http://bdkmedan.kemenag.go.id 14 April 2015 PENGUKURAN KEBERHASILAN KINERJA LEMBAGA DIKLAT Oleh : Mahmun Syarif Nasution* Abstrak Tugas dan fungsi lembaga diklat adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental PNS sesuai dengan kebutuhan instansi. Keberasilan atas pencapaian tugas dan fungsi ini dapat diketahui dengan menerapkan sistem pengukuran kinerja sesuai Permenpan RB Nomor 29 Tahun 2010. Pengukuran dilakukan dengan cara membandingkan target kinerja yang direncanakan dengan realisasi kinerja yang sesungguhnya. Selama ini pengukuran kinerja organisasi public cenderung mengukur keberhasilan kediklatan sebatas perspektif keuangan saja, yaitu sejauhmana suatu lembaga diklat mampu menyerap anggaran. Kalaupun ada penilaian kinerja baru sebatas monitoring dan evaluasi dan hanya mengungkapkan aspek proses penyelenggaraan diklat saja, belum menyentuh aspek hasil. Sesuai dengan Permenpan RB Nomor 29 Tahun 2010 pengukuran kinerja lembaga diklat dapat dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu menetapkan sasaran stratejik kediklatan, menetapkan indicator keberhasilannya dan melakukan pengukuran kinerja. Dengan mengikuti system pengukuran kinerja diharapkan hasil pengukuran dapat menginformasikan kinerja yang sesungguhnya dari lembaga diklat dan bermanfaat bagi perbaikan kinerja dimasa yang akan dating. Kata Kunci: Balanced scorecard. indikator kinerja dan pengukuran kinerja. Pendahuluan Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor: 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah menginstruksikan bahwa setiap instansi pemerintah berkewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). LAKIP merupakan wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Pelaporan LAKIP sebagai bagian dari agenda reformasi birokrasi bertujuan agar setiap instansi pemerintah akuntabel dan mampu menjelaskan kepada pimpinan di atasnya dan seterusnya kepada presiden akan keberhasilan dan kegagalan dalam pelayanan masyarakat ataupun pencapaian sasaran organisasi. Lembaga diklat sebagai instansi pemerintah dengan demikian juga berkewajiban menjelaskan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan tugas dan fungsi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental PNS sesuai dengan kebutuhan instansi. 1 http://bdkmedan.kemenag.go.id 14 April 2015 Lalu bagaimanakah keadaan lembaga diklat yang berhasil ataupun berkinerja itu ? Banyak jawaban yang dapat kita dapatkan dari penjelasan sementara orang. Ada yang mengatakan lembaga diklat yang berhasil adalah yang mampu menyerap anggaran 100 % atau seluruh kegiatan pelatihan terlaksana dengan baik. Ada lagi yang mengatakan yang berhasil adalah lembaga diklat yang mampu memberi pelayanan prima bagi PNS dalam diklat. Lembaga diklat yang berhasil adalah yang mendapat piagam penghargaan ataupun pujian dari masyarakat. Jadi banyak jawaban untuk mengatakan berhasil. Untuk mengatakan berhasil tentu ada kriteria ataupun parameter yang dipakai sehingga pernyataan keberhasilan itu dapat diterima oleh khalayak atau supaya tidak terkesan subjektif atau atau memuji diri sendiri. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Permenpan RB No. 29 Thn 2010) pasal 10 ayat 2 instansi pemerintah seperti halnya lembaga diklat diwajibkan melakukan penilaian atas kinerja diklat yang dimiliki dengan cara membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja. Target kinerja kediklatan terdapat dalam dokumen perencanaan kinerja. Sedangkan realisasi kinerja diperoleh dari kinerja factual yang didapatkan. Bagaimana implementasi pengukuran kinerja di lembaga diklat dan bagaimana tehnis pengukurannya. Tulisan berikut ini mencoba menjelaskan tehnis pengukuran kinerja lembaga diklat