2. a. Bagaimana mekanisme berkeringat dingin pada kasus ini? → Adanya pendarahan menyebabkan berkurangnya volume darah dalam vaskular (hipovolemia). Hal ini menyebabkan tekanan arteri berkurang. Kemudian baroreseptor arteri (sinus karotikus dan arkus aorta) dan reseptor regangan vaskular merespon penurunan tersebut. Perubahan yang ditangkap oleh reseptor tersebut memberikan stimulus kepada saraf simpatis yang menyebabkan keringat dingin. b. Bagaimana mekanisme cemas pada kasus ini ? → Stimulus (traumaàsyok hipovolemik) à system limbic di otak bereaksi à stimulasi hipotalamus dan hipofisis àstimulus korteks adrenal à saraf simpatis à sekresi adrenalin dan nor-adrenalin à berkeringat dingin, nafas lebih cepat à cemas c. Bagaimana mekanisme lemas pada kasus ini ? → Trauma à perdarahan à hipovolemik à saraf simpatis àvasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembulh darah ke jaringan-jaringan kecuali pembuluh darah ke serebral dan k e jantung à supply nutrisi dan oksigen ke jaringan lain kurangà lemas, Selain itu, saraf simpatis juga menstimulus medulla adrenalà sekresi epinefrin dan norepinefrin à kontraksi denyut jantung meningkat dan vasokontriksi à aliran darah ke otak meningkat à supply oksigen dan nutrisi ke jaringan lain menurun à lemas d. Bagaimana mekanisme pucat pada kasus ini ? → Trauma (luka robek) à perdarahan à hipovolemik àautoregulasi (simpatetik) à vasokontriksi di semua pembuluh darah perifer karena darah di supply diutamakan ke otak dan jantung à tidak terjadi aliran darah ke pembuluh darah perifer à kulit pucat e. Bagaimana mekanisme kulit dingin pada kasus ini ? → kulit pucat + suhu inti yang dibawa oleh darah tidak dipindahkan ke kulit à suhu kulit dingin. Kulit yang terasa dingin akibat aliran darah pembuluh darah perifer kurang f. Bagaimana hubungan antara berkeringat dingin, cemas, lemas, kulit pucat dan dingin dengan luka robek ? → Adanya pendarahan menyebabkan berkurangnya volume darah dalam vaskular (hipovolemia). Hal ini menyebabkan tekanan arteri berkurang. Kemudian baroreseptor arteri (sinus karotikus dan arkus aorta) dan reseptor regangan vaskular merespon penurunan tersebut. Perubahan yang ditangkap oleh reseptor tersebut memberikan stimulus kepada saraf simpatis yang menyebabkan cemas, keringat dingin, vasokontriksi arteriol, dan takikardi. Vasokontriksi arteriol menyebabkan aliran darh ke perifer berkurang, hal inilah yang menyebabkan kulit menjadi dingin, pucat dan asupan nutrisi berkurang. Kurangnya asupan nutrisi dan menurunnya perfusi O 2 ke jaringan ( akibat tekanan arteri dan volume darah yang menurun) menyebabkan lemas. 3. a. Apa yang dimaksud tanda vital ? → Tanda-tanda vital merupakan empat parameter tubuh. b. Apa saja pemeriksaan tanda vital ? → Tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu tubuh. c. Bagaimana interpretasi dari tanda vital Bandit ? → Frekuensi nadi 120x/menit (cepat dan lemah) disebabkan karena kehilangan banyak darah (normal 60-100x/menit). Tekanan darah 80/50mmHg(hipotensi ) disebabkan karena kehilangan banyak darah, sehingga jantung berdenyut lebih cepat(tachikardi) untuk mencukupi suplai O2 ke jaringan.Jantung memompa darah lebih cepat, tetapi darah yg dipompa sedikit sehingga menyebabkan hipotensi. Frekuensi napas 32x/menit (normal1624x/menit) dan frekuensi nadi 130x/menit (normal 60-100x/menit) dapat menyebabkan tachycardic. b. Apa yang dimaksud dengan tidak sadar ? → Tidak sadar adalah suatu keadaan seseorang yang mengalami penurunan tingkat kesadaran yang dapat diketahui tingkatannya dengan menggunakan alat ukur, seperti Glasgow Coma Scale. Kesadaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Tingkat kesadaran : – Kompos mentis : • Sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungan. • Pasien dapat menjawab pertanyaan pemeriksa dgn baik – Apatis : • Pasien tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungannya. – Delirium : • Penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik. • Gaduh gelisah, kacau, disorientasi, meronta-ronta. – Somnolen : • Mengantuk yg masih