BAB I PENDAHULUAN Peningkatan sumber daya manusia sangatlah penting dilakukan agar mampu menghadapi persaingan global yang terjadi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas layanan pendidikan yang ada. Kualitas pelayanan tidak lepas dari adanya kerja sama dari guru yang memberikan pelayanan secara langsung. Pelayanan pendidikan oleh guru ditunjukkan melalui komitmen guru dalam meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan yang dimiliki. Peningkatan kualitas pendidikan idealnya mengacu pada tingkat komitmen organisasional guru. Kualitas pelayanan pendidikan akan tidak maksimal apabila komitmen yang dimiliki oleh para guru masih rendah. Komitmen guru Yayasan Pendidikan Eben Haezer masih rendah, meskipun pihak pengelola telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah-sekolah YPE. Beberapa hal yang berkaitan dengan rendahnya komitmen para guru YPE adalah motivasi kerja, kepuasan kerja, dan usia. 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi mewujudkan terciptanya hubungan internasional. Pada tahap ini negara-negara di dunia menjalin kerjasama satu sama lain dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang pendidikan. Pada awal Juli 2014, UNESCO melaporkan bahwa suatu badan penginjilan untuk orang-orang asing yang bermarkas di Australia mengunjungi Yankin Education College di Yangon, Myanmar. Dalam kunjungan tersebut badan penginjilan menghibahkan US$ 2,5 juta untuk mengimplementasikan kerjasama UNESCO Myanmar dengan penginjilan pendidikan Myanmar. Untuk mempertahankan kualitas pendidikan dalam tingkat global, Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sangat dibutuhkan. Dalam konteks pendidikan, SDM yang dimaksud adalah guru. Guru merupakan salah satu 1 unsur angkatan kerja. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), mengalami kenaikan dalam periode 1986–2013. Namun, Programme for International Study Assessment (PISA) pada tahun 2012 menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan peringkat terendah dalam pencapaian mutu pendidikan (Tempo, 2013). Kualitas pendidikan juga ditentukan oleh layanan yang diberikan oleh lembaga pendidikan kepada SDM yang dimiliki. Menurut Boediono, kualitas layanan pendidikan sangat dibutuhkan untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia. Kualitas layanan pendidikan di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Adanya perbedaan kualitas layanan pendidikan disebabkan oleh banyak faktor mulai dari keterpencilan, keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan, serta tidak meratanya penyebaran guru yang berkompeten dan berkomitmen (Tempo, 2013). Meski demikian, Jusuf Kalla (Detiknews, 2008) mengatakan pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru-guru. Begitu pula YP Eben Haezer, pihak pengelola yayasan juga telah berupaya meningkatkan kualitas guru-guru yang bernaung di YP Eben Haezer melalui pelatihan-pelatihan bagi para guru, termasuk pelatihan yang diselanggarakan oleh pemerintah. Namun, ternyata tidak semuanya berjalan sesuai harapan pihak pengelola YP Eben Haezer dan pemerintah. Berdasarkan pantauan penulis, guru-guru kurang memberi respon positif terhadap aksi tersebut. Guru-guru yang dikirim sering kali mengikuti pelatihan-pelatihan dengan kurang antusias. Hal ini ditunjukkan melalui bahasa tubuh, tindakan protes, dan keluhan-keluhan yang kerap terlontar secara sengaja maupun tidak disengaja. Untuk mendapatkan fenomena yang terkait komitmen organisasi, penulis melakukan observasi dan wawancara awal. Penulis mewawancarai 10 guru yang mengikuti kegiatan pelatihan dan pengenalan Kurikulum 2013 2 yang dilaksanakan dalam masa liburan sekolah pada Maret 2013 di kantor LP3K Sinode Salatiga. Hasil observasi dan wawancara tersebut menunjukkan fakta bahwa dari 10 guru yang mengikuti kegiatan itu, 2 guru menyambut positif dan mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak Yayasan untuk kemajuan pelayanan pendidikan YP Eben Haezer sudah sepatutnya didukung. Mereka akan antusias mengikuti pelatihan-pelatihan meskipun itu di luar jam kerja, bahkan jika di hari libur. Mereka beranggapan bahwa hal itu