BAB II KAJIAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Metode Pembelajaran Aktif
a. Hakikat Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan segala bentuk pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik berperan secara aktif dalam proses
pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar peserta didik, maupun
dengan pengajar dalam proses pembelajaran.20 Dalam pembelajaran aktif,
peserta didik dituntut untuk selalu aktif baik dalam hal menyampaikan
pendapat ataupun memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi
yang sedang diajarkan. Peserta didik dilibatkan pada aktivitas yang lebih
kompleks dimana peserta didik terlibat dan memahami apa yang mereka
kerjakan.
Secara umum pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya
beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbul selama proses pembelajaran
akan menimbulkan positive interdependence
dimana konsolidasi
pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-sama
melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus mendapatkan
20
Muhammad Takdir Ilahi, Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), hal. 60
12
13
nilai
untuk
setiap
peserta
didik
sehingga
terdapat
individual
accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan
dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan
memupuk social skills.21
Pembelajaran aktif pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan
memperlancar stimulus dan respon peserta didik dalam proses
pembelajaran. Disamping itu, pembelajaran aktif juga dimaksudkan
untuk menjaga perhatian peserta didik agar tetap tertuju pada proses
pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran akan berlangsung secara
menyenangkan dan mampu menghantarkan peserta didik ketujuan
pembelajaran yang telah dibuat.
Pembelajaran aktif (active learning) mulai digunakan dalam dunia
pendidikan diawali oleh seorang filosofi China yang bernama Confucious
yang menyatakan:
“Apa yang saya dengar, saya lupa”
“Apa yang saya lihat, saya ingat”
“Apa yang saya lakukan saya paham”
Mel
Silberman
memodifikasi
dan
memperluas
pernyataan
Coficious di atas menjadi apa yang disebutnya belajar aktif, yaitu:
“Apa yang saya dengar, saya lupa”
“Apa yang saya dnegar dan lihat, saya ingat sedikit”
21
Sofan Amri, Implementasi Pembelajaran . . ., hal. 67
14
“Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan
beberapa teman lain, saya mulai paham”
“Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya
memperoleh pengetahuan dan keterampilan”
“Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai”22
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa dalam pembelajaran aktif
peserta didik tidak hanya mendengarkan penjelasan guru tetapi peserta
didik melihat, mendengar, bertanya dengan guru atau teman, berdiskusi
dengan teman sehingga mereka menguasai materi pembelajaran. Dalam
hal ini pembelajaran aktif berusaha untuk memperkuat dan memperlancar
stimulus dan respon peserta didik dalam pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang
membosankan. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif
bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan ide atau gagasan.
b. Karakteristik Pembelajaran Aktif
Menurut Bonwell dalam Muhammad Takdir Ilahi, karakteristik
Pembelajaran aktif sebagai berikut:
1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi
oleh pengajar, melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran
analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas.
22
Melvin L. Silberman, Pembelajaran aktif 101 Cara Belajar SIswa Aktif, Terj. Raisul
Muttaqien, (Bandung: Nuansa Cendekia, 2014), hal. 23
15
2) Peserta didik tidak hanya mendengarkan pelajaran secara pasif, tetapi
mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pelajaran.
3) Peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisis,
dan melakukan evaluasi. Umpan balik yang lebih cepat akan terjadi
pada proses pembelajaran.23
Disamping itu, disajikan pula ciri-ciri atau indikator terjadinya
pembelajaran aktif, sebagai berikut:
1) Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan kompetensi lain
pada suatu mata pelajaran
2) Kegiatan belajar menarik minat peserta didik
3) Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik
4) Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar
5) Mendorong peserta didik berpikir secara aktif dan kreatif
6) Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman
7) Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya
8) Mendorong peserta didik melakukan eksplorasi (penjelajahan)
9) Mendorong peserta didik mengekspresi gagasan dan perasaan baik
secara lisan maupun tertulis
10) Mendorong peserta didik agar tidak dapat berbuat kesalahan
11) Menciptakan suasana senang dalam melakukan kegiatan belajar
12) Mendorong peserta didik melakukan variasi kegiatan individual,
pasangan, kelompok atau seluruh kelas
23
Ilahi, Revitalisasi Pendidikan . . ., hal. 60
16
13) Mendorong peserta didik bekerjasama guna mengembangkan
keterampilan sosial
14) Kegiatan belajar banyak melibatkan berbagai indera
15) Menggunakan alat, bahan atau sarana bila dituntut oleh kegiatan
belajar
16) Melibatkan kegiatan melakukan, seperti melakukan observasi,
percobaan, penyelidikan, permainan peran, permainan (game).
17) Mendorong peserta didik melalui penghargaan, pujian dan
pemberian semangat
18) Hasil kerja (karya) peserta didik dipajangkan
19) Menerapkan teknik bertanya guna mendorong peserta didik berpikir
dan melakukan kegiatan
20) Mendorong peserta didik mencari informasi, data dan mencari
jawaban atas pertanyaan
21) Mendorong peserta didik menemukan sendiri
22) Peserta didik pada umumnya berani bertanya secara kritis.24
c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Aktif
Untuk dapat menerapkan pembelajaran aktif dalam proses belajar
mengajar, maka hakekat dari pembelajaran aktif perlu dijabarkan ke
dalam prinsip-prinsip yang dapat diamati berupa tingkah laku. Jadi dapat
dipahami bahwa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pembelajaran
aktif adalah tingkah laku yang mendasar yang selalu nampak dan
24
Amri, Implementasi Pembelajaran.. ., hal. 79-80
17
menggambarkan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar baik
keterlibatan mental, intelektual maupun emosional yang dalam banyak
hal dapat diisyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk
keaktifan fisik.
Sofan Amri mengemukakan prinsip-prinsip pembelajaran aktif,
sebagai berikut:25
1) Prinsip melakukan, Pada dasarnya pembelajaran itu harus membuat
peserta didik berbuat sesuatu, bukan tinggal diam, dan berpangku
tangan. Perbuatan itu dapat berupa: melihat, mendengar, meraba,
merasakan, menulis, mengukur, membaca, menggambar, menghitung
yang pada dasarnya sama dengan keterampilan proses.
