Journal of Primary Education Cooperative Learning

advertisement
JPE 6 (2) (2017)
Journal of Primary Education
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpe
Cooperative Learning dengan Pendekatan Metakognitif Bermuatan Muwashofat pada
Pembelajaran Matematika Sekolah Islam Terpadu
Nur Wakhid1  , Kartono2 & Zaenuri2
1
2
SD Islam Terpadu Bunayya, Candisari, Semarang
Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unnes, Indonesia
Info Artikel
Abstrak
________________
___________________________________________________________________
Sejarah Artikel
Diterima:
September 2016
Disetujui:
Oktober 2016
Dipublikasikan:
Agustus 2017
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di antaranya dipengaruhi oleh
kualitas perangkat pembelajaran yang digunakan guru saat di kelas. Penelitian ini bertujuan
menghasilkan perangkat pembelajaran kooperatif STAD dengan pendekatan metakognitif
bermuatan muwashofat untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan sikap
itqon siswa sekolah dasar Islam terpadu yang valid, praktis, dan efektif. Penelitian pengembangan
ini menggunakan modifikasi model 4D, dengan tahap define, design, dan develop. Perangkat
pembelajaran meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja peserta didik, bahan
ajar, dan tes kemampuan pemecahan masalah matematika. Hasil penelitian adalah: (1) hasil
penilaian validator menunjukkan perangkat pembelajaran memenuhi kriteria valid; (2) hasil uji coba
terbatas menunjukkan perangkat pembelajaran memenuhi kriteria praktis, yaitu: (a) keterlaksanaan
perangkat pembelajaran baik; (b) respon peserta didik positif; (c) respon guru positif;
(3) implementasi perangkat pembelajaran memenuhi kriteria efektif, yaitu: (a) hasil tes kemampuan
pemecahan masalah mencapai ketuntasan minimal; (b) rata-rata kemampuan pemecahan masalah
matematika kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol; (c) kemampuan pemecahan masalah
matematika dan sikap itqon siswa meningkat. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa
pengembangan perangkat pembelajaran kooperatif STAD dengan pendekatan metakognitif
bermuatan muwashofat valid, praktis, dan efektif.
________________
Keywords:
cooperative learning,
development learning
devices, integrated islamic
school, metacognitive,
muwashofat
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
Low ability of mathematical problem solving among students affected by the quality of learning devices that
teachers use in the classroom. The purpose of this study to produce devices cooperative learning STAD with
metacognitive approach contain of muwashofat to improve math problem-solving ability and attitudes itqon of
students in Islamic elementary school valid, practical, and effective. The type of research is the development by a
modification of the 4D model, with phase define, design, and develop. The learning devices consist of syllabus,
lesson plan, worksheet students, texbooks, and math problem-solving ability test. This study results as follows:
(1) assessment from the experts validation the mathematics learning devices are valid; (2) the data analysis of the
experiment for the practicality criteria is practical, because it meets the following criteria: (a) implementation of
learning device is very good; (b) the students response is positive, and (c) the teachers response is positive; (3) the
results of qualified for the effectiveness criteria: (a) problem solving ability test results has achieved minimum
criteria (b) the average math problem solving ability of students experimental class is better than the control class,
and (c) there is an increase in math problem-solving ability and attitudes itqon. For this reason, it can be conclude
that the development of learning devices cooperative learning STAD with metacognitive approach contain of
muwashofat are valid, practical, and effective.
© 2017 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi:
Jl. Jangli Krajan II Blok E No.27, Kec Candisari, Kota Semarang
E-mail: [email protected]
p-ISSN 2252-6404
e-ISSN 2502-4515
Nur Wakhid, Kartono & Zaenuri / JPE 6 (2) (2017) : 166 - 173
PENDAHULUAN
Mata
pelajaran
matematika
perlu
diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar
untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif, serta kemampuan berkerja
sama. Menurut NCTM proses berfikir
matematika dalam pembelajaran matematika
meliputi lima kompetensi standar yang utama
yaitu
kemampuan
pemecahan
masalah,
kemampuan penalaran, kemampuan koneksi,
kemampuan komunikasi dan kemampuan
representasi. Menurut Lubis (2015), di antara
permasalahan yang terjadi di sekolah Islam
terpadu adalah kurangnya keterampilan guru.
