbi ganyong segar. 17 Selanjutnya, uji coba pembuatan bubur instan ganyong dilakukan untuk mengetahui apakah ganyong bisa dijadikan bubur instan. Selain itu, penelitian pendahuluan juga berfungsi menentukan lama pengukusan dan RPM pengering drum yang optimal. 1. LAMA PENGUKUSAN Lama pengukusan ganyong bisa mempengaruhi tingkat kematangan ganyong yang akan diproses menjadi bubur instan. Ganyong yang akan diproses menjadi bubur harus memiliki tingkat kematangan yang cukup dan mempunyai pengaruh terbaik terhadap produk akhir, diantaranya adalah tingkat kecerahan. Umbi ganyong dimasukkan setelah air mendidih dan lama pengukusan dihitung saat umbi ganyong dimasukkan. Penelitian pendahuluan untuk menentukan lama pengukusan ini dilakukan pada tiga waktu pengukusan yaitu 30 menit, 40 menit, dan 50 menit. Pengering drum diatur pada RPM 6 dan tekanan uap 300 kPa (3 bar). Dari hasil penelitian pendahuluan ini, tingkat kecerahan (L) untuk lama pengukusan 30, 40, dan 50 menit berturut-turut adalah 82.17, 82.81, dan 83.23. Tingkat kecerahan (L) yang terbaik adalah pada lama pengukusan 50 menit sehingga lama pengukusan 50 menit ini lah yang akan diterapkan pada penelitian utama. Gambar 9. Ganyong Merah Segar (kiri), Ganyong Merah setelah dikukus dan dikupas (kanan) Tingkat Kecerahan (L) Tepung ganyong instan hasil penelitian pendahuluan untuk menentukan lama pengukusan bisa dilihat pada gambar dan tabel berikut. 83.5 83 82.5 82 81.5 30 menit 40 menit 50 menit Lama Pengukusan Gambar 10. Tingkat kecerahanTepung Ganyong Instan pada berbagai lama pengukusan 18 Tabel 2. Hasil Penelitian Pendahuluan menentukan waktu pengukusan Lama Pengukusan Komposisi Adonan 1:3 30 menit 40 menit 50 menit 2. RPM PENGERING DRUM Menurut Brennan et al. (1974), salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan dan kadar air akhir dari produk yang diproses menggunakan pengering drum adalah kecepatan rotasi drum (RPM Pengering Drum). Sedangkan menurut Moore (1995), kecepatan putaran pengering drum akan menentukan waktu kontak antara film dan permukaan drum yang panas. Lamanya kontak produk dengan panas mengakibatkan produk cepat menjadi kering dan gosong 19 (kecoklatan). Sebaliknya, jika kecepatan putaran terlalu cepat maka kontak antara produk dengan panas kurang sehingga produk masih belum kering sempurna (basah). Kecepatan putaran pengering drum (RPM pengering drum) ditentukan pada penelitian pendahuluan untuk mengetahui RPM optimal dalam proses pembuatan bubur instan ganyong dan mendapatkan hasil yang terbaik. Kecepatan putaran pengering yang digunakan ada tiga yaitu 2 RPM, 4 RPM, dan 6 RPM. Dua RPM didefinisikan sebagai dua kali putaran (360o) dalam satu menit sehingga waktu yang dibutuhkan untuk satu kali putaran adalah 30 detik. Bahan yang masuk ke dalam pengering drum hanya melewati tiga per empat lingkaran. Dengan begitu, lama pengeringan bahan adalah 22.5 detik. Sedangkan lama pengeringan bahan untuk 4 RPM dan 6 RPM berturut-turut adalah 11.25 detik dan 7.5 detik. Dari hasil penelitian pendahuluan ini, tingkat kecerahan (L) untuk kecepatan putaran 2 RPM, 4 RPM, dan 6 RPM berturut-turut adalah 70.67, 79.04, dan 80.97. Tingkat kecerahan (L) yang terbaik adalah pada kecepatan putaran 6 RPM sehingga kecepatan putaran ini lah yang akan diterapkan pada penelitian utama. Hasil penelitian pendahuluan untuk menentukan kecepatan putaran pengering drum ini bisa dilihat pada gambar berikut dan produk akhir tepung instan ganyong bisa dilihat pada tabel berikut. Tingkat Kecerahan (L) Tingkat Kecerahan (L) Dried Ganyong 85 80 75 70 65 2 4 6 RPM Gambar 11. Tingkat kecerahan tepung ganyong instan pada berbagai kecepatan putaran pengering drum Warna tepung instan ganyong yang dihasilkan dari penelitian pendahuluan ini adalah putih kekuningan dengan tingkat kecerahan yang berbeda-beda. Perlakuan lama pengukusan tidak berpengaruh besar terhadap tingkat kecerahan tepung ganyong instan, sedangkan perlakuan RPM cukup berpengaruh terhadap tingkat kecerahan tepung ganyong instan. Tepung ganyong instan yang diinginkan adalah yang cerah sehingga perlakuan dari penelitian pendahuluan ini mengambil hasil yang mempunyai tingkat kecerahan tepung ganyong instan yang terbaik, yaitu untuk lama pengukusan 50 menit dan kecepatan putaran pengering drum 6 RPM. 20 Tabel 3. Hasil Penelitian Pendahuluan