BAB 2 LANDASAN TEORI

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Komunikasi
Komunikasi memiliki istilah dalam bahasa Inggris yang disebut
communication atau dari kata communis yang memiliki arti sama atau
sama maknanya atau pengertian bersama, dengan maksud untuk mengubah
pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melaksanakan apa yang diinginkan
oleh komunikator (Widjaja, 2010: 8).
Sedangkan pengertian lainnya, komunikasi adalah seluruh proses
yang dipergunakan untuk mencapai pikiran-pikiran orang lain (Nurjaman
dan Umam, 2012: 36).
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat ditarik secara garis besar
bahwa komunikasi adalah suatu interaksi yang dilakukan antara dua orang
atau lebih yang berupa percakapan mengenai pesan yang digunakan untuk
mencapai pikiran-pikiran orang lain, dengan maksud untuk mengubah
sikap, pikiran, dan perilaku.
2.1.1.1 Proses Komunikasi
Dalam proses komunikasi terdapat enam unsur di dalam
komunikasi, yaitu sebagai berikut (Widjaja, 2010: 11-22):
7
8
1. Sumber (Source)
Sumber adalah orang, lembaga, buku, dan sebagainya yang
memiliki kredibilitas. Sumber adalah dasar yang digunakan
untuk menyampaikan dan dapat memperkuat pesan itu sendiri.
2. Komunikator
Komunikator atau sender adalah orang yang menyampaikan
isi pernyataannya kepada komunikan. Komunikator dapat
berupa individu, sekelompok orang, bagian dari organisasi,
dan lain sebagainya.
3. Pesan
Pesan adalah apa yang ingin disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan. Adapun pesan yang dikirim dapat
berbentuk informasi, perintah atau instruksi, saran, usul,
permintaan, pengumuman, dan sebagainya.
4. Saluran (Channel)
Saluran adalah jalan atau media yang dilalui oleh komunikator
kepada komunikan untuk menyampaikan pesan, atau jalan
yang dilalui komunikan kepada komunikator yang digunakan
untuk memberikan feedback. Komunikasi dapat dilakukan
secara langsung tanpa medium. Proses komunikasi seperti ini
disebut komunikasi langsung atau face to face.
5. Komunikan
Komunikan berperan sebagai penerima pesan. Dengan
diterimanya umpan balik dari pihak komunikan, maka terjadi
komunikasi dua arah atau timbal balik.
9
6. Effect (hasil)
Effect adalah hasil yang timbul dari komunikan terhadap
pesan yang disampaikan oleh komunikator. Effect dapat
merubah sikap atau perilaku yang dikehendaki komunikator,
berupa attention (perhatian), interest (kepentingan), desire
(keinginan), decision (keputusan), atau action (tindakan).
Dari unsur-unsur dalam proses komunikasi tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa sumber merupakan unsur yang menjadi
kekuatan komunikator dalam menyampaikan pesannya kepada
komunikan melalui channel tertentu atau secara langsung dengan
maksud untuk menghasilkan effect tertentu dari komunikan
terhadap pesan yang diterimanya.
2.1.1.2 Fungsi-fungsi Komunikasi
Fungsi-fungsi
komunikasi
adalah
sebagai
berikut
(Riswandi, 2009: 13-23):
1. Fungsi Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sosial menunjukkan bahwa komunikasi
penting untuk:
a. Membangun konsep diri yang merupakan pandangan kita
tentang siapa diri kita yang diperoleh dari informasi yang
diberikan orang lain kepada kita.
b. Pernyataan eksistensi diri.
c. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan baik
dengan orang lain.
10
2. Fungsi Komunikasi Ekspresif
Komunikasi ekspresif dapat dilakukan secara sendiri dan
kelompok.
Komunikasi
ekspresif
tidak
bertujuan
mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh
komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan
perasaan-perasaan kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama
dikomunikasikan melalui pesan-pesan non-verbal.
3. Fungsi Komunikasi Ritual
Komunikasi ritual merupakan komunikasi yang berhubungan
dengan keyakinan pelaku komunikasi. Komunikasi ini dapat
berupa komunikasi terhadap Tuhan melalui doa, upacaraupacara
adat
atau
keagamaan,
dan
lain
sebagainya.