Keterampilan guru di SD Islam Terpadu
Bunayya dalam mengembangkan perangkat
pembelajaran belum optimal, hal ini berpengaruh
terhadap pelaksanaan pembelajaran dan prestasi
matematika siswa. Berdasarkan dokumentasi dan
wawancara diperoleh informasi bahwa sebagian
siswa kelas V di SD Islam Terpadu Bunayya
Semarang belum mencapai ketuntasan belajar
matematika pada kompetensi memecahkan
masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan
bangun ruang sederhana. Di sisi lain, sikap siswa
berupa
kesungguhan,
kedisiplinan
dan
kecermatan saat pembelajaran matematika masih
rendah.
Rumusan masalah dari penelitian ini
adalah: (1) Apakah pengembangan perangkat
STAD
pembelajaran
kooperatif
dengan
pendekatan metakognitif bermuatan muwashofat
valid? (2) Apakah pengembangan perangkat
STAD
pembelajaran
kooperatif
dengan
pendekatan metakognitif bermuatan muwashofat
praktis? (3) Apakah pengembangan perangkat
STAD
pembelajaran
kooperatif
dengan
pendekatan metakognitif bermuatan muwashofat
efektif untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika dan sikap itqon
peserta didik? Penelitian ini bertujuan
menghasilkan perangkat pembelajaran kooperatif
STAD
dengan
pendekatan
metakognitif
bermuatan muwashofat untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika
dan sikap itqon siswa yang valid, praktis, dan
efektif.
Pembelajaran matematika dengan desain
kelas kooperatif dapat meningkatkan keaktifan
siswa, memudahkan siswa saling berinteraksi,
dan memberi kesempatan siswa saling membantu
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Student
Teams Achievement Division (STAD) merupakan
salah satu tipe model pembelajaran kooperatif.
Menurut Wyk (2012), STAD adalah salah satu
yang paling sederhana dan paling ekstensif diteliti
dari semua teknik pembelajaran kooperatif, dan
itu bisa menjadi instrumen yang efektif bagi guru
yang baru memulai menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Pengertian STAD oleh
Tiantong dan Teeamuangsai (2013) adalah
strategi pembelajaran kolaboratif dari kelompok
kecil peserta didik dengan berbagai tingkat
kemampuan kerja sama untuk mencapai tujuan
belajar bersama. Menurut Slavin (2005), dalam
STAD para siswa dibagi dalam tim belajar yang
terdiri atas empat orang yang berbeda-beda
tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar
belakang etniknya.
Pengertian metakognitif menurut Flavell
dan Brown dalam Mahdavi (2014) adalah
pengetahuan (knowledge) dan regulasi (regulation)
pada suatu aktivitas kognitif seseorang dalam
proses belajarnya. Menurut Zakin (2007),
pendekatan metakognitif merupakan cara yang
dilakukan guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan menuntut peserta didik
agar dapat mengontrol proses berpikirnya.
Terdapat beberapa aspek metakognitif yang
banyak dikaji para peneliti, dan pada penelitian
ini pendekatan metakognitif yang diintegrasikan
dengan model pembelajaran kooperatif meliputi
aspek planning (perencanaan), monitoring
(memonitor), dan evaluation (evaluasi).
Para pendidik, matematikawan, dan pihak
yang menaruh perhatian pada pendidikan
matematika seringkali menetapkan pemecahan
masalah sebagai salah satu tujuan pembelajaran
matematika.