menentukan RPM Pengering Drum RPM Komposisi Adonan 1:3 2 4 6 21 B. PENGARUH PERBANDINGAN KOMPOSISI GANYONG DAN AIR Penelitian utama dilakukan dengan dua perlakuan yaitu tekanan uap air (steam) dan perbandingan komposisi ganyong dengan air. Penelitian utama ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan antara tekanan steam dan komposisi yang terbaik dalam proses pembuatan tepung instan ganyong yang akan direhidrasi menjadi bubur ganyong. Chun Kiat Pua (2008) mendefinisikan kualitas atau mutu pada proses pembuatan tepung nangka yang diproses menggunakan pengering drum adalah kadar air, aktivitas air, kelarutan, nilai L, a, b Hunter, QDA (Quality Descriptive Analysis) dan Uji Hedonik. Sedangkan Hasman dan Purwadaria (2010) mencantumkan kadar air, kecerahan (L), viskositas bubur yang sudah direhidrasi, persentase lolos mesh 100, dan uji organoleptik sebagai kualitas pada bubur instan talas yang diproses menggunakan pengering drum. Pada penelitian ini, parameter atau respon yang dilihat adalah kadar air, tingkat kecerahan, kekentalan (viskositas), persentase partikel lolos mesh 100, rendemen, dan uji organoleptik. 1. PENGARUH PERBANDINGAN KOMPOSISI GANYONG DAN AIR TERHADAP TEPUNG GANYONG INSTAN Perbandingan komposisi ganyong dan air memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kadar air dan frekuensi partikel lolos mesh 100 pada tepung ganyong instan. Sedangkan untuk tingkat kecerahan dan rendemen tidak mempunyai pengaruh yang berbeda nyata. a. Kadar Air Kadar air ganyong segar adalah 341.1% b.k. dan setelah dikukus mengalami sedikit penurunan menjadi 297.2% b.k. Dari hasil penelitian, perlakuan dengan komposisi 1:4 mempunyai kadar air akhir paling rendah yaitu 5.31% b.k sedangkan perlakuan dengan komposisi 1:2 mempunyai kadar air akhir paling tinggi yaitu 8.76% b.k. Dari hasil analisis ragam, perlakuan perbandingan ganyong dan air memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap hasil analisis kadar air produk tepung instan ganyong. Dengan uji lanjut Duncan, perlakuan terbaik adalah komposisi 1:4 yang mempunyai kadar air yang paling rendah. Nilai kadar air yang rendah ini menunjukkan bahwa daya simpan produk tepung instan ganyong lebih baik. Sedangkan perlakuan dengan kadar air paling tinggi menurut uji lanjut Duncan adalah perlakuan dengan komposisi 1:2. Hasman dan Purwadaria (2010) mendapatkan kadar air paling rendah pada komposisi talas dan air 1:1. Kadar air dengan perlakuan komposisi 1:4 rata-rata mempunyai rata-rata nilai kadar air yang paling rendah yaitu 6.26% b.k. Sedangkan perlakuan dengan komposisi 1:2 mempunyai rata-rata nilai kadar air yang paling tinggi yaitu 8.05% b.k. dan perlakuan dengan komposisi 1:3 mempunyai rata-rata nilai kadar air 7.03%. Pada komposisi 1:4, larutan yang akan dikeringkan lebih mudah menyebar membentuk lapisan tipis saat dimasukkan ke drum dryer sehingga proses penguapan air lebih mudah. Dari hasil eksplorasi data kadar air menggunakan Trend Analysis, komposisi ganyong dengan air 1:5 mempunyai kandungan kadar air yang lebih kecil dari komposisi 1:4 yaitu 5.6%. 22 8.0 Kadar Air (% b.k) 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 A1 A2 A3 Komposisi A1,A2, A3 : 1:2, 1:3, 1:4 Gambar 12. Histogram Kadar air tepung ganyong instan terhadap berbagai perlakuan komposisi ganyong dengan air b. Tingkat Kecerahan Tingkat Kecerahan (L) Tingkat kecerahan diukur menggunakan Minolta Chromameter yang ditembakkan pada sampel tepung instan ganyong dalam cawan petri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecerahan yang diperoleh dari tepung instan ganyong berkisar antara 69.62 – 83.25, sedangkan nilai rata-ratanya berkisar antara 75.97 – 79.25. Tingkat kecerahan yang paling rendah diperoleh pada perlakuan komposisi 1:2 sedangkan tingkat kecerahan yang paling tinggi diperoleh pada perlakuan komposisi 1:4. Dari hasil analisis ragam, perlakuan komposisi ganyong dan air tidak mempunyai pengaruh yang nyata pada tingkat kecerahan tepung instan ganyong. Hal ini bisa dikarenakan pada berbagai komposisi ganyong dan air tidak terdapat perbedaan warna yang mencolok. Komposisi ganyong dan air yang berbeda menyebabkan tingkat kekentalan dan kelarutan ganyong yang berbeda. 