merupakan upaya yayasan untuk meningkatkan kualitas guru-guru di YP Eben Haezer. Sebaliknya, masih ada 8 guru menunjukkan respon negatif terhadap pelatihan itu. Mereka kurang dengan senang hati mengikuti kegiatan yang diadakan oleh pihak Yayasan dan menganggap bahwa kegiatan tersebut membuang-buang waktu. Menurut mereka, waktu liburan akan lebih berharga jika dihabiskan bersama keluarga dibandingkan mengikuti pelatihan, terlebih lagi jika pelatihan yang diadakan pada hari libur atau di luar jam kerja. Berdasarkan fenomena yang terkait dengan komitmen organisasi yang ditemukan, penulis menyimpulkan bahwa ada masalah yang berhubungan dengan komitmen organisasi muncul karena beberapa alasan. Pertama, adanya ketidaksesuaian antara nilai dan tujuan pribadi para guru dengan nilai dan tujuan Yayasan. Para guru lebih mengutamakan masa liburan untuk acara keluarga daripada melihatnya sebagai kesempatan untuk meningkatkan kualitas kerja dan mencapai tujuan Yayasan. Kedua, sebagian besar guru kurang memperhitungkan akibat yang akan diterima jika selalu keberatan bahkan menolak upaya-upaya peningkatan kualitas guru yang diadakan pihak pengelola Yayasan. Yayasan sebagai organisasi menghendaki adanya peningkatan kualitas guru sampai pada tingkat yang ditentukan. Guru-guru yang tidak mencapai tingkat kualitas tersebut berkemungkinan mendapat sanksi atau dikeluarkan dari Yayasan; dan Ketiga, masih rendahnya tanggungjawab etis dan kewajiban moral para guru terhadap Yayasan. Para guru kurang melihat ketergantungannya pada yayasan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan. Sesulit apapun situasi 3 yang dihadapi para guru, tidak menjadi hambatan bagi para guru untuk senantiasa mengabdi secara loyal terhadap Yayasan. Tumpukan aplikasi lamaran kerja di ruang tata usaha YP Eben Haezer merupakan salah satu tanda bahwa peminat mengajar di sekolah-sekolah dalam naungan YP Eben Haezer masih tinggi. Yayasan mungkin akan mempertimbangkan ulang untuk bekerja sama dengan guru yang kurang memiliki komitmen terhadap organisasi YP Eben Haezer. Komitmen organisasi penting bagi sebuah organisasi. Organisasi akan memeroleh manfaat jika karyawan memiliki komitmen organisasi seperti yang diungkapkan oleh Mathieu & Zajac (1990, dalam Unuvar, 2006) diantaranya yaitu produktifitas yang dihasilkan akan lebih tinggi dan kualitas kerja karyawan juga akan tinggi, serta adanya komitmen organisasi ini tingkat “turnover” (keluar dari pekerjaan) menjadi rendah. Menurut Mowday, Porter, & Steers (1979, dalam Rocha et al, 2008) komitmen organisasi memiliki implikasi bagi karyawan, organisasi dan masyarakat, serta berpengaruh terhadap sikap dan perilaku karyawan. Sikap dan perilaku yang dimiliki oleh karyawan menjadi hal yang menentukan keberhasilan sebuah organisasi. Hal ini dikuatkan oleh penelitian Douglas (2010) yang menyatakan bahwa komitmen organisasi guru merupakan hal yang sangat penting, karena dapat menentukan keberhasilan sekolah. Seperti yang dikemukakan oleh Riley & Smith (1997) dalam penelitiannya menyatakan komitmen organisasi merupakan salah satu aspek penting dari perilaku guru, kualitas serta kinerja guru. Komitmen organisasi guru yang tinggi akan memengaruhi kinerja guru dan kualitas mengajar guru. Selain itu komitmen organisasi yang dimiliki oleh guru akan memengaruhi perilaku guru dari turnover. Disamping itu guru yang memiliki komitmen organisasi akan mengajar dengan maksimal, agar dapat memberikan kualitas pelayanan pendidikan kepada murid-murid dengan baik, seperti pada penelitian Celep (n.d.) yang menemukan bahwa guru yang memiliki komitmen akan memberikan pelayanan mengajar kepada murid-muridnya meskipun sudah berada di 4 luar kelas. Guru akan secara maksimal memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak didiknya meskipun tidak di dalam kelas. Komitmen para guru di YP Eben Haezer pastinya akan memiliki dampak bagi yayasan itu sendiri, baik dampak positif maupun dampak negatif yang akan ditimbulkan. Jika melihat dari kemungkinan yang akan muncul, dampak positif dari adanya komitmen guru di YP Eben Haezer ialah para guru akan memiliki kualitas yang tinggi