BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patch transdermal adalah patch dengan perekat yang mengandung senyawa obat, yang diletakkan di kulit untuk melepaskan zat aktif dalam dosis spesifik melalui kulit menuju aliran darah. Merupakan cara penghantaran obat secara topikal dalam bentuk patch atau semisolid yang dapat memberikan efek sistemik yang terkontrol. Penghantar obat secara transdermal memiliki banyak keuntungan di bandingkan dengan metode penghantar obat secara konvensional seperti pemberian obat secara oral. Penghantaran transdermal memberikan pelepasan obat yang terkontrol, menghindari metabolisme hepatik, menghindari pengaruh pencernaan, kemuduhan memberhentikan pemakaian, dan durasi penghantar obat yang lama. Mekanisme penghantaran obat transdermal adalah menghantarkan molekul obat melewati lapisan Stratum corneum dalam kulit dengan berdifusi melalui lapisan lipid kulit. (Amjad,2011) 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang di maksud dengan transdermal ? 2. Apa yang di maksud dengan transdermal patch ? 3. Bagaimana sejarah perkembangan transdermal patch ? 4. Apa saja keuntungan dan kerugian transdermal patch ? 1.3 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan transdermal patch, sejarah, keuntungan dan kerugian dari transdermal patch. BAB II TINJAUAN MATERI Transdermal patch 2.1 Definisi Transdermal adalah salah satu cara administrasi obat dengan bentuk sediaan farmasi/obat berupa krim, gel atau patch (koyo) yang digunakan pada permukaan kulit, namun mampu menghantarkan obat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (trans = lewat; dermal = kulit). Umumnya penggunaan transdermal adalah pada obat-obatan hormon, misalnya estrogen. Yang paling umum ditemui mungkin koyo untuk menghilangkan kecanduan rokok, atau menghilangkan nafsu makan (berfungsi sebagai pelangsing). Bentuk transdermal menjadi pilihan terutama untuk obat-obat yang apabila diberikan secara oral bisa memberi efek samping yang tidak diinginkan. Misalnya efek penggumpalan darah akibat estrogen oral, atau iritasi lambung pada obat-obat antiinflamasi non steroid dan aspirin/asetosal(Lucida, 2008). Patch adalah salah satu rute pemberian obat secara perkutan yang ditujukan untuk pemakain luar dengan sistem kontak dengan kulit secara tertutup. Sediaan patch dibedakan menjadi 2 yaitu trasdermal lokal dan transdermal sistemik. Transdermal path adalah sediaan farmasi yang fleksibel dalam persiapannya dari berbagai ukuran yang mengandung satu atau lebih zat aktif. Patch di terapkan pada kulit agar dapat memberikan zat aktif ke sistemik setelah melewati penghalang kulit. Patch transdermal biasanya terdiri dari lapisan luar yang mendukung persiapan yang berisi substansi aktif. (European Directorate for Quality of Medicines, 2005) Banyak sediaan –utamanya pada kosmetik dan sediaan dermatologi— yang ditujukan untuk pemakaian melalui kulit karena berbagai alasan. Sediaan tersebut misalnya lotio, salep, kirim, suspense, emulsi, dan lain-lain. Meskipun pada umumnya dimaksudkan untuk pengobatan penyakit kulit dan kalaupun ditujukan agar obat menembus permukaan kulit dihindari permeasi ke sirkulasisistemik tentu ada beberapa pengecualian, akan tetapi jika obat telah berhasil menembus epidermis, akan tetap ada kemungkinan obat tersebut menembus sirkulasi sistemik. Adanya obat yang sampai ke sirkulasi sistemik dapat dibuktikan dengan pemeriksaan kadar obat dalam darah atau dalam urin. Tetapi untungnya, biasanya kadar obat yang ―tidak sengaja‖ menembus sirkulasi sistemik berjumlah kecil sehingga efeknya tidak dirasakan oleh pasien(Anonim, 2010). Proses masuknya suatu zat dari luar kulit melintasi lapisan – lapisan kulit menuju posisi