bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Psoriasis adalah penyakit peradangan (bukan infeksi) pada kulit. Terlihat seperti
bercak merah dan bersisik. Sisik itu lumayan tebal, dan kadang-kadang rontok sendiri. Bila
digaruk, bercaknya menjadi seperti bekas kerikan lilin sehingga kerap disebut bercak lilin.
Psoriasis biasanya muncul di tempat-tempat yang sering tertekan seperti lutut, atau siku.
Sekitar 10–30% penderita psoriasis juga mengalami radang sendi. Biasanya, psoriasis
muncul pada usia dewasa dan pada sepertiga kasus memang faktor keturunanlah yang
berperan. Tapi, penyebab pasti psoriasis sendiri sampai sekarang belum jelas. Diduga
penyakit ini ada kaitannya dengan autoimun, yaitu terganggunya sistem imun tubuh oleh
beragam hal, termasuk akibat beragam infeksi.
Psoriasis merupakan penyakit kronis dan mudah kambuh. Artinya, berlangsung
sepanjang hidup dan sampai saat ini belum ada pengobatan pastinya. Pengobatan yang
mungkin berhasil baik pada seorang pasien belum tentu memberikan hasil serupa pada pasien
yang lain.
Penanganan sangat tergantung dari berat ringannya gejala. Satu dari sepuluh pasien
psoriasis mengalaminya di usia kanak-kanak. Psoriasis yang diperoleh di masa ini cenderung
menyebar ke seluruh tubuh dan selalu muncul kembali meski sempat menghilang. Pasien
biasanya diberi obat untuk mengurangi rasa gatal.
Di lain pihak, tidak jarang pasien mengalami tekanan psikologis, merasa rendah diri,
dan frustrasi. Makanya, penting sekali untuk menerangkan pada anak bahwa psoriasis sama
saja dengan penyakit lain. Penyakit bukan alasan untuk kehilangan rasa percaya diri. Si kecil
pasti bisa mengatasi aspek psikologisnya, apalagi jika Anda sering berdiskusi dengannya.
Dan siapa tahu, dalam waktu yang tidak terlalu lama, ada penemuan baru yang akan sangat
membantu penderita psoriasis.
1.2.
Rumusan Masalah
 Bagaimana karakteristik penyakit Psoriasis?
 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Psoriasis?
1.3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan makalah ini
Keperawatan Psoriasis.
di
harapkan
mahasiswa
mampu
memahami
tentang
Asuhan
2. Tujuan Khusus
Dengan makalah ini di harapkan pembaca khususnya mahasiswa mampu memahami
tentang Definisi, Etiologi, Manisfestasi klinik, Patofosiologi, Kompikasi,Penatalaksanaan Psoriasis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENGERTIAN PSORIASIS
•
Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai dengan plaque, bercak, bersisik yang dikenal
dengan nama penyakit papulosquamoas. (Price, 1994)
•
Psoriasis adalah penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit dimana produksi selsel epidermis terjadi dengan kecepatan 6-9 x lebih besar daripada kecepatan sel normal.
(Smeltzer, Suzanne)
•
Psoriasis merupakan penyakit radang kulit kronik dan rekuren / kambuhan, ditandai dengan
adanya bercak-bercak kemerahan dengan sisik putih yang kasar dan tebal.
(www.sinarharapan.co.id)
•
Psoriasis adalah suatu penyakit radang kulit yang kronis. Penyakit ini ditandai dengan
bercak-bercak merah dengan sisik kasar dan tebal. Penyakit tersebut dianggap sebagai
suatu penyakit gangguan kekebalan tubuh, yang dipengaruhi terutama oleh sel T (salah
satu jenis sel darah putih). Sel T yang teraktivasi akan berinteraksi dengan sel kulit
(terutama keratinosit) dan mengakibatkan pembentukan kulit yang tebal dan bersisik.
(www.suarapembaharuan.com)
•
Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit yang penderitanya mengalami proses pergantian
kulit yang terlalu cepat. Biasanya bentuk kulit bersisik. Kemunculan penyakit ini
terkadang untuk jangka waktu lama atau timbul/hilang, penyakit ini secara klinis sifatnya
tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada
bagian tubuh mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup serta mengganggu
kekuatan mental seseorang bila tidak dirawat dengan baik. (www.psoriasis.or.id)
•
Psoriasi adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana penderitanya mengalami
proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit ini secara klinis sifatnya tidak mengancam
jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja
sehingga dapat menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan
baik. (Effendy, 2005)
•
Psoriasis penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa bercak-bercak eritema
berbatas tegas di tutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih mengkilat. (Siregar,
2005)
2.2. ETIOLOGI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui. Diduga penyakit ini diwariskan secara
poligenik. Walaupun sebagian besar penderita psoriasis timbul secara spontan, namun pada
beberapa penderita dijumpai adanya faktor pencetus antara lain:
Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma, garukan, luka bekas
operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan hal ini merupakan mekanisme fenomena
Koebner. Khas pada psoriasis timbul setelah 7-14 hari terjadinya trauma.
Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering menyebabkan psoriasis gutata.
Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain dan infeksi virus tertentu, namun menghilang
setelah infeksinya sembuh.
Iklim
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim penghujan
akan kambuh.
Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis cenderung membaik selama
kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan setelah melahirkan. Kadangkadang psoriasis pustulosa generalisata timbul pada waktu hamil dan setelah pengobatan
progesteron dosis tinggi.
Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis namun pada beberapa
penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya psoriasis. Pengobatan fotokimia
mempunyai efek yang serupa pada beberapa penderita.
Metabolik
Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis.
Obat-obatan
 Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin kadang-kadang dapat memperberat

psoriasis, bahkan dapat menyebabkan eritrodermia.
Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau sistemik dosis tinggi dapat menimbulkan

efek “withdrawal”.
Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita mania dan depresi telah diakui sebagai


pencetus psoriasis.
Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk psoriasis.
Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium, salisilat dan progesteron dapat menimbulkan
psoriasis pustulosa generalisata.
Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan dapat memicu timbulnya
Psoriasis, antara lain adalah :

Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang , misalnya pada saat gatal digaruk terlalu




kuat atau penekanan anggota tubuh terlalu sering pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah
muncul dan kemudian digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal.
Obat telan tertentu antara lain obat anti hipertensi dan antibiotik.
Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
Emosi tak terkendali.
Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan terasa panas dan kulit menjadi merah,
misalnya mengandung alcohol.
2.3. PATOFISIOLOGI
Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:
1. Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan pembentukannya dimana pada kulit
normal memerlukan waktu 26-28 hari, pada psoriasis hanya 3-4 hari sehingga gambaran klinik
tampak adanya skuama dimana hiperkeratotik. Disamping itu pematangan sel-sel epidermis tidak
sempurna.
2. Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan penyakit yang kronik dimana terdapat
penyembuhan dan kekambuhan spontan serta predileksi lesinya pada tempat-tempat tertentu.
3. Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada psoriasis meliputi:
a. Peningkatan replikasi DNA.
b. Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c. Kelainan prostaglandin dan prekursornya.
d. Berubahnya metabolisme karbohidrat.
Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan kemudian terlepas dari permukaan kulit.
Pada penderita psoriasis, sel kulit akan matur dan menuju permukaan kulit pada 3-4 hari,
sehingga akan menonjol dan menimbulkan bentukan peninggian kumpulan plak berwarna
kemerahan. Warna kemerahan tersebut berasal dari peningkatan suplai darah untuk nutrisi bagi
sel kulit yang bersangkutan. Bentukan berwarna putih seperti tetesan lilin (atau sisik putih)
merupakan campuran sel kulit yang mati. Bila dilakukan kerokan pada permukaan psoriasis,
maka akan timbul gejala koebner phenomenon. Terdapat banyak tipe dari psoriasis, misalnya
plaque, guttate, pustular, inverse, dan erythrodermic psoriasis. Umumnya psoriasis akan timbul
pada kulit kepala, siku bagian luar, lutut, maupun daerah penekanan lainnya. Tetapi psoriasis
dapat pula berkembang di daerah lain, termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia, wajah, dll.
Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis menunjukkan adanya
penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis
bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang membelah dengan
cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal. Proliferasi dan
migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi
keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel
epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal,
terutama adenosin monofosfat (AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) sikli. Prostaglandin
dan poliamin juga abnormal pada penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam
mempengaruhi pembentukan plak psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas.
2.4. Manifestasi Klinis
Lesi muncul sebagai bercak-bercak merah menonjol pada kulit yang ditutupi oleh sisik
berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut terbentuk karena penumpukan kulit yang hidup
dan mati akibat peningkatan kecepatan pertumbuhan serta pergantian sel-sel kulit yang sangat
besar. Jika sisik tersebut dikerok, maka terlihat dasar lesi yang berwarna merah gelap dengan
titik-titik perdarahan. Bercak-bercak ini tidak basah dan bisa terasa gatal atau tidak gatal.
Psoriasis ditandai dengan hiperkeratosis dan penebalan epidermis kulit serta proses radang,
sehingga timbul skuamasi (pengelupasan) dan indurasi eritematosa (kulit meradang dan
kemerahan). Menyerang kulit, kuku, mukosa dan sendi, tetapi tidak pada rambut. Pada umumnya
tidak membehayakan jiwa, kecuali yang mengalami komplikasi, namun penyakit ini sangat
mengganggu kualitas hidup.
Kulit penderita psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah yang makin melebar dan
ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis. Tumbuhnya tidak selalu diseluruh bagian kulit tubuh
kadang-kadang hanya timbul pada tempat-tempat tertentu saja, karena pergiliran sel-sel kulit
bagian lainnya berjalan normal. Psoriasis pada kulit kepala dapat menyerupai ketombe,
sedangkan pada lempeng kuku tampak lubang-lubang kecil rapuh atau keruh.
