Analisis awal pejabat dilakukan dalam rangka menilai informasi

advertisement
BAB IV
ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembiayaan pada PT. Bank Mnamalat Indonesia, Tbk
1.
Proses Pembiayaan Dokumen PT. Bank Mnamalat Indonesia, Tbk
a.
Permohonan nasabah
Mudharib mengajukan permohonan ke bagian pembiayaan. Dalam
tahap ini biasanya dilakukan tanya jawab yang mencakup : jenis
usaha,
lama
usaha,
dan
lokasi
usaha.
Tujuan
penggunaan
pembiayaan dalam tahap mi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
sudah dapat menilai apakah calon Mudharib itu layak atau tidak
diberikan pembiayaan.
b. Data pendukung yang diperlukan
1) Legalitas pribadi / usaha
2) Laporan Keuangan
3) Data Jaminan diantaranya:
a)
Sertifikat tanah
b) Kendaraan (bila ada)
c.
Analisis awal pejabat
Analisis awal pejabat dilakukan dalam rangka menilai informasi,
data-data
serta
fakta
di
lapangan
sehubungan
diajukannya
permohonan pembiayaan oleh nasabah. Untuk memperoleh data-
43
44
data dan informasi tentang calon Mudharib, cara yang dilakukan
PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk adalah sebagai berikut:
1)
Wawancara
Wawancara dilakukan oleh account officer antara pihak bank
dengan calon debitur. Wawancara dapat dilakukan di kantor
PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, di perusahaan calon4
Mudharib atau di tempat lainnya. Wawancara dengan para
pejabat
inti perusahaan calon Mudharib
hams
dilakukan
dengan persiapan yang cukup yaitu mempelajari
teriebih
dahulu data-data yang telah disampaikan oleh calon Mudharib
dalam proposal permohonan pembiayaan.
2) Call Visit (kunjungan laporan)
Call visit berarti melakukan observasi langsung ke lokasi
usaha, sesuai
waktu yang telah dijadwalkan. Kunjungan ini
memegang peranan yang penting dalam memperoleh informasi
yang di perlukan, tidak hanya itu, call visit dapat pula
mempererat hubungan antara pihak bank dan nasabahnya. Hal-
hal yang diperoleh dan hasil call visit kemudian disimpan
dalam dokumen calon Mudharib yang bersangkutan sebagai
bahan pengolahan permohonannya.
45
3) Call Report (laporan kunjungan)
Call report berarti membuat laporan dari hasil observasi,
aktivitas dan kunjungan , analisis dan penarikan kesimpulan
yang disusun secara rapi dan sisteraatis dalam bentuk laporan.
d. Analisis Lanjutan Pejabat Bank
Setelah bahan pertimbangan diperoleh dari informasi yang berhasil
diambil dihimpun dari analisis awal pejabat, selanjutnya dilakukan
analisis lanjutan yang antara lain:
1) Analisis Keuangan : seperti ; kondisi keuangan perusahaan
tidak menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun, tingkat
penjualan yang baik dan keuntungan perusahaan yang stabil
dari tahun ke tahun.
2) Analisis Usaha / Industri : seperti ; perusahaan yang dikelola
oleh calon Mudharib hams dalam keadaan baik, prospek yang
jelas dan mampu menghasilkan produk yang telah ditargetkan.
3) Analisis Manajemen
: seperti ; tingkat penjualan
dan
keuntungan kerugian dan pemasaran.
4) Analisis Yuridis Usaha : seperti ; surat ijin usaha, struktur
organisasi perusahaan
5) Analisis Karakter : seperti ; tingkat keimanan calon Mudharib,
sifat dan karakter calon Mudharib.
46
6) Analisis Jaminan : seperti ; barang yang dijadikan jaminan,
tidak cacat dan bemilai lebih dari pembiayaan diberikan 70%
dari taksiran jaminan.
e. Hasil analisis dari proposal permohonan pembiayaan
Hasil analisis ini diajukan kepada komite pembiayaan yang
diberikan wewenang untuk mengeluarkan keputusan menyetujui
atau tidak permohonan pembiayaan karena dianggap layak atau
tidak dalam memenuhi persyaratan. Jika kesimpulan dari analisis
diatas bahwa calon nasabah layak diberikan pembiayaan maka
bagian pembiayaan membuat kesimpulan dan meminta persetujuan
dari pimpinan, yaitu persetujuan Pembiayaan Kredit (Credit
Commite Member).
f.
Offering Letter
Bila panitia Pembiayaan Setuju, maka Pejabat Bank membuat
Offering Letter (persetujuan Prinsip Bersyarat). Offering Letter
memuat ketentuan dan persyaratan pembiayaan, dan dicantumkan
pula klausula "material adverse change" yaitu bilamana terdapat
perubahan atas kondisi keuangan, jaminan atau hal-hal lain yang
menurut
pertimbangan
bank
bisa
terpenuhinya persyaratan pembiayaan,
membatalkan offering letter tersebut.
mengakibatkan
tidak
maka bank berhak untuk
47
g. Pengikatan Pembiayaan
Bila nasabah setuju atas persyaratan atas Offering letter, maka akan
dilanjutkan dengan pengikatan pembiayaan dan jaminan yang
selanjutnya diberikan ke notaris, penandatanganan akad/perjanjian
pembiayaan di depan notaris dan ulama,
h. Pencairan Pembiayaan
Pencairan atas pembiayaan yang telah disetujui harus dilakukan
berdasarkan ketentuan persyaratan penarikan yang telah disepakati
para pihak dalam akad.
Dalam pencairan dana ini hams
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Hanya dapat dilakukan apabila seluruh syarat-syarat yang
ditetapkan dalam persetujuan pembiayaan telah terpenuhi oleh
Mudharib.
2) Sebelum dilakukan pencairan dana, harus dipastikan bahwa
seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan pembiayaan yang
telah diselesaikan atau dipenuhi dan telah memberikan
perlindungan yang memadai bagi bank.
i.
Monitoring
PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk melakukan monitoring
terutama terhadap setiap transaksi yang dilakukan Mudharib yang
berkaitan dengan fasilitas pembiayaan yang telah diberikan.
