BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Kita sebagai makhluk sosial yang hidup di dalam lingkungan media yang sering berubah-ubah seiring dengan perkembangan zaman dapat dengan mudah untuk mendapatkan segala informasi dan juga menyebarluaskan keseluruhan masyarakat dengan cepat. Hal inilah yang dinamakan dengan komunikasi massa. Mengkomunikasikan dengan menggunakan media massa. Komunikasi massa berperan penting didalam kehidupan kita.Komunikasi massa dikemukan oleh Bitter (Rakhmat,2003:188), yakni : komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang besar (mass communication is massage communicated through a mass medium to a large number of people).6 Komunikasi massa merupakan suatu proses komunikasi yang menggunakan media massa yaitu televisi, radio, majalah, surat kabar, dan film. Media massa merupakan sarana dari komunikasi massa, media massa telah menjadi sumber domninan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas 6 Drs.Elvinaro Ardianto,Dra.Lukiati Komala,Dra.Siti Karlina,Komunikasi Massa Suatu Pengantar.Simbiosa Rekatama Media.Bandung .hal 3 10 11 sosial, tapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif, media menyuguhkan budaya yang juga dibaurkan dengan informasi dan hiburan.7 Adapun definisi lain bahwa komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication) yang lahir bersamaa dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipat gandakan pesan-pesan komunikasi. Sebagian atau sejumlah besar dari peralatan mekanik itu dikenal sebagai alat komunikasi massa atau lebih popular dengan nama media massa, yaitu meliputi semua (alat-alat) saluran, ketika narasumber (komunikator) mampu mencapai jumlah penerima (komunikan) yang luas serta secara serentak dengan kecepatan yang relatif tinggi.8 2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa Berikut ini adalah karakteristik dari komunikasi massa, yaitu :9 1. Komunikator Terlembaga Komunikator dari komunikasi massa adalah media massa, baik media cetak maupun media elektronik. Media massa sebagai komunikator menyampaikan pesan kepada khalayak besar dan keseluruh daerah. 7 Denis McQuail,Teori Komunikasi Massa.Erlangga.Jakarta.1996,hal 3 Wiryanto,Teori Komunikasi Massa.PT.Grasindo Widiasarana Indonesia.Jakarta.2004.hal 1 9 Riswandi,Ilmu Komunikasi.Graha Ilmu.Yogyakarta,hal 103 8 12 2. Pesan Bersifat Umum Pesan yang disampikan oleh komunikator bersifat umum,karena pesan tersebut menyangkut khalayak. Pesannya dapat berupa informasi maupun fakta dan peristiwa yang tengah terjadi dimasyarakat.Pesan yang disampaikan juga harus menarik dan penting. 3. Komunikannya anonim dan heterogen Komunikator dalam komunikasi massa tidak pernah mengenal komunikannya, dimana tempat tinggalnya, nama, pekerjaan dan sebagainya, karena komunikan tersebut anonym. Terlebih Indonesia memiliki bermacam-macam suku di Indonesia yang banyak jumlahnya. 4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Dalam proses penyampaian pesan komunikator secara serempak menyampaikan pesannya kepada komunikan. Sasarannya juga banyak dan tidak terbatas. 5. Komunikasi Mengutamakan isi Ketimbang Hubungan Menurut Mulyana 2000:99, salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi menunjukan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu. 13 6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Dalam prosesnya yang menggunakan media massa pesan yang disampaikannya bersifat satu arah dan langsung disampaikan kepada khalayak banyak yang tersebar dimana. 7. Stimulasi Alat Indra Terbatas Stimulasi alat indra terbatas karena komunikator dan komunikan tidak dapat bertatap muka, komunikan hanya bisa melihat komunikatornya melalui televise, jika menggunakan radio hanya dengan pendengarannya. 8. Umpan Balik Tertunda (delayed) dan tidak langsung (indirect) Umpan balik yang ditimbulkan tidak bersifat segera melainkan tertunda, karena komunikan tidak dapat memberikan reaksi atau pendapatnya kepada komunikator secara langsung, hanya bisa dilakukan melalui telepon dan juga email. 2.1.3 Tujuan Dan Fungsi Komunikasi Massa Fungsi komunikasimassa secara umum menurut Effendy sebagai berikut:10 1. Fungsi Informasi Fungsi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. 10 Elvanaro Ardianto,Komunikasi Massa Suatu Pengantar.PT. Simbiosis Rekatama Media.Bandung.2004 hal 18-19 14 Khalayak sebagai makhluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi yang terjadi. 