2) Prinsip menggunakan semua alat indera (panca indera), Dalam
pembelajaran hendaknya mengaktifkan semua alat indera untuk
memperoleh informasi atau pengetahuan, melalui melihat, mendengar,
meraba, meraba, mengecap dan membau. Dengan mengarahkan
semua indera (sejauh memungkinkan) peserta diidk akan memperoleh
pengetahuan atau informasi yang lebih megesanka, bukan sekedar
hafalan dan tidak mudah untuk dilupakan.
3) Prinsip
eksplorasi
lingkungan,
bahwa
pembelajaran
aktif
memanfaatkan lingkungan sebagai sarana, media atau sumber belajar.
Lingkungan itu dapat berupa lingkungan fisik, lingkungan sosial,
lingkungan budaya dan juga lingkungan mental. Lingkungan itu dapat
25
Ibid,. hal. 68-69
18
berupa objek (benda-benda), tempat (situasi dan kondisi), kejadian
atau peristiwa dan ide atau gagasan.
d. Keuntungan Melakukan Pembelajaran Aktif
Keuntungan pembelajaran aktif adalah sebagai berikut:
1) Peserta didik akan lebih termotivasi karena akan lebih mudah belajar
disaat mereka merasa senang.
2) Berlangsung dalam lingkungan yang tenang, karena percobaan dan
kegagalan diterima.
3) Adanya partisipasi dari semua kelompok.
4) Tiap orang bertanggungjawab atas pembelajarannya masing-masing.
5) Fleksibel dan relevan.
6) Sesuatu menyatakan pemikirannya.
7) Masing-masing memberikan koreksi jika ada kesalahan.26
2. Tipe Team Quiz
a. Pengertian Team Quiz
Menurut Hisyam Zaini, team quiz merupakan salah satu metode
pembelajaran bagi peserta didik untuk membangkitkan semangat dan
pola pikir kritis.27 Team quiz merupakan salah satu tipe dalam metode
pembelajaran aktif yang berfungsi untuk menghidupkan suasana belajar.
Mengaktifkan peserta didik untuk bertanya maupun menjawab.
Meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik terhadap apa
26
Ibid, hal. 2
Hisyam Zaini, et. all., Strategi Pembelajaran AKtif, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga,
2008), hal. 45
27
19
yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak
membosankan.
Metode pembelajaran aktif tipe team quiz akan membantu peserta
didik dalam memahami materi pelajaran. Proses belajar mengajar dengan
menggunakan metode pembelajaran aktif tipe team quiz ini, peserta didik
bersama-sama dengan timnya mempelajari materi dalam lembaran kerja,
mendiskusikan materi, saling memberi pertanyaan dan jawaban.28 Hal ini
merupakan suatu cara untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam
pembelajaran. Seperti halnya ayat-ayat Al-Quran dalam surat Al-Qori’ah
berikut ini terdapat banyak pertanyaan yang disertai dengan jawabannya.





Artinya:
“Hari kiamat. Apakah hari kiamat itu? Tahukah kamu Apakah hari
kiamat itu? Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang
bertebaran. Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihamburhamburkan.” (QS Al- Qori’ah:1-5)29
Dari kutipan ayat di atas bahwasanya suatu pertanyaan dan suatu
jawaban merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Sebagaimana Allah
telah memberikan gambaran dalam Al-Qur’an bahwa jika suatu ayat ada
28
Tarigan, et, all, Penerapan Metode Active Learning Type Quiz Team Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK, Vol. 3 No. 1, (Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia, 2016), hal. 125
29
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Surabaya, 2012),
hal. 911
20
pertanyaan-pertanyaan yang muncul, maka tentu ayat selanjutnya
dimunculkan jawaban dari pertanyaan itu. Hal ini tentu suatu contoh
bahwa suatu pertanyaan dan jawaban itu merupakan bagian yang
terpenting dalam proses pembelajaran terutama dalam kaitannya
pembelajaran peserta didik di sekolah.
b. Kelebihan dan Kelemahan Team Quiz
Adapun kelebihan dan kelemahan metode team quiz, sebagai
berikut:30
1) Kelebihan
a) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat
menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri
b) Dapat mengembangkan kemampuan berpikir sendiri
c) Dapat membantu anak untuk mereespon orang lain
d) Menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi
nyata
2) Kelemahan
a) Dengan leluasanya pembelajaran, maka apabila keleluasaan itu
tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan
tercapai
b) Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu
apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya
30
hal. 249
Sanjaya, Kekurangan dan Kelemaham Metode Team Quiz, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
21
c) Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang
panjang
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, diperlukan modifikasi
dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran dimana untuk
penyajian kuis dilakukan per tim dalam tiap pertemuan, pembuatan
soal dilakukan di rumah sehingga memungkinkan peserta didik
berdiskusi di luar kelas. Agar tidak didominasi oleh peserta didik yang
pintar, maka setiap peserta didik diwajibkan mencari jawaban kuis dan
guru mencatat nama setiap peserta didik yang menjawab dengan
alasan penambahan nilai sehingga seluruh peserta didik dapat
termotivasi untuk ikut menjawab.
c. Langkah-langkah Team Quiz
Adapun langkah-langkah penerapan tipe Team quiz adalah sebagai
berikut:
1) Pilihlah topik yang disampaikan dalam tiga segmen
2) Bagi peserta didik menjadi tiga kelompok: A, B dan C
3) Sampaikan
kepada
peserta
didik
format
pembelajaran
yang
disampaikan kemudian mulai presentasi
4) Setelah presentasi, minta kelompok A untuk menyiapkan pertanyaanpertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan.
Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan
mereka
22
5) Minta kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada kelompok B.