Pengawasan ini merupakan hak PT. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk sebagai Shahibul Maal sepanjang tidak memenuhi manajemen
48
proyek usaha Mudharib. Salah satu metode pengawasan adalah
dengan taelakukan progam kunjungan berkala (period call) ke
lokasi usaha Mudharib minimal 3 (tiga) bulan sekali untuk
memantau perkembangan usaha Mudharib, meminta laporan
bulanan dari pihak Mudharib, laporan kunjungan hams dibuat dan
diedarkan kepada manajemen.
j.
Pelunasan.
Pada akhir pembiayaan Mudharib harus melunasi dana yang telah
diberikan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk beserta dengan
peihitungan bagi hasil yang harus dilakukan dengan persetujuan
semua pihak, sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati
sebelumnya. Apabila Mudharib mengalami kesulitan dalam
melunasi kewajibannya maka dapat diselesaikan sesuai dengan
kebijakan penyelesaian pembiayaan bermasalah yang ada di PT.
Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Proses pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk yang telah
diuraikan diatas, merupakan prosedur dalam pemberian pembiayaan
kepada calon Mudharib yang hams dilakukan dari pengajuan permohonan
ke bagian pembiayaan sampai dengan pelunasan pembiayaan. Bank dan
calon Mudharib mempunyai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan
dari awal akad sampai pada pelunasan.Pendapatan bagi hasil antara kedua
belah pihak dihitung berdasarkan nisbah yang telah disepakati diawal
akad.
49
2. Penerapan Bagi HasU pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
a.
Sistem Pencatatan Distribusi Hasil Usaha
Pada
umumnya
Lembaga
Keuangan
Syariah
boleh
menggunakan sistem Accrual basis maupun Cash basis dalam
administrasi
keuangan,
Dari
segi
kemaslahatan,
pencatatan
dilakukan dengan sistem accrual basis, sedangkan dalam distribusi
hasil usaha ditentukan atas dasar cash basis (penerimaan yang
bener-bener terjadi) dan penetapan sistem yang dipilih hams
disepakati akad.
PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, mengakui pendapatan
margin dan bagi hasil atas pembiayaan yang diberikan dan aktiva
produktif yang lainnya baik yang di klasifikasi sebagai performing
dan non performing pada saat diterima (cash basis). Metode
pencatatan ini berprinsip bahwa pendapatan baru benar-benar
diakui apabila telah diterima secara fisik/tunai maupun pendapatan
yang belum diterima dengan catatan dalam kurun waktu setahun
kedepan, sekaligus mengantisispasi pencatatan dana tidak nil.
b. Prinsip Distribusi Hasil Usaha
Perbankan syariah pada umumnya umumnya menggunakan
sistem profit sharing dan revenue sharing, tergantung kebijakan
masing-masing bank. Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil
didasarkan kepada hasil net dari total pendapatan yang diterima
sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
50
memperoleh
pendapatan
tersebut.
Revenue
sharing
adalah
periiitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan
yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut
Bank-bank syariah yang ada di Indonesia saat ini
menggunakan perhitungan bagi hasil atas revenue sharing, tidak
terkecuali PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Sistem revenue
sharing memungkinkan penerimaan tingkat bagi hasil lebih besar
jika dibanding dengan suku bunga pasar yang berlaku.
B. Analisis Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Muamalat
Indonesia, Tbk
1. Mekanisme Pembiayaan Mudharabah
a.
Teknis Perbankan
Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama antara
Bank (sebagai penyedia dana) dengan pihak Iain (Mudharib) yang
mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk mengelola suatu
usaha yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dan penggunaan
dana Bank yang dikelola Mudharib dibagi bersama berdasarkan
nisbah yang disepakati di awal akad.
Dalam melakukan pembiayaan mudharabah, langkah-
langkah yang harus diperhatikan dapat dibedakan kedalam
pembiayaan badan usaha dan pembiayaan untuk proyek, yaitu ;
51
1) Pembiayaan Badan Usaha, yaitu Bank mendirikan suatu badan
usaha yang bergerak dalam usaha tertentu dengan hasil
keuntungan berbentuk deviden. Langkah-langkah yang harus
diperhatikan adalah:
a) Identifikasi proyek atau bisnis yang akan dibiayai;
b) Melakukan fesebility studi dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh mana profitability dan kelayakan usaha;
c) Melakukan persiapan-persiapan dari segi legal termasuk
memorandum
and
articles
of
association
untuk
memungkinkan perusahaan untuk segera dilaporkan; dan
d) Menunjuk anggota direksi yang akan mengeiola jalannya
perusahaan.
2) Pembiayaan Proyek
a) Pembiayaan usaha atau kontrak yang timbul manakala
nasabah membutuhkan dana di muka modal kerja proyek
yang telah didapatnya;
b) Keberhasilan pembiayaan ini sangat tergantung kepada
kinerja nasabah dalam menjalankan usaha sesuai dengan
kontrak
dan
kemampuannya
membayar
tepat
pada
waktunya;
c) Melakukan analisis kredit dan evaluasi terhadap proposal
yang diajukan;
52
d) Menerbitkan Offering Utter manakala proposal telah
disetujui dan diutarakan pula didalamnya syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh nasabah dalam rangka mendapatkan
fasilitas pembiayaan.
b. Skema Teknis Perbankan Pembiayaan Mudharabah
PERJANJIAN
BAGIHASIL
MUDHARIB
BANK
MUAMALAT
oda!100%
PROYEKUSAHA
Nisbah X %
Nisbah Y %
PEMBAGIAN
KEUNTUNGAN
I
MODAL
Sumber: Muamalat Institute
Keterangan : - Bank Muamalat bertindak sebagai Shahibul Maal dan
Nasabah sebagai Mudharib.
- Bagi hasil
dihitung berdasarkan nisbah yang
disepakati (Nasabah = X % dan Bank = Y %)
53
c.