Komunikasi ritual ini bisa jadi akan tetap ada sepanjang
zaman karena merupakan kebutuhan manusia.
4. Fungsi Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental memiliki beberapa tujuan umum,
yaitu menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah
sikap, keyakinan dan perilaku, menggerakkan tindakan, dan
menghibur.
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi memiliki berbagai
macam fungsi. Komunikasi berfungsi sosial dengan maksud dapat
berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Fungsi ekspresif dengan
maksud
untuk
mengutarakan
pesan
komunikator
kepada
komunikan dengan menunjukkan ekspresi-ekspresi yang dapat
memperkuat pesan. Fungsi ritual, maksudnya adalah komunikasi
11
berfungsi untuk berinteraksi dengan Tuhan melalui doa ataupun
upacara
adat.
Dan
fungsi
instrumental
dengan
maksud
menginformasikan, mengedukasi, mendorong keyakinan, sikap
dan perilaku, dan menghibur komunikan.
2.1.1.3 Konseptualisasi Komunikasi
Menurut Mulyana (2009: 61), konseptualisasi komunikasi
dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Komunikasi sebagai Tindakan Satu Arah
Komunikasi yang dilakukan sebagai suatu tindakan yang
bersifat secara satu arah dan tidak melibatkan tanya jawab.
Komunikasi ini merupakan komunikasi satu arah sebagai suatu
komunikasi yang bersumber dan berorientasi.
2. Komunikasi sebagai Interaksi
Yaitu komunikasi sebagai suatu interaksi yang dilakukan
dalam proses komunikasi karena adanya sebab-akibat atau
aksi-reaksi secara bergantian. Komunikasi ini kedua belah
pihak dapat berfungsi secara berbeda, dimana pada saat yang
sama pihak yang terlibat tidak dapat menjadi pemberi atau
penerima pesan secara sekaligus, tetapi bergantian.
3. Komunikasi sebagai Transaksi
Komunikasi
sebagai
transaksi
mengartikan
bahwa
komunikator dan komunikan memiliki fungsi menjadi pemberi
dan penerima pesan sekaligus dalam waktu yang sama.
12
Dari tiga konseptualisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi dapat bertindak secara satu arah dan juga dua arah.
Komunikasi
satu
komunikasi
hanya
arah
mengartikan
berlangsung
dari
bahwa
komunikasi
komunikator
kepada
komunikan saja. Komunikasi dua arah memiliki konseptualisasi
secara interaksi dan transaksi, dimana komunikasi sebagai
interaksi mengartikan bahwa kedua belah pihak berkomunikasi
secara bergantian, sementara komunikasi sebagai transaksi dapat
kedua pihak dapat berkomunikasi dalam waktu yang sama.
2.1.2 Citra
Pengertian citra adalah rupa atau gambaran; gambaran yang
dimiliki orang terhadap dirinya sendiri, organisasi atau produk; suatu
bayangan atau kesan yang ditimbulkan dari adanya suatu komunikasi
(Nurjaman dan Umam, 2012: 125).
Citra diartikan sebagai kesan dari seseorang atau individu terhadap
sesuatu yang dapat timbul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalaman
yang telah dimiliki oleh individu tersebut. Citra adalah kesan yang timbul
dari suatu pengetahuan dan pengertian seseorang atau individu terhadap
kenyataan atau fakta-fakta tertentu. Citra dapat mempengaruhi sikap pada
seseorang terhadap orang lain, organisasi atau produk (Soemirat dan
Ardianto, 2010: 114).
Citra merupakan suatu kesan atau gambaran yang dimiliki oleh
individu, kelompok atau organisasi terhadap suatu obyek (Nova, 2011:
298).
13
Jadi, dapat disimpulkan bahwa citra adalah kesan atau gambaran
yang dimiliki oleh seseorang, kelompok atau organisasi terhadap suatu
obyek sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalaman individu, kelompok
atau organisasi tersebut.
