BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi Massa
2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa
Kita sebagai makhluk sosial yang hidup di dalam lingkungan media yang
sering berubah-ubah seiring dengan perkembangan zaman dapat dengan mudah untuk
mendapatkan segala informasi dan juga menyebarluaskan keseluruhan masyarakat
dengan cepat.
Hal inilah yang dinamakan dengan komunikasi massa. Mengkomunikasikan
dengan menggunakan media massa. Komunikasi massa berperan penting didalam
kehidupan kita.Komunikasi massa dikemukan oleh Bitter (Rakhmat,2003:188), yakni
: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah orang besar (mass communication is massage communicated through a
mass medium to a large number of people).6
Komunikasi massa merupakan suatu proses komunikasi yang menggunakan
media massa yaitu televisi, radio, majalah, surat kabar, dan film. Media massa
merupakan sarana dari komunikasi massa, media massa telah menjadi sumber
domninan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas
6
Drs.Elvinaro Ardianto,Dra.Lukiati Komala,Dra.Siti Karlina,Komunikasi Massa Suatu
Pengantar.Simbiosa Rekatama Media.Bandung .hal 3
10
11
sosial, tapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif, media menyuguhkan
budaya yang juga dibaurkan dengan informasi dan hiburan.7
Adapun definisi lain bahwa komunikasi massa merupakan suatu tipe
komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaa dengan mulai
digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipat gandakan pesan-pesan
komunikasi. Sebagian atau sejumlah besar dari peralatan mekanik itu dikenal sebagai
alat komunikasi massa atau lebih popular dengan nama media massa, yaitu meliputi
semua (alat-alat) saluran, ketika narasumber (komunikator) mampu mencapai jumlah
penerima (komunikan) yang luas serta secara serentak dengan kecepatan yang relatif
tinggi.8
2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa
Berikut ini adalah karakteristik dari komunikasi massa, yaitu :9
1. Komunikator Terlembaga
Komunikator dari komunikasi massa adalah media massa, baik media
cetak maupun media elektronik. Media massa sebagai komunikator
menyampaikan pesan kepada khalayak besar dan keseluruh daerah.
7
Denis McQuail,Teori Komunikasi Massa.Erlangga.Jakarta.1996,hal 3
Wiryanto,Teori Komunikasi Massa.PT.Grasindo Widiasarana Indonesia.Jakarta.2004.hal 1
9
Riswandi,Ilmu Komunikasi.Graha Ilmu.Yogyakarta,hal 103
8
12
2. Pesan Bersifat Umum
Pesan yang disampikan oleh komunikator bersifat umum,karena pesan
tersebut menyangkut khalayak. Pesannya dapat berupa informasi maupun
fakta dan peristiwa yang tengah terjadi dimasyarakat.Pesan yang
disampaikan juga harus menarik dan penting.
3. Komunikannya anonim dan heterogen
Komunikator
dalam
komunikasi
massa
tidak
pernah
mengenal
komunikannya, dimana tempat tinggalnya, nama, pekerjaan dan
sebagainya, karena komunikan tersebut anonym. Terlebih Indonesia
memiliki bermacam-macam suku di Indonesia yang banyak jumlahnya.
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Dalam proses penyampaian pesan komunikator secara serempak
menyampaikan pesannya kepada komunikan. Sasarannya juga banyak dan
tidak terbatas.
5. Komunikasi Mengutamakan isi Ketimbang Hubungan
Menurut Mulyana 2000:99, salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa
komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi
menunjukan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan,
sedangkan
dimensi
hubungan
menunjukan
bagaimana
cara
mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para
peserta komunikasi itu.
13
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Dalam prosesnya yang menggunakan media massa pesan yang
disampaikannya bersifat satu arah dan langsung disampaikan kepada
khalayak banyak yang tersebar dimana.
7. Stimulasi Alat Indra Terbatas
Stimulasi alat indra terbatas karena komunikator dan komunikan tidak
dapat bertatap muka, komunikan hanya bisa melihat komunikatornya
melalui televise, jika menggunakan radio hanya dengan pendengarannya.
8. Umpan Balik Tertunda (delayed) dan tidak langsung (indirect)
Umpan balik yang ditimbulkan tidak bersifat segera melainkan tertunda,
karena komunikan tidak dapat memberikan reaksi atau pendapatnya
kepada komunikator secara langsung, hanya bisa dilakukan melalui
telepon dan juga email.
2.1.3 Tujuan Dan Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi komunikasimassa secara umum menurut Effendy sebagai berikut:10
1. Fungsi Informasi
Fungsi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi
pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh
khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya.
10
Elvanaro Ardianto,Komunikasi Massa Suatu Pengantar.PT. Simbiosis Rekatama
Media.Bandung.2004 hal 18-19
14
Khalayak sebagai makhluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi
yang terjadi.
