Sheany Lestatila 405110062 KELOMPOK 3 BLOK KGD DEFINISI • Kejang: Manifestasi klinis yang khas yang berlangsung secara intermiten dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik di neuron otak. • Kejang merupakan petunjuk adanya gangguan fungsi sel-sel neuron di susunan saraf pusat. Epidemiologi Etiologi KLASIFIKASI ETIOLOGI Primary Neurologic Disorder Systemic Disorder Benign febrile convulsions of childhood Hypoglycemia Idiopathic / cryptogenic seizure Hyponatremia Cerebral dysgenesis Hyperosmolar states Symptomatic epilepsy Hypocalcemia Head trauma Uremia Stroke or vascular malformation Hepatic encephalopathy Mass lesions Porphyria CNS infections Drug toxicity, drug withdrawal Encephalitis, meningitis Global cerebral ischemia Cysticercosis Hypertensive encephalopathy HIV encephalopathy Pre-eclampsia, eclampsia Kelainan Sistemik Keterangan Hipoglikemi Serum glucose 20-30 mg/dL. Hiponatremi < 120mEq/L (dapat > tinggi apabila me↓cepat). Hyperosmolar Hyperosmolar nonketotic hyperglycemia, hipernatremi, terjadi ketika osmolaritas serum > 330 mOsm/L. Hipokalsemia 4.3-9.2 mg/dL baik dg atau tidak dg tetani. Uremia t.u ketika terjadi dg cepat, namun berkolerasi buruk dg kadar nitrogen serum. Overdosis obat Biasanya grand mal Penyebab sering: antidepresan, antipsikotik, kokain, insulin, isoniazid, lidocain, methylxanthines. Drug withdrawal Biasanya grand mal yg mereda sendiri scr spontan Sering ok etanol (dalam 48jam) & obat sedativ (dalam 2-4hr ~ 1mgg). Hypertermia Ok infeksi, heat stroke, lesi hipotalamus, obat2 (phencylidine, antikolinergik, neuroleptik, anestesi inhalasi). Ps dapat ataxia, ok neuron cereballar > rentan thd hipertermia. Klasifikasi Kejang KEJANG PARSIAL • Kejang fokal sederhana • Kejang parsial kompleks • Kejang parsial yg menjadi umum KEJANG UMUM • Absens • Mioklonik • Klonik • Tonik • Tonik-klonik • Atonik PARTIAL SEIZURE • Simple Partial Seizure – Gejala dapat diawali berupa motorik, sensorik, otonom, tergantung area kortex yg terlibat dapat self limited atau rekuren atau menyebar ke kortex motorik lain (Jacksonian March). – Otonom cth: pucat, flushing, berkeringat, midriasis, muntah, hipersalivasi, piloerection. – Gejala psikik (gg memori cth: déjà vu), gg kognitif, gg afektif (takut, depresi, sensasi²), halusinasi, ilusi. – Kesadaran (+) kec. Pada secondary generalization. – Pada fase postictal apabila (+) gejala neurologik defisit fokal cth: hemiparesis (Todd paralysis) 30min36jam lesi otak fokal. PARTIAL SEIZURE • Complex partial seizure – Kesadaran, responsif, memori terggg. – Biasanya gg bermula dari temporal, atau frontal medial (namun dapat dr tmpt lain). – Episode dpt didahului dg aura. – Sensasi epigastric (>>),gg afektif (rasa takut), gg psikik (déjà vu), sensorik (olfactory halucinations) kemudian disusul dg terggg kesadaran. – < 30 min (rata² 1-3min) – Gejala motorik cth: automatism, berupa: orobuccolingual (75%), gerakan facial, leher, tangan lain (50%). – Jarang: gerakan extremitas bilateral, gerakan berkaitan dg obyek, berdiri/duduk. Generalisasi sekunder dpt terjadi. Fase. Tonic Biasanya tanpa