BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang menjadi perantara untuk menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan kepada masyarakat yang kekurangan dana. Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Industri perbankan di Indonesia telah mengalami perubahan dan perkembangan yang cukup besar dikarenakan adanya beberapa perubahan regulasi oleh pemerintah yang mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Pada tahun 1990 jumlah bank meningkat melalui deregulasi Paket Oktober 1988 karena syarat modal minimum yang diturunkan untuk mendirikan sebuah bank, yaitu sebesar Rp 10 miliar. Pengusaha yang mempunyai modal yang cukup akhirnya berlomba-lomba untuk mendirikan bank. Dengan adanya peningkatan jumlah bank yang cukup besar, pada tahun 1995-1996 bank sentral memperkenalkan serangkaian kebijakan baru berkaitan dengan prudensial perbankan mengenai restrukturisasi dan peningkatan kesehatan perbankan. Krisis keuangan 1997 mempertegas pentingnya restrukturisasi perbankan. Konsolidasi perbankan dimulai pada Desember 1997. Krisis keuangan 1997 menyebabkan tekanan bagi industri perbankan. Dalam rangka peningkatan kinerja bank pemerintah, Bank Sentral memutuskan menggabungkan (merger) beberapa bank pemerintah. Otoritas juga menutup 23 bank pada tahun 1997-1998. Kebijakan likuidasi ini berkontribusi dalam mengurangi jumlah bank. Pada dasarnya kebijakan ini mendorong bank untuk mencapai skala ekonomi yang optimal dan mempercepat penciptaan sistem perbankan yang sehat. Krisis moneter pada 1998, membawa Indonesia harus mengalami penurunan nilai rupiah terhadap dolar AS yang berakibat pada banyak perusahaan yang menjual aset karena beban biaya operasi dan biaya utang dan tidak sedikit yang bangkrut karena ketidakmampuan mengelola operasionalnya. Berbagai upaya dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia untuk menangani krisis ini. Kesempatan ini diambil perusahaan khususnya perbankan untuk melakukan merger dan akuisisi untuk dapat melakukan restrukturisasi. Banyak yang mempercayai bahwa tindakan perusahaan untuk menggabungkan diri atau membeli perusahaan lain, dapat menanggulangi krisis agar tidak semakin memburuk. Langkah-langkah konsolidasi perbankan dilakukan antara lain melalui penataan kembali struktur kepemilikan tunggal (single presence policy) dimana dalam kebijakan ini diatur bahwa pemegang saham pengendali suatu bank yang memiliki lebih dari satu bank diharuskan untuk menggabungkan bank-bank yang dimilikinya (Pribadi,2010). Adapun bank-bank yang telah melaksanakan kebijakan Single Presence Policy adalah Bank Lippo dan Bank Niaga yang memilih untuk merger sehingga menjadi Bank CIMB Niaga (2008), Bank UOB Indonesia dan Bank Buana menjadi Bank UOB Buana (2010), dan juga Bank OCBC Indonesia dan Bank OCBC NISP yang memilih untuk merger sehingga menjadi Bank OCBC NISP (2011). Bank OCBC NISP adalah salah satu bank yang menggabungkan dua bank yang dimiliki oleh satu pengendali utama, yaitu OCBC (Overseas Chinese Banking Corporation). Bank OCBC NISP menggabungkan antara Bank OCBC NISP (Nilai Inti Sari Penyimpan) dan Bank OCBC Indonesia (Kantor Cabang Indonesia). Selain untuk memenuhi kebijakan Bank Indonesia untuk menggabungkan suatu bank yang memiliki lebih dari satu bank, penggabungan kedua bank ini juga ditujukan untuk menghilangkan kerancuan diantara para nasabah dan pihak yang berwenang karena Bank OCBC NISP dan Bank OCBC Indonesia sama-sama menggunakan nama OCBC. Tidak seperti bank yang lain yang cenderung melakukan merger disaat kondisi kinerja keuangan sedang memburuk, Bank OCBC NISP justru bergabung disaat kondisi kinerja keuangan sedang dalam kondisi yang prima. Hal tersebut ditunjukkan oleh tabel kinerja bank tersebut seperti berikut ini: Tabel 1. 