PENGARUH PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE STUDENT RECAP DISERTAI PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMPN 3 RANAH PESISIR Noci Oktafirda, Nursyahra, RRP Megahati Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat e-mail: [email protected] ABSTRACT This research is background by low result of learning. This is caused because in learning process the students use note and teacher’s explanation, so there is no students activity and participation in teaching learning process, the students think biology is boring because just remember materials, and limit variation of strategy that is used in teaching and learning process, in teaching and learning process the teacher usually uses method because it is easer in implementing. One of alternative to solve the problem is implementing active learning strategy type student recap by using concept maps. This research has purpose to know the effect of implementing active learning strategy type Student Recap by using concept map toward result of students biology learning at class VIII in SMPN 3 Ranah Pesisir. Type of this research is experiment by using Randomized Control-Group Postes Only Design. Population of this research is students at class VIII in SMPN 3 Ranah Pesisir of academic year 2014/2015 that consist of five classes. Sample is taken by using purposive sampling. Technique of data analysis uses uji-T with corelation level of 95% (α= 0,05). The result of research shows that t-test 3,75 and t-table 1,68. t-test > t-table, it means that hypothesis (H1) is accepted. Based on data analysis shows that students behaviour and skill at class experiment more good that control class. From this research can be concluded that any effect of implementing active learning strategy type Student Recap by using concept map toward result of students biology learning at class VIII in SMPN 3 Ranah Pesisir. Key Words: Student Recap, Concept map PENDAHULUAN Dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan memasuki era globalisasi yang penuh tantangan masa depan yang semakin lama semakin rumit dan kompleks, diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan dan kurikulum harus mampu membekali peserta didik dengan berbagai kompetensi yang diperlukan dimasa depan sesuai dengan perkembangan global. Untuk kepentingan tersebut Pemerintah melakukan penataan kurikulum. Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada Tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tahun 2006. Pada proses pembelajaran guru harus mampu menciptakan proses pembelajaran yang tepat, menyenangkan, membangkitkan antusiasme peserta didik, serta mampu mendorong peserta didik mengembangkan kemampuan dirinya. Peranan guru sangat penting dalam membimbing dan memotivasi peserta didik, sehingga peserta didik dapat mencapai keberhasilan belajar yang baik. Berdasarkan hasil observasi penulis di SMPN 3 Ranah Pesisir diperoleh informasi bahwa, salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pada proses pembelajaran umumnya siswa mengandalkan catatan dan penjelasan guru, sehingga tidak ada kreatifitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Kurangnya keaktifan siswa dalam belajar juga dapat dilihat ketika guru bertanya tentang materi yang diajarkan siswa cenderung diam, sehingga guru kurang mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, siswa beranggapan pembelajaran biologi membosankan karena bersifat hafalan, serta kurang bervariasinya strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran, pada proses pembelajaran guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab karena lebih mudah dalam pelaksanaanya. Proses pembelajaran berjalan secara optimal perlu adanya rencana pembuatan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran diartikan sebagai cara atau pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan atau digariskan. Prinsip dasar pembelajaran adalah bagaimana memotivasi anak didik supaya belajar dan mengembangkan potensi peserta didik secara optimal, serta faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan untuk mencapai keberhasilan belajar peserta didik. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengembakan potensi peserta didik secara optimal adalah strategi belajar aktif. Strategi belajar aktif adalah suatu istilah dalam dunia pendidikan yakni sebagai strategi belajar mengajar yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan untuk mencapai keterlibatan siswa secara efektif dan efisien dalam pembelajaran. Menurut Silberman (2013: 9) agar belajar menjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak untuk mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Salah satu strategi belajar aktif adalah strategi belajar aktif tipe Student recap. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis telah melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Student Recap Disertai Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMPN 3 Ranah Pesisir”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi belajar aktif tipe student recap disertai peta konsep terhadap hasil belajar Biologi siswa kelas VIII SMPN 3 Ranah Pesisir. Student recap berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu student dan recap. Dimana student berarti pelajar atau siswa dan recap berarti ringkasan. Sedangkan menurut kamus bahasa Indonesia, ringkasan berarti hal-hal yang penting atau rangkuman. Sehingga, student recap berarti suatu rangkuman yang dibuat oleh siswa atau pelajar mengenai hal-hal yang penting setelah mereka mengikuti proses belajar di kelas (Annonimus, 2012). Strategi belajar aktif tipe student recap memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meringkas apa yang telah mereka pelajari dan menyampaikan ringkasannya kepada yang lain. Ini adalah cara yang baik untuk mendorong peserta didik untuk meringkas apa yang telah mereka pelajari dengan caranya sendiri. Menurut Silberman (2007: 253) langkah-langkah strategi belajar aktif tipe student recap adalah sebagai berikut: 1) Jelaskan kepada peserta didik bahwa bagi anda, menyediakan ringkasan pelajaran adalah bertentangan dengan prinsip belajar aktif. 2) Kelompokkan peserta didik kedalam kelompok-kelompok yang terdiri atas dua sampai empat anggota. 3) Perintahkan agar setiap kelompok membuat ringkasan sendiri tentang sesi pelajaran. Doronglah mereka untuk membuat out-line, peta pikiran, atau buatan-buatan yang lain yang akan memudahkan mereka untuk mengkomunikasikan ringkasan kepada yang lain. 4) Gunakan diantara pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk membimbing kerja mereka: a) Topik-topik utama yang telah kita uji. b) Point-point kunci apa yang muncul dalam pelajaran hari ini?. c) Pengalaman apa yang telah anda peroleh hari ini dan apa telah kamu ambil darinya. d) Ide-ide atau saran-saran apa yang kamu ambil dari pelajaran ini. 5) Ajaklah kelompok untuk berbagi ringkasan mereka. Berikan tepuk tangan atas usaha mereka. Berdasarkan langkah-langkah Silberman di atas, maka penulis memodifikasinya sebagai berikut: 1) Guru menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan peta konsep. 2) Menjelaskan kepada peserta didik bahwa bagi anda, menyediakan ringkasan pelajaran adalah bertentangan dengan prinsip belajar aktif. 3) Kelompokkan peserta didik kedalam kelompok-kelompok yang terdiri atas dua sampai empat anggota. 4) Perintahkan agar setiap kelompok membuat ringkasan sendiri tentang sesi pelajaran. 5) Gunakan diantara pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk membimbing kerja mereka: a) Topik-topik utama yang telah kita uji. b) Point-point kunci apa yang muncul dalam pelajaran hari ini?. c) Pengalaman apa yang telah anda peroleh hari ini dan apa telah kamu ambil darinya. d) Ide-ide atau saran-saran apa yang kamu ambil dari pelajaran ini. 5) Ajaklah kelompok untuk berbagi ringkasan mereka. Berikan tepuk tangan atas usaha mereka. Menurut Lufri, dkk (2007: 154) peta konsep (concept map) merupakan diagram yang menunjukkan saling keterkaitan antara konsep sebagai representasi dari makna (meaning). Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsepkonsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi merupakan dua ata lebih kata konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit sematik. Adapun langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut: 1) Memilih suatu bahan bacaan. 2) Menentukan konsep-konsep yang relevan. 3) Mengurutkan konsep-konsep dari inklusif ke yang kurang inklusif. 4) Menyusun konsep-konsep tersebut dalam suatu bagan, konsep yang inklusif diletakkan di bagian atas atau puncak peta lalu dihubungkan dengan kata penghubung misalnya “terdiri atas”, “menggunakan” dan lain-lain. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Penelitian berdasarkan model desain Randomized Control-Group Postest Only Design. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2014 di SMPN 3 Ranah Pesisir pada kelas VIII semester I Tahun Pelajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 3 Ranah Pesisir yang terdaftar pada semester I Tahun Pelajaran 2014/2015. Teknik pengambilan sampel dengan purposive Sampling. Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu sebagai berukut. Tahap persiapan berhubungan dengan pelaksanaan penelitian yaitu: a) Mempersiapkan surat izin penelitian. b) Menetapkan jadwal kegiatan penelitian. c) Menentukan populasi dan sampel. d) Mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), peta konsep dan evaluasi yang digunakan. e) Menentukan pembagian kelompok dan menjelaskan pada siswa tentang cara pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan. f) Menyusun kisi-kisi soal tes uji coba. g) Mempersiapkan soal-soal uji coba. h) Menyusun kunci jawaban tes uji Uji coba. i) Menguji coba soal. J) Mempersiapkan soal tes akhir, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Pada tahap akhir ini guru memberikan tes akhir untuk kedua kelas sampel. Soal yang diberikan pada kedua kelas sampel sama. Tahap ini dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan siswa dalam memahami materi yang telah diberikan. Instrumen yang digunakan dalam penilaian pengetahuan berupa tes. Dalam penelitian ini digunakan instrumen berbentuk soal objektif pilihan ganda dengan empat pilihan. Untuk mendapatkan tes yang baik dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ini: a) Membuat kisi-kisi soal tes. b) Menyusun tes sesuai dengan kisi-kisi soal yang telah dibuathendak diukur. c) Membuat kunci jawaban soal yang telah disusun. d) Melakukan uji coba tes. e) Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas sampel, terlebih dahulu dilakukan uji coba. f) Melakukan analisis soal tes. Setelah melakukan uji coba soal, maka dilakukan analisis soal tes untuk mengetahui apakah soal dapat dipakai, direvisi atau dibuang. Untuk mengetahui hal di atas maka dilakukan analisis dengan langkah- langkah sebagai berikut: (a) validitas tes, (b) indeks kesukaran, (c) daya pembeda, (d) reabilitas tes. Penilaian kompetensi sikap adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima atau memperhatikan, merespons atau menanggapi, menilai atau menghargai, mengorganisasi atau mengelola dan berkarakter. Hasil belajar yang dinilai berupa sikap, dibedakan menjadi lima aspek yaitu berani dan santun dalam bertanya, bekerjasama, bertanggung jawab, berkomunikasi dan menghargai pendapat orang lain. Penilaian kompetensi keterampilan adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik. Penilaian keterampilan dilakukan setelah pembelajaran. Pada kelas eksperimen penilaian keterampilan dilakukan melalui tugas ringkasan tentang sesi pelajaran, sedangkan pada kelas kontrol penilaian keterampilan dilakukan melalui laporan hasil diskusi kelompok siswa berdasarkan indikator pencapaian keterampilan. Hasil belajar yang dinilai berupa psikomotor, dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kerapian tulisan, kebersihan laporan dan kelengkapan materi atau isi. Lembar penskoran dari tugas yang dikerjakan siswa tersebut dengan skala 3-1, dengan ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya. Analisis data bertujuan untuk menguji hipotesis, apakah diterima atau ditolak. Dalam menganalisis data untuk penilaian pengetahuan, penulis melakukan langkah – langkah sebagai berikut: a) Uji Normalitas, uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, memakai uji Lillieford (Sudjana, 2005 : 466-477). b) Uji Homogenitas, uji homogenitas berguna untuk melihat apakah kedua sampel mempunyai varians yang homogenitas atau tidak. Untuk mengujinya dilakukan uji F merujuk pada Sudjana (2005: 249). c) Uji Hipotesis, setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas yang hasilnya berdistribusi normal dan sampel memiliki varians yang homogen maka dapat dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. merujuk pada Sudjana (2005:239). Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk berani dan santun dalam belajar, tanggung jawab, kerjasama, berkomunikasi, dan menghargai pendapat orang lain. Semua kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan persentase (%) yang dikemukakan oleh Sudijono (2010:43). Hasil belajar yang dinilai berupa keterampilan, dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kerapian tulisan, kebersihan laporan dan kelengkapan materi atau isi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus skala liker modifikasi Riduwan (2009: 89). HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada kedua kelas sampel, maka diperoleh data tentang hasil belajar siswa seperti pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 1. Nilai Rata-rata, Uji Normalitas, Uji Homogenitas, Uji Hipotesis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol N o Param eter 1 Nilai rata-rata UH Uji Normalit as 2 3 4 Uji Homoge nitas Uji Hipotesis Perlakuan Eksperi men 76,05 Keterangan Kontrol 59,27 Eks > kon Lo= Lo= -0,121 -0,1838 Lt= Lt= 0,190 0,190 Fh = 0,98 Ft = 2,10 Lo < Ltabel (Normal) th = 3,75 tt = 1,68 Fh < Ft (Homogen) thitung > ttabel maka H1 diterima Berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar yang terdapat dalam Tabel 1 di atas, maka didapatkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa seperti Gambar 6 di bawah ini. Gambar 1. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Pembelajaran dengan menggunakan strategi belajar aktif tipe Student Recap disertai peta konsep memberikan pengaruh yang berarti terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai yang diperoleh pada kelas eksperimen yaitu 76,05, sedangkan kelas kontrol 59,27. Pada kelas eksperimen dengan menerapkan strategi belajar aktif tipe Student Recap disertai peta konsep nilai siswa yang di atas KKM sebanyak 14 orang sehingga persentase ketuntasannya 63,64%, sedangkan nilai siswa yang berada dibawah KKM sebanyak 8 orang dengan persentase 36,36%. Pada kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional nilai siswa yang diatas KKM sebanyak 6 orang dengan persentase 27,27%, sedangkan nilai siswa yang di bawah KKM sebanyak 16 orang dengan persentase 72,73%. Berdasarkan persentase ketuntasan pada kelas eksperimen yaitu sebesar 63,64% dengan penerapan strategi belajar aktif tipe Student Recap disertai peta konsep berada pada tingkat baik dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2010: 107) bahwa “Tingkat keberhasilan belajar mengajar dikatakan kurang apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa, baik apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60%-75% dikuasai oleh siswa, baik sekali apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pelajaran pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa, dan istimewa apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa”. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan strategi belajar aktif tipe Student Recap, guru membimbing siswa membuat ringkasan pembelajaran sesuai dengan kreasi masing-masing kelompok. Disini siswa diberi kesempatan untuk belajar menemukan sendiri bahasa yang tepat dan praktis untuk memudahkan dalam memahami materi pelajaran, sehingga dapat meningkatkan kemampuan belajar dan berfikir siswa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Wormeli (2011: 7) bahwa “Strategi meringkas akan membuka suatu topik dalam pikiran siswa dan membuat hal itu melekat dalam pikirannya. Hal ini akan memberi pemahaman dan ingatan jangka panjang yang merupakan tujuan yang diinginkan setiap guru untuk dapat meningkatkan keberhasilan belajar siswa. Meningkatnya hasil pembelajaran biologi pada kelas eksperimen juga disebabkan, karena siswa mengetahui konsep-konsep penting dari setiap materi pelajarannya melalui peta konsep yang ditampilkan oleh guru di depan kelas. Menurut Lufri, dkk (2007: 154) bahwa “Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi”. Melalui peta konsep akan tergambar pola berfikir siswa dalam memahami suatu konsep pelajaran, siswa dituntut untuk berfikir kritis dan menemukan sendiri makna konsep yang dipelajarinya, dengan demikian saat materi tersebut dipelajari siswa akan mudah menerima dan memahami konsep pelajarannya. Hal ini akan menuntut siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam memahami konsep dan mengembangkan kemampuan berfikirnya. Menurut Weinsten dan Mayer dalam Trianto (2007: 152) bahwa “Mengajar yang baik mencakup mengajar siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berfikir, dan bagaimana mendorong diri sendiri”. Pada kelas kontrol hasil belajar dengan metode diskusi, ceramah dan tanya jawab lebih rendah dari pada strategi belajar aktif tipe Student Recap disertai peta konsep. Lebih rendahnya hasil pembelajaran biologi disebabkan karena dalam pembelajaran tidak semua siswa yang aktif dan termotivasi dalam berdiskusi kelompok, karena dalam pembagian anggota kelompok hanya dibagi berdasarkan urutan bangku. Pada saat diskusi masih banyak siswa yang main-main dan tidak saling bekerjasama dengan sesama anggota kelompok, sehingga pembelajaran hanya didominasi oleh siswa tertentu saja. Selain kurang aktif dan termotivasinya siswa dalam proses pembelajaran, lebih rendahnya hasil pembelajaran biologi dengan metode diskusi, ceramah dan tanya jawab pada kelas kontrol ini disebabkan karena tidak semua siswa mengetahui pengetahuan dan wawasan tentang topik atau pertanyaan yang didiskusikan. Menurut Lufri, dkk (2007:35) bahwa “Apabila peserta diskusi tidak menguasai pertanyaan atau materi yang akan didiskusikan maka diskusi tidak akan berjalan dengan baik, pemecahan masalah atau solusi tidak akan ditemukan secara tepat”. Dari uraian di atas, pembelajaran menggunakan strategi belajar aktif tipe Student Recap disertai peta konsep memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini telah dibuktikan secara statistik dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini sehingga hipotesisnya dapat diterima. Selama proses pembelajaran berlangsung diadakan penilaian sikap siswa . Data hasil penilaian sikap siswa dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3 di bawah ini. Rata-rata Gambar 2. Penilaian Sikap Siswa Kelas Eksperimen Rata-rata Gambar 3. Penilaian Sikap Siswa Kelas Kontrol Hasil penelitian menunjukkan secara umum bahwa selama pembelajaran menggunakan strategi belajar aktif tipe Student recap disertai peta konsep lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dengan metode diskusi, ceramah dan tanya jawab. Kelas eksperimen dengan menggunakan strategi belajar aktif tipe Student recap disertai peta konsep mengalami peningkatan pada setiap pertemuan terhadap indikator sikap yang diamati. Data yang diperoleh berdasarkan Gambar 2, nilai yang tertinggi diperoleh pada pertemuan III pada setiap indikator, seperti pada indikator berani dan santun dalam bertanya memperoleh nilai 77,27%, indikator bekerjasama 72,73%, indikator tanggung jawab 72,73%, indikator sikap berkomunikasi 77,27%, dan indikator menghargai pendapat orang lain 72,73%. Kelas kontrol terjadi penurunan pada setiap pertemuan terhadap indikator yang diamati. Berdasarkan data yang diperoleh pada Gambar 3, terjadi penurunan terhadap indikator berani dan santun dalam bertanya pada pertemuan II dan III, indikator bekerjasama pada pertemuan II, dan indikator bertanggung jawab pada pertemuan II, sementara terjadi peningkatan terhadap indikator berkomunikasi dan menghargai pendapat orang lain pada pertemuan II. Nilai Sikap berani dan santun dalam bertanya paling tinggi terdapat pada pertemuan I yaitu 68,18%, sikap bekerjasama yang paling tinggi terdapat pada pertemuan III yaitu 59,10%, sikap tanggungjawab yang paling tinggi terdapat pada pertemuan I dan III yaitu 59,10%, sikap berkomunikasi yang paling tinggi terdapat pada pertemuan II yaitu 63,64%, dan sikap menghargai pendapat orang lain yang paling tinggi terdapat pada pertemuan II dan III yaitu 54,55%. Penerapan strategi belajar aktif tipe Student Recap disertai peta konsep menyebabkan siswa aktif dan kreatif dalam pembelajaran, seperti berani dan santun dalam bertanya, bekerjasama, bertanggungjawab, berkomunikasi dengan baik antar sesama siswa dan guru, serta menghargai pendapat orang lain. Menurut Jihad (2010: 4-5) belajar aktif merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif, untuk dapat mencapai hal tersebut kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna terjadi bila siswa berperan secara aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa yang akan dipelajarinya. Pembagian anggota kelompok pada kelas eksperimen dilakukan secara heterogen. Disini guru memberikan peluang kepada siswa untuk berdiskusi secara leluasa antara sesama kelompoknya, sehingga terjadi interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru terjalin dengan baik. Menurut Rohani (2002: 29) bahwa “Untuk membentuk individu peserta didik menjadi manusia yang demokratis, guru harus menekankan pelaksanan prinsip kerjasama atau kerja kelompok. Kerjasama dalam kelompok yang demokratis itu yakni setiap individu berperan secara aktif dan ikut bekerjasama”. Terjadinya penurunan aktivitas siswa pada setiap pertemuan dikelas kontrol, disebabkan karena dalam pembelajaran guru menerapakan pembelajaran konvensional menggunakan metode diskusi, ceramah dan tanyajawab. Dimana siswa hanya berdiskusi dalam kelompok homogen, sehingga hanya sebagian siswa yang aktif dalam pelajaran. Menurut Kunandar (2013: 100) penilaian kompetensi sikap adalah penilaian yang dilakukan oleh guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi aspek menerima atau memerhatikan (receiving atau attending), merespon atau menanggapi (responding), menilai atau menghargai (valving), menggorganisasi atau mengelolah (organization), dan berkarakter (characterization). Penilaian keterampilan dilakukan untuk menilai hasil kerja siswa setelah pembelajaran. Pada kelas eksperimen siswa diminta untuk membuat ringkasan tentang sesi pelajaran, sedangkan pada kelas kontrol keterampilan yang dinilai berupa tugas yang dikerjakan secara berkelompok selama proses pembelajaran. Penilaian kompetensi keterampilan meliputi tiga aspek yaitu kerapian tulisan, kebersihan hasil laporan dan kelengkapan materi atau isi. Data hasil penilaian keterampilan siswa dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5 di bawah ini. Rata-rata Gambar 4. Penilaian Keterampilan Siswa Kelas Eksperimen Rata-rata Gambar 5. Penilaian Keterampilan Siswa Kelas Kontrol Penilaian kompetensi