BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini semakin banyak penelitian dilakukan untuk mengembangkan nanoteknologi. Nanoteknologi menjadi menarik karena dapat diterapkan dalam berbagai bidang. Salah satu nanoteknologi yang diminati dan semakin dikembangkan adalah nanofiber. Hal tersebut dikarenakan nanofiber memiliki sifat unik yaitu kepadatan rendah, rasio luas permukaan yang sangat tinggi dibandingkan dengan berat/volume dan porositas tinggi dengan ukuran pori-pori yang kecil sehingga dapat menjangkau banyak aplikasi khusus (Nitanan et al. 2012). Beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan dalam pembuatan nanofiber, yaitu drawing, template synthesis, phase separation, self assembly, spittable biocomponent fibers dan electrospinning (Sayed, 2011). Salah satu metode yang cukup sederhana adalah elektrospinning. Istilah “elektrospinning” didapatkan dari “electrostatic spinning“, istilah tersebut baru banyak dipakai pada tahun 1994 padahal ide fundamental mengenai elektrospinning sudah ada sejak 60 tahun yang lalu (Huang et al. 2003). Tepatnya pada tahun 1934 metode elektrospinning dipatenkan oleh Antonin Formhals yang kemudian menjadi sebuah metode yang menarik untuk pembuatan nanofiber komposit (Lehrstuhl dan Ii 2013). Beberapa seri paten telah diterbitkan oleh Antonim Formhals periode tahun 1934-1944 yang mendeskripsikan peralatan eksperimen untuk memproduksi filamen polimer dengan menggunakan gaya elektrostatik. Pada masa sekarang diyakini sekitar seratus polimer yang berbeda telah berhasil dielektrospinning menjadi ultrafine fiber menggunakan metode elektrospinning (Huang et al. 2003). Secara sederhana proses elektrospining menggunakan arus listrik tegangan tinggi dan kemudian larutan dimuati dengan tegangan tinggi tersebut. Kemudian apabila daya dorong mekanik dan listrik mampu mengalahkan gaya 1 2 tegangan permukaan dari larutan polimer maka terbentuk polimer jet. Polimer jet ini bergerak ke arah kolektor. Dalam perjalanan menuju kolektor terjadi penguapan sehingga ukuran diameter berkurang ketika mengendap di kolektor. Elektrospinning dianggap menjanjikan karena prosesnya mudah, sederhana, produktivitas tinggi, biaya murah dan menjangkau skala industri (Lin et al. 2010). Fiber yang dihasilkan dari metode elektrospinning memiliki morfologi yang rapi, berdiameter kecil dan struktur jaringan yang saling terhubung (Huan et al. 2015). Sifat-sifat tersebut membuat fiber menjadi ideal untuk bermacam aplikasi seperti filtrasi, pakaian pelindung dan teknologi jaringan (Nitanan et al. 2012) Pada penelitian ini dilakukan pembuatan fiber polimer dengan metode elektrospinning. Polimer yang digunakan adalah polystyrene (PS) yang merupakan termoplastik dengan harga murah serta banyak digunakan dalam skala industri. Dalam aplikasi secara umum, polystyrene banyak digunakan sebagai bahan gelas plastik, wadah makan bening, wadah kaset audio/dvd dan lain-lain karena sifatnya yang tahan air (Nitanan et al. 2012). Aplikasi polystyrene yang dibuat dengan metode konvensional terbatas dalam banyak aspek, maka dilakukan modifikasi fisika dan kimia untuk meningkatkan kualitas aplikasi polystyrene. Elektrospinning menjadi salah satu metode yang memiliki utilitas besar dalam meningkatkan sifat bahan polystyrene. Aplikasi fiber polystyrene diantaranya adalah pada teknologi jaringan, filtrasi,sensor, immobilisasi enzim dan imobilisasi katalis (Uyar dan Besenbacher 2008). Pemahaman mendasar mengenai parameter-parameter yang mempengaruhi morfologi polimer dalam bentuk fiber menjadi sangat penting mengingat untuk aplikasi yang berbeda dibutuhkan morfologi yang berbeda pula. Parameterparameter yang mempengaruhi morfologi fiber yang dihasilkan dengan metode elektrospinning yaitu parameter alat elektrospinning, parameter larutan dan parameter