No.6/148/BGub/Humas ARAH PENGEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH INDONESIA 2005: PENGUATAN STRUKTUR MODAL DAN MANAJEMEN PROFESIONAL Deputi Gubernur Bank Indonesia, Maulana Ibrahim, membuka seminar mengenai "Arah Kebijakan Pengembangan Industri Perbankan Syariah di Indonesia" pada hari Selasa, 28 Desember 2004, di Jakarta. Seminar diselenggarakan sebagai proses penggalian masukan yang berkelanjutan di kalangan stake holders perbankan syariah (Bank Indonesia, alim ulama, perbankan syariah, instansi terkait, akademisi, dunia usaha dl) yang saat ini memasuki tahap penguatan infrastruktur dan sumber daya manusianya. "Selain itu, untuk mendukung program Arsitektur Perbankan Indonesia, pada tahun 2005 mendatang industri perbankan syariah difokuskan untuk dapat memiliki struktur permodalan yang kuat dengan manajemen yang profesional dan memperkuat daya tahan bank terhadap risiko usaha", demikian Maulana Ibrahim dalam sambutan pembukaannya. Visi pengembangan industri perbankan syariah adalah menjadikan industri perbankan syariah yang kompetitif, efisien, dan memenuhi prinsip kehati-hatian yang mampu mendukung sektor riil secara nyata melalui kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil (share-based financing) dan transaksi riil dalam kerangka keadilan, tolong menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemaslahatan masyarakat. "Untuk mewujudkannya, salah satu permasalahan yang paling mendasar adalah meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap bank syariah dan transaksi keuangan syariah", tegas Maulana. Syarat penting lainnya untuk mewujudkan visi perbankan syariah adalah pengawasan terpadu dari Bank Indonesia dan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Bank Indonesia akan meningkatkan efektifitas pengawasan untuk aspek keuangan dan operasional dan DPS untuk pengawasan aspek kepatuhan syariahnya. Urgensi diperlukannya kualitas pengawasan yang solid, tercermin dari persyaratan perlunya anggota DPS lulus fit and proper test pada tahap awal. Sampai dengan November 2004, jaringan kantor bank syariah mengalami ekspansi sebanyak 69 kantor dibanding tahun sebelumnya. Aset meningkat hingga 80,56%, dan pembiayaan (financing) mencapai 101,08%, dengan pertumbuhan DPK sebesar 85,33%. Secara industri, rasio antara pembiayaan dibandingkan penghimpunan dana mencapai 104,81%, melebihi LDR bank konvensional. "Dengan pertumbuhan yang demikian impresif, share industri perbankan syariah terhadap industri perbankan nasional telah menembus angka 1%. Diharapkan, pada tahun 2011 share industri perbankan syariah dapat mencapai 9,1%", sambung Maulana. Jakarta, 28 Desember 2004 BIRO KOMUNIKASI Rizal A. Djaafara Kepala Biro