Jika kelompok tidak dapat menjawab pertanyaan, lempar pertanyaan
tersebut kepada kelompok C
6) Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika kelompok
C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok B
7) Jika tanya jawab ini selesai, lanjutkan dan tunjuk kelompok B untuk
menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti untuk kelompok A
8) Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjutkan dan
tunjuk kelompok C sebagai penanya
9) Akhiri kegiatan pembelajaran dengan menyimpulkan tanya jawab dan
jelaskan sekiranya ada pemahaman peserta didik yang keliru.31
Dalam penerapan metode pembelajaran aktif tipe ini, dapat
dilakukan variasi, sebagai berikut:
1) Berikan tim pertanyaan kuis yang telah dipersiapkan yang darinya
mereka memilih kapan mereka mendapat giliran menjadi pemandu
kuis.
2) Berikan satu penyajian materi secara kontinyu. Bagilah peserta didik
menjadi dua tim. Pada akhir pelajaran, perintahkan dua tim untuk
saling memberi kuis.32
31
Hisyam Zaini, et. all., Strategi Pembelajaran . . ., hal. 54-55
Melvin L. Siberman, Pembelajaran aktif . . ., hal. 176
32
23
3. Keaktifan Belajar
Aktif menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti giat (bekerja atau
berusaha),33 sedangkan keaktifan diartikan sebagai hal atau keadaan dimana
peserta didik dapat aktif. Menurut Sardiman keaktifan adalah kegiatan yang
bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.34 Peserta didik aktif adalah peserta
didik yang terlibat secara intelektual dan emosional dalam kegiatan belajar
mengajar.35 Jadi peserta didik aktif adalah peserta didik yang terlibat secara
fisik, mental, intelektual dan emosional dalam proses pembelajaran.
Keaktifan belajar meliputi aktifitas jasmani dan keaktifan mental.
Aktifitas belajar tersebut digolongkan menjadi empat, yaitu sebagai berikut:
a. Visual Activitas meliputi membaca, memperhatikan, mengamati,
demonstrasi dan sebagainya.
b. Oral Activitas meliputi mendengar, menerima, diskusi dan
sebagainya.
c. Drawing Activitas meliputi mneggambar, membuat
grafik,
membuat peta, diagram dan lain sebagainya.
d. Writing Activitas meliputi menulis cerita, membuat rangkuman,
menulis laporan dan lain sebagainya.36
33
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),
hal. 30
34
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mnegajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), hal. 98
35
Ahmadi dan Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 207
36
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 173
24
Keaktifan peserta didik dalam belajar Al-Quran Hadits tampak dalam
kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran. Untuk melihat
terwujudnya keaktifan peserta didik dalam belajar, terdapat beberapa
indikator, melalui indikator tersebut dapat dilihat tingkah laku mana yang
muncul dalam suatu proses belajar mengajar. Indikator keaktifan belajar
peserta didik dapat dilihat dari kriteria berikut ini:37
a. Hadir dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran;
b. Perhatian peserta didik terhadap penjelasan Guru;
c. Kerjasamanya dalam kelompok;
d. Kemampuan peserta didik mengemukakan pendapat dalam
kelompok;
e. Memberi kesempatan berpendapat kepada teman kelompok;
f. Mendengarkan dengan baik ketika teman lain berpendapat;
g. Memberi gagasan yang cemerlang;
h. Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang;
i. Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain;
j. Saling membantu dan menyelesaikan masalah
Keaktifan peserta didik dalam belajar merupakan persoalan penting
dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap
guru dalam proses pembelajaran. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya
keterlibatan secara optimal, baik intelektual, emosi dan fisik. Peserta didik
merupakan manusia belajar yang aktif dan selalu ingin tahu. Daya keaktifan
37
Erna, “Indikator Keaktifan Siswa” dalam http://ardhana12.wordpress.com diakses 31
Januari 2017
25
yang dimiliki anak secara kodrati itu akan dapat berkembang ke arah yang
positif
saat
lingkungannya
memberikan
ruang
yang
baik
untuk
perkembangan keaktifan itu.38
Aktif dari sisi guru antara lain dengan memantau kegiatan belajar
peserta didik, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang
menantang dan mempertanyakan gagasan peserta didik. Sedangkan aktif
dari sisi peserta didik akan kelihatan dari aktivitasnya untuk bertanya,
mengemukakan gagasan dan mempertanyakan gagasan orang lain dan
gagasannya.39 Peran aktif dari peserta didik sangat penting dalam rangka
pembentukan genenerasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu
untuk kepentingan dirinya dirinya dan orang lain.
Aktivitas dalam belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar
yang baik, meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena
itu, diperlukan upaya terus menerus agar peserta didik terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran.
Berikut ini cara meningkatkan keterlibatan peserta didik, yaitu:
a. Tingkatkan partisipasi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
dengan cara menggunakan berbagai teknik mengajar
b. Berikanlah materi pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan
tujuan pembelajaran
38
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta,2009), hal. 119
Winastwan Gora, Sunarto, Pakematik: Strategi Pembelajaran Inovativ Berbasis TIK,
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), hal 14
39
26
c. Usahakan agar pembelajaran lebih menarik minat peserta didik.
Untuk itu guru harus minat peserta didik dan mengaitkannya
dengan bahan pembelajaran.40
4. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta
didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Suatu kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik dapat diketahui tingkat
ketercapaiannya dilihat dari hasil pembelajaran mereka setelah mengikuti
kegiatan belajar dan mengajar.
Menurut Sukmadinata hasil belajar merupakan realisasi atau
pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dari seseorang dapat dilihat
dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan, pengetahuan,
keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.41
Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana membagi hasil belajar
dalam tiga ranah yaitu:42
1) Ranah kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif
40
Sofan Amri, Implementasi Pembelajaran . . ., hal. 92-93
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 102-103
42
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hal. 22
41
27
tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif
tingkat tinggi.
2) Ranah afektif
Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan,
jawaban
atau
reaksi,
penilaian,
organisasi,
dan
internalisasi.
3) Ranah psikomotoris
Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif
dan interpretatif.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Kemampuan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar
selalu berbeda dan hasil belajar yang diperolehnya pun berbeda pula
antara satu dengan yang lain. Hal ini karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor itu dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor dari
peserta didik itu sendiri atau individu yang sedang belajar (faktor
internal) dan faktor dari luar peserta didik atau yang ada di luar individu
(faktor eksternal).