2. Fungsi Pendidikan
Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass
education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya
mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah
melalui pengajaran nilai, etika serta aturan-aturan yang berlaku kepada
pemirsa atau pembaca.
3. Fungsi mempengaruhi
Fungsi memperngaruhi dari media massa secara implicit terdapat pada
tajuk atau editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalaya dapat
terpengaruh oleh iklan-iklan yang
ditayangkan televisi ataupun surat
kabar.
Tujuan dari komunikasi massa pada umumnya untuk memberitahukan suatu pesan
kepada khalayak luas. Untuk melengkapi fungsi yang telah dikemukan oleh Harold
D.Lasswell, Charles R. Wright seorang ahli sosiologi menambahkan satu fungsi
komunikasi massa yaitu entertainment, yaitu: 11
1. Surveillance
Menunjukan pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi
mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik diluar maupun
didalam masyarakat.
11
Wiryanto,Teori Komunikasi Massa. PT. Gramedia Jakarta 2002 hal 11
15
2. Correlation
Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan
tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian.
3. Transmission
Menunjukan pada fungsi mengkomunikasikan informasi nilai-nilai dan
norma-norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau
dari anggota-anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru.
4. Entertainment
Menunju
pada
kegiatan
komunikatif
yang
dimaksudkan
untuk
memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu.
2.1.4 Isi Pesan Komunikasi Massa
Konteks-konteks komunikasi lain dapat dirancang berdasarkan kriteria
tertentu,misalnya berdasarkan derajat keterlibatan teknologi dalam komunikasi. Mary
B. Cassata dan Molefi K. Assante membandingkan tiga cara (mode) komunikasi
antara komunikasi antar pribadi, komunikasi media, dan komunikasi massa dengan
membandingkan isi pesan pada pesan antar pribadi bersifat pribadi atau terbatas, pada
pesan komunikasi massa isi pesan bersifat umum, pada pesan komunikasi media isi
pesan bersifat pribadi atau terbatas.12
12
Deddy Mulyana,I lmu Komunikasi,Suatu Pengantar.Remaja Rosda Karya. Bandung 2005 hal 76
16
2.2
Media Massa
2.2.1 Pengertian Media Massa
Dalam bahasa Indonesia digunakan istilah media massa yang berasal dari
bahasa Inggrismass media. Mass Media adalah singkatan dari mass media of
communication atau media of mass communication.13
Media massa juga dikatakan sebagai alat yang digunakan dalam penyampaian
pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat
komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi.
2.2.2 Jenis-Jenis Media Massa
Media massa sebenarnya dibagi menjadi dua yaitu, media massa cetak dan
media elektronik. Media cetak yang memenuhi criteria sebagai media massa adalah
surat kabar
dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi criteria
media massa adalah radio, televisi, film dan media on-line (internet).
2.2.3 Karakteristik Media Massa
Bila dilihat dari sisi bentuk media yang digunakannya, media jurnalistik atau
media massa memiliki cirri-ciri sebagai berikut:14
1. Publisitas, yakni bahwa media massa diperuntukan bagi masyarakat
umum. Tidak ada batasan siapa yang boleh atau harus membaca,
menonton atau mendengarkan dan siapa yang tidak boleh membaca.
13
Sunarjo dan Djoenaesih S. Sunarjo.Himpunan Istilah Komunikasi.Yogyakarta.Penerbit
Liberty.1983.hal 68
14
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan dan Teori dan Praktik.Logos Wacana IImu.1999.hal
80
17
2. Menonton atau mendengarkan. Media massa tersebar secara luas untuk
memenuhi kebutuhan khalayak.
3. Universalitas, yakni bahwa media massa harus memuat atau menyiarkan
aneka berita mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi diseluruh pelosok
dunia dan tentang segala aspek serta kehidupan umat manusia. Media
massa bersifat umum dalam menyampaikan suatu materi pada
khalayaknya.
4. Aktualitas, yakni bahwa media massa harus mampu menyampaikan berita
secara tepat kepada khalayak.
2.2.4 Fungsi Media Massa
McQuail mengemukakan fungsi-fungsi media massa sebagai berikut:15
1. Pemberi Informasi
a. Mencari bertia tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan
lingkungan terdekat,masyarakat dan dunia.
b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat,
dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.
c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum.
d. Belajar, pendidikan diri sendiri.
e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan.
15
Denis McQuail.Teori Komunikasi Massa:Suatu Pengantar.Erlangga. Jakarta. 1994. hal 70
18
2. Identitas Diri
a. Menentukan penunjang nilai-nilai pribadi, menetukan model prilaku.
b. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri
3. Integritas dan Interaksi sosial
a. Memperoleh teman selain manusia
b. Membantu menjalankan peran sosial
c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial
4. Hiburan
a. Mengisi waktu
b. Bersantai
c. Penaluran emosi
2.3
Film
2.3.1 Pengertian Film
Film adalah salah satu media komunikasi massa yang merupakan suatu
kekuatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. Film
dalam arti sempit adalah penyajian gambar layar lebar, tetapi dalam pengertian yang
lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan.komunikasi massa adalah komunikasi
yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang sifatnya audio atau visual dalam
bentuk film16.