berdasarkan berdasarkan Permenpan RB No. 29 Tahun 2010. Konsep dan Kebijakan Pengukuran Sebelum tahun 1990-an, pengukuran kinerja hanya dilihat dari perspektif keuangan saja. Akibatnya fokus utama dan usaha pemerintah lebih dicurahkan untuk mewujudkan kinerja keuangan sehingga cenderung mengabaikan kinerja non keuangan seperti kepuasan pelanggan, produktivitas dan efektivitas serta sumberdaya manusia yang berkemampuan dan berkomitmen tinggi (Mulyadi, 2001 : 2-3). Selain itu suatu instansi pemerintah dinyatakan berhasil jika dapat menyerap 100% anggaran, walaupun pencapaian tujuannya masih dibawah standar. Dalam konteks kinerja birokrasi pelayanan publik di Indonesia, Dwiyanto (1995 : 9) mengemukakan beberapa indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja birokrasi publik, yaitu : a. Produktivitas Konsep produktivitas tidak hanya mengukur efisiensi, tetapi juga efektivitas. Produktivitas umumnya dipahami sebagai rasio antara input dengan output. b. Kualitas Layanan Banyaknya pandangan negatif tentang organisasi publik karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. c. Responsivitas Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenalikebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai kebutuhan/aspirasi masyarakat. c. Responsibilitas 2 http://bdkmedan.kemenag.go.id 14 April 2015 Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik eksplisit maupun implisit (Lenvine, 1990). d. Akuntabilitas Akutabilitas menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat dan konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor : 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pengukuran kinerja merupakan salah satu kewajiban setiap instansi pemerintah setelah menyusun rencana stratejik, rencana kinerja tahunan dan berikutnya mengukur pencapaian kinerja. Setelah dilakukan pengukuran maka berikutnya disusun LAKIP yang menjelaskan tentang keberhasilan dan kegagalan oranisasi. Pengukuran kinerja dilakukan dengan dua cara, yaitu membandingkan kinerja aktual dengan rencana atau target dan membandingkan kinerja aktual dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya. Kinerja actual maksudnya adalah keluaran (outputs) dan hasil (outcomes) yang diperoleh setelah kegiatan terlaksana. Sedangkan kinerja yang direncanakan adalah berupa keluaran maupun hasil yang direncanakan/ dinginkan. Pengukuran dilakukan dengan cara memandingkan antara rencana dan kinerja yang diperoleh. Untuk keseragaman dan kemudahan pengukuran kinerja telah disusun formulir pengukuran kinerja berdasarkan Keputusan Kepala LAN Nomor: 239 Tahun 2003. Formulir pengukuran kinerja terdiri dari dua format; yaitu Pengukuran Kinerja Kegiatan(PKK) dan Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS). Namun dinamika organisasi pemerintah yang terjadi kedua format tersebut telah disempurnakan dengan Permenpan RB Nomor 29 tahun 2010. Pada lampiran III peraturan yang disebut terakhir format pengukuran kinerja (PKK dan PPS) menjadi satu format saja. Namun antara format pengukuran untuk tingkat kementerian/lembaga dengan format yang berlaku untuk tingkat provinsi/kabupaten/kota, tingkat unit organisasi eselon I kementerian/lembaga, tingkat satuan kerja kementerian /lembagadan tingkat SKPD terdapat sedikit perbedaan, sementara pola sebelumnya (PKK dan PPS) satu format untuk seluruh tingkatan. Secara substansi pengukuran kinerja antara format PPK dan PPS dengan format yang dipakai sekarang ini pada dasarnya adalah sama. Inti pengukuan dimulai dengan menetapkan sasaran stratejik, menyusun indikator kinerja dan menetapkan target kinerja (capaian). Setelah kegiatan dilaksanakan atau pada akhir tahun dilakukan pengukuran kinerja dengan membandingkan antara realisasi kinerja dengan kinerja yang direncanakan untuk mendapatkan persentase tingkat capaiannya. Indikator Kinerja Landasan Pengukuran Untuk mengetahui tingkat kinerja ataupun keberhasilan organisasi diperlukan ukuran ataupun indicator yang menjadi landasan dalam pengukurannya. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yankg menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan dan sasaran yang telah ditetapkan. Indikator kinerja memberikan penjelasan, baik secara 3 http://bdkmedan.kemenag.go.id 14 April 2015 kuantitatif maupun secara kualitatif, mengenai apa yang akan diukur untuk menentukan apakah tujuan sudah tercapai. Ia juga menetapkan bagaimana kinerja akan diukur dengan suatu skala atau dimensi tanpa menyinggung tingkat pencapaian khusus. Indikator kinerja yang sudah dipilih berikutnya ditetapkan sebagai landasan berkinerja dan dituangkan dalam dokumen Rencana Sratejik dan Rencana Kinerja Tahunan Indikator kinerja akan mengindikasikan apakah suatu sasaran telah tercapai atau melewati harapan bersama atau bahkan lebih rendah dari kinerja yang diinginkan organisasi. Diantara konsep indikator kinerja adalah konsep Indikator Kinerja Utama (IKU) atau yang dikenal dengan Balanced Scorecard (BSC). BSC pada awalnya berkembang di lingkungan dunia bisnis. BSC dikembangkan pada tahun 1990-an oleh Robert Kaplan (Harvard Business School) dan David Norton (Renaissance Solution, Inc.). Konsep ini ditujukan untuk meningkatkan kinerja bisnis yang memiliki karakteristik profit oriented. BSC merupakan sekumpulan ukuran kinerja yang mencakup empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses internal dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Kata balance berarti bahwa dalam pengukuran kinerja harus terdapat keseimbangan antara ukuran keuangan dan ukuran non keuangan (Mulyadi, 1999 : 222). Adapun keempat perspektif itu dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Finansial Perspective Scorecard pada perspektif ini untuk menjawab pertanyaan “untuk berhasil secara finansial, apa yang dilaksanakan dan apa yang harus diperlihatkan kepada pemegang saham kita?”.. b. Customer Perspective Scorecard pada perspektif ini menjawab pertanyaan “untuk mewujudkan visi/tujuan kita, apa yang harus kita perlihatkan kepada pelanggan (customer)?”. Tujuan perspektif ini adalah menarik pertumbuhan pelanggan baru dan menciptakan loyalitas pelanggan atau mempertahankanpelanggan lama. c. Internal Process Perspective Scorecard perspektif ini untuk menjawab pertanyaan “untuk menyenangkan pemilik saham dan pelanggan, proses bisnis apa yang harus kita kuasai dengan baik ?”. Tujuan dari perspektif ini adalah terciptanya kemampuan produk dalam memuaskan dan memenuhi kebutuhan pelanggan. d. Learning and Growth Perspective Scorecard perspektif ini untuk menjawab pertanyaan “untuk mewujudkan visi atau tujuan kita, bagaimana kita memelihara kemampuan kita untuk berubah dan meningkatkan diri ?”. Tujuannya adalah untuk mewujudkan peningkatan kompetensi dan komitmen SDM dalam memuaskan pelanggan serta sejauh mana organisasi berinovasi mengembangkan produk yang sudah ada. Setiap organisasi tentu memiliki IKU yang berbeda-beda, tergantung pada jenis, sifat, tujuan dan strategi masing-masing. Lembaga pendidikan tinggi misalnya menetapkan IKU antara lain jumlah yang lulus, indeks prestasi akademik, dan berapa lulusan yang dapat diserap pasar kerja, jumlah hasil penelitian yang memiliki hak paten, tingkat akreditasi nasional dan seterusnya. Sementara di dunia bisnis dapat dilihat antara lain dari perkembangan kinerja karyawan, jumlah dan kualitas produksi, omzet penjualan, dan keuntungan persatuan waktu. 