B5 tema utama

advertisement
tema utama
REPUBLIKA ● AHAD, 7 NOVEMBER 2010
MEDIAID.COM
Tujuan dan
Manfaat Akikah
AKIKAH MERUPAKAN
BENTUK SYUKUR ATAS
ANUGERAH YANG
DIBERIKAN OLEH
ALLAH SWT.
Oleh Nidia Zuraya
etiap ibadah yang disyariatkan
oleh Allah SWT, tentu memiliki
manfaat dan hikmah yang besar
bagi umat manusia. Bahkan,
dalam penciptaan langit dan
bumi, bahkan makhluk yang
paling kecil pun, terdapat hikmah yang besar
di dalamnya. Dan tidak ada yang sia-sia diciptakan oleh Allah. Allah juga tidak merasa
malu, karena menciptakan makhluk yang
kecil, kendati dalam pandangan manusia
merugikan.
“Sesungguhnya Allah tiada segan
membuat perumpamaan berupa nyamuk atau
yang lebih rendah dari itu. Adapun orangorang yang beriman, maka mereka yakin
bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan
mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, “Apakah maksud Allah menjadikan
ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan
Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula)
banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan
tidak ada yang disesatkan Allah kecuali
orang-orang yang fasik.” (QS al-Baqarah [2]:
26).
Dengan keterangan ayat di atas, jelaslah
bahwa hal itu untuk menguji umat manusia,
apakah dengan perumpamaan itu mereka menjadi orang yang bersyukur atau kufur (ingkar).
S
Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa
dalam penciptaan langit dan bumi, sesungguhnya terdapat tanda-tanda bagi orang
yang berpikir. “(Yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-
B5
DIAN/REPUBLIKA
sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.” (QS Ali Imrah [3]: 191).
Pun demikian halnya dengan tujuan
akikah untuk menyembelih hewan saat
kelahiran anak. Sebagai bagian dari fikih
ibadah, akikah mengandung banyak hikmah.
Menurut Syekh Abdullah Nashih Ulwan
dalam kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam, akikah
memiliki beberapa hikmah. Pertama,
menghidupkan sunah Nabi Muhammad SAW
dalam meneladani Nabi Ibrahim AS, tatkala
Allah SWT menebus putra Ibrahim yang tercinta, Ismail AS.
Kedua, dalam akikah mengandung unsur
perlindungan dari setan yang dapat mengganggu anak yang terlahir itu, dan ini sesuai
dengan makna hadis, yang artinya, “Setiap
anak itu tergadai dengan akikahnya.”
Sehingga, anak yang telah ditunaikan akikahnya insya Allah lebih terlindung dari gangguan setan yang sering mengganggu anakanak. Hal inilah yang dimaksud oleh Imam
Ibnu Qayyim al-Jauziyah “bahwa lepasnya dia
dari setan tergadai oleh akikahnya”.
Ketiga, akikah merupakan tebusan bagi
anak untuk memberikan syafaat bagi kedua
orang tuanya kelak pada hari akhir, sebagaimana Imam Ahmad mengatakan, “Dia tergadai dari memberikan syafaat bagi kedua
orang tuanya (dengan akikahnya).”
Keempat, merupakan bentuk pendekatan
diri kepada Allah SWT sekaligus sebagai
wujud rasa syukur atas karunia yang
dianugerahkan Allah SWT dengan lahirnya
sang anak.
Kelima, akikah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan
syariat Islam dan bertambahnya keturunan
mukmin yang akan memperbanyak umat
Rasulullah SAW pada hari kiamat.
Keenam, akikah dapat memperkuat
ukhuwah (persaudaraan) di antara
masyarakat. Ketujuh, merupakan sarana
untuk merealisasikan prinsip-prinsip keadilan
sosial dan menghapuskan gejala kemiskinan
di dalam masyarakat. Misalnya, dengan
adanya daging yang dikirim kepada fakir
miskin.
Syukur nikmat
KH Muhammad Sholikhin dalam bukunya
“Mukjizat dan Misteri Lima Rukun Islam:
Menjawab Tantangan Zaman“ mengungkapkan, dalam ibadah akikah terkandung unsur
tarbiyah (pendidikan), yakni mendidik ketakwaan anak agar menjadi orang yang dekat
(taqarrub) kepada Allah, serta menghilangkan sifat-sifat kebinatangan pada diri
anak, karena manusia pada umumnya juga
memiliki sifat-sifat hewaniah yang harus dihilangkan dengan norma etika keagamaan.
