BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembiayaan pada PT. Bank Mnamalat Indonesia, Tbk 1. Proses Pembiayaan Dokumen PT. Bank Mnamalat Indonesia, Tbk a. Permohonan nasabah Mudharib mengajukan permohonan ke bagian pembiayaan. Dalam tahap ini biasanya dilakukan tanya jawab yang mencakup : jenis usaha, lama usaha, dan lokasi usaha. Tujuan penggunaan pembiayaan dalam tahap mi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk sudah dapat menilai apakah calon Mudharib itu layak atau tidak diberikan pembiayaan. b. Data pendukung yang diperlukan 1) Legalitas pribadi / usaha 2) Laporan Keuangan 3) Data Jaminan diantaranya: a) Sertifikat tanah b) Kendaraan (bila ada) c. Analisis awal pejabat Analisis awal pejabat dilakukan dalam rangka menilai informasi, data-data serta fakta di lapangan sehubungan diajukannya permohonan pembiayaan oleh nasabah. Untuk memperoleh data- 43 44 data dan informasi tentang calon Mudharib, cara yang dilakukan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk adalah sebagai berikut: 1) Wawancara Wawancara dilakukan oleh account officer antara pihak bank dengan calon debitur. Wawancara dapat dilakukan di kantor PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, di perusahaan calon4 Mudharib atau di tempat lainnya. Wawancara dengan para pejabat inti perusahaan calon Mudharib hams dilakukan dengan persiapan yang cukup yaitu mempelajari teriebih dahulu data-data yang telah disampaikan oleh calon Mudharib dalam proposal permohonan pembiayaan. 2) Call Visit (kunjungan laporan) Call visit berarti melakukan observasi langsung ke lokasi usaha, sesuai waktu yang telah dijadwalkan. Kunjungan ini memegang peranan yang penting dalam memperoleh informasi yang di perlukan, tidak hanya itu, call visit dapat pula mempererat hubungan antara pihak bank dan nasabahnya. Hal- hal yang diperoleh dan hasil call visit kemudian disimpan dalam dokumen calon Mudharib yang bersangkutan sebagai bahan pengolahan permohonannya. 45 3) Call Report (laporan kunjungan) Call report berarti membuat laporan dari hasil observasi, aktivitas dan kunjungan , analisis dan penarikan kesimpulan yang disusun secara rapi dan sisteraatis dalam bentuk laporan. d. Analisis Lanjutan Pejabat Bank Setelah bahan pertimbangan diperoleh dari informasi yang berhasil diambil dihimpun dari analisis awal pejabat, selanjutnya dilakukan analisis lanjutan yang antara lain: 1) Analisis Keuangan : seperti ; kondisi keuangan perusahaan tidak menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun, tingkat penjualan yang baik dan keuntungan perusahaan yang stabil dari tahun ke tahun. 2) Analisis Usaha / Industri : seperti ; perusahaan yang dikelola oleh calon Mudharib hams dalam keadaan baik, prospek yang jelas dan mampu menghasilkan produk yang telah ditargetkan. 3) Analisis Manajemen : seperti ; tingkat penjualan dan keuntungan kerugian dan pemasaran. 4) Analisis Yuridis Usaha : seperti ; surat ijin usaha, struktur organisasi perusahaan 5) Analisis Karakter : seperti ; tingkat keimanan calon Mudharib, sifat dan karakter calon Mudharib. 46 6) Analisis Jaminan : seperti ; barang yang dijadikan jaminan, tidak cacat dan bemilai lebih dari pembiayaan diberikan 70% dari taksiran jaminan. e. Hasil analisis dari proposal permohonan pembiayaan Hasil analisis ini diajukan kepada komite pembiayaan yang diberikan wewenang untuk mengeluarkan keputusan menyetujui atau tidak permohonan pembiayaan karena dianggap layak atau tidak dalam memenuhi persyaratan. Jika kesimpulan dari analisis diatas bahwa calon nasabah layak diberikan pembiayaan maka bagian pembiayaan membuat kesimpulan dan meminta persetujuan dari pimpinan, yaitu persetujuan Pembiayaan Kredit (Credit Commite Member). f. Offering Letter Bila panitia Pembiayaan Setuju, maka Pejabat Bank membuat Offering Letter (persetujuan Prinsip Bersyarat). Offering Letter memuat ketentuan dan persyaratan pembiayaan, dan dicantumkan pula klausula "material adverse change" yaitu bilamana terdapat perubahan atas kondisi keuangan, jaminan atau hal-hal lain yang menurut pertimbangan bank bisa terpenuhinya persyaratan pembiayaan, membatalkan offering letter tersebut. mengakibatkan tidak maka bank berhak untuk 47 g. Pengikatan Pembiayaan Bila nasabah setuju atas persyaratan atas Offering letter, maka akan dilanjutkan dengan pengikatan pembiayaan dan jaminan yang selanjutnya diberikan ke notaris, penandatanganan akad/perjanjian pembiayaan di depan notaris dan ulama, h. Pencairan Pembiayaan Pencairan atas pembiayaan yang telah disetujui harus dilakukan berdasarkan ketentuan persyaratan penarikan yang telah disepakati para pihak dalam akad. Dalam pencairan dana ini hams berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Hanya dapat dilakukan apabila seluruh syarat-syarat yang ditetapkan dalam persetujuan pembiayaan telah terpenuhi oleh Mudharib. 