di bawah kulit hingga menembus pembuluh darah disebut absorbsi perkutan. Absorbsi transdermal terjadi melalui proses difusi yang lambat yang ditentukan oleh gradient konsentrasi obat dari konsentrasi tinggi (pada sediaan yang diaplikasikan) menuju konsntrasi rendah di kulit. Obat dapat mempenetrasi kulit utuh melalui dinding folikel rambut, kelenjar minyak, atau kelenjar lemak. Dapat pula melalui celah antar sel dari epidermis dan inilah cara yang paling dominan untuk penetrasi obat melalui kulit dibandingkan penetrasi melalui folikel rambut, kelenjar minyak, maupun kelenjar lemak. Hal ini terkait perbandingan luas permukaan diantara keempatnya.Sebenarnya, kulit yang rusak pun (robek, iritasi, pecah – pecah, dll) dapat terpenetrasi oleh obat. Bahkan penetrasinya lebih banyak dari pada kulit normal. Hal ini karena kulit rusak telah kehilangan sebagian lapisan pelindungnya. Meski demikian, penetrasi melalui kulit yang rusak tidak dianjurkan karena absorbs obat menjadi sulit untuk diprediksi(Anonim, 2010). Senyawa peningkat penetrasi (penetration enhancers) lazim digunakan di dalam sediaan transdermal dengan tujuan mempermudah transfer obat melewati kulit. Rute pemberian obat secara transdermal merupakan suatu alternatif untuk menghindari variabilitas ketersediaan hayati obat pada penggunaan per oral, menghindari kontak langsung obat dengan mukosa lambung sehingga mengurangi efek samping obat tertentu, juga untuk memperoleh konsentrasi obat terlokalisir pada tempat kerjanya. Namun, kulit merupakan suatu ’barrier’ alami dengan lapisan terluar (stratum corneum) tersusun atas jalinan kompak ’crystalline lipid lamellae’ sehingga bersifat impermeable terhadap sebagian besar senyawa obat(Lucida, 2008). 2.2 Sejarah Perkembangan Transdermal Ada berbagai jenis patch transdermal yang selanjutnya dimodifikasi untuk meningkatkan potensi obat pengiriman. Sistem penghantar obat Transdermal atau Transdermal Drug Dilevery System (TDDS) Teknologi sekarang telah dikembangkan yang dianggap membantu dalam tingkat terkendali pengiriman obat yang sulit untuk mengelola. Ini artikel yang menekankan sebagian besar teknologi yang terlibat dalam permeasi lebih baik melalui kulit ke dalam Sistem Pengiriman Obat yang efektif(Bharadwaj, 2011). Baru-baru ini TDDS telah menjadi salah satu yang paling topik untuk penelitian yang inovatif untuk administrasi dari mereka obat yang mencoba untuk penggunaan dengan rute transdermal. Perangkat transdermal pertama (patch) telah disetujui oleh DA pada tahun 1981. Lebih dari 30 produk yang dapat digunakan transdermal telah disetujui untuk dijual di Amerika Serikat, dan lebih dari 10 API telah diambil untuk persetujuan untuk penggunaan global. Untuk TDDS efektif, obat harus mampu menembus membran kulit sehingga obat yang dengan mudah dapat mencapai ke situs target. Transdermal Sistem Pengiriman mencakup semua calon obat topikal yang terkelola, dimaksudkan untuk memfasilitasi penyerapan obat ke dalam sirkulasi sistemik. Dikendalikan dan terus menerus pemberian obat melalui kulit ke sirkulasi darah dapat dicapai oleh sistem ini. Berbagai kombinasi telah mengembangkan untuk mengontrol pelepasan obat yang memiliki properties.can melepaskan yang berbeda diamati dalam perumusan povidone (PVT): Etil selulosa (EC) bentuk yang berkelanjutan tingkat obat dapat dicapai ketika diambil dalam rasio 1:05 sedangkan PVT: Eudragit formulasi kurang efisien selama masa studi pelepasan terkontrol. Transdermal patch sekarang telah menjadi teknologi yang besar untuk mengendalikan obesitas dengan mengurangi berat badan akses. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan patch penurunan berat badan alami yang mengandung bahan seperti gaurana, yerba mate, piruvat seng, minyak biji rami, lesitin, l-karnitin, dll pada kulit itu adalah untuk mungkin untuk mengurangi lemak tubuh. Karena memiliki keuntungan dari yang non invasif, pengiriman ini harus memenuhi beberapa parameter seperti potensi tinggi, permeabilitas yang lebih baik melalui kulit dan iritasi non untuk lebih baikkepatuhan. Pada saat ini, beberapa kemajuan telah dibuat untuk perbaikan dalam teknologi untuk mengontrol tingkat obat selama pengiriman, dan / atau menargetkan pengirimanobat untuk jaringan. TDDS memiliki atribut yang sangat signifikan dan meningkatkan utilitas seperti: Target pengiriman obat ke jaringan tubuh. Tinggi keamanan dan efektivitas. Mengurangi frekuensi dosis dan dosis obat yang dibutuhkan. Pengurangan tingkat beracun obat. Kurang sensasi nyeri dalam administrasi calon obat. kepatuhan pasien yang lebih baik(Bharadwaj, 2011). TDDS dikembangkan dengan tujuan pengobatan sistemik melalui kontak pada permukaan kulit. Contoh pengembangannya adalah Scopolamine-releasing ’Transdermal Drug Delivery System’ yang digunakan untuk perawatan profilaksis atau motion-induced nausea, kemudian diikuti dengan pemasaran Nitroglyserin-releasing ’Transdermal Drug Delivery System’ yang sukses dan Isosorbide Dinitrate-releasing ’Transdermal Drug Delivery System’ untuk perawatan angina pectoris, Clonidine-releasing ’Transdermal Drug Delivery System’ (Catapres®) untuk terapi hipertensi, Estradiol-releasing ’Transdermal Drug Delivery System’ (Estraderm®) untuk perawatan sindrom postmenopause, serta Fentanylreleasing ’Transdermal Drug Delivery System’ (Duragesic®) untuk perawatan analgesik pada penderita kanker. (Patel, 2011) 2.3 Sistem Penghantaran Obat Secara Trandermal Tinjauan Umum Sediaan transdermal merupakan sedian yang menyediakan rute alternatif untuk menghantarkan obat menembus kulit hingga dapat mencapai peredaran darah sehingga dapat menghindarkan obat dari kemungkinan terjadinya first pass metabolism. Secara umum ada dua tipe dari system transdermal tersebut yang dapat mengontrol laju pelepasan obat dalam kulit dan yang memungkinkan kulit untuk mengontrol laju absorpsi dari obat (Ansel, 1995). Persyaratan Tipe Transdermal (Ansel, 1995) Persyaratan sistem penghantaran obat secara transdermal adalah: 1. Sistem dapat menghantarkan obat dengan laju obat yang terkontrol, sejak saat menempel pada kulit pasien hingga terjadi absorpsi ke sirkulasi sistemik 2. Sistem harus memberikan karakteristik fisikokimia yang tepat untuk dapat melepaskan substansi obat ke dalam stratum corneum 3. Sistem dapat mengoklusi kulit untuk memastikan arus searah dari laju fluks obat 4. System transdermal memiliki efek terapeti yang lebih menguntungkan daripada bentuk sediaan dan system penghantaran obat yang lainnya 5. Bahan pelekat, pembawa, dan bahan aktif dalam system transdermal tidak boleh mengiritasi kulit pasien 6. System transdermal ,merupakan sisitem yang oklusi dan tidak boleh aad perkembangan dari bakteri kulit. Keuntungan dan kerugian system transdermal (Ansel, 1995) Keuntungan system transdermal: 1. Menghindari kesulitan absorpsi obat di gastrointestinal yang disebabkan oleh ketidaksesuaian pH gastrointestinal, aktivitas enzim, interaksi obat dengan makanan atau obat lain 2. Sebagai rute yang dapat digunakan jika rute peroral tidak dapat digunakan, misalnya pada kondisi pasien mual atau diare 3. Dapat menghindari first pass metabolism, yaitu metabolisme obat secara besarbuesaran sebelum mencapai sirkulasi sistemik. 