BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Menurut Deddy Mulyana, Kata Komunikasi atau communication dalam Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”10. Istilah communis adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi adalah suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan di anut secara sama. Menurut Everett M. Rogers seperti yang dikutip oleh Deddy Mulyana, Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka11. Menurut Cangara, komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam12. Jadi, kalau dua orang dalam komunikasi, maka percakapan mereka dikatakan komunikatif bila keduanya, selain mengerti bahasa yang digunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan 10 11 12 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2001. Hal. 41. Deddy Mulyana. ibid. Hal. 62. Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2007. Hal. 20. 10 11 kesamaan makna. Dengan kata lain, mengerti bahasa saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi dapat dikatakan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang dipergunakan juga mengerti makna dari bahasa yang dipercakapkan. 2.1.2 Proses Komunikasi Salah satu model awal komunikasi yang dikemukakan Claude Shannon dan Warren Weaver (1949) yang dikutip oleh Deddy Mulyana dikenal dengan sebutan model matematis atau model teori informasi13. Shannon adalah seorang insinyur pada bell telephone dan ia berkepentingan dengan penyampaian pesan yang cermat melalui telepon. Weaver mengembangkan konsep Shannon untuk menerapkannya pada semua bentuk komunikasi. Untuk menjawab pertanyaan “Apa yang terjadi pada informasi sejak saat dikirimkan hingga diterima?” mereka menawarkan suatu model komunikasi seperti yang terlihat dalam gambar 2.1. Gambar 2.1 MODEL KOMUNIKASI SENDER ENCODING PESAN DECODING RECEIVER MEDIA NOISES FEEDBACK RESPONSES Sumber : Mulyana, (2001:138) 13 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2001. Hal. 137 12 Model Claude Shannon dan Warren Weaver (1949) yang dikutip oleh Deddy Mulyana meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni : 1) “Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. 2) Encoding: Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang. 3) Message: Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. 4) Media: Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. 5) Decoding: Pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. 6) Receiver: Komunikan yang menerima pesan dari komunikator. 7) Response: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan. 8) Feedback: Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. 9) Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya”14. Berdasarkan rangkaian proses komunikasi di atas, dapat dijelaskan informasi atau gagasan atau ide disampaikan oleh pengirim pesan (sender). Gagasan/ide tersebut merupakan suatu pesan (message) dan biasanya sender (pengirim pesan) menyampaikan gagasan atau melakukan pertukaran informasi dengan pihak lain yang memiliki jarak jauh menggunakan media agar lebih efisien dan diterima cepat oleh komunikan (receiver). Pada saat informasi disampaikan oleh sender maka komunikan (receiver) berusaha mengartikan (decoding) simbol-simbol pesan tersebut. Terkadang pada saat 14 Deddy Mulyana. ibid. Hal. 138. 13 melakukan percakapan antara komunikator kepada komunikan ada yang namanya noise (gangguan) sehingga sedikit mengganggu proses percakapan. Menurut Schramm seperti yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendy, menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan15. Bidang pengalaman (field experience) merupakan faktor yang penting dalam komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, maka komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti atau mencapai suatu pemahaman yang sama satu sama lain. Berikut gambar mengenai unsur-unsur yang mempengaruhi pemahaman : Gambar 2.2 15 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2000. Hal. 13. 