Gambar bergerak adalah bentuk dominan dari komunikasi massa. Film lebih
dulu menjadi media hiburan disbanding radio siaran dan televisi. Menonton televisi
16
Cangara Hafied,Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo. Jakarta. 2010 hal 138
19
menjadi aktivitaspopuler bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an.
Film adalah industri bisnis yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi
orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika.17
Film tidak bisa dilepaskan begitu saja dari perkembangan arus budaya.
Sebagai media massa, film memiliki kemampuan untuk mempengaruhi para
penontonnya. Namun sayangnya, film-film kita yang beredar kebanyakan
mengangkat kisah-kisah yang bersifat praktis dan disajikan dalam kemasan yang
hedonis.Hal ini bersimbiosis dengan rendahnya kreatifitasmasyarakat kita.Sehingga
gejala psikologis yang tampak pada mereka adalah kecendrungan untuk berkompromi
dengan fenomena yang berkembang.
Film juga berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan
hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa,
music, drama, lawak, dan sajian tekhnis lainnya kepada masyarakat umum.18 Film
memerlukan penanganan yang lebih bersungguh-sungguh dan konstruksi yang lebih
artificial pula (melalui manipulasi) dari pada media lain, karena film memiliki
jangkauan, realism, pengaruh emosional, dan popularitas yang hebat, dan juga film
mudah dipengaruhi, maka film harus menerima banyak campur tangan.19
Film juga berpotensi menjadi sumber pendidikan informal melalui isi pesan
yang dikandungnya, tidak peduli bagaimana cara pesan itu disampaikan muncul.
17
Drs.Elvinaro,Komunikasi Massa Suatu Pengantar,Simbiosa Rekatama Media .Bandung. 2004.hal
134
18
Denis McQuail,Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta. 1987 hal 13
19
Ibid hal.14
20
Namun yang pasti,isi yang dikandungnya tidak bebas dari nilai-nilai tertentu, seperti
bias ideologi atau politik dari sipembuat film. Media yang paling sering dipakai
secara kolektif adalan film kemudian disusul televisi.20
Film sebagai media komunikasi massa merupakan sarana mencerdaskan
kehidupan bangsa, mengambangkan potensi diri, pembinaan akhlak mulia, pemajuan
kesejahteraan masyarakat serta wahana promosi Indonesia di dunia internasional.
Film sebagai karya seni budaya memiliki peran strategis dalam meningkatkan
ketahanan budaya bangsa dan kesejahteraan masyaralat lahir batin untuk memperkuat
ketahanan nasional
2.3.2 Fungsi Film
Fungsi film adalah sebagai salah satu nilai yang dapat memuaskan kebutuhan
kita sebagai hiburan, pendidikan, dan penerangan bagi manusia.Khususnya sebagai
pemebuhan kebutuhan psikologi dan spiritual dalam kehidupannya.Kumpulan
gambar yang artistik dan bercerita sering menghibur melalui pesan-pesan yang
disampaikan oleh sebuah film.
Beda fisik teater dan film adalah bahwa pertunjuan teater itu hidup, live, dan
film adalah citra, image. Tapi beda yang paling mendasar adalah bahwa pertunjukan
teater
mengutamakan informasinya pada dialog pemain, sedangkan film pada
informasi visual21
20
21
Denis McQuail,Teori Komunikasi Massa. Erlangga. Jakarta. 1996 hlm 22
Biran, Misbach Yusa,Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Pustaka Jaya. Jakarta. 2007 hal 45
21
2.3.3 Jenis-Jenis Film
Jenis-jenis film yang biasa diproduksi adalah:22
1. Film dokumenter (Documentary Film)
Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya
Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang
dibuat sekitar tahun 1890-an. Film dokumenter menyajikan realita melalui
berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan.Namun harus
diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran
informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok
tertentu.Intinya, film dokumenter tetpa berpijak pada hal-hal senyata
mungkin.
Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai aliran dari film
dokumenter misalnya docudrama (docudrama). Dalam docudrama, terjadi
reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi
lebih menarik. Sekalipun demikian,jarak antara kenyataan dan hasil yang
tersaji
lewat
docudrama
biasanya
tak
berbeda
jauh.
Dalam
docudrama,realita tetap menjadi pegangan.
2. Film Cerita Pendek (Short Film)
Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Dibanyak Negara
seperti Jerman,Australia,Kanada,Amerika Serikat, dan juga Indonesia,
22
Heru Effendy,Mari Membuat Film:Panduan Menjadi Produser. Yogyakarta. 2005 hal 11-14
22
film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan
bagi seseorang atau sekelompok orang yang kemudian memproduksi film
panjang.
