71 hubungan tingkat stres dengan peningkatan kadar glukosa

advertisement
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PENINGKATAN KADAR
GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2
DI PAGUYUBANERA GENDIS SEHAT KABUPATEN
TUBAN TAHUN 2014
( The Correlation Stress Levels with Increased Blood Glucose Levels In Type 2
Diabetes Mellitus Patients in Era Gendis Sehat Society Tuban Regency 2014 )
Bedjo
Prodi SI Keperwatan STIKES NU Tuban
ABSTRAK
Stres adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional,
spiritual manusia dan dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia. Glukosa darah adalah gula yang
terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen
di hati dan otot rangka. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan Cross
Sectional. Populasi penelitian pada penderita diabetes mellitus tipe 2 di Paguyuban Era Gendis Sehat
Tuban sejumlah 36 responden. Teknik pengambilan sampel secara Accidental Sampling, instrumen
pengumpulan data menggunakan kuisioner. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 36 responden
sebagian besar penderita diabetes mellitus tipe 2 di Paguyuban Era Gendis Sehat Tuban yang
mengalami stres sedang dengan peningkatan kadar glukosa sebesar 10 (100%), sebagian kecil
mengalami stres ringan dengan peningkatan kadar glukosa darah sebesar 8 (47,1%) dan sebagian tidak
stres dengan peningkatan kadar glukosa darah sebesar 2 (22,2%). Berdasarkan uji Chi Square dengan
p=0,002 dimana p<0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima sehingga terdapat hubungan antara
tingkat stres dengan peningkatan kadar glukosa darah. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
stres dapat mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah, sehingga diharapkan bahwa para
diabetisi dapat menjaga kondisi saat menghadapi stres yang disertai dengan peningkatan kadar
glukosa darah.
Kata Kunci: Stres, Kadar Glukosa
ABSTRACT
Stress is the inability to manage the threats faced by the mental, physical , emotional , spiritual
and can affect a person's physical health . Blood Glucose is the sugar found in the blood that form
carbohydrates in the diet and is stored as glycogen in the liver and skeletal muscle. This study uses
cross sectional analytic approach. A population consist 36 respondent with type 2 diabetes mellitus in
Era Gendis Sehat Society Tuban. Accidental Sampling techniques sampling, data collection
instruments is the questionnaire. Based on the results of the respondents, the majority of patients with
type 2 diabetes mellitus in Era Gendis Sehat Society Tuban experiencing moderate stress with
increased glucose levels of 10 (100%), a fraction mild stress with increased blood glucose levels by 8
(47,1%) and the majority do not stress with increased blood glucose levels by 2 (22.2%). Based on
chi-square test with p=0.002 where p < 0.05 so H0 is rejected and H1 is accepted that there is a
relationship between stress levels with increased blood glucose levels. From the above it can be
concluded that stress can affect blood glucose levels, so it is expected that people with diabetes can
maintain the current state of stress that is accompanied by an increase in blood glucose levels .
Keywords : Stress , Glucose Levels
kandungan gula dalam darah, sehingga
gula dalam darah atau yang biasanya
diangkut menuju sel-sel tubuh sebagai
sumber energi justru tercecer dalam
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) atau
kencing manis merupakan kondisi
tubuh yang tidak mampu mengatur
71
aliran darah dan bahkan ikut terbuang
dalam air seni. Diabetes Mellitus dapat
mengganggu metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak akibat defesiasi atau
ketidakefektifan fungsi insulin, yang
dapat mempengaruhi berbagai sistem
tubuh, sehingga dapat menyebabkan
komplikasi jangka panjang dan
menurunnya kualitas hidup penderita
(Yunia, 2007).
Glukosa darah adalah gula yang
terdapat dalam darah yang terbentuk
dari karbohidrat dalam makanan dan
disimpan sebagai glikogen di hati dan
otot rangka. (Joyce LeeFever, 2007).
Energi untuk sebagian besar fungsi
sel dan jaringan berasal dari glukosa.
Pembentukan energi alternatif juga
dapat berasal dari metabolisme asam
lemak, tetapi jalur ini kurang efisien
dibandingkan dengan pembakaran
langsung glukosa, dan proses ini juga
menghasilkan
metabolit-metabolit
asam
yang
berbahaya
apabila
dibiarkan menumpuk, sehingga kadar
glukosa di dalam darah dikendalikan
oleh beberapa mekanisme homeostatik
yang dalam keadaan sehat dapat
mempertahankan kadar dalam rentang
70 sampai 110 mg/dl dalam keadaan
puasa. ( Ronald A. Sacher, Richard A.
McPherson, 2004).
Diabetes Mellitus tipe 2
merupakan keadaan hiperglikemi
kronik yang ditandai oleh gangguan
metabolik ganda progresif yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas
(Soewondo,
2006).