pulih bila dirangsang. • Tidur kembali bila rangsangan berhenti. – Sopor (stupor) : • Keadaan mengantuk yg dalam • Dapat bangun dgn rangsangan yg kuat • Tidak dapat memberi jawaban verbal yang baik – Koma : • Penurunan kesadaran berat • Tidak ada gerakan spontan • Tidak ada respons terhadap rangsangan nyeri c. Bagaimana mekanisme terjadinya penurunan tingkat kesadaran ? → Trauma à perdarahan à hipovolemik à tekanan darah rendah (terjadi enurunan tekanan darah setelah 2 jam, 80/60 mmHg dimana minimal arteri pressurenya kurang dari 70 mmHg à perfusi Oksigen ke otak menurun à gangguan pusat kesadaran di otak à hilang kesadaran d. Bagaimana penilaian Glasgow coma scale Bandit ? → Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik diukur dan hasil pengukuran dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan seseorang mengalami cidera kepala, yang menunjukan adanya penurunan kesadaran. e. Bagaimana cara menstabilkan cairan dalam tubuh Bandit? → Untuk menstabilkan cairan dalam tubuh Bandit yaitu dengan menambahkan cairan intravena jenis koloid dan bersifat lebih isotonis. Karena koloid bertahan lebih lama dalam intravascular dan bila bersifat isotonis maka cairan osmolaritasnya mendekati darah. Sehingga mencegah juga perpindahan dari dan ke jaringan. Untuk mempertahankan keseimbangan cairan maka input cairan harus sama untuk mengganti cairan yang hilang. 6. a. Apa yang dimaksud asidosis ? → akumulasi asam dan ion hydrogen atau pengosongan cadangan alkali (bikarbonat) dalam darah dan jaringan tubuh mengakibatkan penurunan pH dibawah 7,4. b. Apa yang dapat menyebabkan asidosis ? → Disebabkan karena ph darah yg menjadi asam. Ph darah yang asam salah satunya disebabkan karena terganggunya metabolisme dimana metabolisme aerob glikolisis berubah menjadi metabolisme anaerob glikolisis. Pada metabolisme aerob glikolisi asam piruvat diubah menjadi asetil koenzim A tetapi pada metabolisme anaerob glikolisi asam piruvat diubah menjadi alkohol dan asam laktat. Asam laktat inilah yg menyebabkan Ph darah menjadi asam. c. Bagaimana mekanisme asidosis ? → Hal ini disebabkan sedikitnya pengiriman oksien ke jaringan, yang sangat mengurani metabolisme oksidatif makanan. Bila hal ini terjadi, sel memperoleh sebagian besar energinya melalui proses anaerobik dari glikolisis, yang menyebabkan pembentukan asam laktat secara berlebihan dalam jumlah yang banyak dalam darah. Selain itu, sedikitnya aliran darah yang melalui jarinan akan mencegah pembuanan normal karbondioksida. Karbondioksida bereaksi dengan air secara lokal di dalam sel guna membentuk asam karbonat intra sel berkonsentrasi tingi; asam karbonat ibi selanjutnya bereaksi dengan berbagai bahan kimia jarinan guna membentuk lagi bahan asam intrasel lainnya. Menurunya aliran darah juga akan menyebabkan CO2 tidak ditranport keluar tubuh seperti biasa CO2 akan berikatan dengan H2O yang akan menghasilkan H2CO3 dan akan terurai menjadi HCO3 dan H+. Normalnya HCO3 akan berikatan dengan Na yang diretensi di ginjal dan membentuk garam tetapi apabila HCO3 intra sel terlalu tinggi sehingga menyebabkan reaksi d. Bagaimana pengobatan asidosis ? → Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan yang berat. - Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya. - Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena, tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan. e. Bagaimana kompensasi tubuh terhadap asidosis ? → Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah: 1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia. Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari. 2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan. Penyangga pH yang paliing penting dalam darah menggunakan bikarbonat. Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam). Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat. 3. Pembuangan karbondioksida. Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan). Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksidadarah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit. Kulit merupakan organ terbesar tubuh, terdiri dari lapisan sel di permukaan yang disebut dengan epidermis, dan lapisan jaringan ikat yang lebih dalam, dikenal sebagai dermis. Kulit berguna untuk: 1. Perlindungan terhadap cedera dan kehilangan cairan, misalnya pada luka bakar ringan, 2. Pengaturan suhu tubuh melalui kelenjar keringat dan pembuluh darah, 3. Sensasi melalui saraf kulit dan ujung akhirnya yang bersifat sensoris, misalnya untuk rasa sakit (Moore, 2002). Fascia superficialis terdiri dari jaringan ikat jarang dan lemak. Fascia superficialis (hipodermis) ini terletak antara dermis dan fascia profunda di bawahnya, dan mengandung kelenjar keringat, pembuluh darah, limfe (getah bening) dan saraf kulit. Fascia profunda merupakan jaringan ikat padat yang susunannya lebih teratur dan berguna untuk menetapkan struktur dalam (misalnya otot) pada tempatnya (Moore, 2002). Tatalaksana Kegawatdaruratan pada Fraktur Ekstrimitas Tujuan utama dalam penanganan awal fraktur adalah untuk mempertahankan kehidupan pasien dan yang kedua adalah mempertahankan baik anatomi maupun fungsi ekstrimitas seperti semula. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan fraktur yang tepat adalah (1) survey primer yang meliputi Airway, Breathing, Circulation, (2) meminimalisir rasa nyeri (3) mencegah cedera iskemia-reperfusi, (4) menghilangkan dan mencegah sumber- sumber potensial kontaminasi. Ketika semua hal diatas telah tercapai maka fraktur dapat direduksi dan reposisi sehingga dapat mengoptimalisasi kondisi tulang untuk proses persambungan tulang dan meminimilisasi komplikasi lebih lanjut11 Survey Primer Setelah pasien sampai di UGD yang pertama kali harus dilakukan adalah mengamankan dan mengaplikasikan prinsip ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability Limitation, Exposure)12. 1. A : Airway, dengan kontrol servikal. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas oleh adanya benda asing atau fraktus di bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas 6 harus memproteksi tulang cervikal, karena itu teknik Jaw Thrust dapat digunakan. Pasien dengan gangguan kesadaran atau GCS kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway definitif12. 2. B : Breathing. Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi fungsi dari paru paru yang baik, dinding dada dan diafragma. Beberapa sumber mengatakan pasien dengan fraktur ektrimitas bawah yang signifikan sebaiknya diberi high flow oxygen 15 l/m lewat non-rebreathing mask dengan reservoir bag11, 12. 3. C : Circulation. Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan di sini adalah volume darah, pendarahan, dan cardiac output. Pendarahan sering menjadi permasalahan utama pada kasus patah tulang, terutama patah tulang terbuka. Patah tulang femur dapat menyebabkan kehilangan darah dalam paha 3 – 4 unit darah dan membuat syok kelas III. Menghentikan pendarahan yang terbaik adalah menggunakan penekanan langsung dan meninggikan lokasi atau ekstrimitas yang mengalami pendarahan di atas level tubuh. Pemasangan bidai yang baik dapat menurunkan pendarahan secara nyata dengan mengurangi gerakan dan meningkatkan pengaruh tamponade otot sekitar patahan. Pada patah tulang terbuka, penggunaan balut tekan steril umumnya dapat menghentikan pendarahan. Penggantian cairan yang agresif merupakan hal penting disamping usaha menghentikan pendarahan12. D : Disability. menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi singkat terhadap keadaan neurologis. yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi dan tingkat cedera spinal 12. E : Exposure. pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, seiring dengan cara menggunting, guna memeriksa dan evaluasi pasien. setelah pakaian dibuka, penting bahwa pasien diselimuti agar pasien tidak hipotermia12. 11. Lee C, Porter KM. Prehospital Management of Lower Limb Fracture. Emerg Med J 2005;22:660–663 12. American College of Surgeons Comittee on Trauma. Advanced Trauma Life Support for Doctors (ATLS) Student Course Manual. 8th ed. Chicago, IL : American College of Surgeons ; 2008