Hasil belajar yang dicapai peserta didik pada hakekatnya
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena
itu, pengenalan pendidik terhadap faktor yang dapat mempengaruhi
28
prestasi belajar peserta didik penting sekali artinya dalam membantu
peserta didik mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuan masing-masing.43
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut,
yaitu:
1) Faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri peserta
didik itu sendiri. Adapun faktor intern tersebut, yaitu:
a) Kemampuan yang dimiliki peserta didik
Kemampuan secara umum dikenal masyarakat luas sebagai
kecerdasan atau intelegensia. Istilah kecerdasan lebih dekat dengan
kemampuan seorang individu dalam belajar. Menurut Danim,
kecerdasan
adalah
kapasitas
kognitif
yang
merujuk
pada
pengetahuan, adaptasi dan kemampuan seseorang untuk berpikir
dan bertindak secara sengaja.44
Perbedaan kecerdasan yang dimiliki peserta didik dapat
dilihat melalui proses tes yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk
skor tes IQ.45 Semakin tinggi tingkat intelegensinya, semakin
penyesuaian dirinya dan lebih mampu bereaksi dengan rangsangan
lingkungan.
43
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyanto, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),
hal. 138
44
Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 66
Muhamad Irham, Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam
Proses Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2013), hal. 83-84
45
29
b) Motivasi
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat nonintelektual. Peserta didik yang mempunyai motivasi kuat, akan
mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.46
Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya penggerak dalam
diri peserta didik yang menimbulkan arah pada kegiatan belajar
yang memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran. Adanya
motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang
baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun yang
didasari adanya motivasi, maka peserta didik yang belajar akan
dapat melahirkan prestasi yang baik.
Menurut Suryabrata dalam Djaali, motivasi adalah keadaan
yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.
Sedangkan menurut Greenberg dalam Djaali, motivasi adalah
proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku
arah suatu tujuan.47
Dalam memberikan motivasi, guru harus berusaha dengan
segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian peserta
didik terhadap sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan dalam
diri peserta didik, maka mereka akan dapat melakukan kegiatan
belajar sesuai kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
46
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004), hal. 75
47
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 101
30
c) Minat dan perhatian
Minat dan perhatian peserta didik sangat berperan dalam
mengarahkan dan menentukan cita-cita. Minat mengarahkan
perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu, tanpa ada yang menyuruh. Minat dapat diekspresikan
melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa peserta didik lebih
menyukai suatu hal dari pada hal lainnya.
Minat belajar yang telah dimiliki peserta didik merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya.
Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu
hal, maka ia akan terus berusaha untuk melakukan sampai tercapai
apa yang ia inginkan.
d) Sikap dan kebiasaan belajar
Kebiasaan belajar cenderung menguasai sikap peserta didik
pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar. Dimana sikap
merupakan
kesiapan
atau
kecenderungan
untuk
bertindak
menghadapi situasi tertentu. Pada umumnya setiap peserta didik
bertindak berdasarkan force of habit sekalipun ia tahu, bahwa ada
cara lain yang lebih menguntugkan. Hal ini disebabkan oleh
kebiasaan sebagai cara yang mudah dan tidak memerlukan
konsentrasi dan perhatian yang besar.48 Sehingga sikap dan
kebiasaan belajar yang telah menetap dalam diri peserta didik pada
48
Djaali, Psikologi Pendidikan . . ., hal. 128
31
waktu menerima pelajaran, mengerjakan tugas, dan pengaturan
waktu dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap hasil
belajar.
e) Ketekunan
Tekun adalah ketetapan hati yang kuat untuk bersungguhsungguh, rajin dan tuntas dalam melakukan apapun. Ketekunan
merupakan upaya bersinambung untuk mencapai tujuan tertentu
tanpa mudah menyerah hingga meraih keberhasilan. Dengan kata
lain, ketekunan akan tetap berlangsung walau ada rintangan yang
menghadang.
f) Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi orangtua yang berpengaruh terhadap
munculnya perbedaan individu meliputi tingkat pendidikan
orangtua, jenis pekerjaan orangtua, dan jumlah penghasilan
orangtua.49 Keluarga yang status sosial ekonominya rendah
ditandai dengan kecenderungan kurang otoritas, tidak tahu atau
bimbang dalam mengambil keputusan dan tidak terorganisasi.
Orang tua yang mempunyai status sosial ekonomi rendah,
kurang menekankan pentingnya pencapaian pendidikan yang lebih
tinggi, mempengaruhi motivasi belajar anak, karena semua
kebutuhan untuk kepentingan belajar baik di sekolah maupun di
rumah tidak terpenuhi oleh orang tuanya, sehingga anak menjadi
49
Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan . . ., hal. 70
32
tidak memiliki semangat dalam belajar.50 Hal ini dikarenakan
semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua maka cara pandang
dalam mendidik dan aspirasi terhadap pendidikan bagi anak juga
semakin tinggi.
g) Faktor fisik dan psikis
Kondisi umum jasmani yang memadai (baik yang bersifat
bawaan maupun yang diperoleh), dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang
lemah, dapat menurunkan kualitas belajarnya sehingga materi yang
dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.51
Begitu juga dengan aspek psikologis yang dapat mempengaruhi
kualitas perolehan belajar siswa. Muhibbin Syah menerangkan dalam
bukunya, bahwa diantara faktor-faktor rohaniah peserta didik yang
pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
tingkat kecerdasan / intelegensi peserta didik, sikap peserta didik,
bakat peserta didik, minat peserta didik dan motivasi peserta didik.52
2) Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
hasil belajar peserta didik yang sifatnya diri peserta didik. Adapun
50
Faisal Anwar, “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orangtua Terhadap Prestasi Belajar
Siswa di SD Negeri 10 Banda Aceh, jurnal Pendidikan Serambi Ilmu” Volume 26, No 1, dalam
http://jurnal2.serambimekkah.ac.id, diakses 29 januari 2017, hal. 263-264
51
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hal. 132
52
Ibid, hal. 133
33
faktor ekstern tersebut, yaitu: lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat.53
a) Lingkungan keluarga
Faktor-faktor keluarga yang dapat mempengaruhi proses
belajar peserta didik antara lain: pola asuh orangtua, relasi antar
anggota keluarga, pengertuan orangtua, kebudayaan keluarga, serta
keadaan sosial ekonomi keluarga, dan lain sebagainya.