Menurut
Ormrod
(2009),
pemecahan masalah adalah penggunaan
pengetahuan dan ketrampilan yang sudah ada
untuk menjawab pertanyaan yang belum
terjawab. Terdapat empat indikator kemampuan
167
Nur Wakhid, Kartono & Zaenuri / JPE 6 (2) (2017) : 166 - 173
pemecahan masalah sesuai NCTM, yaitu
mengembangkan pengetahuan matematika yang
baru melalui pemecahan masalah, memecahkan
masalah dalam matematika atau konteks lain,
menerapkan dan menggunakan berbagai strategi
yang tepat untuk memecahkan masalah, dan
memonitor dan merefleksi proses pemecahan
masalah.
Muwashofat berasal dari bahasa Arab
dengan akar kata ‘wa-sho-fa’ yang bermakna
karakteristik. Istilah muwashofat adalah sifat-sifat
(karakteristik)
yang
menjadi
tujuan
terselenggaranya proses pendidikan di Sekolah
Islam Terpadu (JSIT, 2010). Muatan muwashofat
dalam penelitian ini meliputi: qadirun alal kasbi
(mandiri), mutsafaqqol fikri (cerdas dan
mujahidun
li
nafsihi
berpengetahuan),
(bersungguh-sungguh), harisun ‘ala waqtihi
(efisien), dan nafiun lighoirihi (bermanfaat bagi
yang lain). Sikap yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah itqon. Sikap itqon merupakan
teladan baik yang perlu ditanamkan kepada siswa
sejak dini. Menurut Shuriye (2014), itqan adalah
istilah yang digunakan untuk menandakan
tingkat kualitas kerja. Dalam hadits Nabi
Muhammad Saw, "Sesungguhnya Allah mencintai
orang yang apabila mengerjakan suatu pekerjaan,
maka ia kerjakan dengan itqon." (Bukhari dan
Muslim). Indikator itqon menurut Ahmad (2008)
adalah sikap syiddah al-maf’ul (efektif), iqtidar
(efisien), tajdid (inovatif), intidzam (disiplin),
iltizam (komitmen), dan ta’allum (pembelajar).
Indikator itqon pada penelitian adalah
kesungguhan, kedisiplinan, dan kecermatan
siswa dalam pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan (Research & Development).
Menurut Sugiyono (2014), metode penelitian
pengembangan merupakan metode penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan dan
menguji keefektifan produk tertentu. Kualitas
perangkat pembelajaran yang dikembangkan
dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria
yang dikemukakan Nieveen dalam Rochmad
(2011), meliputi tiga aspek: validitas (validity),
kepraktisan (practicality), dan keefektivan
(effectiveness). Dalam penelitian ini digunakan
model pengembangan perangkat pembelajaran
4D yang dikemukakan Thiagarajan meliputi
define (pendefinisan), design (perancangan),
develop
disseminate
(pengembangan),
dan
(penyebaran).
Dengan pertimbangan keterbatasan waktu
dilakukan modifikasi model 4D menjadi tiga
tahap:
1. Tahap Pendefinisian (Define)
Tahap
pendefinisian
bertujuan
mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran.
Tahap pendefinisian: analisis kurikulum, analisis
siswa, analisis materi, analisis tugas dan
spesifikasi tujuan pembelajaran.
2. Tahap Perancangan (Design)
Tahap perancangan bertujuan untuk
merancang perangkat pembelajaran, yaitu
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), bahan ajar, lembar kerja peserta didik
(LKPD), dan tes kemampuan pemecahan
masalah (TKPMM).
3. Tahap Pengembangan (Development)
Tujuan tahap pengembangan adalah untuk
menghasilkan draf final. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pada tahap ini meliputi validasi ahli
dan uji coba perangkat.
Penelitian dilakukan di SD Islam Terpadu
Bunayya Semarang. Diambil kelas V-B sebagai
kelas kontrol dengan model pembelajaran yang
biasa dilaksanakan di tempat tersebut dan kelas
V-A sebagai kelas eksperimen dengan model
STAD
pembelajaran
kooperatif
dengan
pendekatan metakognitif bermuatan muwashofat.
