BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Good

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1 Good Corporate Governance
2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance
Istilah corporate governance pertama sekali diperkenalkan
oleh Cadbury Comitee pada tahun 1992, dimana mereka
menggunakan istilah tersebut dalam laporan keuangannya yang
dikenal dengan Cadbury Report. Cadbury Report menjelaskan
corporate
governance
sebagai
seperangkat
aturan
yang
merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer,
kreditor,
pemerintah,
berkepentingan
lainnya,
karyawan,
baik
dan
internal
pihak–pihak
maupun
yang
eksternal
sehubungan dangan hak – hak dan tanggung jawab mereka.
Good corporate governance dijelaskan oleh IICG
(Indonesian institute of Corporate Governance) sebagai proses dan
struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan
tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders
yang lain. Good corporate governance juga mensyaratkan adanya
struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas
kinerja. Good corporate governance juga merupakan kumpulan
11
hukum, peraturan dan kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat
mendorong
menghasilkan
kinerja
nilai
perusahaan
bekerja
secara
ekonomi
jangka
panjang
efisien,
yang
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat
sekitar secara keseluruhan.
Pengertian tentang good corporate governance dapat
dimasukkan dalam dua kategori. Kategori pertama, lebih condong
pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang diukur melalui
kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap
para pemegang saham, dan stakeholders. Kategori kedua lebih
melihat pada kerangka secara normatif, yaitu segala ketentuan
hukum baik yang berasal dari sistem hukum, sistem peradilan,
pasar keuangan, dan sebagainya yang mempengaruhi perilaku
perusahaan.
Menurut IICG dalam Sari (2010) (The Indonesian Institute
for Corporate Governance) terdapat 7 dimensi/ konsep penerapan
GCG, yang diambil dari panduan yang telah ditetapkan oleh OECD
dan KNKCG. Tujuh dimensi tersebut yaitu:
1.
2.
3.
Komitmen terhadap tata kelola perusahaan-sistem manajemen
yang mendorong anggota perusahaan menyelenggarakan tata
kelola perusahaan yang baik
Tata kelola dewan komisaris-sistem manajemen yang
memungkinkan optimalisasi peran anggota dewan komisaris
dalam membantu penyelenggaraan tata kelola perusahaan yang
baik
Komite-komite
fungsional-sistem
manajemen
yang
memungkinkan optimalisasi peran anggota komite-komite
12
4.
5.
6.
7.
fungsional dalam penyelenggaraan tata kelola perusahaan yang
baik
Dewan direksi-sistem manajemen yang memungkinkan
optimalisasi peran anggota dewan direksi dalam
penyelenggaraan tata kelola perusahaan yang baik
Transparansi dan Akuntabilitas, sistem manajemen yang
mendorong adanya pengungkapan informasi yang relevan,
akurat, dan dapat dipercaya, tepat waktu,jelas, konsisten dan
dapat diperbandingkan tentang kegiatan perusahaan
Perlakuan terhadap pemegang saham-sistem manajemen yang
menjamin perlakuan yang setara terhadap pemegang saham
dan calon pemegang saham
Peran pihak berkepentingan lainnya (stakeholders), sistem
manajemen yang dapat meningkatkan peran pihak
berkepentingan lainnya
2.1.1.2 Prinsip-Prisip Good Corporate Governance
Pada dasarnya prinsip-prinsip dasar dari good corporate
governance (GCG) memiliki tujuan untuk memberikan kemajuan
terhadap kinerja perusahaan. Secara umum, penerapan corporate
governance secara konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan
sebagai berikut:
1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.
2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah.
3. Memberi kepuasan yang lebih baik dalam meningkatkan
kinerja ekonomi perusahaan.
4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan diri stakeholder
terhadap perusahaan.
5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.
Dari berbagai tujuan tersebut pemenuhan kepentingan
seluruh stakeholder secara seimbang berdasarkan peran dan
13
fungsinya masing-masing dalam suatu perusahaan, merupakan
tujuan utama yang hendak dicapai. Prinsip-prinsip dari corporate
governance yang menjadi indikator, sebagaimana dijelaskan oleh
Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) dalam Sari (2010), adalah:
1.
Fairness (Keadilan)
Prinsip keadilan (fairness) merupakan prinsip perlakuan yang
adil bagi seluruh pemegang saham. Keadilan disini diartikan
sebagai perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham,
terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham
asing dari kecurangan, dan kesalahan perilaku insider. Dalam
melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan kepentingan
lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
2. Transparency (Transparansi)
Transparansi adalah adanya pengungkapan suatu informasi
yang terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat dibandingkan
dengan keadaan yang menyangkut tentang keuangan, pengelolaan
perusahaan dan kepemilikan perusahaan. Untuk menjaga
objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang materiil dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan dipahami oleh pemakai kepentingan.
3. Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan sistem
pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian kekuasaan antara
komisaris, direksi, dan pemegang saham yang meliputi monitoring,
evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen untuk meyakinkan
bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang
saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.
4. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Responsbilitas adalah adanya tanggung jawab pengurus dalam
manajemen, pengawasan manajemen serta pertanggungjawaban
kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini
mewujudkan dengan kesadaran bahwa tanggungjawab merupakan
konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya
tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan wewenang
kekuasaan, menjadi profesioanal dan menjunjung etika dan
memelihara bisnis yang kuat.
5. Independency (Independensi)
Untuk melancarkan asas Corporate Governance, perusahaan
harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ
14
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi
oleh pihak lain. Independen diperlukan untuk menghindari adanya
potensi konflik kepentingan yang mungkin timbul oleh para
pemegang saham mayoritas. Mekanisme ini menuntut adanya
rentang kekuasaan antara komposisi komite dalam komisaris, dan
pihak luar seperti auditor. Keputusan yang dibuat dan proses yang
terjadi harus obyektif tidak dipengaruhi oleh kekuatan pihak-pihak
tertentu.
Prinsip-prinsip transparansi, keadilan, akuntabilitas,
responsibilitas dan independen GCG dalam mengurus perusahaan,
sebaiknya diimbangi dengan good faith ( bertindak atas itikad baik)
dan kode etik perusahaan serta pedoman GCG, agar visi dan misi
perusahaan yang berwawasan internasional dapat terwujud.
Pedoman GCG yang telah dibuat oleh Komite Nasional Corporate
Governance hendaknya dijadikan kode etik perusahaan yang dapat
memberikan acuan pada pelaku usaha untuk melaksanakan GCG
secara konsisten dan konsekuen. Hal ini penting mengingat
kecenderungan aktivitas usaha yang semakin mengglobal dan dapat
dijadikan sebagai ukuran perusahaan untuk menghasilkan suatu
kinerja perusahaan yang lebih baik.
2.1.1.3 Tujuan Penerapan Good Corporate Governance
Tujuan penerapan Good Corporate Governance antara
lain :
a. mengoptimalkan pemberdayaan sumber daya ekonomis dari
sebuah usaha
15
b. melindungi kepentingan pemegang saham dan memperhatikan
kepentingan stakeholder lainnya
c.
meningkatkan iklim investasi nasional
d. memperbesar keuntungan secara nasional dari sebuah usaha
yang dikelola secara baik. Pencapaian prestasi yang lebih baik
dan penghematan sumber daya dan modal secara ekonomis
akan meningkatkan produktivitas dalam negeri ketika bersaing
di pasar internasional.
2.1.1.4 Manfaat penerapan Good Corporate Governance
Dengan melaksanakan Corporate Governance, menurut
Forum of Corporate Governance in Indonesia (FCGI) ada
beberapa manfaat yang diperoleh, antara lain :
a. meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan
efisiensi operasional perusahaan, serta lebih meningkatkan
pelayanan kepada stakeholder
b. mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih
murah dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada
akhirnya akan meningkatkan Corporate Value
c. mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya di Indonesia
16
d. pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholder Value dan deviden
Dari tujuan dan manfaat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance
akan selalu melindungi kepentingan para pemegang sahamnya
serta pihak-pihak yang juga terkait dalam pengelolaan perusahaan.
Selain itu, dengan adanya penerapan Good Corporate Governance
dapat lebih meningkatkan nilai tambah perusahaan tersebut di mata
publik karena kinerja perusahaan juga lebih terarah dan dapat
meningkatkan laba perusahaan.
2.1.2
Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan organ peranan penting dalam
pengimplementasian good corporate governance di suatu perusahaan.
Komisaris merupakan organ yang mengawasi kebijaksanaan direksi dalam
menjalankan perusahaan serta memberikan nasihat kepada direksi. Untuk
menjamin pelaksanaan Good Corporate Governance berjalan dengan baik
diperlukan anggota dewan komisaris yang berintegritas tinggi, tidak cacat
hukum, serta mampu bekerja secara profesional tanpa memihak dengan
salah satu pemegang saham pengendali (mayoritas) secara langsung maupun
tidak langsung. Di Indonesia, dewan komisaris merupakan organ yang
bersifat pasif dan tidak dapat menjalankan fungsi pengawasannya secara
efektif terhadap direksi. Atau sebaliknya, peran komisaris yang terlalu kuat
17
dalam perusahaan, sehingga sering kali melakukan intervensi terhadap
kebijakan direksi. Fenomena ini menjadi masalah pada perusahaan yang
sudah go public, sikap pasif dewan komisaris dapat merugikan kepentingan
pemegang saham serta para stakeholder lainnya.