Penyakit psoriasis dapat disertai dengan / tanpa rasa gatal. Kulit dapat membaik seperti kulit
normal lainnya setelah warna kemerahan, putih atau kehitaman bekas psoriasis. Pada beberapa
jenis psoriasis, komplikasi yang diakibatkan dapat menjadi serius, seperti pada psoriasis artropi
yaitu psoriasis yang menyerang sendi, psoriasis bernanah (psoriasis postulosa) dan terakhir
seluruh kulit akan menjadi merah disertai badan menggigil (eritoderma).
Gejala dari psoriasis antara lain:
 Mengeluh gatal ringan.
 Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama diatasnya.
 Terdapat fenomena tetesan lilin.
 Menyebabkan kelainan kuku.
2.5. Penatalaksanaan Medik
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat pergantian epidermis, meningkatkan
resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan penyakit tersebut. Pendekatan terapeutik harus berupa
pendekatan yang dapat dipahami oleh pasien, pendekatan ini harus bisa diterima secara kosmetik dan
tidak mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi psoriasis akan melibatkan komitmen waktu dan upaya
oleh pasien dan mungkin pula keluarganya.
Ada tiga terapi yang standar yaitu topikal, intralesi dan sistemik.
1. Terapi Topikal
Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk melambatkan aktivitas epidermis yang
berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan lainnya.Obat-obatannya mencakup preparat ter, anthralin,
asam salisilat dan kortikosteroid.Terapi dengan preparat ini cenderung mensupresi epidermopoisis
(pembentukan sel-sel epidermis).
a) Formulasi ter
mencakup losion, salep, pasta, krim dan sampo. Rendaman ter dapat menimbulkan retardasi dan
inhibisi terhadap pertumbuhan jaringan psoriatik yang cepat.Terapi ter dapat dikombinasikan dengan
sinar ultraviolet-B yang dosisnya ditentukan secara cermat sehingga menghasilkan radiasi dengan
panjang gelombang antara 280 dan 320 nanometer (nm).Selama fase terapi ini pasien dianjurkan
untuk menggunakan kacamata pelindung dan melindungi matanya.Pemakaian sampo ter setiap hari
yang diikuti dengan pengolesan losion steroid dapat digunakan untuk lesi kulit kepala.Pasien juga
diajarkan untuk menghilangkan sisik yang berlebihan dengan menggosoknya memakai sikat lunak
pada waktu mandi.
b) Anthralin
Preparat (Anthra-Derm, Dritho-Crème, Lasan) yang berguna untuk mengatasi plak psoriatik yang
tebal yang resisten terhadap preparat kortikosteroid atau preparat ter lainnya.
c) Kortikosteroid
Topikal dapat dioleskan untuk memberikan efek antiinflamasi. Setelah obat ini dioleskan, bagian kulit
yang diobati ditutup dengan kasa lembaran plastik oklusif untuk menggalakkan penetrasi obat dan
melunakkan plak yang bersisik.
2. Terapi Intralesi
Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi (Aristocort, Kenalog-10, Trymex) dapat
dilakukan langsung kedalam berck-bercak psoriasis yang terlihat nyata atau yang terisolasi dan
resisten terhadap bentuk terapi lainnya.Kita harus hati-hati agar kulit yang normal tidak disuntuik
dengan obat ini.
3. Terapi Sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA dalam sel epidermis sehingga
mengurangi waktu pergantian epidermis yang psoriatik. Walaupun begitu, obat ini bisa sangat toksik,
khususnya bagi hepar yang dapat mengalamim kerusakan yang irreversible.Jadi, pemantauan melalui
pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk memastikan bahwa sistem hepatik, hematopoitik dan
renal pasien masih berfungsi secara adekuat.
Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama menjalani pengobatan dengan
metotreksat karena preparat ini akan memperbesar kemungkinan kerusakn hepar. Metotreksat bersifat
teratogenik (menimbulkan cacat fisik janin) pada wanita hamil.
a. Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan mempengaruhi sintesis DNA. Monitoring
pasien dilakukan untuk memantau tanda-tanda dan gejal depresi sumsum tulang.
b. Siklosporin A, suatu peptida siklik yang dipakai untuk mencegah rejeksi organ yang
dicangkokkan, menunjukkan beberapa keberhasilan dalam pengobatan kasus-kasus psoriasis
yang berat dan resisten terhadap terapi. Kendati demikian, penggunaannya amat terbatas
mengingat efek samping hipertensi dan nefroktoksisitas yang ditimbulkan (Stiller, 1994).
c. Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan metabolitnya, asam vitamin A) akan
memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi jaringan epiterial, dan dengan demikian
pemakaian preparat ini memberikan harapan yang besar dalam pengobatan pasien psoriasis
yang berat.
d. Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat mempengaruhi keadaan umum pasien adalah
psoralen dan sinar ultraviolet A (PUVA). Terapi PUVA meliputi pemberian preparat
fotosensitisasi (biasanya 8-metoksipsoralen) dalam dosis standar yang kemudian diikuti
dengan pajanan sinar ultraviolet gelombang panjang setelah kadar obat dalam plasma
mencapai puncaknya. Meskipun mekanisme kerjanya tidak dimengerti sepenuhnya, namun
diperkirakan ketika kulit yang sudah diobati dengan psoralen itu terpajan sinar ultraviolet A,
maka psoralen akan berkaitan dengan DNA dan menurunkan proliferasi sel. PUVA bukan
terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai dengan resiko jangka panjang terjadinya kanker kulit,
katarak dan penuaan prematur kulit.
e. Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen diberikan peroral dan setelah 2 jam kemudian
diikuti oleh irradiasi sinar ultraviolet gelombang panjang denagn intensitas tinggi. (sinar
ultraviolet merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang mengandung panjang
gelombang yang berkisar dari 180 hingga 400 nm).
f. Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan untuk mengatasi plak yang menyeluruh.
Terapi ini dikombinasikan dengan terapi topikal ter batubara (terapi goeckerman). Efek
sampingnya serupa dengan efek samping pada terapi PUVA.
g. Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif baru (1986). Ia adalah derivat dari Vitamin A.
Bisa diminum sendiri atau dikombinasi dengan sinar ultraviolet. Hal ini dilakukan pada
penderita yang sudah bandel dengan obat obat lainnya yang terdahulu.
Di antara pengobatan tersebut diatas, yang paling efektif untuk mengobati psoriasis adalah
dengan ultraviolet (fototerapi), karena dengan fototerapi penyakit psoriasis dapat lebih cepat
mengalami “clearing” atau “almost clearing” (keadaan dimana kelainan/gejala psoriasis hilang atau
hampir hilang). Keadaan ini disebut “remisi”. Masa remisi fototerapi tersebut bisa bertahan lebih lama
dibandingkan dengan pengobatan lainnya.
Pengobatan fotokemoterapi, yaitu dengan menggunakan kombinasi radiasi ultraviolet dan oral
psoralen (PUVA), namun kelemahannya adalah untuk jangka panjang dapat menimbulkan kanker
kulit.
Fototerapi UVB konvensional dengan menggunakan sinar UVB broadband dengan panjang
gelombang 290-320 nm. Terapi kurang praktis karana pasien harus masuk ke dalam light box.
Fototerapi dengan alat Monochromatic Excimer Light 308 nm (MEL 308 nm) merupakan
bentuk fototerapi UVB yang paling mutakhir dengan menggunakan sinar laser narrowband UVB
dengan panjang gelombang 308 nm. Dibandingkan dengan narrowband UVB, MEL 308 nm lebih
cepat dan lebih efektif dalam mengobati psoriasis yang resisten.
Beberapa tips untuk penderita psoriasis:
 Jaga kulit agar tetap berminyak. Minyak, cream, dan petroleum jelly adalah moisturizer
yang baik. Gunakan pelembab bila udara terasa panas.
 Penyinaran dengan sinar matahari akan menghilangkan psoriasis pada beberapa orang,
namun kulit terlebih dulu diolesi dengan minyak dan dilakukan lubrikasi.
 Mandi dengan air panas akan mengurangi sisik yang timbul. Penggunaan moisturizer
segera setelah mandi akan berguna. Meminimalisasi kontak dengan sabun dan bahan
kimia. Gunakan sabun yang sangat lembut, sabun moisturizing, atau sabun yang bebas
pembersih.
 Lindungi kulit dari cidera, sebab cidera dapat memperparah plaque yang timbul.
2.6. Pencegahan
Ada baiknya kita mempelajari beberapa hal sebagai upaya pencegahan, perlu diketahui
sebelumnya bahwa psoriasis lebih sering muncul pada kulit yang kering. Oleh sebab itu, bagi
pembaca yang memiliki kulit cenderung kering, hindarilah menggunakan scrub saat mandi,
sering-seringlah mengoleskan moisturizer atau pelembab kulit dengan teratur, gunakanlah
sabun mandi khusus yang mengandung moisturizer atau susu kambing.
2.7. Pengobatan
Pengobatan psoriasis biasanya dilakukan dengan berbagai cara mulai dengan salep oles
(topikal), obat telan (sistemik) maupun dengan penyinaran menggunakan sinar UVB. Baik
pengobatan salep maupun penyinaran hanya membantu meredam penyakit tersebut dan tidak
menyembuhkan sama sekali, sehingga sewaktu-waktu penyakit ini dapat timbul kembali.
Salep oles yang umum digunakan antara lain yang mengandung kortikosteroid, vitamin D3
analog (misalnya calcipotriol) dan anthralin. Salep tersebut dioleskan langsung ke kulit yang
terkena psoriasis untuk mengurangi proses peradangan, menghilangkan kerak, dan
memperlambat waktu pergantian kulit.