keterampilan adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik. Pada kelas eksperimen penilaian keterampilan dilakukan melalui tugas ringkasan tentang sesi pelajaran, sedangkan pada kelas kontrol penilaian keterampilan dilakukan melalui hasil laporan diskusi kelompok siswa berdasarkan indikator pencapaian keterampilan. Hasil belajar yang dinilai berupa psikomotor, dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kerapian tulisan, kebersihan laporan dan kelengkapan materi atau isi. Keterampilan siswa kelas eksperimen terjadi penurunan terhadap indikator kerapian tulisan pada pertemuan II dan kembali meningkat pada pertemuan III, kemudian terjadi penurunan terhadap indikator kebersihan laporan pada pertemuan II dan meningkat kembali pada pertemuan III, terjadi peningkatan terhadap indikator kelengkapan materi/isi pada pertemuan II. Rata-rata nilai kerapian tulisan yang paling tinggi terdapat pada pertemuan I yaitu 89,39 termasuk dalam kategori sangat baik, rata-rata nilai kebersihan laporan yang paling tinggi terdapat pada pertemuan I yaitu 71,21 termasuk dalam kategori baik, dan rata-rata nilai kelengkapan materi/isi yang paling tinggi terdapat pada pertemuan II yaitu 71,21 termasuk dalam kategori baik. Meningkatnya rata-rata nilai kerapian tulisan pada pertemuan III, kebersihan hasil laporan pada pertemuan III, dan kelengkapan materi/isi pada pertemuan II, disebabkan karena siswa sudah mulai menunjukkan keseriusan dalam belajar melalui penerapan strategi belajar aktif tipe Student Recap disertai peta konsep dan bekerjasama dengan baik dalam kelompok yang heterogen. Terjadinya penurunan rata-rata nilai terhadap indikator kerapian tulisan dan kelengkapan meteri pada kelas eksperimen, disebabkan karena keterbatasan waktu dalam pembuatan ringkasan pembelajaran, sehingga siswa kurang memperhatikan kerapian tulisan dan kelengkapan materi/isi. Rata-rata nilai keterampilan siswa kelas kontrol terjadi penurunan terhadap indikator kerapian tulisan, kebersihan laporan, dan kelengkapan materi/isi pada setiap pertemuan. Rata-rata nilai kerapian tulisan yang paling tinggi terdapat pada pertemuan I yaitu 77,27 termasuk dalam kategori baik, rata-rata nilai kebersihan laporan yang paling tinggi terdapat pada pertemuan I yaitu 81,81 termasuk dalam kategori sangat baik, dan rata-rata nilai kelengkapan materi/isi yang paling tinggi terdapat pada pertemuan I yaitu 65,15 termasuk dalam kategori baik. Terjadinya penurunan terhadap indikator kerapian tulisan, kebersihan laporan, dan kelengkapan materi/isi disebabkan karena siswa tidak serius dalam belajar dan kurang bekerjasama dengan baik dalam kelompok homogen. Menurut Kunandar (2013: 249) hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecendrungan-kecendrungan untuk berperilaku atau berbuat). Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan afektif. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan strategi belajar aktif Tipe Student Recap disertai peta konsep terhadap hasil belajar biologi siswa kelas VIII SMPN 3 Ranah Pesisir. Dari hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengemukakan beberapa saran yang sekiranya dapat memberikan masukan guna peningkatan hasil belajar biologi yaitu: 1. Guru bidang studi khususnya guru biologi di SMPN 3 Ranah Pesisir dapat menerapkan strategi belajar aktif Tipe Student Recap disertai peta konsep sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lanjutan untuk sekolah dan pokok bahasan yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Anonimus. (2012) Http:// Almustafa. Blogspot. Com/2012/05/strategi Belajar Aktif Tipe Student recap. Diakses 20 Februari 2014. Djamaran, Syaiful Bahri dan Zain, Azwan. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Jihad, Asep & Haris, Abdul. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo. Kunandar. (2013). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Dididk Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Raja Gafindo Persada. Lufri. (2007). Strategi Pembelajaran Biologi. Padang: UNP Press. Mulyasa. (2013). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: ALFABETA. Rohani, Ahmad. (2002). Pengelolaan Pengajaran Sebuah Pengantar Menjadi Guru Propesional. Jakarta: Rineka Cipta. Silberman, Malvin. (2007). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia. _______________. (2013). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. rev.ed. Bandung: Nusamedia. Sudijono, Anas. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres. Sudjana. (2005). Metoda Statistik. Bandung: Tarsito. Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wormenli, Rick. (2011). Meringkas Mata Pelajaran. Jakarta: Erlangga.