2. Fungsi Pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. 3. Fungsi mempengaruhi Fungsi memperngaruhi dari media massa secara implicit terdapat pada tajuk atau editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalaya dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar. Tujuan dari komunikasi massa pada umumnya untuk memberitahukan suatu pesan kepada khalayak luas. Untuk melengkapi fungsi yang telah dikemukan oleh Harold D.Lasswell, Charles R. Wright seorang ahli sosiologi menambahkan satu fungsi komunikasi massa yaitu entertainment, yaitu: 11 1. Surveillance Menunjukan pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik diluar maupun didalam masyarakat. 11 Wiryanto,Teori Komunikasi Massa. PT. Gramedia Jakarta 2002 hal 11 15 2. Correlation Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian. 3. Transmission Menunjukan pada fungsi mengkomunikasikan informasi nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota-anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. 4. Entertainment Menunju pada kegiatan komunikatif yang dimaksudkan untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek-efek tertentu. 2.1.4 Isi Pesan Komunikasi Massa Konteks-konteks komunikasi lain dapat dirancang berdasarkan kriteria tertentu,misalnya berdasarkan derajat keterlibatan teknologi dalam komunikasi. Mary B. Cassata dan Molefi K. Assante membandingkan tiga cara (mode) komunikasi antara komunikasi antar pribadi, komunikasi media, dan komunikasi massa dengan membandingkan isi pesan pada pesan antar pribadi bersifat pribadi atau terbatas, pada pesan komunikasi massa isi pesan bersifat umum, pada pesan komunikasi media isi pesan bersifat pribadi atau terbatas.12 12 Deddy Mulyana,I lmu Komunikasi,Suatu Pengantar.Remaja Rosda Karya. Bandung 2005 hal 76 16 2.2 Media Massa 2.2.1 Pengertian Media Massa Dalam bahasa Indonesia digunakan istilah media massa yang berasal dari bahasa Inggrismass media. Mass Media adalah singkatan dari mass media of communication atau media of mass communication.13 Media massa juga dikatakan sebagai alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. 2.2.2 Jenis-Jenis Media Massa Media massa sebenarnya dibagi menjadi dua yaitu, media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang memenuhi criteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi criteria media massa adalah radio, televisi, film dan media on-line (internet). 2.2.3 Karakteristik Media Massa Bila dilihat dari sisi bentuk media yang digunakannya, media jurnalistik atau media massa memiliki cirri-ciri sebagai berikut:14 1. Publisitas, yakni bahwa media massa diperuntukan bagi masyarakat umum. Tidak ada batasan siapa yang boleh atau harus membaca, menonton atau mendengarkan dan siapa yang tidak boleh membaca. 13 Sunarjo dan Djoenaesih S. Sunarjo.Himpunan Istilah Komunikasi.Yogyakarta.Penerbit Liberty.1983.hal 68 14 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan dan Teori dan Praktik.Logos Wacana IImu.1999.hal 80 17 2. Menonton atau mendengarkan. Media massa tersebar secara luas untuk memenuhi kebutuhan khalayak. 3. Universalitas, yakni bahwa media massa harus memuat atau menyiarkan aneka berita mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi diseluruh pelosok dunia dan tentang segala aspek serta kehidupan umat manusia. Media massa bersifat umum dalam menyampaikan suatu materi pada khalayaknya. 4. Aktualitas, yakni bahwa media massa harus mampu menyampaikan berita secara tepat kepada khalayak. 2.2.4 Fungsi Media Massa McQuail mengemukakan fungsi-fungsi media massa sebagai berikut:15 1. Pemberi Informasi a. Mencari bertia tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat,masyarakat dan dunia. b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan. c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum. d. Belajar, pendidikan diri sendiri. e. Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan. 15 Denis McQuail.Teori Komunikasi Massa:Suatu Pengantar.Erlangga. Jakarta. 1994. hal 70 18 2. Identitas Diri a. Menentukan penunjang nilai-nilai pribadi, menetukan model prilaku. b. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri 3. Integritas dan Interaksi sosial a. Memperoleh teman selain manusia b. Membantu menjalankan peran sosial c. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial 4. Hiburan a. Mengisi waktu b. Bersantai c. Penaluran emosi 2.3 Film 2.3.1 Pengertian Film Film adalah salah satu media komunikasi massa yang merupakan suatu kekuatan yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan tingkah laku. Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan.komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang sifatnya audio atau visual dalam bentuk film16. Gambar bergerak adalah bentuk dominan dari komunikasi massa. Film lebih dulu menjadi media hiburan disbanding radio siaran dan televisi. Menonton televisi 16 Cangara Hafied,Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja Grafindo. Jakarta. 2010 hal 138 19 menjadi aktivitaspopuler bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an. Film adalah industri bisnis yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika.17 Film tidak bisa dilepaskan begitu saja dari perkembangan arus budaya. Sebagai media massa, film memiliki kemampuan untuk mempengaruhi para penontonnya. Namun sayangnya, film-film kita yang beredar kebanyakan mengangkat kisah-kisah yang bersifat praktis dan disajikan dalam kemasan yang hedonis.Hal ini bersimbiosis dengan rendahnya kreatifitasmasyarakat kita.Sehingga gejala psikologis yang tampak pada mereka adalah kecendrungan untuk berkompromi dengan fenomena yang berkembang. Film juga berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, music, drama, lawak, dan sajian tekhnis lainnya kepada masyarakat umum.18 Film memerlukan penanganan yang lebih bersungguh-sungguh dan konstruksi yang lebih artificial pula (melalui manipulasi) dari pada media lain, karena film memiliki jangkauan, realism, pengaruh emosional, dan popularitas yang hebat, dan juga film mudah dipengaruhi, maka film harus menerima banyak campur tangan.19 Film juga berpotensi menjadi sumber pendidikan informal melalui isi pesan yang dikandungnya, tidak peduli bagaimana cara pesan itu disampaikan muncul. 17 Drs.Elvinaro,Komunikasi Massa Suatu Pengantar,Simbiosa Rekatama Media .Bandung. 2004.hal 134 18 Denis McQuail,Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Erlangga. Jakarta. 1987 hal 13 19 Ibid hal.14 20 Namun yang pasti,isi yang dikandungnya tidak bebas dari nilai-nilai tertentu, seperti bias ideologi atau politik dari sipembuat film. Media yang paling sering dipakai secara kolektif adalan film kemudian disusul televisi.20 Film sebagai media komunikasi massa merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa, mengambangkan potensi diri, pembinaan akhlak mulia, pemajuan kesejahteraan masyarakat serta wahana promosi Indonesia di dunia internasional. Film sebagai karya seni budaya memiliki peran strategis dalam meningkatkan ketahanan budaya bangsa dan kesejahteraan masyaralat lahir batin untuk memperkuat ketahanan nasional 2.3.2 Fungsi Film Fungsi film adalah sebagai salah satu nilai yang dapat memuaskan kebutuhan kita sebagai hiburan, pendidikan, dan penerangan bagi manusia.Khususnya sebagai pemebuhan kebutuhan psikologi dan spiritual dalam kehidupannya.Kumpulan gambar yang artistik dan bercerita sering menghibur melalui pesan-pesan yang disampaikan oleh sebuah film. Beda fisik teater dan film adalah bahwa pertunjuan teater itu hidup, live, dan film adalah citra, image. Tapi beda yang paling mendasar adalah bahwa pertunjukan teater mengutamakan informasinya pada dialog pemain, sedangkan film pada informasi visual21 20 21 Denis McQuail,Teori Komunikasi Massa. Erlangga. Jakarta. 1996 hlm 22 Biran, Misbach Yusa,Teknik Menulis Skenario Film Cerita. Pustaka Jaya. Jakarta. 2007 hal 45 21 2.3.3 Jenis-Jenis Film Jenis-jenis film yang biasa diproduksi adalah:22 1. Film dokumenter (Documentary Film) Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan.Namun harus diakui, film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan, dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu.Intinya, film dokumenter tetpa berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai aliran dari film dokumenter misalnya docudrama (docudrama). Dalam docudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian,jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat docudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam docudrama,realita tetap menjadi pegangan. 