Untuk Mahasiswa BUKU PANDUAN PBL DAN CSL UNTUK MAHASISWA SISTEM INDRA KHUSUS Disusun Oleh Tim Sistem Indra Khusus Program Studi Kedokteran FKK UMJ PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2015 Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 Untuk Mahasiswa DAFTAR ISI Daftar isi ................................................................................................................... 2 MODUL PBL SISTEM INDRA KHUSUS Tujuan instruksional umum........................................................................................ 3 Tujuan instruksional khusus ...................................................................................... 3 Daftar instruktur pbl ................................................................................................... 4 daftar modul Modul 1 : mata merah ............................................................................................... 4 Modul 1 : tuli .............................................................................................................. 4 Modul 1 : gatal........................................................................................................... 4 MODUL CSL SISTEM INDRA KHUSUS Daftar instruktur csl ................................................................................................... 4 Station 1 : teknik anamnesis kasus mata dan tht ....................................................... 4 Station 2 : pemeriksaan fisik telinga, hidung, dan tenggorokan ................................. 4 Station 3 : ekstraksi cerumen dan garputala .............................................................. 4 Station 4 : tes fungsi keseimbangan, tes penghidu, dan tes pengecapan .................. 4 Station 5 : pemeriksaan mata sederhana .................................................................. 4 Station 6 : pemeriksaan fungsi sensorik .................................................................... 4 Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 2 Untuk Mahasiswa MODUL PROBLEM BASED LEARNING SISTEM INDERA KHUSUS Tujuan Instruksional Umum Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa akan dapat menjelaskan tentang penyebab, patomekanisme, gambaran klinik, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi, dan pencegahan penyakit-penyakit yang menyebabkan kelainan pada mata, telinga hidung tenggorok, serta kelainan pada kulit tersebut. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Menyebutkan anatomi organ-organ yang berkaitan dengan sistem penginderaan khusus. 2. Menjelaskan histologi organ indra khusus. 3. Menjelaskan fisiologi penglihatan, fisiologi pendengaran dan keseimbangan, serta fisiologi kulit. 4. Menjelaskan struktur telinga yang terganggu pada penyakit-penyakit yang menyebabkan ketulian. 5. Menjelaskan patomekanisme penyakit-penyakit dengan mata merah yang disertai penglihatan normal, dan penyakit mata merah yang disertai penglihatan kabur dan penurunan tajam penghlihatan tanpa disertai mata merah. 6. Menjelaskan patomekanisme terjadinya ketulian dan gatal. 7. Menyebutkan penyakit-penyakit yang menyebabkan gejala mata merah, penglihatan kabur dan penurunan tajam penglihatan, penyakit yang menyebabkan gejala ketulian, serta penyakit yang menyebabkan gejala gatal. 8. Menjelaskan gambaran klinik lain yang menyertai penyakit-penyakit tersebut. 9. Menjelaskan pemeriksaan – pemeriksaan penunjang yang bisa membantu diagnosa penyakit. 10. Menjelaskan penatalaksanaan yang diberikan pada penderita pada penyakitpenyakit tersebut. 11. Menjelaskan komplikasi lain dari penyakit-penyakit tersebut. 12. Menjabarkan masalah gangguan penglihatan, masalah ketulian, dan keluhan gatal pada masyarakat. 13. Menjelaskan promotif dan preventif penyakit-penyakit mata merah baik pada penglihatan normal maupun penglihatan kabur, penyakit dengan keluhan tuli, dan penyakit dengan keluhan gatal. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 3 Untuk Mahasiswa Daftar Instruktur PBL CIRENDEU (12 Kel) dr. Rusdi Effendi, SpKJ, MM dr. Elyusrar A. Jalal, Ph. D dr. Rina Nurbani, M. Biomed dr. Atthariq, MPH dr. Robiah Khairani H., SpS dr. Ade Sri Wahyuni, SpRM dr. Yusri Hapsari, MKM, Sp.KJ dr. Murni Sri Hastuti, Sp.S. dr. Pitut Aprilia, MKK. CEMPUT (6 Kel) PBL dr. Rayhana, M.Biomed dr. Ahmad Muchlis, MS dr. Eddy Multazam, Sp.FK dr. Muhammad Fachri, Sp.P dr. Farsida, MPH dr. Zaira Naftassa, M. Biomed Daftar Modul MODUL 1 : MATA MERAH Seorang wanita umur 30 tahun datang ke poliklinik mata dengan keluhan mata merah disertai nyeri. Keadaan dialami sudah 2 hari . MODUL 2 : TULI Seorang anak laki-laki, 12 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan pendengaran berkurang sejak 2 tahun lalu disertai dengan perasaan pusing bila kepala dipalingkan dengan tiba-tiba . Nilai rapor menurun seiring dengan bertambah beratnya penurunan pendengaran. Si A juga akhir-akhir ini sering menarik diri dari pergaulan. Riwayat keluar cairan dari dalam telinga sejak usia 7 tahun. MODUL 3 : GATAL Mahasiswa AB, 18 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan gatal-gatal dan timbul bercak kemerahan di sertai sisik pada sebagian besar badan, dan sering gatal pada daerah-daerah tertentu, bila keadaan umum tidak stabil, dan stress. Disamping itu dalam keluargapun kadang-kadang ada yang menderita gatal. Sering tidak mengikuti kuliah seiring dengan bertambah beratnya gatal yang dirasakan terutama bila cuaca dingin dan panas sekali. Sering menarik diri dalam pergaulan. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 4 Untuk Mahasiswa MODUL CLINICAL SKILL LAB SISTEM INDERA KHUSUS Daftar Instruktur CSL CSL CIRENDEU dr. Rusdi Effendi, SpKJ, MM Anamnesis Kasus mata dan THT dr. Muhammad Agung, Ph. D dr. Elyusrar A. Jalal, Ph. D dr. Putri Anugrah Putri, SpTHT dr. Rina Nurbani, M. Biomed Pemfis THT dr. Yusri Hapsari, MKM, Sp.KJ dr. Atthariq, MPH dr. Widya Nursantari Esktraksi Cerumen dan Garputala Tes Penghidu dan Tes Pengecap Pemeriksaan Mata Sederhana Pemeriksaan Sensorik dr. Robiah Khairani H., SpS dr. Wildan Fauzan dr. Abdi Kelana, SpM dr. Pitut Aprilia, MKK. dr. Ikrimah Nisa Utami dr. Ade Sri Wahyuni, SpRM dr. Murni Sri Hastuti, Sp.S. CSL CEMPAKA PUTIH dr. Rahmini Shabaria, Sp.A Anamnesis Kasus mata dan THT dr. Fanny Septiani F., M.Biomed dr. Kartono Ichwani, SpBK dr. Resiana Karnina, Sp. An Pemfis THT dr. Yusnam Syarief, PAK dr. Rayhana, M.Biomed dr. Ahmad Muchlis, MS Esktraksi Cerumen dan Garputala dr. Mia Shofianne Liberty dr. Irfan Taufik, Sp.S dr. Anwar W.W.Sp.S., DFM dr. Eddy Multazam, Sp.FK Tes Penghidu dan Tes Pengecap dr. Muhammad Fachri, Sp.P Pemeriksaan Mata Sederhana Pemeriksaan Sensorik dr. Sri Fulina, Sp. M dr. Zaira Naftassa, M. Biomed DR. dr. Busjra M. Nur., MSc Dr. dr. Sitti Airiza, SpS dr. Farsida, MPH Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 5 Untuk Mahasiswa STATION 1: TEKNIK ANAMNESIS KASUS MATA DAN THT Teknik anamnesis adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dokter (pemeriksa) dan pasien yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penyakit yang diderita dan informasi lainnya yang berkaitan yang dapat mengarahkan diagnosis penyakit pasien. Banyak keluhan yang akan disampaikan oleh pasien tentang penyakitnya, walaupun demikian tidak semua keluhan atau informasiinformasi yang disampaikan dapat bermakna atau berkaitan dengan sistem Spesial sense sehingga diperlukan suatu teknik bertanya untuk menggali informasi tersebut. Tiga sumber informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi masalah pasien dan membuat diagnosis sementara adalah : 1. Anamnesis merupakan deskripsi pasien tentang penyakit atau keluhannya termasuk alasan berobat. 2. Gejala klinis mencakup kelainan yang ditemukan saat pemeriksaan fisis. 3. Hasil pemeriksaan penunjang awal yang mungkin mencakup pemeriksaan biokimia, pemeriksaan darah, serta pencitraan. Keterampilan anamnesis meliputi : 1. Komunikasi 2. Pengumpulan, asimilasi, dan pengolahan data. 3. Mengikuti struktur yang sudah diterima. 4. Membuat diagnosis dan membuat rencana tindakan. 5. Menuliskannya dalam status penderita. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 6 Untuk Mahasiswa KETERAMPILAN ANAMNESIS Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: 0. Tidak dilakukan: langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan. 1. Tidak sempurna: Langkah-langkah dilakukan dengan benar tetapi tidak sesuai dengan urutannya dan tidak efisisen 2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien. NO. LANGKAH / KEGIATAN A. PENGANTAR 1. Ucapkan salam 2. Persilahkan penderita untuk duduk 3. Dengan sopan, tanyakan identitas penderita KASUS 0 1 2 0 1 2 (nama,umur,pekerjaan, pendidikan, alamat) B. ANAMNESIS Tanyakan tentang : 1. Keluhan utama yang mendorong penderita berobat 2. Keluhan lain yang menyertai keluhan utama 3. Riwayat penyakit terdahulu dan sekarang, riwayat berobat, riwayat penyakit dalam keluarga, riwayat psikososial, riwayat pengobatan sebelumnya, dan riwayat alergi. 