bab I-5 - Widyatama Repository

advertisement
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Analisis
Pengertian analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip
oleh Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002;52) adalah:
“Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya
dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian
untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti
keseluruhan”.
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004;207) pengertian analisis adalah:
“Analisis adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit
menjadi berbagai unit terkecil”.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa analisis dapat menghasilkan
informasi yang tepat sehingga dapat membantu menginterpretasikan berbagai
hubungan dan memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan
perusahaan di masa yang akan datang.
2.2
Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada hakekatnya merupakan hasil akhir dari proses
akuntansi yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan data keuangan kepada
pihak yang berkepentingan.
Akuntansi berfungsi sebagai alat informasi keuangan perusahaan yang
disajikan bagi pemakai sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan
mengenai aktivitas perusahaan di masa yang akan datang. Akuntansi merupakan
suatu proses pencatatan, pengukuran interpretasi dan komunikasi data keuangan.
Hasil akhir dari proses akuntansi adalah laporan keuangan.
11
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan Keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua
aktivitas perusahaan. Jika informasi ini disajikan dengan benar maka informasi
tersebut sangat berguna bagi siapa saja untuk mengambil keputusan tentang
perusahaan yang dilaporkan tersebut.
Pengertian Laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004;2)
adalah sebagai berikut:
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan yang lengkap meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam
berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus
dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan”.
Menurut Myer yang dikutip oleh S.Munawir (2004;5) mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah :
“Dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk
suatu perusahaan. Kedua faktor itu adalah daftar neraca atau daftar
posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba rugi. Pada
waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroanperseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu surplus atau
daftar laba yang tidak dibagikan (laba yang ditahan)”.
Dari definisi laporan keuangan di atas dapat diketahui bahwa laporan
keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal.
Tetapi dalam kenyataannya laporan keuangan sering mengikutsertakan kelompok
lainnya yang bersifat membantu untuk memperoleh penjelasan lebih lanjut,
misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan sumber dan penggunaan kas
atau laporan arus kas, laporan sebab-sebab perubahan laba kotor, laporan biaya
produksi, serta bentuk laporan lainnya.
2.2.2 Komponen Laporan Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia (2004;1.3) menyatakan bahwa:
“Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen
berikut ini:
1. Neraca
12
2.
3.
4.
5.
Laporan laba Rugi
Laporan perubahan ekuitas
Laporan arus kas
Catatan Atas Laporan Keuangan”.
Sedangkan menurut Mamduh M.Hanafi dan Abdul Halim (2003;49)
adalah:
“Ada tiga macam laporan keuangan yang pokok dihasilkan (1)
neraca, (2) laporan laba rugi, dan (3) laporan aliran kas”.
Dari pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa pada umumnya terdapat
tiga macam laporan keuangan yaitu neraca (balance sheet), laporan laba rugi
(income statement), dan laporan aliran kas atau laporan arus kas (cash flow
statement). Tetapi disamping ketiga laporan pokok tersebut, dihasilkan juga
laporan pendukung seperti laporan perubahan modal atau ekuitas dan catatan atas
laporan keuangan.
Komponen-komponen dari laporan keuangan di atas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Neraca
Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang dan
modal dari suatu perusahaan dalam periode tertentu. Tujuan neraca
adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada
satu periode akuntansi. Neraca dapat disajikan dengan menggunakan
dua bentuk, yaitu :
a. Bentuk Skontro (account Form)
Pada bentuk ini unsur aktiva disajikan pada sisi kiri (debit),
sedangkan unsur kewajiban dan ekuitas disajikan pada sisi kanan
(kredit).
b. Bentuk Stafel (report form)
Pada bentuk ini unsur aktiva disajikan di bagian atas yang
selanjutnya diikuti dengan kewajiban, dan modal.
13
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
penghasilan, biaya, dan laba rugi yang diperoleh oleh suatu
perusahaan selama satu periode akuntansi. Laporan laba rugi
diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan
tingkat keuntungan, risiko, fleksibilitas keuangan, dan kemampuan
operasional perusahaan. Laporan laba-rugi dapat disajikan dengan dua
bentuk, yaitu :
a.
Single Step
Pada bentuk ini semua penghasilan yang diperoleh dari berbagai
aktivitas perusahaan dikelompokkan menjadi satu kelompok yang
disebut kelompok penghasilan, sedangkan untuk semua biaya
dikelompokkan ke dalam satu kelompok yang disebut beban.
Penghasilan bersih (laba) merupakan selisih antara kelompok
penghasilan dan total kelompok beban.
b. Multiple step
Pada bentuk ini semua penghasilan dan beban disajikan sesuai
dengan aktivitas perusahaan, yaitu :
Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh
dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan
atau pemberian jasa) diikuti dengan harga pokok barang
yang dijual sehingga diperoleh laba kotor.
Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasi yang
terdiri dari biaya penjualan serta biaya administrasi dan
umum.
Bagian ketiga menunjukkan penghasilan dan biaya non
operasional.
Bagian keempat menunjukkan laba rugi insidental (extra
ordinary gain or loss).
Dengan demikian penghasilan bersih (laba) dihitung secara
bertahap sesuai dengan aktivitas perusahaan.
14
3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menggambarkan jumlah arus kas masuk
(penerimaan kas) dan
kas keluar (pengeluaran kas) dalam satu
periode tertentu yang diklasifikasikan dalam aktivitas operasi,
investasi, dan pembiayaan. Laporan arus kas merupakan laporan
keuangan yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kas
yang mempengaruhi operasi selama satu periode, transaksi investasi,
transaksi pembiayaan, dan kenaikan atau penurunan bersih kas selama
satu periode.