14 2.1.3 Komunikasi Efektif Menurut Kadar Nurjaman dan Khairul Umam, Ada lima aspek yang yang harus dipahami dalam membangun komunikasi yang efektif, yaitu: 1) Kejelasan (clarity). Bahasa atau informasi yang disampaikan harus jelas. 2) Ketepatan (accuracy) Bahasa dan informasi yang disampaikan harus betul-betul akurat atau tepat. Bahasa yang digunakan harus sesuai dan informasi yang disampaikan pun harus benar-benar, artinya sesuai dengan hal yang ingin disampaikan. Bisa saja, informasi yang ingin disampaikan belum tentu kebenarannya tetapi apa yang kita sampaikan benarbenar kita ketahui. Inilah yang dimaksud akurasi. 3) Konteks (contex) Bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan lingkungan tempat komunikasi itu terjadi. Bisa saja, kita menggunakan bahasa dan informasi yang jelas dan tepat, tetapi karena konteksnya tidak tepat, reaksi yang kita peroleh tidak sesuai dengan yang diharapkan. 4) Alur (flow) Keruntutan alur bahasa dan informasi sangat berarti dalam menjalin komunikasi yang efektif. Sebelum melakukan komunikasi, sebaiknya disusun secara sistematis sehingga alur komunikasinya menjadi jelas. 5) Budaya (culture) Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi tata krama atau etika16. 2.2 Public Relations 2.2.1 Pengertian Public Relations Menurut Kadar Nurjaman dan Khairul Umam menyatakan bahwa Organisasi Public Relations Nasional dan Internasional juga telah menyusun definisi cukup untuk diterapkan di manapun di dunia ini. Definisi ini meliputi berikut ini. 1) Public relations adalah usaha sengaja, terencana dan tidak pernah mati untuk menetapkan dan memelihara saling pengertian antara 16 Kadar Nurjaman dan Khairul Umam. Komunikasi Dan Public Relation. Bandung : Pustaka Setia. 2012. Hal. 45. 15 organisasi dan masyarakat (british institute of public opinion,yang difinisikan juga telah di ikuti di sejumlah negara common wealth/persemakmuran) . 2) Praktik public relations adalah seni dan ilmu sosial untuk menganalisis tren, meramalkan konsekuensi tindakan, memberikan konsultasi kepada pemimpin organisasi, dan melaksanakan program tindakan terencana demi kepentingan masyarakat umum dan organisasi, (definisi yang sestujui di word Assembly of public reltions kota mexico pada tahun 1978 dan di ikuti 34 organisasi public reltions nasional)17. Pada pertemuan asosiasi-asosiasi humas seluruh dunia di Mexico City, ditetapkan definisi Humas sebagai berikut: “Humas adalah suatu seni sekaligus disiplin ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memprediksikan setiap kemungkinan konsekuensi dari setiap kegiatannya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan atau kepentingan khalayaknya.”18 Kalimat ‘menganalisis kecenderungan’, mengisyaratkan bahwa dalam humas kita juga perlu menerapkan teknik-teknik penelitian ilmu sosial dalam merencanakan suatu program atau kampanye kehumasan. Definisi tersebut juga menyejajarkan aspek-aspek kehumasan dengan aspek-aspek ilmu sosial dari suatu organisasi, yakni menonjolkan tanggung jawab organisasi kepada kepentingan publik atau kepentingan masyarakat luas. Setiap organisasi dinilai berdasarkan sepak terjangnya. Humas itu jelas berkaitan dengan niat baik dan reputasi. 2.2.2 Peran Public Relations Menurut Cutlip; Center, dan Broom, ada dua peran utama public relations yakni sebagai berikut: 17 18 Kadar Nurjaman dan Khairul Umam. ibid. Hal. 103. M. Linggar Anggoro. Teori dan Profesi Kehumasan: Serta Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara. 2001, hal. 2. 16 1) Manajer Public Relations Manajer PR merupakan bagian dari manajemen organisasi. Peran ini membutuhkan keahlian riset, minat pada pemikiran strategis, dan tendensi atau kecenderungan untuk berpikir dari segi hasil atau dampak dari aktivitas PR. Praktisi dalam peran manajer PR tidak membatasi taktik merek hanya pada komunikasi. Mereka menggunakan scanning lingkungan dan inteligen organisasi, negosiasi dan pembentukan koalisi, manajemen isu, evaluasi program, dan konseling manajemen sebagai alat-alat PR. Peran manajer komunikasi itu sendiri dibagi kedalam tiga jenis yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Praktisi berperan sebagai pakar/ahli (The expert