Apabila dengan pengobatan topikal tidak memberikan respon dengan baik, maka tahap
selanjutnya adalah dengan penyinaran ultraviolet (phototherapy). Lampu untuk penyinaran
ini memiliki panjang gelombang 311-313 nm dan berapa lama penyinaran dengan lampu ini
berbeda-beda tergantung tiap penderita.
Bila dengan phototherapy ini pun tidak memberikan hasil yang maksimal, maka tahap
selanjutnya adalah menggunakan obat telan (sistemik), antara lain methotrexate, cyclosporine
dan retinoid. Namun penggunaan obat telan ini harus dengan petunjuk dan pengawasan
dokter sebab obat-obat tersebut memiliki efek samping yang cukup berbahaya. Maka dari itu,
setiap penderita harus melakukan tes darah terlebih dahulu dan mengecek fungsi hati.
2.7. Macam-Macam Psoriasis
Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam psoriasis antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Psoriasis punctata
Psoriasis folikularis
Psoriasis guttata
Psoriasis numularis
Psoriasis girata
Psoriasis anularis
g. Psoriasis diskoidea
h. Psoriasis ostracea
i. Psoriasis rupioides
:
:
:
:
:
:
Lesi sebesar jarum pentul atau milier.
Lesi dengan skuama tipis terletak pada muara folikel rambut.
Lesi sebesar tetesan air.
Lesi sebesar uang logam.
Lesi sebesar daun.
Lesi melingkar berbentuk seperti cincin karena adanya
involusi dibagian tengahnya
: Lesi merupakan bercak solid yang menetap.
: Lesi berupa penebalan kulit kasar dan tertutup lembaranlembaran skuama mirip kulit tiram.
: Lesi berkrusta mirip rufiasifil
Gambar. a
Gambar. d
Gambar. c
Gambar. f
Gambar. d
Gambar. g
Gambar. i
2.8. Komplikasi
Psoriasis Pustulosa
Kadang-kadang diatas makula eritematosa pada psoriasis timbul pustula-pustula kecil dengan
ukuran 1-2 mm. keadaan ini dikenal dengan psoriasis postula.
Ada 2 bentuk psoriasis postula:
a.
Psoriasis postulosa generalisata (bentuk Von Zumbusch).
Bentuk ini bersifat akut, merupakan bentuk sistemik dari psoriasis dengan ciri eritematosa
disertai demam dan gejala penyakit sistemik yang lain. Postula dapat timbul diatas lesi
psoriasis atau pada kulit sehat yang mengalami eritema sebelumnya. Lesi ini menyebar
dengan cepat dan timbulnya bergelombang. Postula yang timbul tersusun berkelompok atau
diskret.
Kuku menebal dan pecah-pecah karena adanya nanah. Mukosa mulut dan lidah dapat
mengalami kelainan. Kematian terjadi karena toksik atau infeksi.
b.
Psoriasis postulosa lokalisata (bentuk Barber)
Bentuk ini bersifat kronik dan sangat resisten terhadap pengobatan. Biasanya menyerang
telapak tangan dan telapak kaki serta distribusinya simetris. Lesi berupa postula diatas plak
eritematosa, berskuama. Postula yang masih baru berwarna kuning, kemudian berubah
menjadi kuning kecoklatan dan bila postula mengering berwarna coklat gelap. Akhirnya
postula yang kering ini mengelupas. Kadang-kadang timbul rasa gatal tetapi lebih sering
timbul keluhan seperti rasa terbakar.
Psoriasis arthritis
Biasanya mengenai sendi-sendi interfalangeal distal dari jari tangan dan kaki. Pada stadium
akut, sendi yang terserang menjadi bengkak, keras dan sakit. Bila berlangsung lama dapat
menimbulkan kerusakan tulang dan synovial eusion, menyebabkan pemendekan tulang dan
hal ini mengakibatkan pergerakan sendi menjadi sulit, jari memendek dan kaku dalam posisi
fleksi. Secara rotgenologik tampak sendi yang atrofi dengan permulaan osteoporosis diikuti
peningkatan densitas tulang, penyempitan rongga persendian dan erosi permukaan sendi.
Psoriasis eritrodermia
Psoriasis yang kronik dan luas dengan perjalanan penyakit yang lama dapat berkembang
menjadi eritodermia. Seluruh permukaan tubuh menjadi merah dan tertutup skuama putih
yang halus. Umumnya bentuk ini timbul akibat pemakaian obat topikal atau penyinaran yang
berlebihan.
Biasanya sulit diobati dan bila pengobatan berhasil maka erupsi eritodermia menghilang dan
lesi psoriasis yang khas akan muncul kembali.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Psoriasis
3.1.1. Pengkajian
Keperawatan
(Pengkajian 11 Pola Gordon)
1.
2.
Pola Persepsi Kesehatan
a)
Adanya riwayat infeksi sebelumya.
b)
Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c)
Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
d)
Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e)
Hygiene personal yang kurang.
f)
Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
Pola Nutrisi Metabolik
a) Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan.
b) Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c)
Jenis makanan yang disukai.
d) Napsu makan menurun.
e)
Muntah-muntah.
f)
Penurunan berat badan.
g) Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h) Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau
perih.
