digilib.uns.ac.id1 perpustakaan.uns.ac.id THE EFFECT OF REALITY PSYCHOTHERAPY ON THE INCREASING OF SEROTONIN AND DECREASING OF DEPRESSION SCORE IN CERVICAL CANCER PATIENT PENGARUH PSIKOTERAPI REALITAS TERHADAP PENINGKATAN SEROTONIN DAN PENURUNAN SKOR DEPRESI PASIEN KANKER SERVIKS Sultoni Emillya Anggraeni, Supriyadi Hari Respati, Soetrisno. Department of Obstetrics and Gynaecology Faculty of Sebelas Maret University Dr. Moewardi General Hospital Surakarta Abstract Background : Cervical cancer is the primary cancer from cervix that caused by Human Papiloma Virus (HPV) infection. A woman diagnosed with cervical cancer, particularly advanced stadium, will experience emotional stress resulting in her lowered life quality leading to depression that will lower serotonin level and increase depression score. The administration of reality psychotherapy can exert positive effect. Objective : To analyze the effect of reality psychotherapy on serotonin level and depression score in the patients with advanced-stage cervical cancer in dr. Moewardi Local General Hospital. Method : This study employed experimental quasi non randomized pre post test design, with 15 subjects of research. The research was taken place in obstetric and gynecology policlinic of dr. Moewardi Local General Hospital and Prodia Laboratory, starting in March 2015. Result : The average distribution of serotonin level in the subjects after treatment seemed to be higher (223.59+41.20), compared with those before treatment (82.77 + 27.02). An analysis of t-test showed that there was a significant difference of serotonin level in the subjects before and after treatment with p value = 0.00 (p < 0.01). The average distribution of depression score in the subjects after treatment seemed to be lower (11.40 + 4.80) compared with those before treatment (17.33 + 5.52). T-test analysis showed that there was a significant difference of depression score in the subjects before and after treatment with p value = 0.00 commit to user (p < 0.01). digilib.uns.ac.id2 perpustakaan.uns.ac.id Conclusion : There was a significant effect of reality psychotherapy on serotonin level in cervical cancer patient. There was a significant effect of reality psychotherapy on depression score in cervical cancer patient Keywords : Serotonin, depression score, reality psychotherapy, advanced-stage cervical cancer. Abstrak Latar Belakang : Kanker serviks merupakan kanker primer dari serviks yang disebabkan oleh infeksi human papilloma virus (HPV). Seorang wanita yang terdiagnosis kanker serviks khususnya stadium lanjut akan mengalami stres emosional yang dapat berlanjut ke arah depresi. Keadaan ini akan berdampak pada penurunan kualitas hidup, penurunan kadar serotonin dan peningkatan skor depresi. Pemberian psikoterapi realitas dapat berdampak positif. Tujuan : Menganalisis terjadinya pengaruh psikoterapi realitas terhadap kadar serotonin dan skor depresi pasien kanker serviks stadium lanjut di RSUD dr Moewardi Surakarta. Metode Penelitian : experimental quasi non randomized pre post test design, dengan 15 subyek penelitian. Penelitian dilakukan di bangsal dan poliklinik kebidanan dan kandungan RSUD dr Moewardi Surakarta dan Laboratorium Prodia, dimulai bulan Maret 2015. Hasil : Distribusi rerata kadar serotonin pada subyek sesudah psikoterapi realitas lebih tinggi (223.59+41.20), dibandingkan dengan sebelum psikoterapi realitas (82.77+27.02). Analisis uji t terbukti bahwa terdapat perbedaan sangat signifikan kadar serotonin pada subyek sebelum dan sesudah psikoterapi realitas dimana nilai p=0.00 (p<0.01). Distribusi rerata skor depresi pada subyek sesudah psikoterapi realitas lebih rendah (11.40+4.80), dibandingkan dengan sebelum psikoterapi realitas (17.33+5.52). Analisis uji t terbukti bahwa terdapat perbedaan sangat signifikan skor depresi pada subyek sebelum dan sesudah psikoterapi realitas dimana nilai p=0.00 (p<0.01). Kesimpulan : Terdapat pengaruh psikoterapi realitas terhadap kadar serotonin pada pasien kanker serviks dan secara statistik bermakna. Terdapat pengaruh psikoterapi realitas terhadap skor depresi pada pasien kanker serviks dan secara statistik bermakna. Kata kunci : Serotonin, skor depresi, psikoterapi realitas, kanker serviks stadium lanjut. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id3 Pendahuluan Kanker serviks yaitu kanker yang berasal dan tumbuh pada serviks, khususnya epitel atau lapisan luar permukaan serviks yang sebagian besar disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV). Kanker ini berasal dari metaplasia epitel di skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan dari mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis. Setiap tahunnya terdapat 500.000 kasus baru pada kanker serviks dan lebih dari 250.000 kematian yang ada di dunia. Di Indonesia yang mempunyai penduduk sekitar 220 juta jiwa, terdapat sekitar 52 juta wanita yang terancam penyakit kanker serviks.1 Sekarang 80% kasus kanker serviks berada pada urutan pertama sebagai penyebab kematian yang disebabkan oleh kanker pada wanita usia reproduksi.2 Seorang wanita yang terdiagnosis dengan kanker serviks khususnya dalam stadium lanjut akan menimbulkan stres emosional yang berdampak menurunnya kualitas hidup wanita tersebut yang akan berlanjut ke arah depresi karena harus menjalani rangkaian terapi yang bertahap.3 Serotonin dihasilkan dari metabolisme tryptophan yang merupakan asam amino essensial, yang kemudian akan mengalami hidroksilasi menjadi 5-hidroksitryptophan (5HTP) dan kemudian mengalami dekarboksilasi menjadi 5-hidroksitriptamin (5-HT, serotonin) yang terdapat relatif tinggi di hipotalamus dan otak tengah. Serotonin bekerja sebagai transmitter pada ujung sinaps antara neuron satu dengan neuron lainnya, yang akan mempercepat proses penyampaian impuls. Serotonin disekresikan oleh ujung-ujung serat dari nuklei (neuron) raphe yang terletak di separuh bagian bawah pons dan medula. Fungsi sistem serotonin di otak ditentukan oleh lokasi sistem proyeksinya. Proyeksi pada korteks frontal diperlukan untuk pengaturan mood, proyeksi pada ganglia basalis bertanggung jawab pada gangguan obsesif kompulsif. Kecemasan dan panik diperantarai oleh fungsi serotonin pada sistem limbik, dan gangguan tidur diperantarai oleh kurangnya serotonin pada pusat tidur di batang otak.4 Psikoterapi realitas dapat menurunkan gejala yang berhubungan dengan terapi dan penyakit, yang akan meningkatkan kepatuhan pasien untuk menjalani terapi, memperbaiki indikator sistem imun, dan akan meningkatkan kualitas hidup.5 Psikoterapi realitas memiliki kelebihan dibandingkan dengan psikoterapi yang lain dikarenakan mudah dipahami, dapat diterima, lebih murah, dan jangka waktu terapi lebih singkat.6 Beck Depression Inventory (BDI) disusun pada tahun 1961 oleh Dr. Aaron T. Beck dan commit to user dikembangkan untuk menilai manifestasi depresi pada tingkah laku remaja dan orang dewasa. digilib.uns.ac.id4 perpustakaan.uns.ac.id BDI dirancang untuk menstandarisasi penilaian keparahan depresi serta menggambarkan secara sederhana gejala dibuat selama perjalanan psikoanalisis atau psikoterapi. Sikap dan gejala depresi tampak spesifik pada kelompok pasien ini, kemudian BDI digambarkan oleh pernyataan-pernyataan, dan penilaian numerik pada masing-masing pernyataan.7 Hipotesis Terdapat pengaruh psikoterapi realitas terhadap peningkatan kadar serotonin serum pada pasien kanker serviks stadium lanjut. Terdapat pengaruh psikoterapi realitas terhadap