prescriber) Manajemen puncak menyerahkan PR di tangan para ahli dan manajemen biasanya mengambil peran pasif saja. Praktisi yang beroperasi sebagai praktisi pakar bertugas mendefinisikan problem, mengembangkan program, dan bertanggung jawab penuh atas implementasinya. b. Fasilitator Komunikasi (The communication facilitator) Peran fasilitator komunikasi bagi seorang praktisi adalah sebagai pendengar yang peka dan perantara komunikasi. Fasilitator komunikasi bertindak sebagai perantara, interpreter, dan mediator antara organisasi dan publiknya. Mereka menjaga komunikasi dua arah dan memfasilitasi percakapan dengan menyingkirkan rintangan dalam hubungan dan menjaga agar saluran komunikasi tetap terbuka. Tujuannya adalah memberi informasi yang dibutuhkan oleh baik itu manajemen maupun publik untuk membuat keputusan demi kepentingan bersama. Praktisi yang berperan sebagai fasilitator komunikasi ini bertindak sebagai sumber informasi dan agen kontak resmi antara organisasi dan publik. Mereka menengahi interaksi, menyusun agenda diskusi, meringkas, dan menyatakan ulang suatu pandangan, meminta tanggapan, dan membantu mendiagnosis dan memperbaiki kondisi-kondisi yang mengganggu hubungan komunikasi di antara kedua belah pihak. Fasilitator komunikasi menempati peran di tengah-tengah dan berfunsi sebagai penghubung antara organisasi dan publik. c. Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (The problem-solving process facilitator) Ketika praktisi melakukan peran fasilitator pemecah masalah, mereka berkolaborasi dengan manajer lain untuk mendefinisikan dan memecahkan masalah. Mereka menjadi bagian dari tim perencanaan strategis. Kolaborasi dan musyawarah dimulai dengan persoalan pertama dan kemudian sampai ke evaluasi program final. Praktisi pemecah masalah membantu manajer lain dan organisasi untuk mengaplikasikan PR dalam proses manajemen bertahap yang juga dipakai untuk memecahkan problem organisasional lainnya. 17 2) Teknisi Public Relations Teknisi PR tugas utamanya mengurusi soal tulis-menulis, memproduksi, dan menyebarkan komunikasi seperti press release, pidato, website, cerita feature, dan laporan tahunan. Mereka cenderung kreatif, berjiwa seni, dan cakap secara teknis, mereka menganggap diri mereka sebagai ‘pengrajin kata-kata’, dan memperlihatkan sedikit kecenderungan atau minat kepada perencanaan strategis dan riset. Mereka kebanyakan fokus pada aktivitas komunikasi dan aktivitas lain dalam proses komunikasi. Peran ini merupakan inti dari pekerjaan PR tradisional seperti menulis rilis berita dan komunikasi media lainnya serta menjalin hubungan media19. 2.2.3 Fungsi Public Relations Menurut Rachmat Kriyantono, Fungsi Public Relations (PR) dalam menciptakan citra positif terhadap organisasi dengan cara : 1) “Mempertahankan komunikasi yang harmonis (good communiactions). 2) Meningkatkan saling pengertian antara perusahaan dengan publik (mutual understanding). 3) Menjaga sikap dan perilaku dirinya dan anggota organisasi (good morals & manner)”20. Menurut Edward L Bernay seperti yang dikutip oleh Rosady Ruslan, terdapat tiga fungsi utama Humas: 1) “Memberikan penerangan kepada masyarakat. 2) Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung. 3) Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya”21. 19 20 21 Scott M Cutlip; Allen H. Center dan Glen M. Broom (Alih bahasa: Tri Wibowo). Effective public relations (ed.9). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2007. Hal. 49. Rachmat Kriyantono. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Penerbit Kencana. 2008. Hal. 291 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi Konsep dan Aplikasi, Jakarta: PT. Rajawali Press, 2006. Hal.18. 18 2.2.4 Tugas Pekerjan Public Relations Menurut Cutlip, Center, dan Broom, ada sepuluh kategori yang meringkaskan apa yang dilakukan oleh spesialisasi PR di tempat kerja: 1. Menulis dan mengedit Menyusun rilis berita dalam bentuk cetak atau siaran, cerita feature, newsletter untuk karyawan dan stakeholder eksternal, korespondensi, pesan website, dan pesan media online lainnya, laporan tahunan dan shareholder, pidato, brosur, film, dan scripts slide show, artikel publikasi perdagangan, iklan institusional, dan materi-materi pendukung teknis lainnya. 