3.
Pola Eliminasi
a)
Sering berkeringat.
b) Tanyakan pola berkemih dan bowel.
4.
Pola Aktivitas dan Latihan
a)
Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b) Kelemahan umum, malaise.
c)
Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d) Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
e)
5.
Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
Pola Tidur dan Istirahat
a)
Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
b) Mimpi buruk.
c) Pola Persepsi Kognitif
d) Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
e)
6.
Pengetahuan akan penyakitnya.
Pola Persepsi dan Konsep Diri
a)
Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b) Perasaan terisolasi.
c)
Pola Hubungan dengan Sesama
d) Hidup sendiri atau berkeluarga
7.
e)
Frekuensi interaksi berkurang
f)
Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
Pola Reproduksi Seksualitas
a)
Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b) Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
8.
Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a)
Emosi tidak stabil
b) Ansietas, takut akan penyakitnya
c)
9.
Disorientasi, gelisah
Pola Sistem Kepercayaan
a)
Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b) Agama yang dianut
3.1.2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi.
2. Gangguan body image berhubungan dengan adanya sisik pada kulit.
3. Kurang pengetahuan terhadap penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi, kurang informasi.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi akibat psoriasis
5. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit
psoriasis
6. Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri
3.1.3. Intervensi Keperawatan
NO.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Gangguan integritas
kulit berhubungan
dengan adanya lesi.
DS: Px mengeluh
nyeri, gatal, rasa panas
pada kulit
DO: kulit memerah
pada daerah yang
terkena, ada lesi
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama
1X24 jam,
diharapkan tidak
terjadi gangguan
pada integritas kulit.
Dengan kriteria hasil:
-Mempertahankan
integritas kulit.
-Tidak ada lesi.
Kaji atau catat
ukuran, warna,
keadaan luka /
kondisi sekitar
luka.
Lakukan
kompres basah
dan sejuk atau
terapi rendaman.
Lakukan
perawatan luka
dan hygiene
sesudah itu
keringkan kulit
dengan hati-hati
dan taburi bedak
yang tidak
iritatif.
1.
Berikan prioritas
untuk
meningkatkan
kenyamanan dan
kehangatan
pasien
Gosokkan krim
pelembab atau
minyak secara
lembut.
Kolaborasi:berika
n terapi
ultraviolet
(fototerapi)
Memberikan
informasi dasar
tentang
penanganan
kulit.
Ø Merupakan
tindakan
protektif yang
dapat
mengurangi
nyeri.
Memungkinkan
pasien lebih
bebas bergerak
dan
meningkatkan
kenyamanan
pasien.
Dengan
fototerapi
penyakit
psoriasis dapat
lebih cepat
mengalami
“clearing” atau
“almost
clearing”
(keadaan
dimana kelainan
/ gejala
psoriasis hilang
atau hampir
hilang)
2.
2.
Gangguan body image
berhubungan dengan
adanya sisik pada kulit.
DS: Px nyeri, gatal,
DO: terdapat sisik pada
daerah terkena,
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan selama
1X24 jam,
diharapkan tidak
terjadi gangguan
body image.
Dengan kriteria
hasil:
-Menyatakan
penerimaan situasi
diri.
-Bicara dengan
keluarga/orang
terdekat tentang
situasi, perubahan
yang terjadi.
Berikan
kesempatan pada
klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
perubahan citra
tubuh.
Nilai rasa
keprihatinan dan
ketakutan klien.
Bantu klien dalam
mengembangkan
kemampuan untuk
menilai diri dan
mengenali serta
mengatasi
masalah.
Klien
membutuhkan
pengalaman
didengarkan
dan dipahami
dalam proses
peningkatan
kepercayaan
diri.
Memberikan
kesempatan
kepada perawat
untuk
menetralkan
kecemasan dan
memulihkan
realitas situasi.
Kesan
seseorang
terhadap
dirinya sangat
berpengaruh
dalam
pengembalian
kepercayaan
diri
2.
3.
Kurang pengetahuan
terhadap penyakit,
prognosis dan
kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan
kurang pemajanan,
kesalahan interpretasi,
kurang informasi.
DS: Px apatis
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
1x 24 jam di
harapkan pasien
dapat mengerti
tentang penyakit dan
pengobatan yang
berhubungan
dengan penyakitnya.
Mendukung
upaya klien untuk
memperbaiki citra
diri, mendorong
sosialisasi dengan
orang lain dan
membantu klien
ke arah
penerimaan diri.
Pendekatan dan
saran yang
positif dapat
membantu
menguatkan
usaha dan
kepercayaan
yang dilakukan
Kaji ulang
prognosis dan
harapan yang akan
datang.
Memberikan
dasar
pengetahuan
dimana pasien
dapat membuat
pilihan
berdasarkan
informasi.
Diskusikan
perawatan kulit
contoh
penggunaan
pelembab dan
pelindung sinar
matahari.
Gatal, lepuh,
dan sensitifitas
luka yang
sembuh.