Kekerapan
Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia
disebabkan oleh berbagai hal Salah
satunya peningkatan faktor risiko
(Suyono, 2007). Beberapa ahli
menyatakan bahwa salah satu faktor
risiko
tersebut
adalah
stres
(Soewondo, 2006;Suyono, 2007).
Pada tahun 2000 penderita
Diabetes Mellitus diseluruh dunia
mencapai 175,4 juta penderita.
Sedangkan di Indonesia diperkirakan
minimal terdapat 4 juta. penderita
Diabetes Mellitus. Diperkirakan pada
tahun 2010 diperkirakan jumlah
penderita Diabetes Mellitus di
Indonesia menjadi minimal 5 juta dan
di dunia 239,3 juta. Penelitian
Departemen Kesehatan pada tahun
2001, Indonesia menempati urutan ke
empat di dunia setelah India, Cina,
Amerika Serikat. Jumlah tersebut akan
meningkat secara signifikan, hal ini
dipicu oleh faktor-faktor seperti
demografi, gaya hidup, dan gizi
(Hardjosubroto,
2007),
Jumlah
penderita diabetes mellitus di Jawa
Timur tergolong sangat besar yaitu
diperkirakan
sekitar
222.430
penderita, di Kotamadya Surabaya
diperkirakan terdapat 27.105 penderita
diabetes Mellitus (Cokroaminoto,
2008).
Data yang diperoleh dari
Paguyuban Era Gendis Sehat pada
tahun 2013 terdaftar penderita diabetes
mellitus sebanyak 151 penderita,
diantaranya dengan diabetes mellitus
tipe 1 sebanyak 0 penderita dan
diabetes mellitus tipe 2 sebanyak 151
penderita. Dari survey pendahuluan di
Paguyuban
Era
Gendis
Sehat
Kabupaten Tuban pada tanggal 27
oktober 2013 terhadap 10 (100%)
orang klien diabetes melitus, 6 (60%)
penderita mengalami stres pada
penyakit diabetes karena berbagai
macam masalah, salah satunya adalah
kondisi kesehatannya yang menurun.
Dari 6 (100%) penderita diabetes
mellitus mengalami stres, 2 (33,33%)
penderita mengalami stres sedang, dan
4 (66,66%) penderita mengalami stres
ringan. Sedangkan sisanya 4 (40%)
orang bersikap santai, cuek dan tidak
mengalami keluhan akibat stres
terhadap diabetes mellitus dan
perawatannya. Sementara itu, Medical
Record klien menunjukkan 8 (80%)
orang mengalami peningkatan kadar
72
glukosa darah dan 2 (20%) orang
memiliki kadar glukosa darah dalam
batas normal.
Penelitian
Yuliana
(2008)
menemukan klien diabetes mellitus
tipe 2 mengalami gejala stres yang
diakibatkan oleh penyakit diabetes
mellitus tipe 2. Sebagai penyakit
kronis, diabetes mellitus sering
menimbulkan perasaan tidak berdaya
pada
diri
penderitanya
(Soeharjono,Tjokro prawiro dan Adi,
2002). Stresor akibat penyakit kronis
ini merupakan tantangan terhadap
kemampuan
klien
untuk
tetap
mempertahankan keseimbangan emosi
dan kepuasan diri. Gangguan pada
keseimbangan ini menyebabkan stres
(Bisschop, 2003 dikutip dari Banjari,
2009).
Stres adalah keadaan yang
disebabkan oleh adanya tuntutan
internal maupun eksternal (stimulus)
yang dapat membahanyakan, tak
terkendali atau melebihi kemampuan
individu sehingga individu akan
bereaksi baik secara fisiologis maupun
psikologis (respon) dan melakukan
usaha-usaha penyusuaian diri terhadap
situasi tersebut (proses). Skala
adaptasi stres Perubahan Hidup
Holmes dan Rahe adalah skala yang
digunakan untuk mengukur tingkat
stres pada individu yang terdiri dari 31
peristiwa perubahan hidup yang
dialami selama 1 tahun. Penilaian
yang dilakukan dengan seoring. Skor
> 150 menunjukkan adanya stres dan
skor < 150 menunjukkan tidak adanya
stres (Al Banjary, 2009).