Jenis film ini banyak dihasilkn oleh parah mahasiswa jurusan film atau
orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat
film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang
mengkhususkan diri memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi
film dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi.
3. Film Cerita Panjang (Feature-Length Film)
Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit.
Film yang diputar dibioskop umunya termasuk kelompok ini. Beberapa
film,misalnya Dances With Wolves,bahkan berdurasi lebih dari 120
menit, dan bahkan film india rata-rata berdurasi hingga 180 menit.
2.3.4 Genre Film
Dalam film yang disebut sebagai genre atau bentuk sebuah film berdasarkan
keseluruhan cerita dalam film tersebut. Walaupun tujuan dari genre film bukan untuk
mengkotak-kotakan film, tapi hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penonton
menentukan film yang akan di tonton. Beberapa genre film antara lain :23
23
Javandalasta, Panca,5 hari mahir bikin films (jangan Cuma bisa nonton,Ayo bikin filmmu sendiri).
Mumtaz Media. Surabaya. 2011 hal 3
23
1. Drama
Film drama adalah bercerita tentang suasana kehidupan yang
nyata.Konflik yang tersaji dalam drama dapat dipicu oleh diri sendiri,
lingkungan. Kisah yang tersaji seringkali dapat menggungah emosi,
dan air mata dari penontonnya.
2. Action
Film action bertujuan untuk membuat tegang penontonnya. Film ini
menekankan pada aksi kekerasan fisik, tembak-tembakan, maupun
kejar-kejaran mobil. Terkadang jenis film ini terkait dengan unsure
spionase.
3. Komedi
Film komedi ditujukan untuk menghibur penontonnya dengan tingkah
jenaka sehingga menggundang gelak tawa bagi penontonnya.Film
komedi banyak digemari oleh penontonnya karena ceritanya yang
ringan dan mudah dimengerti.
4. Horor (suspense-thriller)
Film horror merupakan film yang berusaha memnacing emosi berupa
ketakutam dan rasa ngeri penontonnya.Alur cerita film horror sering
melibatkan tema seperti kematian, supranatural, atau penyakit mental.
24
5. Musikal
Film musical adalah film yang alur ceritanya disertai dengan lagu
maupun tarian dari para tokohnya.Music yang ditampilkan sesuai
dengan alur ceritanya.
6. Fantasi ( fantasy)
Film fantasy umumnya menggunakan sihir atau kekuatan supranatural
dalam ceritanya. Film seperti ini tidak disadari pemikiran ilmiahnya,
sehingga cerita dalam film ini murni dari imajinasi pembuatnya.
7. Fiksi Ilmiah (Science Fiction)
Film bergenre fiksi ilmiah adalah film imajinasi yang didasari oleh
penjelasan dan pemikiran ilmiah.Film jenis ini cenderung sukar
dipahami karena lebih banyak berisi penjelasan ilmiah.
8. Petualangan
Film petualangan adalah film yang dibuat untuk memberikan
pengalaman menegangkan dari sebuah film.Film jenis ini memiliki
kemiripan dengan film aksi.Daripada unsure kekerasan yang lebih
dominan dalam film aksi, film ini lebih menonjolkan petualangan
melalui perjalan dan perjuangan.
9. Film Animasi
Film animasi merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan, hingga
menjadi gambar yang bergerak.Untuk memberikan suara pada film ini
25
maka digunakan pengisi suara yang seolah-olah menjadi tokoh dalam
film ini dan ikut masuk dalam cerita.
2.4
Pengertian Reproduksi Makna
Reproduki itu sendiri memiliki arti adalah perkembang biakan makhluk hidup
untuk menghasilkan keturunan baru dan menjaga kelestarian jenisnya.
Reproduksi makna adalah istilah yang merujuk pada bagaimana seseorang,
satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan.
Reproduksi makna berarti mencoba menggali suatu permasalahan dengan tujuan
memperejelas maksud dari pemberitaan tersebut. Reproduksi makna ini penting
dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang kelompok atau gagasan tersebut
ditampilkan sebagaimana mestinya. Kata semestinya ini mengacu apakah seseorang
atau kelompok itu diberitakan apa adannya ataukan diburukan. Pengambaran yang
tampil bisa jadi adalah penggambaran yang buruk dan cenderung memarjinalkan
seseorang atau kelompok tertentu.24
Kedua, bagaimana reproduksi makna tersebut ditampilkan dengan kata,
kalimat, aksentuasi, dan bantuan foto atau dokumentasi yang menampilkan macam
apa seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan dalam pemberitaan
kepada khalayak.Reproduksi makna juga berkaitan dengan produksi simbolik yaitu
pembuatan tanda-tanda dalam kode-kode dimana kita menciptakan makna-makna.