aura & (+) kehilangan kesadaran. Kontraksi tonic ekstremitas 10-30s pe1 fleksi lalu ekstensi, t.u punggung & leher. Kena o. respirasi suara menangis / moan, cyanosis. Risiko trauma lidah (ok kontraksi o. maseter), ps dapat terjatuh. Clonic Kontraksi – relaksasi – kontraksi – relaksasi bergantian 30-60s atau lebih, ditandai dg jerking simetris. Ventilasi biasanya membaik cyanosis mereda. Mulut penuh saliva, dapat inkontinensia urin. Lama2 frekuensi me↓, otot flaccid. Recovery Stat. Epileptikus Postictal confusion & sakit kepala 10-30min. > Lama pada stat. epilepticus atau (+) kelainan struktural, metabolik. PE pada fase ini (pada kejang idiopatik, metabolik) N, rx pupil sll N walau tak sadar, kadang babinski (+). Kejang terus² > 30 menit tanpa mereda spontan. Gawat darurat ok risiko otak rusak permanen ok hiperpireksia, kolaps ventilasi, eksitotoxic neuronal damage. Tonik Klonik Mioklonik Mioklonik Atonik Kontraksi mendadak, shock-like, yg dapat terlokalisir pada beberapa otot, ekstremitas, atau pada akhirna dpt tergeneralisasi. Juvenile Myoclonic Epilepsy plg >> onset: adolescence. Tipe kejang ini dapat idiopatik, atau terkait pny herediter jarang. Kehilangan tonus postural, kadang didahului dg myoclonic fall / drop attack. Biasanya tdp pada pnykt Lennox Gastaut Syndrome. Absence (petit mal) • Absence (petit mal) seizure – Biasanya m.p tipe kejang yg ditransmisi scr genetis, mulai pada childhood jarang hingga adolescence. – Ciri: kehilangan kesadaran (5-10s) tanpa gg postural, gejala motorik subtle (kedipan mata, sedikit gerakan kepala) ketika selesai lgs orientasi kembali. – Dapat tjd bbrp x / hari gg aktivitas sekolah & sosial sering dikira retardasi mental. – Dapat diinduksi hiperventilasi. – EEG 3/s spike & wave pattern saat kejang. TATA LAKSANA KEJANG Penatalaksanaan • Fase akut penghentian kejang 0 – 15 menit: – Yakinkan bahwa aliran udara pernapasan baik. – Monitoring tanda vital, pertahankan perfusi oksigen ke jaringan, berikan oksigen. – Anti konvulsan diazepam 0,3 mg/kg IV atau 0,5 – 0,75 mg/kg per rektal; midazolam 0,2 mg/kg IM. – Bila pasien dalam keadaan stabil, lakukan anamnesis terarah, lakukan pemeriksaan umum dan neurologi secara cepat. – Cari tanda-tanda trauma, kelumpuhan fokal, dan tanda-tanda infeksi. 5 – 10 menit: – Pemasangan akses intravena. – Pengambilan darah untuk pemeriksaan: darah rutin, glukosa, dan elektrolit. – Pemberian diazepam 0,2 – 0,5 mg/kgBB IV, atau dapat diberikan diazepam rektal 0,5 mg/kg (bb <10 kg = 5 mg; bb >10 kg = 10 mg), dosis maksimal 10 mg/dosis. – Lorazepam 0,05 – 0,1 mg/kg IV (maks 4 mg) alternatif lain: midazolam 0,05 – 0,1 mg/kg IV. – Jika hipoglikemia glukosa 25% 2 ml/kg. 10 – 15 menit: – Cenderung menjadi status konvulsivus. – Berikan fenitoin 15 – 20 mg/kg IV diencerkan dengan NaCl 0,9% dengan kecepatan 25 – 50 mg/menit. – Dosis ulangan fenitoin 5 – 10 mg/kg sampai maksimum dosis 30 mg/kg. > 30 menit: – Pemberian antikonvulsan dengan masa kerja panjang. – Fenobarbital 10 mg/kg IV bolus perlahan-lahan dengan kecepatan 100 mg/menit. Dapat diberikan dosis tambahan 5 – 10 mg/kg dengan