3.
4.
Kerusakan integritas
kulit berhubungan
dengan inflamasi
akibat psoriasis
DS: Px nyeri,
DO: adanya tonjolan
pada daerah terkena,
kulit memerah pada
daerah yang terkena
Dengan kriteria
hasil :
• pasien
mengerti
dan paham
tentang
kondisi,
prognosis,
dan
pengobatan.
• pasien dapat
mengerti
tentang
tindakan
pengobatan
dan terapi
• melakukan
perubahan
pola hidup
tertentu dan
berpartisipas
i dalam
program
pengobatan.
Dorong
kesinambungan
program latihan
dan jadwalkan
periode istirahat.
Kerusakan integritas
kulit dapat teratasi
dalam 3 x 24 jam.
Kriteria hasil:
Area terbebas dari
infeksi lanjut.
2. Kulit bersih,
kering, dan lembab
Kaji keadaan kulit
Kaji ulang
pengobatan,
termasuk tujuan,
dosis, rute, dan
efek samping yang
diharapkan dapat
di laporkan.
Kaji keadaan
umum dan
observasi TTV
Kaji perubahan
warna kulit.
Pertahankan agar
daerah yang
terinfeksi tetap
bersih dan kering.
Mempertahank
an mobilitas,
menurunkan
komplikasi dan
mencegah
kelelahan,
membantu
proses
penyembuhan.
Pengulangan
memungkinkan
kesempatan
untuk bertanya
dan
menyakinkan
pemahaman
yang akurat.
Mengetahui dan
mengidentifikas
i kerusakan
kulit untuk
melakukan
intervensi yang
tepatMengetahu
i perubahan
status kesehatan
pasien.
Mengetahui
keefektifan
sirkulasi dan
mengidentifikas
i terjadinya
komplikasi
4.
Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obatobatan
Membantu
mempercepat
proses
penyembuhan
Untuk
mempercepat
penyembuhan
5.
Ansietas yang
berhubungan dengan
perubahan status
kesehatan sekunder
akibat penyakit
psoriasis
DS: Px sulit tidur
DO: Px menarik diri,
cemas, gelisah
Ansietas dapat
diminimalkan
sampai dengan
diatasi setelah 3 x
24 jam
Kaji tingkat
ansietas dan
diskusikan
penyebab bila
mungkin
Kaji ulang
keadaan umum
pasien dan TTV
Identifikasi
masalah
spesifik akan
meningkatkan
kemampuan
individu untuk
menghadapinya
dengan lebih
realistis
Sebagai
indikator awal
dalam
menentukan
intervensi
berikutnya
5.
6.
Gangguan konsep diri
berhubungan dengan
krisis kepercayaan diri
DO: Px menarik diri,
gelisah, cemas
Kriteria Hasil :
1. Pasien tampak
rileks
2. Pasien
mendemonstrasikan
/menunjukan
kemampuan
mengatasi masalah
dan menggunakan
sumber-sumber
secara efektif
3. Tanda-tanda vital
normal
4. Pasien
melaporkan ansietas
berkurang sampai
tingkat dapat diatasi
Berikan waktu
pasien untuk
mengungkapkan
masalahnya dan
dorongan ekspresi
yang bebas,
misalnya rasa
marah, takut, ragu
Gangguan konsep
diri teratasi dalam 3
x 24 jam
Kriteria Hasil :
1. Dapat
berinteraksi seperti
biasa.
2. Rasa percaya diri
timbul kembali.
Kaji perubahan
perilaku pasien
seperti menutup
diri, malu
berhadapan
dengan orang lain.
Jelaskan semua
prosedur dan
pengobatan
Csd
Bersikap realistis
dan positif selama
pengobatan, pada
penyuluhan pasien
Agar pasien
merasa diterima
Ketidaktahuan
dan kurangnya
pemahaman
dapat
menyebabkan
timbulnya
ansietas
Mengurangi
kecemasan
pasien
Mengetahui
tingkat
ketidakpercaya
an diri pasien
dalam
menentukan
intervensi
selanjutnya
Meningkatkan
kepercayaan
dan
mengadakan
hubungan
antara perawatpasien.
6.
Beri harapan
dalam parameter
situasi individu.
Berikan penguatan
positif terhadap
kemajuan
Dorong interaksi
keluarga
Kata-kata
penguatan
dapat
mendukung
terjadinya
perilaku koping
positif
Mempertahank
an garis
komunikasi dan
memberikan
dukungan terusmenerus pada
pasien
3.1.4. IMPLEMENTASI
•
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi.
1. Mengkaji atau mencatat ukuran, warna, keadaan luka / kondisi sekitar luka.
2. Melakukan kompres basah dan sejuk atau terapi rendaman.
3. Melakukan perawatan luka dan hygiene sesudah itu keringkan kulit dengan hati-hati dan
taburi bedak yang tidak iritatif.
