BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis adalah penyakit peradangan (bukan infeksi) pada kulit. Terlihat seperti bercak merah dan bersisik. Sisik itu lumayan tebal, dan kadang-kadang rontok sendiri. Bila digaruk, bercaknya menjadi seperti bekas kerikan lilin sehingga kerap disebut bercak lilin. Psoriasis biasanya muncul di tempat-tempat yang sering tertekan seperti lutut, atau siku. Sekitar 10–30% penderita psoriasis juga mengalami radang sendi. Biasanya, psoriasis muncul pada usia dewasa dan pada sepertiga kasus memang faktor keturunanlah yang berperan. Tapi, penyebab pasti psoriasis sendiri sampai sekarang belum jelas. Diduga penyakit ini ada kaitannya dengan autoimun, yaitu terganggunya sistem imun tubuh oleh beragam hal, termasuk akibat beragam infeksi. Psoriasis merupakan penyakit kronis dan mudah kambuh. Artinya, berlangsung sepanjang hidup dan sampai saat ini belum ada pengobatan pastinya. Pengobatan yang mungkin berhasil baik pada seorang pasien belum tentu memberikan hasil serupa pada pasien yang lain. Penanganan sangat tergantung dari berat ringannya gejala. Satu dari sepuluh pasien psoriasis mengalaminya di usia kanak-kanak. Psoriasis yang diperoleh di masa ini cenderung menyebar ke seluruh tubuh dan selalu muncul kembali meski sempat menghilang. Pasien biasanya diberi obat untuk mengurangi rasa gatal. Di lain pihak, tidak jarang pasien mengalami tekanan psikologis, merasa rendah diri, dan frustrasi. Makanya, penting sekali untuk menerangkan pada anak bahwa psoriasis sama saja dengan penyakit lain. Penyakit bukan alasan untuk kehilangan rasa percaya diri. Si kecil pasti bisa mengatasi aspek psikologisnya, apalagi jika Anda sering berdiskusi dengannya. Dan siapa tahu, dalam waktu yang tidak terlalu lama, ada penemuan baru yang akan sangat membantu penderita psoriasis. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana karakteristik penyakit Psoriasis? Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Psoriasis? 1.3. Tujuan 1. Tujuan Umum Dengan makalah ini Keperawatan Psoriasis. di harapkan mahasiswa mampu memahami tentang Asuhan 2. Tujuan Khusus Dengan makalah ini di harapkan pembaca khususnya mahasiswa mampu memahami tentang Definisi, Etiologi, Manisfestasi klinik, Patofosiologi, Kompikasi,Penatalaksanaan Psoriasis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERTIAN PSORIASIS • Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai dengan plaque, bercak, bersisik yang dikenal dengan nama penyakit papulosquamoas. (Price, 1994) • Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit dimana produksi selsel epidermis terjadi dengan kecepatan 6-9 x lebih besar daripada kecepatan sel normal. (Smeltzer, Suzanne) • Psoriasis merupakan penyakit radang kulit kronik dan rekuren / kambuhan, ditandai dengan adanya bercak-bercak kemerahan dengan sisik putih yang kasar dan tebal. (www.sinarharapan.co.id) • Psoriasis adalah suatu penyakit radang kulit yang kronis. Penyakit ini ditandai dengan bercak-bercak merah dengan sisik kasar dan tebal. Penyakit tersebut dianggap sebagai suatu penyakit gangguan kekebalan tubuh, yang dipengaruhi terutama oleh sel T (salah satu jenis sel darah putih). Sel T yang teraktivasi akan berinteraksi dengan sel kulit (terutama keratinosit) dan mengakibatkan pembentukan kulit yang tebal dan bersisik. (www.suarapembaharuan.com) • Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Biasanya bentuk kulit bersisik. Kemunculan penyakit ini terkadang untuk jangka waktu lama atau timbul/hilang, penyakit ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup serta mengganggu kekuatan mental seseorang bila tidak dirawat dengan baik. (www.psoriasis.or.id) • Psoriasi adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik. (Effendy, 2005) • Psoriasis penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak eritema berbatas tegas di tutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat. (Siregar, 2005) 2.2. ETIOLOGI 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui. Diduga penyakit ini diwariskan secara poligenik. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis timbul secara spontan, namun pada beberapa penderita dijumpai adanya faktor pencetus antara lain: Trauma Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma, garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena Koebner. Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya trauma. Infeksi Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh. Iklim Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan akan kambuh. Faktor endokrin Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis cenderung membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan setelah melahirkan. Kadangkadang psoriasis pustulosa generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah pengobatan progesteron dosis tinggi. Sinar matahari Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis namun pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita. Metabolik Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis. Obat-obatan Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia. Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat menimbulkan efek “withdrawal”. Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah diakui sebagai pencetus psoriasis. Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis. Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata. Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan dapat memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah : Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal. Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik. Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit. Emosi tak terkendali. Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit menjadi merah, misalnya mengandung alcohol. 2.3. PATOFISIOLOGI Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena: 1. Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan pembentukannya dimana pada kulit normal memerlukan waktu 26-28 hari, pada psoriasis hanya 3-4 hari sehingga gambaran klinik tampak adanya skuama dimana hiperkeratotik. Disamping itu pematangan sel-sel epidermis tidak sempurna. 2. Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang kronik dimana terdapat penyembuhan dan kekambuhan spontan serta predileksi lesinya pada tempat-tempat tertentu. 3. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi: a. Peningkatan replikasi DNA. b. Berubahnya kadar siklik nukleotida. c. Kelainan prostaglandin dan prekursornya. d. Berubahnya metabolisme karbohidrat. Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian terlepas dari permukaan kulit. Pada penderita psoriasis, sel kulit akan matur dan menuju permukaan kulit pada 3-4 hari, sehingga akan menonjol dan menimbulkan bentukan peninggian kumpulan plak berwarna kemerahan. Warna kemerahan tersebut berasal dari peningkatan suplai darah untuk nutrisi bagi sel kulit yang bersangkutan. Bentukan berwarna putih seperti tetesan lilin (atau sisik putih) merupakan campuran sel kulit yang mati. Bila dilakukan kerokan pada permukaan psoriasis, maka akan timbul gejala koebner phenomenon. Terdapat banyak tipe dari psoriasis, misalnya plaque, guttate, pustular, inverse, dan erythrodermic psoriasis. Umumnya psoriasis akan timbul pada kulit kepala, siku bagian luar, lutut, maupun daerah penekanan lainnya. Tetapi psoriasis dapat pula berkembang di daerah lain, termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia, wajah, dll. Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis menunjukkan adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat (AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) sikli. Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi pembentukan plak psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas. 2.4. Manifestasi Klinis Lesi muncul sebagai bercak-bercak merah menonjol pada kulit yang ditutupi oleh sisik berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut terbentuk karena penumpukan kulit yang hidup dan mati akibat peningkatan kecepatan pertumbuhan serta pergantian sel-sel kulit yang sangat besar. Jika sisik tersebut dikerok, maka terlihat dasar lesi yang berwarna merah gelap dengan titik-titik perdarahan. Bercak-bercak ini tidak basah dan bisa terasa gatal atau tidak gatal. Psoriasis ditandai dengan hiperkeratosis dan penebalan epidermis kulit serta proses radang, sehingga timbul skuamasi (pengelupasan) dan indurasi eritematosa (kulit meradang dan kemerahan). Menyerang kulit, kuku, mukosa dan sendi, tetapi tidak pada rambut. Pada umumnya tidak membehayakan jiwa, kecuali yang mengalami komplikasi, namun penyakit ini sangat mengganggu kualitas hidup. Kulit penderita psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah yang makin melebar dan ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis. Tumbuhnya tidak selalu diseluruh bagian kulit tubuh kadang-kadang hanya timbul pada tempat-tempat tertentu saja, karena pergiliran sel-sel kulit bagian lainnya berjalan normal. Psoriasis pada kulit kepala dapat menyerupai ketombe, sedangkan pada lempeng kuku tampak lubang-lubang kecil rapuh atau keruh. Penyakit psoriasis dapat disertai dengan / tanpa rasa gatal. Kulit dapat membaik seperti kulit normal lainnya setelah warna kemerahan, putih atau kehitaman bekas psoriasis. Pada beberapa jenis psoriasis, komplikasi yang diakibatkan dapat menjadi serius, seperti pada psoriasis artropi yaitu psoriasis yang menyerang sendi, psoriasis bernanah (psoriasis postulosa) dan terakhir seluruh kulit akan menjadi merah disertai badan menggigil (eritoderma). Gejala dari psoriasis antara lain: Mengeluh gatal ringan. Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya. Terdapat fenomena tetesan lilin. Menyebabkan kelainan kuku. 2.5. Penatalaksanaan Medik Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian epidermis, meningkatkan resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan penyakit tersebut. Pendekatan terapeutik harus berupa pendekatan yang dapat dipahami oleh pasien, pendekatan ini harus bisa diterima secara kosmetik dan tidak mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi psoriasis akan melibatkan komitmen waktu dan upaya oleh pasien dan mungkin pula keluarganya. Ada tiga terapi yang standar yaitu topikal, intralesi dan sistemik. 1. Terapi Topikal Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan lainnya.Obat-obatannya mencakup preparat ter, anthralin, asam salisilat dan kortikosteroid.Terapi dengan preparat ini cenderung mensupresi epidermopoisis (pembentukan sel-sel epidermis). a) Formulasi ter mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan psoriatik yang cepat.Terapi ter dapat dikombinasikan dengan sinar ultraviolet-B yang dosisnya ditentukan secara cermat sehingga menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang antara 280 dan 320 nanometer (nm).Selama fase terapi ini pasien dianjurkan untuk menggunakan kacamata pelindung dan melindungi matanya.Pemakaian sampo ter setiap hari yang diikuti dengan pengolesan losion steroid dapat digunakan untuk lesi kulit kepala.Pasien juga diajarkan untuk menghilangkan sisik yang berlebihan dengan menggosoknya memakai sikat lunak pada waktu mandi. b) Anthralin Preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème, Lasan) yang berguna untuk mengatasi plak psoriatik yang tebal yang resisten terhadap preparat kortikosteroid atau preparat ter lainnya. c) Kortikosteroid Topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah obat ini dioleskan, bagian kulit yang diobati ditutup dengan kasa lembaran plastik oklusif untuk menggalakkan penetrasi obat dan melunakkan plak yang bersisik. 2. Terapi Intralesi Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10, Trymex) dapat dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang terlihat nyata atau yang terisolasi dan resisten terhadap bentuk terapi lainnya.Kita harus hati-hati agar kulit yang normal tidak disuntuik dengan obat ini. 3. Terapi Sistemik Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel epidermis sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis yang psoriatik. Walaupun begitu, obat ini bisa sangat toksik, khususnya bagi hepar yang dapat mengalamim kerusakan yang irreversible.Jadi, pemantauan melalui pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk memastikan bahwa sistem hepatik, hematopoitik dan renal pasien masih berfungsi secara adekuat. Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan dengan metotreksat karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan kerusakn hepar. Metotreksat bersifat teratogenik (menimbulkan cacat fisik janin) pada wanita hamil. a. Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis DNA. Monitoring pasien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan gejal depresi sumsum tulang. b. Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah rejeksi organ yang dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam pengobatan kasus-kasus psoriasis yang berat dan resisten terhadap terapi. Kendati demikian, penggunaannya amat terbatas mengingat efek samping hipertensi dan nefroktoksisitas yang ditimbulkan (Stiller, 1994). c. Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam vitamin A) akan memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan epiterial, dan dengan demikian pemakaian preparat ini memberikan harapan yang besar dalam pengobatan pasien psoriasis yang berat. d. Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan umum pasien adalah psoralen dan sinar ultraviolet A (PUVA). Terapi PUVA meliputi pemberian preparat fotosensitisasi (biasanya 8-metoksipsoralen) dalam dosis standar yang kemudian diikuti dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang panjang setelah kadar obat dalam plasma mencapai puncaknya. Meskipun mekanisme kerjanya tidak dimengerti sepenuhnya, namun diperkirakan ketika kulit yang sudah diobati dengan psoralen itu terpajan sinar ultraviolet A, maka psoralen akan berkaitan dengan DNA dan menurunkan proliferasi sel. PUVA bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai dengan resiko jangka panjang terjadinya kanker kulit, katarak dan penuaan prematur kulit. e. Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan setelah 2 jam kemudian diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet gelombang panjang denagn intensitas tinggi. (sinar ultraviolet merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang mengandung panjang gelombang yang berkisar dari 180 hingga 400 nm). f. Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi plak yang menyeluruh. Terapi ini dikombinasikan dengan terapi topikal ter batubara (terapi goeckerman). Efek sampingnya serupa dengan efek samping pada terapi PUVA. g. Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah derivat dari Vitamin A. Bisa diminum sendiri atau dikombinasi dengan sinar ultraviolet. Hal ini dilakukan pada penderita yang sudah bandel dengan obat obat lainnya yang terdahulu. Di antara pengobatan tersebut diatas, yang paling efektif untuk mengobati psoriasis adalah dengan ultraviolet (fototerapi), karena dengan fototerapi penyakit psoriasis dapat lebih cepat mengalami “clearing” atau “almost clearing” (keadaan dimana kelainan/gejala psoriasis hilang atau hampir hilang). Keadaan ini disebut “remisi”. Masa remisi fototerapi tersebut bisa bertahan lebih lama dibandingkan dengan pengobatan lainnya. Pengobatan fotokemoterapi, yaitu dengan menggunakan kombinasi radiasi ultraviolet dan oral psoralen (PUVA), namun kelemahannya adalah untuk jangka panjang dapat menimbulkan kanker kulit. Fototerapi UVB konvensional dengan menggunakan sinar UVB broadband dengan panjang gelombang 290-320 nm. Terapi kurang praktis karana pasien harus masuk ke dalam light box. Fototerapi dengan alat Monochromatic Excimer Light 308 nm (MEL 308 nm) merupakan bentuk fototerapi UVB yang paling mutakhir dengan menggunakan sinar laser narrowband UVB dengan panjang gelombang 308 nm. Dibandingkan dengan narrowband UVB, MEL 308 nm lebih cepat dan lebih efektif dalam mengobati psoriasis yang resisten. Beberapa tips untuk penderita psoriasis: Jaga kulit agar tetap berminyak. Minyak, cream, dan petroleum jelly adalah moisturizer yang baik. Gunakan pelembab bila udara terasa panas. Penyinaran dengan sinar matahari akan menghilangkan psoriasis pada beberapa orang, namun kulit terlebih dulu diolesi dengan minyak dan dilakukan lubrikasi. Mandi dengan air panas akan mengurangi sisik yang timbul. Penggunaan moisturizer segera setelah mandi akan berguna. Meminimalisasi kontak dengan sabun dan bahan kimia. Gunakan sabun yang sangat lembut, sabun moisturizing, atau sabun yang bebas pembersih. Lindungi kulit dari cidera, sebab cidera dapat memperparah plaque yang timbul. 2.6. Pencegahan Ada baiknya kita mempelajari beberapa hal sebagai upaya pencegahan, perlu diketahui sebelumnya bahwa psoriasis lebih sering muncul pada kulit yang kering. Oleh sebab itu, bagi pembaca yang memiliki kulit cenderung kering, hindarilah menggunakan scrub saat mandi, sering-seringlah mengoleskan moisturizer atau pelembab kulit dengan teratur, gunakanlah sabun mandi khusus yang mengandung moisturizer atau susu kambing. 