2.1.2.1 Jenis-jenis Citra
Berikut adalah beberapa jenis citra, yaitu sebagai berikut
(Jefkins dan Yadin, 2003: 20-23):
1. Citra Bayangan (Mirror Image)
Citra bayangan merupakan citra yang dianut oleh pihak dalam
suatu organisasi, biasanya adalah pimpinan organisasinya
yang memiliki anggapan mengenai organisasinya sendiri
berdasarkan pandangan luar terhadap organisasinya.
2. Citra yang Berlaku (Current Image)
Citra yang berlaku merupakan kebalikan dari citra bayangan,
dimana citra yang berlaku merupakan suatu citra atau
pandangan dari orang atau pihak luar organisasi terhadap
suatu organisasi. Namun, citra terhadap organisasi ini hanya
sebatas pengetahuan yang dimiliki orang-orang atau pihak
luar saja.
3. Citra yang Diharapkan (Wish Image)
Citra yang diharapkan adalah citra yang diinginkan atau
diharapkan oleh suatu organisasi mengenai pandangan dari
khalayak organisasi terhadap organisasi tersebut. Untuk itu,
14
citra yang baik menjadi suatu harapan bagi pihak organisasi
terhadap organisasinya sendiri.
4. Citra Perusahaan (Corporate Image)
Citra perusahaan adalah citra yang diperoleh oleh suatu
organisasi secara keseluruhan dari khalayak organisasi. Citra
ini merupakan citra yang dimiliki oleh organisasi secara
keseluruhan, bukan hanya pelayanan atau produknya saja.
Citra ini bisa muncul karena cerita sukses organisasi, prestasi
organisasi, riwayat hidup organisasi yang baik, dan lain
sebagainya.
5. Citra Majemuk (Multiple Image)
Citra suatu organisasi adalah sebanyak jumlah orang yang
memandangnya. Banyaknya jumlah khalayak internal dan
eksternal organisasi dapat menciptakan citra yang belum tentu
sama dan berbeda-beda terhadap organisasi. Untuk itu,
perbedaan citra yang dihasilkan tersebut membuat citra
organisasi tersebut majemuk.
6. Citra yang Baik dan yang Buruk
Seorang tokoh popular dapat memiliki reputasi yang baik dan
buruk. Reputasi tersebut berasal dari citra yang berlaku
(current image) yang dapat bersifat positif ataupun negatif.
Citra yang ideal adalah kesan yang benar, yaitu sepenuhnya
berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas
kenyataan yang sesungguhnya. Untuk itu, citra yang baik akan
15
memiliki keuntungan bagi sebuah organisasi dan citra yang
buruk akan memberikan kerugian.
Dari jenis-jenis citra di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa citra adalah suatu hal yang penting bagi perusahaan.
Karena citra tersebut dapat memberikan dampak kepada
perusahaan itu sendiri. Untuk itu, perusahaan harus mampu
menciptakan dan mengelola citra yang baik agar selalu
mendapatkan dampak yang positif bagi perusahaan sendiri.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Sosialisasi
2.2.1.1 Definisi Sosialisasi
Terdapat tiga definisi mengenai sosialisasi, yaitu adalah
(Rush dan Althoff, 2005: 27-28):
1. Menanamkan pola-pola, aksi sosial, atau aspek tingkah laku
kepada individu atau kelompok.
2. Proses dimana individu mengembangkan diri dan tingkah
lakunya sesuai dengan standar atau nilai-nilai yang dimiliki
oleh kelompok atau lingkungannya.
3. Komunikasi yang didapat dari individu, kelompok atau
organisasi untuk dipelajari orang lain.
Sosialisasi adalah suatu proses yang berupa interaksi
untuk menanamkan suatu kaidah, norma ataupun mengenai
kehidupan sosial dalam masyarakat. Sosialisasi adalah proses
pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang dalam mempelajari
16
kehidupan dalam suatu masyarakat untuk diterapkan pada dirinya,
baik sebagai individu atau sebagai anggota dalam kelompok
dalam rangka untuk mengembangkan potensi dirinya sesuai
dengan norma, nilai atau kebiasaan dalam masyarakat tersebut
(Murdiyatmoko, 2007: 111).