4. Mencatat dan menarik kesimpulan dari anamnesis untuk mendapatkan beberapa diagnosis sementara Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 7 Untuk Mahasiswa DAFTAR TILIK ANAMNESIS SISTEM INDRA KHUSUS No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 LANGKAH KLINIK SKOR 0 1 2 Sambung rasa Informed consent Menanyakan identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan Menanyakan keluhan utama dan menggali riwayat penyakit saat ini. Menanyakan keluhan tambahan Melakukan anamnesis yang berkaitan dengan sistem Menggali penyakit dahulu dan yang berkaitan Menggali penyakit keluarga Menggali riwayat psikososial Menggali riwayat pengobatan sebelumnya Menggali riwayat alergi Melakukan cek ulang Mampu mencatat hasil anamnesis Menarik kesimpulan dari anamnesis untuk mendapatkan beberapa diagnosis sementara JUMLAH: ....................... Keterangan: 0: Tidak dilakukan dan/atau dilakukan tetapi salah 1: Dilakukan tetapi tidak sempurna 2: Dilakukan dengan benar Jumlah Nilai = ------------------- X 100% = 28 % INSTRUKTUR ( Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 ) 8 Untuk Mahasiswa STATION 2: PEMERIKSAAN FISIK TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROK Pendahuluan Pemeriksaan fisik telinga, hidung dan tenggorok adalah suatu pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan-kelainan pada telinga, mulai dari telinga bagian luar sampai telinga dalam yang dapat memberikan gangguan fungsi pendengaran dan keseimbangan ;kelainan-kelainan pada hidung dan tenggorok yang dapat memberikan gangguan penghidu dan pengecapan. Pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi) dan melakukan tes-tes untuk melihat sifat dan jenis gangguan pendengaran dan keseimbangan serta gangguan penghidu dan pengecapan Indikasi Untuk mengetahui kelainan-kelainan pada telinga, hidung dan tenggorok yang memberikan gangguan pendengaran, keseimbangan, penghidu, dan pengecapan. Penuntun Pembelajaran Sebelum melakukan pemeriksaan THT ada beberapa hal yang harus dipersiapkan antara lain : 1. Persiapan Alat dan Bahan Alat dan bahan yang akan digunakan dalam pemeriksaan THT antara lain : - Lampu kepala - Spekulum telinga dengan berbagai ukuran - Aplikator kapas - Pinset bayonet dan pinset lurus - Cerumen hook dan cerumen spoon - Otopneumoscope - Speculum hidung dengan berbagai ukuran - Cermin laring dan nasofaring dengan berbagai ukuran - Spatel lidah - Seperangkat garpu tala - Kapas dan Kasa Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 9 Untuk Mahasiswa - Larutan Efedrin 1% dan 2% - Larutan lidokain - Alkohol 70% - Betadine - AgNo3 - Spoit 10 cc untuk spooling telinga - Air hangat yang disesuaikan dengan suhu tubuh - Bunsen 2. Pemasangan lampu kepala Sebelum diletakkan di kepala, ikatan lampu kepala dilonggarkan dengan memutar pengunci kearah kiri. Posisi lampu diletakkan tepat pada daerah glabella atau sedikit miring kearah mata yang lebih dominant. Bila lampu kepala sudah berada pada posisi yang benar, ikatan lampu dieratkan dengan memutar kunci kearah kanan. Pungunci ikatan lampu kepala harus berada disebelah kanan kepala. Fokus cahaya lampu diatur dengan memfokuskan cahaya kearah telapak tangan yang diletakkan kurang lebih 30 cm dari lampu kepala. Besar kecilnya focus cahaya diatur dengan memutar penutup lampu kepala kearah luar sampai diperoleh focus cahaya lampu yang kecil, bulat dengan tingkat pencahayaan yang maksimal. Diusahakan agar sudut yang dibentuk oleh jatuhnya sumber cahaya kearah obyek yang berjarak kurang lebih 30 cm dengan aksis bola mata, sebesar 15 derajat. 3. Posisi duduk antara pemeriksa dengan pasien Pemeriksa dan pasien masing-masing duduk berhadapan dengan sedikit menyerong , kedua lutut pemeriksa dirapatkan dan ditempatkan berdampingan dengan kaki penderita. Bila diperlukan posisi-posisi tertentu penderita dapat diarahkan ke kiri atau kanan. Kepala penderita difiksasi dengan bantuan seorang perawat. Pada anak kecil yang belum koperatif selain diperlukan fiksasi kepala, sebaiknya anak dipangku oleh orang tuanya pada saat dilakukan pemeriksaan. Kedua tangan dipeluk oleh orang tua sementara itu, kaki anak difiksasi diantara kedua paha orang tua. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 10 Untuk Mahasiswa Pemeriksaan Telinga Mula-mula dilakukan inspeksi telinga luar, perhatikan apakah ada kelainan bentuk telinga, tanda-tanda peradangan, tumor dan sekret yang keluar dari liang telinga. Pengamatan dilakukan pada telinga bagian depan dan belakang. Setelah mengamati bagian-bagian telinga, lakukan palpasi pada telinga,apakah ada nyeri tekan, nyeri tarik atau tanda-tanda pembesaran kelenjar pre dan post aurikuler. Pemeriksaan auskultasi pada telinga dengan menggunakan stetoskop dapat dilakukan pada kasus-kasus tertentu misalnya pada penderita dengan keluhan tinnitus objektif Pemeriksaan liang telinga dan membrane timpani dilakukan dengan memposisikan liang telinga sedemikian rupa agar diperoleh aksis liang telinga yang sejajar dengan arah pandang mata sehingga keseluruhan liang telinga sampai permukaan membrane timpani dapat terlihat. Posisi ini dapat diperoleh dengan menjepit daun telinga dengan menggunakan ibu jari dan jari tengah dan menariknya kearah superior-dorso-lateral dan mendorong tragus ke anterior dengan menggunakan jari telunjuk. Cara ini dilakukan dengan tangan kanan bila akan memeriksa telinga kiri dan sebaliknya digunakan tangan kiri bila akan memeriksa telinga kanan. Pada kasuskasus dimana kartilago daun telinga agak kaku atau kemiringan liang telinga terlalu ekstrim dapat digunakan bantuan speculum telinga yang disesuaikan dengan besarnya diameter liang telinga. Spekulum telinga dipegang dengan menggunakan tangan yang bebas. Amati liang telinga dengan seksama apakah ada stenosis atau atresia meatal, obstruksi yang disebabkan oleh secret, jaringan ikat, benda asing, serumen obsturan, polip, jaringan granulasi, edema atau furunkel. Semua sumbatan ini sebaiknya disingkirkan agar membrane timpani dapat terlihat jelas. Diamati pula dinding liang telinga ada atau tidak laserasi Liang telinga dibersihkan dari secret dari sekret dengan menggunakan aplikator kapas, bilas telinga atau dengan suction. Cara membuat aplikator kapas yaitu dengan mengambil kapas secukupnya kemudian aplikator diletakkan ditengah-tengah kapas aturlah letak aplikator sedemikian rupa sehingga ujung aplikator terletak kira-kira pada pertengahan kapas, kapas kemudian dilipat dua sehingga menyelimuti ujung aplikator dan dijepit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Selanjutnya pangkal aplikator diputar searah Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 11 Untuk Mahasiswa dengan putaran jarum jam dengan menggunakan tangan kanan. Setelah ujung aplikator diselimuti kapas lakukan pengecekan apakah ujung aplikator yang tajam tidak melampaui ujung kapas. Selanjutnya kapas aplikator dilewatkan diatas api Bunsen.. Bila secret terlalu profus dapat digunakan bilasan air hangat yang disesuikan dengan suhu tubuh. Bilasan telinga dilakukan dengan menyemprotkan air dari spoit langsung ke dalam telinga. Ujung spoit diarahkan ke dinding atas meatus sehingga diharapkan secret / serumen akan dikeluarkan oleh air bilasan yang balik kembali. Pengamatan terhadap membrane timpani dilakukan dengan memperhatikan permukaan membrane timpani, posisi membrane, warna, ada tidaknya perforasi, refleks cahaya, struktur telinga tengah yang terlihat pada permukaan membrane seperti manubrium mallei, prosesus brevis, plika maleolaris anterior dan posterior Untuk mengetahui mobilitas membrane timpani digunakan otopneumoskop. Bila akan dilakukan pemeriksaan telinga kanan, speculum otopneumoskop difiksasi dengan ibu jari dan jari telunjuk, daun telinga dijepit dengan menggunakan jari tengah dan jari manis tangan kiri, sebaliknya dilakukan bila akan memeriksa telinga kiri. Selanjutnya pneumoskop dikembang kempiskan dengan menggunakan tangan kanan. Pada saat pneumoskop dikembang kempiskan, pergerakan membrane timpani dapat diamati melalui speculum otopneumoskop. Pergerakan membrane timpani dapat pula diamati dengan menyuruh pasien melakukan Manuver Valsalva yaitu dengan menyuruh pasien mengambil napas dalam, kemudian meniupkan melalui hidung dan mulut yang tertutup oleh tangan. Diharapkan dengan menutup hidung dan mulut, udara tidak dapat keluar melalui hidung dan mulut sehingga terjadi peninggian tekanan udara di dalam nasofaring. Selanjutnya akibat penekanan udara, ostium tuba yang terdapat dalam rongga nasofaring akan terbuka dan udara akan masuk ke dalam kavum timpani melalui tuba auditiva Pemeriksaan Hidung dan Sinus Paranasalis Pemeriksaan hidung diawali dengan melakukan inspeksi dan palpasi hidung bagian luar dan daerah sekitarnya. Inspeksi dilakukan dengan mengamati ada tidaknya kelainan bentuk hidung, tanda-tanda infeksi dan sekret yang keluar dari rongga hidung. Palpasi dilakukan dengan penekanan jari-jari telunjuk mulai dari pangkal hidung sampai apeks untuk mengetahui ada tidaknya nyeri, massa tumor atau tanda-tanda krepitasi. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 12 Untuk Mahasiswa Pemeriksaan rongga hidung dilakukan melalui lubang hidung yang disebut dengan Rhinoskopi anterior dan yang melalui rongga mulut dengan menggunakan cermin nasofaring yang disebut dengan Rhinoskopi posterior. 