BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan struktur modal merupakan salah satu keputusan krusial yang perlu dibuat oleh manajemen perusahaan. Pemilihan struktur modal tersebut akan menentukan keberlanjutan perusahaan di masa mendatang. Kebijakan pendanaan tersebut harus menjadi perhatian serius dari para manajer perusahaan karena setiap dana yang digunakan perusahaan untuk setiap kegiatan dan aktivitas memiliki biaya tersendiri. Pendanaan untuk kegiatan dan operasional perusahaan dapat berasal dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal. Manajer yang baik bertugas untuk mencari keseimbangan antara porsi dana internal dan dana eksternal yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh perusahaaan. Salah satu tugas dan peranan manajer perusahan adalah memaksimalkan keuntungan perusahaan yang pada gilirannya akan mensejahterahkan para pemegang saham yang telah menanmkan sahamnya ke perusahaan. Manajer akan menentukan kebijakan struktur modal yang diinginkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen. Mardiyanto (2008) menjelaskan bahwa struktur modal merupakan komposisi atau proporsi hutang jangka panjang dan ekuitas yang ditetapkan oleh perusahaan. Struktur modal perusahaan dapat dikatakan optimal apabila terdapat keseimbangan yang baik antara risiko dan tingkat pengembalian yang dihasilkan sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan. Struktur modal yang optimal tidak bersifat statis karena akan berubah terus menerus seiring dengan perubahan yang dialami oleh perusahaan. Kondisi dan perubahan perusahaan akan 1 membawa dampak bagi pengambilan keputusan struktur modal apakah menggunakan sumber dana internal maupun menggunakan sumber dana eksternal. Penelitian mengenai struktur modal sudah banyak dilakukan, namun demikian penelitian tersebut berfokus pada pembahasan pada perusahaan-perusahaan publik (listed companies). Riportella dan Pappis (2006) menyebutkan bahwa perusahaan publik bercirikan: (i) adanya pemisahan dan spesialisasi antara kepemilikan (ownership) dan kontrol perusahaan; (ii) Pemegang saham perusahaan dimiliki oleh beberapa orang; (iii) Perusahaan mengunakan saham dan obligasi sebagai salah satu sumber pendanaan eksternal; (iv) Pasar modal berperan sebagai mekanisme penilaian (assessment) dan kontrol (control). Fungsi terakhir yang disebutkan tersebut merupakan titik mula keputusan struktur modal perusahaan. Ciri mendasar perusahaan non-listed dibandingkan dengan perusahaan listed adalah relatif terbatasnya akses terhadap pasar modal dan akses terhadap pasar sekunder (secondary market). Implikasi dari hal tersebut adalah tidak dapat menggunakan premis bahwa perusahaan akan memaksimalkan nilainya berdasarkan nilai pasarnya. Petersen and Rajan (1994, 1995) menyebutkan bahwa struktur modal perusahaan-perusahaan non-listed mayoritas berasal dari pinjaman yang disalurkan oleh perbankan sehingga untuk menganalisis struktur modal perusahaan-perusahaan non-listed dapat dimulai dari hubungan antara perbankan dengan nasabahnya. Ciri lain yang membedakan antara perusahaan non-listed dengan perusahaan listed adalah kepemilikan perusahaan relatif terkonsentrasi pada beberapa pemilik (individu maupun institusi) memiliki dampak terhadap keputusan struktur modal perusahaan. Berger dan Udell (1992) menyebutkan bahwa implikasi dari hal tersebut adalah keputusan yang 2 diambil perusahaan mencerminkan perilaku dari pemilik perusahaan yang sekaligus berfungsi sebagai manajer perusahaan. Kondisi-kondisi yang telah dijelaskan sebelumnya tersebut mengakibatkan terjadinya informasi yang asimetris antara beberapa pihak (pemegang saham, manajer, pihak kreditur). Oleh karenanya untuk menganalisis struktur modal perusahaan-perusahaan non-listed berlandasakan pada fenomena informasi yang asimetris tersebut. Pilihan teori yang dapat digunakan untuk menganalisis struktur modal perusahaan terkait dengan fenomena informasi asimetris adalah teori signaling dan teori Pecking Order. Teori yang pertama dapat dikesampingkan karena perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan non-listed sehingga pihak internal perusahaan tidak perlu memberikan sinyal kepada pihak investor mengenai kondisi perusahaannya sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sogorb-Mira (2005). Teori lain yang dapat menjelaskan