b) Lingkungan sekolah
Faktor-faktor
dari
lingkungan
sekolah
yang
dapat
mempengeruhi proses belajar peserta didik antara lain: metode
mengajar yang digunakan guru, pola relasi antara guru dengan
peserta didik, relasi antar peserta didik, model disiplin sekolah
yang dikembangkan, jenis mata pelajaran dan beban belajar peserta
didik, waktu sekolah, keadaan gedung sekolah, kuantitas tugas
rumah, media pembelajaran yang sering digunakan dan sebagainya.
c) Lingkungan masyarakat
Faktor-faktor
dari
lingkungan
sekolah
yang
dapat
mempengeruhi proses belajar peserta didik antara lain: jenis
kegiatan yang diikuti peserta didik di masyarakat, teman bergaul,
media massa yang dikonsumsi, bentuk kehidupan masyarakatnya,
kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di masyarakat dan sebagainya.
53
Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan . . ., hal. 129-130
34
5. Al-Quran Hadits
a. Pengertian Al-Quran Hadits
Mata pelajaran Al-Quran Hadits diambil dari dua kata yakni AlQuran dan Hadits. Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril as yang
merupakan sumber utama ajaran agama Islam sebagai petunjuk atas
kerasulan Muhammad SAW, pedoman hidup bagi umat manusia,
menjadi ibadah bagi yang membacanya, serta pedoman dan sumber
petunjuk dalam kehidupan.54 Sedangkan Hadits adalah segala sesuatu
yang disandarkan baik kepada Nabi Muhammad SAW atau sahabat atau
tabi’in baik yang berupa perkataan, perbuatan, pernyataan (taqrir)
maupun sifat dan keadaannya.55
Mata pelajaran Al-Quran Hadits merupakan bagian dari mata
pelajaran pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah yang bertujuan
untuk memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam
membaca, menulis, membiasakan dan menggemari Al-Quran Hadits serta
menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayatayat Al-Quran Hadits untuk mendorong, membina dan membimbing
akhlak dan perilaku peserta didik agar berpedoman sesuai dengan isi
kandungan ayat-ayat Al-Quran Hadits.56
54
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 173
55
Aminuddin, et. all,. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia, 2005), hal. 55
56
Khoerudin, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Konsep dan Implementasinya
di Madrasah, (Jogyakarta: Pilar Media, 2007), hal. 179
35
Al-Quran Hadits sebagai bagian yang integral dari pendidikan
agama yang secara substansial memiliki kontribusi dalam memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan nilai-nilai agama
sebagaimana terkandung dalam Al-Quran dan Hadits dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Karakteristik Mata Pelajaran Al-Quran Hadits
Pembelajaran suatu mata pelajaran akan bermakna bagi peserta
didik apabila guru mengetahui tentang objek yang akan diajarkannya
sehingga dapat mengajarkan materi tersebut dengan penuh dinamika dan
inovasi dalam proses pembelajarannya. Demikian halnya dengan
pembelajaran Al-Quran Hadits di tingkat Madrasah Ibtidaiyah.
Mata pelajaran Al-Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah merupakan
salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan
membaca dan menulis Al-Quran dan Hadits dengan benar, serta hafalan
surat-surat pendek dalam Al-Quran, pengenalan arti atau makna secara
sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan Hadits untuk diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari melalui pembiasaan.
c. Ruang Lingkup Materi Al-Quran Hadits
Mata pelajaran Al-Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah berisi
pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar
peserta didik untuk dapat mengenal, membaca serta memahami Al-Quran
dan hadits yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Adapun
36
ruang lingkup mata pelajaran Al-Quran hadits di Madratsah Ibtidaiyah
meliputi:
1) Al-Quran, meliputi: QS. Al-Kafirun, QS. Al-Kautsar, QS. Al-Fiil,
QS. Al-Ma’un, Hukum bacaan Ghunnah, Hukum bacaan AlQomariyah dan Al-Syamsiyah.
2) Hadits, meliputi: Hadits keutamaan belajar Al-Quran dan Hadits
hormat kepada orangtua.
6. Penerapan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Team Quiz dalam
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Al-Quran Hadits
Dalam proses pembelajaran, perlu adanya pemilihan metode
pembelajaran yang tepat digunakan untuk penyampaian materi. Pemilihan
metode tersebut hendaknya memperhatikan tujuan pendidikankemampuan
pendidik, kebutuhan peserta didik dan materi pembelajaran. Metode
pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran Al-Quran Hadits maupun yang
lainnya, semuanya mempunyai tujuan yang sama yaitu menyampaikan
materi pelajaran kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat
memahaminya. Penyampaian materi Al-Quran Hadits akan menjadi lebih
mudah dan menarik jika mereka terlibat secara aktif dalam pembelajaran
baik aktif dalam pembelajaran individu maupun kelompok. Berbagai upaya
dilakukan guru supaya materi pelajaran tersebut dapat dengan mudah
dicerna oleh peserta didik.