4. Menghindari resiko dan gangguan terapi obat secara parenteral dan berbagai variable absorpsi dan metabolisme yang terkait dengan terapi obat secara peroral 5. Memiliki kemampuan untuk menjadikan terapi obat multiday menjadi terapi dengan satu kali pemakaian sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat multiple dose 6. Memperpanjang aktivitas obat dengan waktu paruh yang pendek melalui penyimpanan obat yang ada pada system pemberian terapetik dengan pengaturan pelepasan obat secara terkendali 7. Menyediakan kemampuan untuk menghentikan efek obat secara cepat (jika dikehendaki) dengan cara melepaskan sediaan dari permukaan kulit 8. Menyediakan kemudahan identifikasi daalam keaadaan pengobatan darurat (seperti pasien yang nonresposif, tidak sadar , atau pasien dalam keadaan koma) Kerugian sistem transdermal 1. System trasdermal tidak cocok untuk obat yang dapat mengiritasi kulit 2. Hanya obat-obat yang relative poten yang cocok sebagai kandidat untuk system transdermal karena adanya sifat impermeable dari kulit 3. Kesulitan teknis berhubungan dengan system pelekatan pada tipe kulit dan berbagai kondisi lingkungan yang berbeda 2.4 Faktor yang mempengaruhi ü Kondisi Kulit ü Umur ü Iritasi Kulit(anonoim, 2010). : 2.5 Keuntungan dan Kerugian sediaan transdermal Keuntungan obat Transdermal : Meningkatkan kemudahan dan kenyamanan pemakaian obat Pelepasan obat dapat mudah dan diakhiri dengan cara melepaskan patch Mencegah metabolisme presistemik dihati dan saluran cerna Mengurangi variabilitas antar pasien Pengurangan fluktuasi kadar plasma obat Pemanfaatan calon obat dengan indeks terapeutik pendek setengah-hidup dan rendah Kadar obat dapat dikontrol pada sirkulasi sistemik untuk obat yang kerjanya diperanjang Untuk kerja obat yang diperpanjang dapat mengurangi frekuensi pemberian obat Mengurangi tingkat konsentrasi plasma obat, dengan efek samping yang menurun. Dosis yang dibutuhkan jauh lebih kecil dibanding dosis oral, karena obat diharapkan langsung masuk ke sasaran, sehingga tingkat toksisitasnya pun lebih rendah dibanding oral. Misalnya, pada Carbamazepin (antikonvulsan / antikejang, umum digunakan untuk penderita epilepsi) dosis transdermal 4 mg mampu memberikan efek setara dengan dosis 1200 mg oral(Patel, 2011). Kerugian obat transdermal : Memliki bobot molekul relatif kecil (kurang dari 500 Da). Hal ini karena pada dasarnya stratum corneum pada kulit merupakan barrier yang cukup efektif untuk menghalangi molekul asing masuk ke tubuh sehingga hanya molekul – molekul yang berukuran sangat kecil sajalah yang dapat menembusnya. Memiliki koefisien partisi sedang (larut baik dalam lipid maupun air). Memiliki titik lebur yang relatif rendah. Hal ini karena untuk dapat berpenetrasi ke dalam kulit, obat harus dalam bentuk cair. Memiliki effective dose yang relatif rendah. Range obat terbatas (terutama terkait ukuran molekulnya). Dosisnya harus kecil. Kemungkinan terjadinya iritasi dan sensitivitas kulit. Tidak semua bagian tubuh dapat menjadi tempat aplikasi obat – obat transdermal. Misalnya telapak kaki, dll. Harus diwaspadai pre-systemic metabolism mengingat kulit juga memiliki banyak enzim pemetabolisme. 2.6 Jalur Permeasi Transdermal Permeasi dapat terjadi dengan difusi melalui : - Transdermal permeasi, melalui stratum korneum. - Interselular permeasi, melalui stratum korneum. - Transappendaged permeasi, melalui folikel rambut,kelenjarsebaseadankeringat(Bharadwaj, 2011). 