2) Sebelum dilakukan pencairan dana, harus dipastikan bahwa seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan pembiayaan yang telah diselesaikan atau dipenuhi dan telah memberikan perlindungan yang memadai bagi bank. i. Monitoring PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk melakukan monitoring terutama terhadap setiap transaksi yang dilakukan Mudharib yang berkaitan dengan fasilitas pembiayaan yang telah diberikan. Pengawasan ini merupakan hak PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk sebagai Shahibul Maal sepanjang tidak memenuhi manajemen 48 proyek usaha Mudharib. Salah satu metode pengawasan adalah dengan taelakukan progam kunjungan berkala (period call) ke lokasi usaha Mudharib minimal 3 (tiga) bulan sekali untuk memantau perkembangan usaha Mudharib, meminta laporan bulanan dari pihak Mudharib, laporan kunjungan hams dibuat dan diedarkan kepada manajemen. j. Pelunasan. Pada akhir pembiayaan Mudharib harus melunasi dana yang telah diberikan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk beserta dengan peihitungan bagi hasil yang harus dilakukan dengan persetujuan semua pihak, sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. Apabila Mudharib mengalami kesulitan dalam melunasi kewajibannya maka dapat diselesaikan sesuai dengan kebijakan penyelesaian pembiayaan bermasalah yang ada di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Proses pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk yang telah diuraikan diatas, merupakan prosedur dalam pemberian pembiayaan kepada calon Mudharib yang hams dilakukan dari pengajuan permohonan ke bagian pembiayaan sampai dengan pelunasan pembiayaan. Bank dan calon Mudharib mempunyai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan dari awal akad sampai pada pelunasan.Pendapatan bagi hasil antara kedua belah pihak dihitung berdasarkan nisbah yang telah disepakati diawal akad. 49 2. Penerapan Bagi HasU pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk a. Sistem Pencatatan Distribusi Hasil Usaha Pada umumnya Lembaga Keuangan Syariah boleh menggunakan sistem Accrual basis maupun Cash basis dalam administrasi keuangan, Dari segi kemaslahatan, pencatatan dilakukan dengan sistem accrual basis, sedangkan dalam distribusi hasil usaha ditentukan atas dasar cash basis (penerimaan yang bener-bener terjadi) dan penetapan sistem yang dipilih hams disepakati akad. PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, mengakui pendapatan margin dan bagi hasil atas pembiayaan yang diberikan dan aktiva produktif yang lainnya baik yang di klasifikasi sebagai performing dan non performing pada saat diterima (cash basis). Metode pencatatan ini berprinsip bahwa pendapatan baru benar-benar diakui apabila telah diterima secara fisik/tunai maupun pendapatan yang belum diterima dengan catatan dalam kurun waktu setahun kedepan, sekaligus mengantisispasi pencatatan dana tidak nil. b. Prinsip Distribusi Hasil Usaha Perbankan syariah pada umumnya umumnya menggunakan sistem profit sharing dan revenue sharing, tergantung kebijakan masing-masing bank. Profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil net dari total pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk 50 memperoleh pendapatan tersebut. Revenue sharing adalah periiitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut Bank-bank syariah yang ada di Indonesia saat ini menggunakan perhitungan bagi hasil atas revenue sharing, tidak terkecuali PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Sistem revenue sharing memungkinkan penerimaan tingkat bagi hasil lebih besar jika dibanding dengan suku bunga pasar yang berlaku. B. Analisis Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk 1. Mekanisme Pembiayaan Mudharabah a. Teknis Perbankan Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama antara Bank (sebagai penyedia dana) dengan pihak Iain (Mudharib) yang mempunyai keahlian atau ketrampilan untuk mengelola suatu usaha yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dan penggunaan dana Bank yang dikelola Mudharib dibagi bersama berdasarkan nisbah yang disepakati di awal akad. Dalam melakukan pembiayaan mudharabah, langkah- langkah yang harus diperhatikan dapat dibedakan kedalam pembiayaan badan usaha dan pembiayaan untuk proyek, yaitu ; 51 1) Pembiayaan Badan Usaha, yaitu Bank mendirikan suatu badan usaha yang bergerak dalam usaha tertentu dengan hasil keuntungan berbentuk deviden. Langkah-langkah yang harus diperhatikan adalah: a) Identifikasi proyek atau bisnis yang akan dibiayai; b) Melakukan fesebility studi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana profitability dan kelayakan usaha; c) Melakukan persiapan-persiapan dari segi legal termasuk memorandum and articles of association untuk memungkinkan perusahaan untuk segera dilaporkan; dan d) Menunjuk anggota direksi yang akan mengeiola jalannya perusahaan. 