mengenai struktur modal perusahaan non-listed adalah teori Trade Off Theory (TOT). TOT menjelaskan bahwa terdapat struktur modal yang optimal dengan mempertimbangkan manfaat dan biaya yang diperoleh antara pengunaan hutang dan ekuitas. Manfaat utama pengunaan hutang adalah adalah pengurangan pajak (tax deductibility) dan biaya dari pengunaan hutang adalah semakin besarnya probabilitas kebangkrutan (bankruptcy cost) di masa mendatang (Kim, 1978) dan tingginya biaya keagenan (agency cost) sebagaimana yang dijelaskan oleh Jesen dan Meckling (1976); Myers (1977). Pecking Order Theory (POT) disisi lain menjelaskan bahwa perusahaan tidak mentargetkan struktur modal yang optimal. Perusahaan memilih penggunaan kapital berdasarkan hierarki: pembiayaan internal, hutang, dan diikuti oleh ekuitas. Myers dan 3 Majluf (1984) menjelaskan bahwa hal tersebut dikarenakan pihak internal perusahaan memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan oleh pihak eksternal. Penggunaan teori POT dalam menganalisis struktur modal perusahaan-perusahaan non-listed sudah banyak dilakukan di negara lain. Banyak penelitian mengenai penerapan POT di negara Spanyol seperti penelitian yang dilakukan oleh Riportella dan Martinez (2003), Sogorb-Mira (2008), Vidal dan Uguedo (2005). Selain Spanyol, negara lain yang pernah dilakukan penelitian POT adalah Polandia oleh Klapper, Virginia, dan Rida (2006), Pakistan oleh Shah (2008), Irlandia oleh Bhaird dan Lucey (2009), dan Belanda oleh Degryse, Goeij, dan Kapert (2012). Sampel negara yang lebih besar lagi dapat melihat pada penelitian yang dilakukan oleh Serrasqueiro, Amanda, dan Nunes (2011) dimana sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan non-listed yang berada di Eropa. Penelitian mengenai penerapan POT juga dilakukan untuk menguji apakah ada perbedaan antar sektor industri perusahaan non-listed di sebuah negara. Contohnya adalah penerapan teori POT dalam industri tekstil di Pakistan seperti penelitian Shah (2008). Penelitian lainnya adalah yang dilakukan oleh Serrasqueiro, Amanda, dan Nunes (2011) yang melihat apakah perusahaan non-listed yang bergerak di bidang jasa juga menerapkan pendekatan POT dalam struktur modalnya. Beberapa penelitian juga membandingkan penerapan teori POT dengan beberapa teori mengenai struktur modal lain. Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Sogorb dan Mira (2008) dan Serrasqueiro, Amanda, dan Nunes (2011) yang menguji penerapan POT dengan Trade Off theory. Hasil yang berbeda ditunjukkan kedua penelitian tersebut. Sogorb dan Mira (2008) menyimpulkan bahwa trade off theory lebih dapat menjelaskan perilaku perusahaaan non-listed, sementara Serrasqueiro, Amanda, dan Nunes 4 (2011) menyimpulkan bahwa POT lebih dapat menjelaskan struktur modal perusahaan nonlisted. Penelitian ini menjadi berbeda dibandngkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya karena perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan non-listed yang menjadi debitur Bank X cabang Y. Alasan lainnya adalah sampel yang digunakan merupakan perusahaan yang berasal dari Indonesia. 1.2. Rumusan Masalah Penelitian mengenai perilaku pendanaan perusahaan di Indonesia telah banyak dilakukan khususnya untuk perusahaan-perusahaan yang telah terdaftar di bursa. Sementara penelitian mengenai aplikasi POT untuk perusahaan non-listed relatif masih jarang dilakukan. Permasalahan yang terjadi di perusahaan-perusahaan non-listed adalah relatif terbatasnya akses perusahaan terhadap pasar modal. Implikasi dari terbatasnya akses perusahaan terhadap pasar modal adalah pilihan pendanaan untuk perusahaan non-listed terbatas pada laba ditahan dan pinjaman dari pihak eksternal (terutama adalah pinjaman dari Bank). Selain keterbatasan sumber pembiayaan eksternal tersebut, perusahaan non-listed juga menghadapi keterbatasan pengetahuan dari kelebihan dan kekurangan sumber-sumber pendaaan yang dapat diakses perusahaan. Hamilton dan Fox (1998) menyebutkan permasalahan lain yang dihadapi oleh perusahaan non-listed adalah adanya keinginan dari para pemilik perusahaan untuk mempertahankan kepemilikan dan kontrol atas perusahaan. Implikasi dari hal tersebut adalah pemilik perusahaan enggan untuk menjual saham perusahaannya di lantai bursa. Levin dan Travis (1987) menyebutkan bahwa teori struktur 5 modal untuk