Stres adalah respons tubuh yang
tidak
spesifik
terhadap
setiap
kebutuhan yang terganggu, suatu
penomena universal yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari dan tidak
dapat
dihindari,
setiap
orang
mengalaminya, stres memberi dampak
secara total pada individu yang
terhadap fisik, psikologis, intelektual,
sosial dan spiritual, stress dapat
mengancam keseimbangan fisiologis
(Rasmus, 2004). Yang dimaksud
dengan stress (Hans Selye) adalah
respons tubuh yang sifatnya non
spesifik terhadap setiap tuntutan beban
atasnya. Misalnya bagaimana respons
tubuh seseorang manakala yang
bersangkutan
mengalami
beban
pekerjaan yang berlebihan. Bila ia
sanggup
sanggup
mengatasinya
artinya tidak ada gangguan pada
fungsi organ tubuh, maka dikatakan
yang bersangkutan tidak mengalami
stress. Tetapi sebaliknya bila ternyata
ia mengalami gangguan pada satu atau
lebih oraga tubuh sehingga yang
bersangkutan
tidak
lagi
dapat
menjalankan fungsi pekerjaannya
dengan baik, maka ia disebut
mengalami distress. (Dadang, 2004).
Stres
akan
mempercepat
seseorang
mendapatkan
diabetes
mellitus. Diabetes mellitus tipe 2 dapat
muncul setelah seseorang sakit atau
mengalami pengalaman yang penuh
dengan
stres
(Soewondo,2006).
Hipotesis yang dapat diterima terkait
dengan hubungan tersebut adalah
adanya reaksi fisiologi terhadap stres
yang dapat mempengaruhi aksis
hipotalamus hipofisis, sehingga dapat
mempengaruhi fungsi endokrin seperti
meningkatnya kadar kortisol yang
ternyata
memberikan
dampak
antagonis terhadap fungsi insulin, serta
dapat memberikan pengaruh yang
buruk terhadap kontrol glukosa darah
klien diabetes mellitus, hingga pada
akhirnya stres dapat mempengaruhi
pola hidup seorang klien diabetes
mellitus (Widjojo,2008).
Glukosa darah adalah gula yang
terdapat dalam darah yang terbentuk
dari karbohidrat dalam makanan dan
disimpan sebagai glikogen di hati dan
otot rangka. (Joyce LeeFever, 2007).
Energi untuk sebagian besar fungsi
sel dan jaringan berasal dari glukosa.
73
Pembentukan energi alternatif juga
dapat berasal dari metabolisme asam
lemak, tetapi jalur ini kurang efisien
dibandingkan dengan pembakaran
langsung glukosa, dan proses ini juga
menghasilkan
metabolit-metabolit
asam
yang
berbahaya
apabila
dibiarkan menumpuk, sehingga kadar
glukosa di dalam darah dikendalikan
oleh beberapa mekanisme homeostatik
yang dalam keadaan sehat dapat
mempertahankan kadar dalam rentang
70 sampai 110 mg/dl dalam keadaan
puasa. ( Ronald A. Sacher, Richard A.
McPherson, 2004).
Setelah pencernaan makanan
yang mengandung banyak glukosa,
secara normal kadar glukosa darah
akan meningkat, namun tidak melebihi
170 mg/dl. Banyak hormon ikut serta
dalam mempertahankan kadar glukosa
darah yang adekuat baik dalam
keadaan normal maupun sebagai
respon terhadap stres. Pengukuran
glukosa darah sering dilakukan untuk
memantau keberhasilan mekanisme
regulatorik ini. Penyimpangan yang
berlebihan dari normal, baik terlalu
tinggi atau terlalu rendah, menandakan
terjadinya gangguan homeostatis dan
sudah semestinya mendorong tenaga
analis
kesehatan
melakukan
pemeriksaan
untuk
mencari
etiologinya.
(Ronald
A.Sacher,
Richard A. McPherson, 2004).
Oleh karena itu untuk mencegah
terjadinya peningkatan kadar glukosa
darah pada pasien diabetes mellitus
tipe 2 hendaknya menurunkan berat
badan yang berlebih, menurunkan
asumsi alkohol, latihan fisik atau
olahraga, hentikan merokok, cara
pencegahan lainnya yang bisa
dilakukan oleh penderita diabetes
mellitus tipe 2 adalah dengan cara
menghindari stres. Sedangkan untuk
tenaga
kesehatan
hendaknya
mengadakan penyuluhan tentang
pentingnya menghindari stres yang
bertujuan
untuk
menghindari
peningkatan kadar glukosa darah.
Berdasarkan fenomena diatas peneliti
tertarik untuk meneliti apakah ada
hubungan tingkat stres klien diabetes
mellitus tipe 2 dengan peningkatan
kadar glukosa darah di paguyuban Era
Gendis Sehat. Tujuan umum penelitian
ini adalah
Untuk mengetahui
hubungan hubungan tingkat stres klien
diabetes mellitus tipe 2 dengan
peningkatan kadar glukosa darah di
paguyuban Era Gendis Sehat Tuban.