2) Pembiayaan Proyek a) Pembiayaan usaha atau kontrak yang timbul manakala nasabah membutuhkan dana di muka modal kerja proyek yang telah didapatnya; b) Keberhasilan pembiayaan ini sangat tergantung kepada kinerja nasabah dalam menjalankan usaha sesuai dengan kontrak dan kemampuannya membayar tepat pada waktunya; c) Melakukan analisis kredit dan evaluasi terhadap proposal yang diajukan; 52 d) Menerbitkan Offering Utter manakala proposal telah disetujui dan diutarakan pula didalamnya syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh nasabah dalam rangka mendapatkan fasilitas pembiayaan. b. Skema Teknis Perbankan Pembiayaan Mudharabah PERJANJIAN BAGIHASIL MUDHARIB BANK MUAMALAT oda!100% PROYEKUSAHA Nisbah X % Nisbah Y % PEMBAGIAN KEUNTUNGAN I MODAL Sumber: Muamalat Institute Keterangan : - Bank Muamalat bertindak sebagai Shahibul Maal dan Nasabah sebagai Mudharib. - Bagi hasil dihitung berdasarkan nisbah yang disepakati (Nasabah = X % dan Bank = Y %) 53 c. Tujuan Pembiayaan Mudharabah 1) Untuk modal kerja 2) Untuk investasi 3) Untuk modal kerja dan investasi d. Akad Perjanjian Pembiayaan Mudharabah Didalam akad perjanjian harus disebutkan dengan jelas baik secara tersirat maupun tersurat mengenai tujuan pembiayaan, jumlah pembiayaan, jangka waktu, nisbah bagi hasil dan Iain-lain yang tercantum dalam Surat Persetujuan Prinsip. e. Modal Shahibul Maal (PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) Modal hanya diberikan untuk tujuan usaha yang sudah jelas dan disepakati bersama. Modal yang diberikan berupa uang tunai dan atau barang yang diperlukan dalam usaha dan jelas nilai mata uangnya. Modal yang diserahkan ke Mudharib harus berjumlah 100% milik Shahibul Maal. Seandainya modal diserahkan secara bertahap, maka harus jelas tahapannya dan disepakati bersama. f. Bagi Hasil Shahibul Maal dan Mudharib 1) Keuntungan yang diperoleh merupakan hasil dari pengelolaan dana pembiayaan Mudharabah yang diberikan dengan persyaratan : a) Perhitungan dari pendapatan total proyek ( Pendekatan Revenue Sharing atau Profit Sharing). 54 b) Landasan pertritungan Cash Flow yang reasonable yang disepakati bersama. c) Pembagian bagi hasil dilakukan secara periodik yang disepakati. d) Besar hasil usaha sesuai dengan nisbah yang disepakati. e) Pembagian hasil usaha yang diberikan kepada bank dan Mudharib, selain dari itu tidak berhak menerimanya. f) Bank akan menanggung resiko bila terjadi kemgian yang bukan dilakukan atau kelalaian Mudharib. g) Bila terjadi kegagalan usaha dan menyebabkan kerugian disebabkan oleh kelalaian Mudharib, maka kerugian tersebut harus ditanggung Mudharib (menjadi piutang Bank kepada Mudharib).. 2) Tata Cara Periiitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk a) Teknis Perbankan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mekanisme bagi hasil pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut: (1) Bank menyediakan 100 % pembiayaan suatu proyek usaha. (2) Pengusaha pengelola proyek usaha tanpa campur tangan bank, namun bank mempunyai hak atau tindak lanjut dan pengawasan. 55 (3) Bank dan pengusaha sepakat melalui negosiasi tentang porsi bagian keuntungan masing-masing. (4) Apabila terjadi rugi, bank akan menanggung kerugian sebesar pembiayaan pengusaha yang menanggung disediakan, kerugian sedangkan tenaga, waktu, managerial skiil, serta perhitungan nisbah keuntungan bagi hasil yang akan diperolehnya. b) Cara Pembagian Bagi Hasil antara Bank dan Nasabah (1) Jadwal pembayaran yang tetap dan jelas hendaklah dilaksanakan sebagaimana tertera dalam perjanjian yang telah disepakati bersama. (2) Semua pembayaran akan berlangsung dialamatkan oleh nasabah langsung ke PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. (3) Kontrak Mudharabah secara otomatis akan berakhir dengan terpenuhinya seluruh kewajiban nasabah terhadap bank. c) Menentukan Nisbah Bagi hasil Pembiayaan Mudharabah Untuk merencanakan suatu perjanjian pembiayaan mudharabah, hal yang utama ditetapkan pada saat akad adalah menetapkan nisbah bagi hasil. Besarnya nisbah bagi hasil tidak hams sama setiap bulannya, sesuai kesepakatan dalam akad. 56 g. Pekerjaan / Usaha Bank berhak raelakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha Mudharib. Shahibul Maal (PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk) tidak boleh membatasi usaha/tindakan Mudharib dalam memperoleh keuntungan, kecuaU di luar perjanjian (usaha yang telah ditetapkan) atau yang menyimpang dan aturan syariah. h. Dokumentasi 1) SuratPersetujuanPrinsip (Offering Letter) 2) Perjanjian/AkadPembiayaan 3) Surat Permohonan Realisasi Pembiayaan (SPRP) 4) Surat Penyerahan Modal, dilampiri dengan : 5) TandaTerimaUangNasabah(TTUN) dan atau 6) Surat Tanda Terima Barang oleh nasabah (STTB) PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk menggunakan perhitungan bagi hasil dengan pendekatan revenue sharing, nisbah bagi hasil disepakati pada awal akad dan pembagiannya menurut kesepakatan anatara pihak Bank dan Mudharib. Sesuai dengan PSAK No. 59 apabila terjadi kerugian, maka pihak Bank akan menanggungnya kecuali disebabkan karena kelalaian Mudharib. Dalam pembiayaan mudharabah, PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk selaku Shahibul Maal menyediakan modal 100% untuk Mudharib 57 yang mempunyai keahlian khusus untuk menjalankan suatu proyek. Shahibul Maal dan Mudharib mempunyai hak dan kewajiban yang hanis dilaksanakan sampai pada pelunasan pembiayaan. 