24
Eriyanto,Analisis Wacana (Penghantar Analisis teks media). LKIS. Yogyakarta. 2011. Hal 113
26
2.5
Tanda dan Makna
Semua model-model mengenai makna secara luas memiliki bentuk yang
hampir sama. Masing-masing terfokus pada tiga elemen yang dengan cara tertent atau
cara lain, pasti terlibat didalam semua kajian mengenai makna. Elemen-elemen
tersebut adalah : (1) tanda, (2) acuan dari tanda, dan (3) pengguna tanda25.
Sebuah tanda adalah sesuatu yang bersifat fisik, dapat diterima oleh indra kita
mengacu pada sesuatu diluar dirinya dan bergantung pada pengenalan dari para
pengguna bahwa itu adalah tanda. Kita ambil contoh yang sudah pernah dipakai
sebelumnya : menarik telinga saya sebagai tanda didalam lelang. Pada kasus ini tanda
mengacu pada tawaran saya. Dan hal tersebut diketahui oleh pelelang telah terjadi
komunikasi26.
Menurut Kinchaid dan Schram yang dikutip oleh sobuur mengemukakan
bahwa makna kadang-kadang berupa suatu jalinan asosiasi, pikiran yang berkaitan
serta perasaan yang melengkapi konsep yang diterapkan. Dengan begitu jelas dengan
kata “kaya” hanya berarti bila ada kata “miskin” dan kata “besar” berarti bila ada kata
“kecil”. Sebagai contoh sebuah objek dikatakan relatif besar bila dibandingkan
dengan objek lain. Makna yang terjadi begitu saja, membuat bermakna merupakan
suatu aktivitas yang memakan waktu. Yang Paul Wills sebut aktivitas simbolik ang
dibutuhkan. Seperti yang diungkap oleh Lull, simbol-simbol memiliki arti bagi orang
lain, bahkan dapat mempunyai arti yang berbeda-beda bagi orang yang sama. Pada
25
26
John,Fiske,Pengantar Ilmu Komunikasi,Edisi ketiga.Jakarta.Pt.Raja Grasindo Persada.2012 hal 68
Ibid 19
27
waktu yang berbeda-beda atau keadaan sebuah teks dapat diinterpretasikan oleh
orang yang sama secara berbeda27.
Upaya memahami makna sesungguhnya merupakan salah satu masalah
filsafat tertua dalam unsur manusia. Konsep makna telah menarik perhatian disiplin
komunikasi, psikologi, sosiologi, antropilogi, dan linguistik itu sebabnya, beberapa
pakar komunikasi sering menyebut kata makna ketika mereka merumuskan definisi
komunikasi. Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss, misalnya, mengatakan bahwa
komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua atau lebih. Sedangkan
Judy S. Pearson dan Paul E. Nelson mengatakan komunikasi adalah proses
memahami dari berbagai makna.
Istilah makna (meaning) memang merupakan kata dan istilah yang
membingungkan. Dalam bukunya The Meaning Of Meaning Orden Richards telah
mengumpulkan dari 22 batasan mengenai makna. Bentuk makna diperhitungkan
sebagai istilah, sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam bidang ilmu tertentu,
yakni dalam bidang linguistik. Dalam penjelasan Umberto Eco, maka dari sebuah
wahana tanda (sign-vehicle) adalah suatu cultural yang diperagakan oleh wahanawahana tanda yang lainnya serta, dengan begitu secara sistematik mempertunjukan
pula ketidaktergantungannya pada wahana tanda yang sebelumnya.
Sehubungan dengan usaha menjelaskan makna filsuf dan lunguis mencoba
menjelaskan 3 hal, yakni :
1. Menjelaskan kata makna secara alamiah
27
Drs.Alex Sobur.Semiotika Komunikasi.Bandung.Pt.Remaja Rosdakarya.2009 hal 246
28
2. Mendeskripsikan kalimat secara alamiah
3. Menjelaskan makna dalam proses komunikasi.
2.6
Homoseksual
Homoseksualitas merupakan salah satu penyimpangan perkembangan
psikoseksual. Secara sederhana homoseksual dapat diartikan sebagai suatu
kecenderungan yang kuat akan daya tarik erotis seseorang justru terhadap jenis
kelamin yang sama. Istilah homoseksualitas lebih lazim digunakan bagi pria yang
menderita penyimpangan ini, sedang bagi wanita, keadaan yang sama disebut
“lesbian”.
Pada umumnya, cinta homoseksual wanita (lesbianisme) itu sangat mendalam, dan
lebih hebat daripada cinta heteroseksual, sungguhpun pada relasi lesbian tersebut
sering tidak diperoleh kepuasan seksual yang wajar. Cinta lesbian tadi biasanya juga
lebih hebat daripada cinta homoseksual di antara kaum pria.