Pengambilan data dalam penelitian ini
menggunakan instrumen sebagai berikut:
1. Lembar
penilaian
validator
terhadap
perangkat pembelajaran
Instrumen
ini
digunakan
untuk
mendapatkan data mengenai pendapat para ahli
dan praktisi terhadap perangkat pembelajaran
yang dikembangkan.
2. Lembar observasi keterlaksanaan perangkat
pembelajaran
Instrumen
ini
digunakan
untuk
mendapatkan data dan sekaligus alat kontrol
168
Nur Wakhid, Kartono & Zaenuri / JPE 6 (2) (2017) : 166 - 173
proses pembelajaran agar sesuai desain
pembelajaran yang dikembangkan.
3. Angket respon guru
Instrumen
ini
digunakan
untuk
memperoleh data tentang pendapat guru
terhadap
perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan.
4. Angket respon peserta didik
Instrumen
ini
digunakan
untuk
mendapatkan data respon peserta didik selama
proses pembelajaran.
5. Lembar observasi sikap itqon
Instrumen
ini
digunakan
untuk
mendapatkan data sikap itqon siswa yaitu
kesungguhan, kedisiplinan, dan kecermatan saat
pembelajaran.
6. Tes kemampuan pemecahan masalah
matematika
Instrument
ini
digunakan
untuk
mendapatkan data hasil tes kemampuan
pemecahan masalah matematika.
Metode analisis yang digunakan adalah
analisis
deskriptif.
Kevalidan
perangkat
pembelajaran diperoleh berdasarkan rata-rata
skor dari masing-masing perangkat pembelajaran
yang telah divalidasi para ahli dan praktisi.
Analisis
kepraktisan
dengan
melihat
keterlaksanaan perangkat pembelajaran di kelas,
respon siswa, dan respon guru terhadap
perangkat pembelajaran. Analisis keefektifan
mengunakan analisis ketuntasan individu dengan
kriteria ketuntasan minimal (KKM) 65 dan
ketuntasan klasikal 75%, analisis perbedaan ratarata (uji banding), analisis peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematika,
dan analisis peningkatan sikap itqon siswa. Uji
efektifitas terdiri dari uji ketuntasan kemampuan
pemecahan masalah matematika individu
dengan one sample t-test, uji ketuntasan klasikal
dengan uji proporsi, uji banding dengan
independent sample t–test, uji selisih rata-rata
dengan paired sample t-test dan analisis
peningkatan sikap itqon menggunakan N-Gain
ternormalisasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kevalidan Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran layak digunakan
apabila telah divalidasi oleh para validator dan
memenuhi kriteria valid. Saran validator
digunakan untuk menyempurnakan perangkat
pembelajaran.
Komponen
perangkat
pembelajaran tersebut telah dinilai oleh lima
validator dengan hasil penilaian dan keterangan
revisi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran
oleh Validator
Aspek
Silabus
RPP
LKPD
Bahan Ajar
TKPMM
Rata-rata
4,5
4,2
4,5
4,1
4,2
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Berdasarkan hasil penilaian validator di
atas maka diperoleh simpulan bahwa perangkat
pembelajaran yang dikembangkan valid. Silabus
dan RPP dikembangkan sesuai dengan sintaks
model cooperative learning tipe STAD. Setiap
tahapan sintaks memuat muwashofat yang relevan
dengan pembelajaran matematika. Pada tahap
penyelesaikan tugas kelompok maupun individu
di dalamnya digunakan pendekatan metakognitif
berupa planning, monitoring, dan evaluation. Bahan
ajar dikembangkan dengan materi bangun datar
dan bangun ruang sederhana. Muatan
muwashofat terdapat pada apersepsi dan soal
cerita, sedangkan pada panduan mengerjakan
soal
latihan
menggunakan
pendekatan
metakognitif. Lembar kerja peserta didik dan tes
kemampuan pemecahan masalah dikembangkan
sesuai kompetensi dasar yaitu menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan bangun datar
berupa luas dan keliling persegi dan persegi
panjang dan bangun ruang berupa luas
permukaan dan dan panjang rusuk kubus dan
balok.