penurunan skor depresi pada pasien kanker serviks stadium lanjut. Metode Penelitian Jenis penelitian adalah experimental quasi non randomized pre post test design. Subyek di bangsal dan Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUD dr. Moewardi Surakarta berjumlah 15 subyek pasien kanker serviks stadium lanjut. Rancangan Penelitian Dari populasi yang didapat yaitu pasien kanker serviks yang sudah masuk ke kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Didapatkan subyek yang masuk ke kriteria inklusi menjadi subyek penelitian dan dilakukan pemeriksaan kadar serotonin serum dan skor depresi menggunakan skor BDI, setelah itu diberikan intervensi psikoterapi realitas. Sesudah dilakukan intervensi psikoterapi realitas subyek dilakukan pemeriksaan ulang lagi kadar serotonin serum dan skor depresinya. Kemudian hasilnya di uji dengan statistik. Kriteria inklusi : pasien dengan diagnosis kanker serviks stadium lanjut, dapat berkomunikasi dengan baik, bisa berbahasa Indonesia, bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani surat persetujuan, umur 35 – 55 tahun, memenuhi kriteria BDI (dari ringan sampai sedang) Kriteria eksklusi : menderita kanker pada organ lain selain serviks, sedang dalam masa kehamilan, mengalami gangguan mental berat (psikotik), terdapat riwayat pengobatan depresi Prosedur Penelitian Penelitian dimulai dengan memohon ijin kepada direktur RSUD Dr. Moewardi, Surakarta dan mengajukan ethical clearance. Subyek diberikan psikoterapi realitas sebanyak 6 kali pertemuan seminggu sekali selama 45 menit. Kadar serotonin serum dan skor BDI diukur sebelum dan sesudah psikoterapi realitas kemudian dianalisis menggunakan uji t dengan bantuan program SPSS commit to user digilib.uns.ac.id5 perpustakaan.uns.ac.id Hasil Tabel 1. Data Subyek Penelitian Variabel Kategori Jumlah % Umur <40 tahun 2 13.3 >40 tahun 13 86.6 Bekerja 5 33.3 IRT 10 55.7 Rendah 12 80.0 Tinggi 3 20.0 Pekerjaan Pendidikan Dari data di atas didapatkan bahwa umur penderita kanker serviks stadium lanjut yang melakukan psikoterapi realitas terbanyak berumur > 40 tahun sebanyak 13 kasus (86.6%), sebagai ibu rumah tangga 10 kasus (55.7%), berpendidikan rendah sebanyak 12 kasus (80.0%). Tabel 2. Hasil uji normalitas data serotonin pasien kanker serviks stadium lanjut sebelum dan sesudah psikoterapi realitas Kelompok N P Sebelum psikoterapi 15 0.128 Sesudah psikoterapi 15 0.087 Signifikan p > 0.05 Analisis variabel serotonin dengan menggunakan uji distribusi normal (Kolmogorov Smirnov) pada kelompok sebelum psikoterapi realitas dan kelompok sesudah psikoterapi realitas terdistribusi secara normal dengan nilai p = 0.128 (p > 0.05) untuk kelompok sebelum psikoterapi realitas dan p = 0.087 (p > 0.05) untuk kelompok sesudah psikoterapi realitas, sehingga serotonin pada kelompok sebelum psikoterapi realitas dan kelompok sesudah psikoterapi realitas adalah homogen. Tabel 3. Uji beda rerata serotonin pada kelompok sebelum psikoterapi realitas dan kelompok sesudah psikoterapi realitas Kelompok Besar sampel (N) Kadar Serotonin P Sebelum Psikoterapi 15 82.77 + 27.02 Sesudah Psikoterapi 15 223.59 + 41.20 Signifikan p < 0.05 commit to user 0.00* digilib.uns.ac.id6 perpustakaan.uns.ac.id Dari tabel diatas terlihat bahwa distribusi rerata kadar serotonin pada kelompok sesudah psikoterapi realitas tampak lebih tinggi (223.59 + 41.20), dibandingkan dengan kelompok sebelum psikoterapi realitas (82.77 + 41.20). Tabel 4. Hasil uji normalitas data skor depresi pasien kanker serviks stadium lanjut sebelum dan sesudah psikoterapi realitas Kelompok N P Sebelum Psikoterapi 15 0.074 Sesudah Psikoterapi 15 0.053 Signifikan p > 0.05 Analisis variabel skor depresi dengan menggunakan uji distribusi normal (Kolmogorov