2. Hubungan media dan penempatan media Mengontak media koran, majalah, suplemen mingguan, penulis freelance, dan publikasi perdagangan agar mereka mempublikasikan atau menyiarkan berita dan feature tentang organisasi itu sendiri atau oleh orang lain. Merespons permintaan informasi oleh media, memverifikasi berita, dan membuka akses ke sumber otoritatif. 3. Riset Mengumpulkan informasi tentang opini publik, tren, isu yang sedang muncul, iklim politik dan peraturan perundangan, liputan media, opini kelompok kepentingan dan pandangan-pandangan lain berkenaan dengan stakeholder organisasi. Mencari database di Internet, jasa online, dan data pemerintah elektronik. Mendesain riset program, melakukan survei, dan menyewa perusahaan riset. 4. Manajemen dan administrasi Pemrograman dan perencanaan dengan bekerja sama dengan manajer lain; menentukan kebutuhan, menentukan prioritas, mendefinisikan publik, seting dan tujuan, dan mengembangkan strategi dan taktik. Menata personel, anggaran, dan jadwal program. 5. Konseling Memberi saran kepada manajemen dalam masalah sosial, politik, dan peraturan berkonsultasi dengan tim manajemen mengenai cara menghindari atau merepsons krisis; dan bekerja bersama pembuat keputusan kunci untuk menyusun strategi untuk mengelola atau merespon isu-isu yang sensitif dan kritis. 6. Acara spesial Mengatur dan mengelola konferensi pers, lomba lari 10k, konvensi, open house, mengunjungi tokoh terkemuka, mengadakan kontes, program penghargaan, dan kegiatan khusus lainnya. 7. Pidato Tampil di depan kelompok, melatih orang untuk memberikan kata sambutan dan mengelola biro juru bicara untuk menjelaskan platform organisasi di depan audiens penting. 19 8. Produksi Membuat saluran komunikasi dengan menggunakan keahlian dan pengetahuan multimedia, termasuk seni, tipografi, fotografi, tata letak, dan komputer desktop publishing perekaman audio dan video dan editing, dan menyiapkan presentasi audiovisual. 9. Training Mempersiapkan eksekutif dan juru bicara lain untuk menghadapi media dan dihadapan publik. Memberi petunjuk kepada orang lain di dalam organisasi untuk meningkatkan keahlian menulis dan berkomunikasi. Membantu memperkenalkan perubahan dalam kultur, kebijakan, struktur, dan proses organisasional. 10. Kontak Bertugas sebagai penghubung (liaison) dengan media, komunitasm dan kelompok internal dan eksternal lainnya. Sebagai mediator antara organisasi dan stakeholder penting dengan bertugas untuk mendengarkan pandangan, menegosiasikan, mengelola konflik, dan menjalin kesepakatan. Sebagai tuan rumah dengan melakukan pertemuan dan jamuan untuk tamu dan pengunjung22. 2.3 Aktivitas Humas 2.3.1 Teori Aktivitas Humas Menurut Rosady Ruslan, aktivitas adalah “kegiatan yang jelas”23. Sedangkan definisi humas, menurut Rex Harlow seperti yang dikutip oleh Rosady Ruslan: “Hubungan masyarakat merupakan komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerja sama serta pemenuhan kepentingan bersama.”24 Jadi dari pengertian aktivitas dan humas, maka dapat penulis analisis yakni di dalam proses kegiatan humas ini terjadi aktivitas komunikasi dua arah antara pihak perusahaan dengan publiknya secara timbal balik sebagai 22 23 24 Scott M Cutlip; Allen H. Center dan Glen M. Broom (Alih bahasa: Tri Wibowo). Op.cit. Hal. 40. Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi Konsep dan Aplikasi, Jakarta: PT. Rajawali Press, 2006, hal. 18 Rosady Ruslan, Manajemen Hubungan Masyarakat dan Manajemen Komunikasi Konsep dan Aplikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 102 20 wujud peningkatan kerjasama guna mencapai pemenuhan kepentingan bersama sesuai tujuan manajemen. Aktivitas humas kepada top management yakni memberikan sumbang saran untuk perbaikan kualitas pelayanan”25. Adapun aktivitas humas BNN sebagai lembaga pemerintah yang mendapatkan tugas untuk mensosialisasikan penyalahgunaan narkoba di masyarakat yakni menggunakan konsep enam