BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kulit bisa menyerang siapa saja, baik laki-laki, perempuan, orang dewasa, kanak-kanak bahkan bayi. Karena anatomi kulit yang sangat berbeda dengan orang dewasa, bayi merupakan kelompok usia yang sangat rentan terhadap gangguan kulit. Menurut Bernard Cohen, M.D, direktur ilmu kesehatan kulit anak dari Johns Hopkins Children's Center, kulit merupakan organ bertindak sebagai benteng pertahanan terhadap beragam elemen yang mengancam tubuh mulai dari sinar matahari hinga bakteri. Pada tahun pertama, seorang bayi akan sangat rentan terhadap gangguan karena lapisan kulit mereka belum sempurna. Pasalnya dibutuhkan waktu hingga satu tahun bagi epidermis kulit untuk berkembang dengan cepat dan berfungsi secara efektif. Incidence rate (angka kejadian) ruam popok berbeda-beda di setiap negara, bergantung pada hygiene, pengetahuan orang tua (pengasuh) tentang tata cara penggunaan popok dan mungkin juga berhubungan dengan faktor cuaca. Kimberly A Horii, MD (asisten profesor spesialis anak Universitas Misouri) dan John Mersch, MD, FAAP menyebutkan bahwa 10-20 % Diaper dermatitis dijumpai pada praktek spesialis anak di Amerika. Sedangkan prevalensi pada bayi berkisar antara 7-35%, dengan angka terbanyak pada usia 9-12 bulan. Sementara itu Rania Dib, MD menyebutkan ruam popokk berkisar 4-35 % pada usia 2 tahun pertama. Pada bayi, struktur kulitnya lebih tipis, ikatan antar selnya lebih lemah dan lebih halus. Kulit bayi juga memiliki pigmen yang lebih sedikit, dan tidak mampu mengatur temperatur seperti halnya anak-anak dengan usia lebih tua atau orang dewasa. Munculnya kemerahan dan peradangan pada kulit merupakan salah satu gejala dari reaksi alergi pada tubuh bayi. Perawatan kulit bayi yang keliru menyebabkan terjadinya infeksi jamur dan bakteri pada area yang ditutup popok. Penyakit ini sering disebut sebagai diaper rash atau ruam popok. Untuk mengatasi ruam popok diperlukan pengetahuan tentang tata cara merawat diaper rash dengan baik dan benar. B. Tujuan 1. Memahami iritasi kulit pada bayi terutama diaper rash 2. Memahami berbagai jenis iritan yang dapat mengiritasi kulit bayi 3. Memahami teknik cara perawatan dan pencegahan diaper rash pada bayi 4. Memahami rencana perawatan pada bayi yang mengalami diaper rash C. Rumusan masalah 1. Apa pengertian dari diaper rash? 2. Apa saja jenis iritasi kulit yang dapat mengiritasi kulit bayi? 3. Bagaimana cara merawat dan mencegah diaper rash pada bayi? 4. Bagaimana rencana perawatan pada bayi yang menderita diaper rash? BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Diaper Rash Diaper Rash (eksim popok) adalah kelainan kulit pada bayi & balita yang terjadi karena pemakaian popok . Hal ini disebabkan karena kulit bayi dan balita kontak lama dengan air seni dan kotoran pada pemakaian popok. Dan biasanya kelainannya timbul pada kulit didaerah yang terkena popok yakni alat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipat paha dan perut bagian bawah. Pada Diaper Rash yang ringan kelainan kulit berupa kemerahan pada kulit daerah popok . Dan jika keadaan menjadi lebih parah dapat timbul bintikbintik merah , diserta lecet/luka , basah dan bengkak. Saat ini bayi/balita akan rewel karena nyeri waktu buang air kecil /buang air besar. Perlu juga diwaspadai pada diaper rash yang terjadi lebih dari 3 hari karena sering ditumbuhi jamur, sehingga kelainan kulit akan bertambah parah ,dan bila dibiarkan akan mudah terserang infeksi kuman yang menyebabkan kulit lebih merah, bengkak bernanah dan keropeng. 