interval 10 – 15 menit. – Pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan, seperti analisis gas darah, elektrolit, gula darah. – Awasi tanda-tanda depresi pernapasan. – Bila kejang masih berlangsung intubasi & kirim ke unit perawatan intensif. Berikan fenobarbital 5 – 8 mg/kg IV, diikuti dengan pemberian fenobarbital drip dengan dosis 3 – 5 mg/kg/jam dalam beberapa jam dengan pernapasam melalui bantuan alat bantu napas. • Pengobatan jangka panjang – Pengobatan ditujukan kepada faktor penyebab. – Tidak diperlukan OAE jika faktor penyebab sudah diobati. – Pengobatan dimulai dengan satu jenis obat (monoterapi) jika dengan dosis maksimal kejang tidak teratasi pertimbangkan kombinasi terapi dengan OAE lainnya. STATUS EPILEPTICUS STATUS EPILEPTICUS • Definisi & Epidemiologi: – Kejang terus menerus > 30menit, atau dengan jeda dimana diantara jeda tsb, ps tetap (-) sadar. – Kejang: 3% di ICU. SE: 50000-250000 kasus/thn. – Angka mortalitas SE: 1-2% (murni) ~ 22% (ok etiologi yg mendasari). • Etiologi (dewasa): – Tersering: stroke, penghentian th/ OAE, cryptogenic, penghentian alkohol, anoxia, gg metabolik. • SE: konvulsif (GCSE), non konvulsif (NCSE) STATUS EPILEPTICUS • Biasanya tanpa aura & kesadaran hilang mendadak – Myoclonic SE biasanya ps anoxic encephalopathy, atau gg metabolik. – SE dg penyebaran sekunder biasanya ok lesi struktural. – Partial SE biasanya ps stroke, ps dg massa yg membesar cepat. • Penting!!!: NCSE ok th GCSE yg (-) adekuat: – Jika th adekuat biasanya: 15-20min ps sadar. – Ps yg (-) sadar >20min harus diasumsikan NSCE. – NSCE berbahaya ok gejala SE diluar (-) tampak, tapi efek destruktif SE di otak mx berjalan harus dith (emergent) dg diawasi monitor EEG. • Me↑nya aktivitas seluler pada ps SE – ↑ kebutuhan O2 & glukosa + aliran darah (pada awalnya) akan me↑ – Namun >20min supply energi << induksi katabolisme lokal u/ mensupport kerja dari pompa ion – Ke2 proses ini etiologi mayor dari kerusakan otak pada ps SE – Ingat, bagian² otak sensitif, t.u hippocampus Efek Lain² pada ps SE Setelah 20 Menit ↑kontraksi otot as. Laktat darah ↑, produksi panas ↑ Aktivitas motorik ↓ ↑ tek. Arteri sistemik & pulmo Hiperglikemia N(±1jam) hipoglikemia Sulit bernafas ekskresi CO2 ↓ Ventilasi biasanya membaik Suhu masih tetap dapat tinggi Lain2: rhabdomiolisis yg dapat berujung ke gg ginjal Proses akut yang bisa menimbulkan status epileptikus Proses kronis yang bisa menimbulkan status epileptikus • Gangguan metabolik (gangguan elektrolit, gagal ginjal, sepsis) • Infeksi SSP • Stroke • Trauma kepala • Toksisitas obat • Hipoksia • Preexisting epilepsy • Penghentian obat OAE • Tumor atau stroke PEM. PENUNJANG & KOMPLIKASI SE • Paling penting: observasi • Pem. Lab: – Pada ps SE dg etio yg (-) dapat dijelaskan studi: biasanya ok coccaine. – hipoCa sebagai etio primer jarang (kecuali pada neonatus) apabila ditemukan, tetap cari kemungkinan etio lain. • Radiologi: CT Scan, MRI • EEG • Apabila suspek infeksi: (meningeal sign, dg / tanpa dg demam) cek CSF + th/ Ab sambil menunggu hasil. • Komplikasi: – Rhabdomiolisis – Hipotermi – Serebral