4 http://bdkmedan.kemenag.go.id 14 April 2015 Indikator Keberhasilan Diklat Perumusan indicator keberhasilan lembaga diklat berkaitkan dengan spesifikasi lembaga diklat. Lembaga diklat menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap PNS untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi. Berdasarkan tugas dan fungsi ini maka pelayanan peserta (pelanggan) menjadi focus utama diklat. Berbeda dengan organisasi bisnis dimana focus utamanya adalah tujuan financial ataupun laba. Maka, pengembangan IKU diklat dapat disesuaikan dari BSC sector bisnis sebagaimana dikembangkan Kaplan dan Norton. Adapun perspektif keberhasilan dalam diklat dapat diuraikan sebagai berikut; a. Perspektif Pelanggan. Dalam perspektif ini ditekankan bagaimana lembaga diklat mampu memberikan pelayanan prima kepada peserta diklat sehingga kompetensi dan profesionalitas peserta dapat ditingkatkan. Perspektif ini berfokus pada upaya menyajikan pelayanan diklat yang bermanfaat bagi peserta diklat secara langsung dan membawa manfaat bagi satuan kerja asal peserta diklat. b. Perspektif Internal Proses Pengukuran pada perspektif ini mengacu pada proses kerja yang dilakukan dalam lembaga diklat.. Apakah lembaga diklat telah melakukan proses pembelajaran yang mampu memotivasi kretivitas peserta. Apakah tenaga pengajar yang menyampaikan materi pembelajaran kompeten dan sesuai bidangnya. Apakah kurikulum diklat relevan dengan kebutuhan peserta. Apakah alokasi waktu pembelajaran disampaikan secara konsisten. Perspektif internal proses merupakan inti dari pencapaia kinerja manajemen sektor publik. c. Persfektif Keuangan Keberhasilan lembaga diklat diukur berdasarkan pemanfaatan anggaran. Apakah lembaga diklat memiliki akuntabilitas keuangan yang memadai dalam mengelola kegiatan diklat.. Berapa persenkah daya serap anggaran yang tercapai. Apakah efisiensi anggaran dapat tercapai ? d. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Perspektif ini memiliki penekanan yang sama dengan BSC sector bisnis, yaitu; mampukah lembaga diklat menjadi learning organization, dimana orang-orangnya secara terus menerus memperluas kapasitas mereka untuk mewujudkan tujuan organisasi? Berdasarkan pendekatan empat perspektif atas keberhasilan diklat ini, berikutnya dapat dirumuskan sasaran satrategis dan indicator kinerja keberhasilan diklat, sebagai berikut; 5 http://bdkmedan.kemenag.go.id 14 April 2015 TABEL : CONTOH INDIKATOR KINERJA DIKLAT DARI EMPAT PERSPEKTIF Perspektif Tujuan Stratejik Indikator Kinerja Pelanggan Meningkatnya kepuasan peserta terhadap proses mengajar, pelayanan dan pelayanan catering. tingkat diklat belajar panitia Internal proses Meningkatnya proses pebelajaran yang interak-tif, inspiratif menyenang-kan dan memotivasi peserta diklat untuk mencapai tujuan diklat Keuangan Meningkatnya akuntabilitas keuangan dan pengelolaan anggaran Pertumbuhan dan perkembangan Meningkatnya kompetensi dan profesionalisme penyelenggara diklat dan Widyaiswara dalam mengelola diklat Indeks Kepuasan pelanggan diklat terhadap pelayanan diklat Rata-rata peserta yang complain di setiap diklat yang dilaksanakan Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi complain pelanggan Rata-rata Widyaiswara yang memperoleh nilai di bawah 80 dari hasil evaluasi peserta di setiap diklat Persentase angkatan diklat yang tidak terpenuhi alokasi pesertanya. Rata-rata nilai peserta diklat perangkatan. Persentase daya serap anggaran Persentase laporan kegiatan yang dikirim tepat waktu. Jumlah kerugian Negara dalam pengelolaan anggaran Persentase Widyaiswara yang menamatkan studi jenjang S-2 Persentase Widyaiswara yang menamatkan studi jenjang S-3 Rata-rata Wiyaiswara yang mengikuti TOT/ TOF per tahun Rata-rata Penyelenggara diklat yang mengikuti TOC/ MOC