Smirnov) pada kelompok sebelum psikoterapi realitas dan kelompok sesudah psikoterapi realitas terdistribusi secara normal dengan nilai p = 0.074 (p > 0.05) untuk kelompok sebelum psikoterapi realitas dan p = 0.053 (p > 0.05) untuk kelompok sesudah psikoterapi realitas, sehingga skor depresi pada kelompok sebelum dan kelompok sesudah psikoterapi realitas adalah homogen. Tabel 5. Uji beda rerata skor depresi pada kelompok sebelum psikoterapi realitas dan kelompok sesudah psikoterapi realitas Kelompok Besar sampel Skor BDI P (N) Sebelum Psikoterapi 15 17.33 + 5.52 Sesudah Psikoterapi 15 11.40 + 4.80 0.00* Signifikan p < 0.05 Dari tabel diatas terlihat bahwa distribusi rerata skor depresi pada kelompok sesudah psikoterapi realitas tampak lebih rendah (11.40 + 4.80), dibandingkan dengan kelompok sebelum psikoterapi realitas (17.33 + 5.52). Pembahasan Di Indonesia insidensi kanker serviks belum jelas diketahui, tetapi diperkirakan merupakan kanker yang terbanyak yaitu kurang lebih 36%, dan ditemukan 40 ribu kasus baru setiap tahunnya. Sebanyak 66,4% pasien datang sudah dalam keadaan stadium lanjut, yaitu IIB IVB dan 37,3% atau lebih dari sepertiga kasus berada di stadium IIIB, stadium di mana fungsi ginjal sudah terganggu.1 Kasus ini memerlukan perhatian khusus, dikarenakan 87 % kanker serviks terjadi di negara berkembang kanker serviks dan menjadi penyebab kematian kedua yang disebabkan oleh kanker.8 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id7 Beberapa masalah yang muncul pada kasus kanker serviks adalah ketidak tahuan perempuan yang berisiko tinggi untuk melakukan skrining awal. Tujuan dilakukan skrining adalah untuk mengidentifikasi kejadian suatu penyakit di setiap populasi sehingga diharapkan dapat dilakukan intervensi dan penatalaksanaan lebih dini.2 Penelitian terdahulu menyebutkan tentang perbedaan kadar kortisol serum pasien kanker serviks stadium lanjut setelah intervensi psikoterapi realitas dengan terapi standart di RSUD. Dr. Moewardi Surakarta 2015 didapatkan hasil bahwa ada perbedaan bermakna kadar kortisol serum pada kanker serviks stadium lanjut yang dilakukan intervensi psikoterapi realitas dengan nilai p = 0.001 dengan OR 16 yang artinya penggunaan psikoterapi realitas pada penderita kanker serviks stadium lanjut dapat menurunkan kadar kortisol menjadi 16 kali bila dibandingkan terapi standart.9 Kesamaan dengan penelitian ini adalah perihal penggunaan intervensi psikoterapi realitas. Penelitian lain tentang perbedaan kadar serotonin dan skor nyeri pada kanker serviks stadium lanjut setelah psikoterapi realitas di RSUD. Dr. Moewardi Surakarta tahun 2015 didapatkan hasil p = 0.00 yang berarti terdapat perbedaan kadar serotonin pasien kanker serviks stadium lanjut setelah diberikan psikoterapi realitas bila dibandingkan yang hanya mendapat terapi standart, dan secara statistik sangat bermakna.10 Kesamaan dengan penelitian ini adalah dilakukannya pemeriksaan kadar serotonin, tetapi pada penelitian terdahulu tersebut tidak diukur skor depresi pasien kanker serviks untuk mengetahui tingkat depresinya. Penelitian lain tentang tingkat depresi pada pasien - pasien kanker serviks uteri yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan skala Beck Depression Inventory, dengan hasil bahwa dijumpai depresi sedang pada 37,3 % kasus dan depresi berat 34,7 % kasus.11 Pada penelitian ini hanya diukur skor BDI pada pasien kanker serviks saja tanpa diukur kadar serotoninnya. Penelitian tentang keterkaitan kadar serotonin serum dengan skor depresi sesudah dilakukan intervensi psikoterapi realitas pada pasien kanker serviks stadium lanjut belum pernah dilakukan. Berdasar dari beberapa penelitian tersebut diatas penulis mencermati bahwa psikoterapi realitas