langkah dari Frank Jefkins. Menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations, model perencanaan public relations meliputi enam langkah yang sudah diterima secara luas oleh para praktisi public relations profesional adalah sebagai berikut: 1) “Pengenalan Situasi 2) Penetapan Tujuan 3) Definisi Khalayak 4) Pemilihan Media dan Teknik-Teknik PR 5) Perencanaan Anggaran 6) Pengukuran Hasil”26 Penjelasan : 1. Pengenalan Situasi a. Perencanaan Logis Ini merupakan prosedur penyusunan rencana yang didasarkan pada pencapaian tujuan. Tentu saja, keberhasilan akhirnya 25 26 Rosady Ruslan, ibid, hal. 19 Frank Jefkins (disempurnakan oleh Daniel Yadin). Public Relations-edisi kelima. Jakarta: Erlangga. 2003. Hal. 57 21 ditentukan oleh keahlian dan efisiensi proses pelaksanaan. Kunci utama dalam menyusun suatu rencana secara logis adalah pemahaman terhadap situasi yang ada. Bentuk pertanyaan yang dapat diajukan seperti: Dimana posisi perusahaan sekarang? Apakah ada kesalahpahaman antara organisasi/perusahaan dengan khalayak? Sebelum, PR officer merumuskan suatu program PR maka perlu mengetahui titik awalnya seperti apa citra organisasi/perusahaan di mata khalayak. b. Metode-metode Pengenalan Situasi Salah satu cara untuk mengenali situasi adalah dengan mengadakan suatu pengumpulan pendapat. Namun, cara untuk mengenali situasi sebenarnya lebih dari sekadar pengumpulan pendapat. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengenali situasi, antara lain: 1) Survei-survei yang khusus diadakan untuk mengungkapkan pendapat, sikap-sikap masyarakat, atau citra organisasi di mata khalayaknya. 2) Pemantauan berita-berita di media massa. 3) Tinjauan terhadap kecenderungan angka dan grafik serta menelaah berbagai indikasi yang terkandung di dalam laporan-laporan tahunan. 22 4) Tinjauan terhadap kondisi-kondisi persaingan pada umumnya di pasar. 5) Keluhan konsumen, penerimaan produk, serta laporan atas hasil uji coba produk di pasar. 6) Sikap-sikap tokoh masyarakat. c. Pemecahan Masalah Setelah PR mampu mengenali situasinya dengan baik, maka PR akan dapat mengenali masalah yang ada serta mencari cara untuk memecahkannya. PR seringkali juga merupakan suatu kegiatan untuk memecahkan masalah seperti bagaimana PR mencapai pemahaman yang lebih baik mengenai suatu hal? Melalui PR, kita bisa mengetahui mengapa suatu perusahaan begitu sulit memperoleh staf yang dibutuhkannya. Itu mungkin saja terjadi karena adanya sikap negatif di kalangan masyarakat terhadap perusahaan tersebut atau sektor bisnis yang digelutinya. PR yang baik adalah PR yang mampu meluruskan masalah tersebut. Artinya, PR tersebut mampu menciptakan pemahaman bagi khalayak luas. 2. Penetapan Tujuan Ruang lingkup tujuan PR itu sendiri sebenarnya luas. Namun sehubungan dengan keterbatasan sumber daya, maka kita harus selalu membuat skala prioritas. Dari sekian banyak hal yang bisa dijadikan tujuan kegiatan PR sebuah perusahaan, beberapa diantaranya yang pokok adalah sebagai berikut: 23 a) Untuk mengubah citra umum di mata khalayak sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan. Sebagai contoh, suatu perusahaan yang semula hanya menangani transportasi truk tapi kemudian mulai menjual mesin pemanas ruangan. b) Untuk meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai. c) Untuk menyebarluaskan cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan. d) Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pasar-pasar ekpor baru. e) untuk memperbaiki hubungan antara perusahaan dengan khalayaknya, sehubungan dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman, kesangsian, atau salah paham di kalangan khalayak terhadap niat baik perusahan. f) Untuk mendukung keterlibatan perusahaan sebagai sponsor dari penyelenggaraan suatu acara. 3. Penetapan Khalayak Betapa pentingnya suatu organisasi mengenali dan membatasi khalayaknya. Sebesar apapun suatu organisasi, ia tidak mungkin menjangkau semua orang. Bahkan, sebagian dari khalayak itu harus disisihkan jika khalayak yang potensial terlalu luas atau bervariasi walaupun beberapa jenis khalayak masih bisa terjangkau sekaligus melalui media-media tertentu seperti surat kabar dan televisi. 