Kelompok III By : Muhtadi (95420) BB 17 UNP BUMI DAN ALAM SEMESTA (Bagian 2) D. Pembentukan Benua dan Samudera 1. Benua Bumi sebagai benda alam pada pada mulanya merupakan benda yang berpijar yang kemudian mendingin. Pada proses ini terbentuklah kerak yang keras yang disebut kulit atau kerak bumi (lithosfer). Pada awalnya lapisan ini sangat labil. Dalam proses pendinginan yang terus berlangsung itu, bumi juga bergerak mengadakan rotasi sehingga kulit yang baru terbentuk itu retak-retak dan bergeser saling menjauh karena seolah-olah kulit yang sudah keras itu mengapung pada bagian bumi sebelah dalamnya yang diperkirakan masih lumer. Salah satu teori yang mengemukakan tentang terbentuknya benuabenua yang ada di bumi adalah Teori Wegener. Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli geografi berkebangsaan Jerman yaitu Wegener pada tahun 1915. Teori Wegener ini disebut juga dengan hipotesis Continental Drift (perkisaran benua). Menurut teori ini, bumi pada 250 juta tahun yang lalu hanya terdiri dari satu benua yang sangat besar, kemudian retak dan bergeser saling menjauhi satu sama lainnya. Akibat pergeseran itu terbentuklah benua-benua Amerika, Asia, Eropa, Afrika, Australia dan benua Antartika (Hendro dan Yeni, 2004:2.40). Teori di atas didukung oleh fakta sebagai berikut: a) Sepanjang Timur Amerika Selatan ternyata mempunyai bentuk dan lekukan yang kira-kira sama dengan lekukan pada Benua Afrika sebelah Barat. b) Lekukan bagian Selatan Benua Australia cocok dengan tonjolan Benua Antartika. c) Lekukan Semenanjung India dan Pulau Madagaskar cocok dengan teluk yang terbentuk antara Afrika dengan Antartika. Kecocokan-kecocokan di atas tidak hanya dari segi geografik, tetapi juga cocok dari segi geologi, yaitu dari jenis dan umur batuan-batuannya yang kira-kira sama. 1 Kelompok III By : Muhtadi (95420) BB 17 UNP Peristiwa pergeseran itu berlangsung dalam jutaan tahun. Secara kronologis dapat dirinci sebagai berikut: a) Pada 225 juta tahun yang lalu, masih merupakan satu benua yang besar Super Continental yang disebut Pangea. b) Pada 200 juta tahun yang lalu Super Contonental pecah menjadi tiga bagian yakni Benua Eropa-Asia, Afrika –Amerika, dan Benua Antartika-Australia. c) 135 juta tahun yang lalu Afrika dan Amerika mulai memisah di sela-selanya terdapat Samudera Atlantik. d) Kemudian, 65 juta tahun yang lalu Australia dan Antartika memisahkan diri dan terjadilah Lautan Indonesia. Pergeseran masih berlangsung sampai saat sekarang. Gambar 1 Kronologis Terbentuknya Benua-benua di Bumi 2 Kelompok III By : Muhtadi (95420) BB 17 UNP Harry Hens (dalam Hendro dan Yeni, 2004:2.41) memberikan pendapat tentang pergerakan benua-benua bahwa benua buan hanyut ke sana kemari seperti es terapung, tetapi tertanam kuat pada basalt dasar samudera. Dasar samudera yang baru didesak terus-menerus ke atas dari astenosfer yang panas pada pematang samudera. Pematang samudera merupakan bibir yang terbentuk pada dua sisi celah dalam bumi, tempat bahan panas selubung bumi tertekan ke atas. Bahan ini kemudian mendingin dan mengeras dalam lithosfer dan menempatkan diri ke tepi lempengan lithosfer pada kedua sisi retakan (kerak samudera). Bahan tersebut bergerak ke bawah darai pematang tengah samudera bersama lempengan melintasi dasar laut dengankecepatan 1,5 sampai 7,5 cm pertahun sebagai perluasan dasar laut. Bagian yang ditumpangi menekuk ke bawah dan tenggelam dalam astenosfer, dipanaskan lagi kemudian pecah lagi, meleleh dan terserap masuk kembali ke bagian dalam bumi. Pergeseran dan retaknya lithosfer kemudian runtuh, menyebabkan terjadinya gempa tektonis. Perluasan dasar laut menyebabkan jarak antara benua bertambah lebar. Beradasarkan batuan beku yang dirasakan sangat keras, seakan-akan bumi ini merupakan satu kesatuan, namun sebenarnya terdiri dari lempengan tipis dan kaku seperti cangkang telur yang retak-retak. Di bumi ini ada 6 lempengan utama, yaitu: a) Lempengan Amerika, terdiri dari Amerika Utara dan Selatan serat separuh dasar bagian Barat Samudera Atlantik. b) Lempeng