Homoseksualitas sudah terjadi sepanjang sejarah umat manusia. Reaksi berbagai
bengsa diberbagai kurun waktu sejarah terhadap homoseksualitas ternyata berlainan.
Banyak masyarakat memandang heteroseksualitas sebagai perilaku seksual yang
wajar, sedangkan homoseksualitas secara tradisional dipandang sebagai gangguan
mental.
29
2.6.1 Jenis-jenis Homoseksual
Coleman, Butcher dan Carson (1980) menggolongakan homoseksualitas ke
dalam beberapa jenis28:
1. Homoseksual tulen. Jenis ini memenuhi gambaran stereotipik populer tentang
lelaki yang keperemuan-perempuanan, atau sebaliknya perempuan yang
kelaki-lakian. Sering juga kaum tranvestit atau “TV”, yakni orang yang suka
mengenakan pakaian dan perilaku seperti lawan jenisnya. Bagi penderita yang
memiliki kecenderungan homoseksual ini, daya tarik lawan jenis sama sekali
tidak membuatnya terangsang, bahkan ia sama sekali tidak mempunyai minat
seksual terhadap lawan jenisnya. Dalam kasus semacam ini, penderita akan
impotensi / figriditas apabila ia memaksakan diri untuk mengadakan relasi
seksual dengan lawan jenisnya.
2. Homoseksual malu-malu, yakni kaum lelaki yang suka mendatangi wc-wc
umum atau tempat-tempat mandi uap, terdorong oleh hasrat homoseksual
namun tidak mampu dan tidak berani menjalin hubungan personal yang cukup
intim dengan orang lain untuk mempraktikkan homoseksualitas.
3. Homoseksual tersembunyi. Kelompok ini biasanya berasal dari kelas
menengah dan memiliki status sosial yang mereka rasa perlu dilindungi
dengan cara menyembunyikan homoseksulitas mereka. Homoseksualitas
28
Kartono, Kartini. Dr. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung. CV.Mandar Maju.
1985.
30
mereka biasanya hanya diketahui oleh sahabat-sahabat karib, kekasih mereka,
atau orang lain tertentu yang jumlahnya sangat terbatas.
4. Homoseksual situasional. Homoseksualitas jenis ini terjadi pada penderita
hanya pada situasi yang mendesak dimana kemungkinan tidak mendapatkan
partner lain jenis, sehingga tingkah lakunya timbul sebagai usaha
menyalurkan dorongan seksualnya. Terdapat aneka jenis situasi yang dapat
mendorong orang mempraktikkan homoseksualitas tanpa disertai komitmen
yang mendalam, misalnya penjara dan medan perang. Akibatnya, biasanya
mereka kembali mempraktikkan heteroseksualnya sesudah keluar dari situasi
tersebut. Nilai tingkah laku ini dapat disamakan dengan tingkah laku onani
atau masturbasi.
5. Biseksual, yakni orang-orang ynang mempraktikkan baik homoseksualitas
maupun heteroseksualitas sekaligus. Penderita homoseksualitas ini dapat
mencapai kepuasan erotis optimal baik dengan sama jenis maupun dengan
lawan jenis.
6. Homoseksual mapan. Sebagian besar kaum homoseksual menerima
homoseksualitas mereka, memenuhi aneka peran kemasyarakatan secara
bertanggung jawab, dan mengikat diri dengan komunitas homoseksual
setempat. Secara keseluruhan, kaum homoseksual tidak menunjukkan gejala
gangguan kepribadian yang lebih dibandingkan kaum heteroseksual.
31
2.6.2 Ekspresi Homoseksual
Di sisi lain banyak psikiater yang percaya bahwa homoseksualitas dapat pula
dibagi atas beberapa kategori, yaitu kategori aktif, pasif dan bergantian peranan.
Tipe aktif adalah tipe maskulin dimana pada relasi homoseksualitas tipe ini
menunjukkan sikap aktif dan dalam sodomi, maka penetrasi penis dilakukan oleh tipe
ini.
Tipe pasif sering lebih mengambil alih setiap pseudofeminin, dimana
kemudian tipe ini justru menjadi tipe yang betul-betul menderita karena kebanyakan
memiliki tubuh yang kewanita-wanitaan, walaupun tidak selalu demikian.Sedangkan
dalam kategori bergantian peranan, penderita kadang-kadang memerankan fungsi
wanita, kadang-kadang jadi laki-laki.
2.6.3 Sebab-sebab Homoseksual
Faktor penyebab homoseksualitas bisa bermacam-macam, seperti karena kekurangan
hormon lelaki selama masa pertumbuhan, karena mendapatkan pengalaman
homoseksual yang menyenangkan pada masa remaja atau sesudahnya, karena
memandang
perilaku
heteroseksual
sebagai
sesuatu
yang
aversif
atau
menakutkan/tidak menyenangkan, karena besar ditengah-tengah keluarga dimana ibu
dominan sedangkan ayah lemah atau bahkan tidak ada.