Sosialisasi
dapat
diartikan
sebagai
suatu
proses
penanaman atau pemberian informasi mengenai kebiasaan atau
nilai-nilai dan juga aturan dari generasi ke genarasi, kelompok ke
kelompok lainnya, atau masyarakat untuk dipelajari (Maryati dan
Suryawati, 2004: 111).
Definisi-definisi sosialisasi di atas dapat ditarik secara
garis besar bahwa sosialisasi adalah proses penanaman dan
pemberian informasi yang dikomunikasikan kepada individu atau
kelompok untuk dipelajari dalam rangka untuk meningkatkan
potensi dan menyesuaikan diri dengan nilai, norma dan kebiasaan
yang berlaku dalam masyarakat.
2.2.1.2 Tujuan Sosialisasi
Sosialisasi memiliki tujuan, antara lain adalah sebagai
berikut (Maryati dan Suryawati, 2004: 118):
1. Untuk membekali seseorang agar memiliki keterampilan yang
dibutuhkan dalam hidup bersama dalam suatu lingkungan
masyarakat.
2. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif
untuk dapat berinteraksi dengan yang lainnya.
17
3. Mengetahui fungsi-fungsi dan peranan dalam masyarakat
sebagai pengembangan diri.
4. Membiasakan individu atau kelompok berperilaku sesuai
dengan
nilai-nilai
dan
kepercayaan-kepercayaan
dalam
masyarakat.
Dari tujuan-tujuan sosialisasi tersebut dapat disimpulkan
bahwa
sosialisasi
memiliki
berbagai
tujuan,
diantaranya
dilakukan dengan maksud agar seseorang mampu berkomunikasi
secara efektif, memilki keterampilan agar dapat hidup bersama
dalam masyarakat, mengetahui dan menerapkan nilai-nilai atau
norma yang berlaku di masyarakat ke dalam hidupnya untuk
mengembangkan potensi diri.
2.2.1.3 Agen-agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melakukan
sosialisasi kepada individu atau kelompok. Agen-agen sosialisasi
tersebut adalah (Maryati dan Suryawati, 2004: 122-125):
1. Keluarga
Di sini proses sosialisasi dikomunikasikan oleh keluarga
kepada anggota keluarganya dari anak-anak sampai dewasa
untuk mempelajari kehidupan mengenai keluarga ataupun
bermasyarakat.
18
2. Kelompok dalam Masyarakat
Sosialisasi dilakukan kepada anggota kelompok ataupun
kelompok lainnya, agar mampu berinteraksi, mempelajari dan
menerapkan nilai-nilai sosial dalam masyarakat.
3. Lembaga atau Organisasi
Selanjutnya adalah sosialisasi yang dikomunikasikan oleh
lembaga atau organisasi. Sosialisasi ini dilakukan dengan
tujuan individu atau kelompok memahami apa yang
disampaikan oleh organisasi dan memiliki pengetahuan dan
perkembangan baru yang dapat diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat.
4. Media Massa
Media massa merupakan media sosialisasi yang dapat
menjangkau sejumlah besar orang. Media massa mampu
menampilkan sosialisasi dalam bentuk komunikasi yang
kreatif. Hal itu membuat media massa begitu dominan dalam
proses sosialisasi.
2.2.1.4 Teori Integrasi Informasi
Teori integrasi informasi merupakan teori tentang
pengorganisasian
pesan
atau
informasi.
Semua
informasi
memiliki potensi untuk mempengaruhi sikap seseorang, tetapi
derajat bagaimana informasi tersebut dapat mempengaruhi sikap
dipengaruhi
oleh
tujuan
dan
kebenaran
informasi
yang
19
mendukung keyakinan seseorang (Gama dan Widarwati, 2008:
70).
Teori ini berasumsi bahwa manusia mengorganisasikan
informasi yang diperolehnya tentang sekelompok orang, objek,
situasi atau ide-ide untuk membentuk sikap yang sesuai dengan
konsep yang terbentuk dari hasil penerimaan informasi tersebut
(Pratama, Erdinaya dan Perbawasari, 2012: 7).