Kepraktisan Perangkat Pembelajaran
Hasil
pengamatan
keterlaksanaan
perangkat pembelajaran oleh dua orang guru
(observer) selama lima kali pertemuan sebagai
berikut: (1) kegiatan pendahuluan skor rata-rata
169
Nur Wakhid, Kartono & Zaenuri / JPE 6 (2) (2017) : 166 - 173
4,04 (nilai 80,75) dengan kategori baik;
(2) kegiatan inti skor rata-rata 4,13 (nilai 82,50)
dengan kategori baik; (3) kegiatan penutup skor
rata-rata 4,28 (nilai 85,56) dengan kategori amat
baik; (4) pengorganisasian waktu skor rata-rata
4,17 (nilai 83,33) dengan kategori baik;
(5) melaksanakan penilaian hasil akhir skor ratarata 4,11 (nilai 82,22) dengan kategori baik; dan
(6) penampilan guru skor rata-rata 4,08 (nilai
81,67) dengan kategori amat baik. Secara
keseluruhan
keterlaksanaan
pembelajaran
dengan skor rata-rata semua aspek yang diamati
adalah 4,13 (nilai 82,67) dengan kategori amat
baik. Perangkat pembelajaran yang meliputi
silabus, RPP, LKPD, bahan ajar, dan TKPMM
dapat diimplementasikan dengan baik. Saat
pertama kali pertemuan dengan durasi waktu dua
jam pelajaran, keterlaksanaan perangkat masih
membutuhkan evaluasi. Hal ini terjadi mengingat
siswa belum terbiasa dengan pembelajaran
kooperatif, akibatnya guru masih harus banyak
memberikan pengarahan. Namun di pertemuanpertemuan
selanjutnya
keterlaksanaan
pembelajaran berjalan lancar.
Hasil respon siswa tentang pembelajaran
STAD
kooperatif
dengan
pendekatan
metakognitif bermuatan muwashofat selama lima
kali pertemuan sebagai berikut: (1) siswa yang
menyatakan senang sebanyak 76,30% dengan
kategori baik; (2) siswa yang merasa bahwa
pembelajaran
yang
diterima
merupakan
pembelajaran baru bagi mereka sebanyak 83,75%
dengn kategori baik; (3) siswa yang menyatakan
tertarik jika model pembelajaran dilanjutkan
sebanyak 77,50% dengan kategori baik; (4) siswa
yang menyatakan dapat memahami materi
sebanyak 85,00% dengan kategori baik; dan
(5) siswa yang menyatakan mengerti materi
sebanyak 78,80% dengan kategori baik. Rata-rata
keseluruhan 80,20%, sehingga respon siswa
terhadap pembelajaran menggunakan perangkat
pembelajaran
dikatakan
positif.
Model
pembelajaran yang diterapkan merupakan hal
yang baru bagi peserta didik dalam proses
pembelajaran. Motivasi dan antusias peserta
didik terlihat saat proses diskusi dalam
menyelesaikan lembar kerja. Pada pertemuan
pertama sebagian peserta didik masih terlalu
kaku saat dibagi ke dalam kelompok-kelompok
kecil. Penyebabnya karena belum terbiasa
berdiskusi tentang pelajaran secara formal.
Namun pada pertemuan-pertemuan selanjutnya,
peserta didik mulai terbiasa untuk berdiskusi dan
bekerjasama dengan antusiasme yang lebih baik.