2.1.3
Komisaris Independen
Keberadaan Komisaris Independen adalah sangat diperlukan.
Secara langsung keberadaan Komisaris Independen menjadi penting, karena
didalam praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan
kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik
(pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya, terutama pada
perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat didalam
pembiayaan usahanya. Adanya komisaris independen yang berasal dari luar
perusahaan diharapkan akan direaksi positif oleh pasar (investor), karena
kepentingan investor akan lebih dilindungi.
2.1.4
Dewan Direksi
Dewan direksi sangat berperan penting dalam pengelolaan
perusahaan. Dewan direksi merupakan organ yang berperan penting dalam
perusahaan yang bertindak sebagai agen para
pemegang saham untuk
memastikan sutu perusahaan dikelola sesuai dengan tujuan perusahaan.
Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas, direksi merupakan organ
perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
18
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam
maupun di luar pengadilan dengan ketentuan anggaran dasar. Dewan direksi
bertanggung jawab penuh atas manajemen perusahaan serta memastikan
perusahaan telah sepenuhnya menjalankan seluruh ketentuan dalam
Anggaran Dsar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.5
Komite Audit
Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam
pelaksanaan prinsip good corporate governance. Komite audit dibentuk
oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian yang
dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan
pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan
sistem pelaporan keuangan perusahaan. Anggota komite audit diharuskan
mempunyai keahlian yang memadai, karena komite ini memiliki
kewenangan dalam mengakses fasilitas dan data perusahaan, selain itu
komite audit dituntut harus memiliki sikap yang independen. Hal ini perlu
didasari dikarenakan komite audit merupakan pihak yang menjembatani
antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani
antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor.
Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas untuk membantu
pemberdayaan (empowerment) dewan komisaris. Oleh karena itu,
pertanggungjawaban komite audit kepada dewan komisaris.
19
2.1.6
Kinerja Perusahaan
Pengukuran kinerja merupakan analisis data serta pengendalian
bagi perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk
melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing
dengan perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja
perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan
mempertahankan investasi mereka di perusahaan tersebut atau mencari
alternatif lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan
kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum
bahwa perusahaan memiliki kreditibilitas yang baik (Munawir,1995).
Kinerja perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
terkonsentrasi atau tidaknya terkonsentrasinya kepemilikan, manipulasi
laba, serta pengungkapan laporan keuangan. Kepemilikan yang banyak
terkonsentrasi oleh institusi akan memudahkan pengendalian sehingga akan
meningkatkan kinerja perusahaan.
Dalam hubungannya dengan kinerja suatu perusahaan dapat dilihat
dari laporan keuangan yang sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja
perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan
operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi.
Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali
dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan. Disclosure laporan
keuangan akan memberikan informasi yang berguna bagi pemakai laporan
keuangan. Disclosure sebagai salah satu aspek good corporate governance
20
diharapkan dapat menjadi dasar untuk melihat baik tidaknya kinerja
perusahaan.
Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam indikator
atau variabel untuk mengukur keberhasilan perusahaan, pada umumnya
berfokus pada informasi kinerja yang berasal dari laporan keuangan.
Laporan keuangan tersebut bermanfaat untuk membantu investor, kreditor,
calon investor dan para pengguna lainnya dalam rangka membuat keputusan
investasi, keputusan kredit, analisis saham serta menentukan prospek suatu
perusahaan di masa yang akan datang.
Return On Equity (ROE) merupakan salah satu pengukuran kinerja
keuangan perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba
setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan dalam
kondisi bermasalah semakin kecil. Investor lebih tertarik pada seberapa
besar kemampuan perusahaan
memperoleh keuntungan terhadap modal
yang ia tanamkan. Alasannya adalah rasio ini banyak diamati oleh para
pemegang saham serta para investor di pasar modal yang ingin membeli
saham bank yang bersangkutan. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi
kenaikan laba bersih perusahaan, kenaikan tersebut akan menyebabkan
kenaikan harga saham perusahaan dan meningkatkan kinerja perusahaan.
Penilaian
kinerja
perusahaan
dilakukan
bertujuan
untuk
memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
21
mematuhi standar perilaku yang ditetapkan sebelumnya agar tercapai tujuan
perusahaan yang baik. Melalui penilaian kinerja, maka perusahaan dapat
memilih strategi dan struktur keuangannya.