untuk pelayanan yang akan diberikan di YP Eben Haezer. Guru-guru akan memberikan pelayanan mengajar yang lebih baik, seperti dampak yang ditemukan oleh Chi et al (2013). Chi et al (2013) mengatakan bahwa guru yang memiliki komitmen akan memiliki kinerja yang lebih baik sehingga akan berdampak pula pada kinerja siswa yang lebih baik di dalam kelas. Tingginya komitmen organisasi berpengaruh pada peningkatan kualitas layanan pendidikan yang menjadi tinggi dan juga peningkatan loyalitas para guru untuk memajukan YP Eben Haezer akan tinggi. Para guru yang berkomitmen akan mengupayakan yang terbaik untuk perkembangan YP Eben Haezer. Guru akan lebih bertanggung jawab melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya demi memajukan sekolah dan yayasan di mana ia bekerja. Sementara itu komitmen organisasi yang dimiliki oleh guru juga akan berdampak pada prestasi siswa (Kindel, 2011). Pada dasarnya jika dilihat dari dampak negatif yang akan ditimbulkan jika guru-guru tidak memiliki komitmen organisasi, loyalitas para guru akan perkembangan YP Eben Haezer rendah. Selain itu, pekerjaan yang dilakukan tidak maksimal sehingga akan berdampak pula pada rendahnya kualitas pelayanan pendidikan di YP Eben Haezer. Rendahnya komitmen organisasi para guru akan berdampak pula pada rendahnya rasa tanggung jawab pada pekerjaan, serta pada kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh pihak yayasan. Pekerjaan yang dilakukan pun akan terlihat asal-asalan saja. Para ahli pernah meneliti komitmen organisasi, dalam hubungannya dengan berbagai aspek, baik hubungan asosiatif, maupun hubungan 5 kausal. Cemaloglu et al (2012) menemukan adanya hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional kepala sekolah dengan komitmen organisasi guru. Tahere et al (2012) menemukan korelasi antara pengalaman kerja dan kepuasan kerja dengan komitmen organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Susanj & Jakopec (2012) menunjukkan kontribusi signifikan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi. George & Sabapathy (2012), Malik & Nawab et al (2010), Ustuner (2009), Choong et al (2011), menemukan adanya hubungan positif antara motivasi kerja dengan komitmen organisasi. Lebih jauh lagi penelitian dilakukan oleh Alhaji & Fauziah (2011) yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan komitmen organisasi terdapat variabel pengendalian, yaitu motivasi kerja dan kepuasan kerja. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang sudah ada, komitmen organisasi guru dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional kepala sekolah, pengalaman kerja, kepuasan kerja, motivasi kerja, dan usia. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa motivasi kerja yang dimiliki oleh karyawan signifikan memengaruhi tingkat komitmen organisasi karyawan. Adanya motivasi kerja yang tinggi akan berpengaruh pada tinggi rendahnya komitmen organisasi. Karyawan dalam hal ini guru, ketika memiliki motivasi kerja yang tinggi baik dari dalam dirinya sendiri ataupun dari luar dirinya akan memengaruhi tingginya komitmen organisasi yang dimilikinya ketika bekerja. Sehingga ketika karyawan memiliki komitmen organisasi yang tinggi maka karyawan akan dengan senang bekerja pada organisasi tersebut bahkan akan berusaha untuk dapat mengembangkan organisasi dan berusaha untuk dapat mencapai tujuan dari organisasi itu sendiri. Peningkatan komitmen organisasi akan menghasilkan efisiensi dan lebih besar dari tujuan yang diinginkan oleh organisasi. Organisasi juga harus menghargai karyawan yang sudah bekerja dengan keras, hal ini akan mendorong komitmen karyawan untuk bekerja dengan lebih baik. Hasil penelitian yang telah dilakukan 6 sebelumnya sedikit berbeda dari hasil penemuan yang dilakukan oleh Tella et al (2007), Tahere et al (2012), dan Berg (2011), yang menemukan korelasi negatif antara motivasi kerja dengan komitmen organisasi. Selain faktor motivasi kerja, faktor kepuasan kerja juga mempunyai hubungan dengan komitmen organisasi karyawan. Hasil penelitian mengenai komitmen organisasi yang telah dilakukan sebelumnya oleh para ahli menguatkan untuk meneliti