Tujuan
khususnya
adalah
Mengidentifikasi tingkat stres klien
diabetes mellitus tipe 2 di paguyuban
Era
Gendis
Sehat
Tuban,
Mengidentifikasi peningkatan kadar
gula darah pasien penyakit diabetes
mellitus tipe 2 di paguyuban Era
Gendis Sehat Tuban, Menganalisis
adakah hubungan tingkat stres klien
diabetes mellitus tipe 2 dengan
peningkatan kadar glukosa darah di
paguyuban Era Gendis Sehat Tuban.
BAHAN DAN METODE
Desain penelitian merupakan
soal strategi untuk mencapai tujuan
penelitian yang telah ditetapkan dan
berperan sebagai pedoman atau
penentuan penelitian pada seluruh
proses penelitian (Nursalam, 2008).
Desain
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini desain
penelitian
Analitik
Korelasional
(Hubungan/Asosiasi) yaitu mengkaji
hubungan antara variabel, dengan
pendekatan waktu cross sectional
yaitu
suatu
penelitian
untuk
mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor resiko dengan efek,
dengan cara pendekatan observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada
suatu saat (point time approach).
Artinya, tiap subjek penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan pegukuran
dilakukan terhadap status karakter atau
74
variabel subjek pada saat pemeriksaan.
Hal ini tidak berarti bahwa semua
objek diamati pada waktu yang sama.
Desain ini dapat mengetahui dengan
jelas mana yang jadi pemajan dan
outcome, serta jelas kaitannya
hubungan
sebab
akibatnya
(Notoatmodjo, 2002). Yaitu variabel
sebab atau resiko akibat kasus yang
terjadi pada objek penelitian diukur
atau dikumpulkan secara simultan
(dalam waktu yang bersamaan).
Pengumpulan data untuk jenis
penelitian ini, baik untuk variabel
sebab (Independent variable) maupun
variabel akibat (Dependen variable)
dilakukan secara bersama-sama atau
sekaligus, sehingga tiap variabel
diobservasi 1 (satu) kali saja
(Notoatmodjo, 2005).
Pendekatan
waktu
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan cross sectional. Cross
sectional
merupakan
rancangan
penelitian
yang
pengukurannya
dilakukan secara simultan pada satu
saat atau sekali waktu (Hidayat, A.
Aziz Alimul, 2007).
Variabel independen adalah
variabel yang nilainya menentukan
variabel yang lain (nursalam, 2008).
Variabel independen pada penelitian
ini adalah tingkat stres. Variabel
Dependen adalah variabel yang
nilainya ditentukan oleh variabel Yang
lain atau variabel bebas (Nursalam,
2008). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah peningkatan
kadar glukosa.
Populasi dalam penelitian ini
adalah semua pasien yang ada di
Paguyuban
Era
Gendis
Sehat
Kabupaten Tuban. Sampel pada
penelitian ini adalah sebagian pasien
diabetes mellitus yang ada di
paguyuban era gendis sehat kabupaten
tuban dengan jumlah pasien 49 orang.
Sampling pada penelitian ini dengan
menggunakan metode Accidental
sampling. (Alimul A.A, 2007).
Tingkatan stres pada instrumen
ini berupa normal, ringan, sedang,
berat, sangat berat. Psychometric
Properties of The Depression Anxiety
Stress Scale 42 (DASS) terdiri dari 42
item, yang dimodifikasi dengan
penambahan item menjadi 49 item,
penambahannya dari item 43-49 yang
mencakup 3 subvariabel, yaitu fisik,
emosi/psikologis, dan perilaku. Jumlah
skor dari pernyataan item tersebut,
memiliki makna 0-14 (normal), 15-18
(ringan), 19-25 (sedang), 26-33
(berat), >34 (Sangat berat).
Pengumpulan data adalah suatu
proses pendekatan kepada subyek dan
proses pengumpulan karakteristik
subyek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2008). Jenis
data yang dikumpulkan terdiri dari
data primer dan data sekunder:
1) Data primer
Data primer adalah data yang
didapatkan dari pengisian lembar
kuesioner yang dilakukan oleh
responden atau pasien diabetes
mellitus. Data primer meliputi
tingkat stres dan data peningkatan
kadar glukosa darah.
2) Data sekunder
Data sekunder adalah pendukung
dari data primer yang meliputi
data tingkat stres dan data
peningkatan kadar glukosa darah
yang dikutip dari data paguyuban
era gendis sehat kabupaten tuban.
Data akan dikumpulkan terlebih
dahulu diedit baik pada waktu
dilapangan
maupun
pada
saat
memasukkan data kedalam komputer.
Hal ini dimaksudkan untuk menilai
kebenaran data setelah itu akan
dilakukan koding kemudian data
dimasukkan kedalam tabel dan diolah
secara
elektronik
dengan
menggunakan program SPSS for
Windows versi 16.0. Data dianalisa
75
melalui presentase dan perhitungan
dengan cara sebagai berikut:
1) Analisis Univariat
Analisis
univariat
dilakukan
terhadap setiap variabel dari hasil
penelitian. Analisis ini akan
menghasilkan
distribusi
dan
presentase dari tiap variabel yang
diteliti.