per tahun Tehnis Pengukuran Kinerja Dengan tersedianya indicator kinerja yang disepakati dalam pengukuran kinerja lembaga diklat akan memudahkan dalam mengukur keberhasilan lembaga diklat. Pengukuran kinerja dilakukan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran (LAN: 2004) Pengukuran dilakukan dengan membuat target kinerja di awal tahun. Proses manajemen selama rentang waktu 12 bulan melakukan upaya pencapaian kinerja dengan memaksimalkan seluruh sumberdaya yang dimiliki sesuai komitmen kerja di awal tahun. Di akhir tahun dilakukan pengukuran kinerja, apakah target sasaran yang ditetapkan dapat dicapai. Pengukuran kinerja organisasi dilakukan dengan membandingkan antara realisasi kinerja dengan target kinerja. Adapun tehnis pengukuran kinerja dapat diuraikan dengan langkah sederhana sebagai berikut; 1. Menetapkan sasaran stratejik kediklatan sebagaimana tertuang dalam perencanaan stratejik dan rencana kinerja tahunan. 2. Menetapkan indicator kinerja keberhasilan sebagai acuan ataupun landasan berkinerja. 6 http://bdkmedan.kemenag.go.id 14 April 2015 3. Menetapkan target kinerja sesuai dengan kemampuan sumberdaya dan anggaran dalam bentuk perjanjian kinerja. 4. Mencatat realisasi kinerja actual dari unit atau bidang yang menangani. Realisasi kinerja merupakan hasil dari kegiatan pelayanan ataupun pelaksanaan program. 5. Mengukur keberhasilan kinerja dengan cara membandingkan realisasi kinerja dengan target kinerja dalam perjanjian kinerja. Pengukuran kinerja dapat dihitung dengan menggunakan rumus; Semakin tinggi realisasi menunjukkan pencapaian kinerja yang semakin baik, maka digunakan rumus: Catatan : Rumus pertama ini digunakan untuk pengukuran dengan indikator positif. Misalnya: Indeks Kepuasan pelanggan diklat terhadap pelayanan diklat. Semakin tinggi realisasi menunjukkan semakin rendah pencapaian kinerja, maka digunakan rumus: Catatan: Rumus kedua ini digunakan untuk pengukuran kinerja dengan indikator negative/ terbalik. Misalnya: Rata-rata peserta yang menyampaikan keluhan di setiap diklat yang dilaksanakan Adapun penerapan pengukuran kinerja sesuai format Permenpan No. 29 Thn 2010 dengan contoh sebagai berikut; 7 http://bdkmedan.kemenag.go.id 14 April 2015 CONTOH : PENGUKURAN KINERJA Unit Eselon II/Unit Mandiri KL : Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Medan Tahun : 2013 Sasaran Stratejik Indikator Kinerja Meningkatnya tingkat kepuasan peserta diklat terhadap proses belajar mengajar, pelayanan panitia dan pelayanan catering. Indeks Kepuasan pelanggan diklat terhadap pelayanan diklat Rata-rata peserta yang menyampaikan keluhan di setiap diklat yang dilaksanakan Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi complain pelanggan Jumlah Widyaiswara yang memperoleh nilai di bawah 80 dari hasil evaluasi peserta pertahun. Persentase angkatan diklat yang tidak terpenuhi alokasi pesertanya. Rata-rata nilai peserta diklat perangkatan. Meningkatnya proses pebelajaran yang interaktif, inspiratif dan menyenangkan dan memotivasi peserta diklat untuk mencapai tujuan diklat. Target Realisas i % Capaian 85 75 88 5 orang 4 orang 120 30 menit 40 Menit 66 5 orang 4 orang 120 9% 11 % 78 % 87 85 98 Jumlah Anggaran Program Tahun.................... Rp ................... Jumlah Realisasi Anggaran Program Tahun.... Rp ................... Medan, Januari 2014 Kepala __________________ Tips Meraih Keberhasilan Pengukuran Berikut ini beberapa tips untuk menerapkan sistem pengukuran kinerja yang tepat dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan dalam Rencana Stratejik : 1. Sebagian besar organisasi yang telah menerapkan pengukuran kinerja menunjukkan bahwa inisiatif pengukuran kinerja pertama kali diperkenalkan, kemudian dipimpin dan dipromosikan oleh pihak pimpinan. Komitmen pimpinan terhadap pengembangan dan penggunaan pengukuran kinerja merupakan elemen terpenting bagi suksesnya sistem pengukuran kinerja. 