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menggambarkan saldo akumulasi laba
atau rugi bersih suatu perusahaan serta perubahannya pada awal dan
akhir periode.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis.
Setiap pos dalam neraca laporan laba rugi dan laporan arus kas harus
berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan
keuangan. Catatan atas laporan keuangan dapat mengungkapkan
tentang:
Informasi dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan
transaksi yang penting.
Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan
ekuitas.
Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan
tetapi tidak diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
2.2.3 Arti Penting Laporan Keuangan
Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi
yang penting disamping informasi lain seperti kondisi perekonomian dan pangsa
15
pasar perusahaan. Bagi pihak yang berkepentingan terhadap suatu perusahaan
sangat penting untuk mengetahui kondisi dan perkembangan keuangan
perusahaan tersebut. Informasi ini biasa diperoleh melalui laporan keuangan
perusahaan yang bersangkutan.
Pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelaporan keuangan menurut
Rico Lesmana dan Rudy Surjanto (2003;6) adalah:
“1.
2.
3.
Investor atau pemilik dari perusahaan, berkepentingan menggunakan
laporan keuangan sebagai salah satu bahan pertimbangan penting
dalam pengambilan keputusan atas investasinya, mengingat risiko
kepemilikan sebuah perusahaan merupakan “residual claims”. Dan
laporan keuangan juga dapat menjadi faktor pertimbangan dalam
pemberian kompensasi pada manajemen yang mengelola perusahaan
miliknya.
Kreditor, sebagai pemilik dana yang dipinjam oleh perusahaan,
berkepentingan dengan keputusan-keputusan atas tagihannya pada
perusahaaan saat ini dan juga permohonan-permohonan pinjaman
yang diajukan oleh perusahaan.
Manajemen perusahaan, sebagai pihak yang membuat laporan
keuangan,
berkepentingan untuk melakukan strategi-strategi
pelaporan yang dapat menjaga kepentingannya sebagai pengelola
perusahaan”.
Dengan melihat laporan keuangan akan dapat diketahui kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang,
mengukur struktur modal, keefektifan penggunaan aktiva, serta hasil usaha yang
telah dicapai.
2.3
Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan
keputusan ekonomi apabila dilakukan suatu analisis terhadap data-data yang ada
dalam laporan keuangan tersebut.
Hasil
analisis
laporan
keuangan
menginterpretasikan berbagai hubungan dan
akan
mampu
kecenderungan
membantu
yang dapat
memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di
masa yang akan datang.
16
2.3.1
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Dengan melakukan analisis Laporan Keuangan maka informasi yang
dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam.
Menganalisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak informasi yang
dikandung suatu laporan keuangan. Sebagaimana diketahui, laporan keuangan
adalah media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Jika
informasi ini disajikan dengan benar maka informasi tersebut sangat berguna bagi
siapa saja untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan
tersebut.
Ada beberapa pengertian Analisis Laporan Keuangan yang dikemukakan
oleh para ahli, antara lain :
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002;53) adalah:
“Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat
dan teknik analisis pada laporan dan data keuangan dalam rangka
untuk memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan yang
berarti dan berguna dalam proses pengambilan keputusan”.
S. Munawir (2004;35), menjelaskan mengenai analisis laporan keuangan
adalah:
“Analisa-analisa laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau
mempelajari daripada hubungan-hubungan dan tendensi atau
kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil
operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan”.
Aliminsyah dan Padji (2003;166) menyatakan bahwa:
“Analisis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis) adalah
mencari hubungan yang ada antara suatu angka dalam laporan
keuangan dengan angka lain agar dapat diperoleh gambaran yang
lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan”.
Dari berbagai pengertian di atas dapat diketahui bahwa pengertian dari
analisis laporan keuangan merupakan suatu proses dalam rangka membantu
mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang
dan masa lalu serta untuk memahami hubungan-hubungan dan prediksi yang
paling mungkin mengenai kondisi perusahaan sehingga akan berguna dalam
17
proses pengambilan keputusan pada masa yang akan datang.Analisis laporan
keuangan perlu dilakukan karena laporan keuangan yang disusun perusahaan
masih bersifat umum dan ditujukan bukan hanya untuk melakukan interpretasi
dan analisis. Dalam melakukan analisis laporan keuangan diperlukan teknik atau
metode yang dapat digunakan, salah satunya adalah dengan teknik analisis
terhadap laporan arus kas perusahaan.
2.3.2
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Analisis Laporan Keuangan
yang dilakukan dimaksudkan untuk
menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Secara lengkap
Sofyan Syafri Harahap (2004;195) mengemukakan kegunaan analisis laporan
keuangan sebagai berikut:
” a. Dapat memberikan informasi yang lebih luas dan lebih dalam
daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
b. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata
(explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik
laporan keuangan (implicit).
c. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan
keuangan.
d. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam
hubungannya dengan suatu laporan keuangan.
e. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat modelmodel dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti prediksi,
peringkatan (rating).
f. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para
pengambil keputusan. Dengan kata lain, apa yang dimaksudkan
dari suatu laporan keuangan juga merupakan tujuan dari
analisis laporan keuangan, antara lain:
Dapat menilai prestasi perusahaan.
Dapat memproyeksi keuangan perusahaan.
Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa
sekarang dari aspek waktu tertentu :
Posisi keuangan (asset, neraca, dan modal)
Hasil usaha perusahaan (hasil dan biaya)
Likuiditas
Solvabilitas
Aktivitas
Rentabilitas dan profitabilitas
Indikator pasar modal.
18
g.
h.
i.
j.
Menilai perkembangan dari waktu ke waktu.
Melihat komposisi struktur keuangan dan arus dana.
Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut
kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan periode
sebelumnya atau standar industri normal atau standar ideal.
Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami
perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur
keuangan, dan sebagainya.
Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami
perusahaan di masa yang akan datang”.
Dari sudut lain tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein yang
dikemukakan kembali oleh Sofyan Syafri Harahap (2004;197) adalah sebagai
berikut:
“a. Screening
Analisis ini dilakukan dengan melihat secara analitis laporan
keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi
atau merger.
b. Forecasting
Analisis ini digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan suatu
perusahaan di masa yang akan datang.
c. Diagnosis
Analisis ini dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya
masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi,
keuangan atau masalah lain.
d. Evaluation
Analisis ini dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasi,
efisiensi”.
Dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan analisis laporan keuangan
maka informasi yang dihasilkan dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas,
dan dalam hubungan satu pos dengan pos lain akan dapat menjadi indikator
tentang posisi keuangan perusahaan.
2.3.3 Objek Analisis Laporan Keuangan
Objek dari analisis terhadap laporan keuangan menurut Sofyan Syafri
Harahap (2004;198) adalah:
“Laporan keuangan itu sendiri sehingga objeknya terdiri dari:
1. Analisis laba rugi;
19
2. Analisis neraca ; dan
3. Analisis arus kas”.
Ketiga objek analisis laporan keuangan di atas dapat lebih dijelaskan
menjadi sebagai berikut:
1. Analisis Laba Rugi
Analisis laba rugi merupakan media untuk mengetahui keberhasilan
operasi perusahaan, keadaan usaha nasabah, kemampuannya memperoleh
laba, dan efektifitas operasinya. Fokus utama analisis laba rugi adalah :
a.
Trend penjualan
b.
Harga pokok produksi
c.
Biaya overhead
d.
Marjin yang diperoleh
2. Analisis Neraca
Analisis neraca merupakan refleksi dari hasil yang diperoleh perusahaan
selama periode tertentu dan modal yang digunakan untuk melaksanakan
dan mencapainya. Fokus dari analisis neraca adalah mutu dan kecukupan
aktiva, modal, serta hubungan ketiganya.
3. Analisis Arus Kas
Analisis arus kas dapat menunjukkan pergerakkan arus kas, dari mana
sumber kas diperoleh dan kemana dialirkan. Dalam laporan arus kas,
sumber dan penggunaan kas diperoleh dari tiga sumber, yaitu : aktivitas
operasi, pembiayaan, dan investasi.
2.3.4 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Menurut S.Munawir (2004;36) mengenai metode dan teknik analisis
adalah sebagai berikut:
“Metode dan teknik analisis (alat-alat analisis) digunakan untuk
menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam
laporan keuangan, sehingga dapat diketahui perubahan dari masingmasing pos tersebut. Bila diperbandingkan dengan laporan keuangan
dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau
diperbandingkan dengan alat pembanding lainnya, seperti laporan
keuangan perusahaan lain”.
20
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa analisis terhadap laporan
keuangan dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis, telah
difokuskan pada area analisis yang jelas akan menghasilkan informasi mengenai
perusahaan.
S.Munawir (2004;36), menjelaskan bahwa metode analisis laporan
keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
“1. Metode Analisis Horisontal (dinamis)
Metode analisis horisontal adalah metode analisis yang
dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan dalam
beberapa periode, sehingga dapat diketahui perkembangannya.
Disebut metode analisis dinamis karena metode ini bergerak dari
tahun ke tahun (periode).
2. Metode Analisis Vertikal (statis)
Metode analisis vertikal adalah metode analisis yang dilakukan
dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode)
tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu
dengan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama pada tahun
(periode) yang sama, maka disebut metode vertikal. Disebut
metode statis karena metode ini membandingkan pos-pos laporan
keuangan pada tahun (periode) yang sama”.
Secara umum, teknik analisis terhadap laporan keuangan yang biasa
digunakan adalah sebagai berikut :
a. Analisis perbandingan laporan keuangan (comparative financial
statement analysis) adalah metode dan teknik analisis dengan cara
membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih
dengan menunjukkan :
Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah
Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah
Kenaikan atau penurunan dalam persentase
Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio
Persentase total.
b. Analisis tendensi atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan
perusahaan yang dinyatakan dalam persentase (trend percentage
analysis) adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui
21
tendensi dari keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi
tetap, naik atau bahkan turun.
c. Analisis laporan dengan persentase per komponen (common size
statement analysis) adalah suatu metode analisis untuk mengetahui
persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total
aktivanya.
d. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja (cash and fund analysis)
adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal
kerja dalam periode tertentu.
e. Analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis)
adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya
jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta
penggunaan uang kas selama periode tertentu.
f. Analisis rasio (ratio analysis) adalah suatu metode analisis untuk
mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu daalam neraca atau laporan
laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
g. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis) adalah suatu
analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu
perusahaan dari satu periode ke periode lain atau perubahaan laba
kotor suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode
tersebut.
h. Analisis nilai impas (break even analysis) adalah suatu analisis untuk
menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu
perusahaan agar perusahan tersebut tidak mengalami kerugian, tetapi
yang belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break even ini
juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk
berbagai tingkat penjualan.