2.7 Klasifikasi Berdasarkan Teknis Kecanggihan TDDS (Transdermal Drug Dievery System) a) Tingkat pra-diprogram sistem pengiriman obat Ini melibatkan desain sistem yang memberikan obat-obatan dengan mengendalikan difusi molekuler dari molekul obat melintasi penghalang kulit dalam atau di sekitar sistem pengiriman. Polimer membran permeasi dikendalikan sistem pengiriman obat. Ini melibatkan sistem di mana obat ini tertutup dalam reservoir obat. Hal ini tercakup oleh membran semipermeabel dari polimer yang mengatur pelepasan dan memiliki permeabilitas tertentu.Ada beberapa potensi pengembangan dengan proses permeasi membran permeasi membran sebagai mikroporous dikendalikan pengiriman perangkat pencernaan, resistensi cairan lambung usus ditargetkan rilis perangkat dikendalikan pencernaan dan gel difusi dikendalikan sistem pengiriman obat (Bharadwaj, 2011). b) Aktivasi sistem pengiriman obat dimodulasi Jenis sistem pengiriman dapat dicapai oleh : 1. Fisik Tekanan osmotik diaktifkan sistem pengiriman obat. o tekanan hidrodinamik obat dikendalikan sistem pengiriman. o Tekanan uap diaktifkan sistem pengiriman obat. o Mekanis diaktifkan sistem pengiriman obat. o magnetis diaktifkan sistem pengiriman obat. o elektrik diaktifkan sistem pengiriman obat. o USG diaktifkan sistem pengiriman obat. o Hidrasi diaktifkan sistem pengiriman obat. 2. Kimia pH diaktifkan sistem pengiriman obat Ion diaktifkan sistem pengiriman obat Hidrolisis sistem pengiriman obat diaktifkan 3. Biokimia Enzim diaktifkan sistem pengiriman obat(Bharadwaj, 2011). c) Umpan balik pengiriman obat diatur system Pelepasan molekul obat dari sistem transdermal difasilitasi oleh agen yang memicu pelepasan obat, seperti biokimia dalam tubuh dan juga diatur oleh konsentrasi melalui beberapa mekanisme umpan balik(Bharadwaj, 2011). d) Carrier berbasis sistem pengiriman obat Hal ini melibatkan sistem vesikuler seperti hidrogel, liposom, niosomes, nanocapsules, nanopartikel, polimer kompleks, mikrosfer, nanoerythrosomes, transferosomes, dendrimers, aquasomes, dan lain-lain(Bharadwaj, 2011). 2.8 Sediaan Transdermal Sediaan transdermal yang biasa dijumpai di pasaran saat ini adalah transdermal therapeutic system (TTS) yang biasa disebut sebagai plester. Secara sederhana, plester terdiri atas komponen – komponen berikut (dimulai dari lapisan paling luar): 1. Clear backing atau lapisan penyangga, biasanya terbuat dari lapisan polyester, ethylene vinyl alcohol (EVA), atau lapisan polyurethane. Lapisan ini berguna untuk melindungi obat dari air dan sebagainya yang dapat merusak obat. Lapisan ini harus lebih luas dari pada lapisan di bawahnya. 2. Drug Reservoir atau lapisan yang mengandung obat (zat aktif) beserta dengan perlengkapannya seperti material pengatur kecepatan pelepasan obat, dsb. 3. Lapisan perekat atau semacam lem untuk menempelkan impermeable back beserta drug reservoir pada kulit. 4. Lapisan pelindung yang akan dibuang ketika plester digunakan. Lapisan ini berguna untuk mencegah melekatnya lapisan perekat pada kemasan sebelum digunakan. Terkadang, ada pula lapisan tambahan yaitu rate-controlling membrane yang terbuat dari polypropylene berpori mikro dan yang berfungsi sebagai membrane pengatur jumlah dan kecepatan pelepasan obat dari sediaan menuju permukaan kulit. Saat ini, terdapat dua tipe plester yaitu plester dengan sistem reservoir dan plester dengan sistem matriks (drug in adhesive system). Inti perbedaan di antara keduanya adalah pada sistem reservoir laju pelepasan obat dari sediaan dan laju permeasi kulit ditentukan oleh kemampuan kulit mengabsorbsi obat sedangkan pada sistem matriks laju pelepasan obat dari sediaan diatur oleh matriks. Contoh obat yang diberikan secara transdermal adalah nitrogliserin (digunakan untuk pengobatan angina). Pada umumnya patch nitrogliserin transdermal ditempelkan di dada atau punggung. Yang harus diperhatikan adalah patch ini harus ditempatkan pada kulit yang bersih, kering, dan sedikit ditumbuhi rambut agar patch dapat menempel dengan baik. Ada empat jenis utama patch transdermal : Single-layer Obat-in-Adhesive Dalam sistem ini obat ini termasuk langsung dalam-menghubungi perekat kulit. Dalam