2. Film Cerita Pendek (Short Film) Durasi film cerita pendek biasanya dibawah 60 menit. Dibanyak Negara seperti Jerman,Australia,Kanada,Amerika Serikat, dan juga Indonesia, 22 Heru Effendy,Mari Membuat Film:Panduan Menjadi Produser. Yogyakarta. 2005 hal 11-14 22 film cerita pendek dijadikan laboratorium eksperimen dan batu loncatan bagi seseorang atau sekelompok orang yang kemudian memproduksi film panjang. Jenis film ini banyak dihasilkn oleh parah mahasiswa jurusan film atau orang/kelompok yang menyukai dunia film dan ingin berlatih membuat film dengan baik. Sekalipun demikian, ada juga yang memang mengkhususkan diri memproduksi film pendek, umumnya hasil produksi film dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran televisi. 3. Film Cerita Panjang (Feature-Length Film) Film dengan durasi lebih dari 60 menit lazimnya berdurasi 90-100 menit. Film yang diputar dibioskop umunya termasuk kelompok ini. Beberapa film,misalnya Dances With Wolves,bahkan berdurasi lebih dari 120 menit, dan bahkan film india rata-rata berdurasi hingga 180 menit. 2.3.4 Genre Film Dalam film yang disebut sebagai genre atau bentuk sebuah film berdasarkan keseluruhan cerita dalam film tersebut. Walaupun tujuan dari genre film bukan untuk mengkotak-kotakan film, tapi hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penonton menentukan film yang akan di tonton. Beberapa genre film antara lain :23 23 Javandalasta, Panca,5 hari mahir bikin films (jangan Cuma bisa nonton,Ayo bikin filmmu sendiri). Mumtaz Media. Surabaya. 2011 hal 3 23 1. Drama Film drama adalah bercerita tentang suasana kehidupan yang nyata.Konflik yang tersaji dalam drama dapat dipicu oleh diri sendiri, lingkungan. Kisah yang tersaji seringkali dapat menggungah emosi, dan air mata dari penontonnya. 2. Action Film action bertujuan untuk membuat tegang penontonnya. Film ini menekankan pada aksi kekerasan fisik, tembak-tembakan, maupun kejar-kejaran mobil. Terkadang jenis film ini terkait dengan unsure spionase. 3. Komedi Film komedi ditujukan untuk menghibur penontonnya dengan tingkah jenaka sehingga menggundang gelak tawa bagi penontonnya.Film komedi banyak digemari oleh penontonnya karena ceritanya yang ringan dan mudah dimengerti. 4. Horor (suspense-thriller) Film horror merupakan film yang berusaha memnacing emosi berupa ketakutam dan rasa ngeri penontonnya.Alur cerita film horror sering melibatkan tema seperti kematian, supranatural, atau penyakit mental. 24 5. Musikal Film musical adalah film yang alur ceritanya disertai dengan lagu maupun tarian dari para tokohnya.Music yang ditampilkan sesuai dengan alur ceritanya. 6. Fantasi ( fantasy) Film fantasy umumnya menggunakan sihir atau kekuatan supranatural dalam ceritanya. Film seperti ini tidak disadari pemikiran ilmiahnya, sehingga cerita dalam film ini murni dari imajinasi pembuatnya. 7. Fiksi Ilmiah (Science Fiction) Film bergenre fiksi ilmiah adalah film imajinasi yang didasari oleh penjelasan dan pemikiran ilmiah.Film jenis ini cenderung sukar dipahami karena lebih banyak berisi penjelasan ilmiah. 8. Petualangan Film petualangan adalah film yang dibuat untuk memberikan pengalaman menegangkan dari sebuah film.Film jenis ini memiliki kemiripan dengan film aksi.Daripada unsure kekerasan yang lebih dominan dalam film aksi, film ini lebih menonjolkan petualangan melalui perjalan dan perjuangan. 9. Film Animasi Film animasi merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan, hingga menjadi gambar yang bergerak.Untuk memberikan suara pada film ini 25 maka digunakan pengisi suara yang seolah-olah menjadi tokoh dalam film ini dan ikut masuk dalam cerita. 2.4 Pengertian Reproduksi Makna Reproduki itu sendiri memiliki arti adalah perkembang biakan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan baru dan menjaga kelestarian jenisnya. Reproduksi makna adalah istilah yang merujuk pada bagaimana seseorang, satu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Reproduksi makna berarti mencoba menggali suatu permasalahan dengan tujuan memperejelas maksud dari pemberitaan tersebut. Reproduksi makna ini penting dalam dua hal. Pertama, apakah seseorang kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kata semestinya ini mengacu apakah seseorang atau kelompok itu diberitakan apa adannya ataukan diburukan. Pengambaran yang tampil bisa jadi adalah penggambaran yang buruk dan cenderung memarjinalkan seseorang atau kelompok tertentu.24 Kedua, bagaimana reproduksi makna tersebut ditampilkan dengan kata, kalimat, aksentuasi, dan bantuan foto atau dokumentasi yang menampilkan macam apa seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan dalam pemberitaan kepada khalayak.Reproduksi makna juga berkaitan dengan produksi simbolik yaitu pembuatan tanda-tanda dalam kode-kode dimana kita menciptakan makna-makna. 