2.2
Tinjauan Peneliti Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
1.
2.
Nama
Judul
Peneliti
Rudi Isnanta, Pengaruh Corporate
2008
Governance dan
Struktur
Kepemilikan
Terhadap
Manajemen Laba
dan Kinerja
Keuangan
Nanik
Nurhayati,
2010
Pengaruh Good
Corporate
Governance
Terhadap Kinerja
Keuangan
Perbankan yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Variabel independen :
kepemilikan manajerial,
proporsi dewan
komisaris, komite audit,
struktur audit, struktur
kepemilikan
Good Corporate
Governance tidak
berpengaruh
terhadap
manajemen laba
tetapi berpengaruh
terhadap kinerja
perusahaan.
Variabel dependen :
manajemen laba dan
kinerja keuangan
Variabel independen :
Good corporate
Governance
Variabel dependen :
Kinerja Perusahaan
Variabel
kepemilikan
institusional
mempunyai
pengaruh terhadap
kinerja keuangan.
Sedangkan
kepemilikan
manajerial, ukuran
dewan komisaris,
proporsi dewan
komisari
independen tidak
mempunyai
pengaruh terhadap
kinerja keuangan.
22
3.
Daniel
Pasarella
Tarigan, 2011
Pengaruh Struktur
Kepemilikan,
Ukuran Perusahaan,
Dan Praktek
Corporate
Governance
Terhadap Kinerja
Keuangan
Perusahaan
Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia
Variabel independen :
Ukuran dewan
Komisaris, Proporsi
dewan komisaris
independen, komite
audit, struktur
kepemilikan, ukuran
perusahaan
Variabel dependen :
Kinerja keuangan
perusahaan
Secara parsial
variabel ukuran
dewan komisaris,
proporsi dewan
komisaris
independen, dan
komite audit tidak
berpengaruh
keuangan
perusahaan, tetapi
secara simultan
berpengaruh
terhadap kinerja
perusahaan.
4
Sawitri Sekar
Edi, 2011
Pengaruh Corporate
Governance
terhadap kinerja
keuangan
perusahaan
Variabel independen :
dewan komisaris, dewan
komisaris independen,
dewan direksi, komite
audit dan kepemilikan
institusional
Kepemilikan
institusional,
dewan komisaris
dan dewan direksi
berpengaruh
positif signifikan
terhadap kinerja
keuangan
perusahaan.
Sedangkan dewan
komisaris
independen
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap kinerja
keuangan
perusahaan dan
komite audit
berpengaruh tidak
signifikan
Variabel dependen :
Kinerja keuangan
perusahaan
1.
Rudi Isnanta (2008)
Penelitian yang dilakukan oleh Rudi Isnanta (2008) berjudul “Pengaruh
Good
Corporate
Governance
dan
Struktur
Kepemilikan
terhadap
manajemen laba dan kinerja perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
23
adalah struktur kepemlikan, kepemilikan manajerial, proporsi dewan
komisaris dan komite audit. Variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah manajemen laba dan kinerja perusahaan. Objek
penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan
rentang waktu 2003-2006. Hasil penelitian ini menemukan bahwa
kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba tetapi berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan. Perbedaan penulis dengan penelitian Rudi Isnanta (2008)
terdapat pada variabel independennya yaitu kepemilikan manajerial, struktur
audit dan struktur kepemilikan serta variabel dependen yang digunakan
adalah manajemen laba dan kinerja keuangan di ukur dengan CFROA.
2.
Nanik Nurhayati, (2010)
Nanik Nurhayati (2010) melakukan analisa penelitian berjudul “Pengaruh
Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen yang digunakan
pada penelitian ini antara lain kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen,
dan ukuran perusahaan, Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kinerja keuangan perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2006 – 2008.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional
mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan. Sedangkan kepemilikan
manajerial, ukuran dewan komisaris dan proporsi dewan komisaris
24
independen tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan. Terdapat
perbedaan penelitian penulis dengan Nanik Nurhayati (2010) yaitu pada
variabel independen dimana beliau memproksikannya dalam kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial serta variabel dependen yang
diukur dengan kinerja keuangan perusahaan.
3.
Daniel Pasarella Tarigan, (2011)
Daniel
Pasarella
Tarigan
(2011)
membahas
“Pengaruh
Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Dan Praktek Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Ukuran dewan Komisaris, Proporsi dewan komisaris independen, komite
audit, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan. Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah cash flow return on asset (CFROA).