jenis ini patch lapisan perekat bertanggung jawab atas pelepasan obat, dan berfungsi untuk mematuhi berbagai lapisan bersama-sama, bersama dengan seluruh sistem pada kulit. Lapisan perekat dikelilingi oleh liner sementara dan pendukung. Multi layer-Drug-in-Adhesive Multi-layer Drug-in-Adhesive mirip dengan lapisan-Single Obat-in-Adhesive dalam bahwa obat ini dimasukkan langsung ke dalam perekat. The-lapisan sistem multi menambahkan lapisan lain obat--perekat dalam, biasanya dipisahkan oleh membran. Patch ini juga memiliki lapisan sementara-liner dan dukungan permanen. Reservoir Desain sistem transdermal Reservoir termasuk kompartemen cair yang mengandung solusi obat atau suspensi dipisahkan dari liner rilis oleh membran semi-permeabel dan perekat. Komponen perekat produk dapat menjadi sebagai lapisan kontinu antara membran dan liner pelepasan atau sebagai konfigurasi konsentris di sekitar membran. Matriks Sistem Matrix memiliki lapisan obat dari matriks semipadat berisi larutan obat atau suspensi, yang bersentuhan langsung dengan liner rilis. Lapisan perekat di patch ini mengelilingi lapisan overlay sebagian obat itu. 2.9 Syarat pembuatan patch Dalam pembuatan sediaan patch terdapat beberapa persyaratan diantaranya adalah: 1. Mempunyai kadar air yang relative kecil 2. Permukaan patch harus rata dan tidak mengkerut selama penyimpanan 3. Bahan obat dan bahan tambahan harus terdistribusi merata 4. Mampu melepaskan bahan aktif dalam jumlah yang cukup 5. Mampu berpenetrasi ke dalam kulit sesuai dengan tujuan pengobatan Contoh Transdermal patch 1. Nikotin Patch Nikotin adalah bahan kimia adiktif dalam tembakau. Nikotin patch merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi kecanduan merokok. Nikotin patch dikenal pada awal tahun 1990an dan berhasil digunakan oleh jutaan orang untuk membantu mereka agar dapat berhenti merokok. Nikotin patch tidak dapat dilepas, harus dipasang sepanjang hari sebagai pengganti rokok. Beberapa produk perlu diganti setiap 24 jam sekali. Beberapa produk hanya digunakan selama beraktivitas dan dilepas selama tidur. Pemakaian patch nikotin dapat mengurangi beberapa gejala utama kecanduan rokok, seperti gugup, mudah marah, mengantuk, dan kurang konsentrasi. a. Mekanisme Kerja Nikotin patch didesain untuk melepaskan sejumlah dosis nikotin ke dalam aliran darah sehingga dapat mengurangi keinginan terhadap rokok. Nikotin menembus kulit dan masuk kedalam aliran darah. Patch memberikan kadar nikotin yang lebih sedikit dalam darah dari pada ketika menggunakan rokok. Sediaan nikotin patch berguna untuk mengurangi withdrawal symptom yang dialami oleh seseorang ketika mencoba berhenti merokok, meliputi iritabilitas, rasa cemas, restlessness, marah, dan sulit berkonsentrasi. Nikotin patch tidak memiliki zat berbahaya seperti karbon monoksida, tar dan komponen lain yang ada pada rokok. b. Sediaan Nikotin Patch Sediaan NRT pertama yang disetujui oleh FDA adalah nicotine gum pada tahun 1984, diikuti oleh transdermal nicotine patch (tapel nikotin), nicotine nasal spray dan nicotine inhaler(Sadikin, 2008). Produk Nicotine Patch : 1. Habitrol (Basel) Patch bundar multi layer yang terdiri dari : 1. Lapisan dasar (backing) : aluminum yang berwarna coklat. 2. Perekat (adhesive) : akrilat yang sensitif terhadap tekanan. 3. Larutan copolimer asam metakrilik dari nikotin yang terdispersi dalam lapisan kental yang stabil dan kapas. 4. Lapisan perekat (adhesive) : akrilat. 5. Pelepasan pelindung dialuminum yang dilapisi lapisan perekat dan dihilangkan sewaktu digunakan. 2. Nicoderm (Marion Merrell Dow) Patch persegi panjang multi layer yang terdiri dari : 1. Dasar (backing) yang oklusif : polietilen, aluminum, poliester, atau copolimer etilen vinil asetat. 