24 Eriyanto,Analisis Wacana (Penghantar Analisis teks media). LKIS. Yogyakarta. 2011. Hal 113 26 2.5 Tanda dan Makna Semua model-model mengenai makna secara luas memiliki bentuk yang hampir sama. Masing-masing terfokus pada tiga elemen yang dengan cara tertent atau cara lain, pasti terlibat didalam semua kajian mengenai makna. Elemen-elemen tersebut adalah : (1) tanda, (2) acuan dari tanda, dan (3) pengguna tanda25. Sebuah tanda adalah sesuatu yang bersifat fisik, dapat diterima oleh indra kita mengacu pada sesuatu diluar dirinya dan bergantung pada pengenalan dari para pengguna bahwa itu adalah tanda. Kita ambil contoh yang sudah pernah dipakai sebelumnya : menarik telinga saya sebagai tanda didalam lelang. Pada kasus ini tanda mengacu pada tawaran saya. Dan hal tersebut diketahui oleh pelelang telah terjadi komunikasi26. Menurut Kinchaid dan Schram yang dikutip oleh sobuur mengemukakan bahwa makna kadang-kadang berupa suatu jalinan asosiasi, pikiran yang berkaitan serta perasaan yang melengkapi konsep yang diterapkan. Dengan begitu jelas dengan kata “kaya” hanya berarti bila ada kata “miskin” dan kata “besar” berarti bila ada kata “kecil”. Sebagai contoh sebuah objek dikatakan relatif besar bila dibandingkan dengan objek lain. Makna yang terjadi begitu saja, membuat bermakna merupakan suatu aktivitas yang memakan waktu. Yang Paul Wills sebut aktivitas simbolik ang dibutuhkan. Seperti yang diungkap oleh Lull, simbol-simbol memiliki arti bagi orang lain, bahkan dapat mempunyai arti yang berbeda-beda bagi orang yang sama. Pada 25 26 John,Fiske,Pengantar Ilmu Komunikasi,Edisi ketiga.Jakarta.Pt.Raja Grasindo Persada.2012 hal 68 Ibid 19 27 waktu yang berbeda-beda atau keadaan sebuah teks dapat diinterpretasikan oleh orang yang sama secara berbeda27. Upaya memahami makna sesungguhnya merupakan salah satu masalah filsafat tertua dalam unsur manusia. Konsep makna telah menarik perhatian disiplin komunikasi, psikologi, sosiologi, antropilogi, dan linguistik itu sebabnya, beberapa pakar komunikasi sering menyebut kata makna ketika mereka merumuskan definisi komunikasi. Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss, misalnya, mengatakan bahwa komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua atau lebih. Sedangkan Judy S. Pearson dan Paul E. Nelson mengatakan komunikasi adalah proses memahami dari berbagai makna. Istilah makna (meaning) memang merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Dalam bukunya The Meaning Of Meaning Orden Richards telah mengumpulkan dari 22 batasan mengenai makna. Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah, sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam bidang ilmu tertentu, yakni dalam bidang linguistik. Dalam penjelasan Umberto Eco, maka dari sebuah wahana tanda (sign-vehicle) adalah suatu cultural yang diperagakan oleh wahanawahana tanda yang lainnya serta, dengan begitu secara sistematik mempertunjukan pula ketidaktergantungannya pada wahana tanda yang sebelumnya. Sehubungan dengan usaha menjelaskan makna filsuf dan lunguis mencoba menjelaskan 3 hal, yakni : 1. Menjelaskan kata makna secara alamiah 27 Drs.Alex Sobur.Semiotika Komunikasi.Bandung.Pt.Remaja Rosdakarya.2009 hal 246 28 2. Mendeskripsikan kalimat secara alamiah 3. Menjelaskan makna dalam proses komunikasi. 2.6 Homoseksual Homoseksualitas merupakan salah satu penyimpangan perkembangan psikoseksual. Secara sederhana homoseksual dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang kuat akan daya tarik erotis seseorang justru terhadap jenis kelamin yang sama. Istilah homoseksualitas lebih lazim digunakan bagi pria yang menderita penyimpangan ini, sedang bagi wanita, keadaan yang sama disebut “lesbian”. Pada umumnya, cinta homoseksual wanita (lesbianisme) itu sangat mendalam, dan lebih hebat daripada cinta heteroseksual, sungguhpun pada relasi lesbian tersebut sering tidak diperoleh kepuasan seksual yang wajar. Cinta lesbian tadi biasanya juga lebih hebat daripada cinta homoseksual di antara kaum pria. Homoseksualitas sudah terjadi sepanjang sejarah umat manusia. Reaksi berbagai bengsa diberbagai kurun waktu sejarah terhadap homoseksualitas ternyata berlainan. Banyak masyarakat memandang heteroseksualitas sebagai perilaku seksual yang wajar, sedangkan homoseksualitas secara tradisional dipandang sebagai gangguan mental. 