Teori
bagaimana
integrasi
informasi
orang-orang
berpikir
membantu
dan
menjelaskan
membentuk
sikap
merupakan suatu hal penting dalam komunikasi. Teori ini
membangun pemahaman bagaimana orang-orang dipengaruhi
oleh informasi. Teori ini bermula dengan konsep kognisi yang
digambarkan kekuatan sistem interaksi. Informasi adalah salah
satu dari kekuatan tersebut dan dapat mempengaruhi sebuah
sistem kepercayaan atau sikap individu. Besar tidaknya pengaruh
tersebut tergantung kepada dua hal, yaitu:
1. Valensi atau tujuan, yang berarti sejauh mana suatu informasi
mendukung apa yang sudah menjadi kepercayaan seseorang.
Suatu informasi dapat dikatakan positif apabila informasi
tersebut mendukung kepercayaan yang telah ada dalam diri
seseorang tersebut sebelumnya.
2. Bobot penilaian, yang berkaitan dengan tingkat kredibilitas
informasi tersebut. Maksudnya apabila seseorang melihat
informasi tersebut sebagai suatu kebenaran, maka orang
20
tersebut akan memberikan penilaian yang tinggi terhadap
informasi itu.
Perubahan
sikap
terjadi
karena
informasi
baru
memberikan tambahan pada sikap. Sikap mempunyai korelasi
dengan keyakinan dan menyebabkan seseorang memiliki perilaku
atau persepsi tertentu terhadap informasi dan juga pemberi
informasi (Littlejohn dan Foss, 2008: 75-78).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa teori integrasi informasi
merupakan teori yang memiliki asumsi bahwa sesorang
mengorganisasikan pesan yang diterimanya. Dimana suatu
informasi dianggap memiliki potensi untuk mengubah sikap
seseorang jika informasi dianggap sesuai dengan tujuan dan
dianggap memiliki kebenaran. Sikap memiliki korelasi dengan
keyakinan, persepsi.
2.2.2 Corporate Image
2.2.2.1 Definisi Corporate Image
Citra merupakan kesan, perasaan dan gambaran publik
terhadap perusahaan. Setiap perusahaan mempunyai citra
sebanyak jumlah orang yang memandangnya (Soemirat dan
Ardianto, 2010: 111-113).
Citra merupakan seperangkat keyakinan, ide, dan kesan
yang dimiliki seseorang terhadap suatu obyek. Citra tersebut
dapat bersifat positif atau negatif (Prihastiti dan Indah, 2012:
108).
21
Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara
keseluruhan, bukan sekedar citra atas produk atau pelayanannya.
Citra perusahaan tidak konsisten dari waktu ke waktu dan
dipengaruhi oleh kekuatan lingkungan, untuk itu perusahaan
harus mengelola citranya secara periodik (Herstein, Mitki, dan
Jaffe, 2008: 380).
Citra perusahaan merupakan keseluruhan pandangan
mengenai perusahaan yang ada dalam benak publik dan diartikan
sebagai karakter sebuah organisasi. Citra perusahaan juga dapat
diartikan sebagai sejumlah persepsi terhadap sebuah organisasi
didasari atas apa yang mereka ketahui atau kira tentang
perusahaan yang bersangkutan (Nova, 2011: 301).
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
citra perusahaan adalah kesan atau pandangan publik terhadap
perusahaan yang dapat menjadi asset bagi perusahaan itu sendiri.
2.2.2.2 Proses Pembentukan Citra Perusahaan
Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif dapat
dijelaskan melalui gambar sebagai berikut:
22
Pengalaman mengenai stimulus
CITRA
Kognisi
Stimulus
Perilaku
Persepsi
Sikap
Respon
Motivasi
Gambar 2.1 Pembentukan Citra
Stimulus yang diberikan adalah sebagai input dan output
adalah tanggapan atau respon tertentu yang dihasilkan. Citra itu
sendiri digambarkan melalui persepsi-kognisi-motivasi-sikap.