2.7. Pengobatan Pengobatan psoriasis biasanya dilakukan dengan berbagai cara mulai dengan salep oles (topikal), obat telan (sistemik) maupun dengan penyinaran menggunakan sinar UVB. Baik pengobatan salep maupun penyinaran hanya membantu meredam penyakit tersebut dan tidak menyembuhkan sama sekali, sehingga sewaktu-waktu penyakit ini dapat timbul kembali. Salep oles yang umum digunakan antara lain yang mengandung kortikosteroid, vitamin D3 analog (misalnya calcipotriol) dan anthralin. Salep tersebut dioleskan langsung ke kulit yang terkena psoriasis untuk mengurangi proses peradangan, menghilangkan kerak, dan memperlambat waktu pergantian kulit. Apabila dengan pengobatan topikal tidak memberikan respon dengan baik, maka tahap selanjutnya adalah dengan penyinaran ultraviolet (phototherapy). Lampu untuk penyinaran ini memiliki panjang gelombang 311-313 nm dan berapa lama penyinaran dengan lampu ini berbeda-beda tergantung tiap penderita. Bila dengan phototherapy ini pun tidak memberikan hasil yang maksimal, maka tahap selanjutnya adalah menggunakan obat telan (sistemik), antara lain methotrexate, cyclosporine dan retinoid. Namun penggunaan obat telan ini harus dengan petunjuk dan pengawasan dokter sebab obat-obat tersebut memiliki efek samping yang cukup berbahaya. Maka dari itu, setiap penderita harus melakukan tes darah terlebih dahulu dan mengecek fungsi hati. 2.7. Macam-Macam Psoriasis Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara lain: a. b. c. d. e. f. Psoriasis punctata Psoriasis folikularis Psoriasis guttata Psoriasis numularis Psoriasis girata Psoriasis anularis g. Psoriasis diskoidea h. Psoriasis ostracea i. Psoriasis rupioides : : : : : : Lesi sebesar jarum pentul atau milier. Lesi dengan skuama tipis terletak pada muara folikel rambut. Lesi sebesar tetesan air. Lesi sebesar uang logam. Lesi sebesar daun. Lesi melingkar berbentuk seperti cincin karena adanya involusi dibagian tengahnya : Lesi merupakan bercak solid yang menetap. : Lesi berupa penebalan kulit kasar dan tertutup lembaranlembaran skuama mirip kulit tiram. : Lesi berkrusta mirip rufiasifil Gambar. a Gambar. d Gambar. c Gambar. f Gambar. d Gambar. g Gambar. i 2.8. Komplikasi Psoriasis Pustulosa Kadang-kadang diatas makula eritematosa pada psoriasis timbul pustula-pustula kecil dengan ukuran 1-2 mm. keadaan ini dikenal dengan psoriasis postula. Ada 2 bentuk psoriasis postula: a. Psoriasis postulosa generalisata (bentuk Von Zumbusch). Bentuk ini bersifat akut, merupakan bentuk sistemik dari psoriasis dengan ciri eritematosa disertai demam dan gejala penyakit sistemik yang lain. Postula dapat timbul diatas lesi psoriasis atau pada kulit sehat yang mengalami eritema sebelumnya. Lesi ini menyebar dengan cepat dan timbulnya bergelombang. Postula yang timbul tersusun berkelompok atau diskret. Kuku menebal dan pecah-pecah karena adanya nanah. Mukosa mulut dan lidah dapat mengalami kelainan. Kematian terjadi karena toksik atau infeksi. b. Psoriasis postulosa lokalisata (bentuk Barber) Bentuk ini bersifat kronik dan sangat resisten terhadap pengobatan. Biasanya menyerang telapak tangan dan telapak kaki serta distribusinya simetris. Lesi berupa postula diatas plak eritematosa, berskuama. Postula yang masih baru berwarna kuning, kemudian berubah menjadi kuning kecoklatan dan bila postula mengering berwarna coklat gelap. Akhirnya postula yang kering ini mengelupas. Kadang-kadang timbul rasa gatal tetapi lebih sering timbul keluhan seperti rasa terbakar. Psoriasis arthritis Biasanya mengenai sendi-sendi interfalangeal distal dari jari tangan dan kaki. Pada stadium akut, sendi yang terserang menjadi bengkak, keras dan sakit. Bila berlangsung lama dapat menimbulkan kerusakan tulang dan synovial eusion, menyebabkan pemendekan tulang dan hal ini mengakibatkan pergerakan sendi menjadi sulit, jari memendek dan kaku dalam posisi fleksi. Secara rotgenologik tampak sendi yang atrofi dengan permulaan osteoporosis diikuti peningkatan densitas tulang, penyempitan rongga persendian dan erosi permukaan sendi. Psoriasis eritrodermia Psoriasis yang kronik dan luas dengan perjalanan penyakit yang lama dapat berkembang menjadi eritodermia. Seluruh permukaan tubuh menjadi merah dan tertutup skuama putih yang halus. Umumnya bentuk ini timbul akibat pemakaian obat topikal atau penyinaran yang berlebihan. Biasanya sulit diobati dan bila pengobatan berhasil maka erupsi eritodermia menghilang dan lesi psoriasis yang khas akan muncul kembali. BAB III PEMBAHASAN 3.1. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Psoriasis 3.1.1. Pengkajian Keperawatan (Pengkajian 11 Pola Gordon) 1. 