Salah satu pilihan metode dalam pembelajaran Al-Quran Hadits yaitu
metode pembelajaran aktif tipe team quiz. Metode pembelajaran aktif adalah
37
sebuah metode pembelajaran yang bertujuan untuk mengarahkan perhatian
peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya.57 Dalam metode
pembelajaran aktif setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan
berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya.58
Wibowo dalam Sibermen menyatakan bahwa metode pembelajaran
aktif merupakan metode pembelajaran yang tidak hanya didasarkan pada
proses mendengarkan dan mencatat. Karena dalam pembelajaran peserta
didik dituntut untuk selalu aktif baik dalam hal mneyampaikan pendapat
ataupun memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi yang sedang
diajarkan.59 Mckinney menyatakan bahwa metode pembelajaran Active
Learning adalah
teknik
agar
siswa
melakukan
sesuatu
termasuk
menemukan, memproses, dan mengaplikasikan suatu informasi dari pada
hanya mandengarkan guru. Tahapan-tahapan inilah yang membuat siswa
menjadi lebih peduli dan dapat menyerap materi pelajaran dengan mudah
dan menyenangkan.60 Sehingga metode pembelajaran aktif ini berusaha
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih banyak
melakukan aktivitas belajar, hubungan interaktif dengan materi pelajaran
maupun pengoptimalan potensi yang dimiliki, sehingga peserta didik
memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
57
Agus Suprijono, Cooperative Learning . . .,hal. 111
Sofan Amri, Implementasi Pembelajaran . . ., hal. 37
59
Melvin L. Siberman, Pembelajarn Aktif . . ., hal. 27
60
Maisaroh dan Rostrieningsih, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan
Metode Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran Keterampilan Dasar
Komunikasi Di SMK Negeri 1 Bogor, Vol. 8 No. 2, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,
2010), hal. 159
58
38
Menurut Hisyam Zaini, team quiz merupakan salah satu metode
pembelajaran bagi peserta didik untuk membangkitkan semangat dan pola
pikir kritis.61 Dapat diartikan bahwa team quiz ini merupakan metode
pembelajaran yang dapat menghidupkan suasanadan mengaktifkan peserta
didik bertanya maupun menjawab serta menimbulkan rasa tanggug jawab
peserta didik atas apa yang telah mereka pelajari. Oleh karena itu, peserta
didik
harus
mendengar,
melihat,
menjawab
pertanyaan
dan
mendiskusikannya dengan temannya yang lain.
Untuk dapat menerapkan pembelajaran aktif tipe team quiz dalam
proses belajar mengajar, maka hakekat dari pembelajaran aktif perlu
dijabarkan ke dalam prinsip-prinsip yang dapat diamati berupa tingkah laku.
Jadi dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip
pembelajaran aktif adalah tingkah laku yang mendasar yang selalu nampak
dan menggambarkan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar
mengajar baik keterlibatan mental, intelektual maupun emosional yang
dalam banyak hal dapat diisyaratkan keterlibatan langsung dalam berbagai
bentuk keaktifan fisik.
Dalam hal ini keaktifan peserta didik dalam belajar Al-Quran Hadits
tampak dalam kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran.
Aktivitas dalam belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan hasil belajar yang
baik yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Terdapat
61
Hisyam Zaini, et. all, Strategi . . ., hal. 45
39
beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat aktivitas atau
tingkah laku peserta didik yang muncul dalam kegiatan pembelajaran
berlangsung. Indikator tersebut meliputi peserta didik melakukan aktivitas
sehari-hari,
memperhatikan
tujuan,
terlibat
dalam
membangkitkan
pengetahuan tentang materi, memperhatikan penjelasan, terlibat dalam
pembentukan kelompok, terlibat dalam mengerjakan lembar kerja melalui
metode pembelajaran aktif tipe team quiz, terlibat dalam pelaksanaan kuis,
melaksanakan
tes
evaluasi,
menanggapi
evaluasi
dan
mengakhiri
pembelajaran.
Seiring dengan aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik, juga
diperoleh hasil belajar sebagai tolok ukur kemampuan peserta didik dalam
menguasai materi pelajaran. Hasil belajar merupakan kemampuankemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Penguasaan hasil belajar dari seseorang dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan, pengetahuan,
keterampilan berfikir maupun keterampilan motorik.62
Kemampuan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar selalu
berbeda dan hasil belajar yang diperolehnya pun juga berbeda antara yang
satu dengan yang lain. Oleh karena itu guru harus mampu mengelola
kegiatan pembelajaran yang efektif guna membantu peserta didik mencapai
hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masingmasing. Khusunya dalam pembelajaran Al-Quran Hadits yang mana mata
62
Sukmadinata, Landasan Psikologi . . .,. hal. 103
40
pelajaran Al-Quran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah menekankan pada
kemampuan membaca dan menulis Al-Quran dan hadits dengan benar serta
hafalan surat-surat pendek dalam Al-Quran, pengenalan arti atau makna
secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan hadits untuk
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapan metode pembelajaran aktif tipe team quiz dalam
pembelajaran Al-Quran Hadits dapat digambarkan sebagai berikut: (a) Guru
menerangkan materi secara klasik, (b) Guru membagi peserta didik ke
dalam 3 kelompok. Pembentukan kelompok yang beranggotakan 7-8 orang
peserta didik. Kelompok tersebut merupakan kelompok heterogen yang
mewakili hasil-hasil akademis dalam kelas, jenis kelamin dan ras. Fungsi
kelompok adalah untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok ikut
belajar dan lebih khusus mempersiapkan anggotanya untuk mengerjakan tes
dengan baik. (c) Guru menjelaskan langkah-langkahnya dan meminta salah
satu perwakilan kelompok untuk mempresentasikan materinya. Guru
membatasi presentasi sampai 10 menit atau kurang, (d) Guru meminta
semua tim menyiapkan quiz yang berjawaban singkat, (e) Tim A menguji
anggota tim B. Jika tim B tidak bisa menjawab tim C diberi kesempatan
untuk menjawabnya, (f) Tim A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya
kepada anggota tim C, dan mengulangi proses yang sama, (g) Ketika quiz
selesai, guru melanjutkan pada bagian kedua pelajaran, dan menunjuk tim B
sebagai pemimpin quiz, (h) Setelah tim B menyelesaikan ujian tersebut,
41
guru melanjutkan pada bagian ketiga dan menentukan tim C sebagai
pemimpin quiz.