1. Rhinoskopi anterior RA dilakukan dengan menggunakan spekulum hidung yang disesuaikan dengan besarnya lubang hidung. Spekulum hidung dipegang dengan tangan yang dominant. Spekulum digenggam sedemikian rupa sehingga tangkai bawah dapat digerakkan bebas dengan menggunakan jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Jari telunjuk digunakan sebagai fiksasi disekitar hidung. Lidah speculum dimasukkan dengan hati-hati dan dalam keadaan tertutup ke dalam rongga hidung. Di dalam rongga hidung lidah speculum dibuka. Jangan memasukkan lidah speculum terlalu dalam atau membuka lidah speculum terlalu lebar. Pada saat mengeluarkan lidah speculum dari rongga hidung , lidah speculum dirapatkan tetapi tidak terlalu rapat untuk menghindari terjepitnya bulu-bulu hidung. Amati struktur yang terdapat di dalam rongga hidung mulai dari dasar rongga hidung, konka-konka, meatus dan septum nasi. Perhatikan warna dan permukaan mukosa rongga hidung, ada tidaknya massa , benda asing dan secret. Struktur yang terlihat pertama kali adalah konka inferior . Bila ingin melihat konka medius dan superior pasien diminta untuk tengadahkan kepala. Pada pemeriksaan RA dapat pula dinilai Fenomena Palatum Molle yaitu pergerakan palatum molle pada saat pasien diminta untuk mengucapkan huruf “ i “. Pada waktu melakukan penilaian fenomena palatum molle usahakan agar arah pandang mata sejajar dengan dasar rongga hidung bagian belakang. Pandangan mata tertuju pada daerah nasofaring sambil mengamati turun naiknya palatum molle pada saat pasien mengucapkan huruf “ i ” . Fenomena Palatum Molle akan negatif bila terdapat massa di dalam rongga nasofaring yang menghalangi pergerakan palatum molle, atau terdapat kelumpuhan otototot levator dan tensor velli palatini. Bila rongga hidung sulit diamati oleh adanya edema mukosa dapat digunakan tampon kapas efedrin yang dicampur dengan lidokain yang dimasukkan ke dalam rongga hidung untuk mengurangi edema mukosa. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 13 Untuk Mahasiswa 2. Rhinoskopi posterior Pasien diminta untuk membuka mulut tanpa mengeluarkan lidah, 1/3 dorsal lidah ditekan dengan menggunakan spatel lidah. Jangan melakukan penekan yang terlalu keras pada lidah atau memasukkan spatel terlalu jauh hingga mengenai dinding faring oleh karena hal ini dapat merangsang refleks muntah. Cermin nasofaring yang sebelumnya telah dilidah apikan, dimasukkan ke belakang rongga mulut dengan permukaan cermin menghadap ke atas. Diusahakan agar cermin tidak menyentung dinding dorsal faring.. Perhatikan struktur rongga nasofaring yang terlihat pada cermin. Amati septum nasi bagian belakang, ujung belakang konka inferior, medius dan superior, adenoid (pada anak), ada tidak sekret yang mengalir melalui meatus. Perhatikan pula struktur lateral rongga nasofaring : ostium tuba, torus tubarius, fossa Rossenmulleri. Selama melakukan pemeriksaan pasien diminta tenang dan tetap bernapas melalui hidung. Pada penderita yang sangat sensitif, dapat disemprotkan anestesi lokal ke daerah faring sebelum dilakukan pemeriksaan. 3. Pemeriksaan Sinus Paranasalis Inspeksi dilakukan dengan melihat ada tidaknya pembengkakan pada wajah. Pembengkakan dan kemerahan pada pipi, kelopak mata bawah menunjukkan kemungkinan adanya sinusitis maksilaris akut. Pembengkakan pada kelopak mata atas kemungkinan sinusitis frontalis akut. Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk pada gigi bagian atas menunjukkan adanya Sinusitis maksilaris. Nyeri tekan pada medial atap orbita menunjukkan adanya Sinusitis frontalis. Nyeri tekan di daerah kantus medius menunjukkan adanya kemungkinan sinusitis etmoidalis. Pemeriksaan Tenggorok 1. Pemeriksaan Faring Penderita diinstruksikan membuka mulut, perhatikan struktur di dalam cavum oris mulai dari gigi geligi, palatum, lidah, bukkal. Lihat ada tidaknya kelainan berupa, pembengkakan, hiperemis, massa, atau kelainan congenital. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 14 Untuk Mahasiswa Lakukan penekanan pada lidah secara lembut dengan spatel lidah. Perhatikan struktur arkus anterior dan posterior, tonsil, dinding dorsal faring. Deskripsikan kelainan-kelainan yang tampak . Dengan menggunakan sarung tangan lakukan palpasi pada daerah mukosa bukkal, dasar lidah dan daerah palatum untuk menilai adanya kelainan-kelainan dalam rongga mulut. 2. Pemeriksaan Laringoskop Indirek Sambil membuka mulut, instruksikan penderita untuk menjulurkan lidah sejauh mungkin ke depan . Setelah dibalut dengan kasa steril lidah kemudian difiksasi diantara ibu jari dan jari tengah . Pasien diinstruksikan untuk bernafas secara normal. Kemudian masukkan cermin laring yang sesuai yang sebelumnya telah dilidah apikan ke dalam orofaring . Arahkan cermin laring ke daerah hipofaring sedemikian rupa hingga tampak struktur di daerah hipofaring yaitu : epiglottis, valekula, fossa piriformis, plika ariepiglotikka, aritaenoid, plika ventrikularis dan plika vocalis. Penilaian mobilitas plika vocalis dengan menyuruh penderita mengucapkan huruf ’i’ berulang kali. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 15 Untuk Mahasiswa DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN FISIS TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK Petunjuk : Berilah nilai pada kotak yang sesuai. Nilai 0 bila tidak dilakukan, nilai 1 bila dilakukan tapi belum memuaskan dan nilai 2 bila memuaskan NO ASPEK YANG DINILAI 1 Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan 2 Menyiapkan alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan 3 Mengatur posisi duduk dengan pasien 4 Mengatur posisi lampu kepala di kepala 5 Mengatur fokus cahaya lampu kepala A. PEMERIKSAAN TELINGA Inspeksi 6 Tampak memperhatikan keadaan telinga luar Palpasi 7 Tampak menekan dengan jari telunjuk pada daerah depan dan belakang telinga untuk menilai adanya kelainan-kelainan pada telinga 8 Menarik aurikula untuk menilai ada tidaknya nyeri Otoskopi 9 Melakukan pemilihan spekulum telinga yang tepat 10 Memegang dan memposisikan daun telinga yang akan diperiksa 11 Mengarahkan sorotan lampu kepala ke dalam liang telinga 12 Menilai keadaan liang telinga 13 Memasukan spekulum telinga ke dalam liang telinga 14 Menilai keadaan gendang telinga 15 Mengeluarkan spekulum telinga dari dalam liang telinga B. PEMERIKSAAN HIDUNG DAN SINUS PARANASALIS Inspeksi 16 Mengatur fokus cahaya lampu kepala 17 Tampak memperhatikan keadaan hidung luar dan sekitarnya Palpasi 18 Tampak menekan dengan jari telunjuk tangan kanan pada daerah pangkal hidung, pipi, supra orbitalis dan daerah interkantus untuk menilai adanya kelainan-kelainan pada hidung dan sinus paranasalis Rinoskopi anterior 19 Melakukan pemilihan spekulum hidung yang tepat 20 Memegang dan memasukkan spekulum hidung ke dalam rongga hidung 21 Mengarahkan sorotan lampu kepala ke dalam rongga hidung 22 Menilai struktur di dalam rongga hidung 23 Melihat fenomena “palatum molle” 24 Mengeluarkan spekulum hidung dari rongga hidung Rinoskopi posterior 25 Melakukan pemilihan cermin nasofaring yang tepat 26 Menyuruh penderita membuka mulut 27 Melakukan penekanan lidah dengan spatel lidah 28 Melidah apikan cermin nasofaring sebelum dimasukkan ke dalam orofaring 29 Memposisikan cermin nasofaring di dalam orofaring 30 Menilai struktur di dalam nasofaring 0 SKOR 1 Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 2 16 Untuk Mahasiswa 31 Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke tempat semula C. PEMERIKSAAN FARING DAN LARING Inspeksi 32 Mengatur fokus cahaya lampu kepala 33 Penderita diinstruksikan membuka mulut 34 Lakukan penekanan lidah dengan spatel lidah 35 Tampak memperhatikan keadaan cavum oris sampai orofaring Laringoskopi indirek 36 Melakukan pemilihan cermin laring yang tepat 37 Instruksikan penderita untuk membuka mulut dan menjulurkan lidah sejauh mungkin 38 Pegang lidah dengan kasa steril . Pasien diinstruksikan untuk bernafas secara normal 39 Masukkan cermin laring yang telah dilidah apikan ke dalam orofaring . 40 Posisikan cermin laring sedemikian rupa hingga tampak struktur di daerah hipofaring 41 Menilai mobilitas plika vocalis dengan menyuruh penderita mengucapkan huruf i berulang kali 42 Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke tempat semula Mencatat hasil pemeriksaan fisis THT dan interpretasinya 43 Keterangan : 0 : Tidak dilakukan ; 1: dilakukan tetapi kurang benar; 2: dilakukan dengan benar INSTRUKTUR Nilai = ------------------- X 100% = 86 % ( Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 ) 17 Untuk Mahasiswa STATION 3: EKSTRAKSI CERUMEN DAN GARPUTALA Ekstraksi Cerumen Serumen adalah sekret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang telinga. Ada dua tipe dasar, yaitu ”basah” dan ”kering”. Pola pewarisannya bersifat autosomal (Matsunaga,1962), diman atipe basah bersifat dominan. Serumen diketahui memiliki fungsi proteksi. Dapat berfungsi sebagai sarana pengangkut debris epitel kontaminan untuk dikeluarkan dari membrana timpani. Serumen juga berfungsi sebaga pelumas, dapat mencegah kekeringan, dan pembentukan fisura pada epidermis. Penelitian menunjukkan bahwa serumen basah maupun kering memiliki efek bakterisidal yang sama. Efek penghambat atau baktrisidal diduga berasal dari komponen asam lemak, lisozim, dan immunoglobulin dalam serumen. Kumpulan serumen yang berlebih bukanlah suatu penyakit. Sebagian orang menghasilkan banyak serumen seperti halnya sebagian orang lebih banyak berkeringat dibanding yang lain. Pada sebagian orang, serumen dapat mengeras dan membentuk sumbat yang padat. Pada orang lain, sejumlah besar serumen dengan konsistensi seperti mentega dapat menyumbat liang telinga. Pasien mungkin merasakan telinganya tersumbat atau tertekan. Bila suatu sumbat serumen yang padat menjadi lembab, misalnya setelah mandi, maka sumbat tersebut dapat mengembang dan menyebabkan gangguan pendengaran sementara. Pada orang tua, serumen cenderung lebih kering oleh karena atrofi