edema Cek Lab: Glukosa, elektrolit, Mg, Ca, tes fs hati & ginjal, CBC, toxicology screen, drug level Neurologic Emergency : Status Epilepticus •Assess the ABC •Check fingerstick glucose •Establish IV access Send blood lab studies Give 100 mg IV Thiamine, followed by 50% dextrose infusion Lorazepam 0,1mg/kg IV, Diazepam 0,2 mg/kg (PR); 10 mg IV If status epilepticus continue Phenytoin 20mg/kg IV (or fosphenytoin equivalent) If status epilepticus continue •Intubated if not already done •Phenobarbital 20mg/kg If status epilepticus IV continue •Induce coma with barbiturates, midazolam, or propofol •Institute continuous bedside EEG monitoring Infeksi SSP: Meningitis • Peradangan yg terjadi pd meningen membran protektif yg menyelubungi otak & med. Spinalis • Etiologi: bakterial (S.pneumonia, H.influenza, N. meningitidis), viral, proses sekunder pd keganasan. • Berkembang melalui 2cara : A. Hematogen: bakteri melalui peredaran darah menembus sawar darah otak inflamasi menings. B. Langsung trauma kepala N.meningitidis: Nasofaring kontaminasi sekret atau udara • Manifestasi klinis: Gejala dini Gejala lanjut Demam Nyeri kepala Kaku kuduk Kernig & Brudzinski + Fotofobi 59% pasien trias klasik meningitis bakterial Seizure Kelumpuhan saraf kranial Tanda neurologi fokal Tuli TIK meningkat • PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Baku emas pewarnaan gram & kultur bakteri + dr CSF & darah CT-scan , MRI edema atau shift • MANAJEMEN Meningitis bakterial AB iv: Penisilin (ampisilin, piperasilin) atau Sefalosporin (seftriaskon, sefotaksim) Meningitis jamur amfoterisin B Deksametason terapi ajuvan 15-20mnt sblm dosis pertama AB & setiap 6jam selanjutnya dgn tappering off. Infeksi ssp ENSEFALITIS • MANIFESTASI KLINIS Peningkatan TIK Defisit fokal neurologik Kejang gg. Kesadaran Demam (+ / -) • DIAGNOSA KLINIS Anamnesis CT-scan atau MRI Lumbal pungsi Kejang EEG Manajemen kejang akibat inf. SSP Iritasi korteks, inflamasi meningen, infark otak, demam tinggi, hipotermi -> kejang Keterlambatan penanganan / manajemen tdk benar gejala sisa permanen. • • • • IV line, cegah aspirasi (posisi lateral dekubitus) Diazepam 10mg.iv, diulang tiap 5mnt disertai pemberian O 2 Siapkan alat bantu pernafasan Persiapkan pemeriksaan GD, elektrolit Kejang berhenti: secondary survey • Pantau airway & pernafasan • Antikonvulsan siapkan, C-A-B segera, O2 Diazepam waktu paruh teraupetik 15mnt u/ kontrol kejang Bila masih kejang Diazepam diulang 5mg iv, max 20mg. Fenitoin 15-20 mg/kg BB iv pemberian lambat. (cepat: perubahan EKG dan aritmia) goritme penatalaksanaan kejang pada orang dewasa Komplikasi Fase Kejang Keterangan FASE 1 ( 0 – 30 menit ) mekanisme terkompensasi • Kegagalan mekanisme hambatan intrinsik (GABA) • Pelepasan adrenalin dan noradrenalin • Peningkatan metabolisme dan aliran darah otak • Hipertensi, hiperpireksia • Hiperventilasi, takikardi, asidosis laktat FASE 2 ( > 30 menit ) • Kegagalan autoregulasi mekanisme tak terkompensasi cerebral • Edema otak, depresi napas, aritmia, hipotensi • Hipoglikemia, hiponatremia, hipertermia, DIC STROKE STROKE ISCHEMIA