Hasil respon guru terhadap perangkat
STAD
pembelajaran
kooperatif
dengan
pendekatan metakognitif bermuatan muwashofat
sebagai berikut: (1) pendapat positif mengenai
perangkat pembelajaran yang dikembangkan
memperoleh skor rata-rata 3,2 sebesar dengan
kategori baik (2) ketertarikan terhadap perangkat
pembelajaran memperoleh skor rata-rata sebesar
4,0 dengan kategori baik; (3) pendapat tentang
kemudahan dalam penggunaan memperoleh skor
rata-rata sebesar 3,8 dengan kategori baik;
(4)
kelayakan
pengembangan
perangkat
pembelajaran memperoleh skor rata-rata sebesar
3,75 dengan kategori baik. Rata-rata keseluruhan
skor sebesar 3,68 dengan presentase 91,91%,
sehingga dikatakan bahwa respon guru terhadap
perangkat pembelajaran yang dikembangkan
positif. Pembelajaran yang dilakukan di sekolah
Islam Terpadu menuntut kemampuan guru
mengintegrasikan pengetahuan umum dengan
Islam. Kenyataan di lapangan, sebagian guru
belum mampu memadukan pengetahuan umum
dengan Islam dalam pembelajaran. Oleh karena
itu, dengan tersedianya perangkat pembelajaran
yang memadukan pelajaran matematika dengan
Islam, memudahkan para guru di sekolah Islam
terpadu dalam memberikan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas keterlaksanaan
perangkat pembelajaran berkategori baik, respon
peserta didik positif, dan respon guru positif,
dengan demikian disimpulkan bahwa perangkat
pembelajaran yang dikembangkan memenuhi
kriteria praktis.
Keefektifan Perangkat Pembelajaran
Uji ketuntasan individual menggunakan
one sample t-test. Rata-rata kemampuan
pemecahan masalah matematika peserta didik
sebesar 75,38 dan standar deviasi 13,67885. Hasil
perhitungan
diperoleh
thitung
=
3,392
dibandingkan dengan ttabel derajat kebebasan
(dk) = n-1 = 20-1 = 19 dan taraf kesalahan 5%
170
Nur Wakhid, Kartono & Zaenuri / JPE 6 (2) (2017) : 166 - 173
yaitu 1,729 maka thitung > ttabel. Disimpulkan
bahwa rata-rata kemampuan pemecahan
masalah matematika pada topik bangun datar
dan bangun ruang siswa mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) 65. Uji ketuntasan
secara klasikal menggunakan uji proporsi satu
pihak. Sebanyak 20 peserta didik yang mengikuti
pembelajaran 19 di antaranya mencapai nilai
ketuntasan ≥ 65. Hasil perhitungan uji proporsi
diperoleh zhitung = 2,066 dibandingkan dengan
ztabel = 1,645, maka zhitung > ztabel. Hasil tersebut
menunjukan
bahwa
ketuntasan
klasikal
mencapai lebih dari 75%. Kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa pada
materi bangun datar dan bangun ruang sederhana
mencapai ketuntasan individu dan ketuntasan
klasikal 75%. Dalam kaitannya dengan cooperative
learning hasil yang dicapai ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ling, Ghazali,
dan Raman (2016) yang menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe STAD penting
sebagai aktififtas pedagogik karena dapat
meningkatkan pencapaian prestasi matematika
siswa.
Uji banding dilakukan dengan tujuan
untuk
mengetahui
perbedaan
rata-rata
kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Setelah dilakukan uji homogenitas diketahui
bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki varian yang sama, sehingga dilanjutkan
dengan uji t. Hasil perhitungan diperoleh
thitung = 1,994, jika dibandingkan dengan ttabel
dengan df = 34 dan taraf kesalahan 5% yaitu
1,691, maka thitung > ttabel. Berdasarkan
perhitungan statistik tersebut disimpulkan bahwa
rata-rata kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa di kelas eksperimen lebih baik
daripada di kelas kontrol. Sesuai dengan
penelitian Jbeili (2012), prestasi siswa yang diberi
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan
pendekatan metakognitif mengungguli prestasi
siswa yang hanya diberi pembelajaran kooperatif
tanpa
pendekatan
metakognitif
atau
pembelajaran yang tradisional. Pembelajaran
kooperatif STAD dapat memotivasi antusiasme
siswa saat pembelajaran dan pendekatan
metakognitif dapat mempermudah langkah
memecahkan masalah. Oleh karena itu, integrasi
model pembelajaran kooperatif STAD dengan
pendekatan
metakognitif
mendukung
kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa.