2. Penyimpanan obat (drug reservoir) nikotin dalam matriks copolimer etilen vinil asetat. 3. Membran kecepatan kontrol : polietilen. 4. Perekat (adhesive) : poliisobutilen. 5. Pelindung yang dihilangkan sewaktu digunakan. 3. Nicotrol (Parke-Devis) Patch persegi panjang multi layer yang terdiri dari : 1. Dasar (backing) sebelah luar : lapisan poliester yang berlapis-lapis. 2. Perekat (adhesive) yang kecepatannya dikontrol, bahan yang stabil dan nikotin. 3. Lapisan kertas yang dapat dihilangkan sewaktu digunakan. 4. Prostep (Lederle) Patch bundar multi layer yang terdiri dari : 1. Pengikat warna abu-abu yang berbusa dan perekat (adhesive) akrilat. 2. Kertas dasar (backing), gelatin dan lapisan polietilen yang berat jenisnya rendah. 3. Matriks gel nikotin. Kertas pelindung yang baik dan dapat dihilangkan sewaktu digunakan. c. Dosis Terdapat 3 dosis sediaan nikotin patch yang dikelompokkan berdasarkan berapa banyak jumlah nikotin yang diabsorbsi dalam 24 jam. Dosisnya adalah 21 mg perhari (langkah 1), 14 mg perhari (langkah 2), dan 7 mg perhari (langkah 3). Frekuensi penggunaan nikotin patch adalah satu kali sehari, antara 16 sampai 24 jam dalam sehari. Sediaan tersebut dapat digunakan pada lengan bagian atas atau bagian tubuh yang lain. Setiap harinya, patch harus digunakan pada tempat yang berbeda untuk mencegah terjadinya iritasi. Dewasa lebih dari 18 tahun: - untuk pasien yang merokok kurang dari 20 batang perhari, dosis yang digunakan 14-24mg / 24 jam - untuk pasien yang merokok lebih dari 20 batang perhari, dosis yang digunakan 24mg / 24 jam dosis diturunkan secara bertahap, penurunan dosis dilakukan setiap 3-4 minggu, terapi nicotine replacement ini tidak boleh dilakukan lebih dari 6 bulan. Dewasa dan anak-anak, lebih dari 12 tahun: - Dosis awal 15mg /16 jam selama 8 minggu, kemudian dosis diturunkan 10 mg/ 16 jam selama 2 minggu, dan diturunkan lagi 5mg / 16 jam selama 2 minggu. Dewasa dan anak-anak, lebih dari 12 tahun: - Untuk pasien yang merokok 10 batang rokok atau lebih perharinya, dosis awal yang digunakan 25mg / 16jam selama 8 minggu, dilanjutkan dengan 15mg / 16jam selama 2 minggu, kemudian 10mg / 16jam selama 2 minggu. - Untuk pasien yang merokok kurang dari 10 batang perharinya, dosis awal yang digunakan 15mg / 16jam selama 8 minggu, dilanjutkan dengan 10mg / 16jam selama 4 minggu. d. penggunaan nikotin patch Berdasarkan hasil penelitian, satu dosis standar pengganti nikotin tidak cukup kuat bila digunakan untuk semua perokok karena tergantung pada kadar nikotin dalam darah dimana pada setiap perokok berbeda-beda. Pada seseorang yang merokok tidak lebih dari 20 batang per hari dapat digunakan dosis nikotin patch 21 atau 22 mg/hari. Sedangkan pada seseorang yang merokok antara 21-40 batang per hari , dosis yang diberikan adalah intermediate dose 33-35 mg/hari untuk mengatasi withdrawal symptom. Bagi seseorang yang merokok 40 batang per hari atau lebih, dibutuhkan dosis 44 mg/hari (Dale et al., 1995). e. Efek samping Efek samping yang paling umum adalah iritasi kulit. Ketika pertama kali menggunakan patch, mungkin pasien akan merasakan gatal ringan, dan rasa terbakar. Hal ini normal dan akan hilang setelah beberapa jam. Ketika pasien melepaskan patch, kulit dibawah akan kemerahan. Kemerahan seharusnya akan hilang setelah beberapa hari. Jika terdapat tanda reaksi kulit yang agak berat, atau lebih lama dari hal tersebut, jangan gunakan dahulu dan hubungi dokter. Efek samping lain termasuk insomnia, mimpi yang tidak normal, gugup, mual, muntah, gangguan perut, konstipasi, diare, pusing, lemah, detak jantung tidak teratur, takikardi, dan palpitasi. f. Bioavailabilitas Nikotin dengan cepat diserap