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk
melihat
hubungan
variabel
independen dengan dependen
dalam bentuk tabulasi silang
antara kedua variabel tersebut.
No.
Jenis Kelamin
1
2
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
13
23
36
36,1%
63,8%
100%
Karakteristik
Berdasarkan Umur
Tabel
5.2
Gambaran Lokasi Penelitian
No
1
2
3
4
Paguyuban Era Gendis Sehat
Kabupaten Tuban berdiri pada tahun
2011, berada pada Jl. Mastrip 1 no. 11
tuban, anggota pada paguyuban ini
adalah penderita diabetes mellitus tipe
2, yang mana setiap bulan pada
minggu
ketiga
paguyuban
ini
mengagendakan acara senam untuk
para diabetisi yang mempunyai
ASKES. Tempat senamnya sendiri
berada di Gedung Juang dan langsung
dipimpin sendiri oleh dr. Erwin Era
Prasetya. Anggota dari paguyuban ini
berjumlah 151 orang, dan yang aktif
mengikuti kegiatan hanya sebagian
kecil.
Diabetisi
Distribusi
Diabetisi
Berdasarkan Umur di
Paguyuban Era Gendis
Sehat Kabupaten Tuban
Pada Bulan April 2014
Umur
40-50 Tahun
51-60 Tahun
61-70 Tahun
71-80 Tahun
Jumlah
f
5
7
19
5
36
%
13,8%
19,4%
52,7%
13,8%
100%
Berdasarkan tabel 5.2 di atas
menunjukkan bahwa sebagian besar
(52,7%) diabetisi berusia 61-70 tahun.
Data Khusus
Distribusi Frekwensi Tingkat Stres
Distribusi frekwensi tingkat stres pada
penderita diabetes mellitus tipe 2 di
Paguyuban
Era
Gendis
Sehat
Kabupaten Tuban Tahun 2014
disajikan pada tabel 5.1
Data Umum
Karakteristik
Diabetisi
Berdasarkan Jenis Kelamin
5.1
%
Berdasarkan tabel 5.1 di atas
menunjukkan bahwa sebagian besar
(63,8%) diabetisi berjenis kelamin
perempuan.
HASIL
Tabel
f
Tabel 5.3 Distribusi Tingkat Stres
Pada Penderita Diabetes
Mellitus Tipe 2 di
Paguyuban Era Gendis
Sehat Kabupaten Tuban
Tahun 2014
Distribusi
Diabetisi
Berdasarkan
Jenis
Kelamin di Paguyuban
Era
Gendis
Sehat
Kabupaten Tuban Pada
Bulan April 2014
76
Stres Pada
Diabetisi
Stres Berat
Stres Sedang
Stres Ringan
Tidak Stres
Jumlah
f
0
10
17
9
36
Tabel
(%)
0,00%
27,7%
47,2%
25%
100%
Berdasarkan
tabel
5.3
didapatkan hampir setengah responden
mengalami stres sedang sebesar 10
(27,7%), hampir setengah responden
mengalami stres ringan sebesar 17
(47,2%) dan sebagian kecil responden
tidak mengalami stres sebesar 9 (25%)
5.4 Distribusi Frekwensi
Peningkatan Kadar Glukosa
Darah
pada
Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Paguyuban Era Gendis
Sehat Kabupaten Tuban
Tahun 2014
Peningkatan
Kadar Glukosa
Ya
Tidak
f
(%)
20
16
55,6%
44,4%
Jumlah
36
100%
Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan
sebagian besar responden mengalami
peningkatan kadar glukosa darah sebesar
20 (55,6%) dan hampir setengah
responden tidak mengalami peningkatan
kadar glukosa darah sebesar 16 (44,4%).
Distribusi Frekwensi Peningkatan
Kadar Glukosa
Distribusi frekwensi peningkatan
kadar glukosa darah pada pasien
diabetes mellitus tipe 2 di Paguyuban
Era Gendis Sehat Kabupaten Tuban
Tahun 2014 disajikan pada tabel 5.2
Distribusi Frekwensi Tingkat Stres
dengan Peningkatan Kadar Glukosa
Darah
Tabel 5.5 Tabel Silang Hubungan Tingkat Stres dengan Peningkatan Kadar Glukosa
Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Paguyuban Era Gendis
Sehat Kabupaten Tuban
Tingkat Stres
Tidak Stres
Stres Ringan
Stres Sedang
Total
Peningkatan Kadar Glukosa
Tidak
Ya
7 (77,8%)
2 (22,2%)
9 (52,9%)
8 (47,1%)
0 (0%)
10 (100%)
16 (44,4%)
20 (55,6%)
Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan hasil
bahwa seluruh responden yang
mengalami stres sedang dengan
peningkatan kadar glukosa darah
sebesar 10 (100%), hampir setengah
responden yang mengalami stres
ringan dengan peningkatan kadar
glukosa darah sebesar 8 (47,1%), dan
sebagian kecil responden yang tidak
mengalami stres dengan peningkatan
Total
9 (100%)
17 (100%)
10 (100%)
36 (100%)
kadar glukosa darah sebesar 2
(22,2%).