100 80 60 40 20 0 A1 A2 A3 Komposisi A1,A2, A3 : 1:2, 1:3, 1:4 Gambar 13. Histogram Tingkat kecerahan tepung ganyong instan terhadap berbagai perlakuan komposisi ganyong dengan air 23 c. Frekuensi Partikel Tepung Berukuran Mesh 100 Produk yang dihasilkan dari pengering drum berupa serpihan. Serpihan-serpihan itu dihaluskan menggunakan blender kering. Pada umumnya proses pengecilan ukuran untuk produk berupa tepung menggunakan Pin Mill, namun dikarenakan banyak susut yang dihasilkan karena menggunakan pin mill maka digunakan blender kering yang mempunyai tingkat kehalusan yang mendekati pin mill. Pengecilan ukuran menggunakan blender dilakukan selama 1 menit. Ukuran partikel tepung instan mesh 100 mempunyai ukuran yang paling halus, setara dengan bubuk susu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi partikel tepung berukuran mesh 100 berkisar antara 31.48% sampai 56.29%. Dari hasil analisis ragam, perlakuan komposisi ganyong dengan air berpengaruh nyata terhadap frekuensi partikel tepung berukuran mesh 100. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan terbaik dengan frekuensi tertinggi adalah pada komposisi 1:4. Sedangkan frekuensi paling rendah adalah pada komposisi 1:3. Pada komposisi 1:4, ganyong lebih mudah dihaluskan dengan air dan pada saat pengeringan akan menghasilkan serpihanserpihan yang halus sehingga mudah saat dilakukan penghalusan dengan blender kering. Dari hasil eksplorasi data frekuensi partikel tepung mesh 100 menggunakan Trend Analysis, komposisi ganyong dengan air 1:5 mempunyai frekuensi partikel yang lebih kecil dari komposisi 1:4. Frekuensi Partikel (%) 60 50 40 30 20 10 0 A1 A2 A3 Komposisi A1,A2, A3 : 1:2, 1:3, 1:4 Gambar 14. Histogram Frekuensi partikel tepung ganyong instan mesh 100 terhadap berbagai perlakuan komposisi ganyong dengan air d. Rendemen Pada proses pembuatan tepung instan ganyong dilakukan perhitungan rendemen tepung instan ganyong dari umbi ganyong kukus yang diblender dengan air. Rendemen bubur instan menyatakan persentase bubur instan kering dari bubur basah yang dihitung berdasarkan berat bubuk kering bubur instan dibagi dengan berat bubur basah sebelum pengeringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jangkauan rendemen bubur instan ganyong adalah 13.86% sampai 19.40%. Dari hasil analisis ragam, perlakuan komposisi ganyong dengan air 24 tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen bubur instan ganyong. Rata-rata rendemen tertinggi diperoleh pada komposisi 1:2 diikuti dengan 1:4 dan 1:3. Pada komposisi 1:3 dan 1:4 terdapat susut yang lebih banyak saat pengeringan karena tingkat kekentalannya rendah sehingga ada yang berjatuhan ke bawah. 25 Rendemen (%) 20 15 10 5 0 A1 A2 A3 Komposisi A1,A2, A3 : 1:2, 1:3, 1:4 Gambar 15. Histogram Rendemen tepung ganyong instan terhadap berbagai perlakuan komposisi ganyong dengan air 2. PENGARUH KOMPOSISI GANYONG DENGAN AIR TERHADAP BUBUR GANYONG Perbandingan komposisi ganyong dan air memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kekentalan bubur ganyong dan nilai uji organoleptik. Bubur ganyong dibuat dari tepung ganyong instan yang direhidrasi dengan air bersuhu 60-800C. Perbandingan tepung dengan air adalah 1:5. Setelah dicampur air, bubur diaduk hingga merata atau semua tepung tercampur dengan baik. Setelah itu, bubur siap dilakukan pengujian kekentalan dan uji organoleptik. a. Kekentalan Kekentalan menyatakan daya tahan aliran yang diberikan oleh suatu cairan. Daya tahan ini merupakan hasil dari pergerakan molekul di dalam cairan akibat gerakan Brown dan gaya kohesi antar molekul. Kekentalan bahan sangat ditentukan oleh granula pati, pH, kadar gula, dan kandungan amilosa (Doni, 2002). Kekentalan diukur dengan alat Viscometer Rion VT 03 pada bubur instan yang sudah direhidrasi. Perbandingan tepung instan ganyong dengan air panas adalah 1 : 5 dengan suhu air panas 600C -800C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kekentalan dari bubur instan ganyong yang sudah direhidrasi berkisar antara 1 675 cp – 10 200 cp. Jangkauan nilai kekentalan ini sangat tinggi. Dari hasil analisis ragam setelah ditransformasi, perlakuan komposisi ganyong dengan air memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kekentalan produk bubur ganyong yang 25 dihasilkan. Perlakuan terbaik menurut uji lanjut Duncan adalah komposisi ganyong dengan air 1:3 diikuti komposisi 1:4 dan 1:2. b. Uji Organoleptik Uji organoleptik