29 2.6.1 Jenis-jenis Homoseksual Coleman, Butcher dan Carson (1980) menggolongakan homoseksualitas ke dalam beberapa jenis28: 1. Homoseksual tulen. Jenis ini memenuhi gambaran stereotipik populer tentang lelaki yang keperemuan-perempuanan, atau sebaliknya perempuan yang kelaki-lakian. Sering juga kaum tranvestit atau “TV”, yakni orang yang suka mengenakan pakaian dan perilaku seperti lawan jenisnya. Bagi penderita yang memiliki kecenderungan homoseksual ini, daya tarik lawan jenis sama sekali tidak membuatnya terangsang, bahkan ia sama sekali tidak mempunyai minat seksual terhadap lawan jenisnya. Dalam kasus semacam ini, penderita akan impotensi / figriditas apabila ia memaksakan diri untuk mengadakan relasi seksual dengan lawan jenisnya. 2. Homoseksual malu-malu, yakni kaum lelaki yang suka mendatangi wc-wc umum atau tempat-tempat mandi uap, terdorong oleh hasrat homoseksual namun tidak mampu dan tidak berani menjalin hubungan personal yang cukup intim dengan orang lain untuk mempraktikkan homoseksualitas. 3. Homoseksual tersembunyi. Kelompok ini biasanya berasal dari kelas menengah dan memiliki status sosial yang mereka rasa perlu dilindungi dengan cara menyembunyikan homoseksulitas mereka. Homoseksualitas 28 Kartono, Kartini. Dr. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung. CV.Mandar Maju. 1985. 30 mereka biasanya hanya diketahui oleh sahabat-sahabat karib, kekasih mereka, atau orang lain tertentu yang jumlahnya sangat terbatas. 4. Homoseksual situasional. Homoseksualitas jenis ini terjadi pada penderita hanya pada situasi yang mendesak dimana kemungkinan tidak mendapatkan partner lain jenis, sehingga tingkah lakunya timbul sebagai usaha menyalurkan dorongan seksualnya. Terdapat aneka jenis situasi yang dapat mendorong orang mempraktikkan homoseksualitas tanpa disertai komitmen yang mendalam, misalnya penjara dan medan perang. Akibatnya, biasanya mereka kembali mempraktikkan heteroseksualnya sesudah keluar dari situasi tersebut. Nilai tingkah laku ini dapat disamakan dengan tingkah laku onani atau masturbasi. 5. Biseksual, yakni orang-orang ynang mempraktikkan baik homoseksualitas maupun heteroseksualitas sekaligus. Penderita homoseksualitas ini dapat mencapai kepuasan erotis optimal baik dengan sama jenis maupun dengan lawan jenis. 6. Homoseksual mapan. Sebagian besar kaum homoseksual menerima homoseksualitas mereka, memenuhi aneka peran kemasyarakatan secara bertanggung jawab, dan mengikat diri dengan komunitas homoseksual setempat. Secara keseluruhan, kaum homoseksual tidak menunjukkan gejala gangguan kepribadian yang lebih dibandingkan kaum heteroseksual. 31 2.6.2 Ekspresi Homoseksual Di sisi lain banyak psikiater yang percaya bahwa homoseksualitas dapat pula dibagi atas beberapa kategori, yaitu kategori aktif, pasif dan bergantian peranan. Tipe aktif adalah tipe maskulin dimana pada relasi homoseksualitas tipe ini menunjukkan sikap aktif dan dalam sodomi, maka penetrasi penis dilakukan oleh tipe ini. Tipe pasif sering lebih mengambil alih setiap pseudofeminin, dimana kemudian tipe ini justru menjadi tipe yang betul-betul menderita karena kebanyakan memiliki tubuh yang kewanita-wanitaan, walaupun tidak selalu demikian.Sedangkan dalam kategori bergantian peranan, penderita kadang-kadang memerankan fungsi wanita, kadang-kadang jadi laki-laki. 2.6.3 Sebab-sebab Homoseksual Faktor penyebab homoseksualitas bisa bermacam-macam, seperti karena kekurangan hormon lelaki selama masa pertumbuhan, karena mendapatkan pengalaman homoseksual yang menyenangkan pada masa remaja atau sesudahnya, karena memandang perilaku heteroseksual sebagai sesuatu yang aversif atau menakutkan/tidak menyenangkan, karena besar ditengah-tengah keluarga dimana ibu dominan sedangkan ayah lemah atau bahkan tidak ada. Dalam literatur lain, banyak juga teori yang menjelaskan sebab-sebab homoseksualitas, antara lain ialah29: 1. Faktor herediter berupa ketidak imbangan hormon-hormon seks. 29 Kusuma, Widjaja. Dr.Kedaruratan Psikiatrik Dalam Praktek. Jakarta. Professional Book. 1997. 