24 Menurut M. Linggar Anggoro, Kata jamak ‘khalayak’ (public) lazim digunakan dalam humas27. Khalayak adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal28. Setiap organisasi memiliki sendiri khalayak khususnya. Kepada khalayak yang terbatas itula humas senantiasa menjalin komunikasi, baik secara internal maupun eksternal. Menurut M. Linggar Anggoro berikut ini ada sembilan khalayak humas: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Masyarakat umum Calon pegawai Pegawai/anggota Mitra usaha/pemasok Investor Distributor Konsumen Pemimpin pendapat umum Pemerintah29. 4. Pemilihan Media dan Teknik-Teknik PR a. Pemilihan Media dan Teknik PR Media dan teknik PR sangat bervariasi. Salah satu contoh media adalah para jurnalis, sedangkan penyelenggara acara resepsi pers sebagai tekniknya. Bila kita membandingkan media PR dan media iklan, akan muncul lima hal menarik sebagai berikut: 27 M. Linggar Anggoro. Teori dan Profesi Kehumasan: Serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. 2001. Hal. 18. 28 Frank Jefkins (disempurnakan oleh Daniel Yadin). Public Relations-edisi kelima. Jakarta: Erlangga. 2003. Hal. 80. 29 M. Linggar Anggoro. Teori dan Profesi Kehumasan: Serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. 2001. Hal. 20. 25 1) Kampanye periklanan dan kampanye PR sama-sama bisa menggunakan berbagai macam media. Sebagai contoh, iklan bisa saja ditempatkan di majalah mingguan yang penuh warna atau di selebaran-selebaran biasa. Pengenalan materi PR juga mungkin dilakukan melalui artikel fitur, atau kampanye iklan juga dapat difokuskan pada koran harian nasional yang terkenal. 2) Para praktisi PR berhubungan dengan para editor, jurnalis, serta para produser TV dan radio, sedangkan para praktisi periklanan lebih banyak berhubungan dengan para manajer iklan dari berbagai perusahaan. 3) Iklan sifatnya jauh lebih komersial dibandingkan PR. Setiap kolom surat kabar atau waktu siaran bagi iklan di radio harus dibayar. Sedangkan kolom dan waktu siar untuk artikel PR terkadang tidak harus dibayar. 4) Kampanye periklanan biasanya terbatas pada media-media yang bisa diharapkan akan membuahkan hasil maksimal dengan biaya serendah-rendahnya. Tersedia berbagai sumber untuk memperoleh data statistik guna mengukur besar atau kecilnya potensial pasar (khalayak konsumen). 5) Tidak seperti dunia periklanan, dunia PR dapat menggunakan berbagai media khusus seperti jurnal-jurnal internal, buletin, atau majalah dinding. Peranan media khusus itu menjadi sangat penting seandainya organisasi yang bersangkutan tidak 26 menyediakan anggaran untuk biaya pemakaian media komersial seperti koran atau majalah. b. Variasi Media PR Setelah mengetahui situasi secara jelas dan jenis khalayak yang hendak dituju, maka PR dapat menentukan media yang akan digunakan seperti: 1) Media Pers. 2) Audio-visual 3) Radio 4) Televisi 5) Pameran (exhibition) 6) Bahan-bahan cetakan (printed material). 7) Penerbitan buku khusus (sponsored books) 8) Surat langsung (direct mail) 9) Pesan-pesan lisan 10) Pemberian sponsor 11) Jurnal organisasi 12) Identitas perusahaan (corporate identity) 5. Perencanaan Anggaran PR merupakan kegiatan yang padat karya sehingga pos pengeluaran terbesar dihabiskan untuk membayar pemakaian jam kerja alias gaji pegawai. Pos pengeluaran lain yang cukup besar juga melibatkan pemakaian alat-alat canggih seperti kamera video, komputer, hingga 27 mesin cetak modern. Adakalahnya, pos-pos pengeluaran itu dialihkan ke anggaran lain, misalnya ke anggaran dokumentasi. 6. Pengukuran Hasil Apabila anggaran dapat dipandang sebagai faktor kelima dari model perencanaan PR maka pengukuran hasil merupakan faktor keenam. Pada dasarnya, kita mengenal adanya dua macam hasil, yakni hasil kualitatif dan hasil kuantitatif: a) Hasil kualitatif Pada umumnya hasil-hasil dari suatu kegiatan PR bersifat kualitatif. Artinya, hasil tersebut tidak bisa diukur secara statistik, melain diukur melalui pengalaman dan perbandingan nyata. b) Hasil kuantitatif Secara sederhana, hasil kuantitatif adalah suatu hasil yang bisa diukur secara statistik berdasarkan angka-angka. Misalnya adalah kenaikan tingkat pengenalan khalayak terhadap organisasi yang diukur berdasarkan persentase, penurunan jumlah keluhan pelanggan, dan sebagainya30. 