Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili

advertisement
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis Muell. Arg.
Tanaman Karet berupa pohon dengan ketinggiannya dapat mencapai
30-40
m. Sistem perakarannya kompak/padat, akar tunggangnya dapat menembus tanah
hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m.
Batangnya bulat silindris, kulit kayunya halus rata berwarna pucat hingga kecokelatan
dan sedikit bergabus (Syamsulbahri, 1996).
Daun berselang – seling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin
berkilat. Petiola tipis, hijau dengan panjang 3,5 – 30 cm. Helaian anak daun
bertangkai pendek dan berbentuk lonjong atau oval, pangkal sempit dan tegang, ujung
runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5 - 35 cm dan
lebar 2,5 - 12,5 cm (Sianturi, 2001).
Tanaman karet termasuk tanaman berumah satu. Bunga jantan dan bunga
betina terdapat di dalam satu karangan bunga yang berbentuk panicla (malai). Pada
ujung ranting atau cabang yang telah menggugurkan daun, kadang-kadang malai
muncul pada ketiak daun yang lama, sebelum gugur daun. Pada satu karangan bunga
umumnya terdapat 3-15 malai. Bunga betina dalam satu malai bervariasi antara 0-30,
umumnya 4-6 bunga betina terbentuk di ujung-ujung sumbu malai. Jumlah bunga
Universitas Sumatera Utara
betina dalam satu pohon bervariasi dan pada keadaan pembungaan yang cukup baik,
jumlah bunga betina dapat mencapai 6000-8000 bunga per pohon (Siagian, 2005).
Buah beruang 3, jarang yang beruang 4 hinnga 6. Diameter buah 3 - 5 cm dan
terpisah 3, 4, atau 6 cocci berkatup 2, perikarp berbalok dan endokarp berkayu. Biji
besar, bulat bersegi 4, tertekan pada satu atau dua sisinya, berkilat, berwarna cokelat
nuda dengan noda-noda cokelat tua, panjang 2 - 3,5 cm dan lebar 1,5 - 3 cm dan tebal
1,5 – 2,5 cm (Sianturi, 2001).
Pertumbuhan stum mata tidur yang baik yaitu pertumbuhan jagur, tinggi
payung daun pertama >25 cm dengan diameter minimal 8 mm serta daun hijau segar
(Siagian, 2005).
Syarat Tumbuh
Iklim
Untuk petumbuhan terbaiknya, tanaman Karet memerlukan persyaratan iklim
dan tanah yang sesuai dengan daerah asalnya, Brazil yang beriklim tropis, daerah
yang cocok ditanami Karet yaitu daerah yang berada antara 15˚LU - 10˚LS. Suhu
harian yang diinginkan tanaman Karet adalah antara 25˚ - 30˚C. Ketinggian tempat
yang cocok untuk tanaman Karet adalah antara 6 – 700 m dari permukaan laut
(Setyamidjaja, 1993).
Tanaman karet menyenangi curah hujan yang cukup tinggi antara 2000 – 2500
mm/tahun. Kebutuhan sianr matahari juga cukup tinggi, dalam sehari memerlukan
5– 7 jam dengan intensitas yang cukup (Setiawan, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman Karet adalah rata – rata
berkisar antara 75% - 90%. Kelembaban yang terlalu tinggi tidak baik untuk
pertumbuhan Karet, karena dapat membuat laju aliran transpirasi tanaman karet
menjadi kecil sehingga absorbsi unsur hara dari tanah menjadi lambat. Selain itu
tanaman sering mengalami gutasi dan terjadi lelehan lateks akibat retakan kulit.
Angin yang betiup kencang dapat mengakibatkan patah batang, cabang atau tumbang.
Angin kencang pada musim kemarau sangat berbahaya, laju evapotranspirasi menjadi
besar (Sianturi, 2001).
Tanah
Tanaman karet termasuk tanaman perkebunan yang mempunyai toleransi
cukup tinggi terhadap kesuburan tanah. Tanaman ini tidak menuntut kesuburan tanah
yang terlalu tinggi. Tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang banyak
dijumpai di Indonesia. Tanaman ini masih bisa tumbuh dengan baik paa kisaran pH
3,5 – 7,5. Meskipun demikian, tanaman Karet akan berproduksi maksimal pada tanah
yang subur dengan pH antara 5 – 6 (Setiawan, 2000).
Tanaman karet bukanlah tanaman manja, dapat tumbuh pada tanah – tanah
yang mempunyai sifat fisik baik, atau sifat fisiknya dapat diperbaiki. Tanah yang
dikehendaki adalah bersolum dalam, kedalaman lapisan padas lebih dari 1 m,
permukaan air tanah rendah yaitu ± 10 – 20 cm. Sangat toleran terhadap kemasaman
tanah, dapat tumbuh pada pH 3,8 hingga 8,0, tetapi pada pH yang lebih tinggi sangat
menekan pertumbuhan (Sianturi, 2001).