2. Penerapan Akantansi Pembiayaan Mndharabah pada PT. Bank Mnamalat Indonesia, Tbk a. Penanganan akuntansi mudharabah adalah sebagai berikut: 1) Syarat modal mudharabah a) Modal tidak bisa dijamin b) Hams diketahuijumlah dan tipenya c) Hams cash, tidak dapat berupa "piutang/debT d) Dana tidak bisa diambU sewaktu-waktu (sesuai jangka waktu yang diperjanjikan) 2) Pengesahan modal mudharabah a) Bila disepakati modal mudharabah dibayarkan dalam bentuk angsuran dan akan diberikan tanda terima saat pembayaran. b) Dalam hal kontrak mudharabah ditangguhkan sampai masa yang akan datang atau diperpanjang dan modal mudharabah belum dibayar penuh sampai saat jatuh tempo, maka transaksi tidak bisa disahkan kecuali modal ditransfer. c) Transaksi keuangan mudharabah hams disajikan dalam bentuk laporan keuangan dengan judul keuangan 58 mudharabah. Modal dalam bentuk asset mudharabah non moneter. d) Jumlah Mudharib yang belum membayar pada bank setelah menjalankan trasaksi mudharabah akan dianggap hutang/kewajiban Mudharib. b. Pengukuran Modal Mudharabah Pengukuran modal mudharabah yang digunakan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk adalah sebagai berikut: 1) Pada saat pengadaan kontrak a) Bank memberikan modal mudharabah dalam bentuk tunai, maka jumlah akan diukur dengan jumlah yang harus dibayarkan sesuai disposisi Mudharib. b) Bila bank memberikan modal dalam bentuk asset niaga, maka akan diukur dengan nilai setara yang disepakati antara bank dan Mudharib, dan jika sesuai penilaian realti terjadi perbedaan antara nilai yang dianggap setara dengan nilai bukunya, maka akan disahkan sebagai keuntungan atas kerugian dari bank tersebut. c) Modal berbentuk asset non moneter untuk pemanfaatan, asset itu akan diukur pada nilai yang setara, jika hasil taksiran tersebut berbeda antara nilai setara dengan nilai buku, maka akan disahkan sebagai keuntungan atau kerugian dari bank itu sendiri. 59 d) Pengeluaran untuk prosedur pengadaan kontrak yang dibayarican satu/dua belah pihak tidak akan dianggap sebagai bagian modal mudharabah, kecuali disepakati bersama. 2) Setelah pengadaan kontrak pada akhir jangka waktu transaksi keuangan a) Modal mudharabah akan dinilai setelah pengadaan kontrak; b) Bila sebagian modal mudharabah hilang sebelumnya dimulai pekerjaan karena rusak atau sebab-sebab lainnya tanpa pelanggaran atau Mudharib, maka akan dikurangkan dari modal mudharabah dan keragian tersebut akan diperlakukan sebagai hutang jatuh tempo di pihak Mudharib. c Perlakuan Akuntansi pembiayaan mudharabah menurut PSAK No. 59 Selain menggunakan penanganan akuntansi mudharabah dan pengukuran modal mudharabah seperti yang telah diuraikan diatas, PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk juga menggunakan akuntansi pembiayaan mudharabah yang berpedoman pada PSAK No. 59 (2004) (dalam hal ini PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk bertindak sebagai Shahibul Maal) 1) Pengakuan dan pembiayaan mudharabah 60 a) Pembiayaan mudharabah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan aktiva non kas kepada pengelola dana; dan b) Pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui pada setiap tahap pembayaran atau penyerahan. 2) Pengukuran pembiayaan mudharabah a) Pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah uang yang diberikan bank pada saat pembayaran; b) Pembiayaan mudharabah dalam bentuk aktiva non kas : (1) diukur sebasar nilai wajar aktiva non kas pada saat penyerahan; dan (2) selisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non kas diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank; dan c) beban yang terjadi sehubungan dengan mudharabah tidak dapat diakui sebagai bagian pembayaran mudharabah kecuali telah disepakati bersama. 3) Pengakuan Laba atau Rugi mudharabah Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan: a) Laba pembiayaran mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati; dan b) Rugi yang terjadi dalam periode terjadinya rugi tersebut dan mengurangi saldo pembiayaan mudharabah 61 d. Pencatatan Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Pencatatan akuntansi pembiayaan mudharabah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dilakukan seperti dibawah ini, pencatatan didasarkan pada bank sebagai pemilik dana (Shahibul Maal): Pada tanggal 10 Juni 2002 Bank Syariah menyetujui pemberian fesilitas modal kerja kepada perusahaan angkutan bus yang berada di Purwokerto dengan data sebagai berikut: Plafond : Rp 12.000.000.000 Kegunaan : Modal Usaha Transportasi ObjekBagiHasil : Pendapatan Nisbahbagihasil : 80 untuk bank syariah dan 20 untuk nasabah. Jangkawaktu : 60bulan Biaya administrasi : Rp 120.000.000 Pelunasan : Pengembalian modal bank dilakukan setiap tahun sebesar Rp 600.000.000 Pengikatan : Notaris Keterangan lain : Pemberian Modal: V Tahap 1 (10 Juni 2002) dalam bentuk 10 bus dengan nilai wajar Rp. 7.500.000.000 dan berupa uang sebesar Rp.2.000.000 62 ^ Tahap 2 (25 juni 2002) dalam bentuk uang langsung di kredit ke rekening sebesar sisa modal. Penjelasan lain: 1) Harga perolehan 10 buah bus adalah Rp. 7.000.000.000 2) Dari hasil laporan diketahui bahwa: a. Pendapatan bulan Juli (ke-I) sebesar Rp. 500.000.000 dan atas bagian bank di debet dari rekening nasabah. b. Dan seterusnya c Dalam bulan April 2003 (ke-10) diperoleh laporan pendapatan sebesar Rp. 400.000.000 dan saldo rekening nasabah tidak mencukupi untuk membayar bagian bank. 3) pengembalian modal tahun ke-1 sampai tahun ke-3 berjalan sesuaijadwal 4) Pada bulan September 2003 (ke-15) perusahaan tersebut mengalami kerugian sebesar Rp. 150.000.000 dan atas penyelidikan yang dilakukan tersebut bukan kesalahan nasabah. 