merupakan uji yang bersifat subjektif dan menggunakan panelis yang mempunyai tingkat kesukaan dan kepekaan yang bervariasi. Panelis adalah sekelompok orang yang memberikan kesan subjektif berdasarkan prosedur yang diujikan. Uji kesukaan atau uji hedonik merupakan salah satu jenis uji penerimaan. Dalam uji ini, panelis mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan, disamping itu juga mereka mengemukakan tingkat kesukaan atau ketidaksukaannya dengan skala hedonik (Haerani, 2000). Menurut Winarno (1988), penentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat tergantung pada beberapa faktor diantaranya citarasa, warna, tektur, kerenyahan, sifat mikrobiologis, dan lain-lain. Menurut Nasution (1980), faktor utama yang dinilai dari citarasa adalah rupa (meliputi warna, bentuk, dan ukuran), aroma, dan rasa. Skala kesukaan pada bubur ganyong dinilai dengan skala penilaian 1 sampai 7. Pernyataan sangat suka bernilai 7, suka bernilai 6, agak suka bernilai 5, netral bernilai 4, agak tidak suka bernilai 3, tidak suka bernilai 2 dan sangat tidak suka bernilai 1. Penilaian dilakukan terhadap rasa, warna, aroma, dan tekstur.Uji organoleptik dilakukan terhadap rasa, warna, aroma, dan tekstur bubur instan yang sudah direhidrasi kepada 10 orang panelis semi terlatih dari Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB. Komposisi ganyong dengan air memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai uji organoleptik baik tingkat kesukaan warna, aroma, rasa, tekstur, maupun tingkat kesukaan secara keseluruhan. Namun, untuk penampakan warna terdapat perbedaan dari perbandingan komposisi ganyong dengan air. Komposisi 1: 4 mempunyai warna yang lebih cerah dibandingan dengan komposisi 1:2. Hal ini dikarenakan jumlah kandungan air pada komposisi 1:4 lebih banyak sehingga warnanya terlihat lebih putih dibandingan dengan komposisi 1:2 yang lebih kental. Sedangkan untuk perbandingan 1:3 mempunyai nilai diantaranya. C. PENGARUH TEKANAN STEAM DALAM PROSES PENGERINGAN DRUM Menurut Moore (1995), tekanan steam merupakan variabel pertama yang terlibat dalam operasi pengeringan drum. Sedangkan menurut Brennan et al. (1974), tekanan steam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan pengeringan dan kadar air akhir produk pada proses pengeringan drum. Perlakuan tekanan steam terdiri atas tiga taraf yaitu 3 bar (300 kPa), 4 bar (400 kPa), dan 5 bar (500 kPa) 1. PENGARUH TEKANAN STEAM TERHADAP TEPUNG GANYONG INSTAN Tekanan steam pengering drum memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tingkat kecerahan tepung ganyong instan. Sedangkan untuk kadar air, frekuensi partikel mesh 100, dan rendemen tepung ganyong instan tidak berpengaruh nyata. 26 Namun, interaksi antara perlakuan komposisi ganyong dengan air dan perlakuan tekanan steam mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap tepung ganyong instan. Interaksi perlakuan ini mempunyai pengaruh yang nyata terhadap kadar air dan frekuensi mesh 100 dari tepung instan ganyong. Sedangkan untuk tingkat kecerahan dan rendemen tidak berpengaruh nyata. Pengaruh interaksi komposisi ganyong dengan air pada penelitian ini mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan pengaruh tekanan steam. a. Kadar Air Dari hasil penelitian, perlakuan tekanan steam 400 kPa mempunyai kadar air paling rendah yaitu 5.31% b.k sedangkan perlakuan tekanan steam 300 kPa mempunyai kadar air paling tinggi yaitu 8.76% b.k. Dari hasil analisis ragam, perlakuan tekanan steam tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap hasil analisis kadar air produk tepung instan ganyong. Perlakuan dengan tekanan steam 500 kPa mempunyai rata-rata nilai kadar air yang paling rendah yaitu 6.92% b.k sedangkan perlakuan dengan tekanan steam 300 kPa mempunyai nilai rata-rata kadar air yang paling tinggi yaitu 7.72% b.k. Untuk perlakuan dengan tekanan steam 400 kPa mempunyai nilai rata-rata kadar air 7.10% b.k. Semakin tinggi tekanan steam, maka suhu pengeringan juga semakin tinggi. Dengan begitu, kadar air produk yang dihasilkan semakin rendah. Namun demikian, perbedaan kadar air akibat perlakuan tekanan steam lebih kecil dibandingkan dengan perbedaan kadar air akibat perlakuan komposisi. 