Rata-rata
kemampuan
pemecahan
masalah peserta didik kelas eksperimen sebelum
diajar menggunakan perangkat pembelajaran
yang dikembangkan sebesar 32,21 sedangkan
setelah
diajar
menggunakan
perangkat
pembelajaran mencapai 75,38. Selisih rata-rata
peningkatan kemampuan pemecahan masalah
antara peserta didik yang di kelas eksperimen dan
kelas kontrol sebesar 5,249 > 0. Setelah dilakukan
uji t berpasangan diperoleh thitung = 31,259.
Nilai ttabel pada α = 0,05 dan df = 20 – 1 = 19
adalah 1,729 maka thitung > ttabel sehingga dapat
dikatakan bahwa kemampuan pemecahan
matematika siswa pada materi bangun datar dan
bangun ruang sederhana meningkat. Sejalan
dengan hal ini, penelitian oleh García (2015),
membuktikan bahwa pendekatan metakognitif
dalam pembelajaran mempengaruhi kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang
siswa untuk saling berdiskusi antar sebaya sangat
besar. Aktivitas tersebut mendukung kemudahan
bagi siswa mencerna konsep dengan baik.
Pendekatan metakognitif berupa planning,
monitoring, dan evaluation dalam bahan ajar
menyesuaikan dengan langkah pemecahan
masalah Polya yang meliputi memahami
masalah, merencanakan pemecahan masalah,
melakukan pemecahan masalah, dan meninjau
kembali
hasil
pekerjaan.
Pendekatan
metakognitif tersebut memudahkan siswa dalam
memecahkan masalah yang berkaitan dengan
bangun datar berupa luas dan keliling persegi dan
persegi panjang dan bangun ruang berupa luas
permukaan dan dan panjang rusuk kubus dan
balok.
Hasil pengamatan sikap itqon pada peserta
didik yang diajar menggunakan model
STAD
pembelajaran
kooperatif
dengan
muwashofat
pendekatan metakognitif bermuatan
diperoleh data seperti pada tabel 2.
Berdasarkan hasil tersebut dilakukan uji
peningkatan Gain ternormalisasi (g). Hasil
171
Nur Wakhid, Kartono & Zaenuri / JPE 6 (2) (2017) : 166 - 173
analisis diperoleh nilai rata-rata gain pertemuan
pertama dan pertemuan ke lima sebesar 0,65
termasuk kategori sedang.
Tabel 2. Rata-rata Nilai Sikap Itqon Peserta Didik
TM
1
2
3
4
5
Aspek sikap itqon
Kesungguhan Disiplin Cermat
1,75
3,08
1,79
2,01
3,21
1,84
2,00
3,34
1,83
2,91
3,16
2,75
3,14
3,93
3,05
Ratarata
2,20
2,35
2,39
2,94
3,37
Pada pembelajaran kooperatif STAD
terdapat tahapan di mana dalam kerja kelompok
setiap anggota harus bersungguh-sungguh
(mujahidun li nafsihi) bekerja sama secara cerdas
(mutsafaqal fikri). Siswa yang sudah memahami
harus memberi penjelasan kepada yang belum
memahami. Hal ini melatih rasa peduli antar
anggota (nafiun lighoirihi). Dan pada salah satu
tahap lainnya, peserta didik harus secara mandiri
(qodirun ‘ala kasbi) dalam mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Dengan batas waktu yang
ditentukan untuk mengerjakan latihan, siswa
terlatih untuk menggunakan waktu dengan
disiplin dan cermat (haritsun ‘ala waqtihi). Dengan
demikian penggunaan model pembelajaran
STAD
kooperatif
dengan
pendekatan
metakognitif bermuatan muwashofat memberikan
peluang bagi siswa untuk meningkatkan sikap
itqon (bersungguh-sungguh, disiplin dan cermat)
sebagaimana hasil penelitian yang menunjukan
bahwa setelah lima kali pertemuan, terjadi
peningkatan sikap itqon pada siswa.