Tujuan Pembiayaan Mudharabah
1) Untuk modal kerja
2) Untuk investasi
3) Untuk modal kerja dan investasi
d. Akad Perjanjian Pembiayaan Mudharabah
Didalam akad perjanjian harus disebutkan dengan jelas baik secara
tersirat maupun tersurat mengenai tujuan pembiayaan, jumlah
pembiayaan, jangka waktu, nisbah bagi hasil dan Iain-lain yang
tercantum dalam Surat Persetujuan Prinsip.
e. Modal Shahibul Maal (PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)
Modal hanya diberikan untuk tujuan usaha yang sudah jelas
dan disepakati bersama. Modal yang diberikan berupa uang tunai
dan atau barang yang diperlukan dalam usaha dan jelas nilai mata
uangnya.
Modal yang diserahkan ke Mudharib harus berjumlah
100% milik Shahibul Maal. Seandainya modal diserahkan secara
bertahap, maka harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.
f.
Bagi Hasil Shahibul Maal dan Mudharib
1) Keuntungan yang diperoleh merupakan hasil dari pengelolaan
dana
pembiayaan
Mudharabah
yang
diberikan
dengan
persyaratan :
a) Perhitungan dari pendapatan total proyek ( Pendekatan
Revenue Sharing atau Profit Sharing).
54
b) Landasan pertritungan Cash Flow yang reasonable yang
disepakati bersama.
c) Pembagian bagi hasil dilakukan secara periodik yang
disepakati.
d) Besar hasil usaha sesuai dengan nisbah yang disepakati.
e) Pembagian hasil usaha yang diberikan kepada bank dan
Mudharib, selain dari itu tidak berhak menerimanya.
f) Bank akan menanggung resiko bila terjadi kemgian yang
bukan dilakukan atau kelalaian Mudharib.
g) Bila terjadi kegagalan usaha dan menyebabkan kerugian
disebabkan oleh kelalaian Mudharib, maka kerugian
tersebut harus ditanggung Mudharib (menjadi piutang Bank
kepada Mudharib)..
2) Tata Cara Periiitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah
pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
a) Teknis Perbankan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mekanisme bagi
hasil pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:
(1) Bank menyediakan 100 % pembiayaan suatu proyek
usaha.
(2) Pengusaha pengelola proyek usaha tanpa campur tangan
bank, namun bank mempunyai hak atau tindak lanjut
dan pengawasan.
55
(3) Bank dan pengusaha sepakat melalui negosiasi tentang
porsi bagian keuntungan masing-masing.
(4) Apabila terjadi rugi, bank akan menanggung kerugian
sebesar pembiayaan
pengusaha
yang
menanggung
disediakan,
kerugian
sedangkan
tenaga,
waktu,
managerial skiil, serta perhitungan nisbah keuntungan
bagi hasil yang akan diperolehnya.
b) Cara Pembagian Bagi Hasil antara Bank dan Nasabah
(1) Jadwal pembayaran yang tetap dan jelas hendaklah
dilaksanakan sebagaimana tertera dalam perjanjian
yang telah disepakati bersama.
(2) Semua pembayaran akan berlangsung dialamatkan oleh
nasabah langsung ke PT. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk.
(3) Kontrak Mudharabah secara otomatis akan berakhir
dengan
terpenuhinya
seluruh
kewajiban
nasabah
terhadap bank.
c) Menentukan Nisbah Bagi hasil Pembiayaan Mudharabah
Untuk
merencanakan
suatu
perjanjian
pembiayaan
mudharabah, hal yang utama ditetapkan pada saat akad
adalah menetapkan nisbah bagi hasil. Besarnya nisbah bagi
hasil tidak hams sama setiap bulannya, sesuai kesepakatan
dalam akad.
56
g. Pekerjaan / Usaha
Bank berhak raelakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun
tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha Mudharib.
Shahibul Maal (PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) tidak boleh
membatasi
usaha/tindakan
Mudharib
dalam
memperoleh
keuntungan, kecuaU di luar perjanjian (usaha yang telah
ditetapkan) atau yang menyimpang dan aturan syariah.
h.
Dokumentasi
1) SuratPersetujuanPrinsip (Offering Letter)
2) Perjanjian/AkadPembiayaan
3) Surat Permohonan Realisasi Pembiayaan (SPRP)
4) Surat Penyerahan Modal, dilampiri dengan :
5) TandaTerimaUangNasabah(TTUN) dan atau
6) Surat Tanda Terima Barang oleh nasabah (STTB)
PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk menggunakan perhitungan
bagi hasil dengan pendekatan revenue sharing, nisbah bagi hasil disepakati
pada awal akad dan pembagiannya menurut kesepakatan anatara pihak
Bank dan Mudharib. Sesuai dengan PSAK No. 59 apabila terjadi kerugian,
maka pihak Bank akan menanggungnya kecuali disebabkan karena
kelalaian Mudharib.
Dalam pembiayaan mudharabah, PT. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk selaku Shahibul Maal menyediakan modal 100% untuk Mudharib
57
yang mempunyai keahlian khusus untuk menjalankan suatu proyek.
Shahibul Maal dan Mudharib mempunyai hak dan kewajiban yang hanis
dilaksanakan sampai pada pelunasan pembiayaan.
2. Penerapan Akantansi Pembiayaan Mndharabah pada PT. Bank
Mnamalat Indonesia, Tbk
a. Penanganan akuntansi mudharabah adalah sebagai berikut:
1) Syarat modal mudharabah
a) Modal tidak bisa dijamin
b) Hams diketahuijumlah dan tipenya
c) Hams cash, tidak dapat berupa "piutang/debT
d) Dana tidak bisa diambU sewaktu-waktu (sesuai jangka
waktu yang diperjanjikan)
2) Pengesahan modal mudharabah
a) Bila disepakati modal mudharabah dibayarkan dalam
bentuk angsuran dan akan diberikan tanda terima saat
pembayaran.
b) Dalam hal kontrak mudharabah ditangguhkan sampai masa
yang akan datang atau diperpanjang dan modal mudharabah
belum dibayar penuh sampai saat jatuh tempo, maka
transaksi tidak bisa disahkan kecuali modal ditransfer.