8.0 Kadar Air (% b.k) 7.0 6.0 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 B1 B2 B3 Tekanan Steam B1, B2, B3 : 300 kPa, 400 kPa, 500 kPa Gambar 16. Histogram Kadar air tepung ganyong instan terhadap berbagai perlakuan tekanan steam Dari hasil interaksi, perlakuan dengan komposisi 1:4 dan tekanan steam 400 kPa mempunyai kadar air paling rendah yaitu 5.31% b.k sedangkan perlakuan dengan komposisi 1:1 dan tekanan steam 300 kPa mempunyai kadar air paling tinggi yaitu 8.76% b.k. Dari hasil analisis ragam, perlakuan tekanan steam dan komposisi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap hasil analisis kadar air produk tepung instan ganyong. Dengan uji lanjut Duncan, perlakuan terbaik adalah komposisi 1:4 dan tekanan steam 400 kPa yang mempunyai kadar air yang paling rendah. Nilai kadar air yang rendah ini menunjukkan bahwa daya simpan produk tepung instan ganyong lebih baik. Sedangkan perlakuan dengan kadar air paling tinggi menurut 27 uji lanjut Duncan adalah perlakuan dengan komposisi 1:3 dan tekanan steam 400 kPa. Hasman dan Purwadaria (2010) mendapatkan kadar air paling rendah pada tekanan steam 405 kPa dan komposisi adonan 1:1. Kadar Air (% b.k) 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 A3B3 A3B2 A2B1 A1B3 A1B2 A2B3 A2B2 A3B1 A1B1 A1,A2,A3 : 1:2, 1:3, 1:4 B1,B2,B3 : 300 kPa (3 bar), 400 kPa(4 bar), 500 kPa (5 bar) Gambar 17. Kadar Air tepung ganyong instan terhadap berbagai interaksi perlakuan b. Tingkat Kecerahan Tingkat Kecerahan (L) Dari hasil uji statistik, perlakuan tekanan steam mempunyai pengaruh yang nyata terhadap tingkat kecerahan tepung ganyong instan. Rata-rata nilai kecerahan pada tekanan steam 500 kPa mempunyai nilai yang paling rendah, sedangkan rata-rata nilai kecerahan yang paling tinggi diperoleh pada tekanan steam 400 kPa. Hal ini bisa disebabkan karena tekanan steam 500 kPa mempunyai suhu pengeringan yang paling tinggi sehingga rata-rata produk yang dihasilkan sedikit gosong dan mempunyai kecerahan yang lebih rendah karena berwarna kecokelatan. Sedangkan untuk tekanan steam 300 kPa, suhu pengeringannya paling rendah namun tingkat kecerahannya bukan yang paling tinggi. Hal ini bisa disebabkan karena pada tekanan steam 300 kPa masih terdapat produk yang sedikit basah sehingga kadar airnya tinggi dan tidak mempunyai kecerahan yang optimal. Namun demikian, tingkat kecerahan pada tekanan 300 kPa lebih tinggi dibandingkan tingkat kecerahan pada tekanan 500 kPa. Untuk tekanan 400 kPa mempunyai nilai kecerahan yang paling tinggi karena pada tekanan 400 kPa ini mempunyai suhu pengeringan optimal dalam kecerahan produk tepung instan yang dihasilkan. 100 80 60 40 20 0 B1 B2 B3 Tekanan Steam B1, B2, B3 : 300 kPa, 400 kPa, 500 kPa Gambar 18. Histogram Tingkat kecerahan tepung ganyong instan terhadap berbagai perlakuan tekanan steam 28 Tabel 4. Tepung ganyong instan pada berbagai perlakuan komposisi dan tekanan steam Komposisi1 300 Tekanan Steam (kPa) 400 500 1:2 1:3 1:4 29 Tingkat Kecerahan (L) 80.00 79.00 78.00 77.00 76.00 75.00 74.00 A3B1 A1B3 A2B3 A1B1 A2B2 A2B1 A3B3 A1B2 A3B2 A1,A2,A3 : 1:2, 1:3, 1:4 B1,B2,B3 : 300 kPa (3 bar), 400 kPa(4 bar), 500 kPa (5 bar) Gambar 19. Tingkat kecerahan pada berbagai perlakuan Interaksi antara perlakuan komposisi ganyong dengan air dan perlakuan tekanan steam mempunyai pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap tingkat kecerahan tepung ganyong instan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecerahan yang diperoleh dari tepung instan ganyong berkisar antara 69.62 – 83.25, sedangkan nilai rata-ratanya berkisar antara 75.97 – 79.25. Tingkat kecerahan yang paling rendah diperoleh pada perlakuan komposisi 1:4 dan tekanan steam 300 kPa sedangkan tingkat kecerahan yang paling tinggi diperoleh pada perlakuan komposisi 1:4 dan tekanan steam 400 kPa. c. Frekuensi Partikel Tepung Berukuran Mesh 100 Tekanan steam tidak mempunyai pengaruh yang berbeda nyata terhadap frekuensi partikel tepung berukuran mesh 100. Frekuensi partikel tepung berukuran mesh 100 lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat kekentalan bahan sebelum dimasukkan yaitu komposisi ganyong dengan air. Namun, interaksi antara perlakuan tekanan steam dan perlakuan komposisi ganyong dengan air memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Dari hasil analisis ragam, interaksi perlakuan komposisi ganyong dengan air dan tekanan steam berpengaruh nyata terhadap frekuensi partikel tepung berukuran mesh 100. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan terbaik dengan frekuensi partikel tepung berukuran mesh 100 tertinggi adalah pada komposisi 1:2 dan tekanan steam 500 kPa. Sedangkan frekuensi partikel tepung berukuran mesh 100 paling rendah adalah pada komposisi 1:3 dan tekanan steam 400 kPa. Untuk tekanan steam, 500 kPa mempunyai nilai frekuensi partikel tepung berukuran mesh 100 yang paling tinggi diikuti dengan 400 kPa dan 300 kPa. Perlakuan suhu yang tinggi pada komposisi yang kental yaitu 1:2 akan menghasilkan serpihan yang rapuh sehingga sangat mudah dihaluskan. Pada komposisi 1:4 yang terlalu cair dan pada suhu tinggi menyebabkan serpihan yang kering tapi tidak rapuh. Serpihan yang rapuh ini akan mudah saat penggilingan sehingga frekuensi partikel tepung berukuran mesh 100 bisa lebih banyak. 30 Frekuensi Partikel (%) 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 A3B1 A2B2 A1B1 A2B3 A3B3 A3B2 A1B2 A2B1 A1B3 A1,A2,A3 : 1:2, 1:3, 1:4 B1,B2,B3 : 300 kPa (3 bar), 400 kPa(4 bar), 500 kPa (5 bar) Gambar 20. Frekuensi partikel tepung berukuran mesh 100 pada berbagai perlakuan komposisi dan tekanan steam d. Rendemen Rendemen (%) Perlakuan tekanan steam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rendemen. Untuk perlakuan tekanan steam, rata-rata rendemen tertinggi diperoleh pada 400 kPa diikuti dengan 300 kPa, dan 500 kPa. Pada tekanan steam 500 kPa terdapat serpihan ganyong instan yang terlalu kering sehingga berwarna kecokelatan dan mengurangi rendemen. Sedangkan pada tekanan steam 300 kPa terdapat serpihan ganyong instan yang masih basah sehingga belum jadi. 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 A1B3 A3B1 A2B3 A2B2 A3B3 A1B1 A3B2 A2B1 A1B2 A1,A2,A3 : 1:2, 1:3, 1:4 B1,B2,B3 : 300 kPa (3 bar), 400 kPa(4 bar), 500 kPa (5 bar) Gambar 21. Persentase rendemen tepung ganyong instan pada berbagai perlakuan 31 Dari hasil analisis ragam, interaksi antara perlakuan komposisi dan tekanan steam tidak berpengaruh nyata terhadap rendemen bubur instan ganyong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jangkauan rendemen bubur instan ganyong adalah 13.86% sampai 19.40%. Rendemen tertinggi diperoleh pada perlakuan dengan komposisi 1:2 dan tekanan steam 400 kPa. Sedangkan rendemen terendah diperoleh pada perlakuan dengan komposisi 1:2 dan tekanan steam 500 kPa. 2. PENGARUH TEKANAN STEAM TERHADAP BUBUR GANYONG Perlakuan tekanan steam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai uji organoleptik, namun tidak berpengaruh nyata untuk kekentalan bubur ganyong. Begitu pula dengan interaksi antara perlakuan komposisi ganyong dengan air dan perlakuan tekanan steam memberikan perngaruh yang berbeda nyata terhadap nilai uji organoleptik, namun tidak berpengaruh nyata untuk kekentalan bubur ganyong. a. Kekentalan Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kekentalan dari bubur instan ganyong yang sudah direhidrasi berkisar antara 1 675 cp – 10 200 cp. Jangkauan nilai kekentalan ini sangat tinggi. Nilai kekentalan terendah diperoleh pada perlakuan komposisi 1:2 dan tekanan steam 400 kPa sedangkan kekentalan tertinggi diperoleh pada perlakuan komposisi 1:3 dan tekanan steam 500 kPa. Dari hasil analisis ragam, perlakuan tekanan steam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kekentalan bubur instan ganyong. Begitu pula interaksi antara perlakuan komposisi dan tekanan steam tidak berbeda nyata terhadap kekentalan produk bubur instan yang dihasilkan. Hal ini berarti untuk setiap perlakuan, kekentalan dari bubur instan yang sudah direhidrasi sama saja. Dalam proses pembuatan bubur, waktu rehidrasi masing-masing perlakuan berbeda-beda sehingga hal ini bisa mempengaruhi pada kekentalan. Pada gambar 21, kekentalan perlakuan A2B3, komposisi ganyong dengan air 1:3 dan tekanan steam 500 kPa, merupakan data pencilan yang mempunyai kekentalan yang sangat tinggi sendiri yaitu 10 200 cp. Sedangkan pada gambar bubur ganyong yang sudah direhidrasi terlihat bahwa yang mempunyai kekentalan yang paling tinggi adalah perlakuan A3B3 yaitu komposisi ganyong dengan air 1:4 dan tekanan steam 500 kPa. Hal ini bisa terjadi karena pada tepung ganyong instan hasil perlakuan A2B3, komposisi ganyong dengan air 1:3 dan tekanan steam 500 kPa, mempunyai sifat sulit bercampur dengan air. Oleh