Afrika, terdiri dari Afrika dan sebagian samudera di sekitarnya. c) Lempeng Eurasia, terdiri dari Asia, Eropa dan dasar laut sekitarnya. d) Lempeng India, meliputi anak benua itu dan dasar samudera sekitanya. e) Lempeng Australia, terdiri dari Australia dan samudera sekitanya. f) Lempeng Pasifik, yang mendasari Samudera Pasifik. Selain lempengan utama di atas, ada pula beberapa jenis lempengan lainnya, yaitu seperti Lempeng Nazca, Lempeng Antarktika serta sejumlah lempeng-lempeng regional lainnya, seperti Lempeng Laut Filipina, Lempeng Cocos, Lempeng Arab, Lempeng Persia, Lempeng Cina, dll. 3 Kelompok III By : Muhtadi (95420) BB 17 UNP Gambar 2 Garis-garis Lempengan Bumi Lempengan-lempengan tersebut setiap saat mengalami gerakan horizontal yang antara lain menimbulkan pemisahan benua seperti yang dikemukakan oleh Wegener. Akibatnya, Benua Amerika makin jauh dari Benua Afrika, sedangkan Benua Australia karena desakan pematang tengah samudera di sebelah Selatannya mengakibatkan benua itu makin mendekat ke Indonesia. Di samping gerakan horizontal, terjadi pula gerakan vertikal, yaitu desakan lava yang keluar dari lempengan di Samudera Indonesia yang menyebabkan anak benua India makin terdesak ke Utara. Tapi karena daratan Asia cukup kuat, untu bertahan, maka terjadilah kerutan bumi berupa Pegunugan Himalaya yang tinggi. Demikian pula akibat pematang tengah di Laut Tengah yang mendesak Eropa ke Utara, maka terjadilah Pegunungan Alpen sebagai kerutan bumi (Plate Tektonic Theory). Secara alami lempengan mengalami perusakan dan pembangunan kembali (putus dan berasambung) yang gerakan lempengnya menjadi gempa tektonik. Prose perusakan dan pembangunan kembali wujudnya adalah patahnya daratan akibat desakana di dasar laut, sehingga di 4 Kelompok III By : Muhtadi (95420) BB 17 UNP daratan terjadi retakan. Di sepanjang retakan ini muncul pegunungan yang di beberapa tempat lahir gunung berapi seperti pegunungan Rocky Mountain di pantai Barat Amerika. Indonesia merupakan salah satu daerah yang sering diguncang gempa karena letaknya tepat pada pertemuan dua deretan pegunungan lipatan muda Circum Pasific dan Mediterania. Juga merupakan pertemuan tiga lempeng lithosfer, yaitu lempengan India sebelah Barat, lempengan Australia sebelah Barat dan Selatan, dan lempengan Samudera Pasifik sebelah Timur, sehingga daratan Indonesia termasuk tidak tenang. Penyebab terjadinya pegerakan lempeng yaitu: a) Adanya arus konveksi dalam tubuh bumi, yakni: arus konveksi dari batas inti dan mantel yang muncul ke permukaan bumi (thermal plume) dan melalui litosfer dan mantle kembali ke batas inti – mantel. b) Adanya panas pada batas inti–mantel yang muncul ke permukaan bumi sebagai hotspot. Ada empat macam gerakan lempeng, antara lain: a) Subduksi b) Pemekaran c)Tumbukan d) Sesar Gambar 3 Macam-macam Pergerakan Lempeng Bumi Fakta ilmiah di atas sebelumnya telah diterangkan oleh Allah SWT. Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam 5 Kelompok III By : Muhtadi (95420) BB 17 UNP sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak. Hal ini diterangkan Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah An-Naml ayat 88 yang berbunyi: Artinya: "Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) Perbuatan Allah Yang Membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Al Qur'an, 27:88) Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi. Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13). Al Qur’an mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung, sebagaimana yang terdapat dalam Surah Al-Anbiyâ’ ayat 31 yang berbunyi: 6 Kelompok III By : Muhtadi (95420) BB 17 UNP Artinya: "Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan tlah Kami Jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk." (Al Qur'an, 21:31) Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi. Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern. Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi. Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut: “pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma” (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305) Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah perumpamaan sebagai "pasak". Hal ini telah Allah SWT wahyukan dalam Surah An-Naba’ ayat 6-7, yaitu: Artinya: "Bukankah Kami telah Menjadikan bumi itu sebagai hamparan? (6); Dan gunung-gunung sebagai pasak? (7)" (Al Qur'an, 78:6-7) 7 Kelompok III By : Muhtadi (95420) BB 17 UNP Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan- lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaranlembaran kayu tetap menyatu. Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah "isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut: “Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi” (Webster's New Twentieth Century Dictionary, 2. edition "Isostasy", New York, s. 975). 2. Samudera Berdasarkan teori Wegener, pergeseran bagian bumi bersifat vertical (geoinklinal) maupun horizontal yang masih berlangsung terus-menerus hingga saat ini. Salah satu akibat dari peristiwa ini adalah terbentunya Pegunungan Himalaya dan terbentuknya Samudera Hindia (Indonesia) yang dalam. Samudera Pasifik atau Lautan Teduh terbentuk karena massa bumi pada saat masih berupa cairan terlepas dari permukaan bumi. Hal itu terjadi mungkin dipengaruhi oleh rotasi bumi yang menimbulkan gaya sentripetal (gaya menjauhi pusat) dan gaya tarik benda angkasa yang lain (Teori Tidal). Teori terlepasnya bagian dari massa bumi ini lalu membentuk bulan, didukung oleh kenyataan bahwa membesarnya lekukan Pasifik di permukaan bumi ini, bila dihitung kira-kira sama dengan jumlah massa dari bulan. Jenis batuan di bulan pun ternyata serupa dengan batuan Silisium Magnesium (Sima) yang terdapat di dasar Samudera Pasifik. Teori lain mengatakan bahwa bumi yang semula berupa awan panas, mencair dan bertemperatur tinggi, kemudian berangsur-angsur mendingin membentuk bumi purba yang berupa daratan dan terjadilah benua. Pada saat bumi mendingin, banyak unsur yang berupa gas terutama H2 dan CH4. H2 terlepas dalam bentuk gas, keluar berbentuk lapisan awan tebal melapisi bumi 8 Kelompok III By : Muhtadi (95420) BB 17 UNP purba, demikian selanjutnya terjadi penguraian karena terkena sinar matahari langsung, sehingga terjadilah lapisan udara atau atmosfer yang sekarang ini. Bersamaan dengan terbentuknya atmosfer, terjadi pula proses pendinginan udara dan hujan yang sekaligus akan mempercepat pendinginan bumi. Siklus yang berlangsung bermilyaran-milyaran tahun akan membentuk kumpulan air di lekukan-lekukan permukaan bumi. Lautan purba yang pada mulanya diduga hanya 10% dari lautan yang ada pada saat sekarang ini. Kondensasi yang dialami bumi akibat dari siklus massa udara panasdingin dan siklus hujan-penguapan menyebabkan jumlah air yang menutupnya makin luas, hingga sekarang ini kira-kira 75% atau 11.375 juta km3 air di permukaan bumi dan disebut lautan atau samudera. Gejala suhu bumi semakin meningkat pada akhir abad ke-20 sehingga menyebabkan mencairnya es di kutub dan salju di puncah-puncak pegunungan yang berakibat semakin meluasnya permukaan laut. Semula manusia mengira bahwa dasar lautan rata seperti dataran di atas benua luas. Pengukuran dalamnya laut oleh manusia sebelum ditemukan kapal selam, hanya dengan batu yang diikat tali oleh juru batu, dan kemudian diukur dengan alat penduga gema dengan gelombang bunyi. Baru menjelang Perang Dunia II dengan alat-alat elektronik canggih, kapal selam dapat memetakan dasar laut. Dan setelah Perang Dunia II dan dengan semakin lengkapnya saran, maka semakin banyaknya manusia tertarik akan keadaan dasar laut yang memiliki pesona alam dan memberikan harapan terhadap kepentingan kehidupan manusia. Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al Qur’an sebagaimana yang terdapat dalam Surah Ar-Rahmân ayat 19-20, yaitu: Artinya: 9 Kelompok III By : Muhtadi (95420) BB 17 UNP "Dia Membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu (19); Antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masingmasing[1443] (20)." (Al Qur'an, 55:19-20) Keterangan: [1443] di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la “yabghiyan” maksudnya masing-masingnya tidak menghendaki. Dengan demikian maksud ayat 19-20 ialah bahwa ada dua laut yang keduanya tercerai karena dibatasi oleh tanah genting, tetapi tanah genting itu tidaklah dikehendaki (tidak diperlukan). Maka pada akhirnya, tanah genting itu dibuang (digali untuk keperluan lalu lintas), Maka bertemulah dua lautan itu, seperti terusan Suez dan terusan Panama. Terdapat gelombang besar, arus kuat, dan gelombang pasang di Laut Tengah dan Samudra Atlantik. Air Laut Tengah memasuki Samudra Atlantik melalui selat Jibraltar. Namun suhu, kadar garam, dan kerapatan air laut di kedua tempat ini tidak berubah karena adanya penghalang yang memisahkan keduanya. Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan "tegangan permukaan", air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93). E. Gempa Bumi dan Tsunami 1. Gempa Bumi Gempa bumi bukanlah suatu hal yang baru bagi kita. Gempa bumi bisa disebabkan oleh berbagai sumber, antara lain: a) Letusan gunung berapi (erupsi vulkanik) atau disebut gempa vulkanik b) Tumbukan meteor c) Ledakan bawah tanah (seperti uji nuklir), dan d) Pergerakan kulit bumi. 10 Kelompok III By : Muhtadi (95420) BB 17 UNP Yang paling sering kita rasakan adalah karena pergerakan kulit bumi, atau disebut gempa tektonik. Berdasarkan Seismologi (ilmu yang mempelajari fenomena gempa bumi), gempa tektonik dijelaskan oleh "Teori Lapisan Tektonik" atau disebut juga dengan “Teori Tektonik Lempeng” (Theory of Plate Tetonics) yaitu teori tentang konstruksi lempeng bumi. Kerak bumi terdiri dari lempeng-lempeng yang membungkus bumi. Teori ini menyebutkan lapisan bebatuan terluar yang disebut lithosfer yang mengandung banyak lempengan dan berupa lapisan keras. Di bawah litosfer ada lapisan yang disebut asthenosphere (astenosfer) yang bersifat lunak (plastis). Lapisan astenosfer ini seakan-akan melumasi bebatuan tersebut sehingga mudah bergerak. Hal ini dipelajari atau dibahas juga dalam “Geodinamika” (pergerakan lapisan bumi). Di antara dua lapisan ini, bisa terjadi tiga hal, yaitu lempengan bergerak saling menjauh, maka magma dari perut bumi akan keluar menuju permukaan bumi. Magma yang sudah di permukaan bumi ini disebut lava. Lempengan bergerak saling menekan, maka salah satu lempeng akan naik atau turun, atau dua-duanya naik atau turun. Inilah cikal gunung atau lembah, atau lempengan bergerak berlawanan satu sama lain, misalnya satu ke arah Selatan dan satunya ke arah Utara. Gambar 4 Teori Lapisan Tektonik (Teori Tektonik Lempeng) 11 Kelompok III By : Muhtadi (95420) BB 17 UNP Prediksi di atas akan menimbulkan getaran yang dilewatkan oleh media tanah dan batu. Getaran ini disebut gelombang seismik (seismic wave) yang bergerak ke segala arah, dan inilah yang disebut gempa. Lokasi di bawah tanah tempat sumber getaran disebut focus/pusat gempa. Jika fenomena lempengen bergerak saling menekan atau bertemu terjadi di dasar laut, ketika salah satu lempengan naik atau turun, maka volume daerah di atasnya akan mengalami perubahan kondisi stabilnya. Apabila lempengan itu turun, maka volume daerah itu akan bertambah. Sebaliknya apabila lempeng itu naik, maka volume daerah itu akan berkurang. Perubahan volume tersebut akan mempengaruhi gelombang laut. Air dari arah pantai akan tersedot ke arah tersebut. Gelombang-gelombang (tidak hanya sekali) menuju pantai akan terbentuk karena massa air yang berkurang pada daerah tersebut (efek dari hukum Archimedes); karena pengaruh gaya gravitasi, air tersebut berusaha kembali mencapai kondisi stabilnya. Ketika daerah tersebut cukup luas, maka gelombang tersebut mendapatkan tenaga yang lebih dahsyat. Inilah yang disebut tsunami. 