BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Perhatian ditekankan pada profitabilitas, karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan atau profitable (Lukman, 2007). Tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Para kreditur, pemilik perusahaan dan terutama sekali pihak manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungan ini, karena disadari betul betapa pentingnya arti keuntungan bagi masa depan perusahaan. Going concern merupakan salah satu asumsi yang digunakan dalam pelaporan keuangan perusahaan yang mengharuskan suatu entitas bisnis melaporkan kondisi keuangannnya dengan asumsi bahwa entitas tersebut mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu sebelum opini audit dikeluarkan, auditor harus menentukan terlebih dahulu mengenai kelangsungan usaha (going concern) dari perusahaan yang diauditnya. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (Standar Akuntansi Keuangan, 2009). Salah satu asumsi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan adalah asumsi going concern, dimana perusahaan akan terus beroperasi di masa-masa yang akan datang, tidak ada sama sekali asumsi bahwa perusahaan akan bubar (Syafri, 2007). Sebagai konsekuensinya, auditor sebagai pihak independen yang memberi jasa audit terhadap laporan keuangan suatu perusahaan saat melakukan audit harus mempertimbangkan kondisi going concern perusahaan klien. Opini audit juga harus mempertimbangkan berbagai informasi yang terkait dengan kelangsungan hidup perusahaan, sebab tidak mungkin auditor memberikan opini yang baik kepada perusahaan yang diragukan kelangsungan hidupnya. Investor sebagai salah satu pihak yang menggunakan laporan keuangan dalam mengambil keputusan berinvestasi, sangat berharap kepada auditor untuk menyediakan suatu peringatan akan adanya kegagalan keuangan dari perusahaan, walaupun auditor tidak bertanggungjawab dalam memprediksi kebangkrutan dan secara pasti bukan merupakan ramalan atas kebangkrutan perusahaan. Dalam Pernyataan Standar Audit (PSA) No. 30 (Standar Profesional Akuntan Publik, 2011), membahas mengenai pertimbangan auditor atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada paragraf dua disebutkan bahwa: “auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Evaluasi auditor berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada pada atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan selesai. Informasi tentang kondisi dan peristiwa diperoleh auditor dari penerapan prosedur audit yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang bersangkutan dengan asersi manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan yang sedang diaudit.” Asumsi going concern juga harus dipertimbangkan oleh auditor, ketika audit atas laporan keuangan telah dilakukan oleh auditor, dimana going concern tersebut dapat dilihat dari kondisi internal perusahaan yang tercermin dalam profitabilitas ataupun respon investor terhadap perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan sebenarnya bisa dicermati melalui analisis laporan keuangan. Dalam melakukan analisis ini biasanya menggunakan teknik analisis rasio-rasio keuangan. Pada dasarnya rasio-rasio keuangan tersebut bisa dimanfaatkan untuk memprediksi kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Namun ada beberapa kendala jika informasi hasil perhitungan rasio-rasio tersebut digunakan pihak eksternal sebagai dasar membuat keputusan. Rasio keuangan sangat banyak ragam dan sangat variatif. Hal ini mengakibatkan hasil perhitungan yang didapat bersifat subyektif. Apalagi jika ada mark up atas data yang ada di laporan keuangan untuk kepentingan manajemen. Selain itu sekali lagi dasar perhitungan rasio keuangan tersebut adalah data historis yang mempunyai nilai moneter berbeda dengan saat ini maupun masa yang akan datang. Jika misalnya data historis tersebut disusun atas kondisi perekonomian normal, bagaimana jika masa yang akan datang dalam masa krisis ekonomi. Terlepas dari efektivitas teknik rasio keuangan yang beragam tersebut yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah integritas manajemen yang melahirkan laporan keuangan tersebut. Di sini dibutuhkan kesadaran yang tinggi dari manajemen untuk menyajikan laporan keuangan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan berdasarkan asumsi going concern. Berbagai ancaman terhadap kelangsungan hidup satuan usaha sebetulnya secara tidak langsung diketahui dan terdeteksi manajemen. Sebagai contoh misalnya kerugian yang berulang-ulang atau besar, kesulitan likuiditas, defisit yang membengkak, berakhirnya kerjasama operasi, krisis ekonomi yang pervasif, adanya sengketa hukum, dan sebagainya. Jika manajemen mendasarkan laporan keuangan yang disusun berdasarkan asumsi going concern, gejala-gejala seperti tersebut semestinya bukan ditutup-tutupi apalagi di mark up (Mahsun, 2009). Auditor dapat mengidentifikasi kondisi dan peristiwa apakah terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidup dengan melakukan prosedur audit dalam hal ini prosedur analitik yang menggunakan rasio. Rasio yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai profitabilitas suatu entitas adalah NPM, ROA, dan ROE. Berdasarkan uraian di atas maka penulis memilih judul yang akan diteliti yaitu “PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT GOING CONCERN (Studi Empiris: Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010)” B. Perumusan Masalah Masalah yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah: Apakah profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 20082010? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas perusahaan terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 20082010. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah: a. Bagi Penulis (Peneliti) Penelitian ini memberikan suatu pengetahuan mengenai pengaruh profitabilitas terhadap pemberian opini audit going concern melalui teori yang telah dipelajari dan sekaligus sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. b. Bagi Mahasiswa Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan dan sumber informasi tambahan dalam memahami pengaruh rasio profitabilitas terhadap pemberian opini audit going concern pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. c. Bagi Auditor Penelitian ini memberikan masukan kepada auditor ketika melakukan audit pada suatu perusahaan dalam hal pemberian opini audit. d. Bagi Perusahaan Penelitian ini memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan dalam mengukur prestasi dan kondisi ekonomi perusahaan. e. Bagi Investor Penelitian ini memberikan referensi bagi investor tentang manfaat rasio keuangan sebagai alat untuk memprediksi going concern ketika ingin mengambil keputusan untuk berinvestasi pada suatu perusahaan.