karena itu dibutuhkan waktu rehidrasi yang lebih lama sehingga nilai kekentalan dari bubur ganyong berbeda-beda. Karena waktu rehidrasi bubur berbeda-beda dan rentang suhu air yang cukup besar maka hasil dari kekentalan ini tidak bisa dibandingkan dengan baik karena tidak homogen. Untuk memberikan gambaran, kekentalan bisa dilihat pada gambar 21 dan gambar bubur ganyong hasil rehidrasi pada Tabel 5 di bawah ini. Hasman dan Purwadaria (2010) juga memperoleh hasil yang tidak berbeda nyata terhadap kekentalan bubur instan talas yang diproses melalui pengering drum. 32 Kekentalan (cp) 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 A1B2 A3B2 A1B1 A3B3 A1B3 A2B1 A2B2 A3B1 A2B3 A1,A2,A3 : 1:2, 1:3, 1:4 B1,B2,B3 : 300 kPa (3 bar), 400 kPa(4 bar), 500 kPa (5 bar) Gambar 22. Kekentalan pada berbagai perlakuan b. Uji Organoleptik Warna Tingkat Kesukaan Warna Kesan pertama yang dilihat dari makanan adalah warna. Warna memegang peranan penting secara visual. 5 4 3 2 1 0 A2B3 A2B1 A2B2 A3B3 A1B1 A3B2 A1B2 A1B3 A3B1 A1,A2,A3 : 1:2, 1:3, 1:4 B1,B2,B3 : 300 kPa (3 bar), 400 kPa(4 bar), 500 kPa (5 bar) Gambar 23. Penilaian organoleptik terhadap warna pada berbagai perlakuan 33 Tabel 5. Bubur Ganyong pada berbagai perlakuan Komposisi1 300 Tekanan Steam (kPa) 400 500 1:2 1:3 1:4 34 Hasil penelitian menunjukkan jangkauan rata-rata warna adalah 3.5 (agak tidak suka sampai netral) hingga 4.4 (netral sampai agak suka). Untuk semua perlakuan mempunyai penilaian warna yang tidak jauh berbeda. Yang paling tidak disukai terhadap warna adalah perlakuan dengan komposisi 1:3 dan tekanan steam 500 kPa.. Sedangkan yang paling disukai terhadap warna adalah perlakuan dengan komposisi 1:4 dan tekanan steam 300 kPa. Dari hasil uji nonparametrik menggunakan chi-square, perlakuan tekanan steam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai organoleptik warna. Begitu pula interaksi antara perlakuan komposisi ganyong dengan air dan tekanan steam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap organoleptik warna. Perlakuan dengan konsetnrasi 1:4 dan tekanan steam 300 kPa setelah direhidrasi tidak begitu berwarna kecokelatan dan paling disukai dibandingkan dengan sampel yang lain. Rasa Tingkat Kesukaan Rasa Rasa merupakan faktor yang penting dalam keputusan terakhir konsumen untuk menerima atau menolak suatu makanan. Walaupun warna, aroma, dan tekstur baik namun jika rasanya tidak enak konsumen akan menolak makanan itu. Rasa dinilai dengan adanya tanggapan rangsangan kimiawi oleh indra pencicip (lidah), dimana akhirnya kesatuan interaksi antara sifatsifat aroma, rasa, dan tekstur merupakan keseluruhan rasa makanan yang dinilai. Penilaian pada rasa dapat diartikan sebagai penerimaan panelis terhadap kriteria mutu rasa tertentu dari suatu produk. Pada penelitian ini produk yang diuji adalah bubur instan yang sudah direhidrasi. Rasa makanan adalah kombinasi dari tanggapan atau kesan-kesan cicip, aroma, dan tekstur (Winata, 2001). Rasa bubur instan ganyong yang timbul bisa disebabkan dari bahan utama ganyong dan dalam proses pengeringan. 5 4 3 2 1 0 A2B2 A2B1 A3B2 A3B3 A2B3 A3B1 A1B1 A1B2 A1B3 A1,A2,A3 : 1:2, 1:3, 1:4 B1,B2,B3 : 300 kPa (3 bar), 400 kPa(4 bar), 500 kPa (5 bar) Gambar 24. Penilaian organoleptik terhadap rasa pada berbagai perlakuan Hasil penelitian menunjukkan jangkauan rata-rata rasa adalah 3.3 (agak tidak suka sampai netral) hingga 4.1 (netral sampai agak suka). Untuk semua perlakuan mempunyai penilaian rasa yang tidak jauh berbeda. Yang paling tidak disukai terhadap rasa adalah perlakuan dengan komposisi 1:3 dan tekanan steam 400 kPa.. Sedangkan yang paling disukai terhadap rasa adalah perlakuan dengan komposisi 1:2 dan tekanan steam 500 kPa. 35 Dari hasil uji nonparametrik menggunakan chi-square, perlakuan tekanan steam memberikan pengaruh yang nyata terhadap organoleptik rasa. Begitu pula interaksi antara perlakuan komposisi dan tekanan steam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rasa. Aroma Aroma bahan makanan banyak menentukan kelezatan bahan makanan tersebut (Winarno, 1988). Aroma adalah bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia yang tercium oleh syaraf-syaraf olfaktori yang berada dalam rongga hidung ketika makanan masuk ke mulut. Tingkat Kesukaan Aroma Tingkat Kesukaan Terhadap Aroma 5 4 3 2 1 0 A2B2 