Di samping itu, akikah juga bertujuan
untuk mendidik anak menjadi hamba yang
dekat dengan Allah SWT. Sebab, akikah itu
sendiri adalah tindakan berkurban.
Perbedaannya dengan qurab (kurban) pada
hari Idul Adha terletak pada syariatnya.
“Jika kurban pada bulan Dzulhijjah disyariatkan sehubungan dengan peristiwa haji, dan
tertentu bagi yang mampu serta memiliki
kehendak yang sama dengan prosesi haji,
sedangkan akikah adalah kurban hewan
untuk diri pribadi sebagai penebusan terhadap jiwa anak yang baru lahir,” tulisnya.
Dan secara khusus, tujuan dan manfaat
akikah adalah merupakan bentuk syukur
atas anugerah yang diberikan Allah kepada
seorang Muslim, dengan kehadiran buah hati
dalam kehidupan keluarganya.
■ ed: syahruddin el-fikri
Potong Rambut dan Pemberian Nama
DIAN/REPUBLIKA
Oleh Nidia Zuraya
radisi akikah yang kini berkembang
di Indonesia, tetap dijalankan sesuai
dengan syariat yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW.
“Anak yang baru lahir itu tergadai dengan
akikahnya yang disembelih pada hari ketujuh
dari hari kelahirannya, dan pada hari itu juga
hendaklah dicukur rambutnya dan diberi
nama.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).
Dari hadis di atas, tampak jelas perintah
tata cara berakikah, yakni menyembelih
hewan (kambing, domba, unta, dan lainnya),
mencukur rambut, dan diberikan nama yang
baik. Hal yang demikian inilah yang diajarkan
oleh Rasulullah SAW, baik untuk anak lakilaki maupun perempuan.
Adapun pelaksanaan pemotongan rambut
ini oleh Rasulullah SAW disunahkan
dilakukan pada hari ketujuh dari hari kelahiran. Hal ini menurut jumhur ulama memiliki
status hukum sunah muakkadah (sunah yang
T
sangat diutamakan), dengan berlandaskan
pada hadis riwayat Ahmad dan Tirmidzi.
Tidak ada ketentuan apakah harus digundul atau tidak. Tetapi yang jelas pencukuran
tersebut harus dilakukan dengan rata; tidak
boleh hanya mencukur sebagian kepala dan
sebagian yang lain dibiarkan.
Setelah rambut dicukur, orang tua sang
bayi diperintahkan untuk menimbang rambut
tersebut dengan perak, kemudian mengeluarkan sedekah seberat timbangan rambut itu.
Hukumnya adalah sunah. Dalam kitab alMuwaththa, Imam Malik meriwayatkan
bahwa Fatimah menimbang berat rambut
Hasan dan Husein, lalu ia menyedekahkan
perak seberat rambut tersebut.
Dalam bukunya “Hukum Qurban, Aqiqah
dan Sembelihan“, KHE Abdurrahman memaparkan bahwa di sebagian kalangan ada yang
menimbang rambut bayi itu dengan emas,
maksudnya adalah agar lebih banyak lagi
sedekahnya. Karena dalam hal bersedekah,
lebih banyak adalah lebih baik.
Upacara pemotongan rambut akan dilan-
jutkan dengan prosesi pemberian nama bayi.
Islam menganjurkan agar diberikan nama
yang sebaik-baiknya. Dan, jika perlu pemberian nama ini diumumkan kepada masyarakat
sekitar.
Pemberian nama yang baik untuk anakanak menjadi salah satu kewajiban orang tua.
Di antara nama-nama yang baik yang layak
diberikan adalah nama Muhammad.
Sebagaimana sabda beliau, Dari Jabir RA dari
Nabi SAW, beliau bersabda, “Namailah dengan
namaku dan janganlah engkau menggunakan
kunyahku.” (HR Bukhari dan Muslim)
Perihal pemberian nama anak ini, terdapat
sejumlah nash syar’i yang menyatakan
bahwa ada kaitan antara arti sebuah nama
dengan yang diberi nama. Ibnu al-Qoyyim
berkata, “Barang siapa yang memperhatikan
sunah, ia akan mendapatkan bahwa maknamakna yang terkandung dalam nama
berkaitan dengannya sehingga seolah-olah
makna-makna tersebut diambil darinya dan
seolah-olah nama-nama tersebut diambil dari
makna-maknanya.” ■ ed: syahruddin el-fikri
Download