Empat
komponen
persepsi-kognisi-motivasi-sikap
diartikan
sebagai citra individu terhadap rangsang.
Jika stimulus mendapat perhatian, individu akan berusaha
untuk mengerti tentang stimulus tersebut. Persepsi adalah hasil
pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan
suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu akan
memberikan makna berdasarkan pengalamannya mengenai
stimulus.
Kognisi adalah keyakinan individu terhadap suatu
stimulus. Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah
mengerti stimulus tersebut. Untuk itu, individu harus diberikan
pemahaman yang cukup yang dapat mempengaruhi kognisinya.
Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi dan sikap
23
yang ada akan menggerakkan respons seperti yang diinginkan
oleh pemberi stimulus.
Sikap adalah bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap
menentukan apakah orang harus setuju atau tidak setuju terhadap
sesuatu,
menentukan
apa
yang
disukai,
diharapkan
dan
akhirnya
akan
diinginkan.
Proses
pembentukan
citra
pada
menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan atau perilaku tertentu
(Soemirat dan Ardianto, 2010: 115-116).
2.2.2.3 Peran Citra bagi Perusahaan
Peran citra bagi perusahaan yaitu sebagai berikut:
1. Citra
yang
positif
dapat membantu
organisasi untuk
berkomunikasi secara efektif, sehingga membuat orang-orang
lebih mengerti dengan komunikasi dari mulut ke mulut.
2. Citra adalah fungsi dari pengalaman dan harapan publik.
3. Citra mempunyai pengaruh penting pada manajemen dalam
suatu organisasi.
Setiap perusahaan harus mempunyai citra di masyarakat,
dan citra itu sendiri dapat berperingkat baik, sedang, atau buruk.
Peringkat citra yang berlainan tersebut memberikan dampak
terhadap keberhasilan kegiatan perusahaan yang berlainan juga
(Nova, 2011: 302-303).
24
2.2.2.4 Manfaat Citra bagi Perusahaan
Citra perusahaan yang baik dan kuat memiliki beberapa
manfaat, yaitu sebagai berikut:
1. Daya saing jangka menengah dan jangka panjang yang baik.
2. Menjadi perisai selama masa krisis.
3. Menjadi daya tarik eksekutif terbaik.
4. Meningkatkan efektivitas strategi komunikasi perusahaan.
5. Penghematan biaya operasional.
Tidak sedikit perusahaan di banyak negara termasuk
Indonesia bersikap tidak peduli terhadap citra perusahaannya.
Dalam jangka panjang citra baik membawa banyak manfaat.
Manfaat itu sendiri dapat dinikmati baik pada saat perusahaanya
mengalami masa jaya maupun pada saat menghadapi berbagai
macam krisis (Nova, 2011: 303-304).
Selain itu, ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya
perusahaan membangun dan mengelola citra perusahaan yaitu
(Portal Kementrian BUMN, 2011):
1. dapat merangsang penjualan.
2. dapat membangun nama baik perusahaan.
3. membangun identitas bagi karyawannya.
4. mempengaruhi investor dan lembaga-lembaga keuangan.
5. memajukan hubungan baik dengan khalayak perusahaan.
6. mendapatkan posisi dalam persaingan.
25
2.3 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No.
1.
2.
Peneliti & Judul
ISSN
&
Tahun
Antonacopoulou, 17465
Elena; Pesqueux, 680,
Yvon.
Vol. 5,
No. 1.
“The Practice of (2010:
Socialization and 10-20)
the Socialization
of Practice”
Joanne, Klossner.
“The Role of
Legitimation in
the Professional
Socialization of
Second-Year
Undergraduate
Athletic Training
Students”
10626
050,
Vol.
43,
No. 7.
(2008:
379385)
Kesimpulan
Persamaan
Perbedaan
Membahas
mengenai
sosialisasi
yang
dilakukan
oleh
lembaga
atau
organisasi sebagai
salah satu agen
sosialisasi. Dimana
lembaga
atau
organisasi
melakukan
sosialisasi secara
professional kepada
masyarakat.