2. Tsunami Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang terdiri dari dua kata, yaitu: “Tsu” = Pelabuhan “Nami” = Gelombang Ini adalah terminologi untuk menyebutkan fenomena gelombang laut yang tinggi dan besar akibat dari gangguan mendadak pada dasar laut yang secara vertikal mengurangi volume kolom air. Gangguan mendadak ini bisa datang dari gempa yang disebabkan empat hal yang disebutkan di atas. Tsunami menjadi bagian bahasa dunia setelah gempa besar 15 Juni 1896 menimbulkan gelombang besar (tsunami) yang melanda kota pelabuhan Sanriku (Jepang) dan menewaskan 22.000 orang serta merusak pantai timur Honshu sepanjang 280 km. Tsunami adalah gelombang laut yang disebabkan oleh gempa bumi, tanah longsor atau letusan gunung berapi yang terjadi di laut. Gelombang Tsunami bergerak dengan kecepatan ratusan kilometer per jam di lautan dalam 12 Kelompok III By : Muhtadi (95420) BB 17 UNP dan dapat melanda daratan dengan ketinggian gelombang mencapai 30 m atau lebih. Magnitudo Tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5-4,5 skala Imamura, dengan tinggi gelombang Tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara 4-24 meter dan jangkauan gelombang ke daratan berkisar antara 50 sampai 200 meter dari garis pantai. Berdasarkan Katalog Gempa (1629 - 2002), di Indonesia pernah terjadi Tsunami sebanyak 109 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide), 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali akibat gempabumi tektonik. Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa yang mempunyai mekanisme fokus dengan komponen dip-slip, yang terbanyak adalah tipe thrust (Flores, 1992) dan sebagian kecil tipe normal (Sumba, 1977). Gempa dengan mekanisme fokus strike-slip kecil sekali kemungkinan untuk menimbulkan tsunami. Tanda-tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah: a) Air laut yang surut secara tiba-tiba. b) Bau asin yang sangat menyengat. c) Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat keras. Gambar 5 Tahap-tahap terjadinya Tsunami Tsunami terjadi jika: a) Gempa besar dengan kekuatan gempa > 6.3 SR b) Lokasi pusat gempa di laut 13 Kelompok III By : Muhtadi (95420) BB 17 UNP c) Kedalaman dangkal < 40 Km d) Terjadi deformasi vertikal dasar laut. Potensi Tsunami di Indonesia Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap Tsunami, terutama kepulauan yang berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng, antara lain Barat Sumatera, Selatan Jawa, Nusa Tenggara, Utara Papua, Sulawesi dan Maluku, serta Timur Kalimantan. Tsunami di Indonesia pada umumnya adalah Tsunami lokal, dimana waktu antara terjadinya gempa bumi dan datangnya gelombang Tsunami antara 20-30 menit. Indonesia merupakan salah satu daerah yang sering diguncang gempa karena letaknya tepat pada pertemuan dua deretan pegunungan lipatan muda Circum Pasific dan Mediterania. Juga merupakan pertemuan tiga lempeng lithosfer, yaitu lempengan India sebelah Barat, lempengan Australia sebelah Barat dan Selatan, dan lempengan Samudera Pasifik sebelah Timur, sehingga daratan Indonesia termasuk tidak tenang. Gambar 6 Peta Wilayah Rawan Tsunami di Indonesia (garis merah) 14 Kelompok III By : Muhtadi (95420) BB 17 UNP DAFTAR RUJUKAN Hendro Darmodjo dan Yeni Kaligis. 2004. Ilmu Alamiah Dasar. Ed. Rev. Cet.10. Jakarta: Universitas Terbuka. Abdullah Aly dan Eny Rahma. 2006. MKDU Ilmu Alamiah Dasar. Cet. 3. Jakarta: Bumi Aksara. Akbar. 2007. Geofisika (Tsunami). Tersedia dalam http://www.bmg.go.id/data.bmg?Jenis=Teks&IDS=8704394716716499700 (online). Diakses tanggal 24 April 2009. Bali Post. Edisi: Senin, 4 April 2005. Fenomena Tsunami dari Gempa Bumi. Tersedia dalam http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/4/4/l5.htm (online). diakses tanggal 24 April 2009. Jacub Rais. 2006. Indonesia di antara Dua Samudera, Dua Benua dan Tiga Lempeng Tektonik Mega (Gempa, Gunung Api dan Tsunami). Tersedia dalam http://www.mit.ipb.ac.id/files/Indonesia%20di%20antara%20Tiga%20Lempeng %20Tektonik%20Mega.pdf (online). Diakses tanggal 24 April 2009. http://www.keajaibanalquran.com/earth_movements.html (online). Diakses tanggal 23 April 2009. http://www.keajaibanalquran.com/earth_mountains.html (online). Diakses tanggal 23 April 2009. http://www.keajaibanalquran.com/earth_seas.html (online). Diakses tanggal 23 April 2009. 15