5) pada tahun ke-5 akibat terjadi perselisihan keluarga, Mudharib tidak dapat mengembalikan modal. Dari transaksi diatas, maka pencatatannya adalah sebagai berikut: (dalam Rp 000) 63 1) Pembelian 10 bus dengan harga perolehan Rp 7.000.000 Juni'02 Persediaan/Aktiva Rp 7.000.000 Rekening Dealer/Kas Rp 7.000.000 2) Persetujuan Pembiayaan Juni'02 Komitmen-Pembiayaan Rp 12.000.000 Mudharabah 3) Penyerahan Modal tahap 1 Juni'02 Pembiayaan Mudharabah Rp 9.500.000 Persediaan Rp 7.000.000 Kas Rp 2.000.000 Keuntungan penyerahan Aktiva Komitmen-Pembiayaan Rp 500.000 Rp 9.500.000 Mudharabah 4) Satu bus sebelum sampai dan diserahkan kepada Mudharib mengalami kecelakaan Juni'02 Kerugian Mudharabah Pembiayaan mudharabah Rp 700.000 Rp 700.000 64 Juni'02 Komftmen-Pembiayaan Rp 700.000 Mudharabah 5) Atas kecelakaan tersebut diserahkan kembali sebuah bus yang dibeli dengan harga Rp. 800.000 Juni*02 Pembiayaan Mudharabah Rp 700.000 Kerugian penyerahan barang Rp 100.000 Aktiva Nonkas/Persediaan Juni'02 Komitmen-pembiayaan Rp 800.000 Rp 800.000 Mudharabah 6) Penyerahan modal tahap 2 Juni'02 Pembiayaan Mudharabah Rp 2.500.000 Kas/Rekening Nasabah Rp 2.500.000 7) Penerimaan Biaya Administrasi Juni'02 Rekening Nasabah/Kas Pendapatan biaya administrasi Rp 120.000 Rp 120.000 65 8) Penerimaan pendapatan Juli'03 Rekening Mudharib Rp 400.000 Pendapatan bagi hasil Perhitungan: Bank : Mudharib 80% : 20% Rp 400.000 RUMUS = Nisbah x Revenue sharing Bank =* 80% x Rp 500.000 -Rp 400.000 Mudharib = 20% x Rp 500.000 = Rp 100.000 9) Pengakuan pendapatan April'03 Piutang kepada Mudharib Rp 320.000 Pendapatan bagi hasil Rp 320.000 Perhitungan : 80% x Rp 400.000 = Rp 320.000 10) Pengembalian modal dari tahun ke-1 sampai tahun ke 3 Juni Rekening Nasabah Pembiayaan Mudharabah Rp 600.000 Rp 600.000 66 11) Kerugian bukan kelalaian nasabah Sept'03 Kerugian Mudharabah Kp 100.000 Pembiayaan Mudharabah Rp 100.000 Rp 600.000 12) Modal akhir tidak dapat dikembalikan Juni'06 Kerugian Mudhanb Pembiayaan Mudharabah Rp 600.000 Pada pencatatan akuntansi diatas, PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk mengakui pembiayaan mudharabah pada saat pembayaran kas sebesar Rp 12.000.000.000,-, sebagaimana diatur dalam PSAK No. 59. Dalam kasus tersebut, PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk memberikan pembiayaan secara bertahap kepada Mudharib, pencatatan diatas sesuai dengan PSAK No. 59 yang menyebutkan pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui pada setiap pembayaran atau penyerahan. Pengakuan laba rugi pembiayaan mudharabah dihitung berdasarkan nisbah yang disepakati, dalam hal ini PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk menggunakan perhitungan bagi hasil didasarkan pada revenue sharing yaitu total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Menurut PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, sistem revenue sharing memungkinkan penerimaan tingkat bagi hasil lebih besar jika dibanding tingkat suku bunga pasar yang berlaku. 67 C Analisis Pembiayaan Masyarakah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk 1. Mekanisme Pembiayaan Musyarakah Musyarakah adalah kerjasama yang dilakukan dua atau lebih Badan atau orang untuk mengikatkan diri dalam perserikatan modal dan keuntungan. Kerjasama tersebut bisa benipa modal atau jasa. Dalam musyarakah mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjumya mitra dapat mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank. Prinsip yang diberikan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk atas dasar prinsip kehati-hatian dengan peraturan Islam, hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian dan untuk memperoleh keuntungan. Dalam mekanisme pembiayaan musyarakah, keuntungan yang diperoleh dan kerjasama antara bank dan mitra dihitung berdasarkan nisbah yang disepakati , sedangkan kerugian dihitung berdasarkan besarnya porsi modaJ yang disetorkan. 2. Aspek Syariah Pembiayaan Musyarakah a. Musyawarah dan kesepakatan Kesepakatan para pihak antara bank dan mitra sangat diperlukan dalam menentukan keputusan dan akan memperiancar urusan. Dua 68 belah pihak masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang sama, serta bersama menjaga amanah dana masyarakat b. Jaminan Jaminan diperlukan untuk menghindari adanya resiko-resiko yang merugikan bank, untuk menghindari terjadinya penyimpangan yang dilakukan mitra terhadap kesepakatan. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah syarat transaksi/pengikatan yang hams dilakukan nasabah bank yang dipergunakan sebagai data masuk dan bukti dari perjanjian. d. Saksi Persaksian merupakan alat bukti bagi hakim untuk memutuskan perkara. Saksi harus orang yang adil bijaksana, tidak cacat mata, bisa bicara (bukan bisu), dan juga tidak cacat hukum. e. Wakil/Agen Wakil atau agen adalah seseorang atau badan yang diberi kuasa atau yang ditunjuk untuk mewakili, atau bertindak atas nama Shahibul Maal dan mempunyai hubungan tetap dengan yang diwakilinya. Aspek syariah pembiayaan musyarakah adalah ketentuan yang ada pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk untuk calon nasabah yang menjadi mitra dalam pembiayaan musyarakah. Ketaatan terhadap aspek syariah tersebut sangat diperlukan untuk pengikatan diri antara bank dan mitra 69 dalam pembiayaan musyarakah dan memperlancar pemberian pembiayaan sampai pada tahap pehmasan pembiayaan musyarakah. 3. Penerapan Akantansi Pembiayaan Musyarakah pada PT. Bank Mnamalat Indonesia, Tbk a. Perlakuan akuntansi pembiayaan musyarakah menurut PSAK No. 59 Dalam Pengakuan dan pengukuran akuntansi pembiayaan musyarakah, PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk berpedoman pada PSAKNo.59(2004). 1) Pengakuan dan Pengukuran Awal Pembiayaan Musyarakah a) Pembiayaan musyarakah diakui pada saat membayar tunai atau penyerahan aktiva non-kas kepada mitra musyarakah. b) Pengukuran pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut: (1) Pembiayaan musyarakah dalam bentuk: (a) Kas dinilai sejumlah barang yang dibayarkan, dan (b) Aktiva non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non-kas, makaselisih tersebut diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank pada saat penyerahan. (2) Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan) tidak dapat diakui sebagai 70 bagian pembiayaan musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra musyarakah. 2) Pengukuran bagian bank atas pembiayaan musyarakah setelah akad a) Bagian bank atas pembiayaan musyarakah permanen dinilai sebesar nilai historis (jumlah yang dibayaikan atau nilai wajar aktiva non kas pada saat penyerahan modal musyarakah) setelah dikurangi dengan kenigian, apabila ada. b) Bagian bank atas pembiayaan musyarakah menurun dinilai sebesar nilai historis sesudah dikurangi dengan bagian pembiayaan bank yang telah dikembalikan oleh mitra (yaitu sebesar harga jual yang wajar) dan kerugian, apabila ada. Selisih antara nilai wajar bagian pembiayaan musyarakah yang dikembalikan diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank pada periode berjalan. c) Jika akad musyarakah yang belum jatuh tempo diakhiri dengan pengembalian seluruh atau sebagian modal, maka selisih antara nilai historis dan nilai pengembalian diakui sebagai laba atau rugi bank pada periode berjalan. d) Pada saat diakhiri, pembiayaan musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada mitra. 71 b. Tata Cara Bagi Hasil Usaha dari Pembiayaan Musyarakah yang berlaku di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk 1) Bank sebagai mitra nasabah yang menyediakan dana kurang dari 100% pembiayaan proyek tergantung pada porsi modal kedua belah pihak. Dalam hal ini biasanya PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk hanya menyediakan modal kurang dari modal nasabah yang disetorkan dalam pembiayaan. 2) Pembiayaan musyarakah yang dilakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk berupa kas/tunai 3) Telah memenuhi syarat kelayakan usaha 4) Pemohon pembiayaan haruslah nasabah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (mempunyai rekening tabungan Giro maupun Deposito minimal 6 bulan teiakhir) 5) Melakukan akad perjanjian dan menentukan syarat-syarat kerjasama pembiayaan 6) Perhitungan porsi nisbah untuk bagi hasil pembiayaan musyarakah dapat disesuaikan dengan porsi modal yang disetorkan ataupun sesuai dengan kesepakatan bersama pada akadawal. 72 7) Pembagian bagi hasil dilakukan pada waktu yang telah disepakati bereama, misalnya pertengahan tahun buku atau yang telah disepakati. 8) Poisi bagi basil yang merupakan bagian bank merupakan pendapatan yang diakui oleh bank. 9) Pembiayaan musyarakah di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk biasanya dilakukan dalamjangka waktu lebih dari 5 tahun. 10) Bank sebagai mitra nasabah dapat melakukan intervensi manajemen terhadap proyek yang dilakukan nasabah. 1 l)Pembiayaan musyarakah dapat dilakukan dengan cara konstan (permanent) atau menurun. 12)Apabila terjadi rugi, bank dan mitra akan menanggung kerugian tersebut berdasarkan modal yang disetorkan. Namun apabila rugi tersebut akibat kelalaian pengelola usaha musyarakah, maka ditanggung oleh mitra pengelola musyarakah. Tata cara bagi hasil usaha pembiayaan musyarakah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk sama dengan PSAK No. 59 yaitu pembiayaan musyarakah diakui secara kas berdasaikan kesepakatan porsi modal antara bank dan mitra. Pembiayaan dapat dikalkukan secara permanent dan menurun. Pembagian bagi hasil dilakukan pada waktu yang telah disepakati bersama sesuai dengan porsi nisbah bagi hasil yang disepakati pada saat awal akad. 73 c. Pencatatan Akuntansi Pembiayaan Musyarakah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Pencatatan akuntansi pembiayaan musyarakah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dilakukan seperti dibawah ini : Pembiayaan musyarakah antara PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dan Universitas X. Universitas bergerak di bidang pendidikan dengan modal yang diperlukan sebesar Rp 40.000.000.000,-. Dalam hal ini modal yang dimiliki Universitas X 30.000.000.000,- dengan demikian porsi bank sebesar Rp Rp 10.000.000.000,-. Dalam kesempatan awal antara PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dan Universitas X dengan asumsi : pembiayaan dilakukan dalam jangka waktu 6 tahun yaitu terhitung 1 April 2003 - 1 April 2008. Porsi pembagian pendapatan bagi hasil yang disepakati adalah 30% untuk bank dan 70% untuk nasabah. Pembagian bagi hasil atas keuntungan adalah setiap tanggal 31 Juli yang diperoleh dari pendapatan penerimaan uang gedung yang diterima Universitas X dari para mahasiswa. Dimana dalam 6 tahun diproyeksikan besarnya pendapatan uang gedung yang diterima Universitas X adalah sebagai berikut: I. Juni 2003 Rp 3.000.000.000,- II. Juni 2004 Rp 4.000.000.000,- III. Juni 2005 Rp 3.500.000.000,- IV. Juni 2006 Rp 3.000.000.000,- 74 V. Juni 2007 Rp 2.000.000.000,- VL Juni 2008 Rp 4.500.000.000,- Didalam pelaksanaan awal pembiayaan ini, Universitas X dikenakan biaya pembayaran administrasi notaris untuk sebesar Rp pengesahan 2.000.000,- usaha dan pembiayaan musyarakah ini sebesar Rp 3.000.000,-. Penyelasaian perhitungan bagi hasil dan pengakuan pendapatan dalam pembiayaan musyarakah pennanen dengan tabel berikut: Tabel 3 Pembiayaan Musyarakah Pennanen PT. Bank Muamalat Indonesia dan Universitas'T (dalam Rp 000) KONTRIBUSI THN KONTRIBUSI MODAL (Rupiah) SUB MAAN NASABAH (%) BANK TOTAL UANG BANK Universitas X lMeiO3 PENERI 10.000.000 30.000.000 GEDUNG 40.000.000 30 Juni 03 30 Juni04 Universitas X 30 70 3.000.000 900.000 2.100.000 4.000.000 1.200.000 2.800.000 3.500.000 1.050.000 2.450.000 3.000.000 900.000 2.100.000 2.000.000 600.000 1.400.000 30 Juni 05 30 Juni 06 30 Juni 07 30 Juni 08 (10.000.000) 40.000.000 Sumber: PI. Bank Muamalat Indonesia, Tbk 20.000.000 6.000.000 14.000.000 75 Pada kasus diatas, diasumsikan bahwa tidak terdapat kenigian, tetapi adanya penurunan didalam penerimaan uang gedung pada periode tertentu yang mengakibatkan pendapatan bagi hasil menurua Pencatatan akuntansi untuk kasus diatas adalah sebagai berikut: (dalam Rp 000) a. Pencatatan pada saatpembkyaanmusyarakahdiberikankepadanasabah April'03 Pembiayaan musyarakah Rp 10.000.000 Kas/RekeningGiro Nasabah Rp 10.000.000 b. Pencatatan atas pembebanan biaya yang dikeluarkan pada saatakad April'03 c. Rekening Giro Nasabah Rp 5.000 Pendapatan administrasi Rp 2.000 Rekening Notaris Rp 3.000 Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil Juli'04 Kas Rp 900.000 Pendapatan Bagi Hasil Rp 900.000 d, Pencatatan atas pelunasan pembiayaan musyarakah April'04 Kas Pembiayaan yang diberikan Rp 10.000.000 Rp 10.000.000 76 e. Apabiia pada tanggal 1 Mei 2008 pendapatan atas bagi hasil yang belum diterima oleh bank, maka akan mencatat bagi hasil tersebut sebagai piutang mitra kepada bank. Pencatatan atas bagian bank yang belum diterima setelah akad berakhir Mei'08 Piutang Rp 1.350.000 Pendapatan musyarakah f. Rp 1.350.000 Pencatatan atas pelunasan piutang oleh mitra bank pada tanggal 31 Juli 2008 Juli'08 Kas Rp 1.350.000 Piutang Musyarakah Rp Pencatatan pembiayaan musyarakah pada PT. 1.350.000 Bank Muamalat Indonesia, Tbk diakui pada saat pembiayaan musyarakah diberikan kepada nasabah sebesar Rp 10.000.000.000,-, pencatatan ini sama dengan ketentuan PSAK No. 59 dalam pengakuan dan pengukuran awal pembiayaan musyarakah. Biaya administrasi dan pembayaran notaris merupakan pelaksanaan awal pembiayaan musyarakah, maka diakui sebagai biaya. Hal ini sesuai dengan PSAK No. 59 yang tidak dapat mengakui biaya yang terjadi akibat akad musyarakah sebagai bagian pembiayaan musyarakah. Pencatatan atas penerimaan pendapatan bagi hasil diakui sebesar porsi nisbah yang disepakati pada awal akad. 77 D. Penyajian dan Pengungkapan Komponen Laporan Keaangan PT. Bank Mnamalat Indonesia, Tbk 1. Penyajian Komponen Laporan Keaangan Sesuai dengan Kerangfca Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK), maka penyaluran dana bank syariah menggunakan: a. Prinsip musyarakah dan atau mudharabah untuk investasi atau pembiayaan; b. Prinsip muiabahah, salam, dan atau istishna untuk jualbeli; c. Prinsip ijarah dan atau ijarah niuntahiyah bittamlik imtuk sewa menyewa; atau d. Prinsip lain yang sesuai dengan syariah. Sesuai karakteristik, maka laporan keuangan PT. Bank Muamaiat Indonesia, Tbk menurut KDPPLK bank syariah meliputi: a, Laporan keuangan yang mencenninkan kegiatan bank syariah sebagai investor beserta hak dan kewajibannya yang dilaporkan dalam: 1) Laporan posisi keuangan 2) Laporan laba rugi 3) Laporan arus kas, dan 4) Laporan perubahan ekuitas 78 b. Laporan keuangan yang mencerminkan perubahan dalam investasi terikat yang dikeloia oleh bank syariah untuk kemanfeatan pihakpihak lain berdasarkan akad mudharabah atau agen investasi yang dilaporkan dalam laporan perubahan dana investasi terikat, dan c. Laporan yang mencenninkan peran bank syariah sebagai pemegang amanah dan kegiatan sosial yang dikeloia secara terpisah, yang dilaporkan dalam: 1) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, infek dan shadaqah. 