Air Kelapa Sebagai Zat Pengatur Tumbuh
Universitas Sumatera Utara
Air kelapa merupakan salah satu produk tanaman yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan tanaman.
Menurut Dwijoseputro (1994) air kelapa selain mengandung mineral juga
mengandung sitokinin, fosfor dan kinetin yang berfungsi mempergiat pembelahan sel
serta pertumbuhan tunas dan akar. Selama ini air kelapa banyak digunakan di
laboratorium sebagai nutrisi tambahan di dalam media kultur jaringan.
Diperkirakan bahwa dalam air kelapa mengandung zeatin yang diketahui
termasuk dalam kelompok sitokinin. Sitokinin bersama dengan auksin mempunyai
peranan penting untuk kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan
diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar.
Namun demikian, peranan sitokinin dalam pembelahan sel tergantung pada adanya
fitohormon lain terutama auksin (Werner, dkk, 2001).
Air kelapa adalah salah satu bahah alami, didalamnya terkandung hormon
seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali serta senyawa
lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan
(Bey dkk,
2006).
Air kelapa mengandung unsur K yang tinggi sehingga dapat memacu
pertumbuhan tanaman. Fungsi K bagi tanaman yaitu mamperkuat tubuh tanaman
karena dapat menguatkan serabut-serabut akar, dapat memperlancar metabolisme dan
mempengaruhi penyerapan hara (Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Berikut ini merupakan kandungan zat yang ada dalam air kelapa muda:
Kandungan Air Kelapa
Asam Nikotinik
Mg/L
0.64
Universitas Sumatera Utara
Asam Pantotenik
Biotin
Riboflavin
Asam Folik
Thiamin
Pyridoxin
Auksin
Giberelin
1,3-Dipenilurea
Sorbitol
M-inositol
Scyllo-inositol
0.52
0.02
0.01
0.003
Sedikit
Sedikit
0.07
*
5.8
15.0
0.01
0.05
Mg/100g
Potassium/Kalium
312.0
Klor
183.0
Sodium
105.0
Posfor
37.0
Magnesium
30.0
Sulfur
24.0
Tembaga
0.10
Copper
0.04
Sumber: Yong,dkk (Nanyang Technological University), 2009.
Berdasarkan penelitian Maryoni (2005) pemberian konsentrasi air kelapa
dapat meningkatkan pertumbuhan panjang tunas dan bobot kering tunas pada stek
tanaman panili. Dari peningkatan panjang tunas secara linear diperoleh tunas
terpanjang adalah 100,519 cm yang didapat pada konsentrasi 100% air kelapa. Bobot
kering maksimum 9,05 g diperoleh pada konsentrasi air kelapa optimum 60,61%.
Konsentrasi air kelapa sebagai faktor tunggal berpengaruh nyata pada variabel jumlah
akar, panjang akar, bobot basah akar, bobot kering akar, dan bobot kering tunas.
Sampai konsentrasi 100% air kelapa yang diuji masih dapat meningkatkan panjang
akar, jumlah akar, bobot basah akar, bobot kering akar dan bobot kering tunas.
Komposisi nutrisi dari air kelapa dipengaruhi oleh jenis buah dan perbedaan
tingkat kemasakan buah. Sebagai tambahan, asam sikimik dan quinon juga ditemukan
Universitas Sumatera Utara
dalam air kelapa yang berbeda jenis dan tingkat kematangannya. Jumlah maksimum
terdapat dalam air kelapa yang berasal dari kelapa hijau yang muda (Majeed, 2003).
Berdasarkan penelitian Susiloadi (1999) tentang perendaman air kelapa
terhadap tanaman markisa dengan 4 faktor yaitu 0, 6, 12 dan 24 jam, lama
perendaman dengan air kelapa yang paling baik untuk pertumbuhan tunas dan
akarnya adalah 12 jam.
Peran Auksin Dan Sitokinin
Auksin adalah zat aktif dalam sistem perakaran. Senyawa ini membantu
proses pembiakan vegetatif. Pada satu sel auksin dapat mempengaruhi pemanjangan
sel, pembelahan sel dan pembentukan akar. Beberapa tipe auksin aktif dalam
konsentrasi yang sangat rendah antara 0.01 sampai 10 mg/L. Fungsi auksin: untuk
merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis
longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau
cangkokan. Auksin sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan
sebagai bahan aktif sering yang digunakan dalam persiapan hortikultura komersial
terutama untuk akar (Dewi, 2008).
Auksin eksogen dapat memacu pertumbuhan dan pemanjangan akar awal.
Pemberian auksin pada tanaman tanpa tajuk dapat membentuk akar samping. Selain
itu
juga
dapat
memacu
perkembangan
akar
liar
pada
batang
(Salisbury dan Ross, 1995).