SYSTEMIC HYPOTENSION HEMORRHAGE THROMBOSIS EMBOLISM Shock Cardiac arrest Arrhythmias Border zone (Water shed) infarcts SUBARACHNOID INTRACEREBRAL Ruptured aneurysm AVM Coagulopathy SMALL VESSELS LARGE VESSELS FROM HEART Arteriolosclerosis (Lipohyalinosis) Atherosclerosis Dissection Hypercoaguable state Other vasculopathy Fibromuscular dysplasia Vasculitis Valvular Disease Rheumatic Endocarditis Mitral valve prolapse Following MI Atrial myxoma Arrhythmias Non-rheumatic atrial fibrillation Sick sinus syndrome Air emboli Fat emboli Foreign bodies Lacunar infarcts Sites: Putamen Caudate Thalamus Pons Deep cerebellar white matter Subcortical white matter Note: embolic infarcts are often hemorrhagic Hypertension Vasculopathy Amyloid angiopathy Vasculitis Coagulopathy Drugs Cocaine Amphetamines Hypertensive ICH Sites: same as lacunar infarcts Komplikasi • Paralysis • Kesulitan dalam berbicara dan menelan • Tidak mampu mengingat atau sulit untuk memahami suatu konsep • Rasa sakit Pemeriksaan laboratorium • • • • • Physical examination and tests Carotid ultrasound Arteriography Computerized tomography (CT) Magnetic resonance imaging (MRI). • Echocardiography. Intracerebral hemorrhage. A computed tomographic scan shows a parenchymal hemorrhage involving the left thalamus and posterior Tata laksana • Ischemic stroke – Penangan darurat dengan obat • Aspirin (pada stroke hemoragic akan memperparah) • Tissue plasminogen activator – Operasi • Carotid endarterectomy • Angioplasty and stents • Hemorrhagic stroke – Aneurysm clipping. – Coiling (aneurysm embolization). – Surgical AVM removal. In endovascular embolization, doctors pass a soft, flexible wire into the aneurysm via a catheter. The wire coils inside the aneurysm, causing a clot that seals it. Terapi 1. ABC harus diamankan 2. Pasien stroke sering menunjukkan tekanan darah yang meningkat tidak harus diturunkan. 3. Hipertensi yang bertahan (sistolik>220mmhg atau diastolik > 120mmhg) dapat diturunkan secara bertahap dengan nitroprusid atau labetol. 4. TIA sering diobati dengan aspirin atau tiklopidin untuk mencoba mencegah pembekuan lebih berat. 5. Baru-baru ini telah dibuktikan bahwa stroke iskemik responsif terhadap terapo trombolitik pada sebagian pasien. a. Dosis t-PA adalah 0,9 mg/kg, tidak lebih dari 90 kg, 10% dari dosis total diberikan dalam 1 menit, sisanya dalam 60 menit. b. Saat ini, aspirin dan heparin tidak digunakan bersamaan dengan t-PA untuk stroke (berlawanan dengan terapi trombolitik pada MI). 6. Heparinisasi digunakan pada beberapa pasien dengan stroke iskemik, khususnya yang disebabkan oleh diseksi arteri karotis. 7. Bedah darurat dapat dilakukan pada stroke hemoragik, tapi seringkali tidak. 8. Bedah profilaktik atau oklusi endovaskuler untuk mencegah perdarahan lebih lanjut dari semua aneurisma atau AVM harus sangat dipertimbangkan pada pasien dengan SAH. 9. Penentu utama gangguan neurologis SAH mungkin adalah vasospasme lambat daripada perdarahannya sendiri. Blokade kalsium profilaktik dengan nimodipine, 60 mg PO setiap 6 jam mungkin efektif. Tetapi umumnya tidak dimulai di UGD.