c) Transaksi keuangan mudharabah hams disajikan dalam
bentuk
laporan
keuangan
dengan
judul
keuangan
58
mudharabah. Modal dalam bentuk asset mudharabah non
moneter.
d) Jumlah Mudharib yang belum membayar pada bank setelah
menjalankan
trasaksi
mudharabah
akan
dianggap
hutang/kewajiban Mudharib.
b. Pengukuran Modal Mudharabah
Pengukuran modal mudharabah yang digunakan oleh PT. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk adalah sebagai berikut:
1) Pada saat pengadaan kontrak
a) Bank memberikan modal mudharabah dalam bentuk tunai,
maka jumlah akan diukur dengan jumlah yang harus
dibayarkan sesuai disposisi Mudharib.
b) Bila bank memberikan modal dalam bentuk asset niaga,
maka akan diukur dengan nilai setara yang disepakati
antara bank dan Mudharib, dan jika sesuai penilaian realti
terjadi perbedaan antara nilai yang dianggap setara dengan
nilai bukunya, maka akan disahkan sebagai keuntungan atas
kerugian dari bank tersebut.
c) Modal berbentuk asset non moneter untuk pemanfaatan,
asset itu akan diukur pada nilai yang setara, jika hasil
taksiran tersebut berbeda antara nilai setara dengan nilai
buku, maka akan disahkan sebagai keuntungan atau
kerugian dari bank itu sendiri.
59
d) Pengeluaran untuk prosedur pengadaan kontrak yang
dibayarican satu/dua belah pihak tidak akan dianggap
sebagai bagian modal mudharabah, kecuali disepakati
bersama.
2) Setelah pengadaan kontrak pada akhir jangka waktu transaksi
keuangan
a) Modal mudharabah akan dinilai setelah pengadaan
kontrak;
b) Bila sebagian modal mudharabah hilang sebelumnya
dimulai pekerjaan karena rusak atau sebab-sebab lainnya
tanpa pelanggaran atau Mudharib, maka akan dikurangkan
dari modal mudharabah dan keragian tersebut akan
diperlakukan sebagai hutang jatuh tempo di pihak
Mudharib.
c Perlakuan Akuntansi pembiayaan mudharabah menurut PSAK
No. 59
Selain menggunakan penanganan akuntansi mudharabah dan
pengukuran modal mudharabah seperti yang telah diuraikan diatas,
PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk juga menggunakan akuntansi
pembiayaan mudharabah yang berpedoman pada PSAK No. 59
(2004) (dalam hal ini PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
bertindak sebagai Shahibul Maal)
1) Pengakuan dan pembiayaan mudharabah
60
a) Pembiayaan mudharabah diakui pada saat pembayaran kas
atau penyerahan aktiva non kas kepada pengelola dana; dan
b) Pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap
diakui pada setiap tahap pembayaran atau penyerahan.
2) Pengukuran pembiayaan mudharabah
a) Pembiayaan
mudharabah
dalam
bentuk kas
diukur
sejumlah uang yang diberikan bank pada saat pembayaran;
b) Pembiayaan mudharabah dalam bentuk aktiva non kas :
(1)
diukur sebasar nilai wajar aktiva non kas pada saat
penyerahan; dan
(2)
selisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non kas
diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank; dan
c) beban yang terjadi sehubungan dengan mudharabah tidak
dapat diakui sebagai bagian pembayaran mudharabah
kecuali telah disepakati bersama.
3) Pengakuan Laba atau Rugi mudharabah
Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode
pelaporan:
a) Laba pembiayaran mudharabah diakui dalam periode
terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati; dan
b) Rugi yang terjadi dalam periode terjadinya rugi tersebut
dan mengurangi saldo pembiayaan mudharabah
61
d. Pencatatan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah
Pencatatan akuntansi pembiayaan mudharabah pada PT. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk dilakukan seperti dibawah ini,
pencatatan didasarkan pada bank sebagai pemilik dana (Shahibul
Maal):
Pada tanggal 10 Juni 2002 Bank Syariah menyetujui pemberian
fesilitas modal kerja kepada perusahaan angkutan bus yang berada
di Purwokerto dengan data sebagai berikut:
Plafond
: Rp 12.000.000.000
Kegunaan
: Modal Usaha Transportasi
ObjekBagiHasil
: Pendapatan
Nisbahbagihasil
: 80 untuk bank syariah dan 20 untuk
nasabah.
Jangkawaktu
: 60bulan
Biaya administrasi
: Rp 120.000.000
Pelunasan
: Pengembalian modal bank dilakukan setiap
tahun sebesar Rp 600.000.000
Pengikatan
: Notaris
Keterangan lain
: Pemberian Modal:
V Tahap 1 (10 Juni 2002) dalam bentuk
10 bus dengan nilai wajar
Rp. 7.500.000.000 dan berupa uang
sebesar Rp.2.000.000
62
^ Tahap 2 (25 juni 2002) dalam bentuk
uang langsung di kredit ke rekening
sebesar sisa modal.
Penjelasan lain:
1) Harga perolehan 10 buah bus adalah Rp. 7.000.000.000
2) Dari hasil laporan diketahui bahwa:
a. Pendapatan bulan Juli (ke-I) sebesar Rp. 500.000.000 dan
atas bagian bank di debet dari rekening nasabah.
b. Dan seterusnya
c Dalam bulan April 2003 (ke-10) diperoleh laporan
pendapatan sebesar Rp. 400.000.000 dan saldo rekening
nasabah tidak mencukupi untuk membayar bagian bank.
3) pengembalian modal tahun ke-1 sampai tahun ke-3 berjalan
sesuaijadwal
4) Pada bulan September 2003 (ke-15) perusahaan tersebut
mengalami kerugian sebesar Rp.
150.000.000 dan atas
penyelidikan yang dilakukan tersebut bukan kesalahan
nasabah.
5) pada tahun ke-5 akibat terjadi perselisihan keluarga, Mudharib
tidak dapat mengembalikan modal.