2.1.1 Anatomi Fisiologi organ kulit 1)Epidermis (Kutilkula) Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang memiliki struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa lapisan, antara lain seperti berikut : a) Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk. Letak lapisan ini berada paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan epidermis ini disusun oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami pengelupasansecara perlahan-lahan, digantikan dengan sel telur yang baru. b) Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan rambut. Semakin banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini, maka warna kulit akan menjadi semakin gelap. Jika dikaitkan dengan hal ini apa yang terjadi pada kulit dari kedua suku tersebut? Selain memberikan warna pada kulit, melanin ini juga berfungsi untuk melindungi sel-sel kulit dari sinar ultraviolet matahari yang dapat membahayakan kulit. Walaupun sebenarnya dalam jumlah yang tepat sinar ultraviolet ini bermanfaat untuk mengubah lemaktertentu di kulit menjadi vitamin D, tetapi dalam jumlah yang berlebihan sangat berbahaya bagi kulit. Kadang-kadang seseorang menghindari sinar matahari di siang hari yang terik, karena ingin menghindari sinar ultraviolet ini. Hal ini disebabkan karena ternyata sinar ultraviolet ini dapat membuat kulit semakin hitam. Berdasarkan riset, sinar ultraviolet dapat merangsang pembentukan melanosit menjadi lebih banyak untuk tujuan perlindungan terhadap kulit. Sedangkan jika kita lihat seseorang mempunyai kulit kuning langsat, ini disebabkan orang tersebut memiliki pigmen karoten. c) Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen warna kulit, yang disebut melamin. Lapisan ini terdiri atas sel-sel hidup dan terletak pada bagian paling bawah dari jaringan epidermis. d) Stratum germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini merupakan lapisan yang aktif membelah. Sel-selnya membelah ke arah luar untuk membentuk sel-sel kulit teluar. Sel-sel yang baru terbentuk akan mendorong sel-sel yang ada di atasnya selanjutnya sel ini juga akan didorong dari bawah oleh sel yang lebih baru lagi. Pada saat yang sama sel-sel lapisan paling luar mengelupas dan gugur. 2) Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis, yang terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu sekitar 2,5 mm. Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur, yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30% dari protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua tekstur kulitnya kasar dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut. Folikel rambut dan struktur sekitarnya a)Akar Rambut Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut (Musculus arektor pili), dan ujung saraf indera perasa nyeri. Udara dingin akan membuat otot-otot ini berkontraksi dan mengakibatkan rambut akan berdiri. Adanya saraf-saraf perasa mengakibatkan rasa nyeri apabila rambut dicabut. b)Pembuluh Darah Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut. Melalui pembuluh darah ini akar-akar rambut mendapatkan makanan, sehingga rambut dapat tumbuh. c)Kelenjar Minyak (glandula sebasea) Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar rambut. Adanya kelenjar minyak ini dapat menjaga agar rambut tidak kering. d)Kelenjar Keringat (glandula sudorifera) Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat. Kelenjar keringat berbentuk botol dan bermuara di dalam folikel rambut. Bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar keringat adalah bagian kepala, muka, sekitar hidung, dan lainlain. Kelenjar keringat tidak terdapat dalam kulit tapak tangan dan telapak kaki. e)Serabut Saraf Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri, dan sebagainya. Jaringan dermis juga dapat menghasilkan zat feromon, yaitu suatu zat yang memiliki bau khas pada seorang wanita maupun laki-laki. Feromon ini dapat memikat lawan jenis Dermis (Kulit Jangat). 