Dengan hasil uji statistik
secara Chi square didapatkan hasil
terdapat hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen
dengan p=0,002 dimana p < 0,05
sehingga H0 ditolak dan H1 diterima
yang artinya ada hubungan antara
tingkat stres dengan peningkatan kadar
77
glukosa darah pasien diabetes mellitus
tipe 2 di Paguyuban Era Gendis Sehat
Kabupaten Tuban
Ada beberapa tanda bahaya yang
menujukan kerja destruktif dari stres.
Tanda-tanda ini bersifat fisiologis dan
psikologis.
Penyakit
psikologis,
meskipun senyata dan sedestruktif
penyakit fisik, bisa lebih sulit
dideteksi dan disembuhkan. Ada
pembagi penyakit emosional dan
psikologis yang ditimbulkan oleh
stres, dari yang ringan sampai yang
meningkat, dari yang sementara
sampai yang kronis. Serangannya bisa
pelahan-lahan
atau
mendadak.
Berbagai penyakit ini dapat dipicu
oleh sebab biologis dan sebab
psikologis. Ini merupakan sebuah
topik besar, dan saya disini hanya
menyebutkan beberapa tanda yang
mengindikasikan terjadinya stres,
keletihan yang tak diketahui sebabnya
:
1) Gangguan
makan,
seperti
kehilangan nafsu makan atau
makanan berlebihan.
2) Gangguan tidur, seperti tak bisa
tidur, tidur tapi sebentar-bentar
bangun, dan mimpi buruk
berulang.
3) Keluarnya air mata tanpa bisa
dikendalikan.
4) Pikiran untuk bunuh diri.
5) Hilangnya ketertarikan pada halhal semisal berpenampilan rapi
dan berbagai aktifitas sosial.
6) Tak bisa berkonsentrasi.
7) Sering merasa mengerut ketika
demam dan terkena infeksi.
8) Tegang atau sakit kepala yang
tak diketahui sebabnya.
9) Minum
alkohol
secara
berlebihan atau merasa panik.
10) Lekas marah atau mudah
terprovokasi
11) Selalu ingin melakukan sesuatu
yang radikal.
PEMBAHASAN
Identifikasi Tingkat Stres Pada
Diabetisi di Paguyuban Era Gendis
Sehat Kabupaten Tuban Tahun
2014
Dari 36 responden sebagian
besar diabetisi di Paguyuban Era
Gendis Sehat Kabupaten Tuban
didapatkan hampir setengah responden
mengalami stres sedang sebesar 10
(27,7%), hampir setengah responden
mengalami stres ringan sebesar 17
(47,2%) dan sebagian kecil responden
tidak mengalami stres sebesar 9
(25%).
Stres adalah ketidakmampuan
mengatasi ancaman yang dihadapi
oleh mental, fisik, emosional, dan
spiritual manusia, yang ada pada suatu
saat dapat mempengaruhi kesehatan
fisik manusia (National Safety
Council, 2003).
Stres jangan dianggap remeh
sebab akan mengganggu sistem
metabolisme didalam tubuh. Bisa saja
karena stres, mudah lelah, berat badan
turun drastis, bahkan sakit-sakitan,
sehingga metabolisnya mengganggu
hormon insulin (klinik sehat, 2008).
Dari
hasil
penelitian,
dalam
kenyataannya saat ini menujukkan
bahwa
banyak
diabetisi
yang
mengalami stres. Kebanyakan dari
mereka mengaami stres karena
masalah anak maupun menantu, selain
itu pengaruh dari suatu penyakit yg
telah telah lama diderita juga dapat
mempengaruhi stres. Tetapi stres pada
diabetisi dapat dihindari dengan
melakukan berbagai kegiatan seperti
mendengarkan musik, jalan-jalan,
menari dan melaksanakan hobi
bersama teman
78
terjadinya gangguan homeostatis dan
sudah semestinya mendorong tenaga
analis
kesehatan
melakukan
pemeriksaan
untuk
mencari
etiologinya.
(Ronald
A.Sacher,
Richard A. McPherson, 2004).
Peran keluarga sangat berpengaruh
dalam mensukseskan penurunan kadar
glukosa darah. Oleh sebab itu
penanganan dan perbaikan kadar
glukosa darah sangatlah penting.