fisiologis dari kelenjar apokrin yang diikuti berkurangnya komponen keringat dari serumen. Lagipula khususnya pada orang tua, sumbatan liang telinga mungkin tidak hanya karena serumen namun karena tumbukan debris epitel. Karena bagian tersempit dari liang telinga terletak di tengah, pemakaian lidi kapas dapat mendorong serumen ke ismus yang sempit dn menempel pada membran timpani, sehingga akan sukar dan sakit bila dikeluarkan. Beberapa metode tersedia untuk mengangkat serumen. Serumen biasanya diangkat dengan sebuah kuret di bawah pengamatan (inspeksi) langsung. Perlu ditekankan di sini pentingnya pengamatan dan paparan yang memadai. Umumnya Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 18 Untuk Mahasiswa kedua faktor tersebut paling baik dicapai dengan penerangan cermin kepala dan suatu spekulum sederhana. Irigasi dengan air menggunakan spoeit logam khusus juga sering dilakukan. Irigasi dilakukan dengan cara menarik aurikula ke arah atas belakang untuk meluruskan liang telinga, kemudian air dengan suhu tubuh dialirkan dengan arah posterosuperior agar dapat lewat di antara massa serumen dengan dinding belakang liang telinga. Namun pada sejumlah kasus, meskipun irigasi telah dilakukan beberapa kali, pasien masih saja mengeluhkan telinga yang tersumbat dan pada pemeriksaan masih terdapat sumbatan yang besar. Pada kasus demikian, kadangkadang dilakukan pengisapan. Forsep aligator tipe Hartmann juga brguna pad asumbat yang keras. Dalam melakukan irigasi perlu berhati-hati agar tidak merusak membran timpani. Jika tidak dapat memastikan keutuhan membran timpani, sebaiknya irigasi tidak dilakukan. Adakalanya pasien dipulangkan dan diinstruksikan memakai tetes telinga untuk waktu singkat. Tetes telinga yang dapat digunakan antara lain minyak mineral, hidrogen peroksida, Debrox dan Cerumenex. Pemakaian preparat komersial untuk jangka panjang atau yang tidak tepat dapat menimbulkan iritasi kulit atau bahkan dermatitits kontak. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 19 Untuk Mahasiswa PENUNTUN BELAJAR KETERAMPILAN EKSTRAKSI SERUMEN (digunakan oleh Peserta) Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: 0. Tidak dilakukan: langkah-langkah tidak dilakukan 1. Kurang sempurna: Langkah-langkah dilakukan dengan benar tetapi tidak sesuai dengan urutannya dan tidak efisisen 2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien. TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan keadaan. NO. LANGKAH / KEGIATAN A. PENGANTAR 1. Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan kepada penderita, juga bahwa pemeriksaan ini kadang – kadang menimbulkan perasaan khawatir atau tidak enak tetapi tidak akan membahyakan penderita. 2. Atur posisi duduk penderita 3. Pasang lampu kepala 4. Atur fokus lampu kepala 5. Menarik aurikula ke arah posterior superior lateral dengan tangan kiri. 6. Tangan kanan memegang alat ekstraksi yang sesuai dengan konsistensi serume 7. Lakukan ekstraksi serumen : a. Bila serumen cair : gunakan aplikator kapas. - ambil kapas secukupnya, letakkan di ujung jari telunjuk. - Letakkan apliaktor di atas kapas kira-kira 1/3 bagian bawah kapas - Kapas dilipat 2 samap membungkus aplikator - Jepit kapas dengan ujung jari telunjuk dan ibu jari, sambil aplikator di putar ke arah jarum jam. Ujung aplikator harus terbungkus erat dengan kapas. - Lakukan pengecekan apakah ujung aplikator yang tajam tidak melampaui ujung kapas. - Lakukan pengecekan apakah ujung aplikator yang tajam tidak melampaui ujung kapas - Lewatkan aplikator kapas di api bunsen. - Bersihkan serumen dengan memasukkan aplikator ke liang telinga kira-kira 1 ½ cm – 2 cm, sampai bersih b. Bila serumen lunak, gunakan serumen spoon : - Serumen spoon dimasukkan dari arah superior dengan posisi spoon menghadap ke bawah. - Serumen ditarik dari dalam ke luar sampai bersih. 0 KASUS 1 2 Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 20 Untuk Mahasiswa - Cek kembali bila masih ada yang tersisa dilakukan pembersihan kembali dengan menggunakan aplikator kapas. c. Bila serumen keras (bila memungkinkan) : gunakan serumen hook - Masukan hook secara melintang di antara serumen dengan meatus dari arah posterior - Setelah kira-kira hook melewati serumen 1-2 mm, alat hook di putar sehingga serumen keluar dari liang telinga - Evaluasi liang tulinya apakah ada tanda-tanda peradangan atau tidak. Bila ada beri tampon burowi. Bila tidak bersihkan kembali dengan aplikator kapas. d. Bila serumen keras tidak memungkinkan diekstraksi : - Tetesi serumen dengan pelunak serumen (karbogliserin/waxel) selama 2 – 3 hari hingga kotoran lunak. - Setelah lunak, serumen dikeluarkan dengan cara di bilas (spooling) air hangat (sesuai suhu tubuh) Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 21 Untuk Mahasiswa DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN EKSTRAKSI SERUMEN Petunjuk : Berilah nilai pada kotak yang sesuai. Nilai 0 bila tidak dilakukan, nilai 1 bila dilakukan tapi belum memuaskan dan nilai 2 bila memuaskan NO 1 2 3 4 5 ASPEK YANG DINILAI Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan Mengatur posisi duduk penderita Memasang lampu kepala Menilai liang telinga dan konsistensi serumen Menyiapkan dan memilih alat yang sesuai dengan konsistensi serumen 6 Memegang alat ekstraksi 7 Melakukan ekstraksi serumen 8 Mengecek kembali keadaan liang telinga Jumlah 0 SKOR 1 2 # kritikal poin: menarik aurikula ke supero postero lateral Keterangan : 0 : Tidak dilakukan ; 1: dilakukan tetapi kurang benar; Nilai = ------------------- X 100% = 16 % 2: dilakukan dengan benar Tanda Tangan Instruktur ( Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 ) 22 Untuk Mahasiswa Tes Fungsi Pendengaran dengan Garputala Ada beberapa tes yang dapat digunakan dalam menilai fungsi pendengaran. Salah satu tes yang biasa digunakan di Klinik adalah Tes Bisik dan Tes Garpu Tala. Tes ini selain mudah dilakukan, tidak rumit , cepat, alat yang dibutuhkan sederhana juga memberikan informasi yang terpercaya mengenai kualitas dan kuantitas ketulian. 1. Tes Suara Bisik Test ini amat penting bagi dokter umum terutama yang bertugas di puskesmaspuskesmas, dimana peralatan masih sangat terbatas untuk keperluan test pendengaran. Persyaratan yang perlu diingat dalam melakukan test ini ialah : a. Ruangan Test. Salah satu sisi atau sudut menyudut ruangan harus ada jarak sebesar 6 meter. Ruangan harus bebas dari kebisingan. Untuk menghindari gema diruangan dapat ditaruh kayu di dalamnya. b. Pemeriksa. Sebagai sumber bunyi harus mengucapkan kata-kata dengan menggunakan ucapan kata-kata sesudah expirasi normal. Kata-kata yang dibisikkan terdiri dari 2 suku kata (bisyllabic) yang terdiri dari kata-kata sehari-hari. Setiap suku kata diucapkan dengan tekanan yang sama dan antara dua suku kata bisyllabic “Gajah Mada P.B.List” karena telah ditera keseimbangan phonemnya untuk bahasa Indonesia. c. Penderita. Telinga yang akan di test dihadapkan kepada pemeriksa dan telinga yang tidak sedang ditest harus ditutup dengan kapas atau oleh tangan si penderita sendiri. Penderita tidak boleh melihat gerakan mulut pemeriksa. Cara pemeriksaan Sebelum melakukan pemeriksaan penderita harus diberi instruksi yang jelas misalnya anda akan dibisiki kata-kata dan setiap kata yang didengar harus diulangi dengan suara keras. Kemudian dilakukan test sebagai berikut : a. Mula-mula penderita pada jarak 6 meter dibisiki beberapa kata bisyllabic. Bila tidak menyahut pemeriksa maju 1 meter (5 meter dari penderita) dan test ini dimulai lagi. Bila masih belum menyahut pemeriksa maju 1 meter, dan demikian seterusnya sampai penderita dapat mengulangi 8 kata-kata dari 10 kata-kata yang dibisikkan. Jarak dimana penderita dapat menyahut 8 dari 10 kata diucapkan di sebut jarak pendengaran. b. Cara pemeriksaan yang sama dilakukan untuk telinga yang lain sampai ditemukan satu jarak pendengaran. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 23 Untuk Mahasiswa Evaluasi test. a. b. c. d. e. 6 meter 5 meter 4 meter 3 – 2 meter 1 meter atau kurang - normal - dalam batas normal - tuli ringan - tuli sedang - tuli berat Dengan test suara bisik ini dapat dipergunakan untuk memeriksa secara kasar derajat ketulian (kuantitas). Bila sudah berpengalaman test suara bisik dapat pula secara kasar memeriksa type ketulian misalnya: a. Tuli konduktif sukar mendengar huruf lunak seperti n, m, w (meja dikatakan becak, gajah dikatakan kaca dan lain-lain). b. Tuli sensori neural sukar mendengar huruf tajam yang umumnya berfrekwensi tinggi seperti s, sy, c dan lain-lain (cicak dikatakan tidak, kaca dikatakan gajah dan lain-lain). 2. Tes Garpu Tala Test ini menggunakan seperangkat garpu tala yang terdiri dari 5 garpu tala dari nada c dengan frekwensi 2048 Hz,1024 Hz, 512Hz,256 Hz dan 128 Hz. Keuntungan test garpu tala ialah dapat diperoleh dengan cepat gambaran keadaan pendengaran penderita. Kekurangannya ialah tidak dapat ditentukan besarnya intensitas bunyi karena tergantung cara menyentuhkan garpu tala yaitu makin keras sentuhan garpu tala makin keras pula intensitas yang didengar. Sentuhan garpu tala harus lunak tetapi masih dapat didengar oleh telinga normal. Di poliklinik dapat dilakukan empat macam test garpu tala, yaitu : a. Tes garis pendengaran Tujuan test ini adalah untuk mengetahui batas bawah dan batas atas ambang pendengaran. Telinga kanan dan kiri diperiksa secara terpisah. Cara pemeriksaan Semua garpu tala satu demi satu disentuh secara lunak dan diletakkan kirakira 2,5 cm di depan telinga penderita dengan kedua kakinya berada pada garis penghubung meatus acusticus externus kanan dan kiri. Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan bila mendengarkan bunyi.Bila penderita mendengar, diberi tanda (+) pada frekwensi yang bersangkutan Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 24 Untuk Mahasiswa dan bila tidak mendengar diberi tanda (-) pada frekwensi yang bersangkutan. Contoh hasil pemeriksaan Garis Pendengaran : Frekuensi Kanan Kiri 2.048 - + 1.024 - + 512 - + 256 - - 128 + - Telinga kanan tidak mendengar frekwensi 2. 048 Hz dan 1. 024Hz sedang frekwensi-frekwensi lain dapat didengar, telinga kiri tidak mendengar frekwensi 128 Hz dan 256 Hz, sedangkan frekwensi-frekwensi lain dapat didengar. Evaluasi test garis pendengaran. Pada contoh di atas telinga kanan batas atasnya menurun berarti telinga kanan menderita tuli sensorineural. Pada telinga kiri batas bawahnya meningkat berarti telinga kiri menderita tuli konduktif. b. Tes Weber Prinsip test ini adalah membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan. Telinga normal hantaran tulang kiri dan kanan akan sama. a. Cara pemeriksaan. Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz yang telah disentuh diletakkan pangkalnya pada dahi atau vertex. Penderita ditanyakan apakah mendengar atau tidak. Bila mendengar langsung ditanyakan di telinga mana didengar lebih keras. Bila terdengar lebih keras di kanan disebut lateralisasi ke kanan. W b. Evaluasi Tes Weber. Bila terjadi lateralisasi ke kanan maka ada beberapa kemungkinan 1. Telinga kanan tuli konduktif, kiri normal 2. Telinga kanan tuli konduktif, kiri tuli sensory neural Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 25 Untuk Mahasiswa 3. Telinga kanan normal, kiri tuli sensory neural 4. Kedua telinga tuli konduktif, kanan lebih berat 5. Kedua telinga tuli sensory neural, kiri lebih berat Dengan kata lain test weber tidak dapat berdiri sendiri oleh karena tidak dapat menegakkan diagnosa secara pasti. c. Tes Rinne Prinsip tes ini adalah membandingkan hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga. Pada telinga normal hantaran udara lebih panjang dari hantaran tulang. Juga pada tuli sensorneural hantaran udara lebih panjang daripada hantaran tulang. Dilain pihak pada tuli konduktif hantaran tulang lebih panjang daripada hantaran udara. a. Cara pemeriksaan. Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz disentuh secara lunak pada tangan dan pangkalnya diletakkan pada planum mastoideum dari telinga yang akan diperiksa. Kepada penderita ditanyakan apakah mendengar dan sekaligus di instruksikan agar mengangkat tangan bila sudah tidak mendengar. Bila penderita mengangkat tangan garpu tala dipindahkan hingga ujung bergetar berada kira-kira 3 cm di depan meatus akustikus eksternus dari telinga yang diperiksa. Bila penderita masih mendengar dikatakan Rinne (+). Bila tidak mendengar dikatakan Rinne (-) b. Evaluasi test rinne. Rinne positif berarti normal atau tuli sensorineural. Rinne negatif berarti tuli konduktif. c. Rinne Negatif Palsu. Dalam melakukan test rinne harus selalu hati-hati dengan apa yang dikatakan Rinne negatif palsu. Hal ini terjadi pada tuli sensorineural yang unilateral dan berat. Pada waktu meletakkan garpu tala di Planum mastoideum getarannya di tangkap oleh telinga yang baik dan tidak di test (cross hearing). Kemudian setelah garpu tala diletakkan di depan meatus acusticus externus getaran tidak terdengar lagi sehingga dikatakan Rinne negatif + R - Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 26 Untuk Mahasiswa d. Test Schwabach Prinsip tes ini adalah membandingkan hantaran tulang dari penderita dengan hantaran tulang pemeriksa dengan catatan bahwa telinga pemeriksa harus normal. Cara pemeriksaan Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz yang telah disentuh secara lunak diletakkan pangkalnya pada planum mastoiedum penderita. Kemudian kepada penderita ditanyakan apakah mendengar, sesudah itu sekaligus diinstruksikan agar mengangkat tangannya bila sudah tidak mendengar dengungan. Bila penderita mengangkat tangan garpu tala segera dipindahkan ke planum mastoideum pemeriksa. Ada 2 kemungkinan pemeriksa masih mendengar dikatakan schwabach memendek atau pemeriksa sudah tidak mendengar lagi. Bila pemeriksa tidak mendengar harus dilakukan cross yaitu garputala mula-mula diletakkan pada planum mastoideum pemeriksa kemudian bila sudah tidak mendengar lagi garpu tala segera dipindahkan ke planum mastoideum penderita dan ditanyakan apakah penderita mendengar dengungan. Bila penderita tidak mendengar lagi dikatakan schwabach normal dan bila masih mendengar dikatakan schwabach memanjang. Evaluasi test schwabach 1. Schwabach memendek berarti pemeriksa masih mendengar dengungan dan keadaan ini ditemukan pada tuli sensory neural 2. Schwabach memanjang berarti penderita masih mendengar dengungan dan keadaan ini ditemukan pada tuli konduktif 3. Schwabach normal berarti pemeriksa dan penderita sama-sama tidak mendengar dengungan. Karena telinga pemeriksa normal berarti telinga penderita normal juga. S Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 27 Untuk Mahasiswa PENUNTUN BELAJAR PEMERIKSAAN PENDENGARAN (digunakan oleh Peserta) Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: 0. Tidak dilakukan: langkah-langkah tidak dilakukan 1. Kurang sempurna: Langkah-langkah dilakukan dengan benar tetapi tidak sesuai dengan urutannya dan tidak efisisen 2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan dan efisien. TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan keadaan. NO. LANGKAH / KEGIATAN A. TES BISIK 1. Terangkan cara dan tujuan pemeriksaan Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pemeriksaan Atur posisi duduk dengan pasien Dengan menggunakan sisa udara ekspirasi pemeriksa membisikkan beberapa kata bisyllabic pada jarak 6 meter Bila tidak menyahut pemeriksa maju 1 meter (5 meter dari penderita) dan test ini dimulai lagi. Bila masih belum menyahut pemeriksa maju 1 meter, dan demikian seterusnya sampai penderita dapat mengulangi 8 kata-kata dari 10 kata-kata yang dibisikkan 3. Catat hasil yang diperoleh dan interpretasinya B. TES GARPU TALA 1. Terangkan cara dan tujuan pemeriksaan 2. Persiapkan alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan Atur posisi duduk dengan pasien C. GARIS PENDENGARAN 1. Getarkan garpu dengan lembut, kemudian posisikan kirakira 2,5 – 3 cm di depan telinga penderita 2. Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan bila mendengar bunyi dari garputala 3. Lakukan mulai dari garputala frekwensi rendah sampai tinggi 4. Tes dilakukan pada kedua teling 5. Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan 0 KASUS 1 2 0 1 2 0 1 2 2. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 28 Untuk Mahasiswa D. TES RINNE 1. Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan lembut 2. Letakkan pada planum mastoid 3. Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan bila sudah tidak mendengar bunyi dari garputala atau sebaliknya 4. Pindahkan garputala ke depan telinga yang sedang diperiksa bila penderita sudah tidak mendengar 5. Tes dilakukan pada kedua telinga 6. Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan E. TES WEBER 1. Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan lembut 2. Letakkan pada dahi atau vertex 3. Penderita diinstruksikan untuk menyebutkan telinga mana yang lebih jelas mendengar bunyi 4. Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan F. TES SCHWABACH 1. Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan lembut 2. Letakkan pada planum mast oid 3. Penderita diinstruksikan untuk mengangkat tangan bila sudah tidak mendengar bunyi dari garpu tala atau sebaliknya 4. Pindahkan garpu tala ke planum mastoid pemeriksa bila penderita sudah tidak mendengar 5. Tes dilakukan pada kedua telinga 6. Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan 0 1 2 0 1 2 0 1 2 Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 29 Untuk Mahasiswa DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN GARPU TALA Petunjuk : Berilah nilai pada kotak yang sesuai. Nilai 0 bila tidak dilakukan, nilai 1 bila dilakukan tapi belum memuaskan dan nilai 2 bila memuaskan SKOR NO ASPEK YANG DINILAI 0 1 2 1 Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan A. PEMERIKSAAN GARIS PENDENGARAN 2 Instruksi penderita untuk mengangkat tangan bila mendengar bunyi garpu tala . 3 Getarkan garpu dengan lembut, kemudian posisikan kira-kira 2,5 – 3 cm di depan telinga penderita 4 Lakukan mulai dari gapu tala frekwensi rendah sampai tinggi 5 Tes dilakukan pada kedua telinga 6 Catat dan interpretasikan hasil yang diperoleh B. TES RINNE 7 Instruksi penderita untuk mengangkat tangan bila sudah tidak mendengar bunyi garpu tala 8 Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan lembut dan letakkan pada planum mastoid. 9 Pindahkan garpu tala ke depan telinga yang sedang diperiksa bila penderita sudah tidak mendengar 10 Tes dilakukan pada kedua telinga 11 Catat dan interpretasikan hasil yang diperoleh C. TES WEBER 12 Penderita diinstruksikan untuk menyebutkan telinga mana yang lebih jelas bila mendengar bunyi dari garpu tala 13 Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan lembut dan letakkan pada dahi atau vertex 14 Catat dan interpretasikan hasil yang diperoleh D. TES SCHWABAH 15 Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan lembut dan diletakkan pada planum mastoid penderita. 