4. Memprioritaskan untuk meningkatkan kenyamanan dan kehangatan pasien
5. Menggosokkan krim pelembab atau minyak secara lembut. Berkolaborasi memberikan
terapi ultraviolet (fototerapi)
•
Gangguan body image berhubungan dengan adanya sisik pada kulit.
1. Memberikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang perubahan
citra tubuhnya.
2. Menilai rasa keprihatinan dan ketakutan pada klien.
3. Membantu klien dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali
diri serta mengatasi masalah.
4. Mendukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri, mendorong sosialisasi dengan orang
lain dan membantu klien ke arah penerimaan diri.
•
Kurang pengetahuan terhadap penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi, kurang informasi.
1. Mengkaji ulang prognosis dan harapan yang akan datang.
2. Mendiskusikan perawatan kulit, contoh penggunaan pelembab dan pelindung sinar
matahari.
3. Mendorong kesinambungan program latihan dan jadwalkan periode istirahat.
4. Mengkaji ulang pengobatan, termasuk tujuan, dosis, rute, dan efek samping yang
diharapkan dapat di laporkan.
5. Memberikan nomor telepon untuk orang yang di hubungi.
•
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi akibat psoriasis.
1. Mengkaji keadaan kulit
2. Mengkaji keadaan umum dan observasi TTV
3. Mengkaji perubahan warna kulit.
4. Mempertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering.
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan
•
Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat
penyakit psoriasis.
1. Mengkaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebab bila mungkin
2. Mengkaji ulang keadaan umum pasien dan TTV
3. Memberikan waktu pasien untuk mengungkapkan masalahnya dan dorongan ekspresi yang
bebas, misalnya rasa marah, takut, ragu
4. Menjelaskan semua prosedur dan pengobatan csd
5. Mendiskusikan perilaku koping alternatif dan tehnik pemecahan masalah
3.1.5. EVALUASI
NO.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
EVALUASI
1.
Gangguan integritas kulit berhubungan
dengan adanya lesi
Lesi hampir hilang sampai hilang
2.
Gangguan body image berhubungan
dengan adanya sisik pada kulit
Pasien menyatakan menerima situasi diri
Pasien berbicara dengan keluarga tentang
situasi dan perubahan yang terjadi pada dirinya
3.
Kurang pengetahuan terhadap
penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan
kurang pemajanan, kesalahan
interpretasi, kurang informasi
Pasien mengerti dan paham tentang kondisi,
prognosis, dan pengobatan.
Pasien dapat mengerti tentang tindakan
pengobatan dan terapi
Pasien berpartisipasi dalam program
pengobatan
4.
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan inflamasi akibat psoriasis
Inflamasi hampir hilang sampai hilang
5.
Ansietas yang berhubungan dengan
perubahan status kesehatan sekunder
akibat penyakit psoriasis
Pasien tampak rileks
Tanda-tanda vital normal
Pasien melaporkan ansietas berkurang sampai
tingkat dapat diatasi
6.
Gangguan konsep diri berhubungan
dengan krisis kepercayaan diri
Pasien dapat berinteraksi seperti biasa.
Rasa percaya diri pasien timbul kembali.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya adalah autoimun tetapi cara
penurunannya belum dimengerti sepenuhnya. Penyakit ini bersifat kronik dan residif, ditandai
dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuma yang kasar, berlapis-lapis
dan transparan disertai fenomen tetesan lilin, auspitz dan kobner. Dan penyebab penyakit ini
belum dapat diketahui secara pasti, namun, faktor imun mungkin berperan karena penyakit
yang parah dapat timbul pada orang dengan gangguan kekebalan,
·
·
·
4.2 Saran
Diharapkan agar mahasiswa mampu menguasai pengetahuan tentang Psoriasis
Meningkatkan cara hidup sehat, seperti intake makanan yang baik, keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat, serta memonitor status kesehatan
Menjaga Personal Hygiene
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, E, Marilynn. (2000). “Rencana Asuhan Keperawatan”, Edisi 3, EGC: Jakarta.
Price, Wilson. (1995). “Patofisiologi”, Edisi 4, EGC: Jakarta.
Smeltzer, Suzanne. (2002). “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”, Edisi 8, Volume 3,
EGC: Jakarta.
Cowin, Elizabeth J. (2009). “Buku Saku Patofisiologi”, Edisi 3; alih bahasa, Nike Budhi
Subekti; editor edisi bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha. EGC. Jakarta.
Thomson, A.D.,R.E.Cotton. (1997).”Catatan Kuliah Patofisiologi”, Edisi 3; alih bahasa, R.F.
Maulany; editor bahasa Indonesia, Melfiawati S. EGC. Jakarta.
Wilkinson, Judith M., Nancy R. Ahern. (2011). “Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC”, Edisi 9; alih bahasa, Esty
Wahyuningsih; editor edisi bahasa Indonesia, Dwi Widiarti. EGC. Jakarta.
http://ayanurse38.blogspot.com/2013/04/askep-psoriasis.html
http://kumpulan-makalah-keperawatanku.blogspot.com/2014/01/makalah-psoriasis.html
Download