perusahaan non-listed tidak otomatis sejalan dengan teori struktur modal pada umumnya (perusahaan listed). Struktur modal perusahaan non-listed lebih mencerminkan akseptasi pemilik perusahaan terhadap risiko-risiko bisnis yang akan dihadapinya. Adapun pertanyaan penelitian yang akan dibahas adalah sebagai berikut: a. Bagaimana hubungan antara total aset dengan hutang jangka panjang perusahaan? b. Bagaimana hubungan antara kepemilikan aset tetap terhadap hutang jangka panjang perusahaan? c. Bagaimana dampak profitabilitas dengan hutang jangka panjang perusahaan? d. Bagaimana dampak pertumbuhan penjualan terhadap hutang jangka panjang perusahaan? e. Bagaimana dampak beban pajak terhadap hutang jangka panjang perusahaan? f. Bagaimana dampak beban depresiasi terhadap hutang jangka panjang perusahaan? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menguji teori POT pada perusahaan non- listed yang menjadi debitur Bank X cabang Y dan secara khusus menguji pengaruh variabel total aset, aset tetap, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, beban pajak dan beban depresiasi terhadap struktur modal perusahaan yang menjadi debitur Bank X cabang Y. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi kalangan akademisi adalah sebagai tambahan literatur mengenai struktur modal perusahaan non-listed. 6 b. Bagi kalangan perbankan terdapat beberapa manfaat yaitu: 1) Dalam penetapan target debitur, perlu untuk menekankan pentingnya variabel pertumbuhan penjualan sebagai proksi prospek perusahaan di masa mendatang. Perusahaan yang mencatatkan pertumbuhan penjualan yang relatif lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri sejenis merupakan indikator bahwa di masa mendatang perusahaanakan membutuhkan tambahan pinjaman. Hal tersebut juga berlaku untuk perusahaan yang telah menjadi debitur eksisting dimana bila terdapat pertumbuhan penjualan yang baik maka perbankan dapat menawarkan tambahan hutang kepada debitur tersebut. 2) Perbankan harus lebih berhati-hati terhadap debitur yang menghasilkan profitabilitas yang baik. Hal tersebut dikarenakan debitur dengan profitabilitas yang baik akan mengurangi pinjaman khususnya pinjaman jangka pendek. Oleh sebab itu perbankan dapat menawarkan kepada debitur untuk diberikan fasilitas pinjaman jangka panjang dengan biaya yang lebih rendah daripada pinjaman jangka pendek agar secara total debitur tidak mengurangi pinjamannya. c. Bagi manajer perusahaan penting untuk menjalin hubungan yang baik dengan kalangan kreditur khususnya kreditur dari perbankan. Hubungan yang baik ini salah satunya adalah dengan menyediakan data-data keuangan perusahaan dengan baik dan tepat waktu khususnya data mengenai aktivitas keuangan. Hubungan yang baik dengan pihak kreditur akan membuat berkurangnya informasi asimetris antara pihak perusahaan dengan kreditur dan pada akhirnya akan berdampak pada berkurangnya biaya pinjaman. 7 1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 72 perusahaan yang merupakan debitur Bank X cabang Y dengan tahun penelitian selama 2009 sampai dengan 2012. Penelitian ini hanya menguji apakah variabel total aset, aset tetap, profitabilitas, pertumbuhan penjualan, beban pajak dan beban depresiasi berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. 1.6. Sistematika Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi lima bab dan diuraikan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. BAB II : LANDASAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini terdiri dari kajian literatur dan pengembangan hipotesis yang digunakan untuk mendukung penelitian.Kajian literatur itu sendiri terdiri dari teori-teori dasar serta penelitian-penelitian terdahulu. BAB III :METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai jenis data yang digunakan, populasi dan sampel, identifikasi variabel dan model yang digunakan untuk melakukan pembuktian hipotesis. 8 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini rumusan masalah penelitian akan dianalisis dengan menggunakan pengujian statistik yaitu menggunakan softwareSTATA. BAB V : SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI Bab ini berisi kesimpulan dan saran atas penelitian yang telah dilakukan. Harapan penulis adalah penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti, praktisi dan pihak-pihak lainnya secara umum. 9