32 2. Pengaruh lingkungan yang tidak baik/tidak menguntungkan bagi perkembangan kematangan seksual yang normal 3. Seseorang selalu mencari kepuasan relasi homoseks, karena ia pernah menghayati pengalaman homoseksual yang menggairahkan pada masa remaja 4. Atau, seorang anak laki-laki pernah mengalami pengalaman traumatis dengan ibunya, sehingga timbul kebencian/antipati terhadap ibunya dan semua wanita. Lalu muncul dorongan seks yang jadi menetap. Panik homoseksual tidak terjadi pada orang yang tertarik pada masalah homoseksualitas. Keadaaan ini biasanya terjadi pada pasien dengan dorongan homoseksual laten yang kuat yang menyangkal menjadi homoseksual, tetapi yang mempunyai pengalaman yang mengarahkan seseorang dengan jenis kelamin yang sama adalah tertarik secara seksual padanya. Pangalaman mencetuskan perasaan homoseksualitas yang tidak dikenali, yang menyebabkan pasien melakukan pertahanan yang pasif, yang menyebabkan keadaan panik yang ditandai oleh kecemasan, rasa takut, kemungkinan kekerasan dan paranoid. Panik homoseksual dapat terjadi jika pasien adalah impotent pada hubungan heteroseksual. Kadang-kadang jarang, tindakan seksual untuk menimbulkan orgasme, seperti masturbasi atau hubungan anal, dapat mensetuskan panik. Seringkali, pencetusan terjadi saat pasien dalam keadaan terintoksikasi alkohol atau obat lainnya. Situasi yang sering terjadi adalah barak militer dan asrama mahasiswa. Panik homoseksual adalah tidak normal, dan mungkin berhubungan dengan gangguan psikiatrik yang serius, seperti skizofrenia. 33 2.7 Teori Semiotika Semiotika adalah suatu ilmu atau medote analisis untuk mengkaji tanda.Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya beryusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah manusia bersama-sama manusia.Semiotika atau dalam istilah Barthes seperti yang dikutip oleh Alex Sobur, semiologi pada dasarnya hendak mempelajarai bagaimana kemanusiaan (humanity), memakai hal-hal (things).Memakai dalam hal ini berarti objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sitem terstruktur dari tanda.30 Tanda-tanda adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk sesuatu yang lain. Ada 2 pendeketan penting atas tanda-tanda. Pertama. Yaitu pendekatan yang didasarkan pada pandangan Saussure, yang mengatakan bahwa tanda-tanda iru seperti lembaran kertas. Satu sisi adalah penandan dan sisi yang lain adalah petanda dan kertas itu sendiri adalah tanda. Bagi Sausurre hubungan antara penanda dan petanda bersifat bebas, baik secara kebetulan maupun ditetapkan.31 Pendekatan kedua dalam memahami tanda-tanda, yakni system analisis tanda yang dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce. Sebagaimana yang dikutip oleh Brger,Pierce mengatakan bahwa tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek menyerupainya, keberadaannya memilii hubungan kausal dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvesional dengan tanda-tanda tersebut. Dalam hal ini Pierce 30 Alex Sobur,Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2003 hal 15 Arthur Asa Berger,Pengantar Semiotika; Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer. Tiara Wacana. Yogyakarta. 2010 hal 15-14 31 34 menggunakan istilan ikon untuk kesamaannya, indeks untuk hubungan kausalnya, dan symbol untuk asosiasi konvesionalnya.32 Dalam hal ini perspektif Sausurre lebih dikenal dengan istilah semiologi sedangan Pierce dengan semiotika. Menurut Berger, untuk seluruh tujuan-tujuan praktis, semiologi dan semiotika pada dasarnya sama, karena keduanya berkaitan dengan penandaan. Hanya penggunaan istilah tersebut untuk menjadikan tanda tersebut dapat dianalisis.33 2.7.1 Semiotika Roland Barthes Menurut Barthes semiotik terdiri dari dua tingkatan pertandaan yang memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tataran tingkat pertama atau biasa disebut denotasi (denotation) dan konotasi (connotation)yang berada dalam tataran tingkat kedua.34 Adapun system pemaknaan tataran kedua dibangun atas sitem lain yang telah ada sebelumnya, yaitu system pemaknaan tataran pertama. Dalam karya-karya Barthes yang lebih baru, tanda tidak hanya memliki satu makna denotatif yang stabil, melainkan bersifat polisemis.Artinya, tanda mengandung banya makna potensial.Dengan demikian, semua teks bisa sitafsirkan dengan beberapa cara yang berbeda.Pemaknaan membutuhkan keterlibatan aktif pembaca dan kompetensi cultural yang mereka gunakan dalam keterlibatan aktif 32 Ibid,hal 16 Ibid hal 17 34 Yasraf Amir Piliang.Hipersemiotika:Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Jalasutra. Yogyakarta. 