22
2.4
Laporan Arus Kas
2.4.1 Pengertian Laporan Arus Kas
Mengenai pengertian laporan arus kas dapat kita lihat melalui beberapa
pendapat seperti yang ada di bawah ini:
1. Menurut Dewi Astuti (2004;23) adalah:
“Laporan arus kas atau statement of cashflows mengungkapkan
informasi mengenai arus kas dimasa yang lampau maupun arus
kas yang dianggarkan”.
2. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004;2.3):
“Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode
tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas
investasi, dan aktivitas pendanaan”.
3. Menurut S.Munawir (2004;157) adalah:
“Laporan perubahan kas (cash flow statement) atau laporan
sumber dan penggunaan kas disusun untuk menunjukkan
perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan
mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari
mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya”.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa laporan arus kas
disusun untuk menunjukkan perubahan pada kas masuk dan kas keluar perusahaan
dalam suatu periode tertentu. Laporan arus kas berisi informasi mengenai sumber
dan penggunaaan kas yang digunakan untuk aktivitas operasi, aktivitas investasi,
dan aktivitas pendanaan.
2.4.2 Tujuan Laporan Arus Kas
Tujuan penyajian laporan arus kas menurut S.Munawir (2004;157)
mengatakan bahwa:
“Laporan arus kas (cashflow statement) disusun untuk menunjukkan
perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai
perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumbersumber kas dan penggunaan-penggunaannya”.
23
Sementara Kieso, c.s. yang bukunya dialihbahasakan oleh Herman
Wibowo dan Ancella A.Hermawan (2002;237) mengemukakan bahwa:
“Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang
relevan
mengenai
penerimaan
dan
pembayaran
kas
sebuah
perusahaan selama suatu periode.”
Dari beberapa tujuan laporan arus kas, dapat disimpulkan bahwa laporan
arus kas pada dasarnya memberikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas selama suatu periode tertentu yang berkaitan dengan aktivitas
operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.
2.4.3
Manfaat Laporan Arus Kas
Laporan arus kas bermanfaat secara internal bagi manajemen dan secara
eksternal bagi pemodal dan kreditor.
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002;29), laporan arus kas
mempunyai kegunaan memberikan informasi untuk:
“1. Mengetahui perubahan aktiva bersih, struktur keuangan dan
kemampuan
mempengaruhi arus kas.
2. Menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan
setara kas.
3. Mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai
sekarang arus kas masa depan dari berbagai perusahaan.
4. Dapat menggunakan informasi arus kas historis sebagai indikator
jumlah waktu, dan kepastian arus kas masa depan.
5. Meneliti kecermatan taksiran arus kas masa depan dan
menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih
serta dampak perubahan harga”.
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa laporan
arus kas sangat berguna bagi pihak manajemen, pihak perusahaan, dan bagi pihak
kreditor. Bagi investor dan kreditor laporan arus kas ini bermanfaat dalam menilai
kemampuan perusahaan untuk mengelola arus kas, menghasilkan arus kas positif
dimasa yang akan datang, membayar deviden dan bunga, dan mengantisipasi
kebutuhan akan tambahan pendanaan. Dengan adanya laporan kas ini kita juga
dapat
mengetahui
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan
laba,
24
mengendalikan penerimaan dan pengeluaran kas serta informasi mengenai return
dari sumber kekayaan perusahaan
2.4.4 Klasifikasi Arus Kas
Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama suatu periode tertentu
dan harus mengklasifikasikan arus kas tersebut menurut aktivitasnya masingmasing.
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002;30) mengklasifikasikan
arus kas ke dalam tiga aktivitas, yaitu:
“1. Aktivitas Operasi (operation activities) adalah aktivitas
penghasilan utama
pendapatan perusahaan (principal revenue
producting activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
2. Aktivitas investasi (investing activities) adalah aktivitas perolehan
atau pelepasan aktiva jangka panjang (aktiva tidak lancar) dan
investasi yang tidak termasuk dalam pengertian setara kas.
3.Aktivitas pendanaan (financing activities) adalah aktivitas yang
mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi
kewajiban
(hutang) jangka panjang dan modal (ekuitas)
perusahaan”.
Ikatan Akuntan Indonesia (2004;2.4) mengklasifikasikan penerimaanpenerimaan dan pembayaran-pembayaran kasnya menurut aktivitas operasi,
aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan adalah sebagai berikut:
“Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi adalah:
o Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa
o Penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain
o Pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa
o Pembayaran kas kepada karyawan
o Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi
sehubungan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi
lainnya
o Pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak
penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasikan secara khusus
sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan investasi
o Penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan
untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan.
25
Arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah:
o Pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak
berwujud, dan aktiva jangka panjang lain, termasuk biaya
pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang
dibangun sendiri
o Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan
peralatan, aktiva tak berwujud dan aktiva jangka panjang lain
o Perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain
o Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain
serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga
keuangan)
o Pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward
contracts, option contracts dan swap contracts kecuali apabila
kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan
(dealing or trading), atau apabila pembayaran tersebut
diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.
Arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:
o Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal
lainnya
o Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik
atau menebus saham perusahaan
o Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik,
dan pinjaman lainnya
o Pelunasan pinjaman
o Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk
mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa
guna usaha pembiayaan (finance lease)”.