Sehingga
keprofesionalan
suatu lembaga akan
berdampak
terhadap persepsi
dan citra positif
untuk
suatu
lembaga yang telah
melakukan
sosialisasi karena
telah
membantu
mengatasi
ketegangan konflik
yang
sedang
dihadapi
suatu
lingkungan.
Menjelaskan
tentang sosialisasi
yang
merupakan
peranan dari agen
sosialisasi
untuk
menjelaskan
mengenai tanggung
jawab dan aturan
yang
perlu
diketahui
dan
diterapkan
oleh
atlet.
Dimana
sosialisasi dianggap
sebagai hal yang
penting
untuk
Membahas
mengenai
sosialisasi yang
dapat membentuk
citra
dari
masyarakat
terhadap
organisasi
atau
lembaga
yang
telah membantu
mengatasi
ketegangan atau
konflik
dalam
masyarakat.
Penelitian
terdahulu:
menjelaskan
mengenai
keprofesionalan
dalam
bersosialisasi.
Agen
memiliki
peranan
untuk
memberikan
sosialisasi,
dimana sosialisasi
dapat
memberikan
informasi
yang
mampu
memberikan
manfaat yang baik
bagi
penerima
sosialisasi
sehingga
dapat
membentuk suatu
Penelitian
terdahulu:
sosialisasi yang
dilakukan
oleh
agen sosialisasi
dilakukan untuk
memberikan
informasi
mengenai aturan
dan
tanggung
jawab atlet yang
dapat membentuk
citra diri bagi
atlet.
Penelitian
sekarang:
membahas
sosialisasi yang
dapat
mempengaruhi
citra
lembaga
yang timbul dari
masyarakat
karena informasi
dianggap
memiliki manfaat
bagi masyarakat.
26
memberikan
citra.
informasi
yang
mampu
menunjukkan arah
yang tepat bagi
atlet
dalam
menjalankan peran
sesungguhnya dan
dapat
menghindarkan
atlet dari konflik
karena kurangnya
pemahaman,
sehingga
dapat
membentuk
citra
diri
bagi
atlet
tersebut.
3.
Steven, Walczak; 07181
Dawn, Gregg.
876,
Vol. 4,
“Factors
No.
Influencing Corpo 13.
(2009:
rate Online
17-29)
Identity: A New
Paradigm”
Membahas
mengenai
perusahaanperusahaan online
yang
memperkenalkan
identitas
perusahaan
dan
bisnisnya dengan
sosialisasi
yang
dilakukan
menggunakan
media website (ecommerce).
Sosialisasi melalui
website
ini
dilakukan
untuk
mendapatkan
perhatian
dan
membentuk
citra
(e-image)
yang
positif
terhadap
perusahaan online
dari
penggunapengguna internet
atau rekan bisnis
lainnya.
Sosialisasi
dilakukan untuk
memberikan
informasi kepada
khalayak
yang
mampu
membentuk suatu
citra
positif
terhadap lembaga
atau perusahaan.
Penelitian
sekarang:
agen
memberikan
sosialisasi kepada
masyarakat untuk
membantu
masyarakat dalam
mengatasi konflik
yang
terjadi,
dimana
dengan
adanya manfaat
positif
yang
dirasakan
oleh
masyarakat dapat
memunculkan
citra positif bagi
lembaga sebagai
agen sosialisasi.
Penelitian
terdahulu:
sosialisasi
dilakukan
oleh
agen sosialisasi
dengan
menggunakan
media
internet
(online) melalui
website
untuk
memperkenalkan
identitas
perusahaan dan
bisnisnya.
Penelitian
sekarang:
agen
memberikan
sosialisasi kepada
masyarakat secara
langsung
tanpa
menggunakan
media
apapun
(face to face).
27
2.4 Kerangka Pikir
Teori Integrasi
Informasi (X)
1. Valensi/
tujuan
2. Bobot
penilaian
(Littlejohn dan Foss,
2008: 75-78)
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Citra (Y)
1. Persepsi
2. Kognisi
3. Motivasi
4. Sikap
(Sumber: Soemirat
dan Ardianto, 2010:
115-116)
Download