16 Instruksi penderita untuk mengangkat tangan bila sudah tidak mendengar bunyi garpu tala 17 Pindahkan garpu tala ke planum mastoid pemeriksa bila penderita sudah tidak mendengar 18 Pemeriksaan diulangi dengan membunyikan garpu tala di planum mastoid pemeriksa terlebih dahulu 19 Tes dilakukan pada kedua telinga 20 Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan JUMLAH Keterangan : 0 : Tidak dilakukan ; 1: dilakukan tetapi kurang benar; 2: dilakukan dengan benar Nilai = ------------------- X 100% = 40 % Tanda Tangan Instruktur ( Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 ) 30 Untuk Mahasiswa STATION 4: TES PENGHIDU DAN TES PENGECAPAN Tes Fungsi Penghidu Pemeriksaan ini: - Sangat baik untuk skrining - Penderita diinstruksikan untuk mengendus bau dari beberapa bahan yang disediakan (kopi, teh, atau tembakau) dengan mata tertutup. - Bahan tes didekatkan perlahan-lahan ke hidung penderita. Dimulai kira-kira 20 – 30 cm dari mid sternum. - Normosmik : dapat menghidu dari jarak > 10 cm - Hiposmik : 0 – 10 cm ( 1, 2, 3 dan 4 cmm : berat ) Anosmik : tidak dapat mencium sama sekali Tes Fungsi Pengecapan Sensibilitas lidah sebagai fungsi pengecapan secara sederhana dapat diperiksa dengan meletakkan substansi bahan tes yang dilarutkan dalam air pada tempat-tempat tertentu di lidah. Bahan tes yang dianjurkan adalah gula pasir untuk rasa manis, garam untuk rasa asin, jeruk untuk rasa asam dan kina untuk rasa pahit. Penderita diinstruksikan menjulurkan lidah sementara hidung ditutup. Untuk rasa manis letakkan pada ujung lidah, rasa asam pada kedua tepi lidah, rasa asin pada ujung dan tepi lidah, rasa pahit pada belakang lidah. Tes dilakukan satu persatu kemudian di catat berapa waktu yang dibutuhkan pada saat meletakkan bahan tes sampai terjadi sensasi, catat sensasi yang dirasakan oleh penderita. Sebaiknya penderita disuruh berkumur-kumur setiap selesai satu tes sebelum dilanjutkan ke tes berikutnya. Nilai normal diperoleh bila penderita dapat merasakan sensasi rasa manis 50 detik setelah diletakkan dan mencapai puncaknya dalam waktu 2 menit. Untuk sensasi rasa asin sensasi dirasakan pada saat substansi diletakkan dan menurun dalam waktu 2 menit. Untuk sensasi asam dan pahit nilai normal didapatkan bila penderita merasakan sensasi tersebut dalam 2 menit. Dikatakan Hipogeusia bila sensasi dirasakan setelah 2 menit dan Ageusia bila penderita tidak merasakan apa-apa. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 31 Untuk Mahasiswa PENUNTUN BELAJAR PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN, PENGHIDU, DAN PENGECAPAN (digunakan oleh Peserta) Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: 1. Tidak dilakukan: langkah-langkah tidak dilakukan 2. Kurang sempurna: Langkah-langkah dilakukan dengan benar tetapi tidak sesuai dengan urutannya dan tidak efisisen 3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien. TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan keadaan. NO. B. TES PENGHIDU LANGKAH / KEGIATAN 1 1. Terangkan cara dan tujuan pemeriksaan 2. 3. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pemeriksaan Atur posisi duduk dengan pasien 4. Penderita diinstruksikan untuk menutup mata dan lubang KASUS 2 3 hidung yang tidak akan di tes 5. Letakkan bahan tes (kapas alkohol) di depan mid sternum, kira-kira 20-30 cm dari lubang hidung yang akan diperiksa 7. Perlahan-lahan gerakkan bahan tes dari bawah ke atas menuju lubang hidung yang akan diperiksa Tanyakan kepada penderita apa sudah mencium bau 8. Catat hasil dan interpretasi 6. C. TES PENGECAPAN 1 1. Terangkan cara dan tujuan pemeriksaan 2. Persiapkan alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan Atur posisi duduk dengan pasien Penderita diinstruksikan menjulurkan lidah sementara hidung ditutup. Letakkan bahan tes sebagai berikut : untuk rasa manis letakkan pada ujung lidah, rasa asam pada kedua tepi lidah, rasa asin pada ujung dan tepi lidah, rasa pahit 3. 4. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 2 3 32 Untuk Mahasiswa 5. pada belakang lidah. Catat waktu yang dibutuhkan pada saat meletakkan bahan tes sampai terjadi sensasi, catat sensasi yang dirasakan oleh penderita 6. 7. Penderita disuruh berkumur-kumur setiap selesai satu tes sebelum dilanjutkan ke tes berikutnya Mencatat hasil yang diperoleh kemudian diinterpretasikan. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 33 Untuk Mahasiswa DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN FUNGSI PENGHIDU SKOR NO ASPEK YANG DINILAI 0 1 2 TES PENGHIDU 1 Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan 2 Mempersiapkan bahan tes 3 Memastikan tidak ada gangguan di hidung 4 Penderita diinstruksikan untuk menutup mata dan lubang hidung yang tidak akan di tes. 5 Letakkan bahan tes di depan mid sternum, kira-kira 20-30 cm dari lubang hidung yang akan diperiksa. 6 Perlahan-lahan gerakkan bahan tes dari bawah ke atas menuju lubang hidung yang akan diperiksa 7 Instruksikan penderita mengangkat tangan bila menghidu bahan tes 8 Catat hasil dan interpretasikan JUMLAH Keterangan : 0: Tidak dilakukan ; 1: dilakukan tetapi kurang benar; Nilai = ------------------- X 100% = 16 2: dilakukan dengan benar Tanda Tangan Instruktur % ( Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 ) 34 Untuk Mahasiswa DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN PENGECAPAN Petunjuk : Berilah nilai pada kotak yang sesuai. Nilai 0 bila tidak dilakukan, nilai 1 bila dilakukan tapi belum memuaskan dan nilai 2 bila memuaskan SKOR NO ASPEK YANG DINILAI 0 1 2 TES PENGECAPAN 1 Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan 2 Penderita diinstruksikan menutup mata, menjulurkan lidah sementara hidung ditutup. 3 Letakkan bahan tes sebagai berikut : untuk rasa manis letakkan pada ujung lidah, rasa asam pada kedua tepi lidah, rasa asin pada ujung dan tepi lidah, rasa pahit pada belakang lidah. 4 Instruksikan penderita mengangkat tangan bila dapat merasakan sensasi bahan tes 5 Catat waktu yang dibutuhkan pada saat meletakkan bahan tes sampai terjadi sensasi. 6 Penderita disuruh berkumur-kumur setiap selesai melakukan satu tes sebelum dilanjutkan ke tes berikutnya 7 Catat hasil tes dan interpretasikan JUMLAH Keterangan : 0. : Tidak dilakukan ; 1: dilakukan tetapi kurang benar; 2: dilakukan dengan benar Nilai = ------------------- X 100% = 14 % Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 35 Untuk Mahasiswa STATION 5: PEMERIKSAAN MATA SEDERHANA . Pengertian Pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata melipuiti beberpa prosedur dengan tujuan dapat menegakkan diagnosis yang benar. Pemeriksaan meliputi anamnesis, pemeriksaan tajam penglihatan, pemeriksaan segmen depan bola mata yang meliputi pemeriksaan palpebra, silia, kornea, konjungtiva, bilik mata depan, iris, pupil, lensa dan vitreus anterior. Pemeriksaan segmen belakang bola mata meliputi pemeriksaan vitreus posterior, retina, dan papil saraf optik. Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan cara palpasi dan dengan menggunakan tonometer Schiotz, pemeriksaan pergerakan bola mata dilakukan untuk menilai fungsi ke enam otot pengereak bola mata yaitu otot rektus superior, medial, inferior, lateral, otot oblikus superior dan oblikus inferior. Pemeriksaan lapang pandangan dilakukan dengan cara konfrontasi. Tujuan Instruksional Umum Diharapkan sesudah melakukan kegiatan ketrampilan klinik mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan mata sederhana Tujuan Instruksional Khusus Diharapkan sesudah melakukan kegiatan ketrampilan klinik mahasiswa 1. Melakukan anamnesis lengkap pada penderita dengan kelainan mata. 2. Melakukan pemeriksaan visus. 3. Melakukan pemeriksaan segmen anterior 4. Melakukan pemeriksaan segmen posterior 5. Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata 6. Metakukan pemeriksaan otot ekstra okuler 7. Melakukan pemeriksaan lapang pandangan sederhana. Media dan alat bantu pembelajaran 1. Penuntun belajar untuk anamnesis dan pemeriksaan fisik dalam ilmu penyakit mata. 2. Alat audiovisual yang memperlihatkan tata cara melakukan anamnesis dan pemeriksaan klinik. 3. Optotip Snellen, set lensa coba, senter, tonometer Schiotz, oftalmoskop direk, mistar. 4. tetes mata pantocain 0,5%, tetes mata antibioti, tetes mata mydriatil. 5. Kertas, pensil, pena, dan lembaran status penderita. Metode pembelajaran melalui demonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 36 Untuk Mahasiswa PENUNTUN BELAJAR PEMERIKSAAN MATA (digunakan oleh Peserta) Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: 1. Perlu perbaikan: langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan. 2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya, tetapi tidak efisisen 3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien. TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan keadaan. NO. LANGKAH KEGIATAN I. MELAKUKAN ANAMNESIS LENGKAP PADA PENDERITA DENGAN KELAINAN MATA 1. Beri salam/ memperkenalkan diri dengan cara yang sopan. 2. Atur posisi duduk penderita. 3. Tanyakan identitias penderita 4. Tanyakan keluhan utama 5. Tanyakan lebih detil hal yang berhubungan dengan keluhan utama al., lamanya, serta gejala penyerta bila ada. 6. Tanyakan kelainan mata yang pernah diderita. 