2.3.2 Teori Two-way symmetrical Model komunikasi simetris dua arah yang menggambarkan bahwa suatu komunikasi kampanye melalui dua arah timbal balik yang berimbang31. Model ini mampu memecahkan atau menghindari terjadinya suatu konflik dengan memperbaiki pemahaman publik secara strategis agar dapat diterima, 30 Frank Jefkins (disempurnakan oleh Daniel Yadin). Public Relations-edisi kelima. Jakarta: Erlangga. 2003. Hal. 179. 31 Rosady Ruslan. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2006. Hal. 103. 28 dan dianggap lebih etis dalam penyampaian pesan-pesan (informasi) melalui teknik komunikasi membujuk untuk membangun saling pengertian, dukungan dan menguntungkan bagi kedua belah pihak32. 2.4 Model Komunikasi Public Relations Ada empat model Public Relations dari Grunig dan Hunt yang menempati tempat penting dalam keunggulan teori public relations yakni : 1) “Press agentry (publicity), Model ini, public relations melakukan propaganda atau kampanye melalui proses komunikasi searah (one way process) untuk tujuan publisitas yang menguntungkan secara sepihak, khususnya menghadapi media massa dan dengan mengabaikan kebenaran informasi sebagai upayaa untuk menutupi (manipulasi) unsur-unsur negatif dari suatu lembaga (organisasi). Inisiatif selalu berada di pihak pengirim (source or sender), dan termasuk model ini dimanfaatkan proses komunikasi periklanan atau bentuk aktivitas komunikasi promosi yang bersifat persuasif. 2) Public Informations, Model public relations ini bertindak seolah-olah sebagai jurnalist in resident. Berupaya membangun kepercayaan organisasi melalui proses komunikasi searah (one way process) dan tidak mementingkan persuasif. Seolah-olah bertindak sebagai wartawan dalam menyebarluaskan publisitas, informasi dan berita ke publik. Di samping itu, mampu mengendalikan berita melalui bekerja sama dengan media massa. Unsur kebenaran dan objektivitas pesan (informasi) selalu diperhatikan oleh pihak narasumbernya. 32 Rosady Ruslan, ibid. Hal. 103. 29 “Informasi masyarakat (public informations) adalah istilah yang paling banyak digunakan oleh lembaga jasa sosial, universitas, dan instansi pemerintah/ implikasinya adalah hanya informasi yang disebarkan” 33. Hal ini berbeda dari komunikasi persuasif, yang biasanya dipandang sebagai tujuan public relations. Sebagaian besar lembaga pemerintah federal dan negara bagian Amerika Serikat meminta badan-badan pemerintah hanya untuk memberikan informasi dan bukan menyarankan gagasan atau program tertentu. Pada kenyataannya, banyak terjadi kekhawatiran karena informasi itu sendiri dapat bersifat persuasif. Dalam banyak hal, jelaslah bahwa perusahaan dan organisasi menggunakan ‘informasi masyarakat’ atau ‘komunikasi perusahaan’ sebagai penghalusan istilah public relations. “Model press agentry (publicity) dan model public informations adalah model public relations yang sifat komunikasinya satu arah dan menggambarkan program komunikasi yang tidak berdasarkan pada penelitian dan perencanaan strategik”34. 3) Two-way asymmetrical, Dalam tahapan model public relations ini, humas melakukan kampanye melalui komunikasi dua arah dan penyampaian pesan-pesan berdasarkan hasil riset serta strategi komunikasi persuasif publik secara ilmiah. Unsur kebenaran informasi diperhatikan untuk membujuk publik agar mau bekerja sama, bersikap terbuka sesuai harapan organisasi. Dalam hal model ini masalah feedback dan feedfoward dari pihak publik diperhatikan, serta 33 Elvinaro Ardianto, Public Relations: Pendekatan Praktis untuk menjadi komunikator, Orator, Presenter, dan Juru Kampanye Handal, Bandung: Widya Padjadjaran, 2008, Hal. 44 34 Elvinaro Ardianto, ibid, Hal. 249. 