ambient. Parameter alat elektrospinning meliputi tegangan yang dipakai, jarak tip ke kolektor, dan feedrate. Parameter larutan meliputi karakteristik pelarut, konsentrasi larutan, konduktivitas dan viskositas larutan, molecular weight dan tegangan permukaan larutan. Parameter ambient 3 diantaranya adalah suhu dan relative humidity (RH). Masing-masing parameter tersebut secara signifikan mempengaruhi morfologi dan struktur fiber hasil elektrospinning. Oleh karena itu, morfologi fiber yang diinginkan dapat dicapai dengan memperhatikan dan mengontrol parameter-parameter tersebut ( Ding B dan Yu J, 2014). Dalam penelitian ini diselidiki pengaruh beberapa parameter larutan terhadap morfologi fiber polystyrene hasil elektrospinning yaitu konsentrasi larutan polystyrene, jenis pelarut dan kombinasi antara kedua jenis pelarut. Pelarut yang digunakan untuk membuat larutan polimer polystyrene adalah pelarut organik dengan nilai tetapan dielektrik yang cukup besar karena polystyrene termasuk ke dalam polimer sintestis dan tidak larut di air. Pelarut yang digunakan pada penelitian ini adalah pelarut Dimethylformamide (DMF) dan Tetrahydrofuran (THF). 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan, jenis pelarut dan rasio kombinasi pelarut terhadap morfologi fiber polystyrene? 1.3 Batasan Masalah 1. Pelarut yang digunakan untuk menyelidiki pengaruh konsentrasi larutan terhadap morfologi fiber polystyrene adalah Dimethylformamide (DMF). 2. Pelarut yang digunakan untuk menyelidiki pengaruh jenis pelarut dan ratio kombinasi pelarut terhadap morfologi fiber polystyrene adalah Dimethylformamide (DMF) dan Tetrahydrofuran (THF). 3. Proses elektrospinning dilakukan pada tegangan 15 kV, jarak tip ke kolektor 12 cm dan diameter jarum 0,5 mm, yang dilakukan selama 1 jam. 4 1.4 Tujuan Penelitian Menentukan pengaruh konsentrasi larutan, jenis pelarut dan rasio kombinasi pelarut terhadap morfologi fiber polystyrene yang dihasilkan dengan metode elektrospinning. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pengaruh konsentrasi larutan, jenis pelarut dan rasio kombinasi pelarut yang digunakan terhadap morfologi yang dihasilkan dengan metode elektrospinning. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan data dalam pembuatan fiber polystyrene dengan struktur morfologi yang diinginkan guna mencapai aplikasi yang dituju. Untuk penelitian selanjutnya semoga dapat terbantu dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan ini dan dapat memberikan manfaat terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 1.6 Sistematika penulisan Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 6 bab yaitu : Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan dan Saran, serta dilengkapi dengan Daftar Pustaka dan Lampiran. BAB I menjelaskan latar belakang dilakukannya penelitian tentang pembuatan dan karakterisasi fiber polystyrene dengan metode elektrospinning serta berisi rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika dalam penulisan skripsi. BAB II berisi tinjauan pustaka yang memaparkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dan berkaitan dengan pembuatan dan karakterisasi fiber polystyrene. BAB III memuat dasar teori yang menjelaskan polimer, nanofiber, polystyrene, metode elektrospinning, perbedaan morfologi fiber dan SEM (Scanning Electron Microscopy). BAB IV berisi metode penelitian yang terdiri dari alat-alat dan bahan yang digunakan selama penelitian, metode analisis serta metode karakterisasi. 5 BAB V menjelaskan hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan hasil yang diperoleh. BAB VI berisi kesimpulan penelitian yang telah dilakukan dan berisi saran bagi penelitian selanjutnya. Daftar Pustaka berisi seluruh pustaka yang dirujuk oleh penulis. Lampiran berisi data-data dan perhitungan hasil penelitian.