Secara parsial variabel ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris
independen, dan komite audit tidak berpengaruh keuangan perusahaan,
tetapi secara simultan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Variabel
yang menjadi pembeda antara penulis dengan Daniel Pasarella Tarigan
(2011) terdapat pada struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan sebagai
variabel indepeden serta pengukuran kinerja perusahaan sebagai variabel
dependen dengan menggunakan CFROA.
4.
Sawitri Sekar Edi, (2011)
Sawitri Sekar Edi (2011) menganalisis mengenai “Pengaruh Corporate
Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan”. Variabel independen
25
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dewan komisaris, dewan
komisaris independen, dewan direksi, komite audit dan kepemilikan
institusional. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitiaan ini
adalah kinerja keuangan perusahaan. Objek penelitian adalah perusahaan
yang terdaftar di LQ45 dengan rentang waktu 2005-2009. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, dewan komisaris
independen berpengaruh negatif signifikan, dewan komisaris berpengaruh
positif tidak signifikan, dewan direksi berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap pasar sedangkan terhadap kinerja operasional berpengaruh negatif
signifikan, dan komite audit berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
pasar sedangkan berdasarkan operasional perusahaan berpengaruh negatif
signifikan. Perbedaan antara penulis dengan Sawitri Sekar Edi (2011)
terlihat pada variabel independen yaitu kepemilikan institusional dan
variabel dependen menggunakan Price Book Value.
26
2.3
Kerangka Konseptual
Variabel Independen
Variabel Dependen
Good Corporate Governance:
Dewan Komisaris
H1
(X1)
Komisaris Independen
(X2)
H2
Kinerja Perusahaan
(Y)
Dewan Direksi
H3
(X3)
Komite Audit
(X4)
H4
H5
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Good Corporate Governance memiliki tujuan yaitu untuk menciptakan nilai
tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Apabila Good Corporate
Governance dapat berjalan dengan baik maka dapat meningkatkan keberhasilan
usaha dan akuntabilitas perusahaan kemudian kemungkinan kinerja perusahaan
akan meningkat sehingga dapat menarik investor lainnya untuk menanamkan
investasinya di perusahaan tersebut. Variabel good corporate governance yang
diproksikan kedalam dewan komisaris, komisaris independen, dewan direksi, dan
komite audit sebagai variabel independen serta kinerja perusahaan sebagai
variabel dependen. Dalam pengukuran kinerja perusahaan peneliti menggunakan
alat pengukuran yaitu Return Of Equity (ROE).
27
Good corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan. Hal ini diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan
keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana
yang telah mereka investasikan. Perspektif hubungan keagenan dapat dijadikan
dasar yang digunakan untuk memahami good corporate governance. Manajer
(agen) memiliki kewajiban untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemilik
(prinsipal). Namun disisi lain, manajer juga memiliki kepentingan untuk
memaksimalkan kesejahteraan mereka.
Tujuan utama dari teori keagenan adalah untuk menjelaskan bagaimana
pihak-pihak yang melakukan hubungan kontrak dapat mendesain kontrak tersebut
untuk meminimalisir cost sebagai dampak adanya informasi yang tidak simetris
dan kondisi yang mengalami ketidakpastian. Teori keagenan juga berusaha untuk
menjawab masalah keagenan yang terjadi jika pihak-pihak yang saling bekerja
sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang berbeda.
Dewan komisaris dikatakan dapat meningkatkan kinerja perusahaan
karena apabila dewan komisaris melaksanakan tugasnya dengan baik akan dapat
meningkatkan kepercayaan investor bahwa mereka akan menerima return atas
dana yang telah mereka investasikan. Semakin besar ukuran dewan komisaris,
maka pengawasan yang mereka lakukan akan semakin efektif dan kinerja akan
semakin baik.
Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong
diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan Dewan Komisaris agar
28
dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi secara
efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Dewan direksi juga memiliki peranan yang memberikan pengaruh terhadap
kinerja perusahaan karena proporsi dewan direksi dalam suatu perusahaan akan
menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan secara jangka
pendek maupun jangka panjang.
Komite Audit merupakan organ pendukung Dewan Komisaris yang bekerja
secara kolektif dan berfungsi membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan
tugasnya. Peranan Komite audit yang berjalan dengan baik dapat memberikan
pengaruh kinerja perusahaan dan membuat citra perusahaan baik di mata para
investor sehingga meningkatkan kepercayaan investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan.
2.4
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual, maka hipotesis
penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
H1: Dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
H2: Komisaris Independen berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
H3: Proporsi dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
H4: Jumlah komite audit berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
H5: Dewan komisaris, komisaris independen, proporsi dewan direksi dan
komite audit secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan.
29
Download