komitmen organisasi yang dimiliki oleh guru di YP Eben Haezer. Penelitian terdahulu menunjukkan adanya korelasi antara pengalaman kerja dan kepuasan kerja dengan komitmen organisasi (Tahere et al, 2012), menunjukkan kontribusi signifikan kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi (Susanj & Jakopec, 2012). Hal ini, dikuatkan oleh hasil penemuan yang dilakukan Ustuner (2009) serta Malik & Nawab et al (2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kepuasan kerja dengan komitmen organisasi. Dari penelitian tersebut maka dapat diketahui bahwa kepuasan kerja memengaruhi komitmen organisasi. Semakin tinggi kepuasan kerja akan memengaruhi tinggi rendahnya komitmen organisasi. Tidak terkecuali pada guru. Ketika guru mendapatkan kepuasan dalam pekerjaan mereka, guru juga akan dengan senang hati mempunyai komitmen organisasi pada tempat di mana ia bekerja. Guru yang merasa puas dalam pekerjaannya selain lebih berkomitmen untuk mengajar anak-anak, juga guru akan mempunyai komitmen untuk memajukan sekolah agar dapat bersaing dengan sekolah-sekolah yang lainnya. Komitmen organisasi guru secara demografis menunjukkan adanya perbedaan tingkat komitmen. Faktor demografis yang memberikan perbedaan tingkat komitmen dapat berupa faktor usia. Seperti yang ditemukan oleh Butucha (2013) yang menyatakan bahwa usia dapat membedakan tingkat komitmen organisasi karyawan meskipun pengaruhnya kecil. Senada dengan Butucha, Wang (2007), Yucel & Bektas (2012), juga menemukan bahwa tingkat komitmen organisasi guru 7 yang berusia 40 tahun ke atas lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat komitmen organisasi guru yang berusia di bawah 40 tahun. Kematangan usia seseorang akan semakin memengaruhi tingkat berpikirnya untuk mengambil keputusan dalam berkomitmen, terlebih lagi dalam berkomitmen dengan pekerjaannya. Adanya pro kontra mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan Tella et al (2007), Berg (2011), dan Tahere et al (2012) bahwa motivasi berkorelasi negatif dengan komitmen organisasi, serta melihat hasil penelitian yang telah mendukung menunjukkan bahwa komitmen organisasi dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga yang akan menjadi fokus pada penelitian ini ialah faktor motivasi kerja, kepuasan kerja, dan usia. Motivasi kerja, kepuasan kerja, dan usia penting dan menunjang komitmen organisasi guru. Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, penulis meneliti hubungan antara motivasi kerja guru, kepuasan kerja guru, dan usia guru dengan Komitmen Organisasi guru di sekolah-sekolah YP Eben Haezer. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan masalah yang muncul antara lain: a) Apakah ada hubungan antara motivasi kerja guru dan kepuasan kerja guru dengan komitmen organisasi guru di Yayasan Pendidikan Eben Haezer Salatiga? b) Apakah ada pengaruh interaksi antara motivasi kerja guru dan usia guru dengan komitmen organisasi guru di Yayasan Pendidikan Eben Haezer Salatiga? c) Apakah ada pengaruh interaksi antara kepuasan kerja guru dan usia guru dengan komitmen organisasi guru di Yayasan Pendidikan Eben Haezer Salatiga? 8 d) Apakah ada perbedaan komitmen organisasi guru ditinjau dari usia guru di Yayasan Pendidikan Eben Haezer Salatiga? 1.3 Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui: a) hubungan antara motivasi kerja guru dan kepuasan kerja guru dengan komitmen organisasi guru di Yayasan Pendidikan Eben Haezer Salatiga, b) pengaruh interaksi antara motivasi kerja guru dan usia guru dengan komitmen organisasi guru di Yayasan Pendidikan Eben Haezer Salatiga, c) pengaruh interaksi antara kepuasan kerja guru dan usia guru dengan komitmen organisasi guru di Yayasan Pendidikan Eben Haezer Salatiga, dan d) perbedaan komitmen organisasi guru ditinjau dari usia guru di Yayasan Pendidikan Eben Haezer Salatiga. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat baik secara teoritis maupun praktis. a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang psikologi dan pendidikan. b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi YP Eben Haezer dalam membuat kebijakan-kebijakan dan pengelolaan. 9 10