melalui rongga mulut, paru-paru, dan saluran pencernaan. Penyerapan nikotin melintasi membran biologis tergantung pada pH. Dalam keadaan terionisasi, antara seperti dalam lingkungan asam, nikotin tidak cepat lintas membran.. Absorpsi respiratory nikotin 60% hingga 80%. Nikotin base bisa diserap melalui kulit,. Nikotin diabsorsi secara buruk dari perut karena terprotonasi (terionisasi) dalam cairan asam lambung, tetapi juga diserap di usus kecil, yang memiliki pH lebih basa dan area permukaan besar. Setelah diserap kapsul nikotin atau larutan nikotin mencapai konsentrasi puncak dalam darah dicapai dalam waktu sekitar 1 jam . Bioavailabilitas oral nikotin tidak sempurna karena mengalami first pass metabolism dan berkisar antara 20% - 45% . Metabolisme dari nikotin adalah kebanyakan dimediasi melalui sitokrom P450 hepatik CYP2A6 dengan oksidasi-C nikotin menjadi cotinine sebagai reaksi detoxication utama, diikuti oleh hidroksilasi dari cotinine menjadi 3-hydroxycotinine (EFSA, 2009). Pada sebuah penelitian bioavailabilitas absolute transdermal nikotin yang mengandung 52,5 mg sebesar 82 % berada dalam konsentrasi plasma (AHFS, 2008). 2. Salonpas koyo Indikasi: Meredakan rasa nyeri yang disebabkan oleh : kelelahan otot, nyeri otot, kekakuan leher, punggung pegal, sakit kepala, sakit gigi, memar, terkilir dan nyeri sendi. Kontra Indikasi: N/A Deskripsi: Bahan Aktif b/b(per 100g massa plester): Methyl Salicylate 7.18 gr l-Menthol 5.66 gr dl-Comphor 1.24 gr Aturan Pakai: Dewasa dan anak-anak umur 12 tahun ke atas: Bersihkan dan keringkan bagian yang sakit. Lepaskan kertas dan tempelkan produk pada bagian yang sakit tidak lebih dari 3 atau 4 kali sehari. Lepaskan setelah 8 jam pamakaian. Anak-anak di bawah 12 tahun: konsultasi ke dokter. Peringatan: Hanya untuk pemakaian luar. Jangan digunakan: - pada luka atau kulit yang rusak - pada orang yang alergi terhadap aspirin atau salisilat Minta petunjuk dokter sebelum penggunaan, jika anda alertgi terhadap produk topikal (pemakaian luar). Tanyakan ke dokter atau apoteker sebelum penggunaan, jika menggunakan obat lain secara bersamaan. Jika menggunakan produk ini: - Jangan menggunakannya di luar petunjuk yang ada - hindari kontak dengan mata, selaput lendir atau ruam - jangan digunakan bersama dengan kompres panas Hentikan pemakaian dan tanyakan ke dokter, jika: - kondisi memburuk - Gejala tidak membaik selama lebih dari 7 hari atau membaik tetapi kambuh lagi dalam beberapa hari - timbul kemerahan, gatal atau iritasi kulit Jauhkan dari jangkauan anak-anak. Kemasan dapat dapat membahayakan anak. Jika tertelan, segera minta pertolongan medis. Penyimpanan: Simpan pada suhu kamar. Hindarkan dari sinar matahari langsung BAB III KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan Patch transdermal adalah patch dengan perekat yang mengandung senyawa obat, yang diletakkan di kulit untuk melepaskan zat aktif dalam dosis spesifik melalui kulit menuju aliran darah. Transdermal adalah salah satu cara administrasi obat dengan bentuk sediaan farmasi/obat berupa krim, gel atau patch (koyo) yang digunakan pada permukaan kulit, namun mampu menghantarkan obat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (trans = lewat; dermal = kulit). Proses masuknya suatu zat dari luar kulit melintasi lapisan – lapisan kulit menuju posisi di bawah kulit hingga menembus pembuluh darah disebut absorbsi perkutan. Absorbsi transdermal terjadi melalui proses difusi yang lambat yang ditentukan oleh gradient konsentrasi obat dari konsentrasi tinggi (pada sediaan yang diaplikasikan) menuju konsntrasi rendah di kulit. 3.2 Saran Harus diwaspadai pre-systemic metabolism mengingat kulit juga memiliki banyak enzim pemetabolisme.