2) Laporan sumber dan penggunaan dana qardul hasan. KDPPLK merupakan kerangka yang menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bank syariah. KDPPLK menjelaskan secara spesifik mengenai penyaluran dana kepada masyarakat dan laporan keuangan bank syariah berdasarkan karakteristiknya. KDPPLK dan PSAK No. 59 merupakan suatu pedoman yang komplementer dalam pedoman teknis pelaksanaan akuntansi bank syariah. Pada skripsi ini, penulis membatasi permasalahan hanya mengenai informasi atas pembiayaan mudharabah dan musyarakah, maka sesuai dengan KDPPLK prinsip yang digunakan adalah prinsip penyaluran dana untuk investasi dan pembiayaan. Sesuai karakteristik yang ada pada KDPPLK, maka laporan keuangan yang sesuai untuk kegiatan investasi 79 akan dilaporkan dalam : Laporan posisi keuangan, Laporan laba rugi, Laporan arus kas, dan Laporan ekuitas. Unsur-unsur dalam laporan keuangan tersebut disusun berdasarkan PSAK No. 59. Dengan kata lain, penyajian laporan keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, diatur dengan PSAK no. 59 dan PAPSI. Oleh karena itu, laporan keuangan hams mampu memfasilitasi semua pihak yang terkait dengan bank syariah. Dalam hal ini, PSAK No. 59 dan PAPSI merupakan suatu standar dan pedoman yang saling melengkapi dan dapat diharapkan sebagai ujung tombak, baik dalam proses pengembangan bisnis Island raaupun dalam pengembangan ilmu bisnis yang peduli pada moralitas, semangat agama, dan kepedulian sosial. 3. Pengungkapan Komponen Laporan Keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Mengingat luasnya pengungkapan komponen laporan keuangan, maka skripsi ini dibatasi hanya mengenai pengungkapan pembiayaan mudharabah dan musyarakah: a. Pembiayaan Mudharabah 1) Rincian jumlah pembiayaan mudharabah berdasarkan kas/nonkas, jenis penggunaan dan sektor ekonomi; 2) Jumlah pembiayaan mudharabah yang diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa; 80 3) Jumlah pembiayaan mudharabah yang telah direstrukturisasi dan informasi lain tentang pembiayaan mudharabah yang direstrukturisasi selama periode berjalan; 4) Klasifikasi pembiayaan mudharabah menurut jangka waktu (masa akad), kualitas pembiayaan, valuta dan tingkat bagi hasil rata-rata; 5) Metode yang digunakan untuk menentukan penyisihan khusus danumum; 6) Kebijakan, manajemen, dan pelaksanaan pengendalian risiko portofolio pembiayaan mudharabah; 7) Besaraya pembiayaan mudharabah bermasalah dan penyisihannya untuk setiap sektor ekonomi; 8) Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan pembiayaan mudharabah bermasalah; 9) Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam penanganan mudharabah bermasalah; 10)Ikhtisar pembiayaan mudharabah yang dihapus buku yang menunjukkan saldo awal, penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atas dihapusbukukan pembiayaan dan pembiayaan mudharabah mudharabah yang yang telah telah dihapustagih dan saldo akhir pembiayaan mudharabah yang dihapusbuku, dan 81 ll)Kerugian atas penurunan nilai pembiayaan mudharabah (apabila ada). b. Pembiayaan musyarakah 1) Rincian jumlah pembiayaan musyarakah berdasaikan aktiva kas/non-kas, modal mitra, jenis valuta, jenis penggunaan dan sektor ekonomi; 2) Klasifikasi pembiayaan musyarakah menurut jangka waktu akad pembiayaan, kualitas pembiayaan, tingkat bagi hasil ratarata; 3) Jumlah pembiayaan musyarakah yang diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa; 4) Jumlah pembiayaan musyarakah yang telah direstrukturisasi dan informasi lain tentang pembiayaan musyarakah yang direstrukturisasi selama periode berjalan. 5) Kebijakan manajemen dalam pelaksanaan pengendalian resiko portofolio pembiayaan musyarakah; 6) Besarnya pembiayaan musyarakah bermasalah dan penyisihannya untuk setiap sektor ekonomi; 7) Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan dan penanganan pembiayaan musyarakah bermasalah; 8) Kebijakan dan metode yang dipergunakan dalam penanganan musyarakah bermasalah; 82 9) Dchtisar pembiayaan musyarakah yang dihapusbuku yang menunjukkan saldo awal, penghapusan selama tahun berjalan, penerimaan atau pembiayaan musyarakah yang telah dihapusbukukan dan pembiayaan musyarakah yang telah dihapustagih dan saldo akhir pembiayaan musyaxakah yang dihapusbuku. 10)Kerugian atas penurunan nilai pembiayaan musyarakah (apabila ada). Setelah dikeluarkannya KDPPLK bank syariah dan PSAK No. 59, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) bersama Bank Indonesia (BI) telah menyusun PAPSI ( Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia). PAPSI tersebut berisi tentang kodifikasi-kodifikasi yang relevan atas ketentuan perbankan syariah yang berlaku saat ini dan pengungkapan komponen laporan keuangan yang telah dijelaskan diatas. PSAK No. 59 dan PAPSI merupakan sesuatu yang komplementer. Sebagai sebuah standar, PSAK No. 59 dibuat secara umum, sedangkan PAPSI dibuat secara detail. Keduanya dapat diharapkan sebagai instrument yang dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dalam penyaluran dana kepada masyarakat.