BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Metode Pembelajaran Aktif a. Hakikat Pembelajaran Aktif Pembelajaran aktif merupakan segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar peserta didik, maupun dengan pengajar dalam proses pembelajaran.20 Dalam pembelajaran aktif, peserta didik dituntut untuk selalu aktif baik dalam hal menyampaikan pendapat ataupun memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan. Peserta didik dilibatkan pada aktivitas yang lebih kompleks dimana peserta didik terlibat dan memahami apa yang mereka kerjakan. Secara umum pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus mendapatkan 20 Muhammad Takdir Ilahi, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 60 12 13 nilai untuk setiap peserta didik sehingga terdapat individual accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social skills.21 Pembelajaran aktif pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respon peserta didik dalam proses pembelajaran. Disamping itu, pembelajaran aktif juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran akan berlangsung secara menyenangkan dan mampu menghantarkan peserta didik ketujuan pembelajaran yang telah dibuat. Pembelajaran aktif (active learning) mulai digunakan dalam dunia pendidikan diawali oleh seorang filosofi China yang bernama Confucious yang menyatakan: “Apa yang saya dengar, saya lupa” “Apa yang saya lihat, saya ingat” “Apa yang saya lakukan saya paham” Mel Silberman memodifikasi dan memperluas pernyataan Coficious di atas menjadi apa yang disebutnya belajar aktif, yaitu: “Apa yang saya dengar, saya lupa” “Apa yang saya dnegar dan lihat, saya ingat sedikit” 21 Sofan Amri, Implementasi Pembelajaran . . ., hal. 67 14 “Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham” “Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan” “Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai”22 Pernyataan tersebut menyatakan bahwa dalam pembelajaran aktif peserta didik tidak hanya mendengarkan penjelasan guru tetapi peserta didik melihat, mendengar, bertanya dengan guru atau teman, berdiskusi dengan teman sehingga mereka menguasai materi pembelajaran. Dalam hal ini pembelajaran aktif berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respon peserta didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan ide atau gagasan. b. Karakteristik Pembelajaran Aktif Menurut Bonwell dalam Muhammad Takdir Ilahi, karakteristik Pembelajaran aktif sebagai berikut: 1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar, melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas. 22 Melvin L. Silberman, Pembelajaran aktif 101 Cara Belajar SIswa Aktif, Terj. Raisul Muttaqien, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2014), hal. 23 15 2) Peserta didik tidak hanya mendengarkan pelajaran secara pasif, tetapi mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pelajaran. 3) Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisis, dan melakukan evaluasi. Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.23 Disamping itu, disajikan pula ciri-ciri atau indikator terjadinya pembelajaran aktif, sebagai berikut: 1) Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan kompetensi lain pada suatu mata pelajaran 2) Kegiatan belajar menarik minat peserta didik 3) Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik 4) Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar 5) Mendorong peserta didik berpikir secara aktif dan kreatif 6) Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman 7) Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya 8) Mendorong peserta didik melakukan eksplorasi (penjelajahan) 9) Mendorong peserta didik mengekspresi gagasan dan perasaan baik secara lisan maupun tertulis 10) Mendorong peserta didik agar tidak dapat berbuat kesalahan 11) Menciptakan suasana senang dalam melakukan kegiatan belajar 12) Mendorong peserta didik melakukan variasi kegiatan individual, pasangan, kelompok atau seluruh kelas 23 Ilahi, Revitalisasi Pendidikan . . ., hal. 60 16 13) Mendorong peserta didik bekerjasama guna mengembangkan keterampilan sosial 14) Kegiatan belajar banyak melibatkan berbagai indera 15) Menggunakan alat, bahan atau sarana bila dituntut oleh kegiatan belajar 16) Melibatkan kegiatan melakukan, seperti melakukan observasi, percobaan, penyelidikan, permainan peran, permainan (game). 17) Mendorong peserta didik melalui penghargaan, pujian dan pemberian semangat 18) Hasil kerja (karya) peserta didik dipajangkan 19) Menerapkan teknik bertanya guna mendorong peserta didik berpikir dan melakukan kegiatan 20) Mendorong peserta didik mencari informasi, data dan mencari jawaban atas pertanyaan 21) Mendorong peserta didik menemukan sendiri 22) Peserta didik pada umumnya berani bertanya secara kritis.24 c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Aktif Untuk dapat menerapkan pembelajaran aktif dalam proses belajar mengajar, maka hakekat dari pembelajaran aktif perlu dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip yang dapat diamati berupa tingkah laku. Jadi dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pembelajaran aktif adalah tingkah laku yang mendasar yang selalu nampak dan 24 Amri, Implementasi Pembelajaran.. ., hal. 79-80 17 menggambarkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar baik keterlibatan mental, intelektual maupun emosional yang dalam banyak hal dapat diisyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik. Sofan Amri mengemukakan prinsip-prinsip pembelajaran aktif, sebagai berikut:25 1) Prinsip melakukan, Pada dasarnya pembelajaran itu harus membuat peserta didik berbuat sesuatu, bukan tinggal diam, dan berpangku tangan. Perbuatan itu dapat berupa: melihat, mendengar, meraba, merasakan, menulis, mengukur, membaca, menggambar, menghitung yang pada dasarnya sama dengan keterampilan proses. 