2003 hal 261 33 35 pembaca dan kompetensi cultural yang mereka gunakan dalam pembacaan teksgambar agar bisa untuk sementara waktu, ”memastikan”, makna demi kepentingan tertentu.Dengan demikian, penafsiran teks tergantung pada pemahaman cultural pembaca serta pengetahuan mereka tentang kode-ode sosial ini tidak terdistribusikan secara merata, tetapi juga tergantung pada kelas, gender, kebangsaan dan lain-lain.35 Tabel 2.1 : Peta Tanda Roland Barthes 1. Signifer (penanda) 2. Signifed (Petanda) 3. Denotative Sign ( tanda denotatif) 4. Connotative Signifier (penanda konotatif) 5. Conotative Signified (petanda konotatif) 6. Conotative Sign (Tanda Konotatif) Sumber : Alex Sobur,Semiotika Komunikasi.Remaja Rosdakarya. Bandung.2003.hal 69 Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2).Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsure material : hanya jika anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan dan keberanian menjadi mungkin.36 35 Chris Barker.Cultural Studies: Teori dan Praktik. PT.Bentang Pustaka.Yogyakarta. 2005 Alex Sobur.Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2003 hal 69 36 36 Pada dasarnya ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dipahami oleh Barthes.Di dalam semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan system signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua.Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasian dengan ketertutupan makna.Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini, Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya.Bagi yang ada hanyalah konotasi. Denotasi tingkat pertama adalah pertandaan yang menjelaskan hubungan eksplisit antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang didalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung dan tidak pasti, karena berkaitan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai kebudayaan dan ideologi.37Konotasi bekerja dalam tingkat subjektif, sehingga kehadirannya tidak disadari.Pembaca mudah sekali membaca makna konotatif sebagai fakta denotatif.Karena itu, salah satu tujuan analisi semiotic adalah untuk menyediakan metode analisis dan erangka berpikir untuk mengatasi salah baca (misreading). Konotasi itu sendiri dapat diberikan dengan sengaja oleh pengirim atau dapat juga diberikan sepihak oleh si penerima, meskipun hal itu tidak sama dengan maksud si pengirim. 37 Ibid hal 65 37 Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth), atau dengan kata lain mitos juga merupakan system pemaknaan tataran kedua yang dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya. Konotasi yang terkandung dalam mitologi biasanya merupan hasil konstruksi yang cermat.38 Mitos adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial (yang sebetulnya konotatif) yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Dengan kata lain mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentangt realitas atau gejala alam. Mitos juga merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi, yang berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Setiap tuturan dalam bentuk tertulis atau sekedar representasi, verbal atau visual, secara potensial dapat menjadi mitos.Artinya tidak hanya wacana tertulis yang dapat kita baca sebagai mitos, melainkan juga fotografi, film, pertunjukan, bahkan olahraga dan makanan.Mitos masa kini lebih mengenai masalah feminitas, maskulinitas, ilmu pengetahuan, dan kesuksesan sedangkan mitos primitive seperti mengenai hidup dan mati, manusia dan dewa.39 38 Ibid.hal 68 Alex Sobur,Analisis Media Suatu Penghantar:Untuk Analisi Wacana,analisi Semiotik,dan analisis framing. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2001.hal 128 39 38 Singkatnya,semiotik menurut Barthes tidak hanya meneliti mengenai penanda dan petanda, tetapi juga hubungan yang mengikat mereka secara keseluruhan.40 40 Ibid hal 65