Dari transaksi diatas, maka pencatatannya adalah sebagai berikut:
(dalam Rp 000)
63
1) Pembelian 10 bus dengan harga perolehan Rp 7.000.000
Juni'02
Persediaan/Aktiva
Rp 7.000.000
Rekening Dealer/Kas
Rp 7.000.000
2) Persetujuan Pembiayaan
Juni'02
Komitmen-Pembiayaan
Rp 12.000.000
Mudharabah
3) Penyerahan Modal tahap 1
Juni'02
Pembiayaan Mudharabah
Rp 9.500.000
Persediaan
Rp 7.000.000
Kas
Rp 2.000.000
Keuntungan penyerahan Aktiva
Komitmen-Pembiayaan
Rp
500.000
Rp 9.500.000
Mudharabah
4) Satu bus sebelum sampai dan diserahkan kepada Mudharib mengalami
kecelakaan
Juni'02
Kerugian Mudharabah
Pembiayaan mudharabah
Rp 700.000
Rp 700.000
64
Juni'02
Komftmen-Pembiayaan
Rp 700.000
Mudharabah
5) Atas kecelakaan tersebut diserahkan kembali sebuah bus yang dibeli
dengan harga Rp. 800.000
Juni*02
Pembiayaan Mudharabah
Rp 700.000
Kerugian penyerahan barang
Rp 100.000
Aktiva Nonkas/Persediaan
Juni'02
Komitmen-pembiayaan
Rp 800.000
Rp 800.000
Mudharabah
6) Penyerahan modal tahap 2
Juni'02
Pembiayaan Mudharabah
Rp 2.500.000
Kas/Rekening Nasabah
Rp 2.500.000
7) Penerimaan Biaya Administrasi
Juni'02
Rekening Nasabah/Kas
Pendapatan biaya administrasi
Rp
120.000
Rp
120.000
65
8) Penerimaan pendapatan
Juli'03
Rekening Mudharib
Rp
400.000
Pendapatan bagi hasil
Perhitungan: Bank
:
Mudharib
80%
:
20%
Rp
400.000
RUMUS = Nisbah x Revenue sharing
Bank
=* 80% x Rp 500.000
-Rp 400.000
Mudharib
= 20% x Rp 500.000
= Rp 100.000
9) Pengakuan pendapatan
April'03
Piutang kepada Mudharib
Rp
320.000
Pendapatan bagi hasil
Rp
320.000
Perhitungan : 80% x Rp 400.000
= Rp 320.000
10) Pengembalian modal dari tahun ke-1 sampai tahun ke 3
Juni
Rekening Nasabah
Pembiayaan Mudharabah
Rp 600.000
Rp 600.000
66
11) Kerugian bukan kelalaian nasabah
Sept'03
Kerugian Mudharabah
Kp
100.000
Pembiayaan Mudharabah
Rp
100.000
Rp
600.000
12) Modal akhir tidak dapat dikembalikan
Juni'06
Kerugian Mudhanb
Pembiayaan Mudharabah
Rp
600.000
Pada pencatatan akuntansi diatas, PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
mengakui pembiayaan mudharabah pada saat pembayaran kas sebesar Rp
12.000.000.000,-, sebagaimana diatur dalam PSAK No. 59. Dalam kasus
tersebut, PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk memberikan pembiayaan secara
bertahap kepada Mudharib, pencatatan diatas sesuai dengan PSAK No. 59
yang menyebutkan pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap
diakui pada setiap pembayaran atau penyerahan.
Pengakuan laba rugi pembiayaan mudharabah dihitung berdasarkan
nisbah yang disepakati, dalam hal ini PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
menggunakan perhitungan bagi hasil didasarkan pada revenue sharing yaitu
total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Menurut PT. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk, sistem revenue sharing memungkinkan penerimaan
tingkat bagi hasil lebih besar jika dibanding tingkat suku bunga pasar yang
berlaku.
67
C Analisis Pembiayaan Masyarakah pada PT. Bank Muamalat
Indonesia, Tbk
1. Mekanisme Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah adalah kerjasama yang dilakukan dua atau lebih
Badan atau orang untuk mengikatkan diri dalam perserikatan modal
dan keuntungan. Kerjasama tersebut bisa benipa modal atau jasa.
Dalam musyarakah mitra dan bank sama-sama menyediakan modal
untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan
maupun yang baru. Selanjumya mitra dapat mengembalikan modal
tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau
sekaligus kepada bank.
Prinsip yang diberikan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk atas dasar
prinsip kehati-hatian dengan peraturan Islam, hal ini dilakukan untuk
menghindari kerugian dan untuk memperoleh keuntungan. Dalam
mekanisme pembiayaan musyarakah,
keuntungan yang diperoleh dan
kerjasama antara bank dan mitra dihitung berdasarkan nisbah
yang
disepakati , sedangkan kerugian dihitung berdasarkan besarnya porsi
modaJ yang disetorkan.
2. Aspek Syariah Pembiayaan Musyarakah
a. Musyawarah dan kesepakatan
Kesepakatan para pihak antara bank dan mitra sangat diperlukan
dalam menentukan keputusan dan akan memperiancar urusan. Dua
68
belah pihak masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang
sama, serta bersama menjaga amanah dana masyarakat
b. Jaminan
Jaminan diperlukan untuk menghindari adanya resiko-resiko yang
merugikan bank, untuk menghindari terjadinya penyimpangan
yang dilakukan mitra terhadap kesepakatan.
c.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah syarat transaksi/pengikatan yang hams
dilakukan nasabah bank yang dipergunakan sebagai data masuk
dan bukti dari perjanjian.
d.
Saksi
Persaksian merupakan alat bukti bagi hakim untuk memutuskan
perkara. Saksi harus orang yang adil bijaksana, tidak cacat mata,
bisa bicara (bukan bisu), dan juga tidak cacat hukum.
e.
Wakil/Agen
Wakil atau agen adalah seseorang atau badan yang diberi kuasa
atau yang ditunjuk untuk mewakili, atau bertindak atas nama
Shahibul Maal dan mempunyai hubungan tetap dengan yang
diwakilinya.
