25 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 OVERHEAD CRANE Overhead Crane adalah salah satu jenis Crane yang memiliki suatu gabungan mekanisme peralatan berfungsi untuk mengangkat dan mengangkut material dalam jarak perpindahan yang terbatas dalam lintasan rail (Sriyono, 2011). Jenis-jenis Crane: 1. Overhead Travelling / Bridge Crane 2. Portal / Gantry Crane 3. Jib Crane 4. Tower Crane 5. Mobile Crane 3.1.1 Fungsi Overhead Crane Berdasarkan fungsinya Crane dapat dikelompokkan menjadi : 1. Crane Produksi 2. Crane Maintenance 3. Crane Produksi & Maintenance 3.1.2 Kapasitas Overhead Crane Kapasitas Crane adalah beban maksimal yang diijinkan untuk proses angkat dan angkut oleh Crane. Pembebanan diatas kapasitas Crane hanya dapat dilakukan ketika Sertifikasi Crane yaitu Test Over Load (Sriyono, 2011). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 3.1.3 Karakteristik Menentukan Crane Parameter teknis Crane adalah ditentukan sesuai dengan regulasi FEM (European Material Handling Federation) yang terlampir pada lampiran B dengan hubungan tipe dari beban yang akan ditangani, rata-rata waktu operasi per hari, kapasitas angkat beban dan layout dari kabel (Jaso, 2016). Untuk menentukan waktu operasi per hari dapat dilakukan dengan persamaan : Waktu operasi per hari = (3.1) Keterangan satuan : Waktu operasi per hari = Jam Tinggi angkat beban = Meter Siklus per jam = Tidak ada Waktu layanan per hari = Jam Kecepatan angkat beban = Meter per menit 3.1.4 Pergerakan Overhead Crane 1. Hoisting-Lowering, Pergerakan mengangkat atau menurunkan material/beban. 2. Long Travelling, Pergerakan memanjang seluruh Crane. 3. Cross Travelling / Traversing, Pergerakan melintang Trolley pada Bridge Crane. 3.1.5 Komponen Overhead Crane Untuk menunjang semua pergerakan crane dibutuhkan beberapa komponen yang memiliki fungsi berbeda-beda, tetapi pada umumnya setiap komponen overhead crane memiliki standar internasional sehingga mempermudah untuk proses maintenance dan upgrade yang dapat menghemat biaya, lain halnya apabila standar komponen overhead crane tidak standar maka akan kesusahan untuk mencari spare part dan pasti memiliki biaya yang tinggi karena bersifat khusus. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Gambar 3.1 Overhead Crane (Sumber : Jaso, 2016) 1. End Carriage, setiap end carriage terdiri dari gearmotor dengan tipe helical gear yang berputar konstan pada tumpuan bearing yang menggerakan roda penggerak girder. Gambar 3.2 End carriage (Sumber : Jaso, 2016) 2. Roda Penggerak Girder, untuk menopang kedua ujung girder, roda ini menjalankan girder yang digerakan oleh motor listrik sepanjang lintasan rail di dalam bangunan. Roda yang digunakan menggunakan standard DIN15090 bisa dilihat pada lampiran C. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Gambar 3.3 Assembly roda tipe flange (Sumber : Spantechnik, 2011) 3. Trolley, untuk tempat komponen pengangkat (Hoist) seperti Drum untuk menggulung Tali Kawat Baja, Motor Penggerak Drum, Gearbox Hoist, Hook, Pulley dan peralatan lainnya. Gambar 3.4 Trolley crane (Sumber : Jaso, 2016) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 4. Hook, untuk mengkaitkan / menempatkan benda yang akan diangkat atau dipindahkan. Beberapa standar hook yang tersedia di pasaran diantaranya DIN 15401 (Single Hook) dan DIN 15402 (Double Hook). Aksesoris hook untuk keamanan pada umumnya menggunakan safety latch. Gambar 3.5 Hook DIN 15401 (Sumber : Gosan, 2016) 5. Electrical Control, sebagai pengatur aliran listrik yang masuk dari sumbernya yang kemudian dikonversikan menjadi energi mekanis. Gambar 3.6 Panel Box (Sumber : Jaso, 2016) 6. Motor Penggerak, untuk menggerakan peralatan mekanis sebagai penggerak Overhead Crane. Motor penggerak memiliki standar dimensi sesuai dengan NEMA atau IEC. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 Gambar 3.7 Motor Electric (Sumber : ABB, 2016) 7. Gearbox, sebagai meneruskan putaran dari motor penggerak yang kemudian menggerakan roda atau drum sesuai dengan pergerakannya (Travelling, Traversing atau Hoisting). Gearbox ini mempunyai 2 tipe yaitu increaser dan reducer yang akhirnya akan memiliki ratio dari input dan output, rasio ini mempengaruhi dari torque yang dimiliki oleh gearbox untuk menggerakan sebuah komponen. Gambar 3.8 Gearbox dan komponen (Sumber : Sriyono, 2011) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 8. Coupling, untuk menjadikan dua poros yang dibuat terpisah menjadi satu kesatuan, seperti poros motor ke gearbox. Coupling juga berfungsi untuk mengurangi beban kejut (Dahlan, 2012). Coupling memiliki beberapa tipe diantaranya flexible coupling, gear coupling, dll. Gambar 3.9 Flexibel coupling unit (Sumber : Rotex, 2016) 9. Universal Joint, atau sering disebut dengan gardan shaft merupakan salah satu jenis coupling yang memiliki cross joint sehingga bisa mengkompensasi poros dengan kemiringan sudut tertentu. Gambar 3.10 Universal joint (Sumber : GWB, 2016) 10. Barrel coupling, berfungsi untuk mengkompensasi shaft output gearbox saat terkena beban sehingga tidak menyebabkan kegagalan shaft. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 Gambar 3.11 Mounting menggunakan barrel coupling (Sumber : Jaure, 2016) Gambar 3.12 Mounting menggunakan rigid coupling support pada 3 titik (Sumber : Jaure, 2016) Gambar 3.13 Barrel coupling (Sumber : Jaure, 2016) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 Gambar 3.14 Indicator Barrel coupling (Sumber : Jaure, 2016) Tabel 3.1 Control coupling wear Coupling size 25 50 75 100 130 160 200 300 400 500 600 Max. wear m/2 [mm] 4 4 4 4 6 6 6 6 6 8 8 Coupling size Max. wear m/2 [mm] 1000 1500 2100 2600 3400 4200 6200 8200 9200 8 8 8 8 8 8 8 8 8 10200 8 8 11. Cabin, tempat operator bekerja untuk mengatur gerakan Overhead Crane sesuai dengan kebutuhan. Gambar 3.15 Cabin operator (Sumber : Sriyono, 2011) 12. Rem, berfungsi untuk menahan pergerakan Overhead Crane sesuai dengan yang dibutuhkan, biasanya tipe rem yang digunakan adalah menggunakan kampas dengan disk yang berventilasi. Jenis rem (brake) memiliki 2 tipe diantaranya drum brake dan disc brake. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 Gambar 3.16 Rem ventilated disk (Sumber : Stromag, 2016) 13. Tali Kawat Baja (Wire Rope), adalah tali yang dikonstruksikan dari kumpulan kawat baja yang dipintal jadi satu jalinan (Strand) hingga membentuk sebuah pintalan tali yang berfungsi untuk penerus kekuatan mengangkat dan menurunkan beban sesuai dengan arah putaran drum, Tali Kawat Baja ini memiliki Standard Minimum Breaking Force tertentu untuk menopang kinerja sesuai dengan kapasitas yang diperlukan. Pengukuran wire rope menyesuaikan dengan ukuran terluarnya bukan terhadap strand-nya. Beberapa inti dari wire rope mempunyai tipe fiber core (FC) ataupun independent wire rope core (IWRC) dengan inti yang terbuat dari pintalan tali kawat baja. Tipe inti wire rope mempengaruhi dengan grade minimum breaking force. Tali kawat baja pada ujungnya menggunakan socket untuk mengikatnya yang mana ujung wire rope dicor menggunakan resin ataupun timah, ada juga yang ujungnya menggunakan wedge socket, pada tipe ini ujung wire rope tidak dicor tetapi diikat menggunakan clamp. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 Gambar 3.17 Konstruksi wire rope (Sumber : Martin, 2016) 14. Pulley, merupakan suatu keping yang bundar untuk alur atau sebuah lintasan dari Tali Kawat Baja, sekaligus meringankan beban mengangkat sebuah beban sesuai dengan konstruksi pulley (Rope of fall) dirancang sesuai kebutuhan. Gambar 3.18 Pulley dan rope (Sumber : Martin, 2016) Gambar 3.19 Standar tipe pulley (Sumber : Sei, 2016) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 15. Rail, Sebagai lintasan jalan Overhead Crane, Tipe Rail yang digunakan bermacam-macam sesuai dengan standard pada umumnya menggunakan standard DIN (German Institute for Standarization) dan ISO (International Organization for Standarization). Gambar 3.20 Tipe rail (Sumber : Tata, 2016) 16. Buffer, Berfungsi untuk meredam beban kejut ketika trolley atau end carriage sudah mencapai batas maksimal berupa stopper sehingga mengurangi hentakan. Beberapa tipe menggunakan tipe hidrolik, ada juga yang menggunakan cellular plastic yang terbuat dari foamed dengan daya kompresi 70% dari panjang buffer tanpa merusak material tersebut. Gambar 3.21 Buffer cellular plastic (Sumber : Durel, 2016) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 3.2 MAINTENANCE OVERHEAD CRANE Beberapa kegiatan maintenance overhead crane memiliki fungsi masing-masing yang dilakukan secara konsisten. Konsep maintenance sendiri dibagi tiga kelompok seperti dibawah ini. 3.2.1 Preventive Maintenance Pekerjaan yang dilakukan secara periodik dan penggantian komponen yang ringan dengan waktu kerja yang relatif pendek. Item pekerjaan yang dilakukan diantaranya : mengencangkan baut-baut yang kendor, mengganti karet coupling, menambah pelumas, dan lain-lain. Untuk pekerjaan preventive maintenance yang telah dijadwalkan sebelumnya oleh planner maintenance yang mana diberikan job ticket sesuai dengan nomor work order sesuai dengan lampiran job ticket. Untuk preventive maintenance sendiri memiliki dua tipe inspeksi, diantaranya : 1. Maintenance Visual Inspection, dilakukan oleh petugas mekanik setempat untuk mengecek semua komponen mekanis. Untuk mekanis sendiri difokuskan pada kekencangan sambungan-sambungan dan beberapa indikator pada komponen lainnya. Semua kegiatan visual inspection sesuai dengan perintah job ticket. 2. Daily Visual Inspection, dilakukan oleh petugas mekanik setiap group yang bertanggung jawab terhadap crane yang telah diberikan amanat terhadap group tersebut. Kegiatan visual inspection tipe ini sesuai dengan perintah check list. Beberapa equipment yang perlu diinspeksi dan penanggung jawab diantaranya: Daily operator inspection: a. Memastikan crane atau hoist tidak sedang ada perbaikan b. Memastikan setiap tombol kontrol berfungsi baik sesuai dengan perintah (naik, turun, maju, mundur). c. Memastikan kondisi brake atau pengereman berfungsi dengan baik pada setiap pergerakan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 d. Memastikan kondisi hook dalam keadaaan aman berikut juga dengan safety latch yang terpasang pada hook dan posisi limit stroke agar pergerakan naik turun pada hoist berfungsi dengan baik. e. Memastikan kondisi reeving dalam keadaaan baik. Daily shift personel inspection : a. Memastikan kondisi wire rope dalam keadaan baik. Standar wire rope safe working load yang diijinkan