30 berkaitan dengan informasi mengenai khalayak diperlukan sebelum melaksanakan komunikasi. Maka kekuatan membantun hubungan dan pengambilan inisiatif selalu didominasi oleh si pengirim. Model two-way asymmetrical dan two-way symmetrical menggambarkan pendekatan lebih maju yang menggunakan penelitian untuk mengembangkan pesan-pesan, yang memungkinkan untuk mendorong publik-publik strategik agar mengikuti keinginan-keinginan organisasi. 4) Two-way symmetrical”35 Model komunikasi simetris dua arah yang menggambarkan bahwa suatu komunikasi kampanye melalui dua arah timbal balik yang berimbang. Model ini mampu memecahkan atau menghindari terjadinya suatu konflik dengan memperbaiki pemahaman publik secara strategis agar dapat diterima, dan dianggap lebih etis dalam penyampaian pesan-pesan (informasi) melalui teknik komunikasi membujuk untuk membangun saling pengertian, dukungan dan menguntungkan bagi kedua belah pihak. 2.5 Sosialisasi 2.5.1 Pengertian Sosialisasi Pengertian sosialisasi mengacu pada suatu proses belajar seorang individu yang akan mengubah dari seseorang yang tidak menahu tentang diri dan lingkungannya menjadi lebih tahu dan memahami. Sosialisasi merupakan suatu proses dimana seseorang menghayati (mendarah dagingkan – internalize) norma-norma kelompok dimana ia hidup sehingga timbullah diri 35 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006, Hal. 103. 31 yang unik, karena pada awal kehidupan tidak ditemukan apa yang disebut dengan “diri”.36 Sosialisasi digunakan untuk menyampaikan suatu hal yang sifatnya kontinyu dan juga sebagai cara untuk merubah perilaku dari anggota organisasi terhadap suatu hal sehingga dapat diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari. Sosialisasi juga mempunyai sifat persuasif karena dengan sosialisasi dapat mendorong seseorang untuk menjalankan sesuatu yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Michael dan Philip mendefinisikan Sosialisasi sebagai berikut: 1) Pola–pola mengenai aksi sosial atau aspek–aspek tingkah laku, yang menanamkan individu pada keterampilan–keterampilan (termasuk ilmu pengetahuan). Sikap–sikap yang perlu menampilkan peranan–peranan yang sekarang atau yang tengah diantisipasikan (dan yang harus berlanjut) sepanjang kehidupan manusia, sejauh peranan–peranan baru yang masih terus dipelajari. 2) Segenap proses yang individu yang dilahirkan dengan banyak sekali potensi tingkah laku, dituntut untuk mengembangkan tingkah laku aktualnya yang dibatasi didalam satu jajaran yang menjadi kebiasaan dan bisa diterimakan olehnya dengan standar–standar dari kelompoknya. 3) Komunikasi dipelajari dari manusia lainnya, dengan siapa individu itu bertahan memasuki beberapa jenis relasi–relasi umum37. 2.5.2 Program Sosialisasi Dalam program sosialisasi pada umumnya adalah menyampaikan pesan atau informasi kepada segenap khalayak yang memang telah menjadi target sasaran oleh instansi atau perusahaan yang melakukan program ini. Programnya adalah program pagelaran seni budaya “Lenong Betawi” yang berisikan pesan moral serta informasi pendidikan penting tentang bahayanya 36 37 Wawan Hermawan, Pengantar Sosiologi, diases dari www.google.com Michael Rush dan Phlips Althoff, Sosiologi Politik, Jakarta: Rajawali Pers, 1993, Hal 29 – 30. 32 narkoba. Oleh karena itu bagaimana pagelaran seni budaya “Lenong Betawi” yang berisikan pesan moral serta informasi pendidikan penting tentang bahayanya narkoba dapat disosialisasikan dengan baik. Dalam pelaksanaan sosialisasi ada beberapa yang dapat dilakukan, salah satunya yaitu dengan program pagelaran seni budaya “Lenong Betawi” merupakan salah satu cara atau tindakan yang memang tujuannya adalah memberikan pesan atau informasi yang sedang ingin disampaikan kepada khalayak. Pagelaran seni “Lenong Betawi” merupakan salah satu dari kegiatan sosialisasi humas BNN. Biasanya sebelum melakukan atau mnggalakkan suatu program sosialisasi dan kegiatan aktivitas pubic relation, terlebih dahulu pihak perusahaan, organisasi, atau lembaga harus membangun kredibilitas dan citra perusahaan (corporate credibility and image) yang positif kepada masyarakat. Setelah itu, mengangkat tema, topik, atau isu yang akan dijadikan ajang sosialisasi PR