Dengan adanya pertandingan akademis ini maka terciptalah kompetisi
antar kelompok, peserta didik akan senantiasa berusaha belajar dengan
motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam
pertandingan. Hal ini memacu semangat peserta didik untuk ikut serta dalam
kegiatan pembelajaran. Sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan
efektif dan menyenangkan.
B. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis memaparkan tiga penelitian terdahulu yang
relevan dengan permaslahan yang akan diteliti tentang penerapan metode
pembelajaran aktif tipe team quiz dalam meningkatkan hasil belajar. Penelitian
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rofiqoh Ma’inatur Rohmah dengan judul
“Penerapan
Metode
Pembelajaran
aktif
Tipe
Team
Quiz
Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas III
MI Miftahul Ulum Bono Pakel Tulungagung”. Penelitian yang dilakukan ini
terdiri dari 2 siklus. Dari hasil analisis data diketahui bahwa prestasi belajar
siswa kelas III MI Miftahul Ulum Bono pada mata pelajaran sejarah
kebudayaan Islam dengan menggunakan metode pembelajaran aktif tipe
team quiz ini meningkat. Dari rata-rata hasil tes awal 38,75 meningkat
menjadi 77,75 pada tes akhir siklus 1, dan meningkat lagi pada tes akhir
42
siklus 2 menjadi 83,5. Tingkat ketuntasan belajar juga meningkat dari 30%
pada saat tes awal, menjadi 75% pada siklus 1 dan 80% pada siklus 2.63
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nasihin Abdulah dengan judul “Peningkatan
Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Kelas V MI Roudlotuzzahidin
Karanganom Klaten Melalui Strategi Pembelajaran Active Learning Tipe
Quiz Team Tahun Pelajaran 2013/2014”. Penelitian yang dilakukan ini
terdiri dari 2 siklus. Dari hasil analisis data diketahui bahwa hasil belajar
siswa kelas V MI Roudlotuzzahidin Karanganom Klaten pada mata
pelajaran sejarah kebudayaan Islam melalui strategi active learning tipe quiz
team ini meningkat. Dari rata-rata hasil tes awal 69,16 meningkat menjadi
72,87 pada tes akhir siklus 1, dan meningkat lagi pada tes akhir siklus 2
menjadi 87,42. Tingkat ketuntasan belajar meningkat dari 36% pada saat tes
awal, menjadi 62,5% pada siklus 1 dan 100% pada siklus 2, dengan asumsi
seluruh siswa mendapat nilai diatas 75.64
3. Penelitian yang dilakukan oleh Lisa Arfina dengan judul “Penerapan Model
Active Learning Tipe Team Quiz Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar PKn Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat”. Penelitian yang
dilakukan ini terdiri dari 2 siklus. Dari hasil analisis diketahui bahwa hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri Metro Barat pada mata pelajaran PKn
dengan menggunakan model active learning tipe team quiz ini meningkat.
63
Rofiqoh Ma’inatur Rohmah, Penerapan Metode Pembelajaran aktif Tipe Team Quiz
Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Siswa Kelas III MI Miftahul
Ulum Bono Pakel Tulungagung, (Tulungagung: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2012).
64
Nasihin Abdulah, Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Kelas V MI
Roudlotuzzahidin Karanganom Klaten Melalui Strategi Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz
Team Tahun Pelajaran 2013/2014, (Yogyakarta: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2014).
43
Dari rata-rata tes awal 62,5 meningkat menjadi 71,3 pada tes akhir siklus 1,
dan meningkat lagi pada tes akhir siklus 2 menjadi 79,2.65
4. Penelitian yang dilakukan oleh Beni Rosidin dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Aktif Tipe Team quiz Melalui Pemberdayaan Anak
Berbakat Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Pembelajaran IPS Di
Kelas V-A SDN 07 Kota Bengkulu”. Penelitian yang dilakukan ini terdiri
dari 2 siklus dengan fokus penelitian peningkatan aktivitas dan hasil belajar
IPS kelas V-A di SDN 07 Bengkulu. Dari hasil analisis diketahui bahwa
aktivitas belajar peserta didik siklus 1 diperoleh rata-rata 44,75 kategori
cukup meningkat disiklus 2 diperoleh rata-rata 51,75 kategori baik. Hasil
belajar peserta didik juga meningkat yang ditunjukkan dengan nilai kognitif
pada siklus 1 diperoleh rata-rata 64,37 dengan ketuntasan belajar klasikal
50% meningkat
disiklus 2 diperoleh rata-rata 71,25 dengan ketuntasan
belajar klasikal 100%.66 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui
model pembelajaran aktif tipe team quiz dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar IPS di kelas VA SDN 07 Kota Bengkulu.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Mei Rizkyana dengan judul “Penerapan
Metode Quiz Team Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam
Pembelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip Kerjasama Dengan Kolega Dan
Pelanggan Pada Siswa Kelas X AP SMK PGRI 1 Mejobo Kudus Tahun
65
Lisa Arfina, Penerapan Model Active Learning Tipe Team Quiz Untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Metro Barat, (Bandar Lampung:
Skripsi Tidak Diterbitkan, 2016).
66
Beni Rosidin, Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Team Quiz Melalui
Pemberdayaan Anak Berbakat Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Pembelajaran IPS di
Kelas VA SDN 07 Kota Benkulu, (Bengkulu: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2014).
44
Ajaran 2012/2013”. Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari 2 siklus
dengan fokus penelitian peningkatan keaktifan belajar. Dari hasil analisis
diketahui presentase keaktifan belajar siswa pada siklus 1 meningkat dari
62,4% menjadi 73,6%. dan pada siklus 2 meningkat dari 79,2% menjadi
87,2%.67 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui metode team
quiz dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa Kelas X AP SMK PGRI 1
Mejobo Kudus.
Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian
Nama Peneliti dan Judul
Penelitian
1
Rofiqoh Ma’inatur Rohmah
dengan judul “Penerapan
Metode Pembelajaran aktif Tipe
Team
Quiz
Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar
Sejarah Kebudayaan Islam
Siswa Kelas III MI Miftahul
Ulum
Bono
Pakel
Tulungagung”.
