BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara agraris, Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Letak Indonesia pada daerah katulistiwa menyebabkan beriklim tropis sehingga beragam tanaman pertanian dapat tumbuh dengan subur, salah satu diantaranya adalah tanaman teh. Tanaman teh merupakan salah satu komoditas pertanian terbesar Indonesia, sehingga produk hasil pengolahannya tidak hanya dipasarkan di Indonesia, akan tetapi juga diekspor ke berbagai belahan dunia lain. Banyaknya permintaan terhadap produk teh mengakibatkan suatu industri dituntut untuk menghasilkan produk secara tepat waktu. Dampak dari intensitas kerja yang padat serta beban kerja yang melebihi ambang batas dapat mengakibatkan barbagai macam resiko kelelahan serta resiko gangguan Musculoskeletal Disorders (MSDs). PT. Pagilaran Unit Produksi Jatilawang merupakan suatu perusahaan swasta milik Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada yang bergerak di bidang produksi teh hitam. Pada setiap proses produksinya, perusahaan ini memakai mesin dan peralatan yang cukup canggih namun masih membutuhkan manusia sebagai operator. Mesin dan peralatan yang berukuran besar membuat pekerja dipaksa untuk menyesuaikan postur kerja agar sesuai dengan mesin yang dipakainya. Selain itu beban pengangkatan yang terlalu besar terkadang dapat membahayakan keselamatan pekerja 1 yang melaksanakan pekerjaan tersebut. Hal ini menimbulkan masalah ergonomi khususnya berhubungan dengan keluhan MSDs. Keluhan yang dirasakan kebanyakan pada bagian-bagian otot meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama maka dapat mengakibatkan kerusakan pada sendi, ligament dan tendon. Melihat postur kerja yang kurang ergonomis serta beban pengangkatan bahan yang terlalu berat maka diperlukan penilaian khusus meliputi penilaian postur kerja serta pengukuran batas pengangkatan beban yang aman untuk diangkat oleh para pekerja guna mencari solusi agar pekerja lebih nyaman sehingga terhindar dari resiko MSDs. Pendekatan batasan pengangkatan beban dapat dilakukan berdasarkan 4 hal meliputi batasan legal, batasan biomekanika, batasan fisiologi, serta batasan psiko-fisik. Pada kasus ini dilakukan berdasarkan pendekatan batasan biomekanika menggunakan rumus Recommended Weight Limit (RWL) yang direkomendasikan oleh National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH). Sementara itu penilaian postur kerja dapat menggunakan berbagai macam metode diantaranya adalah Rapid Entire Body Assessment (REBA). Metode REBA, merupakan suatu metode penelitian dengan menginvestigasi gangguan pada anggota tubuh bagian atas, lengan bawah, pergelangan tangan, leher, batang tubuh, ditambah dengan penganalisaan terhadap keseimbangan kaki dan massa beban kerja yang ditanggung. Hal 2 ini dilakukan sebagai tindakan awal dalam mengidentifikasi resiko timbulnya keluhan muskuloskeletal yang pada akhirnya dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. 1.2 Perumusan Masalah Kebanyakan suatu industri tidak begitu memperhatikan postur kerja serta berat beban bahan yang akan diangkat sehingga pekerja terancam mengalami cidera otot dan tulang. Untuk itu perlu adanya analisis metode kerja guna mencari solusi agar para pekerja lebih aman dan nyaman. 1. Bagaimana postur kerja pekerja pada stasiun kerja pengeringan di PT. Pagilaran Unit Produksi Jatilawang? 2. Apakah berat beban yang diangkat pekerja pada stasiun kerja pengeringan masih aman untuk diangkat meskipun dilakukan secara berulang-ulang? 1.3 Batasan Masalah Agar pembahasan lebih fokus dan terarah, maka batasan masalah pada kasus yang diidentifikasi diantaranya: 1. Analisis metode kerja pekerja didasarkan pada hasil pengisian kuesioner Nordic Body Map, hasil penilaian postur kerja menggunakan metode REBA serta hasil penilaian beban kerja menggunakan RWL. 2. Analisis metode kerja dilakukan terhadap pekerja pada stasiun kerja pengeringan di PT. Pagilaran Unit Produksi Jatilawang. 3 1.4 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis masalah ergonomi para pekerja yang bekerja pada stasiun kerja pengeringan berdasarkan hasil pengisian kuesioner Nordic Body Map (NBM), nilai Rapid Entire Body Assessment REBA, serta nilai Lifting Index (LI). 1.5 Manfaat 1. Bagi Perusahaan Perusahaan dapat mengetahui postur kerja yang tidak aman serta berat pengangkatan beban pekerja pada stasiun kerja pengeringan, sehingga dapat melakukan perbaikan metode kerja agar pekerja lebih aman dan terhindar dari resiko cidera otot maupun tulang. 2. Bagi Mahasiswa Menambah wawasan dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmuilmu serta memperoleh pengalaman praktis dalam mempraktekkan teori-teori yang pernah didapat, baik dalam perkuliahan maupun dalam literatur-literatur yang ada mengenai perbaikan metode kerja yang didasarkan pada penilaian postur kerja menggunakan REBA serta pengukuran beban kerja menggunakan RWL. 3. Bagi Universitas Sebagai bahan pembelajaran di perpustakaan yang dapat berguna bagi mahasiswa khususnya Program Diploma III Agroindustri, terutama terkait informasi mengenai penilaian postur kerja degan metode REBA serta pengukuran beban kerja terhadap karyawan pada suatu industri. 4