menggunakan persamaan diameter x 8 kemudian konstruksi wire rope itu sendiri yang akan dikalikan sehingga menghasilkan nominal yang diijinkan untuk panjang wire rope tersebut. Sebagai contoh diketahui diameter wire rope 25mm dengan konstruksi 6x19, maka dapat diperhitungkan dengan D25mm x 8 = 200mm panjang yang diijinkan dengan konstruksi 6x19 = 114 kawat kemudian diambil 10% dari total kawat yang menghasilkan 11.4, dari nominal tersebut dapat diambil kesimpulan maksimum jumlah kawat yang rusak pada panjang 200mm pada satu strand adalah 11 kawat. Serta memastikan nominal diameter wire rope dengan maksimum yang diijinkan 1/3 dari diameter semula. Gambar 3.22 Wire rope dalam kondisi baik (Sumber : IHSA, 2016) Gambar 3.23 Kawat putus di beberapa titik (Sumber : IHSA, 2016) b. Memastikan kondisi sistem transmisi dalam keadaan baik, tidak ada kebocoran ataupun kegagalan pada aksesoris dan komponen utama pada gearbox transmisi. c. Memastikan semua equipment pengikat seperti baut tidak ada yang kendur. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 d. Memastikan kondisi roda nominal flange roda masih batas standar yaitu maksimal yang diijinkan adalah setengah dari nominal flange semula yaitu 25mm. e. Memastikan kondisi rail, sambungan rail dan karet dalam kondisi baik, dengan nominal ukuran lebar rail yaitu 100mm. f. Memastikan kondisi pelumasan pada semua titik berfungsi dan volumenya cukup sesuai dengan kapasitas. g. Mencatat semua hasil inspeksi pada data sheet checklist. 3.2.2 Predictive Maintenance Gambar 3.24 Tipe keretakan permukaan las ( Sumber : Martin, 2016) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 Pekerjaan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya breakdown dengan inspeksi dan bantuan alat. Non Destructive Test (NDT) merupakan pengujian/pengetesan tanpa merusak bahan yang diuji, gunanya untuk mendeteksi/mengetahui bermacam-macam cacat baik yang ada dipermukaan atau di dalam bahan. Pengujian NDT ini sudah banyak digunakan terutama di pekerjaan-pekerjaan konstruksi, pressure vessel, tangki, crane, dan lain-lain. Dengan bantuan standart tertentu, maka informasi yang diperoleh dari pemeriksaan dapat digunakan untuk menentukan apakah cacat yang ada masih dalam batas yang diijinkan atau tidak. Uji NDT menggunakan beberapa metode diantaranya: Uji Dye Penetrant Test (PT), sering disebut juga uji liquid penetrant yang merupakan salah satu uji tidak merusak yang digunakan untuk mendeteksi cacat yang terbuka dipermukaan material. Uji dye penetrant dapat juga digunakan pada material berupa kaca, keramik, plastic dan logam. Metoda ini didasarkan pada kapilaritas dimana kecenderungan dari suatu cairan untuk melakukan penetrasi celah material, misalnya retak dan porositas permukaan. Metoda ini pada umumnya digunakan untuk pengujian material non-magnetic, pada metode ini cairan penetran disemprotkan pada permukaan las atau material pada beberapa waktu, setelah itu penetran yang berlebih dihilangkan dari permukaan uji. Permukaan uji kemudian dikeringkan dan diperiksa pada permukaan yang akan diuji. Penetran yang tersisa secara tidak berkelanjutan diserap ke dalam material yang mengindikasikan sebuah tampilan dengan perbedaan warna diantara material. Beberapa kondisi untuk menggunakan metode penetrant test diantaranya (John, 2008) : - Permukaan yang akan diuji harus bebas dari semua kontaminan (kotoran, oli, grease, cat, karat, dan lain sebagainya). - Material penetran yang dihilangkan terkadang diperlukan saat pengetesan. - Tidak mudah untuk menggunakan metoda ini untuk menghasilkan data rekam yang permanen. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 Gambar 3.25 proses pengujian PT ( Sumber : Martin, 2016) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 Magnetic Particle Test (MPT), uji magnetic partikel diaplikasikan pada material ferro magnetic seperti pada baja, sedangkan material non-ferro magnetic seperti tembaga, alumunium, dan stainless steel tidak dapat dilakukan pengujian tipe ini. Pada uji magnetic partikel test, material yang akan diuji diberikan gaya magnet dari luar sehingga molekul-molekulnya menjadi searah. Bila pada material ini terdapat cacat maka akan terbentuk kutub baru pada daerah tersebut, pada daerah ini terjadi kebocoran medan magnet atau disebut juga leakage field. Bila pada daerah ini ditaburkan serbuk magnetic partikel maka akan tertarik dikarenakan adanya kebocoran medan magnet. Ada dua tipe Magnetic Particle Test yaitu menggunakan cahaya tampak (Visible) dan menggunakan black light (Flourescent). Gambar 3.26 Prinsip dasar pengujian MPT ( Sumber : Martin, 2016) Ultrasonic Test, termasuk pengujian tanpa rusak yang menggunakan gelombang ultrasonik. Gelombang ultrasonik adalah gelombang mekanik yang dihasilkan oleh probe yang berkerja berdasarkan perubahan energi listrik menjadi energi mekanis dan sebaliknya. Uji ultrasonik dilaksanakan dengan cara memberikan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 pancaran gelombang ultrasonik ke dalam material. Gelombang tersebut merupakan gelombang suara dengan frekuensi di atas 20 kHz yang dalam rambatannya akan dapat dipantulkan dan dibiaskan oleh permukaan batas atau dua bahan yang berbeda. Dari sifat pantulan tersebut dapat ditentukan tebal bahan, lokasi serta ukuran cacat. Dalam rambatannya di dalam material, gelombang ini dipengaruhi oleh sifat-sifat material yang dilaluinya, misalnya massa jenis, homogenitas, besar butir dan kekerasan material. Peralatan yang digunakan untuk pengujian ini adalah Pesawat ultrasonic, probe (normal,sudut) dan kabel, standard blok (V1, V2 dan Step Wedge) dan Kuplan (Oli, Kanji, air, dsb.). setiap akan digunakan maka pesawat ultrasonic harus dikalibrasi dengan menggunakan blok kalibrasi V1 dan V2, step wedge. Blok kalibrasi ini berguna untuk pemeriksaan lineritas horizontal dan vertical, kalibrasi probe sudut dan probe normal, pemeriksaan titik indeks (untuk probe sudut) serta pemeriksaan sudut probe. Cacat yang mudah diperiksa dengan gelombang ultrasonic adalah cacat yang tegak lurus terhadap arah rambatan gelombang. Permukaan yang tidak tegak lurus terhadap arah rambatan gelombang lebih sukar untuk diperiksa. Oleh karena itu dibuat probe yang dapat mengeluarkan gelombang yang arah rambatannya membuat sudut tertentu terhadap permukaan bahan yang akan diperiksa. Gambar 3.27 Alat ultrasonic testing ( Sumber : Martin, 2016) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 3.2.3 Corrective Maintenance Pekerjaan yang dilakukan ketika dua konsep maintenance sebelumnya telah dilakukan kemudian memiliki data untuk setiap komponen yang mengalami kegagalan sehingga perlu tindakan cepat yang terjadwal untuk penggantian komponen existing dengan spare, mengingat crane adalah sebuah utilitas yang cukup vital pada sebuah proses produksi. Kegiatan corrective maintenance dilakukan secara terjadwal yang mana sebuah work order dari planner untuk memproses man power dan estimasi waktu pekerjaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/