A2B3 A2B1 A1B2 A1B1 A1B3 A3B1 A3B2 A3B3 A1,A2,A3 : 1:2, 1:3, 1:4 B1,B2,B3 : 300 kPa (3 bar), 400 kPa(4 bar), 500 kPa (5 bar) Gambar 25. Penilaian organoleptik terhadap aroma pada berbagai perlakuan Hasil penelitian menunjukkan jangkauan rata-rata aroma adalah 3.8 (agak tidak suka sampai netral) hingga 4.2 (netral sampai agak suka). Untuk semua perlakuan mempunyai penilaian aroma yang tidak jauh berbeda. Yang paling tidak disukai terhadap aroma adalah perlakuan dengan komposisi 1:3 dan tekanan steam 400 kPa. Sedangkan yang paling disukai terhadap aroma adalah perlakuan dengan komposisi 1:4 dan tekanan steam 500 kPa. Dari hasil uji nonparametrik menggunakan chi-square, perlakuan tekanan steam memberikan pengaruh yang nyata terhadap organoleptik aroma. Begitu pula perlakuan komposisi dan tekanan steam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap aroma. Dalam penilaian aroma, suatu zat harus bersifat dapat menguap, sedikit larut dalam air atau sedikit larut dalam minyak agar menghasilkan aroma (bau). Dalam hal ini, proses pengeringan menyebabkan berkurangnya kandungan senyawa yang dapat menguap dalam bahan sehingga aromanya menjadi lemah (Haerani, 2000). Namun, pada bubur ganyong setelah direhidrasi mempunyai aroma yang cukup kuat dan sama dengan aroma bubur pada umumnya. Tekstur Setiap bahan makanan mempunyai sifat tekstur tersendiri tergantung pada keadaan fisik, ukuran dan bentuk sel yang dikandungnya. Penilaian terhadap tekstur dapat berupa kekerasan, 36 Tingkat kesukaan Tekstur elastisitas, atau kerenyahan. Pada bubur instan yang sudah direhidrasi mempunyai tekstur yang halus dan tidak lengket. 5 4 3 2 1 0 A2B2 A3B2 A2B1 A2B3 A1B3 A3B3 A3B1 A1B2 A1B1 A1,A2,A3 : 1:2, 1:3, 1:4 B1,B2,B3 : 300 kPa (3 bar), 400 kPa(4 bar), 500 kPa (5 bar) Gambar 26. Penilaian organoleptik terhadap tekstur pada berbagai perlakuan Hasil penelitian menunjukkan jangkauan rata-rata tekstur adalah 3.6 (agak tidak suka sampai netral) hingga 4.4 (netral sampai agak suka). Untuk semua perlakuan mempunyai penilaian tekstur yang tidak jauh berbeda. Yang paling tidak disukai terhadap tekstur adalah perlakuan dengan komposisi 1:3 dan tekanan steam 400 kPa. Sedangkan tekstur yang paling disukai adalah perlakuan dengan komposisi 1:2 dan tekanan steam 300 kPa. Dari hasil uji nonparametrik menggunakan chi-square, interaksi antara perlakuan komposisi ganyong dengan air dan tekanan steam memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tekstur. Begitupula dengan perlakuan tekanan steam memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Keseluruhan Hasil uji organoleptik secara keseluruhan bisa dilihat pada gambar berikut. Nilai ratarata organoleptik penerimaan keseluruhan bubur instan ganyong adalah berkisar antara 3.6 (agak tidak suka sampai netral) hingga 4.2 (netral sampai agak suka). Tingkat Kesukaan 5.0 4.0 3.0 2.0 1.0 0.0 A2B2 A2B1 A2B3 A3B2 A3B3 A1B1 A3B1 A1B2 A1B3 Gambar 27. Penilaian terhadap keseluruhan uji organoleptik pada berbagai perlakuan 37 Bubur instan ganyong dengan komposisi 1:2 dan tekanan steam 500 kPa secara keseluruhan merupakan bubur instan yang paling disukai. Sedangkan perlakuan dengan komposisi 1:3 dan tekanan steam 400 kPa merupakan bubur instan yang paling tidak disukai. Untuk semua perlakuan hampir memiliki tingkat kesukaan yang sama. D. LAJU PENGERINGAN Laju pengeringan drum pada penelitian ini dihitung dari jumlah air yang dikeringkan per satuan waktu. Kecepatan putar pengering drum adalah 6 RPM dan bahan melewati ¾ pengering drum. Dengan begitu, waktu pengeringan terjadi selama 7.5 detik. Grafik laju pengeringan dapat dilihat pada gambar berikut. Laju Pengeringan (kg/det) 7.00 6.31 6.00 4.98 5.00 4.97 4.97 6.30 6.31 4.00 3.00 3.63 3.64 3.64 2.00 1.00 0.00 A1B1 A1B2 A1B3 A2B1 A2B2 A2B3 A3B1 A3B2 A3B3 A1,A2,A3 : 1:2, 1:3, 1:4 B1,B2,B3 : 300 kPa (3 bar), 400 kPa(4 bar), 500 kPa (5 bar) Gambar 28. Laju Pengeringan pada berbagai Perlakuan Dari gambar 28 dapat diketahui bahwa laju pengeringan untuk setiap komposisi ganyong yang sama mempunyai laju pengeringan yang hampir sama dan semakin besar komposisi ganyong maka semakin besar pula laju pengeringannya. Sedangkan untuk tekanan steam, semakin tinggi tekanan steam maka laju pengeringan semakin besar pula. Namun, perbedaan laju untuk setiap tekanan steam tidak terlalu besar. 38