Laporan arus kas merangkum sumber dan penggunaan dana selama
periode tertentu. Kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan
perusahaan, oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik
penerimaannya
(sumber-sumber)
maupun
pengeluarannya
(penggunaan-
penggunaan).
Menurut S.Munawir (2004;159), sumber penerimaan kas dalam suatu
perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari:
“1. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang
berwujud maupun tidak berwujud (intangible assets); atau adanya
penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan
penambahan kas.
2. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan
modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
3. Pengeluaran surat tanda bukti hutang baik hutang jangka pendek
(wesel) maupun hutang jangka panjang (hutang obligasi, hutang
26
hipotek atau hutang jangka panjang lain) serta bertambahnya
hutang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
4. Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas
yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas; misalnya adanya
penurunan piutang karena adanya penerimaan pembayaran,
berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya
penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek
karena adanya penjualan dan sebagainya).
5. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari
investasinya, sumbangan atau hadiah maupun adanya
pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode
sebelumnya.
Sedangkan pengeluaran atau penggunaan kas dapat
disebabkan adanya transaksi-transaksi sebagai berikut:
1. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek
maupun investasi jangka panjang serta adanya pembelian aktiva
tetap lainnya.
2. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya
pengambilan kas perusahaan oleh pemilik perusahaan
3. Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek
maupun hutang jangka panjang.
4. Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran
biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies
kantor, pembayaran bunga, bunga, premi asuransi, advertensi,
dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot pembelian.
5. Pengeluaran kas untuk pembayaran deviden (bentuk pembagian
laba lainnya secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda dan
lain sebagainya”.
Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa laporan arus kas
mengklasifikasikan penerimaan kas (cash receipts) dan pengeluaran kas (cash
disbursements) yang berdasarkan tiga aktivitas yang terdiri dari aktivitas operasi,
aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Dengan mengklasifikasikan arus kas
menurut aktivitas-aktivitas di atas maka akan memberikan informasi untuk
menilai pengaruh aktivitas terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap
jumlah kas dan setara kas.
2.4.5 Prosedur Penyusunan Laporan Arus Kas
Menurut Kieso, c.s. yang bukunya dialihbahasakan oleh Herman Wibowo
dan Ancella A.Hermawan (2002;376) penyusunan laporan arus kas memerlukan
tiga langkah utama, yaitu:
27
“Menyiapkan laporan arus kas melibatkan tiga langkah utama, yaitu:
1. Menentukan perubahan kas
2. Menentukan arus kas bersih dari kegiatan operasi
3. Menentukan arus kas bersih dari kegiatan investasi dan
pendanaan”.
2.4.6 Metode Penyajian Laporan Arus Kas
Perusahaan harus menyusun dan menyajikan laporan arus kas sebagai
bagian yang tidak terpisahkan (integral) dari laporan keuangan untuk setiap
periode penyajian laporan keuangan. Laporan arus kas diharapkan bisa
melaporkan arus kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan menurut
aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.
Perusahaan harus melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan
dan penerimaan kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan aktivitas
pendanaan, kecuali arus kas dilaporkan atas dasar arus kas bersih, sedangkan
untuk melaporkan arus kas yang berasal dari aktivitas operasi dapat menggunakan
salah satu dari metode berikut ini:
a. Metode Langsung (direct Method)
Arus kas operasi dikelompokkkan menjadi dua kategori, yaitu
penerimaan dan pengeluaran kas. Metode langsung pada dasarnya
merupakan laporan laba rugi, berbasis tunai atau kas (cash basic
income statement).
Penyajian laporan arus kas menggunakan metode langsung dimulai
dengan
melaporkan
kelompok-kelompok
penerimaan
kas
dan
pengeluaran kas dari aktivitas operasional secara lengkap, kemudian
dilanjutkan dengan aktivitas investasi dan aktivitas pendaanaan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2004;2.6) berpendapat mengenai
metode langsung yaitu:
“Perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari
aktivitas operasi dengan menggunakan metode langsung”.
Dengan menggunakan metode langsung, informasi mengenai
penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh. Hal
28
ini sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan karena dapat
menjelaskan aliran kas masuk dan kas keluar secara jelas.
b. Metode Tidak Langsung (Indirect Method)
Dengan menggunakan metode tidak langsung, penyajian
laporan arus kas dimulai dari laba rugi bersih dan selanjutnya
disesuaikan dengan menambah atau mengurangi perubahan pos-pos
yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan, naik
turun pos aktiva dan hutang lancar.