2. Sistem pengukuran kinerja akan sukses apabila strateji satuan organisasi/kerja dan pengukuran kinerja berkaitan, yaitu selaras dengan tujuan satuan organisasi/kerja secara keseluruhan. 3. Komunikasi merupakan hal penting dalam penciptaan dan pemeliharaan sistem pengukuran kinerja. Komunikasi sebaiknya dari berbagai arah, berasal dari atas ke bawah, bawah ke atas dan secara horisontal berada didalam dan lintas organisasi. 4. Keterlibatan pegawai merupakan cara terbaik dalam menciptakan budaya yang positif untuk menciptakan pengukuran kinerja. Apabila para pegawai memiliki masukan untuk kepentingan penciptaan sistem pengukuran kinerja, maka satuan 8 http://bdkmedan.kemenag.go.id 14 April 2015 organisasi/kerja dapat memanfaatkannya tanpa perlu meminta bantuan tenaga dari luar. 5. Satuan organisasi/kerja perlu menentukan siapa yang bertanggung jawab terhadap pengukuran kinerja. Seseorang harus bertanggung jawab dalam mendapatkan informasi yang diperlukan dan melaporkannya secara tepat waktu. Yang lainnya perlu bertanggung jawab dalam memperoleh hasil dari pengukuran-pengukuran tersebut. Kedua bentuk tanggung jawab tersebut, baik secara organisatoris maupun individual, adalah merupakan hal yang perlu diidentifikasi di dalam pengukuran kinerja. Penutup Lembaga diklat yang berhasil adalah yang mampu mencapai tujuan dan sasaran kediklatan sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mental PNS sesuai dengan kebutuhan instansi. Dalam pencapaian keberhasilan itu ditetapkan sasaran stratejik disertai indicator kinerja dan target yang akan dicapai selama satu tahun anggaran. Penetapan sasaran, indicator kinerja dan target kinerja diklat ini penting karena penetapan ini menjadi landasan berkinerja di awal tahun. Tanpa adanya landasan berkinerja dalam diklat maka pengukuran kinerja kediklatan tidak berjalan secara objektif dan keberhasilan yang diinformasikan akan terkesan subjektif dan tidak mampu menginformasikan kinerja yang sebenarnya. Penetapan sasaran dan indicator kinerja merupakan kunci keberhasilan dalam pengukuran kinerja. Sasaran yang ditetapkan adalah sesuatu yang akan dihasilkan atau dicapai. Sedangkan indicator kinerja adalah ukuran dari keberhasilan itu. Tanpa indicator yang jelas maka langkah-langkah dalam pengukuran keberhasilan organisasi tidak akan berhasil menginformasikan keberhasilan dan kegagalan pencapaian tugas dan fungsi kediklatan yang sebenarnya. Dalam penetapan sasaran strategis lembaga diklat dapat dilakukan dengan pendekatan balanced scorecard sebagaimana telah dikebangkan Kaplan dan Norton. Sedangkan pengukuran kinerjanya dilakukan sesuai dengan Permenpan RB Nomor 29 Tahun 2010. Daftar Pustaka Ahmad Nurmandi, Manajemen Pelayanan Publik,Sinergi Visi Utama, Yogyakarta, 2010 Keputusan Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Lijan Poltak Sinambela, dkk.,Reformasi Pelayanan Publik, Bumi Aksara, Jakarta, 2010 Ismail Muhammad , Modul Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Edisi ke-2) , LAN, Jakarta 2004 Modul Penetapan Kinerja, Tim studi Pengembangan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara, Jakarta, 2005. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 9 http://bdkmedan.kemenag.go.id 14 April 2015 S. Robert Kaplan,. & P. David Norton.. Menerapkan Strategi Menjadi Aksi Balanced Scorecard. (alih bahasa, R. Peter dan Pasla, Yosi), Erlangga, Jakarta, 1996. Moeheriono, Indikator Kinerja Utama, Rajawali Press, Jakarta, 2014 *Penulis adalah Widyaiswara Madya di Balai Diklat Keagamaan Medan 10