2. Pola Persepsi Kesehatan a) Adanya riwayat infeksi sebelumya. b) Pengobatan sebelumnya tidak berhasil. c) Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu. d) Adakah konsultasi rutin ke Dokter. e) Hygiene personal yang kurang. f) Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan. Pola Nutrisi Metabolik a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan. b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas. c) Jenis makanan yang disukai. d) Napsu makan menurun. e) Muntah-muntah. f) Penurunan berat badan. g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan. h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih. 3. Pola Eliminasi a) Sering berkeringat. b) Tanyakan pola berkemih dan bowel. 4. Pola Aktivitas dan Latihan a) Pemenuhan sehari-hari terganggu. b) Kelemahan umum, malaise. c) Toleransi terhadap aktivitas rendah. d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan. e) 5. Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas. Pola Tidur dan Istirahat a) Kesulitan tidur pada malam hari karena stres. b) Mimpi buruk. c) Pola Persepsi Kognitif d) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat. e) 6. Pengetahuan akan penyakitnya. Pola Persepsi dan Konsep Diri a) Perasaan tidak percaya diri atau minder. b) Perasaan terisolasi. c) Pola Hubungan dengan Sesama d) Hidup sendiri atau berkeluarga 7. e) Frekuensi interaksi berkurang f) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran Pola Reproduksi Seksualitas a) Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan. b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon. 8. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress a) Emosi tidak stabil b) Ansietas, takut akan penyakitnya c) 9. Disorientasi, gelisah Pola Sistem Kepercayaan a) Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah b) Agama yang dianut 3.1.2. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi. 2. Gangguan body image berhubungan dengan adanya sisik pada kulit. 3. Kurang pengetahuan terhadap penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi, kurang informasi. 4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi akibat psoriasis 5. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis 6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri 3.1.3. Intervensi Keperawatan NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL 1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi. DS: Px mengeluh nyeri, gatal, rasa panas pada kulit DO: kulit memerah pada daerah yang terkena, ada lesi Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan tidak terjadi gangguan pada integritas kulit. Dengan kriteria hasil: -Mempertahankan integritas kulit. -Tidak ada lesi. Kaji atau catat ukuran, warna, keadaan luka / kondisi sekitar luka. Lakukan kompres basah dan sejuk atau terapi rendaman. Lakukan perawatan luka dan hygiene sesudah itu keringkan kulit dengan hati-hati dan taburi bedak yang tidak iritatif. 1. Berikan prioritas untuk meningkatkan kenyamanan dan kehangatan pasien Gosokkan krim pelembab atau minyak secara lembut. Kolaborasi:berika n terapi ultraviolet (fototerapi) Memberikan informasi dasar tentang penanganan kulit. Ø Merupakan tindakan protektif yang dapat mengurangi nyeri. Memungkinkan pasien lebih bebas bergerak dan meningkatkan kenyamanan pasien. Dengan fototerapi penyakit psoriasis dapat lebih cepat mengalami “clearing” atau “almost clearing” (keadaan dimana kelainan / gejala psoriasis hilang atau hampir hilang) 2. 2. Gangguan body image berhubungan dengan adanya sisik pada kulit. DS: Px nyeri, gatal, DO: terdapat sisik pada daerah terkena, Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan tidak terjadi gangguan body image. Dengan kriteria hasil: -Menyatakan penerimaan situasi diri. -Bicara dengan keluarga/orang terdekat tentang situasi, perubahan yang terjadi. Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang perubahan citra tubuh. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien. Bantu klien dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali serta mengatasi masalah. Klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami dalam proses peningkatan kepercayaan diri. Memberikan kesempatan kepada perawat untuk menetralkan kecemasan dan memulihkan realitas situasi. Kesan seseorang terhadap dirinya sangat berpengaruh dalam pengembalian kepercayaan diri 2. 