Gangguan kadar glukosa darah dalam
jangka panjang apabila tidak ditangani
akan menyebabkan komplikasi yang
dapat memperburuk jiwa, oleh karena
itu diadakan perkumpulan anggota
Paguyuban Era Gendis Sehat pada
setiap bulan yang bertujuan untuk
menurunkan kadar glukosa darah
dengan cara senam dan pemeriksaan
kadar glukosa darah tiap 1 bulan
sekali.
Pada penderita Diabetes Mellitus
sering dijumpai adanya ulkus yang
disebut dengan ulkus diabetikum.
Ulkus adalah kematian jaringan yang
luas dan disertai invasif kuman
saprofit. Adanya kuman saprofit
tersebut menyebabkan ulkus berbau,
ulkus diabetikum juga merupakan
salah satu gejala klinik dan perjalanan
penyakit Diabetes Mellitus dengan
neuropati perifer. Ulkus terjadi karena
arteri menyempit dan selain itu juga
terdapat gula berlebih pada jaringan
yang merupakan medium yang baik
sekali bagi kuman, ulkus timbul pada
daerah yang sering mendapat tekanan
ataupun trauma pada daerah telapak
kaki ulkus berbentuk bulat biasa
berdiameter lebih dari 1 cm berisi
massa jaringan tanduk lemak, pus,
serta krusta
Identifikasi Peningkatan Kadar
Glukosa Darah Pada Diabetisi Tipe
2 di Paguyuban Era Gendis Sehat
Kabupaten Tuban Tahun 2014
Dari 36 responden sebagian
besar diabetisi Paguyuban Era Gendis
Sehat
Kabupaten
Tuban
yang
mengalami
peningkatan
glukosa
sebesar 20 (55,6%) dan hampir
setengah responden tidak mengalami
peningkatan kadar glukosa darah
sebesar 16 (44,4%).
Glukosa darah adalah gula yang
terdapat dalam darah, yang terbentuk
dari karbohidrat dalam makanan dan
disimpan sebagai glikogen di hati dan
otot rangka. (Joyce LeeFever, 2007).
Energi untuk sebagian besar fungsi
sel dan jaringan berasal dari glukosa.
Pembentukan energi alternatif juga
dapat berasal dari metabolisme asam
lemak, tetapi jalur ini kurang efisien
dibandingkan dengan pembakaran
langsung glukosa, dan proses ini juga
menghasilkan berbagai metabolit asam
yang berbahaya apabila dibiarkan
menumpuk, sehingga kadar glukosa di
dalam darah dikendalikan oleh
beberapa mekanisme homeostatik
yang dalam keadaan sehat dapat
mempertahankan kadar dalam rentang
70 sampai 110 mg/dl dalam keadaan
puasa. (Ronald A. Sacher, Richard A.
McPherson, 2004).
Setelah pencernaan makanan
yang mengandung banyak glukosa,
secara normal kadar glukosa darah
akan meningkat, namun tidak melebihi
170 mg/dl. Banyak hormon ikut serta
dalam mempertahankan kadar glukosa
darah yang adekuat baik dalam
keadaan normal maupun sebagai
respon terhadap stres. Pengukuran
glukosa darah sering dilakukan untuk
memantau keberhasilan mekanisme
regulatorik ini. Penyimpangan yang
berlebihan dari normal, baik terlalu
tinggi atau terlalu rendah, menandakan
79
ini sangat sesuai dengan teori dari
(anggriyana, 2010) yang mengatakan
bahwasanya pada penderita diabetes
mellitus tipe 2, latihan jasmani
memiliki
peran
utama
dalam
pengaturan kadar glukosa darah. Pada
saat
berolahraga,
keadaan
permeabilitas
membran
terhadap
glukosa meningkat pada otot yang
berkontraksi
sehingga
resistensi
insulin berkurang, dengan kata lain
sensivitas insulin meningkat.
Energi untuk sebagian besar
fungsi sel dan jaringan berasal dari
glukosa.
Pembentukan
energi
alternatif juga dapat berasal dari
metabolisme asam lemak, tetapi jalur
ini kurang efisien dibandingkan
dengan pembakaran langsung glukosa,
dan proses ini juga menghasilkan
metabolit-metabolit
asam
yang
berbahaya
apabila
dibiarkan
menumpuk, sehingga kadar glukosa di
dalam darah dikendalikan oleh
beberapa mekanisme homeostatik
yang dalam keadaan sehat dapat
mempertahankan kadar dalam rentang
70 sampai 110 mg/dl dalam keadaan
puasa. ( Ronald A. Sacher, Richard A.
McPherson, 2004).