Nasihin Abdulah dengan judul
“Peningkatan Hasil Belajar
Sejarah Kebudayaan Islam
Kelas V MI Roudlotuzzahidin
Karanganom Klaten Melalui
Strategi Pembelajaran Active
Learning Tipe Quiz Team Tahun
Pelajaran 2013/2014”.
Lisa Arfina dengan judul
“Penerapan
Model
Active
Learning Tipe Team Quiz Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar PKn Siswa Kelas
IV SD Negeri 3 Metro Barat”.
Beni
67
Rosidin
dengan
Persamaan
Perbedaan
2
1. Sama-sama
menggunakan
tipe team quiz
2. Tujuan
yang
hendak dicapai
peningkatan hasil
belajar
3
1. Mata Pelajaran
2. Jenjang
Pendidikan
3. Objek Penelitian
4. Lokasi Penelitian
1. Sama-sama
menggunakan
tipe team quiz
2. Tujuan
yang
hendak dicapai
peningkatan hasil
belajar
1. Mata Pelajaran
2. Jenjang
Pendidikan
3. Objek Penelitian
4. Lokasi Penelitian
1. Sama-sama
menggunakan
tipe team quiz
2. Tujuan
yang
hendak dicapai
peningkatan hasil
belajar
judul 1. Sama-sama
1.
2.
3.
4.
Mata Pelajaran
Jenjang
Pendidikan
Objek Penelitian
Lokasi Penelitian
1.
Mata Pelajaran
Mei Rizkyana, Penerapan Metode Quiz Team Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar
Siswa Dalam Pembelajaran Menerapkan Prinsip-Prinsip kerjasama Dengan Kolega Dan
Pelanggan Pada Siswa Kelas X AP SMK PGRI 1 Mejobo Kudus Tahun Ajaran 2012/2013,
(Semarang: Skripsi Tidak Diterbitkan).
45
Lanjutan Tabel 2.1
“Penerapan Model pembelajaran
menggunakan
Aktif Tipe Team Quiz Melalui
tipe team quiz
Pemberdayaan Anak Berbakat 2. Tujuan
yang
Untuk Meningkatkan Aktivitas
hendak dicapai
dan Hasil Pembelajaran IPS di
peningkatan hasil
Kelas V-A SDN 07 Bengkulu”.
belajar
Mei Rizkyana dengan judul 1. Sama-sama
“Penerapan Metode Quiz Team
menggunakan
Untuk Meningkatkan Keaktifan
tipe team quiz
Belajar
Siswa
Dalam 2. Tujuan
yang
Pembelajaran
Menerapkan
hendak dicapai
Prinsip-Prinsip
Kerjasama
Dengan Kolega Dan Pelanggan
Pada Siswa Kelas X AP SMK
PGRI 1 Mejobo Kudus Tahun
Ajaran 2012/2013”.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Jenjang
Pendidikan
Objek Penelitian
Lokasi Penelitian
Mata Pelajaran
Jenjang
Pendidikan
Objek Penelitian
Lokasi Penelitian
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan antara
penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan peneliti pada
penelitian sekarang adalah terletak pada mata pelajaran, jenjang pendidikan,
objek
penelitian
dan
lokasi
penelitian.
Persamaannya
sama-sama
menerapkan metode pembelajaran aktif tipe team quiz. Berdasarkan
beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, terbukti bahwa
penerapan metode pembelajaran aktif tipe team quiz dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar peserta didik.
C. Kerangka Berfikir
Pada kondisi awal penyebab kurang maksimalnya hasil belajar peserta
didik pada mata pelajaran Al-Quran Hadits kelas II-A di MI Darussalam
Ngentrong Campurdarat Tulungagung adalah kurangnya partisipasi belajar
yang mengakibatkan rendahnya tingkat keaktifan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini dibarengi dengan penggunaan metode yang konvensional
46
yaitu metode ceramah, penugasan dan diskusi. Sehingga kegiatan pembelajaran
tidak bisa berjalan secara efektif dan menyenangkan yang berpengaruh
terhadap pemahaman peserta didik.
Hasil belajar yang dicapai peserta didik merupakan interaksi dari
berbagai faktor baik faktor internal maupan eksternal. Faktor-faktor tersebut
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan dicapai oleh peserta didik.
Salah satu upaya pembaharuan dalam dunia pendidikan yaitu melalui
penerapan metode pembelajaran. Metode pembelajaran dianggap relevan jika
mampu menghantarkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan melalui
proses pembelajaran.
Penelitian ini akan mengulas tentang penerapan metode pembelajaran
aktif tipe team quiz untuk meningkatkan hasil belajar Al-Quran Hadits.
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode pembelajaran aktif tipe team
quiz dalam meningkatkan hasil belajar Al-Quran Hadits. Tipe team quiz ini
merupakan metode pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel
Silberman, yang mana dalam tipe team quiz ini peserta didik dibagi menjadi
tiga tim. Setiap peserta didik dalam tim bertanggung jawab menyiapkan kuis
berjawaban singkat. Sedangkan tim yang lain bertugas memeriksa serta
mempelajari catatannya.
Penggunaan metode ini bertujuan agar peserta didik terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Metode ini melatih kemampuan akademis masingmasing peserta didik melalui pemberian kuis yang dilakukan oleh masingmasing tim guna meningkatkan hasil belajar. Melalui metode pembelajaran
47
aktif tipe team quiz, peserta didik sepenuhnya terlibat dalam kegiatan
pembelajaran mulai dari penyusunan soal, penyusunan jawaban serta dalam
pertandingan akademis melalui kuis.
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Teoritis
Latar Belakang Masalah
1. Guru masih menggunakan metode konvensional
yaitu ceramah. Hal itu belum bisa menarik
perhatian peserta didik
2. Peserta didik belum berpartisipasi secara aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
3. Rendahnya hasil belajar peserta didik
Pemecahan Masalah
Penerapan metode pembelajaran aktif tipe team quiz.
1.
2.
3.
4.
SIKLUS I
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
1.
2.
3.
4.
SIKLUS II
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
Keaktifan dan Hasil belajar peserta didik meningkat
Download