7. Tanyakan riwayat penyakit yang lain. 8. Tanyakan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga/ lingkungan II. MELAKUKAN PERSIAPAN UNTUK PEMERIKSAAN VISUS YANG BAIK 1. Mintalah penderita duduk pada jarak 5/6 m dari optotipe Snellen 2. Minta penderita untuk menutup satu matanya tanpa menekan bola mata 3. Minta penderita untuk melihat ke depan dengan santai tanpa melirik dan mengerutkan kelopak mata 4. Minta penderita untuk menyebut angka/ simbol yang ditunjuk 5. Tunjuk angka/ simbol pada optotip Snellen dan atas ke bawah. 6. Tentukan visus penderita sesuai dengan hasil pemeriksaan dan tulis hasis visus KASUS 1 2 3 1 2 3 Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 37 Untuk Mahasiswa III. MELAKUKAN PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR BOLA MATA/ILUMINASI OBLIQ 1. Pemeriksa duduk di depan penderita pada jarak jangkauan tangan 2. Ruangan dibuat setengah gelap 3. Gunakan senter yang diarahkan ke mata pendertia dengan posisi senter 45-60o dari temporal mata yang akan diperiksa, dimulai pada mata kanan. 4. Lakukan pemeriksaan segmen anterior bola mata dimulai dari kelopak mata, lebar fisura palpebra, posisi bola mata. 5. Lakukan pemeriksaan bulu mata atas dan bawa, konjungtiva palpebra superior dan inferior, konjungtiva bulbi, kornea, kamera okuli anterior, iris, lensa dan vitreus anterior 6. Periksalah pupil refleks direk dan indirek IV. MELAKUKAN PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA DENGAN METODE PALPASI 1. Pemeriksa duduk berhadapan dengan penderita dengan jarark jangkauan tangan pemeriksa, (25 – 30 cm). 2. Mintalah penderita diminta untuk melirik ke bawah. 3. Mulailah pemeriksaan dari mata kanan. 4. Kedua jari telunjuk berada pada palpebra superior, Jari kelingking, tengan dan jari manis memfiksasi didaerah tulang sekitar orbita. 5. Jari telunjuk secara bergantian menekan bola mata melalui palpebra dan merasakan besarnya tekanan bola mata. 6. Besarnya tekanan dilambangkan dengan Tn, Tn-1, Tn-2, Tn+1, Tn+2, Tn+3. Prosedur yang sama dilakukan pula pada mata kiri V. MELAKUKAN PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA DENGAN CARA INDENTASI MENGGUNAKAN TONOMETER SCHIOTZ 1. Baringkan penderita di tempat tidur. 2. Teteskan pda kedua mata dengan tetes mata Pantocain 0,5% 3. Gunakan beban tonometer yang terendah, 5,5 gr. 4. Desinfeksi indentesi dengan alkohol 70%, biarkan samapi alkohol mengering. Saat mata kanan diperiksa perintahkan ibu jari tangan kiri menunjuk ke atas. Mata kanan yang diperiksa difiksasi pada ibu jari tangan kiri yang menunjuk ke atas tadi, demikian sebaliknya. 5. Letakkan tonometer dengan hati-hati pada kornea, selanjutnya baca skala yang ditunjukkan. 6. Konfersi ukuran dengan tabel yang tersedia. 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 38 Untuk Mahasiswa VI. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. MELAKUKAN PEMERIKSAAN SEGMEN POSTERIOR Persiapkan alat untuk pemeriksaan segmen posterior bola mata. Ruangan dibuat setengah gelap, penderita diminta melepas kacamata dan pupil di midriasis dengan tetes mata mydriatil Sesuaikanlah lensa oftalmoskop disesuaikan dengan ukuran kaca mata penderita Mata kanan pemeriksa memeriksa mata kanan penderita, mata kiri pemeriksa memeriksa mata kiri penderita. Mintalah penderita untuk melihat satu titik di belakang Arahkan ke pupil dari jarak 25-30 cm oftalmoskop untuk melihat refleks fundus dengan posisi/cara pegang yang benar Periksa secara perlahan maju mendekati penderita kurang lebih 5 cm. Sesuaikan fokus dengan mengatur ukuran lensa pada oftalmoskop. Amati secara sistematis struktur retina dimulai dari pupil N. optik, arteri dan vena retina sentral, area makula, dan retina perifer. Catalah hasil yang didapat dalam status penderita Persiapkan alat untuk pemeriksaan segmen posterior bola mata. Ruangan dibuat setengah gelap, penderita diminta melepas kacamata dan pupil di midriasis dengan tetes mata mydriatil. Lensa oftalmoskop disesuaikan dengan ukuran kaca mata penderita. Mata kanan pemeriksa memeriksa mata kana penderita, mata kiri pemeriksa memeriksa mata kiri penderita. Mintalah penderita untuk melihat satu titik di belakang mahasiswa, kemudian dari jarak 25-30 cm oftalmoskop diarahkan ke pupil untuk melihat refleks fundus dengan posisi/cara pegang yang benar. Maju secara perlahan mendekati penderita kurang lebih 5 cm. 1 2 3 Sesuaikan fokus dengan mengatur ukuran lensa pada oftalmoskop. Amati struktur retina secara sistematis dimulai dari papil N. optik, arteri dan vena retina sentral, area makula, dan retina perifer. Catatlah hasil yang didapat dalam status penderita Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 39 Untuk Mahasiswa VII. MELAKUKAN PEMERIKSAAN PERGERAKAN BOLA MATA 1. Pemeriksa duduk berhadapan dengan penderita dengan jarak jangkauan tangan (30-50 cm) 2. Jelaskan maksud pemeriksaan 3. Mintalah kepada pasien untuk memandang lurus ke depan. 4. Arahkan senter pada bola mata dan amati pantulan sinar pada kornea, kemudian gerakkan senter dengan menyerupai huruf H dan berhenti sejenak pada waktu senter berada di lateral dan lateral atas, dan lateran bawah (mengikuti six cardinal of gaze). 5. Posisi dan pasangan bola mata diamati selama senter digerakkan. 6. Gunakan jari mata penderita difiksasi kemudian diminta untuk mengikuti/ melihat ujung pensil yang digerakkan mendekat ke arah hidung pendenita. 7. Hasil interpretasi dicatat dalam status. VIII. MELAKUKAN PEMERIKSAAN LAPANG PANDANGAN DENGAN CARA KONFRONTASI: 1. Mintalah penderita untuk duduk berhadapan posisi bola mata antara penderita dan pemeriksa selaras dengan jarak 30 – 50 cm. 2. Terangkan maksud pemeriksaan dimulai dari mata kanan.Mata yang tidak diperiksa ditutup. 3. Tutuplah mata di sisi yang sama dengan mata penderita yang ditutup. 4. Difiksasi pada mata pasien yang tidak ditutup. 5. Mintalah penderita agar memberi respons bila melihat objek yang digerakkan pemeriksa di mana mata tetap terfiksasi dengan mata pemeriksa. 6. Gerakkan obyek dari perifer ke tengah dari arah superior, superior temporal, temporal, temporal inferior, inferior, inferior nasal, nasal, nasal superior 7. Catatlah hasil pemeriksaan dalam status penderita IX.KESIMPULAN HASIL PEMERIKSAAN 1. Tegakkan diagnosis kelainan mata yang ditemukan. 2. Tentukan diagnosis banding yang memungkinkan X. RENCANA PENATALAKSANAAN 1. Tetapkan terapi/tindakan yang akan diberikan. 2. Anjurkan pemeriksaan tambahan yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis yang tepat XI. PROGNOSIS 1. Tetapkan prognosis 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 40 Untuk Mahasiswa DAFTAR TILIK KETRAMPILAN PEMERIKSAAN MATA Petunjuk: Beri tanda (v) didalam kotak yang tersedia jika ketrampilan dilakukan dengan memuaskan, tanda (x) jika belum memuaskan atau (0) jika tidak dilakukan NO ASPEK YANG DINILAI NILAI 0 1 2 KETERAMPILAN ANAMNESIS 1. Perlihatkan sikap menerima 2. Persilahkan duduk 3. Perkenalkan diri 4. Menyebut nama pasien saat anamnesis 5. Gunakan bahasa verbal yang mudah dipahami 6. Tunjukkan empati 7. Tanyakan identitas lengkap dan data pribadi yang berkaitan dengan latar belakang. 8. Tanyakan keluhan utama dan meyakinkan keluhan tersebut merupakan keluhan utama 9. Tanyakan keluhan lain dalam satu sistem 10. Kumpulah informasi dan mencatatnya 11. Jadilah pendengar yang baik 12. Penampilan sopan dan ramah 13. Sampaikan hasil pemeriksaan ke pasien # 14. Sampaikan rencana kunjungan berikutnya/rencana penatalaksanaan# KETRAMPILAN PEMERIKSAAN VISUS DAN MELAKUKAN KOREKSI REFRAKSI 1. Jelaskan tujuan pemeriksaan 2. Berikan instruksi dengan sopan dan jelas 3. Menentukan visus awal dengan benar * 4. Simpulkan hasil pemeriksaan visus * 5. Catat hasil pemeriksaan * PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR BOLA MATA 1. Jelaskan tujuan pemeriksaan 2. Atur posisi duduk yang benar 3. Pegang senter dengan posisi yang benar 4. Periksa segmen depan bola mata dengan sistematis 5. Lakukan eversi kelopak mata 6. Simpukan hasil pemeriksaan segmen depan bola mata 7. Catat hasil pemeriksaan # : dilakukan setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik selesai 28 10 14 MELAKUKAN PEMERIKSAAN SEGMEN POSTERIOR BOLA MATA 1. Menjelakan tujuan pemeriksaan 2. Menjelakan akan memidriasiskan pupil penderita dan menjelaskan efek sampingnya. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 18 41 Untuk Mahasiswa 3. Menjelakan efek samping pemeriksaan yang akan dialami penderita 4. Memidriasis pupil pemderita 5. Mengatur posisi duduk yang benar 6. Mengatur dan memegang oftalmoskop dengan benar 7. Mengatur lensa oftalmoskop 8. Melakukan pemeriksaan dengan sistematis 9. Mencatat hasil pemeriksaan PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA DENGAN CARA PALPASI 1. .Jelaskan tujuan pemeriksaan 2. Minta penderita untuk melihat ke bawah 3. Atur posisi tangan dan jari dengan benar 4. Gerakkan telunjuk untuk menentukan tekanan bola mata 5. Iterpretasi hasil pemeriksaan 6. Catat hasil pemeriksaan PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA DENGAN CARA INDENTASI DENGAN TONOMETER SCHIOTZ 1. Jelaskan tujuan pemeriksaan 2. Minta dengan sopan penderita untuk berbaring ditempat tidur, posisi pemeriksa 3. Jelaskan efek topikal anatesi sebelum diteteskan * 4. Desinfeksi tonometer + kalibrasi * 5. Fiksasi bola mata penderita 6. Letakkan beban dengan hati-hati * 7. Bacalah skala 8. Konfersi dengan nilai dalam tabel 9. Catat hasil pemeriksaan MELAKUKAN PEMERIKSAAN PERGERAKAN BOLA MATA 1. Jelaskan tujuan pemeriksaan 2. Jelaskan intruksi pada penderita dengan jelas dan sopan 3. Atur posisi duduk dengan benar 4. Pegang obyek yang digunakan untuk memfiksasi bola mata dengan benar 5. Gerakkan bola mata dengan sistematis 6. Interpretasi hasil pemeriksaan 7. Catat hasil pemeriksaa MELAKUKAN PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG DENGAN CARA KONFRONTASI 1. Jelaskan tujuan pemeriksaan 2. Berikan instruksi dengan jelas dan sopan 3. Atur posisi duduk dengan benar dan jarak yang benar 4. Tutup bola mata penderita yang tidak diperiksa dengan tidak menimbulkan rasa sakit atau tertekan 5. Pegang obyek dengan benar dan posisi obyek tepat dengan jarak yang sama antara pemeriksa penderita 6. Interpretasi hasil pemeriksaan 7. Catat hasil pemeriksaan * : Critical Point Komentar/Ringkasan : Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 12 18 14 14 42 Untuk Mahasiswa STATION 6: PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fungsi sensorik: sensasi taktil dan nyeri superfisial Tujuan Instruksional Khusus Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa mampu: 1. Mempersiapkan alat dan pasien untuk pemeriksaan sensasi taktil; 2. Melaksanakan pemeriksaan sensasi taktil secara benar; 3. Mempersiapkan alat dan pasien untuk pemeriksaan sensasi superfisial; 4. Melaksanakan pemeriksaan sensasi superfisial secara benar; Persiapan Alat - Kuas Halus Kapas Bulu Tissu Tabung berisi air dingin Tabung berisi air panas Jarum tumpul Peniti Garpu Tala Frekwensi 128 Hz Garpu Tala Frekwensi 256 Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 43 Untuk Mahasiswa PENUNTUN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK 1. LANGKAH KLINIK PEMERIKSAAN SENSORIK A. PEMERIKSAAN SENSASI TAKTIL Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan 2. Memilih dengan benar alat yang akan digunakan 3. Memberikan rangsangan secara ringan tanpa memberi tekanan KASUS jaringan subkutan 4. Meminta penderita untuk menyatakan “YA” atau “TIDAK” pada setiap perangsangan 5. Meminta penderita untuk menyebutkan daerah yang dirangsang 6. Meminta penderita untuk membedakan dua titik yang dirangsang 1. B. SENSASI NYERI SUPERFISIAL Mata penderita tertutup 2. Pemeriksa terlebih dahulu mencoba jarum tadi terhadap dirinya sendiri 3 Tekanan terhadap kulit penderita seminiml mungkin, jangan sampai menimbulkan perlukaan. 4. Penderita jangan ditanya: apakah Anda merasakan ini atau apakah ini runcing? 5. Rangsangan terhadap kulit dikerjakan dengan ujung jarum dan kepala jarum secara bergantian, sementara itu penderita diminta untuk menyatakan sensasinya sesuai dengan pendapatnya. 6. Penderita juga diminta untuk menyatakan apakah terdapat perbedaan intensitas ketajaman rangsangan di daerah yang berlainan. 7. Apabila dicurigai ada daerah yang sensasinya menurun maka rangsangan dimulai dari daerah tadi menuju ke arah yang normal. 1. C. PEMERIKSAAN SENSASI SUHU Penderita lebih baik dalam posisi berbaring. 2. Mata penderita tertutup 3. Tabung dingin/panas terlebih dahulu dicoba terhadap diri pemeriksa. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 44 Untuk Mahasiswa Tabung ditempelkan pada kulit penderita, dan penderita diminta untuk menyatakan apakah terasa dingin atau panas. 4. Sebagai variasi, penderita dapat diminta untuk menyatakan adanya rasa hangat. 5. Pada orang normal, adanya perbedaan suhu 2-5 oC sudah mampu untuk mengenalinya. D. PEMERIKSAAN SENSASI GERAK DAN POSISI 1. Mata penderita tertutup Penderita dapat duduk atau berbaring. 2. Jari-jari penderita harus benar-benar dalam keadaan relaksasi dan digerakkan secara pasif oleh pemeriksa, dengan sentuhan seringan mungkin sehingga dihindari adanya tekanan terhadap jari-jari tadi. 3. Jari yang diperiksa harus ’’dipisahkan’’ dari jari–jari di sebelah kiri/ kanannya sehingga tidak bersentuhan, sementara itu jari yang diperiksa tidak boleh melakukan gerakan aktif seringan apapun. 4. Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada perubahan posisi jari ataupun apakah ada gerakan pada jarinya. 5. Apabila diperoleh kesan adanya gangguan sensasi gerak dan posisi, maka dianjurkan untuk memeriksa bagian tubuh lain yang ukurannya lebih besar, misalnya tungkai bawah atau lengan bawah. 6. Cara lain ialah dengan menempatkan jari-jari salah satu tangan penderita pada posisi tertentu, sementara itu, mata penderita tetap tertutup; kemudian penderita diminta untuk menjelaskan posisi jarijari tadi ataupun menirukan posisi tadi pada tangan yang satunya lagi. E. PEMERIKSAAN SENSASI GETAR / VIBRASI 1. Getarkan garpu tala terlebih dahulu, dengan jalan ujung garpu tala dipukulkan pada benda padat/keras yang lain. 2. Kemudian pangkal garpu tala segera ditempelkan pada bagian tubuh 3. Yang dicatat ialah tentang intensitas dan lamanya vibrasi. 4. Kedua hal tersebut bergantung pada kekuatan penggetaran garpu tala dan interval antara penggetaran garpu tala tadi dengan saat peletakan garpu tala pada bagian tubuh yang diperiksa. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 45 Untuk Mahasiswa 1. F. PEMERIKSAAN SENSASI TEKAN Penderita dalam posisi terbaring dan mata tertutup. 2. Ujung jari atau benda tumpul ditekankan atau disentuhkan lebih kuat terhadap kulit. 3 Di samping itu, dapat diperiksa dengan menekankan struktur subkutan, misalnya massa otot, tendo, dan saraf itu sendiri, baik dengan benda tumpul atau dengan ’’cubitan’’ dengan skala yang lebih besar. 4. Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada tekanan dan sekaligus diminta untuk mengatakan daerah mana yang ditekan tadi. G. PEMERIKSAAN SENSASI NYERI DALAM ATAU NYERI TEKAN 1 Massa otot, tendo atau saraf yang dekat permukaan ditekan dengan ujung jari atau dengan “mencubit” (menekan di antara jari telunjuk dan ibu jari). Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada perasaan nyeri atau tidak; pernyataan ini dicocokkan dengan intensitas tekanan atau cubitan. Dermatome: Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 46 Untuk Mahasiswa Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 47 Untuk Mahasiswa DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK Petunjuk : Berilah tanda (√ ) pada kotak yang sesuai, Nilai 0 = tidak dilakukan, 1 = dilakukan tapi tidak memuaskan, 2 = memuaskan No. Aspek yang Dinilai Nilai 0 1 2 A. PEMERIKSAAN SENSASI TAKTIL 1 Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan 2 Memilih dengan benar alat yang akan digunakan 3 Pemeriksa mencontohkan pemeriksaan sensasi pd pasien, kemudian meminta pasien menutup mata. 4 Meminta pasien mengatakan “terasa” atau “tidak terasa” pada setiap perangsangan 5 Meminta pasien menyebutkan daerah/area yang dirangsang (kiri atau kanan) 6 Membedakan dua titik yang dirangsang (“2 points discrimination”) B. SENSASI NYERI SUPERFISIAL 7 Memilih dengan benar alat yang akan dipakai 8 Pemeriksa meminta pasien menutup mata 9 Mencoba jarum terhadap dirinya sendiri 10 Melakukan rangsangan dengan intensitas minimal tanpa menimbulkan luka/perdarahan 11 Melakukan rangsangan dengan ujung tajam dan tumpul secara bergantian 12 Meminta penderita untuk menyebutkan apakah rangsangannya tajam atau tumpul 13 Menanyakan apakah ada perbedaan intensitas ketajaman rangsangan C. PEMERIKSAAN SENSASI SUHU 14 Pemeriksaan dilakukan dlm posisi berbaring 15 Pasien diminta untuk menutup mata 16 Tabung dingin/panas terlebih dahulu dicoba terhadap diri pemeriksa. Tabung ditempelkan pada kulit penderita, dan penderita diminta untuk menyatakan apakah terasa dingin atau panas. 17 Sebagai variasi, penderita dapat diminta untuk menyatakan adanya rasa hangat 18 Pada orang normal, adanya perbedaan suhu 2-5 0C sudah mampu untuk mengenalinya. D. PEMERIKSAAN SENSASI GERAK DAN POSISI 19 Pasien berbaring 20 Pasien diminta untuk menutup mata 21 Pemeriksa meminta pasien untuk merelaksasikan jari-jari 22 Pemeriksa memegang satu jari pasien (telunjuk atau jari tengah) dengan memegang jari pada masing2 tepinya 23 Pemeriksa menggerakkan jari pasien ke atas, bawah, secara acak 24 Pasien diminta mengatakan “keatas” atau “kebawah”saat jari digerakkan oleh pemeriksa Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 48 Untuk Mahasiswa E. PEMERIKSAAN SENSASI GETAR / VIBRASI 25 Pasien diminta untuk duduk di tempat tidur periksa, posisi pasien berhadapan dengan pemeriksa, kaki pasien menjuntai 26 Garpu tala digetarkan terlebih dahulu ketangan pemeriksa atau pinggir tempat tidur periksa, dan dicoba diletakkan kebelakang telinga si pemeriksa sendiri 27 Yang dicatat ialah tentang intensitas dan lamanya vibrasi 28 Pasien diminta untuk mengatakan apakah merasa ada getaran danapakah getaran sudah berhenti F. PEMERIKSAAN SENSASI TEKAN 29 Pemeriksa menekan lengan pasien bagian dorsal dengan ujung benda tumpul 30 Pasien diminta untuk menyebutkan “ya” atau “tidak” pada setiap rangsang penekanan 31 Ujung jari atau benda tumpul ditekankan atau disentuhkan lebih kuat terhadap kulit 32 Pemeriksa mencubit halus punggung tangan pasien G. PEMERIKSAAN SENSASI NYERI DALAM ATAU NYERI TEKAN 33 Massa otot, tendo atau saraf yang dekat permukaan ditekan dengan ujung jari atau dengan “mencubit” (menekan di antara jari telunjuk dan ibu jari). Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada perasaan nyeri atau tidak; pernyataan ini dicocokkan dengan intensitas tekanan atau cubitan. Nilai = ------------------- X 100% = 66 % Komentar / Ringkasan : Tandatangan Penguji Rekomendasi : ……………….. Tanggal : ……………. Sistem Indra Khusus Angkatan 2013 Tahun 2015 49