2.1.2 Penyebab Diaper Rash Diaper Rash ini sering diakibatkan karena pemakaian popok yang salah, yaitu tidak segera mengganti popok setelah bayi/balita buang air besar. Jika tinja bercampur dengan air seni terjadi pembentukan ammonia ( zat dari kotoran bayi ) yang menyebabkan keasaman kulit meningkat sehingga terjadi iritasi pada kulit bayi/balita. Dan biasanya juga terjadi karena menggunakan popok sekali pakai melebihi daya tampung, kulit jadi lembab , sehingga kalau terjadi gesekan maka kulit mudah teriritasi, hal ini akan mempermudah bagi pertumbuhan jamur dan kuman. Jadi, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Diaper Rash adalah: Kelembaban kulit Air seni dan kotoran serta Jamur/kuman. Memang pada kulit yang normal terdapat jamur Candida dalam jumlah sedikit, tetapi saat kulit lembab akibat pemakaian popok, maka jamur akan tumbuh lebih cepat sehingga timbul peradangan yang mengakibatkan timbulnya Diaper Rash. 2.2 Jenis-jenis Iritasi Pada Kulit Bayi Jenis-jenis Iritan Pada bayi, struktur kulitnya lebih tipis, ikatan antar selnya lebih lemah dan lebih halus. Kulit bayi juga memiliki pigmen yang lebih sedikit, dan tidak mampu mengatur temperatur seperti halnya anak-anak dengan usia lebih tua atau orang dewasa. Munculnya kemerahan dan peradangan pada kulit merupakan salah satu gejala dari reaksi alergi pada tubuh bayi. Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit kulit yang umum dijumpai pada bayi : 1) Intertrigo Intertrigo mengacu pada suatu peradangan pada lipatan tubuh. Hal ini biasanya terletak di paha bagian dalam, ketiak, dan bagian bawah payudara atau perut. Lipatan tersebut membuat kulit tampak merah, gatal dan menyebabkan rasa sakit bila terjadi gesekan. Umumnya terjadi pada bayi yang gemuk. Penyebab : Bisa terjadi karena lembab berlebihan pada lipatan bayi, yang tidak pernah mendapatkan udara. Yang harus dilakukan : Cuci bagian dalam lipatan kulit bayi Anda dengan air dan oleskan krim penghalang zinc- oxide atau petroleum jelly untuk melindungi kulit bayi. 2) Biang keringat Biang keringat atau lebih dikenal dengan sebutan miliaria, biasanya terjadi pada leher, wajah, punggung, atau bokong bayi. Secara klinis miliari terlihat dengan adanya kulit kemerahan disertai rasa gatal sehingga bayi rewel, dengan gelembung-gelembung kecil berair. Penyebab : Udara panas, cuaca lembab, pakaian yang ketat dan aktivitas bayi yang tinggi dapat memicu ruam biang keringat. Yang harus dilakukan : Sedapat mungkin hindari bayi Anda dari suhu yang terlalu panas dan berikan pakaian yang longgar. Dengan begitu, ruam akan terlihat lebih baik dalam waktu sekitar 30 menit. 3) Seborrhea Seborrhea adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang menyebabkan timbulnya sisik pada kulit kepala, wajah, kadang pada bagian tubuh lainnya seperti belakang telinga, leher, pipi, dan dada. Penyakit ini yang paling sering terjadi pada bayi di bawah usia 6 bulan. Pada kulit kepala, seborrhea tampak seperti ketombe, sisik kuning atau berkerak. Penyebab : belum diketahui. Yang harus dilakukan : Lakukan pengobatan tradisional dengan menggosokan minyak zaitun ataubaby oil pada kulit kepala bayi Anda, kemudian sikat dengan lembut. 4) Eksim Eksim dapat muncul di manapun pada tubuh bayi mulai dari usia 3 sampai 4 bulan, meskipun sangat jarang ditemukan di daerah bekas pemakaian popok. Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Kondisi yang lebih parah, penyakit ini juga dapat menyebabkan kulit berubah menjadi merah, mengeluarkan nanah, dan kerak. Penyebab : Apa pun bisa menjadi pemicu bayi rentan terhadap eksim (dengan predisposisi genetik atau riwayat alergi dalam keluarga). Setiap bayi mempunyai pencetus eksim yang berbedabeda. Ada orang yang setelah memegang sabun atau deterjen akan merasakan gatal yang luar biasa, ada pula yang disebabkan oleh bahan atau alat rumah tangga yang lain. Yang harus dilakukan : Tujuan utama dari pengobatan adalah menghilangkan rasa gatal untuk mencegah terjadinya infeksi. Ketika kulit terasa sangat kering dan gatal, lotion dan krim pelembab sangat dianjurkan untuk membuat kulit menjadi lebih lembab. Untuk kasus yang lebih parah, konsultasikan dengan dokter Anda soal penggunaan salep steroid, untuk mengurangi peradangan. 5) Dermatitis kontak Dermatitis kontak adalah inflamasi pada kulit yang terjadi karena kulit telah terpapar oleh bahan yang mengiritasi atau menyebabkan reaksi alergi. Dermatitis kontak akan menyebabkan ruam yang besar, gatal dan rasa terbakar. Penyebab : Jika ruam terjadi di seluruh tubuh bayi Anda, maka sabun atau deterjen mungkin menjadi salah satu penyebabnya. Jika dada dan lengan yang terkena, pelakunya bisa dari baju yang kotor. Yang harus dilakukan : Pada kasus ringan dan sedang, penghindaran bahan iritan (penyebab iritasi) dan penggunaan krim yang mengandung hidrokortison (kortikosteroid) dapat membantu mengurangi gatal dan kemerahan di kulit. Pada kasus yang berat, obat yang diminum jenis kortikosteroid dan antiradang diperlukan untuk mengurangi peradangan dan gatal. Sebaiknya lakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter Anda sebelum menggunakan krim diaper dermatitis, yakni hidrokortison atau ruam yang antihistamin. 6) Candidal popok disebabkan oleh infeksi jamur Candida albicans. Sekitar 40-70% ruam popok yang berlangsung lebih 3 hari dapat memicu terjadinya kolonisasi jamur kandida. 7) Bacterial diaper disebabkan oleh dermatitis, infeksi yakni kuman ruam popok (bakteri), yang terutama Staphylococcus, Streptococcus dan Enterobacteriaceae. Jenis ruam popok karena infeksi kuman yang kerap dijumpai adalah impetigo dan sesulitis (cellulitis) serta folikulitis (folliculitis). 8) Granuloma gluteal infantum, merupakan gangguan kulit pada ruam popok yang jarang terjadi. Biasanya timbul karena terlalu lama iritasi dan infeksi mikro-organisme yang tidak diobati. 2.3 Cara Mencegah dan Merawat Bayi yang Menderita Diaper Rash 2.3.1 Mencegah Diaper Rash Saat ini sekitar 50 % bayi dan balita yang menggunakan popok sering mengalami Diaper Rash , maka ada tips-tips untuk mencegah Diaper Rash : Segera ganti popok setelah buang air besar Gunakanlah popok sekali pakai sesuai dengan daya tampungnya Bersihkan kulit dengan air hangat setelah buang air besar. sabun, bilas sampai bersih lalu keringkan. Gunakan Anginkan sebentar baru pakai popok yang baru Agar kulit bayi/balita tidak lembab, setiap hari paling sedikit 2-3 jam bayi/balita tidak memakai popok Pilih popok yang sesuai ukurannya dan terbuat dari bahan yang menyerap air 2.3.2 Merawat Bayi yang Menderita Diaper Rash Perawatan Ruam Popok Perawatan kulit yang seksama dan higienis adalah penanganan terpenting ruam popok. Berikut beberapa tips perawatan ruam popok yang dapat membantu penyembuhan ruam popok pada bayi. Ganti popok lebih sering dari biasanya Cuci bersih kulit bayi dengan sabun yang lembut, lalu keringkan. Setelah dibersihkan, biarkan kulit terbuka terhadap udara, tanpa popok beberapa saat. Makanan tertentu mungkin dapat memperburuk ruam. Jangan memberikan makanan tersebut pada bayi sampai ruam hilang. Jika ruam disebabkan oleh dermatitis alergi, hentikan penggunaan sabun atau detergen baru, yang dapat menyebabkan ruam. Jika ruam ternyata disebabkan oleh infeksi candida, gunakan krim obat luar anti jamur. Perawatan Medis Ruam Popok Jika bayi ternyata memiliki infeksi candida, dokter mungkin akan merekomendasikan krim atau obat anti jamur. Jika ruam bukan karena infeksi jamur, dokter mungkin akan merekomendasikan pengobatan dengan krim atau salep steroid topikal. Jika bayi memiliki impetigo (infeksi bakteri), dokter mungkin akan memberikan obat antibiotik. 