Aspek syariah pembiayaan musyarakah adalah ketentuan yang ada pada
PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk untuk calon nasabah yang menjadi
mitra dalam pembiayaan musyarakah. Ketaatan terhadap aspek syariah
tersebut sangat diperlukan untuk pengikatan diri antara bank dan mitra
69
dalam pembiayaan musyarakah dan memperlancar pemberian pembiayaan
sampai pada tahap pehmasan pembiayaan musyarakah.
3. Penerapan Akantansi Pembiayaan Musyarakah pada PT. Bank
Mnamalat Indonesia, Tbk
a. Perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah menurut PSAK
No. 59
Dalam
Pengakuan
dan pengukuran
akuntansi
pembiayaan
musyarakah, PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk berpedoman pada
PSAKNo.59(2004).
1) Pengakuan dan Pengukuran Awal Pembiayaan Musyarakah
a) Pembiayaan musyarakah diakui pada saat membayar tunai
atau penyerahan aktiva non-kas kepada mitra musyarakah.
b) Pengukuran
pembiayaan
musyarakah
adalah
sebagai
berikut:
(1) Pembiayaan musyarakah dalam bentuk:
(a) Kas dinilai sejumlah barang yang dibayarkan, dan
(b) Aktiva non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika
terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai buku
aktiva non-kas, makaselisih tersebut diakui sebagai
keuntungan
atau
kerugian
bank
pada
saat
penyerahan.
(2) Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya,
biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai
70
bagian pembiayaan musyarakah kecuali ada persetujuan
dari seluruh mitra musyarakah.
2) Pengukuran bagian bank atas pembiayaan musyarakah setelah
akad
a) Bagian bank atas pembiayaan musyarakah permanen dinilai
sebesar nilai historis (jumlah yang dibayaikan atau nilai
wajar aktiva non kas pada saat penyerahan modal
musyarakah) setelah dikurangi dengan kenigian, apabila
ada.
b) Bagian bank atas pembiayaan musyarakah menurun dinilai
sebesar nilai historis sesudah dikurangi dengan bagian
pembiayaan bank yang telah dikembalikan oleh mitra (yaitu
sebesar harga jual yang wajar) dan kerugian, apabila ada.
Selisih antara nilai wajar bagian pembiayaan musyarakah
yang
dikembalikan
diakui
sebagai
keuntungan
atau
kerugian bank pada periode berjalan.
c) Jika akad musyarakah yang belum jatuh tempo diakhiri
dengan pengembalian seluruh atau sebagian modal, maka
selisih antara nilai historis dan nilai pengembalian diakui
sebagai laba atau rugi bank pada periode berjalan.
d) Pada saat diakhiri, pembiayaan musyarakah yang belum
dikembalikan oleh mitra diakui sebagai piutang jatuh tempo
kepada mitra.
71
b. Tata Cara Bagi Hasil Usaha dari Pembiayaan Musyarakah yang
berlaku di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
1) Bank sebagai mitra nasabah yang menyediakan dana kurang
dari 100% pembiayaan proyek tergantung pada porsi modal
kedua belah pihak. Dalam hal ini biasanya PT. Bank Muamalat
Indonesia, Tbk hanya menyediakan modal kurang dari modal
nasabah yang disetorkan dalam pembiayaan.
2) Pembiayaan musyarakah yang dilakukan oleh PT. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk berupa kas/tunai
3) Telah memenuhi syarat kelayakan usaha
4) Pemohon pembiayaan haruslah nasabah PT. Bank Muamalat
Indonesia, Tbk (mempunyai rekening tabungan Giro maupun
Deposito minimal 6 bulan teiakhir)
5) Melakukan akad perjanjian dan menentukan syarat-syarat
kerjasama pembiayaan
6) Perhitungan porsi nisbah untuk bagi hasil pembiayaan
musyarakah dapat disesuaikan dengan porsi modal yang
disetorkan ataupun sesuai dengan kesepakatan bersama pada
akadawal.
72
7) Pembagian bagi hasil dilakukan pada waktu yang telah
disepakati bereama, misalnya pertengahan tahun buku atau
yang telah disepakati.
8) Poisi bagi basil yang merupakan bagian bank merupakan
pendapatan yang diakui oleh bank.
9) Pembiayaan musyarakah di PT. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk biasanya dilakukan dalamjangka waktu lebih dari 5 tahun.
10) Bank sebagai mitra nasabah dapat melakukan intervensi
manajemen terhadap proyek yang dilakukan nasabah.
1 l)Pembiayaan musyarakah dapat dilakukan dengan cara konstan
(permanent) atau menurun.
12)Apabila terjadi rugi, bank dan mitra akan menanggung
kerugian tersebut berdasarkan modal yang disetorkan. Namun
apabila rugi
tersebut akibat kelalaian pengelola usaha
musyarakah,
maka
ditanggung
oleh
mitra
pengelola
musyarakah.
Tata cara bagi hasil usaha pembiayaan musyarakah pada PT. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk sama dengan PSAK No.
59 yaitu
pembiayaan musyarakah diakui secara kas berdasaikan kesepakatan
porsi modal antara bank dan mitra. Pembiayaan dapat dikalkukan
secara permanent dan menurun. Pembagian bagi hasil dilakukan pada
waktu yang telah disepakati bersama sesuai dengan porsi nisbah bagi
hasil yang disepakati pada saat awal akad.
73
c. Pencatatan Akuntansi Pembiayaan Musyarakah pada PT. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk
Pencatatan akuntansi pembiayaan musyarakah pada PT. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk dilakukan seperti dibawah ini :
Pembiayaan musyarakah antara PT. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk dan Universitas X. Universitas bergerak di bidang pendidikan
dengan modal yang diperlukan sebesar Rp 40.000.000.000,-.
Dalam
hal
ini
modal yang
dimiliki
Universitas X
30.000.000.000,- dengan demikian porsi bank sebesar
Rp
Rp
10.000.000.000,-. Dalam kesempatan awal antara PT. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk dan Universitas X dengan asumsi :
pembiayaan dilakukan dalam jangka waktu 6 tahun yaitu terhitung
1 April 2003 - 1 April 2008. Porsi pembagian pendapatan bagi
hasil yang disepakati adalah 30% untuk bank dan 70% untuk
nasabah. Pembagian bagi hasil atas keuntungan adalah setiap
tanggal 31 Juli yang diperoleh dari pendapatan penerimaan uang
gedung yang diterima Universitas X dari para mahasiswa. Dimana
dalam 6 tahun diproyeksikan besarnya pendapatan uang gedung
yang diterima Universitas X adalah sebagai berikut:
I.