Dalam
literatur
lain,
banyak
juga
teori
yang
menjelaskan
sebab-sebab
homoseksualitas, antara lain ialah29:
1. Faktor herediter berupa ketidak imbangan hormon-hormon seks.
29
Kusuma, Widjaja. Dr.Kedaruratan Psikiatrik Dalam Praktek. Jakarta. Professional Book. 1997.
32
2. Pengaruh
lingkungan
yang
tidak
baik/tidak
menguntungkan
bagi
perkembangan kematangan seksual yang normal
3. Seseorang selalu mencari kepuasan relasi homoseks, karena ia pernah
menghayati pengalaman homoseksual yang menggairahkan pada masa remaja
4. Atau, seorang anak laki-laki pernah mengalami pengalaman traumatis dengan
ibunya, sehingga timbul kebencian/antipati terhadap ibunya dan semua
wanita. Lalu muncul dorongan seks yang jadi menetap.
Panik homoseksual tidak terjadi pada orang yang tertarik pada masalah
homoseksualitas. Keadaaan ini biasanya terjadi pada pasien dengan dorongan
homoseksual laten yang kuat yang menyangkal menjadi homoseksual, tetapi yang
mempunyai pengalaman yang mengarahkan seseorang dengan jenis kelamin yang
sama adalah tertarik secara seksual padanya. Pangalaman mencetuskan perasaan
homoseksualitas yang tidak dikenali, yang menyebabkan pasien melakukan
pertahanan yang pasif, yang menyebabkan keadaan panik yang ditandai oleh
kecemasan, rasa takut, kemungkinan kekerasan dan paranoid.
Panik homoseksual dapat terjadi jika pasien adalah impotent pada hubungan
heteroseksual. Kadang-kadang jarang, tindakan seksual untuk menimbulkan orgasme,
seperti masturbasi atau hubungan anal, dapat mensetuskan panik. Seringkali,
pencetusan terjadi saat pasien dalam keadaan terintoksikasi alkohol atau obat lainnya.
Situasi yang sering terjadi adalah barak militer dan asrama mahasiswa. Panik
homoseksual adalah tidak normal, dan mungkin berhubungan dengan gangguan
psikiatrik yang serius, seperti skizofrenia.
33
2.7
Teori Semiotika
Semiotika adalah suatu ilmu atau medote analisis untuk mengkaji
tanda.Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya beryusaha mencari
jalan di dunia ini, ditengah manusia bersama-sama manusia.Semiotika atau dalam
istilah Barthes seperti yang dikutip oleh Alex Sobur, semiologi pada dasarnya hendak
mempelajarai
bagaimana
kemanusiaan
(humanity),
memakai
hal-hal
(things).Memakai dalam hal ini berarti objek-objek tidak hanya membawa informasi,
dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi
sitem terstruktur dari tanda.30
Tanda-tanda adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk sesuatu yang
lain. Ada 2 pendeketan penting atas tanda-tanda. Pertama. Yaitu pendekatan yang
didasarkan pada pandangan Saussure, yang mengatakan bahwa tanda-tanda iru
seperti lembaran kertas. Satu sisi adalah penandan dan sisi yang lain adalah petanda
dan kertas itu sendiri adalah tanda. Bagi Sausurre hubungan antara penanda dan
petanda bersifat bebas, baik secara kebetulan maupun ditetapkan.31
Pendekatan kedua dalam memahami tanda-tanda, yakni system analisis tanda
yang dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce. Sebagaimana yang dikutip oleh
Brger,Pierce
mengatakan bahwa tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek
menyerupainya, keberadaannya memilii hubungan kausal dengan tanda-tanda atau
karena ikatan konvesional dengan tanda-tanda tersebut. Dalam hal ini Pierce
30
Alex Sobur,Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2003 hal 15
Arthur Asa Berger,Pengantar Semiotika; Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer. Tiara
Wacana. Yogyakarta. 2010 hal 15-14
31
34
menggunakan istilan ikon untuk kesamaannya, indeks untuk hubungan kausalnya,
dan symbol untuk asosiasi konvesionalnya.32
Dalam hal ini perspektif Sausurre lebih dikenal dengan istilah semiologi
sedangan Pierce dengan semiotika. Menurut Berger, untuk seluruh tujuan-tujuan
praktis, semiologi dan semiotika pada dasarnya sama, karena keduanya berkaitan
dengan penandaan. Hanya penggunaan istilah tersebut untuk menjadikan tanda
tersebut dapat dianalisis.33
2.7.1 Semiotika Roland Barthes
Menurut Barthes semiotik terdiri dari dua tingkatan pertandaan yang
memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu
tataran tingkat pertama atau biasa disebut denotasi (denotation) dan konotasi
(connotation)yang berada dalam tataran tingkat kedua.34 Adapun system pemaknaan
tataran kedua dibangun atas sitem
lain yang telah ada sebelumnya, yaitu system
pemaknaan tataran pertama.