sangat berperan sebagai terapi tambahan pada pasien kanker serviks stadium lanjut. Penulis ingin menilai sampai sejauh mana peran psikoterapi realitas dalam menurunkan skor depresi terkait dengan peningkatan kadar serotonin serum. Penderita kanker serviks stadium lanjut biasanya akan timbul stres. Lama kelamaan hal ini akan membuat depresi. Depresi sendiri dapat terjadi karena ketakutan, kecemasan, commit to user kebingungan mengenai penyakitnya, perasaan bersalah bercampur dengan kekhawatiran digilib.uns.ac.id8 perpustakaan.uns.ac.id mengenai aktivitas seksual di masa depan yang akan terganggu setelah pengobatan kanker, dan sebagainya.2 Depresi merupakan suatu penyakit yang dapat mempengaruhi tubuh, pikiran dan perasaan serta mempengaruhi pola makan, tidur dan mood individu. Kejadian depresi pada penyakit terminal dan kronik mencapai 20%, diabetes (9%-27%) dan stroke (20%30%).12 Pemberian psikoterapi akan memperbaiki kualitas hidup termasuk meningkatkan five years surival rate.13 Psikoterapi realitas merupakan bentuk pengobatan yang direkomendasikan pertama kali untuk depresi. Psikoterapi membantu pasien depresi dengan memahami tingkah laku, emosi, dan ide yang berperan pada keadaan depresinya. Dengan memahami dan mengidentifikasi masalah-masalah atau peristiwa dalam hidup yang berperan didalam depresi penderita dan membantu penderita memahami aspek-aspek dari masalah ini sehingga mereka dapat menyelesaikan dan memperbaikinya.14 Dengan intervensi psikoterapi realitas, aktivitas VMPFC akan meningkat dan aktivitas amygdala akan menurun. Hal ini menyebabkan aktivitas DRVL juga ikut turun sehingga serotonin transporter menjadi lebih sedikit. Selain itu aktivitas DRD dan DRV ikut meningkat sehingga kadar serotonin meningkat. Terdapat beberapa penelitian yang mempelajari pengaruh psikoterapi pada pasien kanker. Dijelaskam bahwa psikoterapi dapat mempengaruhi fungsi psikososial dan imunitas, serta membuat proliferasi limfosit menjadi lebih baik.4 BDI dikembangkan untuk menilai manifestasi depresi dan tingkah laku remaja dan orang dewasa. Dirancang untuk menstandarisasi penilaian keparahan depresi seta menggambarkan secara sederhana gejala selama perjalanan psikoanalisa atau psikoterapi.7 Penelitian ini dilaksanakan menggunakan subyek pasien kanker serviks stadium IIB-IVA di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kadar serotonin diukur pada pasien kanker serviks stadium lanjut sebelum dan sesudah diberikan psikoterapi realitas dan kemudian hasilnya diuji secara statistik. Penulis menemukan pada penelitian yang dilakukan ditemukan skor depresi pada subyek sebelum mendapatkan psikoterapi realitas (17.33+5.52) dan sesudah mendapatkan perlakuan hasilnya lebih rendah (11.40+4.80). Adapun pada pemeriksaan kadar serotonin pada subyek sebelum mendapatkan perlakuan (82.77+27.02) dan sesudah perlakuan ditemukan kadar serotonin lebih tinggi (223.59+41.20). Setelah dilakukan uji t, hasilnya menunjukkan terdapat perbedaan kadar serotonin pada pasien kanker serviks stadium lanjut sebelum sesudah diberikan psikoterapi commit todibanding user realitas, nilai kadar serotonin sesudah psikoterapi realitas terjadi peningkatan dibandingkan digilib.uns.ac.id9 perpustakaan.uns.ac.id sebelum psikoterapi realitas didapat nilai p = 0.00 yang berarti terdapat perbedaan yang sangat bermakna. Dari analisis skor depresi menunjukkan adanya perbedaan sebelum dan sesudah psikoterapi realitas, dengan sesudah psikoterapi realitas terdapat penurunan skor depresi. Didapatkan nilai p = 0.00 yang berarti ada perbedaan sangat bermakna skor depresi sebelum dan sesudah psikoterapi realitas. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian psikoterapi realitas dapat menurunkan skor depresi pada pasien kanker serviks stadium lanjut. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya intervensi psikoterapi realitas pada pasien kanker serviks stadium lanjut dapat meningkatkan kadar serotonin dan menurunkan tingkat depresi. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pendukung dari penelitian sebelumnya sehingga psikoterapi realitas dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien kanker serviks stadium lanjut. Kesimpulan Psikoterapi realitas berpengaruh terhadap peningkatan kadar serotonin pasien kanker serviks stadium lanjut dan secara statisik bermakna. Psikoterapi realitas berpengaruh terhadap penurunan skor depresi pasien kanker serviks stadium lanjut dan secara statisik bermakna. Saran Psikoterapi realitas dapat diterapkan pada pasien kanker serviks stadium lanjut di rumah sakit baik yang sedang menjalani perawatan di rawat jalan maupun di bangsal rawat inap sebagai terapi paliatif yang diharapkan dapat memperbaiki kualitas hidup. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai intervensi psikoterapi realitas pada pasien kanker serviks stadium lanjut dengan menggunakan Quality of Life Score. Penelitian selanjutnya perlu memperhatikan faktor – faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya depresi, seperti tingkat spiritual. commit to user 10 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id DAFTAR PUSTAKA 1. Rasjidi I. Epidemilogi Kanker Serviks. Indonesian Journal of Cancer, 3 (3):108. 2009. 2. Prawiroharjo S. Buku Acuan Nasional Onkologi dan Ginekologi. Jakarta: Balai Penerbit Bina Pustaka Jakarta, pp: 442-454. 2010. 3. Berek, Jonathan S. Psychological Issues, Practical Gynecologic Oncology. Philadephia : Lippincott Williams and Wilkins, pp: 836 – 880. 2005. 4. Li Y. Synthesis, Transport and Methabolism of Serotonin Formed Exogenously Applied 5-HTP after Spinal Cord Injury in Rats. Journal of Neurophysiology American Physiological Society. 2013. 5. Newell S., Sanson Fisher R, Savolainen N. Systematic Review of Psychological Therapies for Cancer Patients: Overview and Recommendations for Future Research . J. Natl Cancer Inst, 94(8) : 558 – 584. 2002. 6. Corey G. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi edisi VI. Bandung : Rafika Aditama. 2010. 7. Bakheet Mohammad Sayyet,. Serum Cortisol Levels in Depression Patients. Biochemistry Department Al Azhar Faculty of Medicine Assiust Egypt. International Journal Medical and Biomedical Sciences. https://www.watchpub/ijmbs/index.htm. Diunduh 20 Juli 2014. 8. Campbell Cathy. A Systematic Review of Cognitif Behavioral Intervention in Advanced Cancer. University of Virginia, Departement of Acute and Specialty Care. 2012. 9. Nurinasari, H.. Perbedaan Kadar Kortisol Seum Pasien Kanker Serviks Stadium Lanjut Setelah Intervensi Psikoterapi Realitas Dengan Terapi Standart. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2015. 10. Ardhianto A. Perbedaan Kadar Serotonin dan Skor Nyeri pada Kanker Serviks Setelah Psikoterapi Realitas. Tesis.commit Universitas Sebelas Maret. 2015. to user 11 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 11. Kartika Tama. Tingkat Depresi pada Pasien Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009. Penelitian Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2009. 12. Valcarolis Elizabeth dan Halter. Foundation of Psychiatric Mental Health Nursing : A Clinical Approach. 6th edition. Elsevier in New York. 2010. 13. Zwerens. Eficacy of Psychodinamic Short Term Psychotherapy For Depresed Breast Cancer Patients : Study Protocol For A Randomised Controlled Trial. www.biomedcentral.com. 12: 578. 2012. 14. Holland and Allicie. Management of Distres in Cancer Patient. The Journal of Supportive Oncology. 8 : 4-12. 2010. commit to user