Berikut ini adalah contoh penyusunan laporan arus kas menggunakan
metode langsung dan metode tidak langsung (Tabel 2.1 dan 2.2):
29
Tabel 2.1 Contoh Laporan Arus Kas (Metode Langsung)
PT ABC
LAPORAN ARUS KAS
Per 31 Desember 20XX
Arus kas dari aktivitas operasi:
Penerimaan kas dari pelanggan
XX
Pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan
(XX)
Kas yang dihasilkan operasi
XX
Pembayaran bunga
(XX)
Pembayaran pajak penghasilan
(XX)
Arus kas sebelum pos luar biasa
XX
Hasil dari asuransi karena gempa bumi
XX
Arus kas bersih dari aktivitas operasi
XXX
Arus kas dari aktivitas investasi:
Perolehan anak perusahaan XYZ dengan kas
(XX)
Pembelian tanah, bangunan, dan peralatan
(XX)
Hasil dari penjualan peralatan
XX
Penerimaan bunga
XX
Penerimaan deviden
XX
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi
(XXX)
Arus kas dari aktivitas pendanaan:
Hasil dari penerbitan modal saham
XX
Hasil dari pinjaman jangka panjang
XX
Pembayaran hutang sewa guna usaha keuangan
(XX)
Pembayaran deviden
(XX)
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan
(XXX)
Kenaikan (penurunan) bersih kas dan setara kas
XXX
Kas dan setara kas pada awal periode
XXX
Kas dan setara kas pada akhir periode
XXX
30
Tabel 2.2 Contoh Laporan Arus kas (Metode Tidak Langsung)
PT ABC
LAPORAN ARUS KAS
Per 31 Desember 20XX
Arus kas dari aktivitas operasi:
Laba bersih sebelum pajak dan pos luar biasa
XX
Penyesuaian untuk :
Penyusutan
XX
Kerugian selisih kurs
XX
Penghasilan investasi
(XX)
Beban bunga
XX
Laba operasi sebelum perubahan modal kerja
XX
Kenaikan piutang dagang dan piutang lain
(XX)
Penurunan persediaan
XX
Penurunan hutang dagang
(XX)
Kas dihasilkan dari operasi
XX
Pembayaran bunga
(XX)
Pembayaran pajak penghasilan
(XX)
Arus kas sebelum pos luar biasa
XX
Hasil dari penyelesaian asuransi gempa bumi
XX
Arus kas bersih dari aktivitas operasi
XXX
Arus kas dari aktivitas investasi:
Perolehan anak perusahaan XYZ dengan kas
(XX)
Pembelian tanah, bangunan, dan peralatan
(XX)
Hasil dari penjualan peralatan
XX
Penerimaan bunga
XX
Penerimaan deviden
XX
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi
(XXX)
31
Arus kas dari aktivitas pendanaan:
Hasil dari penerbitan modal saham
XX
Hasil dari pinjaman jangka panjang
XX
Pembayaran hutang sewa guna usaha keuangan
(XX)
Pembayaran deviden
(XX)
Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas pendanaan
(XXX)
Kenaikan (penurunan) bersih kas dan setara kas
XXX
Kas dan setara kas pada awal periode
XXX
Kas dan setara kas pada akhir periode
XXX
32
2.5
Likuiditas
2.5.1 Pengertian Likuiditas
Beberapa pengertian mengenai likuiditas adalah sebagai berikut:
1.
Lukman Syamsuddin (2002;41) mengemukakan tentang likuiditas
yaitu:
“Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan
perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka
pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva
lancar yang tersedia”.
2.
Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2002;78) adalah sebagai
berikut:
“Likuiditas
perusahaan
perusahaaan
tersebut
menggambarkan
dalam
memenuhi
kemampuan
kewajiban
jangka
pendeknya kepada kreditor jangka pendek.
Dari kedua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas
adalah tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek
yang harus segera dipenuhi. Perusahaan dikatakan mampu memenuhi kewajiban
tepat pada waktunya apabila perusahaan tersebut mempunyai aktiva lancar yang
jumlahnya lebih besar daripada hutang jangka pendek.
Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban tepat pada waktunya
berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “likuid”, sebaliknya jika perusahaan
tidakdapat segera memenuhi kewajiban pada saat ditagih berarti perusahaan
tersebut dalam keadaan “illikuid”.
Suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat
apabila mampu:
Memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya (kewajiban
terhadap pihak eksternal)
Memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi yang normal
(kewajiban terhadap pihak internal)
Membayar bunga dan deviden yang dibutuhkan
Memelihara tingkat kredit yang menguntungkan
33
Terdapat dua faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam
menentukan tingkat likuiditas dari suatu perusahaan, yaitu aktiva lancar dan
kewajiban jangka pendek.
2.5.1.1 Aktiva Lancar
Menurut S.Munawir (2004;14) pengertian aktiva lancar adalah:
“Aktiva Lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat
diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai,
dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu
tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal”.
Dalam pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa aktiva lancar (dalam
keadaan normal) merupakan sumber utama untuk melunasi kewajiban jangka
pendek perusahaan. Dalam kedudukannya sebagai sumber utama pembayaran
kembali kewajiban jangka pendek maka aktiva lancar harus dipertimbangkan
dalam menentukan tingkat likuiditas perusahaan.
Pada umumnya aktiva lancar diklasifikasikan ke dalam kelompok sebagai
berikut:
a. Kas
Kas adalah uang tunai yang berada dalam perusahaan maupun
disimpan di bank yang dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan. Kas yang dimiliki oleh perusahaan tetapi sudah ditentukan
penggunaaannya tidak dapat dimasukkan dalam pos kas dan tidak
dapat
dipertimbangkan
didalam
menentukan
tingkat
likuiditas
perusahaan.
b. Investasi Jangka Pendek (Surat Berharga atau Marketable Securities)
Investasi sementara merupakan sejumlah kas yang untuk sementara
waktu menganggur (idle cash) ditanamkan dalam bentuk surat
berharga, untuk kemudian dijual kembali pada saat kas dibutuhkan
dalam kegiatan normal perusahaan. Untuk mengkonversikan surat
berharga menjadi kas, disamping memerlukan waktu juga dihadapkan
pada kemungkinan rugi. Hal ini berarti tidak selalu kemampuan untuk
34
membayar kewajiban jangka pendek sama dengan seluruh nilai surat
berharga yang tersedia sebagai sumbernya.
c. Piutang
Sejumlah netto dari piutang setelah dikurangi cadangan kerugian
piutang merupakan aktiva lancar, terkecuali untuk piutang yang tidak
berasal dari transaksi diluar operasi normal perusahaan dan akan jatuh
tempo lebih dari satu tahun. Piutang sebagai salah satu sumber untuk
pembayaran kembali kewajiban jangka pendek memerlukan proses
untuk mengkonversikan menjadi kas.
d. Persediaan
Untuk perusahaan perdagangan, yang dimaksud dengan persediaan
adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai
tanggal neraca masih di gudang atau belum laku dijual. Untuk
perusahaan manufaktur maka persediaan meliputi persediaan bahan
mentah, persediaaan dalaam proses, dan persediaan barang jadi.