2.4 Rencana Perawatan Diaper Rash Kasus 12 Seorang bayi berusia 9 bulan mengalami iritasi di daerah perineal yang meluas sampai ke pantat, paha bagian atas dan perut. Iritasi ini ditandai dengan munculnya warna kemerahan pada kulit dan bayi selalu rewel terutama saat area yang kemerahan tersentuh. Tanda kemerahan yang luas ini terjadi setelah 2 hari yang lalu ibu memakaikan diapers pada bayi tersebut. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan A.Pengkajian Pengkajian (Assessment) Identitas pasien dan keluarga, pola sensori, pemeriksaan fisik (status kesehatan umum, pemeriksaan head to toe, pemeriksaan penunjang), pemeriksaan tanda-tanda fital dan riwayat penggunaan obat-obatan. B. Diagnosa Keperawatan Imobilitas b/d decubitus Resiko infeksi b/d incontinensia Aktual infeksi, sepsis b/d adanya infeksi (dekubitus) C. Intervensi Keperawatan DX1 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit / jaringan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi KH: -Nyeri berkurang / terkontrol -Ekspresi wajah rileks. Intervensi: -Pastikan ibu mengganti popoknya secara rutin. R/ supaya permukaan tidak dalam keadaan lembab/ basah. -Berikan tempat tidur ayunan secara indikasi R/ peninggian linen dari luka membantu menurunkan nyeri -Membasuh pantat bayi dan mengeringkanya R/ Untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit bayi -Melepas ppopok dan membiarkan kulitnya terkena angin R/ Mempercepat penyembuhan ruam popok DX2 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit karena destruksi jaringan. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah dapat teratasi. KH: -Menunjukan regenerasi jaringan -Mencapai penyembuhan tepat waktu. Intervensi: -Berikan perawatan ruam popok dengan tepat dan tindakan control infeksi. R/ menyiapkan jaringan baru dan menurunkan infeksi. -Tinggikan area graft bila mungkin R/ menurunkan pembengkakan / mengatasiresiko pemisahan graft -Pantau kondisi luka yang terjadi akibat ruam popok. R/ memberikan informasi dasar tentang keb penanaman kulit -Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci dan minyai dengan krim. R/ kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan perawatan khusus DX3. Gangguan mobilitas fisik, kerusakan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan kep selama 2x24 jam diharapkan masalah dapat teratasi. KH: -Menunjukan keinginan berpartisipasi dalam aktifitas. -Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tidak adanya kontraktus. -Menunjukan teknik / perilaku yang memampukan melakukan aktivitas. Intervensi: -Pertahankan posisi tubuh tepat dan dukungan R/ meningkatkan fungsional pada ekstremitas. -Lakukan rehabilitasi pada penerima. R/ akan lebih mudah membuat partisipasi -Berikan obat sebelum aktivitas/ latihan R/ menurunkan kekuatan otot/ jaringan. -Bersihkan daerah luka dengan cepat. R/ eksisi dinidiket untuk menurunkan jaringan parut serta resiko infeksi. D. Implementasi Dapat dilaksanakan penuh pada masing-masing diagnosa keperawatan. Meliputi: monitor tanda-tanda vital, monitor input-output, monitor kesadaran, monitor hipoglikemi, obserfasi tanda infeksi, lakukan teknik aseptik perawatan kulit, jelaskan tentang penyebab, komplikasi dan pengobatan atau terapi decubitus. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat-obatan. E.Evaluasi Keefektifan tindakan, peran anggota keluarga untuk membantu mobilisasi pasien, kepatuhan pengobatan dan mengefaluasi masalah baru yang kemungkinan muncul