Setelah pencernaan makanan yang
mengandung banyak glukosa, secara
normal kadar glukosa darah akan
meningkat, namun tidak melebihi 170
mg/dl. Banyak hormon ikut serta
dalam mempertahankan kadar glukosa
darah yang adekuat baik dalam
keadaan normal maupun sebagai
respon terhadap stres. Pengukuran
glukosa darah sering dilakukan untuk
memantau keberhasilan mekanisme
regulatorik ini. Penyimpangan yang
berlebihan dari normal, baik terlalu
tinggi atau terlalu rendah, menandakan
terjadinya gangguan homeostatis dan
sudah semestinya mendorong tenaga
analis
kesehatan
melakukan
pemeriksaan
untuk
mencari
Analisis Hubungan Tingkat Stres
dengan Peningkatan Kadar Glukosa
Darah Pada Pasien Diabetes Tipe 2
di Paguyuban Era Gendis Sehat
Kabupaten Tuban Tahun 2014
Dengan hasil uji statistik secara
Chi square didapatkan hasil terdapat
hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen dengan
p=0,002 dimana p < 0,05 sehingga H0
ditolak dan H1 diterima yang artinya
ada hubungan antara tingkat stres
dengan peningkatan kadar glukosa
darah pasien diabetes mellitus tipe 2 di
Paguyuban
Era
Gendis
Sehat
Kabupaten Tuban.
Stres adalah ketidakmampuan
mengatasi ancaman yang dihadapi
oleh mental, fisik, emosional dan
spiritual manusia yang ada pada suatu
saat dapat mempengaruhi kesehatan
fisik manusia (National Safety
Council, 2003).
Terdapat 2 orang diabetisi yang
tidak
stres
tetapi
mengalami
peningkatan kadar glukosa darah,
peningkatan kadar glukosa darah tidak
hanya disebabkan oleh stres tetapi ada
faktor lain yang mempengaruhi
peningkatan itu antara lain infeksi,
hormonal, dan pola makan. Sementara
itu, ada berbagai faktor yang juga
mempengaruhi penurunan tersebut,
salah satunya adalah aktifitas fisik
misalnya senam. Pada Paguyuban Era
Gendis Sehat Kabupaten Tuban
terdapat latihan dalam mengolah
aktifitas fisik yang dilakukan dalam
bentuk kegiatan senam bersama.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Saiful pada bulan Mei 2014
didapatkan bahwa 10 responden yang
aktif mengikuti senam, 7 diantaranya
mengalami penurunan gula darah,
sementara 3 orang responden masih
mengalami peningkatan kadar glukosa
yang
dibandingkan
dengan
pemeriksaan bulan sebelumnya. Hal
80
etiologinya.
(Ronald
A.Sacher,
Richard A. McPherson, 2004)
Bagi Institusi
Diharapkan dapat menjadikan
semangat untuk memacu peneliti
selanjutnya
untuk
melakukan
penelitian tentang manajemen stres
berdasarkan tingkatannya, stes ringan,
sedang, berat dan peningkatan kadar
glukosa darah.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh
selama penelitian dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1) Didapatkan bahwa sebagian besar
sampel diabetisi di paguyuban era
gendis sehat kabupaten tuban
mengalami tingkat stres sedang
dan sebagian kecil sampel
diabetisi mengalami tingkat stres
ringan.
2) Didapatkan bahwa sebagian besar
sampel diabetisi paguyuban era
gendis sehat kabupaten tuban
mengalami peningkatan glukosa
dibandingkan
dari
riwayat
pemeriksaan bulan sebelumnya
dan sebagian kecil sampel
diabetisi
tidak mengalami
peningkatan glukosa darah.
3) Didapatkan adanya hubungan
yang signifikan antara tingkat
stres dengan peningkatan kadar
glukosa darah pasien diabetes
mellitus di paguyuban era gendis
sehat kabupaten Tuban.
Bagi Tempat Penelitian
Dari penelitian yang telah
dilakukan diharapkan institusi dapat
membantu meningkatkan kualitas
pengetahuan
mahasiswa
tentang
hubungan tingkat stres dengan
peningkatan kadar glukosa darah
DAFTAR PUSTAKA
Dr.
Budiman Chandra
(2009).
Biostatistik untuk kedokteran &
kesehatan. Jakarta: EGC
Nursalam.
(2009). Konsep dan
Penerapan
Metodologi
penelitian Ilmu keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, S.C., Brenda G. Bare.
(2007). Buku ajar keperawatan
medikal-bedah vol 2. Jakarta:
EGC.
Sudoyo, W. Arru @All. (2006). Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi 4 Jilid 3.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit
Dalam
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia.
SARAN
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan maka saran yang diberikan
oleh peneliti antara lain:
Bagi Peneliti
Diharapkan dapat meningkatkan
wawasan dan pengetahuan serta dapat
meningkatkan cara berfikir ilmiah
khususnya
penelitian
tentang
hubungan tingkat stres dengan
peningkatan kadar glukosa darah.
81
Download