2) Prinsip menggunakan semua alat indera (panca indera), Dalam pembelajaran hendaknya mengaktifkan semua alat indera untuk memperoleh informasi atau pengetahuan, melalui melihat, mendengar, meraba, meraba, mengecap dan membau. Dengan mengarahkan semua indera (sejauh memungkinkan) peserta diidk akan memperoleh pengetahuan atau informasi yang lebih megesanka, bukan sekedar hafalan dan tidak mudah untuk dilupakan. 3) Prinsip eksplorasi lingkungan, bahwa pembelajaran aktif memanfaatkan lingkungan sebagai sarana, media atau sumber belajar. Lingkungan itu dapat berupa lingkungan fisik, lingkungan sosial, lingkungan budaya dan juga lingkungan mental. Lingkungan itu dapat 25 Ibid,. hal. 68-69 18 berupa objek (benda-benda), tempat (situasi dan kondisi), kejadian atau peristiwa dan ide atau gagasan. d. Keuntungan Melakukan Pembelajaran Aktif Keuntungan pembelajaran aktif adalah sebagai berikut: 1) Peserta didik akan lebih termotivasi karena akan lebih mudah belajar disaat mereka merasa senang. 2) Berlangsung dalam lingkungan yang tenang, karena percobaan dan kegagalan diterima. 3) Adanya partisipasi dari semua kelompok. 4) Tiap orang bertanggungjawab atas pembelajarannya masing-masing. 5) Fleksibel dan relevan. 6) Sesuatu menyatakan pemikirannya. 7) Masing-masing memberikan koreksi jika ada kesalahan.26 2. Tipe Team Quiz a. Pengertian Team Quiz Menurut Hisyam Zaini, team quiz merupakan salah satu metode pembelajaran bagi peserta didik untuk membangkitkan semangat dan pola pikir kritis.27 Team quiz merupakan salah satu tipe dalam metode pembelajaran aktif yang berfungsi untuk menghidupkan suasana belajar. Mengaktifkan peserta didik untuk bertanya maupun menjawab. Meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik terhadap apa 26 Ibid, hal. 2 Hisyam Zaini, et. all., Strategi Pembelajaran AKtif, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 2008), hal. 45 27 19 yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak membosankan. Metode pembelajaran aktif tipe team quiz akan membantu peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran aktif tipe team quiz ini, peserta didik bersama-sama dengan timnya mempelajari materi dalam lembaran kerja, mendiskusikan materi, saling memberi pertanyaan dan jawaban.28 Hal ini merupakan suatu cara untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Seperti halnya ayat-ayat Al-Quran dalam surat Al-Qori’ah berikut ini terdapat banyak pertanyaan yang disertai dengan jawabannya. Artinya: “Hari kiamat. Apakah hari kiamat itu? Tahukah kamu Apakah hari kiamat itu? Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran. Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihamburhamburkan.” (QS Al- Qori’ah:1-5)29 Dari kutipan ayat di atas bahwasanya suatu pertanyaan dan suatu jawaban merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Sebagaimana Allah telah memberikan gambaran dalam Al-Qur’an bahwa jika suatu ayat ada 28 Tarigan, et, all, Penerapan Metode Active Learning Type Quiz Team Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK, Vol. 3 No. 1, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2016), hal. 125 29 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Surabaya, 2012), hal. 911 20 pertanyaan-pertanyaan yang muncul, maka tentu ayat selanjutnya dimunculkan jawaban dari pertanyaan itu. Hal ini tentu suatu contoh bahwa suatu pertanyaan dan jawaban itu merupakan bagian yang terpenting dalam proses pembelajaran terutama dalam kaitannya pembelajaran peserta didik di sekolah. b. Kelebihan dan Kelemahan Team Quiz Adapun kelebihan dan kelemahan metode team quiz, sebagai berikut:30 1) Kelebihan a) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri b) Dapat mengembangkan kemampuan berpikir sendiri c) Dapat membantu anak untuk mereespon orang lain d) Menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata 2) Kelemahan a) Dengan leluasanya pembelajaran, maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan tercapai b) Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya 30 hal. 249 Sanjaya, Kekurangan dan Kelemaham Metode Team Quiz, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 21 c) Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang Untuk mengatasi kelemahan tersebut, diperlukan modifikasi dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran dimana untuk penyajian kuis dilakukan per tim dalam tiap pertemuan, pembuatan soal dilakukan di rumah sehingga memungkinkan peserta didik berdiskusi di luar kelas. Agar tidak didominasi oleh peserta didik yang pintar, maka setiap peserta didik diwajibkan mencari jawaban kuis dan guru mencatat nama setiap peserta didik yang menjawab dengan alasan penambahan nilai sehingga seluruh peserta didik dapat termotivasi untuk ikut menjawab. c. Langkah-langkah Team Quiz Adapun langkah-langkah penerapan tipe Team quiz adalah sebagai berikut: 1) Pilihlah topik yang disampaikan dalam tiga segmen 2) Bagi peserta didik menjadi tiga kelompok: A, B dan C 3) Sampaikan kepada peserta didik format pembelajaran yang disampaikan kemudian mulai presentasi 4) Setelah presentasi, minta kelompok A untuk menyiapkan pertanyaanpertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan mereka 22 5) Minta kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B. Jika kelompok tidak dapat menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C 6) Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B 7) Jika tanya jawab ini selesai, lanjutkan dan tunjuk kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti untuk kelompok A 8) Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan dan tunjuk kelompok C sebagai penanya 9) Akhiri kegiatan pembelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan jelaskan sekiranya ada pemahaman peserta didik yang keliru.31 Dalam penerapan metode pembelajaran aktif tipe ini, dapat dilakukan variasi, sebagai berikut: 1) Berikan tim pertanyaan kuis yang telah dipersiapkan yang darinya mereka memilih kapan mereka mendapat giliran menjadi pemandu kuis. 2) Berikan satu penyajian materi secara kontinyu. Bagilah peserta didik menjadi dua tim. Pada akhir pelajaran, perintahkan dua tim untuk saling memberi kuis.32 31 Hisyam Zaini, et. all., Strategi Pembelajaran . . ., hal. 54-55 Melvin L. Siberman, Pembelajaran aktif . . ., hal. 176 32 23 3. Keaktifan Belajar Aktif menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti giat (bekerja atau berusaha),33 sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana peserta didik dapat aktif. Menurut Sardiman keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.34 Peserta didik aktif adalah peserta didik yang terlibat secara intelektual dan emosional dalam kegiatan belajar mengajar.35 Jadi peserta didik aktif adalah peserta didik yang terlibat secara fisik, mental, intelektual dan emosional dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar meliputi aktifitas jasmani dan keaktifan mental. Aktifitas belajar tersebut digolongkan menjadi empat, yaitu sebagai berikut: a. Visual Activitas meliputi membaca, memperhatikan, mengamati, demonstrasi dan sebagainya. b. Oral Activitas meliputi mendengar, menerima, diskusi dan sebagainya. c. Drawing Activitas meliputi mneggambar, membuat grafik, membuat peta, diagram dan lain sebagainya. d. Writing Activitas meliputi menulis cerita, membuat rangkuman, menulis laporan dan lain sebagainya.36 33 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal. 30 34 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mnegajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hal. 98 35 Ahmadi dan Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 207 36 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 173 24 Keaktifan peserta didik dalam belajar Al-Quran Hadits tampak dalam kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran. Untuk melihat terwujudnya keaktifan peserta didik dalam belajar, terdapat beberapa indikator, melalui indikator tersebut dapat dilihat tingkah laku mana yang muncul dalam suatu proses belajar mengajar. Indikator keaktifan belajar peserta didik dapat dilihat dari kriteria berikut ini:37 a. Hadir dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran; b. Perhatian peserta didik terhadap penjelasan Guru; c. Kerjasamanya dalam kelompok; d. Kemampuan peserta didik mengemukakan pendapat dalam kelompok; e. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman kelompok; f. Mendengarkan dengan baik ketika teman lain berpendapat; g. Memberi gagasan yang cemerlang; h. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang; i. Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain; j. Saling membantu dan menyelesaikan masalah Keaktifan peserta didik dalam belajar merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosi dan fisik. Peserta didik merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan 37 Erna, “Indikator Keaktifan Siswa” dalam http://ardhana12.wordpress.com diakses 31 Januari 2017 25 yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang positif saat lingkungannya memberikan ruang yang baik untuk perkembangan keaktifan itu.38 Aktif dari sisi guru antara lain dengan memantau kegiatan belajar peserta didik, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang menantang dan mempertanyakan gagasan peserta didik. Sedangkan aktif dari sisi peserta didik akan kelihatan dari aktivitasnya untuk bertanya, mengemukakan gagasan dan mempertanyakan gagasan orang lain dan gagasannya.39 Peran aktif dari peserta didik sangat penting dalam rangka pembentukan genenerasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dirinya dan orang lain. Aktivitas dalam belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu, diperlukan upaya terus menerus agar peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Berikut ini cara meningkatkan keterlibatan peserta didik, yaitu: a. Tingkatkan partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dengan cara menggunakan berbagai teknik mengajar b. Berikanlah materi pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran 38 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta,2009), hal. 119 Winastwan Gora, Sunarto, Pakematik: Strategi Pembelajaran Inovativ Berbasis TIK, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), hal 14 39 26 c. Usahakan agar pembelajaran lebih menarik minat peserta didik. Untuk itu guru harus minat peserta didik dan mengaitkannya dengan bahan pembelajaran.40 4. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dapat diketahui tingkat ketercapaiannya dilihat dari hasil pembelajaran mereka setelah mengikuti kegiatan belajar dan mengajar. Menurut Sukmadinata hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dari seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.41 Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana membagi hasil belajar dalam tiga ranah yaitu:42 1) Ranah kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif 40 Sofan Amri, Implementasi Pembelajaran . . ., hal. 92-93 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 102-103 42 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 22 41 27 tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2) Ranah afektif Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah psikomotoris Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Kemampuan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar selalu berbeda dan hasil belajar yang diperolehnya pun berbeda pula antara satu dengan yang lain. Hal ini karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor dari peserta didik itu sendiri atau individu yang sedang belajar (faktor internal) dan faktor dari luar peserta didik atau yang ada di luar individu (faktor eksternal). Hasil belajar yang dicapai peserta didik pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, pengenalan pendidik terhadap faktor yang dapat mempengaruhi 28 prestasi belajar peserta didik penting sekali artinya dalam membantu peserta didik mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masing-masing.43 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut, yaitu: 1) Faktor intern Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri peserta didik itu sendiri. Adapun faktor intern tersebut, yaitu: a) Kemampuan yang dimiliki peserta didik Kemampuan secara umum dikenal masyarakat luas sebagai kecerdasan atau intelegensia. Istilah kecerdasan lebih dekat dengan kemampuan seorang individu dalam belajar. Menurut Danim, kecerdasan adalah kapasitas kognitif yang merujuk pada pengetahuan, adaptasi dan kemampuan seseorang untuk berpikir dan bertindak secara sengaja.44 Perbedaan kecerdasan yang dimiliki peserta didik dapat dilihat melalui proses tes yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk skor tes IQ.45 Semakin tinggi tingkat intelegensinya, semakin penyesuaian dirinya dan lebih mampu bereaksi dengan rangsangan lingkungan. 43 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyanto, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal. 138 44 Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 66 Muhamad Irham, Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2013), hal. 83-84 45 29 b) Motivasi Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat nonintelektual. Peserta didik yang mempunyai motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.46 Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya penggerak dalam diri peserta didik yang menimbulkan arah pada kegiatan belajar yang memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun yang didasari adanya motivasi, maka peserta didik yang belajar akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Menurut Suryabrata dalam Djaali, motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Sedangkan menurut Greenberg dalam Djaali, motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan.47 Dalam memberikan motivasi, guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian peserta didik terhadap sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan dalam diri peserta didik, maka mereka akan dapat melakukan kegiatan belajar sesuai kehendak sendiri dan belajar secara aktif. 46 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 75 47 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 101 30 c) Minat dan perhatian Minat dan perhatian peserta didik sangat berperan dalam mengarahkan dan menentukan cita-cita. Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu, tanpa ada yang menyuruh. Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa peserta didik lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya. Minat belajar yang telah dimiliki peserta didik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal, maka ia akan terus berusaha untuk melakukan sampai tercapai apa yang ia inginkan. d) Sikap dan kebiasaan belajar Kebiasaan belajar cenderung menguasai sikap peserta didik pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar. Dimana sikap merupakan kesiapan atau kecenderungan untuk bertindak menghadapi situasi tertentu. Pada umumnya setiap peserta didik bertindak berdasarkan force of habit sekalipun ia tahu, bahwa ada cara lain yang lebih menguntugkan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan sebagai cara yang mudah dan tidak memerlukan konsentrasi dan perhatian yang besar.48 Sehingga sikap dan kebiasaan belajar yang telah menetap dalam diri peserta didik pada 48 Djaali, Psikologi Pendidikan . . ., hal. 128 31 waktu menerima pelajaran, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap hasil belajar. e) Ketekunan Tekun adalah ketetapan hati yang kuat untuk bersungguhsungguh, rajin dan tuntas dalam melakukan apapun. Ketekunan merupakan upaya bersinambung untuk mencapai tujuan tertentu tanpa mudah menyerah hingga meraih keberhasilan. Dengan kata lain, ketekunan akan tetap berlangsung walau ada rintangan yang menghadang. f) Sosial Ekonomi Kondisi sosial ekonomi orangtua yang berpengaruh terhadap munculnya perbedaan individu meliputi tingkat pendidikan orangtua, jenis pekerjaan orangtua, dan jumlah penghasilan orangtua.49 Keluarga yang status sosial ekonominya rendah ditandai dengan kecenderungan kurang otoritas, tidak tahu atau bimbang dalam mengambil keputusan dan tidak terorganisasi. Orang tua yang mempunyai status sosial ekonomi rendah, kurang menekankan pentingnya pencapaian pendidikan yang lebih tinggi, mempengaruhi motivasi belajar anak, karena semua kebutuhan untuk kepentingan belajar baik di sekolah maupun di rumah tidak terpenuhi oleh orang tuanya, sehingga anak menjadi 49 Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan . . ., hal. 70 32 tidak memiliki semangat dalam belajar.50 Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua maka cara pandang dalam mendidik dan aspirasi terhadap pendidikan bagi anak juga semakin tinggi. g) Faktor fisik dan psikis Kondisi umum jasmani yang memadai (baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh), dapat mempengaruhi semangat dan intensitas dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, dapat menurunkan kualitas belajarnya sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.51 Begitu juga dengan aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan belajar siswa. Muhibbin Syah menerangkan dalam bukunya, bahwa diantara faktor-faktor rohaniah peserta didik yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: tingkat kecerdasan / intelegensi peserta didik, sikap peserta didik, bakat peserta didik, minat peserta didik dan motivasi peserta didik.52 2) Faktor ekstern Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik yang sifatnya diri peserta didik. Adapun 50 Faisal Anwar, “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SD Negeri 10 Banda Aceh, jurnal Pendidikan Serambi Ilmu” Volume 26, No 1, dalam http://jurnal2.serambimekkah.ac.id, diakses 29 januari 2017, hal. 263-264 51 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hal. 132 52 Ibid, hal. 133 33 faktor ekstern tersebut, yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.53 a) Lingkungan keluarga Faktor-faktor keluarga yang dapat mempengaruhi proses belajar peserta didik antara lain: pola asuh orangtua, relasi antar anggota keluarga, pengertuan orangtua, kebudayaan keluarga, serta keadaan sosial ekonomi keluarga, dan lain sebagainya. b) Lingkungan sekolah Faktor-faktor dari lingkungan sekolah yang dapat mempengeruhi proses belajar peserta didik antara lain: metode mengajar yang digunakan guru, pola relasi antara guru dengan peserta didik, relasi antar peserta didik, model disiplin sekolah yang dikembangkan, jenis mata pelajaran dan beban belajar peserta didik, waktu sekolah, keadaan gedung sekolah, kuantitas tugas rumah, media pembelajaran yang sering digunakan dan sebagainya. c) Lingkungan masyarakat Faktor-faktor dari lingkungan sekolah yang dapat mempengeruhi proses belajar peserta didik antara lain: jenis kegiatan yang diikuti peserta didik di masyarakat, teman bergaul, media massa yang dikonsumsi, bentuk kehidupan masyarakatnya, kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di masyarakat dan sebagainya. 53 Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan . . ., hal. 129-130 34 5. Al-Quran Hadits a. Pengertian Al-Quran Hadits Mata pelajaran Al-Quran Hadits diambil dari dua kata yakni AlQuran dan Hadits. Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril as yang merupakan sumber utama ajaran agama Islam sebagai petunjuk atas kerasulan Muhammad SAW, pedoman hidup bagi umat manusia, menjadi ibadah bagi yang membacanya, serta pedoman dan sumber petunjuk dalam kehidupan.54 Sedangkan Hadits adalah segala sesuatu yang disandarkan baik kepada Nabi Muhammad SAW atau sahabat atau tabi’in baik yang berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir) maupun sifat dan keadaannya.55 Mata pelajaran Al-Quran Hadits merupakan bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah yang bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam membaca, menulis, membiasakan dan menggemari Al-Quran Hadits serta menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayatayat Al-Quran Hadits untuk mendorong, membina dan membimbing akhlak dan perilaku peserta didik agar berpedoman sesuai dengan isi kandungan ayat-ayat Al-Quran Hadits.56 54 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 173 55 Aminuddin, et. all,. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005), hal. 55 56 Khoerudin, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Konsep dan Implementasinya di Madrasah, (Jogyakarta: Pilar Media, 2007), hal. 179 35 Al-Quran Hadits sebagai bagian yang integral dari pendidikan agama yang secara substansial memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan nilai-nilai agama sebagaimana terkandung dalam Al-Quran dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari. b. Karakteristik Mata Pelajaran Al-Quran Hadits Pembelajaran suatu mata pelajaran akan bermakna bagi peserta didik apabila guru mengetahui tentang objek yang akan diajarkannya sehingga dapat mengajarkan materi tersebut dengan penuh dinamika dan inovasi dalam proses pembelajarannya. Demikian halnya dengan pembelajaran Al-Quran Hadits di tingkat Madrasah Ibtidaiyah. Mata pelajaran Al-Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis Al-Quran dan Hadits dengan benar, serta hafalan surat-surat pendek dalam Al-Quran, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan Hadits untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui pembiasaan. c. Ruang Lingkup Materi Al-Quran Hadits Mata pelajaran Al-Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat mengenal, membaca serta memahami Al-Quran dan hadits yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun 36 ruang lingkup mata pelajaran Al-Quran hadits di Madratsah Ibtidaiyah meliputi: 1) Al-Quran, meliputi: QS. Al-Kafirun, QS. Al-Kautsar, QS. Al-Fiil, QS. Al-Ma’un, Hukum bacaan Ghunnah, Hukum bacaan AlQomariyah dan Al-Syamsiyah. 2) Hadits, meliputi: Hadits keutamaan belajar Al-Quran dan Hadits hormat kepada orangtua. 6. Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Team Quiz dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Al-Quran Hadits Dalam proses pembelajaran, perlu adanya pemilihan metode pembelajaran yang tepat digunakan untuk penyampaian materi. Pemilihan metode tersebut hendaknya memperhatikan tujuan pendidikankemampuan pendidik, kebutuhan peserta didik dan materi pembelajaran. Metode pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran Al-Quran Hadits maupun yang lainnya, semuanya mempunyai tujuan yang sama yaitu menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat memahaminya. Penyampaian materi Al-Quran Hadits akan menjadi lebih mudah dan menarik jika mereka terlibat secara aktif dalam pembelajaran baik aktif dalam pembelajaran individu maupun kelompok. Berbagai upaya dilakukan guru supaya materi pelajaran tersebut dapat dengan mudah dicerna oleh peserta didik. Salah satu pilihan metode dalam pembelajaran Al-Quran Hadits yaitu metode pembelajaran aktif tipe team quiz. Metode pembelajaran aktif adalah 37 sebuah metode pembelajaran yang bertujuan untuk mengarahkan perhatian peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya.57 Dalam metode pembelajaran aktif setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya.58 Wibowo dalam Sibermen menyatakan bahwa metode pembelajaran aktif merupakan metode pembelajaran yang tidak hanya didasarkan pada proses mendengarkan dan mencatat. Karena dalam pembelajaran peserta didik dituntut untuk selalu aktif baik dalam hal mneyampaikan pendapat ataupun memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan.59 Mckinney menyatakan bahwa metode pembelajaran Active Learning adalah teknik agar siswa melakukan sesuatu termasuk menemukan, memproses, dan mengaplikasikan suatu informasi dari pada hanya mandengarkan guru. Tahapan-tahapan inilah yang membuat siswa menjadi lebih peduli dan dapat menyerap materi pelajaran dengan mudah dan menyenangkan.60 Sehingga metode pembelajaran aktif ini berusaha memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih banyak melakukan aktivitas belajar, hubungan interaktif dengan materi pelajaran maupun pengoptimalan potensi yang dimiliki, sehingga peserta didik memperoleh hasil belajar yang lebih baik. 57 Agus Suprijono, Cooperative Learning . . .,hal. 111 Sofan Amri, Implementasi Pembelajaran . . ., hal. 37 59 Melvin L. Siberman, Pembelajarn Aktif . . ., hal. 27 60 Maisaroh dan Rostrieningsih, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar Komunikasi Di SMK Negeri 1 Bogor, Vol. 8 No. 2, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2010), hal. 159 58 38 Menurut Hisyam Zaini, team quiz merupakan salah satu metode pembelajaran bagi peserta didik untuk membangkitkan semangat dan pola pikir kritis.61 Dapat diartikan bahwa team quiz ini merupakan metode pembelajaran yang dapat menghidupkan suasanadan mengaktifkan peserta didik bertanya maupun menjawab serta menimbulkan rasa tanggug jawab peserta didik atas apa yang telah mereka pelajari. Oleh karena itu, peserta didik harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan dan mendiskusikannya dengan temannya yang lain. Untuk dapat menerapkan pembelajaran aktif tipe team quiz dalam proses belajar mengajar, maka hakekat dari pembelajaran aktif perlu dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip yang dapat diamati berupa tingkah laku. Jadi dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pembelajaran aktif adalah tingkah laku yang mendasar yang selalu nampak dan menggambarkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar baik keterlibatan mental, intelektual maupun emosional yang dalam banyak hal dapat diisyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik. Dalam hal ini keaktifan peserta didik dalam belajar Al-Quran Hadits tampak dalam kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran. Aktivitas dalam belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang baik yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Terdapat 61 Hisyam Zaini, et. all, Strategi . . ., hal. 45 39 beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat aktivitas atau tingkah laku peserta didik yang muncul dalam kegiatan pembelajaran berlangsung. Indikator tersebut meliputi peserta didik melakukan aktivitas sehari-hari, memperhatikan tujuan, terlibat dalam membangkitkan pengetahuan tentang materi, memperhatikan penjelasan, terlibat dalam pembentukan kelompok, terlibat dalam mengerjakan lembar kerja melalui metode pembelajaran aktif tipe team quiz, terlibat dalam pelaksanaan kuis, melaksanakan tes evaluasi, menanggapi evaluasi dan mengakhiri pembelajaran. Seiring dengan aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik, juga diperoleh hasil belajar sebagai tolok ukur kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran. Hasil belajar merupakan kemampuankemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Penguasaan hasil belajar dari seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik.62 Kemampuan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar selalu berbeda dan hasil belajar yang diperolehnya pun juga berbeda antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu guru harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran yang efektif guna membantu peserta didik mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masingmasing. Khusunya dalam pembelajaran Al-Quran Hadits yang mana mata 62 Sukmadinata, Landasan Psikologi . . .,. hal. 103 40 pelajaran Al-Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah menekankan pada kemampuan membaca dan menulis Al-Quran dan hadits dengan benar serta hafalan surat-surat pendek dalam Al-Quran, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan hadits untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan metode pembelajaran aktif tipe team quiz dalam pembelajaran Al-Quran Hadits dapat digambarkan sebagai berikut: (a) Guru menerangkan materi secara klasik, (b) Guru membagi peserta didik ke dalam 3 kelompok. Pembentukan kelompok yang beranggotakan 7-8 orang peserta didik. Kelompok tersebut merupakan kelompok heterogen yang mewakili hasil-hasil akademis dalam kelas, jenis kelamin dan ras. Fungsi kelompok adalah untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok ikut belajar dan lebih khusus mempersiapkan anggotanya untuk mengerjakan tes dengan baik. (c) Guru menjelaskan langkah-langkahnya dan meminta salah satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan materinya. Guru membatasi presentasi sampai 10 menit atau kurang, (d) Guru meminta semua tim menyiapkan quiz yang berjawaban singkat, (e) Tim A menguji anggota tim B. Jika tim B tidak bisa menjawab tim C diberi kesempatan untuk menjawabnya, (f) Tim A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya kepada anggota tim C, dan mengulangi proses yang sama, (g) Ketika quiz selesai, guru melanjutkan pada bagian kedua pelajaran, dan menunjuk tim B sebagai pemimpin quiz, (h) Setelah tim B menyelesaikan ujian tersebut, 41 guru melanjutkan pada bagian ketiga dan menentukan tim C sebagai pemimpin quiz. Dengan adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi antar kelompok, peserta didik akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan. Hal ini memacu semangat peserta didik untuk ikut serta dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif dan menyenangkan. B. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini penulis memaparkan tiga penelitian terdahulu yang relevan dengan permaslahan yang akan diteliti tentang penerapan metode pembelajaran aktif tipe team quiz dalam meningkatkan hasil belajar. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Rofiqoh Ma’inatur Rohmah dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran aktif Tipe Team Quiz Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas III MI Miftahul Ulum Bono Pakel Tulungagung”. Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari 2 siklus. Dari hasil analisis data diketahui bahwa prestasi belajar siswa kelas III MI Miftahul Ulum Bono pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam dengan menggunakan metode pembelajaran aktif tipe team quiz ini meningkat. Dari rata-rata hasil tes awal 38,75 meningkat menjadi 77,75 pada tes akhir siklus 1, dan meningkat lagi pada tes akhir 42 siklus 2 menjadi 83,5. Tingkat ketuntasan belajar juga meningkat dari 30% pada saat tes awal, menjadi 75% pada siklus 1 dan 80% pada siklus 2.63 2. Penelitian yang dilakukan oleh Nasihin Abdulah dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Kelas V MI Roudlotuzzahidin Karanganom Klaten Melalui Strategi Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Tahun Pelajaran 2013/2014”. Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari 2 siklus. Dari hasil analisis data diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas V MI Roudlotuzzahidin Karanganom Klaten pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam melalui strategi active learning tipe quiz team ini meningkat. Dari rata-rata hasil tes awal 69,16 meningkat menjadi 72,87 pada tes akhir siklus 1, dan meningkat lagi pada tes akhir siklus 2 menjadi 87,42. Tingkat ketuntasan belajar meningkat dari 36% pada saat tes awal, menjadi 62,5% pada siklus 1 dan 100% pada siklus 2, dengan asumsi seluruh siswa mendapat nilai diatas 75.64 3. Penelitian yang dilakukan oleh Lisa Arfina dengan judul “Penerapan Model Active Learning Tipe Team Quiz Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat”. Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari 2 siklus. Dari hasil analisis diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Metro Barat pada mata pelajaran PKn dengan menggunakan model active learning tipe team quiz ini meningkat. 63 Rofiqoh Ma’inatur Rohmah, Penerapan Metode Pembelajaran aktif Tipe Team Quiz Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas III MI Miftahul Ulum Bono Pakel Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2012). 64 Nasihin Abdulah, Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Kelas V MI Roudlotuzzahidin Karanganom Klaten Melalui Strategi Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Tahun Pelajaran 2013/2014, (Yogyakarta: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2014). 43 Dari rata-rata tes awal 62,5 meningkat menjadi 71,3 pada tes akhir siklus 1, dan meningkat lagi pada tes akhir siklus 2 menjadi 79,2.65 4. Penelitian yang dilakukan oleh Beni Rosidin dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Team quiz Melalui Pemberdayaan Anak Berbakat Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Pembelajaran IPS Di Kelas V-A SDN 07 Kota Bengkulu”. Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari 2 siklus dengan fokus penelitian peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPS kelas V-A di SDN 07 Bengkulu. Dari hasil analisis diketahui bahwa aktivitas belajar peserta didik siklus 1 diperoleh rata-rata 44,75 kategori cukup meningkat disiklus 2 diperoleh rata-rata 51,75 kategori baik. Hasil belajar peserta didik juga meningkat yang ditunjukkan dengan nilai kognitif pada siklus 1 diperoleh rata-rata 64,37 dengan ketuntasan belajar klasikal 50% meningkat disiklus 2 diperoleh rata-rata 71,25 dengan ketuntasan belajar klasikal 100%.66 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran aktif tipe team quiz dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS di kelas VA SDN 07 Kota Bengkulu. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Mei Rizkyana dengan judul “Penerapan Metode Quiz Team Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan Pada Siswa Kelas X AP SMK PGRI 1 Mejobo Kudus Tahun 65 Lisa Arfina, Penerapan Model Active Learning Tipe Team Quiz Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat, (Bandar Lampung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2016). 66 Beni Rosidin, Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Team Quiz Melalui Pemberdayaan Anak Berbakat Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Pembelajaran IPS di Kelas VA SDN 07 Kota Benkulu, (Bengkulu: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2014). 44 Ajaran 2012/2013”. Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari 2 siklus dengan fokus penelitian peningkatan keaktifan belajar. Dari hasil analisis diketahui presentase keaktifan belajar siswa pada siklus 1 meningkat dari 62,4% menjadi 73,6%. dan pada siklus 2 meningkat dari 79,2% menjadi 87,2%.67 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui metode team quiz dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa Kelas X AP SMK PGRI 1 Mejobo Kudus. Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Nama Peneliti dan Judul Penelitian 1 Rofiqoh Ma’inatur Rohmah dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran aktif Tipe Team Quiz Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas III MI Miftahul Ulum Bono Pakel Tulungagung”. Nasihin Abdulah dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Kelas V MI Roudlotuzzahidin Karanganom Klaten Melalui Strategi Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Tahun Pelajaran 2013/2014”. Lisa Arfina dengan judul “Penerapan Model Active Learning Tipe Team Quiz Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat”. Beni 67 Rosidin dengan Persamaan Perbedaan 2 1. Sama-sama menggunakan tipe team quiz 2. Tujuan yang hendak dicapai peningkatan hasil belajar 3 1. Mata Pelajaran 2. Jenjang Pendidikan 3. Objek Penelitian 4. Lokasi Penelitian 1. Sama-sama menggunakan tipe team quiz 2. Tujuan yang hendak dicapai peningkatan hasil belajar 1. Mata Pelajaran 2. Jenjang Pendidikan 3. Objek Penelitian 4. Lokasi Penelitian 1. Sama-sama menggunakan tipe team quiz 2. Tujuan yang hendak dicapai peningkatan hasil belajar judul 1. Sama-sama 1. 2. 3. 4. Mata Pelajaran Jenjang Pendidikan Objek Penelitian Lokasi Penelitian 1. Mata Pelajaran Mei Rizkyana, Penerapan Metode Quiz Team Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip kerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan Pada Siswa Kelas X AP SMK PGRI 1 Mejobo Kudus Tahun Ajaran 2012/2013, (Semarang: Skripsi Tidak Diterbitkan). 45 Lanjutan Tabel 2.1 “Penerapan Model pembelajaran menggunakan Aktif Tipe Team Quiz Melalui tipe team quiz Pemberdayaan Anak Berbakat 2. Tujuan yang Untuk Meningkatkan Aktivitas hendak dicapai dan Hasil Pembelajaran IPS di peningkatan hasil Kelas V-A SDN 07 Bengkulu”. belajar Mei Rizkyana dengan judul 1. Sama-sama “Penerapan Metode Quiz Team menggunakan Untuk Meningkatkan Keaktifan tipe team quiz Belajar Siswa Dalam 2. Tujuan yang Pembelajaran Menerapkan hendak dicapai Prinsip-Prinsip Kerjasama Dengan Kolega Dan Pelanggan Pada Siswa Kelas X AP SMK PGRI 1 Mejobo Kudus Tahun Ajaran 2012/2013”. 2. 3. 4. 1. 2. 3. 4. Jenjang Pendidikan Objek Penelitian Lokasi Penelitian Mata Pelajaran Jenjang Pendidikan Objek Penelitian Lokasi Penelitian Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan peneliti pada penelitian sekarang adalah terletak pada mata pelajaran, jenjang pendidikan, objek penelitian dan lokasi penelitian. Persamaannya sama-sama menerapkan metode pembelajaran aktif tipe team quiz. Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, terbukti bahwa penerapan metode pembelajaran aktif tipe team quiz dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik. C. Kerangka Berfikir Pada kondisi awal penyebab kurang maksimalnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Al-Quran Hadits kelas II-A di MI Darussalam Ngentrong Campurdarat Tulungagung adalah kurangnya partisipasi belajar yang mengakibatkan rendahnya tingkat keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dibarengi dengan penggunaan metode yang konvensional 46 yaitu metode ceramah, penugasan dan diskusi. Sehingga kegiatan pembelajaran tidak bisa berjalan secara efektif dan menyenangkan yang berpengaruh terhadap pemahaman peserta didik. Hasil belajar yang dicapai peserta didik merupakan interaksi dari berbagai faktor baik faktor internal maupan eksternal. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan dicapai oleh peserta didik. Salah satu upaya pembaharuan dalam dunia pendidikan yaitu melalui penerapan metode pembelajaran. Metode pembelajaran dianggap relevan jika mampu menghantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan melalui proses pembelajaran. Penelitian ini akan mengulas tentang penerapan metode pembelajaran aktif tipe team quiz untuk meningkatkan hasil belajar Al-Quran Hadits. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode pembelajaran aktif tipe team quiz dalam meningkatkan hasil belajar Al-Quran Hadits. Tipe team quiz ini merupakan metode pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam tipe team quiz ini peserta didik dibagi menjadi tiga tim. Setiap peserta didik dalam tim bertanggung jawab menyiapkan kuis berjawaban singkat. Sedangkan tim yang lain bertugas memeriksa serta mempelajari catatannya. Penggunaan metode ini bertujuan agar peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Metode ini melatih kemampuan akademis masingmasing peserta didik melalui pemberian kuis yang dilakukan oleh masingmasing tim guna meningkatkan hasil belajar. Melalui metode pembelajaran 47 aktif tipe team quiz, peserta didik sepenuhnya terlibat dalam kegiatan pembelajaran mulai dari penyusunan soal, penyusunan jawaban serta dalam pertandingan akademis melalui kuis. Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Teoritis Latar Belakang Masalah 1. Guru masih menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Hal itu belum bisa menarik perhatian peserta didik 2. Peserta didik belum berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. 3. Rendahnya hasil belajar peserta didik Pemecahan Masalah Penerapan metode pembelajaran aktif tipe team quiz. 1. 2. 3. 4. SIKLUS I Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan Refleksi 1. 2. 3. 4. SIKLUS II Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan Refleksi Keaktifan dan Hasil belajar peserta didik meningkat