Sitokinin diproduksi oleh akar dan dapat merangsang pembentukan akar
lateral meskipun pada konsentrasi sama dapat menghambat pertumbuhan sumbu
utama.
Meskipun
menghambat
pemuluran
akar
primer,
sitokinin
sangat
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan diameternya yang disebabkan rangsangan bersama dengan auksin dari
kegiatan kambium akar (Wilkins, 1992).
Sitokinin berfungsi memacu pembelahan sel dan pembentukan organ,
menunda penuaan, meningkatkan aktivitas wadah penampung hara, memacu
perkembangan kuncup samping tumbuhan dikotil, dan memacu perkembangan
kloroplas dan sintesis klorofil (Salisbury dan Ross, 1995).
Menurut Dewi (2008), sitokinin, auksin, dan faktor lainnya berinteraksi
dalam mengontrol dominasi apikal, yaitu suatu kemampuan dari tunas terminal
untuk menekan perkembangan tunas aksilar. Sitokinin yang masuk dari akar ke
dalam sistem tajuk tumbuhan, akan melawan kerja auksin, dengan mengisyaratkan
tunas aksilar untuk mulai tumbuh. Jadi rasio auksin dan sitokinin merupakan
faktor kritis dalam mengontrol penghambatan tunas aksilar. Auksin dari tunas
apikal menghambat pertumbuhan tunas aksilar. Hal ini menolong perpanjangan tunas
sumbu utama. Sitokinin, yang ditransportasi dari akar ke atas, berlawanan dengan
auksin, menstimulasi pertumbuhan tunas aksilar. Hal inilah yang menjawab
mengapa, pada kebanyakan tumbuhan, tunas aksilar di dekat ujung tajuk kurang
pertumbuhannya dibanding dengan tunas aksilar yang dekat dengan akar.
Respon terhadap hormon, biasanya tidak begitu
tergantung pada jumlah
absolut hormon tersebut, akan tetapi tergantung pada konsentrasi relatifnya
dibandingkan dengan hormon lainnya. Keseimbangan hormon, dapat mengontrol
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan daripada peran hormon secara mandiri.
Interaksi ini akan menjadi muncul dalam penyelidikan tentang fungsi hormon.
Sitokinin secara mandiri tidak mempunyai efek. Akan tetapi, apabila sitokinin itu
Universitas Sumatera Utara
ditambahkan bersama-sama dengan auksin, maka sel itu dapat membelah (Wilkins,
1992).
Auksin berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu
pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang penghambatan mata tunas samping, pada
konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi
(pengguguran) daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh auksin pertumbuhan
akar pada konsentrasi tinggi dapat menghambat perbesaran sel-sel akar (Salisbury
dan Ross, 1995).
Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang kompleks yaitu
tunas lateralnya tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola pertumbuhan ini
merupakan hasil interaksi antara auksin dan sitokinin dengan perbandingan tertentu.
Sitokinin diproduksi dari akar dan diangkut ke tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di
kuncup terminal kemudian diangkut ke bagian bawah tumbuhan. Auksin cenderung
menghambat aktivitas meristem lateral yang letaknya berdekatan dengan meristem
apikal sehingga membatasi pembentukan tunas-tunas cabang dan fenomena ini
disebut dominasi apikal. Kuncup aksilar yang terdapat di bagian bawah tajuk (daerah
yang berdekatan dengan akar) biasanya akan tumbuh memanjang dibandingkan
dengan tunas aksilar yang terdapat dekat dengan kuncup terminal. Hal ini
menunjukkan ratio sitokinin terhadap auksin yang lebih tinggi pada bagian bawah
tumbuhan. Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah satu
cara tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah
akar yang banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan
konsentrasi sitokinin ini akan menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam
Universitas Sumatera Utara
jumlah yang lebih banyak. Interaksi antagonis ini umumnya juga terjadi di antara
ZPT tumbuhan lainnya (Dewi, 2008).
Media Dan Lama Penyimpanan
Berdasarkan hasil penelitian dijelaskan bahwa stum mata tidur dapat
dipertahankan kesegarannya selama 3 sampai 4 minggu dengan membungkusnya
dalam satu lembar kertas koran yang lembab. Kertas koran merupakan media simpan
yang termurah, ringan, mudah diperoleh dan dipenuhi kebutuhannya (Erlan, 2004).
Kertas koran bekas dan plastil polyethylen dapat digunakan untuk menyimpan
stum mata tidur untuk pengiriman jarak jauh. Dan hasilnya, dapat mempertahankam
stum sampai 20 hingga 30 hari (Planters’ Bulletin, 1982).
BAHAN DAN METODA PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di Lahan Percobaan Balai Penelitian Karet Sungei
Putih Galang. Mulai Februari sampai Mei 2010 dengan ketinggian tempat ± 20 m di
atas permukaan laut.
Bahan dan Alat
Universitas Sumatera Utara
Download