3. Kurang pengetahuan terhadap penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi, kurang informasi. DS: Px apatis Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam di harapkan pasien dapat mengerti tentang penyakit dan pengobatan yang berhubungan dengan penyakitnya. Mendukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri, mendorong sosialisasi dengan orang lain dan membantu klien ke arah penerimaan diri. Pendekatan dan saran yang positif dapat membantu menguatkan usaha dan kepercayaan yang dilakukan Kaji ulang prognosis dan harapan yang akan datang. Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi. Diskusikan perawatan kulit contoh penggunaan pelembab dan pelindung sinar matahari. Gatal, lepuh, dan sensitifitas luka yang sembuh. 3. 4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi akibat psoriasis DS: Px nyeri, DO: adanya tonjolan pada daerah terkena, kulit memerah pada daerah yang terkena Dengan kriteria hasil : • pasien mengerti dan paham tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan. • pasien dapat mengerti tentang tindakan pengobatan dan terapi • melakukan perubahan pola hidup tertentu dan berpartisipas i dalam program pengobatan. Dorong kesinambungan program latihan dan jadwalkan periode istirahat. Kerusakan integritas kulit dapat teratasi dalam 3 x 24 jam. Kriteria hasil: Area terbebas dari infeksi lanjut. 2. Kulit bersih, kering, dan lembab Kaji keadaan kulit Kaji ulang pengobatan, termasuk tujuan, dosis, rute, dan efek samping yang diharapkan dapat di laporkan. Kaji keadaan umum dan observasi TTV Kaji perubahan warna kulit. Pertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering. Mempertahank an mobilitas, menurunkan komplikasi dan mencegah kelelahan, membantu proses penyembuhan. Pengulangan memungkinkan kesempatan untuk bertanya dan menyakinkan pemahaman yang akurat. Mengetahui dan mengidentifikas i kerusakan kulit untuk melakukan intervensi yang tepatMengetahu i perubahan status kesehatan pasien. Mengetahui keefektifan sirkulasi dan mengidentifikas i terjadinya komplikasi 4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obatobatan Membantu mempercepat proses penyembuhan Untuk mempercepat penyembuhan 5. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis DS: Px sulit tidur DO: Px menarik diri, cemas, gelisah Ansietas dapat diminimalkan sampai dengan diatasi setelah 3 x 24 jam Kaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebab bila mungkin Kaji ulang keadaan umum pasien dan TTV Identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu untuk menghadapinya dengan lebih realistis Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya 5. 6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri DO: Px menarik diri, gelisah, cemas Kriteria Hasil : 1. Pasien tampak rileks 2. Pasien mendemonstrasikan /menunjukan kemampuan mengatasi masalah dan menggunakan sumber-sumber secara efektif 3. Tanda-tanda vital normal 4. Pasien melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi Berikan waktu pasien untuk mengungkapkan masalahnya dan dorongan ekspresi yang bebas, misalnya rasa marah, takut, ragu Gangguan konsep diri teratasi dalam 3 x 24 jam Kriteria Hasil : 1. Dapat berinteraksi seperti biasa. 2. Rasa percaya diri timbul kembali. Kaji perubahan perilaku pasien seperti menutup diri, malu berhadapan dengan orang lain. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan Csd Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan pasien Agar pasien merasa diterima Ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman dapat menyebabkan timbulnya ansietas Mengurangi kecemasan pasien Mengetahui tingkat ketidakpercaya an diri pasien dalam menentukan intervensi selanjutnya Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara perawatpasien. 6. Beri harapan dalam parameter situasi individu. Berikan penguatan positif terhadap kemajuan Dorong interaksi keluarga Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif Mempertahank an garis komunikasi dan memberikan dukungan terusmenerus pada pasien 3.1.4. IMPLEMENTASI • Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi. 1. Mengkaji atau mencatat ukuran, warna, keadaan luka / kondisi sekitar luka. 2. Melakukan kompres basah dan sejuk atau terapi rendaman. 3. Melakukan perawatan luka dan hygiene sesudah itu keringkan kulit dengan hati-hati dan taburi bedak yang tidak iritatif. 4. Memprioritaskan untuk meningkatkan kenyamanan dan kehangatan pasien 5. Menggosokkan krim pelembab atau minyak secara lembut. Berkolaborasi memberikan terapi ultraviolet (fototerapi) • Gangguan body image berhubungan dengan adanya sisik pada kulit. 1. Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang perubahan citra tubuhnya. 2. Menilai rasa keprihatinan dan ketakutan pada klien. 3. Membantu klien dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali diri serta mengatasi masalah. 4. Mendukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri, mendorong sosialisasi dengan orang lain dan membantu klien ke arah penerimaan diri. • Kurang pengetahuan terhadap penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi, kurang informasi. 1. Mengkaji ulang prognosis dan harapan yang akan datang. 2. Mendiskusikan perawatan kulit, contoh penggunaan pelembab dan pelindung sinar matahari. 3. Mendorong kesinambungan program latihan dan jadwalkan periode istirahat. 4. Mengkaji ulang pengobatan, termasuk tujuan, dosis, rute, dan efek samping yang diharapkan dapat di laporkan. 5. Memberikan nomor telepon untuk orang yang di hubungi. • Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi akibat psoriasis. 1. Mengkaji keadaan kulit 2. Mengkaji keadaan umum dan observasi TTV 3. Mengkaji perubahan warna kulit. 4. Mempertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering. 5. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan • Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis. 1. Mengkaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebab bila mungkin 2. Mengkaji ulang keadaan umum pasien dan TTV 3. Memberikan waktu pasien untuk mengungkapkan masalahnya dan dorongan ekspresi yang bebas, misalnya rasa marah, takut, ragu 4. Menjelaskan semua prosedur dan pengobatan csd 5. Mendiskusikan perilaku koping alternatif dan tehnik pemecahan masalah 3.1.5. EVALUASI NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI 1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi Lesi hampir hilang sampai hilang 2. Gangguan body image berhubungan dengan adanya sisik pada kulit Pasien menyatakan menerima situasi diri Pasien berbicara dengan keluarga tentang situasi dan perubahan yang terjadi pada dirinya 3. Kurang pengetahuan terhadap penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi, kurang informasi Pasien mengerti dan paham tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan. Pasien dapat mengerti tentang tindakan pengobatan dan terapi Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan 4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi akibat psoriasis Inflamasi hampir hilang sampai hilang 5. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis Pasien tampak rileks Tanda-tanda vital normal Pasien melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi 6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri Pasien dapat berinteraksi seperti biasa. Rasa percaya diri pasien timbul kembali. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya adalah autoimun tetapi cara penurunannya belum dimengerti sepenuhnya. Penyakit ini bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuma yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai fenomen tetesan lilin, auspitz dan kobner. Dan penyebab penyakit ini belum dapat diketahui secara pasti, namun, faktor imun mungkin berperan karena penyakit yang parah dapat timbul pada orang dengan gangguan kekebalan, · · · 4.2 Saran Diharapkan agar mahasiswa mampu menguasai pengetahuan tentang Psoriasis Meningkatkan cara hidup sehat, seperti intake makanan yang baik, keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, serta memonitor status kesehatan Menjaga Personal Hygiene DAFTAR PUSTAKA Doengoes, E, Marilynn. (2000). “Rencana Asuhan Keperawatan”, Edisi 3, EGC: Jakarta. Price, Wilson. (1995). “Patofisiologi”, Edisi 4, EGC: Jakarta. Smeltzer, Suzanne. (2002). “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8, Volume 3, EGC: Jakarta. Cowin, Elizabeth J. (2009). “Buku Saku Patofisiologi”, Edisi 3; alih bahasa, Nike Budhi Subekti; editor edisi bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha. EGC. Jakarta. Thomson, A.D.,R.E.Cotton. (1997).”Catatan Kuliah Patofisiologi”, Edisi 3; alih bahasa, R.F. Maulany; editor bahasa Indonesia, Melfiawati S. EGC. Jakarta. Wilkinson, Judith M., Nancy R. Ahern. (2011). “Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC”, Edisi 9; alih bahasa, Esty Wahyuningsih; editor edisi bahasa Indonesia, Dwi Widiarti. EGC. Jakarta. http://ayanurse38.blogspot.com/2013/04/askep-psoriasis.html http://kumpulan-makalah-keperawatanku.blogspot.com/2014/01/makalah-psoriasis.html