Juni 2003
Rp 3.000.000.000,-
II.
Juni 2004
Rp 4.000.000.000,-
III.
Juni 2005
Rp 3.500.000.000,-
IV.
Juni 2006
Rp 3.000.000.000,-
74
V.
Juni 2007
Rp 2.000.000.000,-
VL
Juni 2008
Rp 4.500.000.000,-
Didalam pelaksanaan awal pembiayaan ini, Universitas X
dikenakan biaya
pembayaran
administrasi
notaris
untuk
sebesar Rp
pengesahan
2.000.000,-
usaha
dan
pembiayaan
musyarakah ini sebesar Rp 3.000.000,-. Penyelasaian perhitungan
bagi
hasil dan pengakuan pendapatan dalam pembiayaan
musyarakah pennanen dengan tabel berikut:
Tabel 3
Pembiayaan Musyarakah Pennanen
PT. Bank Muamalat Indonesia dan Universitas'T
(dalam Rp 000)
KONTRIBUSI
THN
KONTRIBUSI
MODAL (Rupiah)
SUB
MAAN
NASABAH (%)
BANK
TOTAL
UANG
BANK
Universitas
X
lMeiO3
PENERI
10.000.000
30.000.000
GEDUNG
40.000.000
30 Juni 03
30 Juni04
Universitas
X
30
70
3.000.000
900.000
2.100.000
4.000.000
1.200.000
2.800.000
3.500.000
1.050.000
2.450.000
3.000.000
900.000
2.100.000
2.000.000
600.000
1.400.000
30 Juni 05
30 Juni 06
30 Juni 07
30 Juni 08
(10.000.000)
40.000.000
Sumber: PI. Bank Muamalat Indonesia, Tbk
20.000.000
6.000.000
14.000.000
75
Pada kasus diatas, diasumsikan bahwa tidak terdapat kenigian, tetapi adanya
penurunan didalam penerimaan uang gedung pada periode tertentu yang
mengakibatkan pendapatan bagi hasil menurua Pencatatan akuntansi untuk
kasus diatas adalah sebagai berikut: (dalam Rp 000)
a. Pencatatan pada saatpembkyaanmusyarakahdiberikankepadanasabah
April'03
Pembiayaan musyarakah
Rp 10.000.000
Kas/RekeningGiro Nasabah
Rp 10.000.000
b. Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saatakad
April'03
c.
Rekening Giro Nasabah
Rp
5.000
Pendapatan administrasi
Rp
2.000
Rekening Notaris
Rp
3.000
Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil
Juli'04
Kas
Rp
900.000
Pendapatan Bagi Hasil
Rp
900.000
d, Pencatatan atas pelunasan pembiayaan musyarakah
April'04
Kas
Pembiayaan yang diberikan
Rp 10.000.000
Rp 10.000.000
76
e. Apabiia pada tanggal 1 Mei 2008 pendapatan atas bagi hasil yang belum
diterima oleh bank, maka akan mencatat bagi hasil tersebut sebagai
piutang mitra kepada bank.
Pencatatan atas bagian bank yang belum diterima setelah akad berakhir
Mei'08
Piutang
Rp
1.350.000
Pendapatan musyarakah
f.
Rp
1.350.000
Pencatatan atas pelunasan piutang oleh mitra bank pada tanggal 31 Juli
2008
Juli'08
Kas
Rp
1.350.000
Piutang Musyarakah
Rp
Pencatatan pembiayaan musyarakah pada PT.
1.350.000
Bank Muamalat
Indonesia, Tbk diakui pada saat pembiayaan musyarakah diberikan kepada
nasabah sebesar Rp 10.000.000.000,-, pencatatan ini sama dengan ketentuan
PSAK No.
59 dalam pengakuan dan pengukuran awal pembiayaan
musyarakah.
Biaya
administrasi
dan
pembayaran
notaris
merupakan
pelaksanaan awal pembiayaan musyarakah, maka diakui sebagai biaya. Hal ini
sesuai dengan PSAK No. 59 yang tidak dapat mengakui biaya yang terjadi
akibat akad musyarakah sebagai bagian pembiayaan musyarakah. Pencatatan
atas penerimaan
pendapatan bagi hasil diakui sebesar porsi nisbah yang
disepakati pada awal akad.
77
D. Penyajian dan Pengungkapan Komponen Laporan Keaangan PT.
Bank Mnamalat Indonesia, Tbk
1. Penyajian Komponen Laporan Keaangan
Sesuai dengan Kerangfca Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan (KDPPLK), maka penyaluran dana bank syariah
menggunakan:
a. Prinsip musyarakah dan atau mudharabah untuk investasi atau
pembiayaan;
b. Prinsip muiabahah, salam, dan atau istishna untuk jualbeli;
c. Prinsip ijarah dan atau ijarah niuntahiyah bittamlik imtuk sewa
menyewa; atau
d. Prinsip lain yang sesuai dengan syariah.
Sesuai karakteristik, maka laporan keuangan PT.
Bank
Muamaiat Indonesia, Tbk menurut KDPPLK bank syariah meliputi:
a, Laporan keuangan yang mencenninkan kegiatan bank syariah
sebagai investor beserta hak dan kewajibannya yang dilaporkan
dalam:
1) Laporan posisi keuangan
2) Laporan laba rugi
3) Laporan arus kas, dan
4) Laporan perubahan ekuitas
78
b. Laporan keuangan yang mencerminkan perubahan dalam investasi
terikat yang dikeloia oleh bank syariah untuk kemanfeatan pihakpihak lain berdasarkan akad mudharabah atau agen investasi yang
dilaporkan dalam laporan perubahan dana investasi terikat, dan
c. Laporan yang mencenninkan peran bank syariah sebagai
pemegang amanah dan kegiatan sosial yang dikeloia secara
terpisah, yang dilaporkan dalam:
1) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infek dan
shadaqah.