Proses untuk mengkonversikan persediaan menjadi kas masih memerlukan
waktu relatif lebih lama daripada surat berharga maupun piutang, tergantung dari
jenis perusahaan.
2.5.1.2 Kewajiban Jangka Pendek
Menurut Al Haryono Yusup (2001;230) pengertian kewajiban jangka
pendek atau kewajiban lancar adalah:
“Kewajiban lancar adalah hutang yang diharapkan akan dibayar
(1)dalam jangka waktu satu tahun atau siklus operasi normal
perusahaan (tergantung mana yang lebih panjang), dan (2) dengan
menggunakan aktiva lancar yang ada atau hasil dari pembentukan
kewajiban lancar yang lain”.
Sedangkan menurut S.Munawir (2004;18) pengertian kewajiban jangka
pendek atau hutang jangka pendek adalah:
“Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban
keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayarannya akan
dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca)
dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan”.
35
Dari kedua pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa kewajiban
jangka pendek atau hutang lancar merupakan kewajiban perusahaan yang tanggal
jatuh temponya dalam jangka waktu satu tahun sejak tanggal neraca dan akan
dibayar dengan menggunakan aktiva lancar perusahaan.
Kewajiban jangka pendek atau hutang lancar meliputi:
a. Hutang Dagang
Merupakan hutang yang timbul karena adanya pembelian barang
dagangan secara kredit.
b. Hutang Wesel
Merupakan hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur
dengan Undang-Undang) dalam bentuk wesel atau promes untuk
melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa
yang akan datang.
c. Hutang Pajak
Merupakan pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun pajak
pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas negara.
d. Biaya yang masih harus dibayar
Merupakan biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan
pembayarannya.
e. Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo
Merupakan sebagian hutang jangka panjang yang suda hmenjadi
hutang jangka pendek, karena harus segera dilakukan pembayarannya.
2.5.2 Pentingnya Likuiditas bagi Perusahaan
Tingkat kemampuan suatu perusahaan untuk dapat membayar kewajiban
jangka pendeknya sering disebut sebagai likuiditas. Perusahaan yang mempunyai
cukup kemampuan untuk membayar kewajiban jangka pendek disebut perusahaan
yang likuid. Sedangkan apabila perusahaan berada dalam keadaan tidak
mempunyai kemampuan membayar kewajiban jangka pendek yang cukup, maka
perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang illikuid.
36
Perusahaan yang tidak dapat mengendalikan tingkat likuiditasnya
(perusahaan illikuid), akan mengakibatkan hilangnya kepercayaan dari pihak luar
perusahaan yang bersangkutan (kreditur) yang dapat menurunkan kemampuan
perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Sedangkan perusahaan yang tidak
dapat mengendalikan tingkat likuiditas berupa kewajiban didalam perusahaan
akan menghambat aktivitas operasi dan mengurangi efisiensi serta efektifitas
perusahaan.
Arti penting aspek likuiditas bagi setiap perusahaan akan sangat dirasakan
pada berbagai akibat yang merugikan atau tidak dapat digunakannya kesempatan
untuk memperoleh laba, jika perusahaaan berada dalam keadaan illikuid. Berbagai
kemungkinan rugi atau tidak dapat digunakannya kesempatan untuk memperoleh
laba itu, misalnya:
a.
Apabila perusahaan berada dalam keadaan illikuid, ada kemungkinan
perusahaan
tidak
bisa
memanfaatkan
kesempatan
potongan
(pembelian tunai) yang ditawarkan oleh para pemasoknya. Sebagai
akibatnya perusahaan terpaksa beroperasi pada tingkat biaya tinggi,
sehingga mengurangi kesempatan untuk meraih laba yang lebih besar.
b.
Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk melunasi
kewajiban jangka pendek baik yang menyangkut kebutuhan
operasional maupun hutang kepada pihak eksternal. Perusahaan yang
berada dalam keadaan illikuid kemungkinan akan menyebabkan
perusahaan tidak bisa melunasi kewajiban jangka pendek pada tanggal
jatuh tempo. Dalam posisi demikian perusahaan terpaksa menarik
pinjaman baru dengan bunga yang relatif tinggi, menjual investasi
jangka panjang atau aktiva tetap untuk melunasinya. Jika keadaan
tersebut dibiarkan maka perusahaan akan menuju kebangkrutan.
c.
Bagi pemilik perusahaan, keadaan illikuid berarti mengurangi
kesempatan untuk meraih keuantungan yang lebih besar
d.
Bagi kreditur perusahaan, keadaan illikuid dari perusahaan dimana ia
memberikan kredit berarti penundaan akan pengumpulan atas bunga
37
dan pokok pinjaman yang diberikan. Keadaan ini dapat dikatakan
sebagai suatu awal kerugian bagi kreditur yang bersangkutan.
e.