Dalam karya-karya Barthes yang lebih baru, tanda tidak hanya memliki satu
makna
denotatif
yang
stabil,
melainkan
bersifat
polisemis.Artinya,
tanda
mengandung banya makna potensial.Dengan demikian, semua teks bisa sitafsirkan
dengan beberapa cara yang berbeda.Pemaknaan membutuhkan keterlibatan aktif
pembaca dan kompetensi cultural yang mereka gunakan dalam keterlibatan aktif
32
Ibid,hal 16
Ibid hal 17
34
Yasraf Amir Piliang.Hipersemiotika:Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Jalasutra.
Yogyakarta. 2003 hal 261
33
35
pembaca dan kompetensi cultural yang mereka gunakan dalam pembacaan teksgambar agar bisa untuk sementara waktu, ”memastikan”, makna demi kepentingan
tertentu.Dengan demikian, penafsiran teks tergantung pada pemahaman cultural
pembaca serta pengetahuan mereka tentang kode-ode sosial ini tidak terdistribusikan
secara merata, tetapi juga tergantung pada kelas, gender, kebangsaan dan lain-lain.35
Tabel 2.1 : Peta Tanda Roland Barthes
1. Signifer
(penanda)
2. Signifed
(Petanda)
3. Denotative Sign ( tanda denotatif)
4. Connotative Signifier
(penanda konotatif)
5. Conotative
Signified
(petanda konotatif)
6. Conotative Sign (Tanda Konotatif)
Sumber : Alex Sobur,Semiotika Komunikasi.Remaja Rosdakarya. Bandung.2003.hal 69
Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda
(1) dan petanda (2).Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga
penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsure material :
hanya jika anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri,
kegarangan dan keberanian menjadi mungkin.36
35
Chris Barker.Cultural Studies: Teori dan Praktik. PT.Bentang Pustaka.Yogyakarta. 2005
Alex Sobur.Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2003 hal 69
36
36
Pada dasarnya ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian
secara umum serta denotasi dan konotasi yang dipahami oleh Barthes.Di dalam
semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan system signifikasi
tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua.Dalam hal ini denotasi
justru lebih diasosiasian dengan ketertutupan makna.Sebagai reaksi untuk melawan
keharfiahan
denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan
dan menolaknya.Bagi yang ada hanyalah konotasi.
Denotasi tingkat pertama adalah pertandaan yang menjelaskan hubungan
eksplisit antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas,
yang menghasilkan
makna yang eksplisit, langsung dan pasti.
Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara
penanda dan petanda, yang didalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak
langsung dan tidak pasti, karena berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai
kebudayaan dan ideologi.37Konotasi bekerja dalam tingkat subjektif, sehingga
kehadirannya tidak disadari.Pembaca mudah sekali membaca makna konotatif
sebagai fakta denotatif.Karena itu, salah satu tujuan analisi semiotic adalah untuk
menyediakan metode analisis dan erangka berpikir untuk mengatasi salah baca
(misreading). Konotasi itu sendiri dapat diberikan dengan sengaja oleh pengirim atau
dapat juga diberikan sepihak oleh si penerima, meskipun hal itu tidak sama dengan
maksud si pengirim.
37
Ibid hal 65
37
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja
melalui mitos (myth), atau dengan kata lain mitos juga merupakan system pemaknaan
tataran kedua yang dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada
sebelumnya. Konotasi yang terkandung dalam mitologi biasanya merupan hasil
konstruksi yang cermat.38
Mitos adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial (yang sebetulnya
konotatif) yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam
waktu tertentu. Dengan kata lain mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan
atau memahami beberapa aspek tentangt realitas atau gejala alam.
Mitos juga merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu
dominasi, yang berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi
nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.
Setiap tuturan dalam bentuk tertulis atau sekedar representasi, verbal atau visual,
secara potensial dapat menjadi mitos.Artinya tidak hanya wacana tertulis yang dapat
kita baca sebagai mitos, melainkan juga fotografi, film, pertunjukan, bahkan olahraga
dan makanan.Mitos masa kini lebih mengenai masalah feminitas, maskulinitas, ilmu
pengetahuan, dan kesuksesan sedangkan mitos primitive seperti mengenai hidup dan
mati, manusia dan dewa.39
38
Ibid.hal 68
Alex Sobur,Analisis Media Suatu Penghantar:Untuk Analisi Wacana,analisi Semiotik,dan analisis
framing. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2001.hal 128
39
38
Singkatnya,semiotik menurut Barthes tidak hanya meneliti mengenai
penanda dan petanda, tetapi juga hubungan yang mengikat mereka secara
keseluruhan.40
40
Ibid hal 65
Download