2) Laporan sumber dan penggunaan dana qardul hasan.
KDPPLK merupakan kerangka yang menyajikan konsep yang
mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bank syariah.
KDPPLK menjelaskan secara spesifik mengenai penyaluran dana kepada
masyarakat
dan
laporan
keuangan
bank
syariah
berdasarkan
karakteristiknya. KDPPLK dan PSAK No. 59 merupakan suatu pedoman
yang komplementer dalam pedoman teknis pelaksanaan akuntansi bank
syariah.
Pada skripsi ini, penulis membatasi permasalahan hanya mengenai
informasi atas pembiayaan mudharabah dan musyarakah, maka sesuai
dengan KDPPLK prinsip yang digunakan adalah prinsip penyaluran dana
untuk investasi dan pembiayaan. Sesuai karakteristik yang ada pada
KDPPLK, maka laporan keuangan yang sesuai untuk kegiatan investasi
79
akan dilaporkan dalam : Laporan posisi keuangan, Laporan laba rugi,
Laporan arus kas, dan Laporan ekuitas. Unsur-unsur dalam laporan
keuangan tersebut disusun berdasarkan PSAK No. 59. Dengan kata lain,
penyajian laporan keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, diatur
dengan PSAK no. 59 dan PAPSI. Oleh karena itu, laporan keuangan hams
mampu memfasilitasi semua pihak yang terkait dengan bank syariah.
Dalam hal ini,
PSAK No. 59 dan PAPSI merupakan suatu standar dan
pedoman yang saling melengkapi dan dapat diharapkan sebagai ujung
tombak, baik dalam proses pengembangan bisnis Island raaupun dalam
pengembangan ilmu bisnis yang peduli pada moralitas, semangat agama,
dan kepedulian sosial.
3. Pengungkapan
Komponen
Laporan
Keuangan
PT.
Bank
Muamalat Indonesia, Tbk
Mengingat luasnya pengungkapan komponen laporan keuangan, maka
skripsi
ini dibatasi hanya mengenai pengungkapan pembiayaan
mudharabah dan musyarakah:
a.
Pembiayaan Mudharabah
1) Rincian jumlah pembiayaan mudharabah berdasarkan kas/nonkas, jenis penggunaan dan sektor ekonomi;
2) Jumlah pembiayaan mudharabah yang diberikan kepada pihak
yang mempunyai hubungan istimewa;
80
3) Jumlah pembiayaan mudharabah yang telah direstrukturisasi
dan informasi lain tentang pembiayaan mudharabah yang
direstrukturisasi selama periode berjalan;
4) Klasifikasi pembiayaan mudharabah menurut jangka waktu
(masa akad), kualitas pembiayaan, valuta dan tingkat bagi hasil
rata-rata;
5) Metode yang digunakan untuk menentukan penyisihan khusus
danumum;
6) Kebijakan, manajemen, dan pelaksanaan pengendalian risiko
portofolio pembiayaan mudharabah;
7) Besaraya
pembiayaan
mudharabah
bermasalah
dan
penyisihannya untuk setiap sektor ekonomi;
8) Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan
pembiayaan mudharabah bermasalah;
9) Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam penanganan
mudharabah bermasalah;
10)Ikhtisar pembiayaan mudharabah yang dihapus buku yang
menunjukkan saldo awal, penghapusan selama tahun berjalan,
penerimaan
atas
dihapusbukukan
pembiayaan
dan
pembiayaan
mudharabah
mudharabah
yang
yang
telah
telah
dihapustagih dan saldo akhir pembiayaan mudharabah yang
dihapusbuku, dan
81
ll)Kerugian
atas
penurunan
nilai
pembiayaan
mudharabah
(apabila ada).
b.
Pembiayaan musyarakah
1) Rincian jumlah pembiayaan musyarakah berdasaikan aktiva
kas/non-kas, modal mitra, jenis valuta, jenis penggunaan dan
sektor ekonomi;
2) Klasifikasi pembiayaan musyarakah menurut jangka waktu
akad pembiayaan, kualitas pembiayaan, tingkat bagi hasil ratarata;
3) Jumlah pembiayaan musyarakah yang diberikan kepada pihak
yang mempunyai hubungan istimewa;
4) Jumlah pembiayaan musyarakah yang telah direstrukturisasi
dan informasi
lain tentang pembiayaan musyarakah
yang
direstrukturisasi selama periode berjalan.
5) Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian resiko
portofolio pembiayaan musyarakah;
6) Besarnya
pembiayaan
musyarakah
bermasalah
dan
penyisihannya untuk setiap sektor ekonomi;
7) Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan dan
penanganan pembiayaan musyarakah bermasalah;
8) Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam penanganan
musyarakah bermasalah;
82
9) Dchtisar pembiayaan musyarakah yang dihapusbuku yang
menunjukkan saldo awal, penghapusan selama tahun berjalan,
penerimaan
atau
pembiayaan
musyarakah
yang
telah
dihapusbukukan dan pembiayaan musyarakah yang telah
dihapustagih dan saldo akhir pembiayaan musyaxakah yang
dihapusbuku.
10)Kerugian atas penurunan nilai pembiayaan musyarakah
(apabila ada).
Setelah dikeluarkannya KDPPLK bank syariah dan PSAK No. 59,
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) bersama Bank Indonesia (BI) telah
menyusun PAPSI ( Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia).
PAPSI tersebut berisi tentang kodifikasi-kodifikasi yang relevan atas
ketentuan perbankan syariah yang berlaku saat ini dan pengungkapan
komponen laporan keuangan yang telah dijelaskan diatas.
PSAK No. 59 dan PAPSI merupakan sesuatu yang komplementer.
Sebagai sebuah standar, PSAK No. 59 dibuat secara umum, sedangkan
PAPSI dibuat secara detail. Keduanya dapat diharapkan sebagai
instrument yang dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap PT.
Bank Muamalat Indonesia, Tbk dalam penyaluran dana kepada
masyarakat.
Download