1Rasio Kinerja Keuangan Bank OCBC NISP sebelum merger Rasio CAR NPL nett ROA ROE NIM BOPO LDR 2006 16,11% 2,10% 1,28% 8,59% 4,39% 87,60% 89,10% 2007 16,15% 2,12% 1,31% 8,71% 4,99% 88,19% 89,14% 2008 17,01% 1,75% 1,54% 9,18% 5,40% 86,12% 76,69% Sumber: Laporan Tahunan 2009 18,00% 1,39% 1,79% 11,86% 5,53% 84,24% 72,39% 2010 19,44% 1,34% 1,85% 11,92% 5,61% 82,46% 77,54% Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa setiap rasio Bank OCBC NISP mengalami pertumbuhan dengan ditunjukkan dengan kenaikan rasio setiap tahunnya. Menurut Direksi dan Dewan Komisaris berpendapat bahwa kedua bank dalam kondisi yang sehat dapat lebih mudah untuk menyatukan kekuatan dan lebih siap dalam mengembangkan pasar sehingga dapat beroperasi lebih efektif sebagai sebuah badan tunggal. Performa kinerja keuangan yang baik ini juga dijadikan sebagai fondasi yang kokoh untuk menggabungkan kedua bank tersebut. Kesehatan Bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. (Budisantoso dan Triandaru, 2005) Keadaan Bank yang tidak sehat akan merusak keadaan perbankan secara keseluruhan dan mengurangi rasa kepercayaan masyarakat. Hal ini bisa membahayakan terhadap turun daya saing perusahaan, karena mengalami krisis kepercayaan konsumen. Penilaian tingkat kesehatan bank secara kuantitatif dilakukan dengan cara melihat 5 faktor, yaitu faktor permodalan (Capital), kualitas aktifa produktif (Asset), Manajemen, Rentabilitas (Earning), dan Likuiditas. Analisis tingkat kesehatan bank ini di atur berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011. Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan dengan pendekatan kuantitatif atas faktor yang berpengaruh terhadap kondisi perkembangan suatu bank, terutama pada kondisi pertumbuhan keuangan perbankan. Berdasarkan fenomena diatas, maka topik dalam pembahasan Tugas Akhir ini adalah “Analisis Perbandingan Tingkat Kesehatan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger pada PT. Bank OCBC NISP, Tbk.” 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas pada umumnya bank melakukan merger pada saat kondisi keuangan kurang baik, tetapi berbeda dengan Bank OCBC NISP yang melakukan merger pada saat kondisi keuangan sedang prima, sehingga perlu dibuktikan dengan adanya penelitian ini. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang telah diidentifikasi di atas, yaitu untuk mengetahui: 1. Tingkat kesehatan keuangan Bank OCBC NISP sebelum dan setelah melakukan merger. 2. Perbedaan kinerja keuangan Bank OCBC NISP sebelum dan setelah melakukan merger. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat bagi investor Bagi investor, dapat memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan sebelum dan sesudah merger. Selain itu dapat memberikan informasi mengenai prospek kinerja perusahaan hasil merger yang tercermin dalam rasio keuangan perusahaan yang ada dalam penelitian ini. 2. Manfaat bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, dapat memberikan informasi dan pengetahuan mengenai dampak merger terhadap kinerja keuangan perusahaan dilihat dari berbagai rasio keuangan. 3. Manfaat bagi pembaca Bagi pembaca, penelitian ini dapat sebagai sumber pengetahuan terkait dengan topik yang diambil dan Bank yang berkaitan. 1.5. Batasan Penelitian Batasan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada Bank OCBC NISP baik itu saat sebelum merger ataupun sesudah merger. 2. Data yang digunakan berupa laporan keuangan bank periode 20062010 saat sebelum merger, dan tahun 2011-2015 untuk laporan keuangan setelah merger. 3. Rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional terhadap Laba Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR). 1.6. Kerangka Pemikiran Penyajian Laporan Keuangan Bank OCBC NISP sebelum merger Penyajian Laporan Keuangan Bank OCBC NISP setelah merger Menganalisa rasio-rasio keuangan Bank OCBC NISP sebelum dan setelah merger Membandingkan kinerja keuangan Bank OCBC NISP sbelum dan setelah merger dengan metode Independen T Simple Test (perbedaan dua rata-rata) Bagan 1. 1 Skema Kerangka Pemikiran