Pengaruh
yang
dirasakan
oleh
para
pelanggan
berupa
ketidakmampuan perusahaan didalam melaksanakan ketentuan yang
telah diatur dalam kontrak atau kehilangan hubungannya dengan
perusahaan sebagai supplier bagi langganan yang bersangkutan.
Dari berbagai akibat yang dapat terjadi karena keadaan illikuid suatu
perusahaan, maka dapat dipahami bahwa penentuan atau penilaian terhadap aspek
likuiditas perusahaan dianggap sebagai suatu masalah yang penting.
S.Munawir (2004;31) mengungkapkan bahwa:
“Faktor yang paling utama untuk mendapatkan perhatian oleh
penganalisa adalah likuiditas”.
Sedangkan Agnes Sawir (2005;8) mengemukakan bahwa:
“Pada umumnya perhatian pertama dari analisis keuangan adalah
likuiditas”.
Dari kedua pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa begitu pentingnya
aspek likuiditas ini sehingga eksistensi perusahaan akan disangsikan jika
perusahaan tidak maampu membayar kewajiban jangka pendeknya pada tanggal
jatuh tempo.
2.5.3 Rasio Likuiditas
Menurut S.Munawir (2004;64) mendefinisikan rasio sebagai berikut:
“Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan
(mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan
jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio.
Rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada
penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi
keuangan perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut
dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan
sebagai standar”.
38
Hal ini berarti dengan mengadakan analisis hubungan dari berbagai pos
dalam suatu laporan keuangan ini adalah merupakan dasar untuk dapat
menginterpreasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan.
Mamduh M.Hanafi dan Abdul Halim (2003;77) mengemukakan tentang
rasio likuiditas adalah sebagai berikut:
“Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek
perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap
hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban
perusahaan)”.
Selanjutnya Martono dan D. Agus Harjito (2002;53) memberikan
pengertian rasio likuiditas adalah:
“Rasio likuiditas (liquidity ratio) yaitu rasio yang menunjukkan
hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan
hutang lancar. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban jangka
pendek”.
Dari kedua pengertian di atas dapat kita ketahui bahwa rasio likuiditas
dapat menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban
jangka pendeknya. Rasio likuiditas dihitung melalui pos aktiva lancar dan hutang
lancar.
Rasio likuiditas yang umum digunakan adalah:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Menurut Dewi Astuti (2004;31) mengenai rasio lancar adalah:
“Rasio lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan
kewajiban lancar. Rasio lancar menunjukkan besarnya kewajiban
lancar yang ditutup dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversi
menjadi kas dalam jangka pendek”.
Dari pengertian di atas dapat kita ketahui bahwa rasio lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar.
Perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar berjumlah 1:1
atau 100% menunjukkkan aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar.
39
Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar berarti semakin
tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio lancar (current ratio) dapat dihitung dengan formula sebagai
berikut:
Current Assets
Current Ratio =
Current Liabilities
b. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
Alat ukur yang lebih akurat untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan
adalah rasio cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio).
Menurut Martono dan D.Agus Harjito (2002;55) adalah:
“Rasio cepat merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar
dikurangi persediaan dengan jumlah harta lancar”.
Dari pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa persediaan tidak
dimasukkan dalam perhitungan rasio cepat, karena persediaan merupakan
komponen atau unsur aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuiditasnya.
Rasio cepat menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid
mampu menutupi harta lancar. Sama seperti rasio lancar, angka yang terlalu tinggi
untuk persediaan menunjukkan indikasi kelebihan kas atau piutang, sedangkan
angka yang terlalu kecil menunjukkan risiko likuiditas yang lebih tinggi, tetapi
angka rasio cepat tidak harus 100% atau 1:1.
Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio) dapat dihitung dengan
formula sebagai berikut:
Current Assets - Inventory
Quick Ratio =
Current Liabilities
40
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Menurut Pahala Nainggolan (2005;88) Cash Ratio dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Cash + Short Term Deposit
Cash Ratio =
Current Liabilities
Rasio Kas menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
lancarnya dengan uang kas yang tersedia. Semakin tinggi Cash ratio berarti
semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar hutangnya tanpa mengkonversi
aktiva lain.
d. Rasio Modal Kerja Terhadap Total Aktiva (Working Capital To Total Asset
Ratio)
Menurut Husein Umar (2003;212) Working Capital To Total Asset Ratio
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Current Assets – Current Liabilities
Working Capital
=
To Total Asset Ratio
Total Assets
Rasio Modal Kerja Terhadap Total Aktiva menunjukkan potensi cadangan
kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan kewajiban
lancar.
2.6
Analisis Arus Kas untuk Mengukur Tingkat Likuiditas Perusahaan
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai
oleh perusahaan yang bersangkutan. Laporan keuangan akan lebih berarti bagi
para pemakainya apabila dilakukan analisis dan interpretasi atas laporan keuangan
tersebut.
Salah satu teknik analisis yang digunakan adalah analisis terhadap laporan
arus kas. Analisis laporan arus kas sering dipakai sebagai alat analisis yang
41
diharapkan dapat memberikan gambaran kesanggupan perusahaan dalam
memenuhi semua kewajiban dan membiayai operasi perusahaan.
Arus kas perusahaan tercermin dalam laporan arus kas, yang dibagi dalam
tiga aktivitas, yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.
Laporan arus kas merupakan salah satu objek dari analisis terhadap laporan
keuangan terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang.
Dengan demikian laporan arus kas mempunyai pengaruh penting terhadap
likuiditas.
Download