SIMPULAN
Hasil
pengembangan
perangkat
STAD
pembelajaran
kooperatif
dengan
pendekatan metakognitif bermuatan muwashofat
termasuk dalam kategori valid. Pembelajaran
menggunakan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan menunjukkan dapat dilaksanakan
dengan baik, respon peserta didik positif, dan
respon guru positif. Disimpulkan bahwa
pengembangan perangkat pembelajaran tersebut
memenuhi kriteria praktis. Melalui implementasi
STAD
pembelajaran
kooperatif
dengan
pendekatan metakognitif bermuatan muwashofat,
kemampuan pemecahan masalah matematika
peserta didik mencapai ketuntasan individu
dengan KKM 65, ketuntasan klasikal 75% dan
rata-rata kemampuan pemecahan masalah
matematika kelas eksperimen lebih baik daripada
kelas kontrol. Setelah menggunakan perangkat
pembelajaran di kelas, terjadi peningkatan
kemampuan pemecahan masalah matematika
dan sikap itqon siswa. Melalui keterangan
tersebut disimpulkan bahwa pembelajaran
STAD
kooperatif
dengan
pendekatan
metakognitif bermuatan muwashofat efektif.
Dengan demikian penelitian pengembangan ini
telah menghasilkan perangkat pembelajaran
STAD
kooperatif
dengan
pendekatan
muwashofat
metakognitif bermuatan
yang
memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, K. 2008. Challenges and Practices in Human
Resource Management of the Muslim World.
The Journal of Human Resource and Adult
Learning. 4(2):34-42.
Jbeili, I. 2012. The Effect of Cooperative Learning with
Metacognitive Scaffolding on Mathematics
Conseptual Understanding and Procedural
Fluency. International Journal for Research in
Education (IJRE). 32:45-71.
JSIT. 2010. Standar Mutu Sekolah Islam Terpadu.
Jakarta: Jaringan Sekolah Islam Terpadu Pusat
Ling, W.N., Ghazali, M. I., & Raman, A. 2016. The
Effectiveness of Student Teams-Achievement
Division (STAD) Cooperative Learning on
Mathematics Achievement Among School
Students in Sarikel District, Sarawak.
International Journal of Advanced Research and
Development, 1(3):17-21.
Lubis, M.A. 2015. Effective Implementation of The
Integrated Islamic Education”. GJAT. 5(1):5968.
Mahdavi, M. 2014. An Overview: Metacognition in
Education. International Journal of Multi
Disciplinary and Current Research. 2:529-535
NCTM. 2010. Why Is Teaching with Problem Solving
Important to Student Learning?
http://www.nctm.org
Ormrod, J.E. 2009. Psikologi Pendidikan Membantu
Siswa Tumbuh dan Berkembang. Edisi ke-6. Jilid
1. Jakarta: Erlangga.
172
Nur Wakhid, Kartono & Zaenuri / JPE 6 (2) (2017) : 166 - 173
Rochmad, 2011. Desain Model Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Matematika. Jurnal
Kreano Jurusan Matematika FMIPA UNNES,
3(1): 59-72.
Shuriye, A.O. 2014. The Role of Tawheedic Stimulus
in the Conscience of Muslim Individuals.
Mediterranean Journal of Social Sciences MCSER
Publishing. 5(23): 1940-1948.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed
methods). Bandung: Alfabeta.
Wyk, M. M. 2012. The Effects of the STADCooperative Learning Method on Student
Achievement, Attitude and Motivation in
Economics Education. Journal Social and
Science. 33(2): 261-270.
Zakin, A. 2007. Metacognition and the Use of Inner
Speech in Children’s Thinking: A Tool
Teachers Can Use. Journal of Education and
Human Development. 1(2): 1-14.
173
Download